Abu Abbas As Safah Biografi Ski

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

ABUL ABBAS AS-SAFAH

Makalah ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan


Mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam
Tahun Pelajaran 2020/2021

Disusun Oleh :
Nama : AHNAN MAULANA
Kelas : XII IPS 1

LEMBAGA PENDIDIKAN MA’ARIF NU KABUPATEN KUDUS


BADAN PELAKSANA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN MA’ARIF NU
MA NU MIFTAHUL ULUM
TERAKREDITASI A
Sekretariat : Jl. Masjid At Taqwa Loram Kulon 795 Jati Kudus Telp. (0291) 425 17 10
A. BIOGRAFI ABUL ABBAS AS-SAFAH

Nasabnya

Abu Abbas bin Abdullah bin Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib
bin Hasyim, ibunya Raithah binti Abidullah bin Abdullah Harishiyyah Arabiah.

Sang Khalifah Pertama lahir di Hamimah pada Rajab tahun 104 H. Sejak kecil ia hidup dan
belajar bersama para ulama, terutama ayahnya, Muhammad Ali. Darinyalah ia belajar seluk beluk
dakwah juga menyiarkan kekhalifahan Abbasiyah. Sepeninggal sang ayah, ia belajar berdakwah
dari saudaranya Ibrahim (yang dijuluki imam) sampai ia ditangkap oleh khalifah terakhir dinasti
Umayyah, Marwan bin Muhammad.

kemudian dakwah tersebut diteruskan oleh Abu Abdullah Saffah bersama saudaranya Abu Jakfar
yang kemudian menjadi khalifah kedua Dinasti Abbasiyyah. Sebenarnya Abu Jakfar lebih tua
delapan tahun dari Abu Abbas. Ayahanda mereka berdua mendahulukan sang adik karena nasab
Arabnya yang murni. Abu Jakfar sendiri, ibunya berasal dari suku Barbariyyah dan bernama
Salamah. Pembaiatan Khalifah Abu Abbas dilakukan pada Rabi’ul Awwal tahun 132 H di kota
Kuffah.

Laqab Abu Abbas

Ia di-laqab-i dengan As-Saffah dikarenakan banyaknya pertumpahan darah pada awal


kekuasaannya. Walau demikian, Ibnu Qutaibah dalam kitabnya “Imamah wa Sijasah”dan
sebagian sejarawan berpendapat bahwa Saffah tidak ditujukan padanya akan tetapi kepada
pamannya, Abdullah bin Ali. Sebagian ahli sejarah lain berpendapat Saffah berarti banyak
memberikan bantuan atau sumbangan, dan ada juga yang berpendapat Saffah berarti fasih
lisannya.

Manuskrip sejarah yang terkenal dan menjadi pegangan (rujukan) seperti: Thabari, Yakqubi,
Dinuri, dan Jahsyiari, tidak memberikan nasab "Saffah" kepada khalifah pertama. Mereka hanya
menyebutkan Amirul Mukminin Abu Abbas, laqab Saffah baru muncul dalam kitab sejarah yang
ditulis pada abad ke-4 H, seperti kitab Akhani Abi Farj Asbahani.
Politik abu abbas

Pada awal kekhalifahannya, Abu Abbas lebih memfokuskan struktur dan jabatan Amir di setiap
wilayah. Meninggalnya khalifah Bani Umayyah Hisyam bin Abdul Malik menjadi salah satu
tanda kelemahan dinasti Ummayah. Hal ini dimanfaatkan Abu Abbas untuk melakukan
pemberontakan.

Tepat pada saat selesainya pembaiatan, kabar tersebut sampai di telinga Marwan. Maka dia
langsung berangkat dengan pasukan besarnya untuk memadamkan pemberontakan. Abu Abbas
memerintahkan pamannya, Abdullah bin Ali untuk memerangi khalifah terakhir dinasti
Umayyah, Marwan bin Muhammad.

Terjadilah perang antara kedua kubu ini di Zabul Mausul. Pasukan Umayyah mengalami
kekalahan telak. Marwan sendiri melarikan diri ke Mesir. Namun demikian salah seorang
panglima perang Abbasiyah, Shalih bin Ali mengikutinya dan berhasil membunuhnya di kota
Busir, Fayyum pada 27 Zulhijjah 132 H. Dengan kemenangan Abbasiyah ini, maka berakhirlah
dinasti Umayyah.

Sebelum meninggal Abu Abbas mengangkat saudaranya, Abu Jakfar Mansur sebagai putra
mahkota. Abu Abbas meninggal disebabkan sakit cacar di kota Anbar, yang kala itu menjadi ibu
kota negara. Dia dimakamkan di istananya pada 13 Zulhijjah 136 H.
B. KEPEMIMPINAN ABUL ABBAS AS-SAFAH

Banyak sekali propaganda yang gencar dilkasanakan oleh Dinasti Abbasiyyah, dan
propaganda tersebut tentu dilaksanakan dengan cara yang rahasia. Namun, Ibrahim, pendiri
Abbasiyah terongkar kedoknya oleh Marwan bin Muhammad untuk mendirikan dinasti Islam
baru dan akhirnya Ibrahim ditangkap dan dieksekusi di Haran. Sebelumnya, ia telah berpesan
kepada adiknya, Abul Abbas untuk menjadi penggantinya.
Dia lahir dari keluarga Banu Hisham, dan merupakan keturunan dari Abbas ibn Abdul
Munthalib, paman dari Nabi Muhammad. Hubungan darah dengan Nabi Muhammad ini
membuatnya menjadi figur pusat dari perlawanan melawan Bani Umayyah.
Adapun kekuasaan Umayyah di Kufah berhasil ditaklukan oleh Abbasiyyah pada 132 H
dengan iringan Abul Abbas, Abu Ja'far, Isa bin Musa dan Abdullah bin Ali dari Humaimah ke
Kufah.
Pergantian masa pemerintahan Bani Umayyah oleh Abbasiyyah dalam kepemimpinannya
lebih dari sekedar pergantian dinasti. Pergantian ini tercatat sebagai sebuah revolusi layaknya
yang terjadi dengan Revolusi Perancis dan Rusia dalam sejarah Barat.
Nama “As-Saffah” adalah julukan yang berarti “Sang Penumpah Darah”. Julukan ini
diberikan karena dia sering membantai lawan politiknya.
Abul Abbas Ash-Shafah mampu meyakinkan rakyatnya untuk bersumpah setia kepadanya
sebagai khalifah pertama mereka. Banyak literatur yang mengatakan bahwa ketika meninggal
umurnya tidak lebih dari 33 tahun atau 29 tahun.
Banyak sekali propaganda yang gencar dilkasanakan oleh Dinasti Abbasiyyah, dan
propaganda tersebut tentu dilaksanakan dengan cara yang rahasia. Namun, Ibrahim, pendiri
Abbasiyah terongkar kedoknya oleh Marwan bin Muhammad untuk mendirikan dinasti Islam
baru dan akhirnya Ibrahim ditangkap dan dieksekusi di Haran. Sebelumnya, ia telah berpesan
kepada adiknya, Abul Abbas untuk menjadi penggantinya.
Adapun kekuasaan Umayyah di Kufah berhasil ditaklukan oleh Abbasiyyah pada 132 H
dengan iringan Abul Abbas, Abu Ja'far, Isa bin Musa dan Abdullah bin Ali dari Humaimah ke
Kufah.
Pergantian masa pemerintahan Bani Umayyah oleh Abbasiyyah dalam kepemimpinannya
lebih dari sekedar pergantian dinasti. Pergantian ini tercatat sebagai sebuah revolusi layaknya
yang terjadi dengan Revolusi Perancis dan Rusia dalam sejarah Barat.
Abul Abbas Ash-Shafah mampu meyakinkan rakyatnya untuk bersumpah setia kepadanya
sebagai khalifah pertama mereka. Banyak literatur yang mengatakan bahwa ketika meninggal
umurnya tidak lebih dari 33 tahun atau 29 tahun.
Hal tersebut menununjukkan bahwa dengan umurnya yang masih muda, ia mampu
menunjukkan bahwa dirinya mampu berkuasa dengan durasi sekitar 4 tahun 9 bulan.
Secara politik, pada era pertama ini, tokoh-tokoh Abbasiyyah adalah orang-orang yang
memiliki pengaruh kuat sebagai figur utama atau sosok agamawan dan politikus. Abul Abbaspun
mampu membawa masyarakatnya ke keadaan makmur di tingkat tertinggi.
Tidak hanya itu, ia juga mampu menyiapkan landasan yang kokoh bagi umat Islam dalam
mempersiapkan perkembangan filsafat, sastra dan ilmu pengetahuan yang enjadi landasan emas
umat.
Ia dijuluki ash Shaffah karena ia pernah berpidato di depan penduduk Kufah bahwasannya ia
adalah seorang al-saffah al-mubih atau penumpah darah yang halal dan seorang yang siap
membinasakan siapapun atau al-tsair al mubir.
Sejarawan kontemporer berbeda pendapat tentang laqob as-Safah dari dua sisi. Pertama:
siapa pemilik laqob as-Safah ini? Kedua: apa urgensi laqob ini? Sebagian orientalis berpendapat
bahwa as-Safah adalah laqob ini dikenal khalayak pada masa pemerintahan Abul Abbas. Dan itu
termasuk salah satu laqobnya. Sementara Bernard Lewis berpendapat bahwa as-Safah bukanlah
laqob Abul Abbas. Para sejarawan salah kaprah antara Abdulllah bin Muhammad (Abul Abbas)
dengan Abdullah bin Ali (paman Abul Abbas). Sehingga mereka menempelkan laqob yang
semestinya disandang Abdullah bin Ali kepada Abdullah bin Muhammad.

Sementara Husein al-Basya berpendapat bahwa as-Safah adalah laqob dari Khalifah Abul Abbas.
Namun menurutnya laqob ini adalah sifat terpuji. Laqob yang menunjukkan kedermawanan dan
banyak memberi.

Ibnul Jauzi, al-‘Aini, dll berpendapat bahwa laqob as-Safah adalah milik Abul Abbas. Menurut
mereka, laqob ini disematkan padanya karena ia mudah menumpahkan darah (membunuh).

Kesimpulannya, laqob as-Safah (tukang jagal) adalah gelaran yang dimiliki oleh Abdullah
bin Ali karena prilakunya yang mudah membunuh anggota klan Bani Umayyah. Para sejarawan
menempelkan laqob ini pada Abul Abbas karena ia mengatakan, “Akulah as-Safah al-Mubih.”
Namun makna as-Safah di sini berbeda dengan makna as-Safah untuk Abdullah bin Ali. As-
Safah untuk Abdullah bin Ali berarti pembunuh. Sedangkan as-Safah untuk Abul Abbas adalah
dermawan.

Karena tidak mungkin seorang khalifah menyifati dirinya dengan as-Safah sebagai tukang jagal.
Tentu lebih masuk akal ia memuji dirinya sebagai seorang yang dermawan. Abul Abbas memberi
Abdullah bin Hasan bin al-Hasan 1juta Dirham. Dan ia juga dikenal sebagai seorang yang
menjaga kesucian diri, adil, dan rajin beribadah.

Laqob Abul Abbas yang terkenal di masa hidupnya adalah al-Imam. Kadang ia juga dilaqobi al-
Mahdi, al-Qaim, al-Muhtadi, al-Murtadhi, namun yang paling terkenal adalah as-Safah (Faruq
Umar Fauzi: Tarikh an-Nizham al-Islamiyah, 85-87. Oman: Darul Syuruq. 2009)

Walaupun kita menolak laqob as-Safah (pembunuh) dinisbatkan pada Abul Abbas, bukan berarti
kita menafikan pembantaian dan pembunuhan yang terjadi di masa pemerintahan Daulah
Abbasiyah. Kita akui Abu Muslim al-Khurasani dan Abdullah bin Ali banyak menumpahkan
darah di awal pemerintahan Abbasiyah dan di masa Abul Abbas. Namun Abul Abbas tidak
terlibat secara langsung dalam pembantaian tersebut. Karena itulah di sub bab ini kita sebut Abul
Abbas dengan seorang zalim yang terzalimi.
C. HIKMAH DARI KEPEMIMPINAN ABUL ABBAS AS-SAFAH

Abul Abbas ialah manusia yang paling sopan dan selalu menepati janji tepat pada
waktunya sesuai yang dijanjikan. Abul Abbasadalah seorang revolusioner. Abul telah
mengadakan perombakan total dalam tubuh pasukannya. Pasukan bani Abbas selain
beranggotakan Muslim arab, juga beranggOtakan non-muslim dan no-arab. DAN Abul Abbas
adalah seseorang yang bermoral tinggi dan mempunyai loyalitas sehingga beliau disegani dan
dihormati oleh kerabat-kerabatnya dan oleh rakyat yang dipimpinnya kala itu. Beliau memiliki
pengetahuan yang luas, pemalu, budi pekerti yang baik dan dermawan.
Kesimpulan dalam kepemimpinannya Abul Abbas As-Safah ini mengandung amanat
yang ingin disampaikan bahwa sebagai pemimpin lebih baik lagi memiliki sikap dan budi pekerti
yang baik dan tetap menjalin hubungan baik walaupun ada perbedaan pendapat.

Anda mungkin juga menyukai