2013 Whs
2013 Whs
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Willem H Siegers
NIM C251090061
RINGKASAN
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Perairan
SEKOLAH PASCASARJANA
INTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Majariana Krisanti, SPi MSi
Judul Tesis : Kondisi Ekologi Makrobentos Pada Ekosistem Mangrove Dan Laut
Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermin, Propinsi Lampung
Nama : Willem Hendry Siegers
NIM : C251090061
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Diketahui oleh
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
kasih dan anugerahNya selama ini sehingga Penulis dapat menyelesaikan studi
dan meraih gelar magister dari Institut Pertanian Bogor. Adapun penulisan tesis
dengan judul Kondisi Ekologi Makrobentos Pada Ekosistem Mangrove Dan Laut
Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermin, Propinsi Lampung.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada: Dr Ir Enan M. Adiwilaga
selaku ketua komisi pembimbing dan Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc selaku anggota
pembimbing, karena dengan sepenuh hati dan penuh kesabaran telah membimbing
dan banyak meluangkan waktu selama penyusunan dan sampai terselesaikan
penulisan tesis. Dr Majariana Krisanti, SPi MSi, selaku penguji luar komisi yang
sudah memberikan masukan dalam perbaikan tesis. Bapak Dr Ir Enan M.
Adiwilaga selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Perairan dan
seluruh staf Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Mayor Pengelolaan
Sumber Daya Perairan yang selama kuliah banyak memberikan ilmu pengetahuan
dalam bidang perikanan selama penulis menempuh perkuliahan di Institut
Pertanian Bogor.
Terima kasih tak terhingga kepada orang tua tercinta, Bapak Anthon
Marinus Siegers dan Mama Esterlina Siegers serta seluruh keluarga besar atas
kasih sayang dan pengorbanan, nasehat dan dukungan doa selama ini. Ucapan
terima kasih juga buat Full Time Training Indonesia (FTTI), Bapak Japet
Sembiring dan Keluarga serta semua teman-teman Persekutuan Oikumene dan
Permama Bogor yang selalu menopang dalam doa. Teman-teman Angkatan 2009
Pengelolaan Sumber Daya Perairan atas kebersamaan yang penuh makna selama
berkuliah di IPB.
Penelitian ini juga terlaksana karena bantuan dari berbagai pihak, untuk itu
ungkapan terima kasih disampaikan kepada Koordinator Kopertis Wilayah XII
Ambon serta stafnya yang sudah memberikan izin dalam melanjutkan studi di IPB
dan Rektor Universitas Yapis Papua (UNIYAP) Jayapura serta staf dosen yang
sudah mendukung selama penulis studi serta Staf Laboratorium Pengujian
Kesehatan Ikan dan Lingkungan Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
(BBPBL) Lampung yang sudah memberikan izin dalam pengambilan data pada
lokasi penelitian.
Semoga karaya ilmiah ini dapat bermanfaat dan meberikan sumbangan
pada ilmu dan pengetahuan.
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR LAMPIRAN x
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 2
Tujuan dan Manfaat Penelitian 2
Hipotesa Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem Hutan Mangrove 4
Estuari 5
Komunitas Makrobentos 6
Makrobentos Yang Berasosiasi Dengan Hutan Mangrove 7
Moluska 7
Kepiting 8
Faktor Fisika-Kimia Perairan 8
Suhu 8
Salinitas 9
Derajat Keasaman (pH) 9
Oksigen Terlarut (DO) 9
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian 10
Prosedur Penelitian 11
Pengambilan Sampel Makrobentos 11
Pengukuran Parameter Fisika-Kimia Perairan 12
Analisis Data 13
Struktur Komunitas Makrobentos 13
Kepadatan Jenis 13
Sebaran Karakteristik Fisika-Kimia Air Interstisial Pada
Sedimen Mangrove dan Air Laut 15
Sebaran Makrobentos Serta Hubungannya Dengan
Karakteristik Fisika-Kimia Air Interstisial Pada Sedimen
Mangrove dan Air Laut 16
Hubungan Parameter Fisika-Kimia Air Interstisial Pada
Sedimen Mangrove dan Air Laut Terhadap Struktur
Komunitas Makrobentos 16
DAFTAR PUSTAKA 39
LAMPIRAN 45
RIWAYAT HIDUP 72
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
2
Bukan hanya fisika-kimia yang berubah, bagian ekosistem perairan lain pun akan
terpengaruh oleh sifat air tersebut. Bagian ekosistem perairan yang juga dapat
mengalami perubahan adalah sedimen (dasar perairan).
Pengaruh penurunan berbagai parameter lingkungan akan sangat jelas
dilihat pada komposisi struktur komunitas makrobentos. Menurut Prasetyo et al.
(2000) bahwa hewan-hewan makrobentos dapat dianggap lebih mencerminkan
adanya perubahan-perubahan faktor lingkungan pada suatu ekosistem perairan.
Dengan adanya hal tersebut maka perlu dilakukan suatu penelitian untuk
mengetahui kondisi ekologi habitat pada perairan hutan mangrove dan laut Desa
Hanura, Kecamatan Padang Cermin, Propinsi Lampung, dengan melakukan
pengukuran parameter fisika-kimia air interstisial pada sedimen mangrove dan air
laut serta parameter biologi makrobentos.
Perumusan Masalah
Beban masukan
antropogenik : Bahan
organik, anorganik
_
Hidrodinamika
Makrobentos
3
3
4
Hipotesa Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Estuaria
5
6
Bercampurnya masa air laut dengan air tawar menjadikan wilayah estuari
memiliki keunikan tersendiri, yaitu dengan terbentuknya air payau dengan
salinitas yang berfluktuasi. Perubahan salinitas ini dipengaruhi oleh air pasang dan
surut serta musim. Selama musim kemarau, volume air sungai berkurang sehingga
air laut dapat masuk sampai ke arah hulu, dan menyebabkan salinitas di wilayah
estuari menjadi meningkat. Pada musim penghujan air tawar mengalir dari hulu ke
wilayah estuari dalam jumlah besar, sehingga salinitas menjadi turun/rendah
(Supriadi, 2001).
Adanya aliran air tawar yang terjadi terus-menerus dari hulu sungai dan
adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang mengangkut mineral-
mineral, bahan organik dan sedimen merupakan bahan dasar yang dapat
menunjang produktifitas perairan di wilayah estuari yang melebihi produktivitas
laut lepas dan perairan air tawar. Oleh karena itu, lingkungan wilayah estuari
menjadi paling produktif (Supriadi, 2001).
Komunitas Makrobentos
mineral makanan potensial yang tidak tertangkap oleh organisme pelagik. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa input makanan dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu mikroalga bentik dan guguran dasar atau detritus yang suatu saat juga
tersuspensi oleh adanya pergerakan air (Barnes, 1987).
Moluska
Moluska yang dominan menempati hutan mangrove adalah dari kelas
Gastropoda (keong-keongan) yang banyak tinggal secara permanen di wilayah
hutan mangrove. Selain Gastropoda ada juga kelompok lain seperti Sipunculidae,
Polychaeta dan Bivalvia akan tetapi kelimpahannya kecil (Soemodihardjo, 1977).
Fauna yang menempati hutan mangrove terdiri dari dua kelompok, yaitu infauna
yang hidup didalam lubang atau terbenam didalam substrat dan epifauna yang
hidup bebas diatas permukaan substrat.
Jenis-jenis keong yang dominan di hutan mangrove menurut Frith (1977)
adalah dari family Pottamididae, Muriciidae, Onchidiidae dan Ellobiidae.
Sedangkan dari kelas Bivalvia hanya diwakili oleh beberapa jenis Polymesoda
coaxans, Polymesoda expansa, Ostrea cucullata, Gafrarium gibbia, Anadara
antiquata, Engmania aenigmatica dan Enigmonia rosea (Bery, 1975;
Soemodihardjo, 1977).
Penyebaran dan susunan moluska hutan mangrove dipengaruhi oleh
kondisi substrat dan komposisi mangrove. Pada bagian hutan mangrove yang
berbatasan dengan habitat lain akan terlihat jenis-jenis yang berasosiasi lebih erat
dengan masing-masing habitat lain tersebut (Budiman & Dwiono, 1986).
Karena habitat mangrove bersifat khusus, setiap jenis biota di dalamnya
mempunyai kisaran ekologi tersendiri dan masing-masing mempunyai relung
7
8
khusus. Menurut Steernis (1958) bahwa preferensi ekologis ini disebabkan oleh
kombinasi dari faktor-faktor sebagai berikut :
1 Tipe tanah (perbandingan kandungan pasir dan liat).
2 Salinitas (variasi nilai rata-rata harian dan tahunan, frekuensi, kedalaman dan
waktu genangannya).
3 Ketahanan jenis terhadap arus dan ombak.
4 Kondisi pertumbuhan biota muda dalam hubungan dengan ketiga faktor
diatas.
Kepiting
Jenis Uca sp dan Macrophthalmus spp. adalah detritivora yang
mengekstrak makanannya dari sedimen (Micheli et al., 1991). Kepiting mangrove
herbivora memakan langsung serasah mangrove, makanan kepiting Sesarmidae
terdiri dari material mangrove 82% (Poovachiranon & Tantichodok, 1991).
Sesarma meinertii secara umum menyukai daun Bruguiera gymnorrhiza dari pada
Avicenia marina (Micheli et al., 1991). Pilihan makanan tidak dipengaruhi oleh
tannin, kadar air, presentase organik, rasio C:N, atau kekerasan daun. Banyak
kepiting herbivorous, kadang-kadang menyimpan daun di dalam lubang mereka
(Micheli, 1993).
Suhu
Suhu merupakan parameter fisik yang sangat mempengaruhi pola
kehidupan organisme perairan, seperti distribusi, komposisi, kelimpahan dan
mortalitas. Suhu juga akan menyebabkan kenaikan metabolisme organisme
perairan, sehingga kebutuhan oksigen terlarut menjadi meningkat (Nybakken,
1988). Kelas Polychaeta akan melakukan adaptasi terhadap kenaikan suhu atau
salinitas dengan aktivitas membuat lubang dalam lumpur dan membenamkan diri
dibawah permukaan substrat (Alcantara & Weiss, 1991). Peningkatan suhu
perairan akan meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh organisme yang hidup
didalamya, sehingga konsumsi oksigen menjadi lebih tinggi. Peningkatan suhu
sebesar 1°C akan meningkatkan konsumsi oksigen sekitar 10% (Effendi, 2003).
Suhu yang optimal untuk kepiting rajungan molting ada pada suhu 25°C. Apabila
suhu lebih rendah dari 25°C proses molting akan lambat, sebaliknya bila suhu
lebih tinggi maka akan cepat terjadi namun yang sukses molting sangat sedikit
(Malone & Burder, 1998; Houchheimer, 1988). Rang hidup optimal untuk
kepiting rajungan adalah pada kisaran 21-27°C (Hochheimer, 1988). Untuk jenis
udang hidup normal pada rang suhu 28-32°C, dengan fluktuasi suhu harian 4°C.
Udang akan drop ketika suhu air berada di bawah 15°C.
9
Salinitas
Salinitas dapat mempengaruhi penyebaran organisme bentos baik secara
horizontal maupun vertikal. Secara tidak langsung mengakibatkan adanya
perubahan komposisi organisme dalam suatu ekosistem (Odum, 1993).
Gastropoda yang bersifat mobile mempunyai kemampuan untuk bergerak guna
menghindari salinitas yang rendah, namun bivalvia yang bersifat sessile akan
mengalami kematian jika pengaruh air tawar berlangsung lama (Effendi, 2003).
Menurut Hutabarat & Evans (1985) bahwa kisaran salinitas yang masih mampu
mendukung kehidupan organisme perairan, khususnya makrobentos adalah 15-35
ppt.
9
10
METODE PENELITIAN
HURUN
5°31'15" 5°31'15" WILLEM H. SIEGERS
# STASIU N C
NIM. C251090061
# STASIU N B
Pegelolaan Sumberdaya Perairan
# STASIUN A Institut Pertanian Bogor
HANURA 2013
TELUK HURUN
2 0 2 4 Miles
B1 05º31.678”LS-105º15.020”BT Mangrove
Stasiun B B2 05º31.705”LS-105º15.023”BT & laut
B3 05º31.709”LS-105º15.025”BT
C1 05º31.589”LS-105º14.837”BT Mangrove
Stasiun C C2 05º31.556”LS-105º14.845”BT & laut
C3 05º31.563”LS-105º14.847”BT
Prosedur Penelitian
11
12
Darat
Hutan Mangrove
10 m
1 2 3
Garis transek
2 Hutan Mangrove
20 m
3
Garis pantai
Perairan (Laut)
5
50 m
Kuadrat transek
Unit r=
25 cm
1m 25cm
25 cm
1m
Tabel 2 Parameter fisika-kimia air interstisial pada sedimen mangrove dan air
laut dan biologi Makrobentos.
Analisis Data
Kepadatan Jenis
Kepadatan jenis makrobentos dihitung dengan formulasi berikut :
Xi =
13
14
Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis menggambarkan kekayaan jenis atau jumlah jenis
suatu komunitas. Penelitian ini menggunakan nilai indeks keanekaragaman yang
dikemukakan oleh Shanon-Wiener (1949) in (English et al., 1994) dengan rumus :
Keseragaman
Keseimbangan penyebaran suatu spesies dalam komunitas dapat diketahui
dari indeks keseragaman Shanon dan Wiener (1949) in Brower et al., (1990) yang
dinyatakan dengan rumus sebagai :
Keterangan :
E = indeks keseragaman
H’ = indeks keanekaragaman Shanon-Wiener
H max = Ln S
S = jumlah spesies
Dominansi
Untuk melihat dominansi spesies tertentu pada suatu populasi digunakan
indeks dominansi Simpson (Krebs, 1989) yang dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut :
∑[ ]
Keterangan :
C = indeks dominansi Simpson
ni = jumlah individu ke-i
N = jumlah total individu
15
Keterangan :
Id = indeks dispersi Morisita
N = total jumlah individu suatu jenis dalam petak contoh
∑X2 = total jumlah individu dalam petak contoh
n = jumlah unit pengambilan contoh
Pola distribusi biota dalam lokasi penelitian diduga dengan menggunakan kriteria
nilai sebagai berikut :
Id = 1; pola dispersi acak
Id < 1; pola dispersi seragam
Id > 1; pola dispersi mengelompok
Untuk menguji kebenaran nilai indeks dispersi tersebut digunakan uji stastistik
Khi-kuadrat (Chi-square) berdasarkan Brower et al. (1990).
15
16
( )( )
r=
√[ ( ) ][ ( ) ]
Keterangan :
r = koefisien korelasi
n = jumlah data pengamatan
yi = struktur komunitas makrobentos
xi = parameter fisika-kimia perairan
b = slope
s = sidik ragam
JKG =
Dengan membagi kedua sisi persamaan ini dengan , kita memperoleh
hubungan yaitu :
Karena JKG dan s2y keduanya tidak pernah negatif, maka kita simpulkan
bahwa R2 nilainya pasti adalah 0 dan 1. Akibatnya, r mungkin mengambil nilai
dari -1 sampai +1. Nilai r = -1 akan terjadi apabila JKG = 0 dan semua titik contoh
terletak pada satu garis lurus yang mempunyai kemiringan negatif. Bila titik
contoh terletak pada satu garis lurus dengan kemiringan positif, maka JKG = 0
dan kita memperoleh nilai r = +1. Jadi hubungan linear sempurna terdapat antara
nilai-nilai X dan Y dalam contoh, apabila r = +1 atau -1. Bila r mendekati +1 atau
-1, hubungan antara kedua peubah itu kuat dan kita katakan terdapat korelasi yang
tinggi antara keduanya, apabila r mendekati nol, hubungan linear antara X dan Y
sangat lemah atau mungkin tidak ada sama sekali (Walpole, 1993).
Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk mengetahui keeratan dari
peubah X dan Y. Kisaran nilai R2 yaitu antara 0-1. Jika nilainya lebih besar dari
0,5 atau mendekati 1, maka dapat diartikan bahwa X memiliki peranan terhadap
Y. Besarnya peranan X dan Y, ditelaah dengan sidik ragam regresi. Jika F hitung
lebih besar dari F-tabel berarti peubah X memberikan pengaruh terhadap peubah
Y, demikian pula sebaliknya jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel peubah X tidak
memberikan pengaruh terhadap peubah Y.
17
18
Hutan mangrove yang tumbuh pada lokasi penelitian hampir sebagian besar
sudah mengalami degradasi akibat kepentingan dalam pembangunan. Hal ini
dapat diketahui dari hasil wawancara dengan beberapa masyarakat bahwa hutan
mangrove disekitar Teluk Hurun dibuka pertama kali pada saat proyek
transmigrasi tahun 1969. Pada saat itu hutan mangrove masih dalam kondisi baik
dengan lebar berkisar antara 500-700 meter. Pemanfaatan hutan mangrove
pertama kali untuk membuat arang, kemudian sedikit demi sedikit lahan
mangrove dialihkan menjadi daerah persawahan dan pertambakan. Pada tahun
1982 di bangun proyek pembangunan Balai Budi daya Laut Lampung di Teluk
Hurun. Proyek ini membutuhkan lahan sebesar 5,9 ha yang diperoleh antara lain
dari pembukaan hutan mangrove. Desa Hanura mempunyai luas perairan 1,5 km2
dengan panjang 1,5 km dan lebar 1 km, secara topografi bagian barat daya dan
bagian Selatan landai dengan kedalaman lebih kecil dari 5 meter. Sedangkan
sekitar mulut dan tenggara cukup dalam yaitu 10-15 meter. Terdapat 4 (empat)
sungai kecil yang bermuara di perairan Teluk Hurun, dua sungai di bagian Barat
daya, satu sungai di bagian Selatan dan satu sungai di pantai Barat laut (Kusrini,
1988).
Hutan mangrove pada lokasi penelitian dapat dibagi atas tiga stasiun
(masing-masing stasiun dibagi menjadi tiga sub stasiun). Hutan mangrove stasiun
A terdapat di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sidodadi, ditumbuhi oleh
jenis Rhizophora sp, Avicenia sp dan Sonneratia sp dengan ketebalan 270 meter.
Jenis Avicenia sp dan Sonneratia sp menyebar dari arah darat sampai ke laut,
sedangkan Rhizophora sp dari arah berbatasan laut sampai ke arah darat yang
cukup dominan. Bagian dalam hutan mangrove banyak ditemukan tegakan pohon
yang masih muda dengan perakaran yang rapat sampai di luar berbatasan dengan
laut. Hutan mangrove pada daerah ini banyak dipengaruhi oleh aktivitas pertanian
dari darat maupun sungai yang kadang mengalir pada saat hujan. Hampir sebagian
besar kehidupan mangrove pada lokasi ini dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Hutan mangrove pada stasiun B terdapat di sebelah Timur berbatasan
dengan Teluk Lampung, yang menyebar dibelakang Balai Budidaya Laut
Lampung. Mangrove yang tumbuh pada lokasi ini memiliki ketebalan 157 meter.
Pada bagian pesisir laut sampai ke arah tengah ditumbuhi oleh tegakan jenis
Rhizophora sp yang cukup dominan dan Sonneratia sp. Hutan mangrove pada
stasiun ini berdekatan dengan lokasi Budidaya di darat dan agak berjauhan dengan
aktivitas budidaya keramba apung di laut. Hutan mangrove pada stasiun ini
dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan hampir sebagian besar sering digenangi
oleh air laut.
Hutan mangrove Stasiun C terletak di sebelah Utara berbatasan dengan
desa Hanura, ditumbuhi mangrove dengan ketebalan 382 meter, dibagian depan
arah darat terdapat bekas tambak udang yang sudah tidak berfungsi dan hampir
sebagian besar sudah ditumbuhi oleh anakan dan pohon mangrove jenis Avicenia
sp dan Rhizophora sp, juga ditemukan lahan untuk peremajaan mangrove dari
Dinas Kehutanan Lampung dan rumah masyarakat. Hutan mangrove di stasiun ini
19
pada saat surut kelihatan kering dan saat pasang tertinggi air bisa tergenang
sampai ke arah darat. Mangrove di tempat ini dipengaruhi langsung oleh pasang
surut karena daerah ini langsung berhubungan dengan laut. Di sekitar hutan
mangrove lokasi penelitian juga terdapat muara sungai yang sering mengalir pada
saat terjadinya hujan. Sungai ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut.
Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor penting dalam metabolisme dan
distribusi organisme perairan. Suhu perairan berpengaruh sangat kompleks
terhadap hewan bentos, baik secara langsung maupun melalui interaksi dengan
faktor kualitas air lainnya (Hawkes, 1978). Hasil analisis rata-rata suhu air
interstisial pada sedimen mangrove ke tiga stasiun penelitian berkisar 27,3±0,33–
28,3±0,33°C, suhu terendah terdapat pada stasiun B. Rendahnya suhu air
interstisial pada sedimen mangrove, disebabkan pengukuran dalam hutan
mangrove yang intensitas cahaya matahari sedikit menembus sampai kedalam
19
20
hutan dan pengaruh angin. Sedangkan rata-rata suhu air laut berkisar antara
29,7±0,53-29,9±0,03°C, Suhu air laut tidak berbeda antara ke tiga stasiun
penelitian, cenderung tinggi. Hal ini karena letak lokasi penelitian pada daerah
terbuka dan tidak ditumbuhi mangrove sehingga penetrasi cahaya matahari sangat
maksimal pada permukaan air (Gambar 4).
30,50
30,00
29,50
Suhu Perairan (°C)
29,00
28,50
28,00
27,50
27,00
26,50
26,00
25,50
A B C A B C
Mangrove Laut
Stasiun Penelitian
Gambar 4 Histogram rata-rata suhu air interstisal pada sedimen mangrove dan
air laut. Tanda bar menunjukkan standar diviasi.
Salinitas
Analisis rata-rata salinitas air interstisial pada sedimen mangrove stasiun
penelitian berkisar 29,7±0,33-30,0±0,58 ppt, salinitas terendah terdapat pada
stasiun A (29,7±0,33ppt). Hal ini disebabkan lokasi penelitian selalu dipengaruhi
oleh pasang surut air laut yang membawa air tawar bercampur menjadi satu dan
vegetasi mangrove cukup rapat sehingga penguapan cukup rendah. Sedangkan
rata-rata salinitas air laut berkisar 28,3±0,33-30,0±0,00 ppt. Salinitas tertinggi
terdapat pada stasiun B (30,0±0,00 ppt). Hal ini disebabkan pengaruh masukan air
sungai sangat kecil pada saat pengambilan sampel dan penguapan yang tinggi
akibat tidak terdapatnya vegetasi mangrove (Gambar 5).
31,00
30,50
Salinitas Perairan (ppt)
30,00
29,50
29,00
28,50
28,00
27,50
27,00
26,50
A B C A B C
Mangrove Laut
Stasiun Penelitian
21
22
8,50
8,00
7,50
pH Perairan
7,00
6,50
6,00
A B C A B C
Mangrove Laut
Stasiun Penelitian
Rata-rata nilai pH air interstisial pada sedimen mangrove dengan air laut
berbeda. Tinggi dan rendahnya perbedaan nilai rata-rata pH terjadi karena
pengaruh nitrifikasi pada perairan. Nitrifikasi ini dapat diminimalisir oleh arus
pasang yang bercampur dengan sedimen, sehingga pada saat surut hampir
sebagian besar zat asam tersebut mengendap di dalam sedimen. Menurut
Marchand et al. (2003), karakterisasi lingkungan fisika dan kimia dengan nilai pH
yang lebih asam ditemukan dilapisan permukaan sedimen, hal ini dapat
disebabkan oleh oksidasi besi sulfida lebih dominan dengan pelepasan oksigen
23
6,00
5,00
DO Perairan (mg/l)
4,00
3,00
2,00
1,00
0,00
A B C A B C
Mangrove Laut
Stasiun Penelitian
23
24
51 sp 39 sp
438 ind 366 ind
A
B
C
52 sp
403 ind
Gambar 8 Komposisi spesies (sp) dan jumlah individu (ind) biota makrobentos
pada masing-masing stasiun penelitian
25
26
Makrobentos Makrobentos
9% stasiun A stasiun B
9% 5% 3%
Gastropoda Gastropoda
30% Bivalvia Bivalvia
Crustacea Crustacea
Polychaeta Polychaeta
52% 44%
48%
3% Makrobentos
2% stasiun C
Gastropoda
Bivalvia
40%
Crustacea
55%
Polychaeta
27
28
sedangkan arah laut terdapat spesies Columbella mercatoria, Ostrea edulis dan
Pseudochama corrugata sedangkan di stasiun C (Desa Hanura) arah mangrove
ditemukan spesies Cerithium asper sedangkan arah laut ditemukan spesies
Anadara ferruginea dan Callista chione. Kesepuluh spesies ini tergolong stadia
anakan dan dewasa baik gastropoda (arah mangrove lebih dominan dengan
substrat dasar berlumpur) sedangkan bivalvia (arah laut lebih dominan dengan
substrat dasar lumpur berpasir).
Tabel 3 Pola sebaran makrobentos berdasarkan indeks morisita dan uji khi
kuadrat pada selang kepercayaan 95% (α = 0,05)
X2 Pola
Stasiun Habitat Spesies Id
Hitung Tabel distribusi
Mangrove Terebralia palustris 1,843 22,806 3,340 Mengelompok
Cerithium asper 7,715 80,220 3,340 Mengelompok
Telescopium telescopium 2,435 32,410 3,340 Mengelompok
Callista chione 6,814 74,222 3,340 Mengelompok
A Laut Terebralia palustris 0,726 -7,048 3,340 Seragam
Cerithium asper 2,209 29,011 3,340 Mengelompok
Telescopium telescopium 1,803 22,078 3,340 Mengelompok
Cerithium articulatum 4,274 53,742 3,340 Mengelompok
Donax scortum 3,660 47,546 3,340 Mengelompok
Callista chione 0,079 -87,013 3,340 Seragam
Mangrove Terebralia palustris 6,871 63,180 3,340 Mengelompok
Cerithium asper 1,060 4,552 3,340 Acak
Anadara ferruginea 1,105 5,648 3,340 Acak
Telescopium telescopium 11,129 84,037 3,340 Mengelompok
B Laut Terebralia palustris 1,060 4,552 3,340 Acak
Cerithium asper 0,480 -16,359 3,340 Seragam
Columbella mercatoria 6,257 59,512 3,340 Mengelompok
Ostrea edulis 8,25 70,699 3,340 Mengelompok
Pseudochama corrugata 9,898 78,640 3,340 Mengelompok
Mangrove Terebralia palustris 2,565 32,351 3,340 Mengelompok
Cerithium asper 10,421 90,140 3,340 Mengelompok
Donax scortum 0,573 -13,449 3,340 Acak
Laut Terebralia palustris 0,822 -2,784 3,340 Acak
C Cerithium asper 1,338 11,717 3,340 Acak
Cerithium litteratum 2,949 37,122 3,340 Mengelompok
Anadara ferruginea 8,533 80,217 3,340 Mengelompok
Tellina donacina 5,148 57,961 3,340 Mengelompok
Donax scortum 0,141 -58,606 3,340 Acak
Callista chione 9,407 84,971 3,340 Mengelompok
29
Kepadatan Makrobentos
Kepadatan spesies makrobentos yang ditemukan pada ke tiga lokasi
penelitian ditunjukkan pada Gambar 10. Nilai kepadatan tinggi terdapat pada
stasiun C (Desa Hanura) dan Stasiun B (Teluk Lampung). Secara keseluruhan
kisaran nilai kepadatan tinggi terdapat pada arah laut untuk ketiga stasiun
penelitian. Stasiun A (Desa Sidodadi) kisaran nilai kepadatan tertinggi pada arah
laut jarak 30 meter (829±57,80 ind/m2) sedangkan rendah pada arah hutan
mangrove jarak 20 meter (138±12,54 ind/m2). Stasiun B (Teluk Lampung) kisaran
nilai kepadatan tinggi pada arah laut jarak 30 meter (550±47,17 ind/m2)
sedangkan rendah arah hutan mangrove jarak 20 meter (273±14,19 ind/m2).
Sedangkan stasiun C (Desa Hanura) kisaran nilai kepadatan tinggi arah laut jarak
10 meter (669±43,46 ind/m2) dan rendah arah hutan mangrove jarak 10 meter
(239±17,47 ind/m2).
Tinggi rendahnya kepadatan makrobentos sangat dipengaruhi oleh berbagai
kondisi lingkungan di sekitarnya. Salah satu faktor yang sangat berpengaruh
adalah ketersediaan makanan dan adanya oksigen terlarut yang cukup. Perubahan
secara mendalam dan komposisi sedimen biasanya berhubungan dengan
perubahan sejumlah faktor fisika lainnya (misalnya pergerakan air, suplai oksigen,
nutrisi) (Richter & Sarnthein, 1977; Jones et al., 1990). Secara keseluruhan,
kekayaan jenis cenderung meningkat dari sedimen kasar, kecuali pada saat surut
untuk sedimen kasar, dimana jumlah spesies yang ditemukan rendah (Jones et al.,
1990). Meningkatnya kekayaan spesies sehubungan dengan peningkatan
kekerasan sedimen, sehingga merupakan pola berulang dalam komunitas sedimen
lunak (Jones et al., 1990).
Kepadatan jenis Anadara ferruginea dan Cerithium asper yang tinggi pada
stasiun B (Teluk Lampung) dan kelimpahan jenis Donax scortum dan Terebralia
palustris pada stasiun C (Desa Hanura) berkaitan juga dengan gradien daerah
pasang surut (intertidal) sebagai habitat makrobentos. Menurut Wells (1994),
perbedaan tinggi rendahnya nilai kepadatan dan keanekaragaman jenis dapat
disebabkan oleh perbedaan karakter substrat yang ada dalam komunitas.
29
30
1000
A
Kepadatan Makrobentos
800
600
(Ind/m2) 400
200
Xi
0
20 10 10 20 30
Mangrove Garis Laut
pantai
500
400
300
(Ind/m2)
200
100 Xi
0
20 10 10 20 30
Mangrove Garis Laut
pantai
800
700
Kepadatan Makrobentos
600
500
400
C
(Ind/m2)
300
200
100 Xi
0
20 10 0 10 20 30
Mangrove Garis Laut
pantai
pada jarak 10 meter (2,33±0,21) dan rendah pada arah hutan mangrove jarak 10
meter (1,57±0,12). Secara keseluruhan, kisaran nilai keanekaragaman pada arah
hutan mangrove dan laut tergolong rendah. Sebaliknya indeks keseragaman (E)
tertinggi terdapat pada stasiun A arah laut jarak 10 meter (0,82±0,04) dan
terendah arah hutan mangrove jarak 10 meter (0,71±0,06). Secara keseluruhan
indeks keseragaman arah hutan mangrove dan laut tergolong tinggi. Sedangkan
indeks dominansi (C) menunjukkan nilai yang rendah (tidak mendekati angka 1,
baik arah hutan mangrove maupun laut) pada lokasi penelitian.
Hasil analisis nilai indeks makrobentos stasiun B (Teluk Lampung) pada
hutan mangrove dan laut dapat dilihat pada Gambar 11B. Nilai keanekaragaman
(H’) pada stasiun B arah laut untuk semua jarak tinggi, jarak yang paling tertinggi
30 meter (3,09±0,10) dan paling rendah arah mangrove jarak 20 meter
(2,29±0,10). Secara keseluruhan kisaran nilai indeks keanekaragaman pada
stasiun B arah hutan mangrove dan laut cukup tinggi. Sebaliknya indeks
keseragaman (E) tertinggi terdapat di stasiun B jarak 30 meter (0,89±0,02) dan
terendah arah hutan mangrove jarak 20 meter dan laut jarak 10 meter (0,84±0,03).
Secara keseluruhan nilai indeks keseragaman stasiun B pada arah hutan mangrove
dan laut tergolong tinggi jika mendekati angka 1. Sedangkan nilai indeks
dominansi (C) menunjukkan nilai yang rendah (tidak mendekati 1 pada arah hutan
mangrove maupun laut pada stasiun B) lokasi penelitian.
Hasil analisis nilai indeks makrobentos stasiun C dapat dilihat pada
Gambar 11C. Nilai keanekaragaman (H’) tertinggi terdapat pada stasiun C jarak
10 meter arah laut (2,59±0,27) dan terendah arah hutan mangrove jarak 20 meter
(1,85±0,03). Secara keseluruhan, kisaran nilai keanekaragaman pada stasiun C,
baik arah hutan mangrove dan laut lokasi penelitian tergolong rendah. Sebaliknya
indeks keseragaman (E) tinggi pada stasiun C arah laut pada jarak 30 meter
(0,81±0,05) dan terendah arah hutan mangrove jarak 10 dan 20 meter (0,72±0,02).
Secara keseluruhan kisaran nilai keseragaman, baik arah hutan mangrove dan laut
cukup tinggi jika mendekati angka 1. Sedangkan indeks dominansi (C)
menunjukkan nilai yang rendah (tidak mendekati angka 1 pada arah hutan
mangrove dan laut lokasi penelitian.
Kisaran nilai indeks makrobentos menunjukkan bahwa komunitas
makrobentos yang ada pada ketiga lokasi penelitian berbeda menurut habitat.
Nilai keseragaman makrobentos pada stasiun A, B dan C masih dikategorikan
dalam keseragaman populasi yang tinggi baik pada sedimen mangrove maupun
laut. Menurut Brower et al. (1990), nilai indeks keseragaman lebih dari 0,6
termasuk dalam kategori keseragaman populasi tinggi. Wilhm & Doris (1968)
menyatakan bahwa indeks keseragaman akan mencapai nilai maksimum jika
kelimpahan individu per jenis menyebar secara merata. Berdasarkan beberapa
pendapat yang dikemukan maka secara umum komposisi hewan makrobentos arah
hutan mangrove dan laut, khususnya stasiun B (Teluk Lampung) masih berada
dalam kondisi yang stabil. Kestabilan spesies dalam suatu komunitas terjadi jika
nilai keanekaragaman spesies tinggi, dominansi spesies rendah dan keseragaman
spesies tinggi. Dedget (1976) in Cappenberg (1999) menyatakan bahwa pada
umumnya jika nilai keseragaman mendekati 0,8 dapat dikatakan bahwa komunitas
dari ekosistem tersebut mendekati suatu keadaan yang stabil, yang
mengindikasikan tekanan yang rendah terhadap kestabilan komunitas (Nakaoka,
2005).
31
32
A 3,00
2,50
3,50
B 3,00
Nilai indeks makrobentos
2,50
2,00
1,50
(Ind/m2)
1,00 H'
0,50 E
0,00
20 10 10 20 30 C
3,50
C 3,00
Nilai indeks Makrobentos
2,50
2,00
1,50
(Ind/m2)
1,00 H'
0,50 E
0,00
20 10 0 10 20 30 C
Componen Analysis (PCA), yang ditunjukkan pada Gambar 12. Parameter fisika-
kimia air interstisial pada sedimen mangrove dan air laut yang digunakan sebagai
data input adalah suhu, pH, salinitas dan oksigen terlarut (DO) (Lampiran 2a, 3a).
Matriks korelasi yang terbentuk memberikan gambaran hubungan antara
parameter fisika-kimia air interstisial pada sedimen mangrove sebagai variabel
dengan titik atau lokasi penelitian sebagai faktor, yang terpusat pada komponen
utama (sumbu utama). Matriks dapat dilihat pada (Lampiran 2d). Komponen
utama dari parameter fisika-kimia air interstisial pada sedimen mangrove
menunjukkan adanya pemusatan pada sumbu utama, dimana masing-masing
parameter memberikan kontribusi sebesar 66,4% dari ragam total, dimana pada
sumbu F1 = 40,6% dan F2 = 25,8% (Lampiran 2b).
Beberapa parameter fisika-kimia air intertisial yang berperan membentuk
sumbu utama 1 adalah pH dan suhu (-0,540) dan sumbu utama 2, parameter
fisika-kimia air interstisial yang berperan adalah pH dan salinitas (-0,154), sumbu
1 dan 2 membentuk korelasi yang negatif dengan nilai pada sumbu 2 yang cukup
rendah (Gambar 12A). Berdasarkan penyebaran lokasi penelitian pada sumbu 1
(F1) dan sumbu 2 (F2) terlihat bahwa sub stasiun (B1, B2, A1, dan C3)
membentuk satu kelompok. Hasil analisis komponen utama menunjukkan adanya
pengelompokkan lokasi penelitian berdasarkan parameter fisika-kimia air
interstisial pada sedimen mangrove antara lokasi penelitian. Pengelompokan ini
disebabkan oleh parameter fisika-kimia air interstisial pada sedimen mangrove
yang membentuk sumbu utama 1 pada sub stasiun (B1, B2, B3, A1, dan C3)
memiliki kandungan pH tinggi dan DO yang rendah. Kondisi ini berbanding
terbalik dengan sub stasiun (A2, A3, C1 dan C2) yang membentuk sumbu 2,
dengan kandungan salinitas tinggi dan suhu yang rendah (Gambar 12B).
Sebaran karakteristik fisika-kimia air laut yang digambarkan dengan
Analisis Komponen Utama atau principal componen analysis (PCA), yang
ditunjukkan pada Gambar 13. Komponen utama dari parameter fisika-kimia air
laut menunjukkan adanya pemusatan pada sumbu utama, dimana masing-masing
parameter memberikan kontribusi sebesar 83,6% dari ragam total, dimana pada
sumbu F1 = 54,8% dan F2 = 28,8% (Lampiran 3b).
Beberapa parameter fisika-kimia air laut yang berperan membentuk sumbu
utama 1 adalah pH dan salinitas (-0,533) dan sumbu utama 2, parameter fisika-
kimia air laut yang berperan adalah DO dan salinitas (0,628) (Gambar 13A). Hasil
analisis komponen utama menunjukkan adanya pengelompokkan lokasi penelitian
berdasarkan parameter fisika-kimia air laut antara lokasi penelitian.
Pengelompokan ini disebabkan oleh parameter fisika-kimia air laut yang
membentuk sumbu utama 1 pada sub stasiun (C1, C2 dan C3) memiliki
kandungan pH dan suhu yang tinggi. Kondisi ini berbanding terbalik dengan sub
stasiun (A1, B1, B2, dan B3) yang membentuk sumbu 2, dengan kandungan
salinitas tinggi dan DO yang rendah (Gambar 13B). Berdasarkan penyebaran
lokasi terlihat bahwa stasiun C (Desa Hanura) membentuk satu kelompok
sedangkan stasiun A (Desa Sidodadi) dan stasiun B (Teluk lampung) membentuk
kelompok sendiri.
33
34
A B
A B
35
36
A B
Ae
1.0 Tt
1.0
C3 Ds
A2
0.5
Cc
Cc
0.5 Cl A1
A1
Sumbu 2 (31.70% )
Sumbu 2 (25.26% )
C1
Tp
Cl
C2 Tp A2
A3
0.0 suhu
pH
A3
0.0
salinitas
salinitas DO
pH B2 Ct
C3 DO B3 Tt
C1 suhu Ct Ca
C2 B1
-0.5
Ca B3
Ds B2
B1
-0.5 Ae Af
Af
-1.0
-1.0
-1.5
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Sumbu 1 (43.08%) Sumbu 1 (42.4% )
37
38
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alcantara PH, Weiss VS. 1991. Ecological Aspects of The Polychaete Population
Associated With the Red Mangrove Rhizophora mangle at Laguna de
Terminos, Southern part of the Gulf of Mexico. Ophelia suppl 5:451-462.
Barnes RD. 1987. Invertebrata Zoology, 5th edition. Philadelhia. London (GB):
WB. Saunder Company.
Bengen DG. 2000. Teknik Pengambilan Contoh dan Analisis Data Biofisik
Sumberdaya Pesisir. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan
[sinopsis]. Bogor (ID): Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian Bogor.
Bengen DG, Lim P, Belaud A. 1992. Water Quality in Three Ancient of the River
Garonne Spatio-Temporal Variability. Revue Des Sciences De L'Eau.
5(2):131-156.
Bery AJ. 1975. Mollusca Colonizing Mangrove Trees With Observation on
Enigmonia rosea (Anomiidae). Molluscan Sudies. Ed khusus 41:589-600.
39
40
Brafield AE. 1978. Life in Sandy Shores, First Edition. London (GB): Edward
Arnold Publishers.
Brown JJ, Glen EP, Fitzsimmons KM, Smith SE. 1999. Halophytes for the
Treatment of Saline Aquaculture Effulent. J Aquaculture. 175:255-268.
Brower JE, Zar JH, Ende CN. 1990. Field and Laboratory Methods for General
Ecology. Edisi Ketiga. United States of Amerika: William C. Brown
Publishers.
Connel DW, Miller GJ. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Koestoer
Y, Sehati, penerjemah. Jakarta (ID): UI Pr.
Dance SP. 1977. The Encyclopedia of Shells, 2nd Second Edition. London (GB):
Published by Blanford Pr Limited.
English SA, Wilkinson C, Baker V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine
Resources. Australia: Institute of Marine Science.
Frith DW. 1977. A Preliminary List of Macrofauna From Mangrove Forest and
Adjcent Brotopes at Suria Island, Western Peninsular Thailand. Phuket
Marine Biological Centre Research. Buletin. Ed khusus 17:1-14.
Hawkes HA. 1979. Invertebrate as Indicator of River Water Quality. New York:
A. James and L. Evison (eds), Biological Indicators of Water Quality. John
Wiley and Sons. Ed khusus 2:1-45.
Hochheimer J. 1988. Water Quality in Soft Crab Shedding. Maryland Sea Grant
Extension University of Maryland. Cooperative Extension Service. 88-01.
Hogarth PJ. 2007. The Biology of Mangroves and Seagrasses. New York: Oxford
University Pr.
Huet M. 1972. Text Book of Fish Culture. Breeding and Cultivation of Fish.
London (GB): Fishing News Books Ltd.
Jones GP, Ferrell DJ, Sale PF. 1990. Spatial Pattern in the Abundance and
Structure of Mollusc Populations in the Soft Sediments of a Coral Reef
Lagoon. Marine Ecology Progress Series. Ed khusus 62:109-120.
Jones JRE. 1964. Fish and Marine Pollution. London (GB): Butterworth and Co,
Ltd.
Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper and Row.
41
42
Kusrini DM. 1988. Tinjauan Umum Ekosistem Hutan Mangrove Di Teluk Hurun,
Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Lampung Selatan [Laporan PKL].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Kustanti A. 2011. Manajemen Hutan Mangrove. Bogor (ID): PT Penerbit. IPB Pr.
Leeder MR. 1982. Sedimentology: Process and Product. London (GB): George
Allen & Unwin Pr.
Malone RF, Burden DG. 1998. Design of Recirculating. Blue Crab Shedding
System. London (GB): Louisiana Sea Grand College Program, Center for
Wetland Resources, Louisiana State University.
Marchand C, Lallier-Verges E, Baltzer F. 2003. The Composition of Sedimentary
Organic Matter in Relation to the Dynamic Features of a Mangrove-
Fringed Coast in French Guiana. Estuarine Coastal and Shelf Science.
Ed khusus 56:119-130.
Mckee KL, Menselssohn IA, Hester MW. 1988. Reexamination of Pore Water
Sulfide Concentrations and Redox Potentials Near the Aerial Roots of
Rhizophora mangle and Avicennia germinans. American J Botany.
75(9):1352-1359.
Nybakken JW. 1988. Marine Biology: An Ecological Approach. Jakarta (ID): PT.
Gramedia.
Odum WE, Heald EJ. 1974. The Detritus Based Food Web of An Estuarine
Mangrove Community. J Estuarine. 1:265-268.
Odum WE, Johannes RE. 1975. The Response of Mangrove to Man Induced
Environmental Stress. Amsterdam: In Tropical Marine Pollution (Wood.
EJF, Johannes RE). Elsevier Scientific Publishing Company. Ed khusus
12:52-62.
Riani E. 2012. Perubahan Iklim dan Kehidupan Biota Akuatik (Dampak Pada
Bioakumulasi Bahan Berbahaya dan Beracun & Reproduksi). Bogor (ID):
PT. Penerbit IPB Pr. hlm 123 .
43
44
Spalding MD, Blasco F, Field CD. 1996. World Mangrove Atlas. Okinawa, Japan:
International Society for Mangrove Ecosystems.
Stieglitz CT, Clark FJ, Hancock JG. 2013. The Mangrove Pump: The Tidal
Flushing of Animal Burrows in a Tropical Mangrove Forest Determined
From Radionuclide Budgets. Geochimica et Cosmochimica Acta. Ed
khusus 102:12-22.
Supriadi HI. 2001. Dinamika Estuaria Tropik. LIPI- Jakarta (ID): J Oseana.
26(4):1-11.
Walpole ER. 1993. Pengantar Statistika. Jakarta (ID): PT. Gramedia Pustaka
Utama. Ed ke-3.
Welch DS. 1952. Limnology. New York: McGraw Hill Book Co. Inc.
Wells FE. 1994. The Invertebrate Community of Subtidal Sand Habitats at Cape
d’Aguilar Hongkong, With an Emphasis on Molluscs. Morton, B (ed)
Proceeding of Third International Workshop on the Malacofauna of
Hongkong and Southern China. Hongkong: Hongkong University Pr. hlm
467-477.
Wilhm JL, Doris TC. 1968. Biological Parameter for Water Quality Criteria.
BioScience. Department of Zoology and Reservoir Research Center,
Oklahoma State University, Stillwater, OK. Ed khusus 18:477-81.
45
45
46
Lampiran 2 (a) Tabel data parameter fisika-kimia air interstisial pada sedimen
mangrove, (b) Hasil Analisis Komponen Utama (PCA) Eigenvalues,
(c) Korelasi antara variabel dengan faktor, (d) Matriks korelasi
person (n) antara faktor fisika-kimia.
(a) Tabel data parameter fisika-kimia air interstisial pada sedimen mangrove
(d) Matriks kerelasi Pearson (n) antara faktor fisika-kimia air interstisial
sedimen mangrove
Variabel Suhu Salinitas pH DO
Salinitas 1 -0,038 -0,540 -0,018
-0,038 0,922 0,133 0,963
0,922 1 -0,154 -0,013
pH -0,540 -0,154 0,692 0,963
0,133 0,692 1 0,268
DO -0,018 -0,013 0,268 0,436
0,963 0,963 0,436 1
Cel Contents : Pearson correlation
P-Value
47
Lampiran 3 (a) tabel data parameter fisika-kimia air laut, (b) Hasil Analsis
Komponen Utama (PCA) Eigenvalues, (c) Korelasi antara variabel
dengan faktor, (d) Matriks korelasi Person (n) antara faktor fisika-
kimia.
(a) Tabel data parameter fisika-kimia air laut
(d) Matriks kerelasi Pearson (n) antara faktor fisika-kimia air interstisial
sedimen mangrove
Variabel Suhu Salinitas pH DO
Salinitas 1 -0,364 0,328 0,166
-0,364 0,336 0,388 0,669
0,336 1 -0,533 0,628
pH 0,328 -0,533 0,140 0,070
0,388 0,140 1 -0,503
DO 0,166 0,628 -0,503 0,168
0,669 0,070 0,168 1
Cel Contents : Pearson correlation
P-Value
47
48
F1 F2
Variabel qual Mass Inert
Coord Coor Contr Coord Corr Contr
A1 0,548 0,121 0,114 -0,024 0,002 0,001 0,349 0,546 0,196
A2 0,890 0,121 0,184 0,121 0,041 0,017 0,553 0,849 0,492
A3 0,005 0,085 0,085 0,031 0,004 0,001 0,019 0,001 0,000
B1 0,902 0,108 0,108 0,403 0,503 0,172 -0,359 0,398 0.185
B2 0,866 0,121 0,121 0,399 0,816 0,188 -0,099 0,050 0,016
B3 0,731 0,106 0,106 0,285 0,569 0,084 -0,152 0,162 0,032
C1 0,897 0,105 0,105 -0,405 0,817 0,167 -0,127 0,081 0,022
C2 0,766 0,124 0,124 -0,415 0,666 0,208 -0,161 0,100 0,042
C3 0,880 0,109 0,109 -0,391 0,828 0,163 -0,099 0,053 0,014
(c) Tabel nilai kontribusi spesies makrobentos dan parameter fisika-kimia air
interstisial pada sedimen mangrove (%)
F1 F2
Variabel
Qual Mass Inert Coord Corr Contr Coord Corr Contr
T. palustris 0,668 0,064 0,068 -0,153 0,093 0,015 0,379 0,574 0,122
C. asper 0,627 0,057 0,077 0,404 0,513 0,091 -0,190 0,113 0,027
T. telescopium 0,860 0,038 0,163 0,346 0,119 0,045 0,865 0,741 0,381
D. scortum 0,936 0,052 0,293 -1,051 0,825 0,561 -0.384 0,110 0,102
C. torrefactus 0,376 0,012 0,006 0,133 0,136 0,002 -0,176 0,240 0,005
C. litteratum 0,168 0,011 0,053 -0,095 0,008 0,001 0,429 0,160 0,027
A. elongatum 0,595 0,005 0,049 1,092 0,470 0,054 -0,563 0,125 0,019
C. chione 0,456 0,033 0,074 -0,114 0,024 0,004 0,484 0,432 0,101
A. ferruginea 0,899 0,036 0,182 0,800 0,537 0,227 -0,657 0,362 0,208
Suhu 0,059 0,290 0,016 -0,012 0,012 0,000 -0,025 0,047 0,002
pH 0,082 0,075 0,004 0,011 0,010 0,000 -0,031 0,073 0,001
Salinitas 0,070 0,311 0,014 -0,001 0,000 0,000 -0,028 0,070 0,003
DO 0,098 0,016 0,001 0,000 0,000 0,000 -0,035 0,098 0,000
49
Lampiran 5 Hasil Analisis Koresponden (CA) parameter fisika-kimia air laut; (a)
Tabel analisis contingency, (b) tabel nilai kontribusi variabel stasiun
(%), (c) tabel nilai kontribusi spesies makrobentos dan parameter
fisika-kimia air laut (%).
(a) Tabel analisis of contingency
F1 F2
Variabel qual Mass Inert
Coord Coor Contr Coord Corr Contr
A1 0,940 0,136 0,250 0,870 0,826 0,487 0,324 0,114 0,113
A2 0,735 0,128 0,057 0,403 0,732 0,099 0,029 0,004 0,001
A3 0,048 0,082 0,034 0,094 0,043 0,003 -0,030 0,004 0,001
B1 0,829 0,095 0,045 -0,123 0,063 0,007 -0,427 0,766 0,138
B2 0,849 0,112 0,063 -0,101 0,036 0,005 -0,476 0,812 0,202
B3 0,683 0,099 0,075 -0,134 0,047 0,008 -0,490 0,636 0,189
C1 0,119 0,115 0,134 -0,132 0,030 0,009 0,226 0,089 0,047
C2 0,251 0,107 0,075 -0,296 0,251 0,044 0,011 0,000 0,000
C3 0,829 0,126 0,266 -0,749 0,535 0,336 0,555 0,294 0,310
(c) Tabel nilai kontribusi spesies Makrobentos dan parameter fisika-kimia air
laut (%)
F1 F2
Variabel
Qual Mass Inert Coord Corr Contr Coord Corr Contr
T. palustris 0,095 0,080 0,007 0,059 0,076 0,001 0,030 0,019 0,001
C. asper 0,294 0,071 0,042 -0,078 0,020 0,002 -0,285 0,274 0,046
T. telescopium 0,805 0,043 0,032 0,416 0,468 0,035 -0,352 0,337 0,043
D. scortum 0,369 0,074 0,180 -0,328 0,089 0,038 0,583 0,280 0,200
C. torrefactus 0,444 0,016 0,004 -0,121 0,109 0,001 -0,211 0,334 0,006
C. litteratum 0,484 0,022 0,062 -0,814 0,474 0,070 0,118 0,010 0,002
A. elongatum 0,696 0,031 0,258 -1,325 0,428 0,260 1,050 0,269 0,274
C. chione 0,948 0,096 0,295 1,111 0,808 0,562 0,462 0,140 0,163
A. ferruginea 0,733 0,044 0,092 -0,351 0,119 0,026 -0,800 0,615 0,223
Suhu 0,397 0,218 0,010 -0,043 0,080 0,002 -0,086 0,317 0,013
pH 0,388 0,060 0,003 -0,042 0,076 0,001 -0,086 0,312 0,003
Salinitas 0,479 0,213 0,011 -0,040 0,060 0,002 -0,105 0,419 0,019
DO 0,729 0,033 0,003 -0,073 0,123 0,001 -0,161 0,606 0,007
49
50
(a)
Correlations
Terebralia
Variabel Suhu pH Salinitas DO palustris
Suhu Pearson Correlation 1 0,872(**) -0,496(*) 0,901(**) 0,577(*)
Sig. (2-tailed) 0,000 0,036 0,000 0,012
N 18 18 18 18 18
pH Pearson Correlation 0,872(**) 1 -0,543(*) 0,956(**) 0,553(*)
Sig. (2-tailed) 0,000 0,020 0,000 0,017
N 18 18 18 18 18
Salinitas Pearson Correlation -0,496(*) -0,543(*) 1 -0,408 -0,305
Sig. (2-tailed) 0,036 0,020 0,093 0,219
N 18 18 18 18 18
DO Pearson Correlation 0,901(**) 0,956(**) -0,408 1 0,502(*)
Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,093 0,034
N 18 18 18 18 18
Terebralia palustris Pearson Correlation 0,577(*) 0,553(*) -0,305 0,502(*) 1
Sig. (2-tailed) 0,012 0,017 0,219 0,034
N 18 18 18 18 18
** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).
(b)
Model Summaryb
Model R R Adjusted Std. Change Statistics
Square R Error of R Square F df1 df2 Sig. F
Square Estimate Change Change Change
1 0,636a 0,405 0,221 3,737 0,405 2,208 4 13 0,125
a. Predictors: (Constant), DO, Salinitas, Suhu, pH
b. Dependent Variable: Terebralia palustris
(c)
ANOVA(b)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 123,395 4 30,849 2,208 0,125(a)
Residual 181,591 13 13,969
Total 304,986 17
a Predictors: (Constant), DO, Salinitas, Suhu , pH
b Dependent Variable: Terebralia palustris
51
Lampiran 6 (Lanjutan)
(d) Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
(a) Correlations
Cerithium
Variabel Suhu pH Salinitas DO asper
Suhu Pearson Correlation 1 0,872(**) -0,496(*) 0,901(**) 0,278
Sig. (2-tailed) 0,000 0,036 0,000 0,265
N 18 18 18 18 18
pH Pearson Correlation 0,872(**) 1 -0,543(*) 0,956(**) 0,462
Sig. (2-tailed) 0,000 0,020 0,000 0,054
N 18 18 18 18 18
Salinitas Pearson Correlation -0,496(*) -0,543(*) 1 -0,408 -0,116
Sig. (2-tailed) 0,036 0,020 0,093 0,646
N 18 18 18 18 18
DO Pearson Correlation 0,901(**) 0,956(**) -0,408 1 0,460
Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,093 0,055
N 18 18 18 18 18
Cerithium asper Pearson Correlation 0,278 0,462 -0,116 0,460 1
Sig. (2-tailed) 0,265 0,054 0,646 0,055
N 18 18 18 18 18
** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).
(b)
Model Summaryb
51
52
Lampiran 7 (Lanjutan)
ANOVA(b)
(c)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 14,587 4 36,397 1,548 0,246(a)
Residual 305,566 13 23,505
Total 451,153 17
a Predictors: (Constant), DO, Salinitas, Suhu, pH
b Dependent Variable: Cerithium asper
(d) Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
(a) Correlations
Telescopium
Variabel Suhu pH Salinitas DO telescopium
Suhu Pearson Correlation 1 0,872(**) -0,496(*) 0,901(**) 0,211
Sig. (2-tailed) 0,000 0,036 0,000 0,402
N 18 18 18 18 18
pH Pearson Correlation 0,872(**) 1 -0,543(*) 0,956(**) 0,247
Sig. (2-tailed) 0,000 0,020 0,000 0,323
N 18 18 18 18 18
Salinitas Pearson Correlation -0,496(*) -0,543(*) 1 -0,408 0,150
Sig. (2-tailed) 0,036 0,020 0,093 0,553
N 18 18 18 18 18
DO Pearson Correlation 0,901(**) 0,956(**) -0,408 1 0,273
Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,093 0,273
N 18 18 18 18 18
Telescopium Pearson Correlation
0,211 0,247 0,150 0,273 1
telescopium
Sig. (2-tailed) 0,402 0,323 0,553 0,273
N 18 18 18 18 18
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
53
Lampiran 8 (Lanjutan)
(b)
Model Summaryb
Model R R Adjusted Std. Change Statistics
Square R Error of R Square F df1 df2 Sig. F
Square Estimate Change Change Change
1 0,421a 0,177 -0,076 4,34 0,177 0,701 4 13 0,605
a. Predictors: (Constant), DO, Salinitas, Suhu, pH
b. Dependent Variable: Telescopium telescopium
(c)
ANOVA(b)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 52,784 4 13,196 0,701 0,605(a)
Residual 244,872 13 18,836
Total 297,656 17
a Predictors: (Constant), DO, Salinitas, Suhu, pH
b Dependent Variable: Telescopium telescopium
(d)
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -108,909 135,073 -0,806 0,435
Suhu 0,303 2,426 0,077 0,125 0,902
pH 4,940 8,567 0,610 0,577 0,574
Salinitas 2,328 1,903 0,437 1,224 0,243
DO -0,537 3,084 -0,201 -0,174 0,864
a Dependent Variable: Telescopium telescopium
53
54
(a)
Correlations
Donax
Variabel Suhu pH Salinitas DO scortum
Suhu Pearson Correlation 1 0,872(**) -0,496(*) 0,901(**) 0,367
Sig. (2-tailed) 0,000 0,036 0,000 0,134
N 18 18 18 18 18
pH Pearson Correlation 0,872(**) 1 -0,543(*) 0,956(**) 0,243
Sig. (2-tailed) 0,000 0,020 0,000 0,330
N 18 18 18 18 18
Salinitas Pearson Correlation -0,496(*) -0,543(*) 1 -0,408 -0,610(**)
Sig. (2-tailed) 0,036 0,020 0,093 0,007
N 18 18 18 18 18
DO Pearson Correlation 0,901(**) 0,956(**) -0,408 1 0,203
Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,093 0,419
N 18 18 18 18 18
Donax Pearson Correlation
0,367 0,243 -0,610(**) 0,203 1
scortum
Sig. (2-tailed) 0,134 0,330 0,007 0,419
N 18 18 18 18 18
** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).
(c)
ANOVA(b)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 753,566 4 188,392 2,834 0,068(a)
Residual 864,128 13 66,471
Total 1617,694 17
a Predictors: (Constant), DO, Salinitas , Suhu, pH
b Dependent Variable: Donax scortum
55
Lampiran 9 (Lanjutan)
Coefficients(a)
(d)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) 208,383 253,740 0,821 0,426
Suhu 5,103 4,557 0,557 1,120 0,283
pH -13,322 16,094 -0,705 -0,828 0,423
Salinitas -8,395 3,574 -0,676 -2,349 0,035
DO 0,623 5,794 0,100 0,108 0,916
a Dependent Variable: Donax scortum
(a)
Correlations
Chicoreus
Variabel Suhu pH Salinitas DO torrefactus
Suhu Pearson Correlation 1 0,872(**) -0,496(*) 0,901(**) 0,633(**)
Sig. (2-tailed) 0,000 0,036 0,000 0,005
N 18 18 18 18 18
pH Pearson Correlation 0,872(**) 1 -0,543(*) 0,956(**) 0,743(**)
Sig. (2-tailed) 0,000 0,020 0,000 0,000
N 18 18 18 18 18
Salinitas Pearson Correlation -0,496(*) -0,543(*) 1 -0,408 -0,380
Sig. (2-tailed) 0,036 0,020 0,093 0,120
N 18 18 18 18 18
DO Pearson Correlation 0,901(**) 0,956(**) -0,408 1 0,730(**)
Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,093 0,001
N 18 18 18 18 18
Chicoreus Pearson Correlation
0,633(**) 0,743(**) -0,380 0,730(**) 1
torrefactus
Sig. (2-tailed) 0,005 0,000 0,120 0,001
N 18 18 18 18 18
** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).
55
56
Lampiran 10 (Lanjutan)
(b) Model Summaryb
Model R R Adjusted Std. Change Statistics
Square R Error of R Square F df1 df2 Sig. F
Square Estimate Change Change Change
1 0,750a 0,562 0,428 0,577 0,562 4,174 4 13 0,022
a. Predictors: (Constant), DO, Salinitas, Suhu, pH
b. Dependent Variable: Chicoreus torrefactus
(c) ANOVA(b)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 5,562 4 1,390 4,174 0,022(a)
Residual 4,331 13 0,333
Total 9,892 17
a Predictors: (Constant), DO, Salinitas, Suhu, pH
b Dependent Variable: Chicoreus torrefactus
(d)
Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) 0,674 17,963 0,037 0,971
Suhu -0,132 0,323 -0,184 -0,408 0,690
pH 0,693 1,139 0,469 0,608 0,554
Salinitas -0,040 0,253 -0,041 -0,156 0,878
DO 0,209 0,410 0,431 0,511 0,618
a Dependent Variable: Chicoreus torrefactus
57
Lampiran 11 (a) tabel korelasi parameter fisika-kimia air interstisial pada sedimen
mangrove dan air laut terhadap spesies makrobentos (Cerithium
litteratum), (b) tabel model summary, (c) tabel anova parameters
fisika-kimia dan spesies makrobentos, (d) tabel coefficients
parameter fisika-kimia
Correlations
(a)
Cerithium
Variabel Suhu pH Salinitas DO litteratum
Suhu Pearson Correlation 1 0,872(**) -0,496(*) 0,901(**) 0,365
Sig. (2-tailed) 0,000 0,036 0,000 0,136
N 18 18 18 18 18
pH Pearson Correlation 0,872(**) 1 -0,543(*) 0,956(**) 0,366
Sig. (2-tailed) 0,000 0,020 0,000 0,135
N 18 18 18 18 18
Salinitas Pearson Correlation -0,496(*) -0,543(*) 1 -0,408 -0,262
Sig. (2-tailed) 0,036 0,020 0,093 0,294
N 18 18 18 18 18
DO Pearson Correlation 0,901(**) 0,956(**) -0,408 1 0,371
Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,093 0,129
N 18 18 18 18 18
Cerithium Pearson Correlation
0,365 0,366 -0,262 0,371 1
litteratum
Sig. (2-tailed) 0,136 0,135 0,294 0,129
N 18 18 18 18 18
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
(c) ANOVA(b)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 23,128 4 5,782 0,594 0,673(a)
Residual 126,529 13 9,733
Total 149,656 17
a Predictors: (Constant), DO, Salinitas, Suhu, pH
b Dependent Variable: Cerithium litteratum
57
58
Lampiran 11 (Lanjutan)
(d) Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients T Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) 16,606 97,095 0,171 0,867
Suhu 0,196 1,744 0,070 0,113 0,912
pH -0,788 6,159 -0,137 -0,128 0,900
Salinitas -0,554 1,368 -0,147 -0,405 0,692
DO 0,716 2,217 0,379 0,323 0,752
a Dependent Variable: Cerithium litteratum
Correlations
(a)
Acrosterigma
Variabel Suhu pH Salinitas DO elongatum
Suhu Pearson Correlation 1 0,872(**) -0,496(*) 0,901(**) 0,291
Sig. (2-tailed) 0,000 0,036 0,000 0,242
N 18 18 18 18 18
pH Pearson Correlation 0,872(**) 1 -0,543(*) 0,956(**) 0,294
Sig. (2-tailed) 0,000 0,020 0,000 0,237
N 18 18 18 18 18
Salinitas Pearson Correlation -0,496(*) -0,543(*) 1 -0,408 -0,119
Sig. (2-tailed) 0,036 0,020 0,093 0,639
N 18 18 18 18 18
DO Pearson Correlation 0,901(**) 0,956(**) -0,408 1 0,247
Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,093 0,322
N 18 18 18 18 18
Acrosterigma Pearson Correlation
0,291 0,294 -0,119 0,247 1
elongatum
Sig. (2-tailed) 0,242 0,237 0,639 0,322
N 18 18 18 18 18
** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).
Lampiran 12 (Lanjutan)
(c) ANOVA(b)
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 126,935 4 31,734 0,566 0,691(a)
Residual 728,343 13 56,026
Total 855,278 17
a Predictors: (Constant), DO, Salinitas , Suhu, pH
b Dependent Variable: Acrosterigma elongatum
(d) Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -247,103 232,953 -1,061 0,308
Suhu 3,099 4,184 0,465 0,741 0,472
pH 14,353 14,776 1,045 0,971 0,349
Salinitas 2,190 3,282 0,243 0,667 0,516
DO -4,845 5,319 -1,072 -0,911 0,379
a Dependent Variable: Acrosterigma elongatum
Callista
Suhu pH Salinitas DO chione
Suhu Pearson Correlation 1 0,872(**) -0,496(*) 0,901(**) 0,302
Sig. (2-tailed) 0,000 0,036 0,000 0,224
N 18 18 18 18 18
pH Pearson Correlation 0,872(**) 1 -0,543(*) 0,956(**) 0,331
Sig. (2-tailed) 0,000 0,020 0,000 0,180
N 18 18 18 18 18
Salinitas Pearson Correlation -0,496(*) -0,543(*) 1 -0,408 -0,223
Sig. (2-tailed) 0,036 0,020 0,093 0,374
N 18 18 18 18 18
DO Pearson Correlation 0,901(**) 0,956(**) -0,408 1 0,247
Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,093 0,323
N 18 18 18 18 18
Callista Pearson Correlation
0,302 0,331 -0,223 0,247 1
chione
Sig. (2-tailed) 0,224 0,180 0,374 0,323
N 18 18 18 18 18
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
59
60
Lampiran 13 (Lanjutan)
(c) ANOVA(b)
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 743,210 4 185,803 0,837 0,525(a)
Residual 2884,443 13 221,880
Total 3627,653 17
a Predictors: (Constant), DO, Salinitas, Suhu, pH
b Dependent Variable: Callista chione
(d) Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) -525,318 463,587 -1,133 0,278
Suhu 6,314 8,326 0,460 0,758 0,462
pH 38,430 29,404 1,359 1,307 0,214
Salinitas 3,246 6,531 0,175 0,497 0,627
DO -12,987 10,585 -1,395 -1,227 0,242
a Dependent Variable: Callista chione
61
(a) Correlations
Anadara
Variabel Suhu pH Salinitas DO ferruginea
Suhu Pearson Correlation 1 0,872(**) -0,496(*) 0,901(**) 0,099
Sig. (2-tailed) 0,000 0,036 0,000 0,696
N 18 18 18 18 18
pH Pearson Correlation 0,872(**) 1 -0,543(*) 0,956(**) 0,274
Sig. (2-tailed) 0,000 0,020 0,000 0,272
N 18 18 18 18 18
Salinitas Pearson Correlation -0,496(*) -0,543(*) 1 -0,408 0,270
Sig. (2-tailed) 0,036 0,020 0,093 0,278
N 18 18 18 18 18
DO Pearson Correlation 0,901(**) 0,956(**) -0,408 1 0,385
Sig. (2-tailed) 0,000 0,000 0,093 0,115
N 18 18 18 18 18
Anadara Pearson Correlation
0,099 0,274 0,270 0,385 1
ferruginea
Sig. (2-tailed) 0,696 0,272 0,278 0,115
N 18 18 18 18 18
** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed).
* Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).
(c) ANOVA(b)
Sum of
Model Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 265,445 4 66,361 4,466 0,017(a)
Residual 193,180 13 14,860
Total 458,625 17
a Predictors: (Constant), DO, Salinitas, Suhu, pH
b Dependent Variable: Anadara ferruginea
61
62
Lampiran 14 (Lanjutan)
(d) Coefficients(a)
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.
Model B Std. Error Beta B Std. Error
1 (Constant) 135,359 119,973 1,128 0,280
Suhu -5,450 2,155 -1,117 -2,529 0,025
pH -5,314 7,610 -0,528 -0,698 0,497
Salinitas 1,606 1,690 0,243 0,950 0,359
DO 6,603 2,739 1,995 2,411 0,031
a Dependent Variable: Anadara ferruginea
63
Lampiran 15 Komposisi spesies Makrobentos yang ditemukan pada ke tiga lokasi penelitian Desa Hanura, Kecamatan Padang Cermin,
Propinsi Lampung
63
L A,C Turritellidae Turritella communis (Risso, 1826) Turritella sp Gastropoda
63
64
64
Lampiran 15 (Lanjutan)
No Lokasi Stasiun Family Spesies Genus Kelas
22 M&L B Siphonalia cassidariaeformis (Reeve, 1846) Siphonalia sp Gastropoda
Buccinidae
23 M&L B,C Cantharus erythrostoma (Reeve, 1846) Cantharus sp Gastropoda
24 L B,C Cantharus dorbignyi (Payraudeau, 1826) Gastropoda
25 L B Cantharus rubiginosus (Reeve, 1846) Gastropoda
26 L C Phos roseatus (Hinds, 1844) Phos sp Gastropoda
27 M&L C Pisania ignea (Gmelin, 1791) Pisania sp Gastropoda
28 L B Fasciolariidae Latirus polygonus (Gmelin, 1791) Gastropoda
Latirus sp
29 M&L A Latirus nassatula (Lamarck, 1822) Gastropoda
30 M&L A,B,C Columbellidae Pyrene varians (Sowerby I, 1832) Gastropoda
Pyrene sp
31 L B Pyrene ocellata (Link, 1807) Gastropoda
32 M B Columbella mercatoria (Linnaeus, 1758) Columbella sp Gastropoda
33 M&L A,B,C Nassariidae Nassarius livescens (Philippi, 1849) Gastropoda
34 L B,C Nassarius reticulatus (Linnaeus, 1758) Nassarius sp Gastropoda
35 L C Nassarius kieneri (Anton, 1957) Gastropoda
36 L B Melongenidae Pugilina morio (Linnaeus, 1758) Puglina sp Gastropoda
37 L B Olividae Oliva caerulea (Roding, 1798) Oliva sp Gastropoda
38 L B,C Turridae Turris spectabilis (Reeve, 1843) Turris sp Gastropoda
39 L C Clavatulidae Pusionella nifat (Bruguière, 1789) Pusionella sp Gastropoda
40 L C Nacellidae Cellana ornata (Dillwyn, 1817) Cellana sp Gastropoda
41 L C Epitoniidae Epitonium zelebori (Frauenfeld, 1898) Epitonium sp Gastropoda
43 M&L A,B,C Gafrarium pectinatum (Linnaeus, 1758) Gafrarium sp Bivalvia
44 L A,B,C Placamen placidum (Philippi, 1844) Placamen sp Bivalvia
65
Lampiran 15 (Lanjutan)
No Lokasi Stasiun Family Spesies Genus Kelas
45 M&L A,B,C Callista chione (Linnaeus, 1758) Callista sp Bivalvia
46 M&L A,C Dosinia elegans (Conrad, 1843) Dosinia sp Bivalvia
47 M&L B,C Timoclea ovata (Pennant, 1777) Timoclea sp Bivalvia
48 M&L A,B,C Donacidae Donax scortum (Linnaeus, 1758) Donax sp Bivalvia
49 M&L A,B,C Pholadidae Barnea candida (Linnaeus, 1758) Barnea sp Bivalvia
50 M&L A,C Astartidae Astarte sulcata (da Costa, 1778) Astarte sp Bivalvia
51 M&L A Psammobiidae Gari depressa (Pennant, 1777) Bivalvia
Gari sp
52 L A Gari tellinella (Lamarck, 1818) Bivalvia
53 L B,C Asaphis deflorata (Linnaeus, 1758) Asaphis sp Bivalvia
54 M&L A,B,C Macoma balthica (Linnaeus, 1758) Macoma sp Bivalvia
55 M&L A,B,C Tellinidae Tellina punicea (Born, 1778) Bivalvia
56 M&L A,B,C Tellina donacina (Linnaeus, 1758) Bivalvia
57 M&L A,B,C Tellina fausta (Pulteney, 1799) Tellina sp Bivalvia
58 M&L A,B,C Tellina crassa (Pennant, 1777) Bivalvia
59 M&L A,B,C Tellina linguafelis (Linnaeus, 1758) Bivalvia
60 M&L A,B,C Tellinella virgata (Linnaeus, 1758) Tellinella sp Bivalvia
61 M&L A,B Gastrana fragilis (Linnaeus, 1758) Gastrana sp Bivalvia
62 M&L A,B,C Arcidae Anadara ferruginea (Reeve, 1844) Bivalvia
Anadara sp
63 L A Anadara granosa (Linnaeus, 1758) Bivalvia
64 M&L A,B,C Ostreidae Ostrea edulis Linnaeus, 1758 Ostrea sp Bivalvia
66 L B Mactra chinensis (Philippi, 1846) Mactra sp Bivalvia
65
65
66
66
Lampiran 15 (Lanjutan)
No Lokasi Stasiun Family Spesies Genus Kelas
67 L C Mactra elongata (Quoy & Gaimard, 1835) Bivalvia
68 M&L C Mactra dissimilis (Reeve, 1854) Bivalvia
69 M&L A,B,C Acrosterigma elongatum (Bruguière, 1789) Acrosterigma sp Bivalvia
Cardiidae
70 M&L B,C Trachycardium belcheri (Broderip & G. B. Sowerby I, 1829) Trachycardium sp Bivalvia
71 L C Nemocardium bechei (Reeve, 1847) Nemocardium sp Bivalvia
72 M&L B,C Septifer bilocularis (Linnaeus, 1758) Septifer sp Bivalvia
Mytilidae
73 M&L B,C Geukensia demissa (Dillwyn, 1817) Geukensia sp Bivalvia
74 M&L B,C Perna viridis (Linnaeus, 1758) Perna sp Bivalvia
75 L C Musculus laevigatus (J. E. Gray, 1824) Musculus sp Bivalvia
76 M&L B,C Cucullaeidae Cucullaea labiata (Lightfoot, 1786) Cucullaea sp Bivalvia
77 M&L B,C Myochamidae Myadora striata (Quoy & Gaimard, 1835) Myadora sp Bivalvia
78 M&L B,C Chamidae Pseudochama corrugata (Broderip, 1835) Pseudochama sp Bivalvia
79 L C Chama sarda (Reeve, 1847) Chama sp Bivalvia
80 L C Veneridae Lioconcha castrensis (Linnaeus, 1758) Lioconcha sp Bivalvia
81 L B,C Circe scripta (Linnaeus, 1758) Circe sp Bivalvia
82 M A Pandalidae Pandalus borealis Krøyer, 1838 Pandalus sp Crustacea
83 L A Ocypodidae Ocypode quadrata (Fabricius, 1787) Ocypode sp Crustacea
84 M&L A,B Uca (Minuca) Bott, 1973 Uca sp Crustacea
85 L A Panopeidae Rhithropanopeus harrisii (Gould, 1841) Rhithropanopeus sp Crustacea
86 L B Eurypanopeus depressus (Smith, 1869) Eurypanopeus sp Crustacea
87 L B Axiidae Calocarides coronatus (Trybom, 1904) Calocarides sp Crustacea
88 L C Palaemonidae Palaemon elegans (Rathke, 1837) Palaemon sp Crustacea
89 M C Portunidae Portunus (Achelous) spinimanus (Latreille, 1819) Portunus sp Crustacea
67
Lampiran 15 (Lanjutan)
No Lokasi Stasiun Family Spesies Genus Kelas
90 L A,C Phyllodocidae Eulalia viridis (Linnaeus, 1767) Eulalia sp Polychaeta
91 L A Lineidae Micrura fasciolata Ehrenberg, 1828 Micrura sp Polychaeta
92 L A Oerstediidae Oerstedia dorsalis (Abildgaard, 1806) Oerstedia sp Polychaeta
93 L A Orbiniidae Scoloplos armiger (Muller, 1776) Scoloplos sp Polychaeta
94 L B Trichobranchidae Terebellides stroemii (Sars, 1835) Terebellides sp Polychaeta
95 L B Maldanidae Nicomache lumbricalis (Fabricius, 1780) Nicomache sp Polychaeta
67
67
68
A. Spesies Gastropoda
Lampiran 16 (Lanjutan)
B. Spesies Bivalvia
69
70
Lampiran 16 (Lanjutan)
C. Spesies Crustacea
Rhithropanopeus sp Eurypanopeus sp
71
Lampiran 16 (Lanjutan)
D. Spesies Polychaeta
Scoloplos sp Terebellides sp
71
72
RIWAYAT HIDUP