GENETIKA LANJUT
“REGULASI EKSPRESI GEN PADA EUKARIOT”
Dosen pengampu :
Dr.M.Harja Efendi,M.Pd.
OLEH :
Kelompok 1 (VI.A)
Puji syukur penulis panjatkan khadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat, nikmat serta
hidayah-Nya yang sangat besar sehingga penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan aktivitas
dengan baik dalam pembuatan “Makalah tentang regulasi ekspresi gen pada eukariot” ini dengan
baik dan tepat pada waktunya
Tidak lupa pula Sholawat serta salam somoga selalu tercurahkan atas kehadirat junjungan alam
Nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiah yakni addinul islam seperti sekarang ini.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah genetika lanjut yang
telah membimbing penyusun untuk menyusun Makalah ini dan semoga Makalah ini turut
memperkaya khazanah ilmu serta bisa menambah pengetahuan para pembaca.
BAB I
PEMBAHASAN
Gen regulator lac disimbolkan dengan gen i, yang mengkode suatu represor yaitu 360
asam amino. Bentuk aktif represor lac adalah tetramer yang mengandung 4 copi produk gen
i. Apabila tidak terdapat inducer, represor akan mengikat urutan operator lac, mencegah
polimerase RNA dari pengikatan pada promotor dan transkripsi gen-gen struktural. Beberapa
molekul produk gen z, y, dan a disintesis dalam keadaan tidak terinduksi, menyebabkan
ektivitas enzim dalam tingkatan lemah. Tingkatan aktivitas tersebut penting untuk induksi
operon lac karena induser dari operon, allolaktosa, merupakan derivat dari laktosa dalam
suatu reaksi yang dikatalisis oleh β-galaktosidase. Segera setelah terbentuk, allolactosa
mengikat represor, menyebabkan represor terlepas dari operator. Hal tersebut menginduksi
transkripsi gen struktural z, y, dan a (Gardner, 1991).
Gen i lac, operator, dan promotor pada awalnya diidentifikasi secara genetik melalui
isolasi dari mutasi dalam genetik unit-unit ini yang menyebabkan unit-unit tersebut tidak
berfungsi. Mutasi dalam gen i dan operator seringkali menghasilkan sintesis laktosa, dengan
memanfaatkan enzim. Mutasi ini didesain i- dan oc , secara berturut. Mutasi i- dan oc bisa
dibedakan tidak hanya oleh posisi map, tetapi juga oleh kelakuan mereka pada F’ merozigot
dimana mereka berlokasi pada konfigurasi cis dan trans relatif pada mutasi dai struktur gen
lac.
Beberapa mutasi gen i, yang didesain i-d adalah alel wild type dominan. Dominansi
ini ruanya dihasilkan dari ketidakmampuan heteromultimer (lac operator yang berfungsi
sebagai tetromer), yang berisi polipeptida wild-type dan mutan, yang mnegikat urutan
operator. Mutasi gen i lain, yang didesain i-s , menyebabkan operon lac menjadi uninducible.
Ketika dikaji secara in vitro, mutan i-s bentuk tetramer polipeptida yang mengikat operator lac
DNA
Ketika sel-sel dari E. coli ditumbuhkan tanpa β-galactosidase, tidak memerlukan β-
galactosidase, dan sel-sel tersebut berisi beberapa molekul enzim. Ketika substrat yang cocok
ditambahkan, maka tampak aktivitas enzim cepat dalam bakteri tersebut. Dalam 2-3 menit
setelah enzim dihadirkan, segera ada 5000 molekul enzim dari setiap bakteri. Ketika substrat
dipindahkan dari medium, maka sintesis enzim akan berhenti dengan cepat seperti keadaan
semula
metilsitosin. Metilasi ini dapat mempengaruhi ekspresi gen. Pola metilasi DNA dari gene
khusus berhubungan dengan status ekspresi mereka dapat diungkap oleh analisis enzim
restriksi dari gen DNA dari berbagai jaringan. Pada keadaan tertentu, gen yang mengalami
metilasi lebih sulit ditranskripsi daripada yang tidak mengalami metilasi. Misalnya, pada sel
noneritroid gen globin mengalami metilasi lebih ekstensif daripada pada sel dimana gen ini
diekspresikan. Status metilasi dari gen selama perkembangan adalah indikator penting untuk
mengerti diferensiasi sel. Beberapa gen mungkin dapat mengalami metilasi denovo pada
tingkatan tertentu dalam perkembangan. Contoh terbaik dari fenomena ini adalah gen dalam
kromosom X, yang secara selektif dimodifikasi dalam kromosom teraktivasi setelah tahap
blastokist.
dan tempat poliadenilasi menyebabkan satu gen menghasilkan protein yang berbeda.
Misalnya, pada sel parafolikel kelenjar tiroid, gen kalsitonin menghasilkan sebuah mRNA
yang mengkode pembentukan kalsitonin. Di otak, gen yang sama digabungkan dengan cara
berbeda dan menggunakan tempat poliadenilasi yang berbeda, sehingga hasilnya adalah