Editor :
Siska Suridanda Danny
Eka Harmeiwaty
Rossana Barack
Pringgodigdo Nugroho
Jakarta 2022
Panduan Pengukuran Tekanan Darah di Luar Klinik
(Ambulatory Blood Pressure Monitoring)
DAFTAR KONTRIBUTOR
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................. i
Kontributor.................................................................... ii
Kata Pengantar.............................................................. v
Daftar Isi......................................................................... vi
Daftar Tabel................................................................... viii
Daftar Gambar.............................................................. ix
Daftar Istilah dan Singkatan......................................... x
1. Pendahuluan.......................................................... 1
1.1 Perkembangan Pengukuran Tekanan Darah
di Luar Klinik.................................................... 1
1.2 Perbandingan ABPM dan HBPM................... 3
2. Penggunaan Klinis Sehari-hari............................. 7
2.1 Indikasi Klinis................................................... 7
2.2 Rekomendasi Penggunaan ABPM pada
Berbagai Panduan Praktik Klinik................... 9
2.3 Kelebihan dan Keterbatasan Pemeriksaan
ABPM................................................................ 14
2.4 Manfaat dan Efektivitas Biaya........................ 14
3. Tata Cara Pemeriksaan ABPM.............................. 17
3.1 Persiapan Umum............................................. 17
3.2 Ukuran Manset................................................ 19
3.3 Instruksi untuk Pasien..................................... 20
4. Interpretasi Pemeriksaan ABPM........................... 22
4.1 Evaluasi Terhadap Data ABPM...................... 22
Daftar Pustaka............................................................... 43
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
SIMPULAN:
• Hipertensi masih merupakan masalah kesehatan di
seluruh dunia, termasuk Indonesia
• Pengukuran TD klinik memiliki beberapa
keterbatasan dalam penilaian komprehensif pasien
hipertensi
• Pengukuran TD di luar klinik, yakni ABPM dan HBPM,
memberikan informasi yang lebih menyeluruh
dibandingkan TD klinik baik dalam hal diagnosis,
tatalaksana maupun prognosis pasien hipertensi
• Metode pemantauan TD dengan ABPM dan HBPM
selayaknya dianggap sebagai informasi tambahan
yang saling melengkapi data TD klinik, dan tidak
menggantikan satu sama lain
BAB II
PENGGUNAAN KLINIS SEHARI-HARI
SIMPULAN:
•• Pemeriksaan ABPM telah diintegrasikan dalam
berbagai panduan hipertensi nasional dan
internasional; baik untuk diagnosis, pemantauan
tatalaksana dan penentuan prognosis
•• Penggunaan ABPM untuk pengukuran TD yang
lebih akurat dapat menghemat biaya pelayanan
kesehatan pasien hipertensi dalam jangka panjang
•• Peran ABPM dalam diagnosis: membantu konfirmasi
diagnosis hipertensi, mendeteksi hipertensi jas
putih dan hipertensi terselubung, serta penilaian
perubahan TD pada gangguan otonom
•• Peran ABPM dalam pemantuan terapi: memastikan
kendali TD telah tercapai (terutama pada pasien
risiko tinggi), konfirmasi diagnosis hipertensi tidak
terkontrol dan hipertensi resisten, konfirmasi adanya
hipotensi bergejala pada terapi yang berlebihan,
dan konfirmasi TD jika dijumpai ketidaksesuaian
antara TD klinik dengan HBPM.
•• Peran ABPM dalam penilaian prognosis dan risiko
kerusakan organ target: penilaian pola dipping,
hipertensi malam hari, lonjakan TD pagi hari, serta
variabilitas TD jangka pendek.
BAB III
TATA CARA PEMERIKSAAN ABPM
SIMPULAN:
•• Pemeriksaan ABPM dilakukan selama 24 jam,
umumnya pada hari kerja dan pasien dapat
beraktivitas seperti biasa di rumah ataupun kantor.
Pasien kembali datang ke klinik atau RS setelah 24
jam untuk melepas perangkat ABPM
•• Penting untuk memberikan penjelasan dan instruksi
yang jelas kepada pasien mengenai hal-hal yang
boleh dan tidak boleh dilakukan selama 24 jam
pemasangan alat
•• Umumnya pemeriksaan ABPM dapat ditoleransi
dengan baik oleh pasien
•• Pemasangan dan interpretasi ABPM dilakukan oleh
tenaga medis terlatih.
BAB IV
INTERPRETASI PEMERIKSAAN ABPM
4.4.
Penegakan Diagnosis Hipertensi dengan
Pemeriksaan ABPM
Dibandingkan dengan pengukuran TD di klinik,
pengukuran TD di luar klinik baik ABPM maupun HBPM
umumnya lebih rendah sehingga diagnosis hipertensi
menggunakan ABPM ditegakkan jika memenuhi kriteria
sebagai berikut:
4.7. Penilaian Risiko Kardiovaskular dan Kerusakan
Organ Target pada Pasien Hipertensi
Kemampuan ABPM untuk mendapatkan data
pengukuran TD dalam rentang waktu tertentu, bahkan
saat tidur, membuka peluang untuk menganalisa pola
TD tertentu yang mungkin berhubungan dengan
peningkatan risiko kardiovaskular dan kerusakan organ
target. Perlu diingat bahwa fenomena perubahan TD
malam dan pagi sering kali sangat bervariasi dari hari ke
hari serta potensial dipengaruhi oleh berbagai hal seperti
adanya gangguan tidur, stres emosional, asupan garam,
disfungsi saraf otonom, cuaca, suhu lingkungan dan
lain-lain.1 Panduan tatalaksana hipertensi internasional
SIMPULAN:
• Sebelum melakukan interpretasi hasil ABPM,
pastikan bahwa hasil pemeriksaan valid dan layak
dibaca
• Laporan hasil pemeriksaan ABPM mencakup
informasi rerata TD dan denyut nadi siang hari,
malam hari dan 24 jam; persentase penurunan
TD malam hari; serta grafik pengukuran TD dan
denyut nadi dalam 24 jam dengan demarkasi
antara waktu tidur dan terjaga
BAB V
DISKUSI KASUS
5.1. Kasus 1
Seorang laki-laki 68 tahun datang untuk kontrol
rutin hipertensi. Pasien diketahui hipertensi sejak 6
tahun yang lalu dan sudah minum obat antihipertensi
(Amlodipin 5 mg/Valsartan 80 mg - dalam single pill
combination) secara rutin. Setiap kali datang ke poliklinik,
TD pasien selalu tercatat di atas 140/90mmHg (range
155-175/95-105 mmHg), namun pasien mengatakan
jika sesekali diukur TD di rumah tidak pernah mencapai
140/90 mmHg. Karena didapati adanya ketidaksesuaian
antara TD di rumah dan di klinik, diputuskan untuk
melakukan pemeriksaan ABPM.
Aplikasi klinis:
Pada pasien yang telah mendapatkan terapi anti
hipertensi ini, TD di klinik meningkat, namun TD di
rumah saat siang, malam dan selama 24 jam berada
dalam batas normal. Sehingga disimpulkan pasien
ini mengalami TD tinggi yang tidak terkontrol saat
di poliklinik (White Coat Hypertension/hipertensi jas
putih). Pada individu baik yang dalam pengobatan anti-
hipertensi ataupun tidak, ABPM dapat menilai adanya
white coat effect, yang didefinisikan sebagai perbedaan
rerata tekanan darah di klinik dan rerata tekanan darah
di rumah.
Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia 35
Panduan Pengukuran Tekanan Darah di Luar Klinik
(Ambulatory Blood Pressure Monitoring)
5.2. Kasus 2
Seorang wanita 58 tahun dengan riwayat infark
miokard akut elevasi segmen ST (IMA-EST) inferior
6 bulan lalu, dilakukan prosedur intervensi koroner
perkutan primer (IKPP) dengan hasil stenosis 90%
di arteri koroner kanan (Right Coronary Artery, RCA)
segmen proksimal dan dilakukan pemasangan 1 stent
DES (drug eluting stent).
Aplikasi klinis:
Hasil ABPM tersebut menunjukkan hipertensi
terselubung, sehingga diagnosis hipertensi ditegakkan
pada pasien ini. Berdasarkan pola dipping, maka
pasien ini termasuk kategori non-dipper yang diketahui
berhubungan dengan peningkatan risiko kardiovaskular
serta kerusakan target organ yang lebih berat.
5.3. Kasus 3
Seorang pasien laki-laki, usia 59 tahun dengan
riwayat stroke. Pasien mengatakan bahwa dirinya
beberapa kali memeriksakan tekanan darah namun
selalu dikatakan normal. Pasien dicurigai memiliki
variabilitas BP yang tinggi, sehingga dilakukan
pemeriksaan ABPM.
DAFTAR PUSTAKA
1. Kario K, Shin J, Chen CH, Buranakitjaroen P, Chia YC,
Divinagracia R, et al. Expert panel consensus recommendations
for ambulatory blood pressure monitoring in Asia: The HOPE
Asia Network. J Clin Hypertens (Greenwich). 2019;21(9):1250-
83.
2. Turana Y, Widyantoro B, Situmorang TD, Delliana J, Roesli
RMA, Danny SS, et al. May Measurement Month 2018: an
analysis of blood pressure screening results from Indonesia.
Eur Heart J Suppl. 2020;22(Suppl H):H66-H9.
3. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.[cited 2022. Available from: https://
kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/
files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf.
4. Myers MG, Godwin M, Dawes M, Kiss A, Tobe SW, Kaczorowski
J. Measurement of blood pressure in the office: recognizing
the problem and proposing the solution. Hypertension.
2010;55(2):195-200.
5. Parati G, Omboni S, Bilo G. Why Is Out-of-Office Blood Pressure
Measurement Needed? Hypertension. 2009;54(2):181-7.
6. Hodgkinson J, Mant J, Martin U, Guo B, Hobbs FD, Deeks JJ,
et al. Relative effectiveness of clinic and home blood pressure
monitoring compared with ambulatory blood pressure
monitoring in diagnosis of hypertension: systematic review.
BMJ. 2011;342:d3621.
7. Stergiou GS, Palatini P, Parati G, O’Brien E, Januszewicz
A, Lurbe E, et al. 2021 European Society of Hypertension
practice guidelines for office and out-of-office blood pressure
measurement. J Hypertens. 2021;39(7):1293-302.