Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

GENETIKA LANJUT
“REGULASI EKSPRESI GEN PADA EUKARIOT”

Dosen pengampu :
Dr.M.Harja Efendi,M.Pd.

OLEH :

Kelompok 1 (VI.A)

➢ Eka Aulia (190104001)


➢ Weny Suliningati ( 190104014)
➢ Nurhalizah Nurdin(190104018)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MATARAM
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan khadirat Allah yang telah melimpahkan rahmat, nikmat serta
hidayah-Nya yang sangat besar sehingga penulis pada akhirnya dapat menyelesaikan aktivitas
dengan baik dalam pembuatan “Makalah tentang regulasi ekspresi gen pada eukariot” ini dengan
baik dan tepat pada waktunya
Tidak lupa pula Sholawat serta salam somoga selalu tercurahkan atas kehadirat junjungan alam
Nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman islamiah yakni addinul islam seperti sekarang ini.
Penyusun mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah genetika lanjut yang
telah membimbing penyusun untuk menyusun Makalah ini dan semoga Makalah ini turut
memperkaya khazanah ilmu serta bisa menambah pengetahuan para pembaca.

Mataram, 22 Februari 2022

BAB I
PEMBAHASAN

A. Regulasi Ekspresi Gen Pada Eukariotik


Bakteri seperti Escherichia coli tersebar di berbagai kondisi lingkungan. Sel
Escherichia coli mengalami perubahan kondisi pertumbuhan yang cepat pada saat melewati
tractus intestinalis ke sistem pembuangan kemudian ke sungai, danau, dll. Bakteri ini dapat
beradaptasi terhadap kondisi lingkungan yang beragam. Kemampuan adaptasi organisme
bergantung pada kemampuannya untuk ‘turn on’ (menyalakan) dan ‘turn off’ (mematikan)
ekspresi set-set gen yang spesifik bergantung pada lingkungan. Ekspresi gen tertentu akan
dinyalakan apabiila diperlukan dan akan dimatika apabila sudah tidak diperlukan. Dengan
memiliki kemampuan untuk meregulasi ekspresi gen maka organisme dapat tumbuh dan
berkembangbiak pada berbagai kondisi lingkungan
Gen-gen tertentu, seperti gen-gen yang spesifik untuk RNA ribosom, protein ribosom,
dan RNA transfer diperlukan setiap saat tanpa memperhatikan kondisi lingkungan. Namun
beberapa produk gen tertentu hanya diperlukan untuk pertumbuhan pada kondisi lingkungan
tertentu, ekspresi gen diregulasi dan produknya disintesis hanya bila diperlukan
Berdasarkan regulasi transkripsi pada eukaryot dan prokaryot yang diketahui saat ini,
berbagai mekanisme dapat dikelompokkan ke dalam dua kategori umum yaitu sebagai
berikut:
1. Mekanisme yang terlibat dala ‘turn on’ dan ‘turn off’ yang cepat pada ekspresi gen dalam
respon terhadap perubahan lingkungan.
2. Mekanisme yang disebut preprogrammed circuits of gene expression
B. Induksi dan Represi pada Prokaryot
Produk gen tertentu seperti molekul tRNA, molekul rRNA, protein ribosom,
komponen RNA polimerase (polipeptida), dan enzim pengkatalis dalam proses metabolik
yang sering berfungsi sebagai ‘housekeeping’ merupakan komponen esensial bagi sebagian
besar sel hidup. Gen spesifik untuk produk tersebut tergolong continually beng expressed
pada sebagian besar sel. Gen tersebut diekspresikan secara konstitutif dan disebut dengan
gen-gen konstitutif (gen dasar/ gen pokok)
Beberapa gen lain diperlukan untuk pertumbuhan sel dalam kondisi lingkungan
tertentu. Sintesis konstitutif dari produk gen tersebut akan memboroskan energi yang
semestinya dapat digunakan untuk pertumbuhan yang lebih cepat dan reproduksi di bawah
kondisi lingkungan tersebut. Evolusi dari mekanisme regulasi menyebabkan sintesis produk
gen hanya, jika, dan dimana produk tersebut diperlukan. Organisme yang memiliki
mekanisme tersebut mempunyai kelebihan dibandingkan dengan organisme lain, karena
sangat efisien dalam kontrol ekspresi gen
Escherichia coli dan sebagian besar bakteri lain mampu menggunakan salah satu dari
beberapa macam karbohidrat (glukosa, sukrosa, galaktosa, arabinosa, laktosa) sebagai
sumber energi. Apabila glukosa tersedia di lingkungan, maka Escherichia coli akan lebih
memilihnya untuk bahan metabolisme. Apabila glukosa tidak tersedia, Escherichia coli masih
tetap dapat tumbuh dengan baik dengan menggunakan karbohidrat lain. Sel-sel yang tumbuh
di dalam laktosa akan mensintesis β-galaktosida dan β-galaktosida permease yang merupakan
enzim katabolisme laktosa. β-galaktosidase yang berperan dalam proses pemecahan laktosa
menjadi glukosa dan galaktosa, dan β-galaktosida permease yang berperan dalam
pemompaan β-galaktosida ke dalam sel. Sintesis enzim-enzim tersebut memerlukan energi
dalam bentuk ATP dan ADP
Pada lingkungan yang alami (tractus intestinal dan sistem pembuangan), terkadang
Escherichia coli menghadapi keadaan dimana tidak tersedianya glukosa, melainkan
tersedianya laktosa. Pada keadaan tersebut, gen Escherichia coli yang terlibat dalam
penggunaan laktosa tidak terekspresi. Apabila sel bakteri yang tumbuh dalam karbohidrat
selain laktosa dipindahkan ke medium yang mengandung laktosa sebagai satu-satunya
sember karbon, maka sel bakteri tersebut akan mensintesis enzim yang diperlukan untuk
penggunaan laktosa. Proses ekspresi gen yang ‘turn on’ oleh respon substansi dalam
lingkungan disebut induksi.Gen yang terekspresi disebut inducible genes, produk yang
dihasilkan disebut inducible enzymes bila produk berupa enzim. Substansi lain yang dapat
direspon disebut inducer
Enzim yang terlibat di dalam lintasan katabolik (degradasi) seperti dalam penggunaan
arabinosa, galaktosa, dan laktosa dapat diinduksi. Proses induksi tersebut terjadi pada tahapan
transkripsi. Induksi akan mengubah kecepatan sintesis enzim.
Bakteri memiliki kapasitas metabolik untuk sintesis sebagian besar molekul organik,
misalnya Escherichia coli, bakteri ini memiliki lima gen pengkode enzim yang diperlukan
dalam sintesis triptofan. Kelima gen tersebut akan diekspresikan ketika Escherichia coli
berada dalam lingkungan tanpa triptofan. Apabila di lingkungan tersedia cukup triptofan
untuk pertumbuhan yang optimal, maka sintesis triptofan lebih lanjut dapat memboroskan
energi karena bakteri tersebut dapat menganbil triptofan eksternal. Sintesis enzim
biosistematik triptofan di ‘turn off’ apabila triptofan tersedia di lingkungan eksternal. Proses
‘turn off’ tersebut disebut dengan represi. Suatu gen yang ekspresinya di’turn off’ disebut
direpresi dan apabila ekspresi tersebut di’turn on’ gen dikatakan diderepresi. Enzim yang
merupakan komponen lintasan anabolik sering direpresi. Represi terjadi pada tahap
transkripsi
C. Model Operon
Pada tahun 1965 F. Jacob dan J. Monod mengemukakan model operon untuk
menjelaskan regulasi gen yang mengkode enzim untuk pemanfaatan laktosa pada E coli.
Keduanya mengusulkan bahwa transkripsi satu atau satu set gen struktual yang
berdampingan/bersebelahan/berdekatan, diregulasi oleh elemen-elemen engendali, salah
satunya yaitu gen regulator yang mengkode suatu protein yang disebut represor, dibawah
kondisi tertentu represor mengikat elemen kedua yaitu operator. Jika represor diikat operator,
transkripsi gen-gen struktual tidak dapat terjadi. Saat ini telah diketahui bahwa pengikatan
represor pada operator mencegah RNA polimerase dari pengikatan promotorsite, yang
terletak bersebelahan dengan urutan operator. Operator biasanya terletak diantara promoter
dan gen-gen struktural. Suatu unit bersebelahan yang lengkap terdiri dari gen struktural,
operator dan promoter disebut operon
Perbedaan essensial antar ‘inducible operon’ dan ‘repressible operon’ adalah:
1. Pada fenomena inducible operon, reseptor bebas mengikat operator, transkripsi ‘turn
off’.
2. Pada fenomenan repressible operon, reseptor bebas tidak dapat menikat operator.
Hanya kompleks molekul represor-efektor yang aktif mengikat operator.
3. Suatu transkripsi mRNA tunggal membawa kode informasi suatu keseluruhan eperon.
Jadi mRNA pada operon terdiri atas lebih dari satu gen struktural atau poligenik.
Sebagai contoh, mRNA operon triptofan pada E. coli adalah makromolekul besar
yang membawa urutan pengkode lima polipeptida berbeda yang spesifik. Oleh karena
adanya ko-trankripsi, semua gen struktural dalam suatu operon terekspresi secara
terkoordinasi .
D. lac, Inducible Operon
Jacob dan Monod mengusulkan model operon yang sebagian besar dihasilkan dari
hasil studi mereka pada operon lac E. coli. Operon lac terdiri dari sebuah promotor, operator
dan 3 gen struktural, z, y, dan a, yang mengkode enzim β-galaktosidase, β-galaktosida
permease, dan β-galaktosida transasetilase secara berurutan. β-galaktosida permease
memompa laktosa ke dalam sel, β-galaktosidase memecah laktosa menjadi glukosa dan
galaktosa. Fungsi β-galaktosida belum jelas.

Gen regulator lac disimbolkan dengan gen i, yang mengkode suatu represor yaitu 360
asam amino. Bentuk aktif represor lac adalah tetramer yang mengandung 4 copi produk gen
i. Apabila tidak terdapat inducer, represor akan mengikat urutan operator lac, mencegah
polimerase RNA dari pengikatan pada promotor dan transkripsi gen-gen struktural. Beberapa
molekul produk gen z, y, dan a disintesis dalam keadaan tidak terinduksi, menyebabkan
ektivitas enzim dalam tingkatan lemah. Tingkatan aktivitas tersebut penting untuk induksi
operon lac karena induser dari operon, allolaktosa, merupakan derivat dari laktosa dalam
suatu reaksi yang dikatalisis oleh β-galaktosidase. Segera setelah terbentuk, allolactosa
mengikat represor, menyebabkan represor terlepas dari operator. Hal tersebut menginduksi
transkripsi gen struktural z, y, dan a (Gardner, 1991).
Gen i lac, operator, dan promotor pada awalnya diidentifikasi secara genetik melalui
isolasi dari mutasi dalam genetik unit-unit ini yang menyebabkan unit-unit tersebut tidak
berfungsi. Mutasi dalam gen i dan operator seringkali menghasilkan sintesis laktosa, dengan
memanfaatkan enzim. Mutasi ini didesain i- dan oc , secara berturut. Mutasi i- dan oc bisa
dibedakan tidak hanya oleh posisi map, tetapi juga oleh kelakuan mereka pada F’ merozigot
dimana mereka berlokasi pada konfigurasi cis dan trans relatif pada mutasi dai struktur gen
lac.
Beberapa mutasi gen i, yang didesain i-d adalah alel wild type dominan. Dominansi
ini ruanya dihasilkan dari ketidakmampuan heteromultimer (lac operator yang berfungsi
sebagai tetromer), yang berisi polipeptida wild-type dan mutan, yang mnegikat urutan
operator. Mutasi gen i lain, yang didesain i-s , menyebabkan operon lac menjadi uninducible.
Ketika dikaji secara in vitro, mutan i-s bentuk tetramer polipeptida yang mengikat operator lac
DNA
Ketika sel-sel dari E. coli ditumbuhkan tanpa β-galactosidase, tidak memerlukan β-
galactosidase, dan sel-sel tersebut berisi beberapa molekul enzim. Ketika substrat yang cocok
ditambahkan, maka tampak aktivitas enzim cepat dalam bakteri tersebut. Dalam 2-3 menit
setelah enzim dihadirkan, segera ada 5000 molekul enzim dari setiap bakteri. Ketika substrat
dipindahkan dari medium, maka sintesis enzim akan berhenti dengan cepat seperti keadaan
semula

(Sumber: Lewin, 2004, p: 284)


Gambar diatas menunjukkan kebutuhan induksi. Kontrol transkripsi dari gen lac
merespon dengan cepat pada inducer seperti ditunjukkan pada bagian atas gambar.
Ketidakhadiran inducer menyebabkan operon ditranskripsi pada level sangat lemah.
Transkripsi berhenti segera setelah inducer dimatikan.
Promotor lac mengandung dua komponen yang secara fungsional berbeda:

1. RNA polimerase binding site


2. Suatu binding site untuk protein lain yang disebut CAP (Catabolite Activator Protein),
yang berfungsi seperti operon lac, yaitu tidak ditranskripsikan apabila terdapat
glukosa pada konsentrasi yang cukup untuk pertumbuhan yang optimal.
E. Peranan proses metilasi DNA dan splicing terhadap proses regulasi ekspresi gen pada
eukariot.
Residu sitosin pada DNA dapat mengalami metilasi untuk menghasilkan 5‐

metilsitosin. Metilasi ini dapat mempengaruhi ekspresi gen. Pola metilasi DNA dari gene

khusus berhubungan dengan status ekspresi mereka dapat diungkap oleh analisis enzim

restriksi dari gen DNA dari berbagai jaringan. Pada keadaan tertentu, gen yang mengalami

metilasi lebih sulit ditranskripsi daripada yang tidak mengalami metilasi. Misalnya, pada sel

noneritroid gen globin mengalami metilasi lebih ekstensif daripada pada sel dimana gen ini

diekspresikan. Status metilasi dari gen selama perkembangan adalah indikator penting untuk

mengerti diferensiasi sel. Beberapa gen mungkin dapat mengalami metilasi denovo pada

tingkatan tertentu dalam perkembangan. Contoh terbaik dari fenomena ini adalah gen dalam

kromosom X, yang secara selektif dimodifikasi dalam kromosom teraktivasi setelah tahap

blastokist.

Pada keadaan tertentu, penggunaan penyambungan alternatif (alternative splicing)

dan tempat poliadenilasi menyebabkan satu gen menghasilkan protein yang berbeda.

Misalnya, pada sel parafolikel kelenjar tiroid, gen kalsitonin menghasilkan sebuah mRNA

yang mengkode pembentukan kalsitonin. Di otak, gen yang sama digabungkan dengan cara

berbeda dan menggunakan tempat poliadenilasi yang berbeda, sehingga hasilnya adalah

protein yang berperan dalam indera pengecap


DAFTAR PUSTAKA

Gardner, E, J., Michael J. Simmons, D. Peter Snustad. 1991. Principles of Genetic


Eighth Edition.
Lewin, B. 2004. Genes VIII Lewin. United States of America: Pearson Prentice
Hall, PearsonEducation,Inc.

Anda mungkin juga menyukai