Anda di halaman 1dari 36

Pentingnya Pendidikan Lingkungan

Written by  Webmaster BPLHD Jabar


Published inEcovillage
 font size     
 Print 
 Email 
 Be the first to comment!

Pendidikan lingkungan hidup berperan penting dalam pelestarian dan perbaikan lingkungan di dunia, dalam
mewujudkan hidup yang berkelanjutan. Sebuah tujuan dasar dari pendidikan lingkungan adalah untuk
membuat individu dan masyarakat memahami sifat kompleks alam dan lingkungan dibangun dihasilkan dari
interaksi aspek biologi, fisik, sosial, ekonomi, dan budaya mereka, dan memperoleh  pengetahuan, nilai-nilai ,
sikap, dan keterampilan praktis untuk berpartisipasi dalam cara yang bertanggung jawab dan efektif dalam
mengantisipasi dan memecahkan masalah lingkungan, dan dalam pengelolaan kualitas lingkungan.

Pentingnya pendidikan lingkungan hidup untuk hidup yang berkelanjutan sehingga pendidikan lingkungan
hidup harus di terapkan di masayarakat mulai dari usia dini. Setiap sekolah harus bisa mengajak dan
memperkenalkan terhadap siswa/siswi dalam memahami kondisi alam dan masalah alam saat ini. Bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran para siswa/siswi untuk lebih peka terhadap kondisi alam saat ini.

Dalam mengajak anak untuk sadar akan lingkungan  menurut Tarna melalui  contoh kecil yakni membuang
sampah pada tempatnya. Memperkenalkan masalah lingkungan yang sedang terjadi saat ini dan
pencegahannya untuk di masa depan terhadap anak-anak. Mengajak anak-anak untuk praktek secara
langsung seperti menanam sayur-sayuran. Karena pada saat ini banyak orang tua yang tidak pernah
memperkenalkan anak-anaknya tentang lingkungan. Bahkan saat ini banyak sekali anak-anak SMP atau SMA
yang tidak tahu nama-nama sayuran karena tidak pernah di dikenalkan oleh orang tuanya.

Modal utama dalam mendidik masalah lingkungan hidup jangan pernah bosan dan jangan mudah menyerah.
Tantangan saat ini dalam mengedukasi masyarakat dan anak-anak untuk lebih peka terhadap masalah
lingkungan hidup diantarnya: kurangnya edukasi lingkungan dari orang tua si anak, masyarakat masih belum
sadar terhadap masalah lingkungan sehingga edukasi lingkungan harus lebih intensif dilakukan melalui
pendidikan agama, sekolah dll.

Dalam mengedukasi  suatu masyarakat khususnya anak-anak usia dini, harus adanya dukungan dari orang tua
anak itu sendiri. Harapan dari Tarna Diguna selaku fasilitator Ecovillage bahwa saat ini pendidikan lingkungan
disekolah-sekolah mulai dari PAUD hingga SMA harus secara komperhensip. Pelibatan orang tua pun dalam
mengedukasi masalah lingkungan harus lebih ditingkatkan. Ketika kita jaga alam, maka alampun akan
menjaga kita.  (pspbplhd).

          Alhamdulilah-alhamdulilah hirabil alamin, asholatu washolatu wasalamu ngala asrofil amyai war mursalim
syayidina wanabi muhamadin wa ngala alihi wasyohbihi ajekmain,ama bakdu
Puji syukur  kita panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah melimpahkan rahmad dan hidayahNYA kepada kita semua.
Tidak lupa Shalawat dan salam kita haturkan kepada Nabi Muhamad SAW, Mudah-mudahan kita mendapat
syavaatnya di hari yaumul kiamah. Allohuma amin.
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk menyampaikan
sebuah pidato yang berjudul “Islam dan Lingkungan Hidup”
Pertama Agama Islam adalah sebuah agama yang mulia disisi Allah, sesuai dengan asal katanya, aslama, yuslimu,
islaman, yang artinya selamat, sejahtera atau damai. Maksudnya Allah SWT menurunkan agama Islam adalah agar
seluruh umat manusia dapat hidup selamat, , sejahtera ,damai sampai dunia kiamat.
Dan Sebagai khalifah di dunia, manusia diciptakan Allah untuk menjaga kebaikan alam semesta dan bukan
merusaknya. Dahulu, sebelum Allah Subhanahu Wata’ala menciptakan nabi Adam, para malaikat  khawatir kepada
manusia yang hanya akan membuat kerusakan di muka bumi ini. Para malaikat  telah melihat contoh dari golongan
jin yang telah ada di dunia jauh sebelum nabi Adam diturunkan, sehingga mereka khawatir manusia akan melakukan
hal yang sama .

Hadirin yang dimuliakan Allah banyak ayat al Qur’an yang menjelaskan bahwa manusia tidak boleh membuat

kerusakan di dunia ini . Salah satu di antaranya adalah ayat yang berbunyi:

 Artinya:“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya” (QS. Al A’raf: 56).
Kerusakan yang  dimaksud ada dua macam, yang pertama, kerusakan zhahiriah (material), dan yang kedua, adalah
kerusakan batiniyah (spiritual). Kerusakan zhahiriah (material) dapat mengakibatkan bencana dan membawa
kerugian yang besar bagi umat manusia. Tidak saja harta benda yang akan hancur binasa, akan tetapi jiwa raga pun
dapat musnah karenaNYA.
Akhir-akhir ini, kerusakan alam yang telah nyata dan tidak diragukan lagi adalah apa yang diistilahkan manusia
sebagai global warming, yakni pemanasan bumi secara menyeluruh, yang menyebabkan mencairnya es-es di Kutub,
mengubah cuaca menjadi ekstrim dan tidak menentu, menaikkan permukaan laut,  menghancurkan kehidupan ikan-
ikan di laut dan banyak lagi permasalahan yang mengerikan. Semua kerusakan itu semua karena ulah manusia yang
rakus.
          Nah sekarang apakah ada solusi dari permasalahan diatas,tentu kita dapat menyelamatkan bumi ini dari
global warming, yaitu ada lima solusi  yang pertama: Berhenti atau kurangi makan daging karena industri 
peternakan penyumbang terbesar  pencemaran tanah dan sumber air bersih,batasilah emisi karbondioksida,
tanamlah lebih banyak pohon, daur ulang dan gunakan ulang, gunakan alat transportasi yang ramah lingkungan.
Islam juga memerintahkan untuk menjaga lingkungan. Rasulullah SAW pernah bersabda: “Tiadalah seseorang yang
menanam sebatang pohon, maka Allah ‘Azza Wajalla mencatat pahala baginya sebanyak buah yang dihasilkan oleh
pohon itu.” (HR. Ahmad). Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda: “Tiadalah seorang muslim yang menanam
sebatang pohon, kecuali apa saja yang dimakan dari pohon itu adalah sedekah baginya, yang dicuri dari pohon itu
juga sedekah baginya, yang dimakan binatang buas juga menjadi sedekah baginya, yang dimakan burung juga
sedekah baginya, dan tidaklah siapa pun yang mengambil dari pohon itu, melainkan itu juga menjadi sedekah bagi
orang yang menanamnya.” (HR. Muslim)
Ada fakta bahwa sseorang vegetarian dengan standard diet kita akan menghemat 1,5 ton emisi rumah kaca setiap
tahunnya
Demikian pentingnya menjaga keseimbangan alam serta  senangtiasa membiasakan hidup sehat dan  bersih. Yang
terpenting adalah kita memberikan anak cucu kita tempat yang lebih baik untuk ditinggali. Kita itu masih punya
kesempatan untuk melakukannya yang kita butuhkan hanyalah kemauan yang kuat untuk berubah.  Maha Suci Allah
Yang telah menurunkan Agama Islam yang mulia untuk dijadikan pegangan bagi manusia-manusia yang dimuliakan-
Nya
Demikian pidato yang saya sampaikan semoga bermanfaat bagi kita semua,banyak salah kata mohon maaf yang
sebesar-besarnya
Wal hitaufik wal hidayah

Pendidikan Lingkungan Hidup (Plh)


Kepada Siswa Sekolah Sebagai Salah
Satu Alternatif Dalam Upaya Mengatasi
Masalah Lingkungan
15042010
BAB 1

PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan, ada dua komponen utama yang ditonjolkan. Yang pertama adalah komponen hardware,
komponen ini terutama menyangkut skill, misalnya kemampuan memakai komputer, kemampuan bahasa asing dan
komponen kemampuan aritmatik. Sedangkan komponen yang kedua adalah software, terutama menyangkut masalah
karakter, misalnya pantang menyerah, aktif mencari tahu dan antusiasme. (Nugroho,2007)

Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk meminimalisasi kerusakan lingkungan hidup dan
merupakan sarana yang penting dalam menghasilkan Sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip
pembangunan berkelanjutan. Pendidikan lingkungan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan
kepedulian masyarakat dalam mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan.

Menurut anonim (2007), Pendidikan lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi lingkungan yang rusak menjadi
baik dalam waktu yang singkat, melainkan membutuhkan waktu, proses, dan sumber daya. Atas dasar itulah
Pendidikan lingkungan sedini mungkin perlu diupayakan agar dapat meminimalisasi kerusakan-kerusakan lingkungan.

Sebagai contoh dengan adanya bencana lingkungan hidup seperti bencana kebakaran hutan yang tak terkendali dari
tahun ke tahun yang diakibatkan dari peran manusia pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. Dengan adanya
pendidikan lingkungan merupakan upaya memperkenalkan siswa sekolah pada lingkungan sebenarnya yang sudah ada
dalam program 5K, Keindahan, Kerapian, Kebersihan, Kepribadian dan Keamanan (Nugroho, 2007)

Sjarkowi (2005) menyatakan bahwa untuk membangun kadar pemahaman yang seimbang tentang peran aktif manusia
pembangunan ditengah lingkungan hidup, dapat berkembang secara optimal, khususnya terkait dengan cara sajian
pelajaran dan suasana pembelajaran. Disinilah pentingnya pendidikan lingkungan dapat diterapkan untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan.

1. B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang dapat disusun dalam karya tulis ini adalah:

1. Bagaimana solusi alternatif untuk memunculkan kepedulian kepada siswa sekolah akan makna pentingnya
lingkungan hidup?

2. Bagaimana penerapan pendidikan lingkungan hidup?

3. Keuntungan apa yang dapat dirasakan ketika pendidikan lingkungan hidup ini diterapkan ?

1. C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

1. Mengetahui bagaimana solusi alternatif untuk memunculkan kepedulian kepada siswa sekolah akan makna
pentingnya lingkungan hidup
2. Mengetahui bagaimana penerapan pendidikan lingkungan hidup

3. Mengetahui keuntungan yang dapat dirasakan ketika pendidikan lingkungan hidup ini diterapkan.

1. D. Manfaat Penulisan

Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah dan pihak sekolah akan
pentingnya pendidikan lingkungan hidup bagi anak-anak. Dengan pendidikan lingkungan hidup , selain dapat
memberikan kesadaran kepada anak-anak akan pentingnya menjaga lingkungan juga dapat mengetahui sejauh mana
kepeduliaan mereka dalam menjaga lingkungan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. A. Pendidikan Lingkungan hidup

Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan pendidikan lingkungan hidup
menurut UNCED adalah sebagai berikut: Pendidikan lingkungan Hidup (environmental education – EE) adalah suatu
proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan)
dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan
tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat
memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru [UN – Tbilisi, Georgia –
USSR (1977) dalam Unesco, (1978).

Pendidikan lingkungan hidup memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk
membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh
karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya
klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai.

Dalam Pendidikan lingkungan hidup perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu
terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the
fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, Pendidikan lingkungan hidup perlu
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan kemampuan dalam
memecahkan masalah. Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut ini :

1. Berkomunikasi: mendengarkan, berbicara di depan umum, menulis secara persuasive, desain grafis;

2. Investigasi (investigation): merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara, menganalisa data;

3. Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process): kepemimpinan, pengambilan keputusan dan kerjasama.

Dalam melakukan Pendidikan lingkungan hidup haruslah:

1. Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial
(ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);

2. Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra
sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;

3. Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik dari masing-
masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang.
4. Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional,
sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain;

5. Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan memasukkan
pertimbangan perspektif historisnya;

6. Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan
memecahkan masalah-masalah lingkungan;

7. Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan


pertumbuhan;

8. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan
memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan
tersebut;

9. Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan
klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang
khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup;

10. Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan penyebab dari masalah lingkungan;

11. Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir
secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.

12. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai pendekatan dalam
pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya
praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first – hand experience).

Karena langsung mengkaji masalah yang nyata, Pendidikan Lingkungan Hidup dapat mempermudah pencapaian
ketrampilan tingkat tinggi (higher order skill) seperti :
1.berfikir kritis
2.berfikir kreatif
3.berfikir secara integratif
4. memecahkan masalah.

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas.
Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga
sangat beragam. Sesuai dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam
Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan 3
(tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan Menurut dan saling memperkuat.
Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :

1. Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap lingkungan hidup
sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pola konsumsi
dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/pembiayaan, Kemitraan usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan,
Pertambangan, Industri, dan Perdagangan

2. Pilar Sosial: menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
Isu atau materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan, Kearifan/budaya lokal, Masyarakat
pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan
Hukum dan pengawasan
3. Pilar Lingkungan: menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau
materi yang berkaitan adalah: Pengelolaan sumberdaya air, Pengelolaan sumberdaya lahan, Pengelolaan
sumberdaya udara, Pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir, Energi dan sumberdaya mineral, Konservasi
satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman hayati, dan Penataan ruang

Memahami tentang pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari keadaan lingkungan, mengingat dari sejak
dilahirkannya manusia sampai tumbuh dan berkembang menjadi dewasa telah banyak dipengaruhi oleh keadaan
lingkungan sekitarnya. Sehingga di akui atau tidak pondasi bangunan pemikiran sikap, tindakan manusia dan lain
sebagainya telah dikontruk sedemikian rupa oleh hal-hal yang terjadi di lingkungan.

Menurut Idris shaleh (2007) pendidikan harus diselaraskan dengan nilai-nilai yang terjadi di lingkungan, agar disatu
sisi pendidikan mampu menjawab dan memberikan sebuah solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi dalam
lingkungan. Dimana lingkungan merupakan tempat berpijak bahkan merupakan tempat kita untuk mengasah diri, baik
secara sikap, intelektual maupun tindakan. Pendidikan juga mempunyai peranan penting untuk menciptakan sistem 
yang bisa mengantarkan peserta didik pada sebuah kesadaran akan makna pentingnya sebuah lingkungan.

1. B. Lingkungan Sebagai Subyek Pendidikan

Menurut notohadiprawiro (2006), Pendidikan lingkungan memberikan latihan kepada anak didik berpikir secara
serbacakup (comprehensive) mengenai segala gatra kehidupan manusia. Subyek ini juga melatih berpikir secara
bersistem, yang menggunakan waktu lengkap, yaitu kemarin-kini-esok dan matra ruang. Matra waktu penting karena
lingkungan bersifat dinamis, baik menurut bawaannya maupun terutama menurut saling nasabahnya ( interrelationship)
dengan kegiatan manusia. Kejadian yang berlangsung pada masa lampau menghasilkan akibat pada masa sekarang,
dan akibat ini berpengaruh atas kejadian yang dapat berlangsung pada masa sekarang, yang akan meghasilkan akibat
pada masa mendatang. Marta ruang penting karena lingkungan merupakan fakta geografi. Akibat suatu tindakan
tertentu yang terjadi dsuatu tapak belum tentu terjadi pula atau tidak dengan sendirinya harus terjadi pula ditapak lain
karena tindakan yang sama. Berpikir secara bersistem yang menilai nasabah antar komponen lingkungan dan antara
lingkungan dan manusia dalam skala waktu dan ruang, mengembangkan penalaran analitik dan tuntas.

Waktu dan ruang adalah kaidah segala kehidupan. Proses dan evolusi berhakikat waktu, sedang adaptasi berhakikat
ruang (tempat). Kemajuan proses, evolusi dan adaptasi menjadi jaminan kelangsungan kehidupan di bumi kita ini.
Sebaliknya, kemunduran proses dan kekahatan evolusi serta adaptasi menjadi sebab pokok degradasi kehidupan.

Mengingat hakekat lingkungan itu maka (Emmelin, 1997) berpendapat bahwa lingkungan sepantasnya mengganti Seni
dan Humaniora selaku subyek pendidikan bagi para calon administrator. Ilmu lingkungan sesuai untuk peran ini
mengingat bahan yang diajarkan, cakupannya yang luas, dan tuntutannya akan keterhitungannya segala hal (demand
on numeracy). Menelaah sistem lingkungan yang sangat rumit akan dapat mengembangkan kelenturan berpikir yang
perlu dimiliki oleh setiap administrator. Secara tradisional Seni dan Humaniora menjadi subyek utama pendidikan para
bangsawan, khususnya putra mahkota dalam mempersiapkan menduduki tahta kerajaan. Jalur ini masih ditempuh
sampai sekarang, baik di dunia timur maupun di dunia barat. Bahkan pendidikan universitas dan berbagai sekolah
penatakan jabatan di Indonesia masih cenderung mengikuti jalur ini. Misalnya pemasukan kelompok mata ajaran sosial
budaya dasar dalam kurikulum umum S1 jelas menunjukkan penganutan pada konsep itu. Masalah sosial dan budaya
dengan sendirinya sudah tercakup dalam ilmu lingkungan, bahkan tidak hanya sekedar dicakup, akan tetapi dipadukan
dengan masalah fisik, hayati, dan teknologi. Dengan demikian anak didik tidak lagi diberi bekal pengertian yang
terkotak-kotak, melainkan memperoleh pengetahuan yang bulat mengenai perilaku masyarakat dengan teknologi dan
rekayasanya dalam upaya membangun perikehidupan yang lebih menyenangkan.

1. C. Kerangka Pendidikan Lingkungan

Membicarakan lingkungan berarti membicarakan dampak dan resiko penggunaan sumberdaya alam. Menurut
Ananichev (1976), persoalan lingkungan mempunyai tiga gatra pokok, yaitu pencemaran, usikan terhadap neraca
ekologi dan pengurasan sumberdaya alam.
Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses terpadu yang berkenaan dengan saling nasabah manusia dengan
keadaan alam buatan sekelilingnya, termasuk nasabah pertumbuhan penduduk, pencemaran, peruntukan dan
pengurasan sumberdaya, pengawetan, teknologi dan perencanaan perkotaan serta pedesaan dengan lingkungan
manusia secara keseluruhan. Pendidikan ini merupakan suatu kajian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh atas
ekosistem, kesehatan jiwa dan badan, keadaan untuk hidup dan bekerja, kota-kota yang meruntuh  dan tekanan
penduduk (Emmelin,1977).

Dengan pengelolaan sumber daya alam sebagai tema inti, ada dua hampiran yang dapat ditempuh dalam pendidikan
lingkungan. Kedua hampiran itu secara asasi berbeda, yaitu yang satu mengaji pengelolaan sumberdaya alam dari gatra
sumberdayanya, sedang yang lain mengaji pengelolaan sumberdaya tersebut (Emmelin, 1977).

Pengusik neraca ekologi yang tertua adalah pertanian. Sejak jaman batu, pada waktu manusia mulai mampu membuat
alat yang dapat meringankan dan memudahkan pekerjan badan, dia mulai pula mengenal cara mengolah lahan dan  
memelihara hewan. Dengan kepandaiannya bercocok tanam dan beternak, manusia menghampiri alam dengan jalan
yang secara asasi baru sama sekali. Manusia tidak lagi berusaha menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, akan
tetapi mulai mencoba mengubah alam agar cocok dengan tuntutannya sendiri.

Menurut notohadiprawiro (2006), persoalan lingkungan terutama ditimbulkan oleh permuiman manusia dan industri.
Secara potensial kedua macam kegiatan itu merupakan sumber dampak berat atas lingkungan karena:

1. Manipulasi lingkungan sehingga menjauhi keadaan semula  tanpa memberikan kompesasi yang sepadan, 2. Banyak
menggunakan dan menghasilkan zat atau bahan yang asing bagi lingkungan pada umumnya. 3. Limbah yang dihasilkan
banyak yang tidak terdaur ulangkan dan 4. Intensitas kegiatan persatuan tempat dan atau waktu tinggi. Faktor-faktor
dampak ini saling berkaitan erat. Memakai dan membajak atau bahan yang asing lingkungan menghasilkan yang asing
pula. Mengingat ini semua, maka persoalan ini merupakan salah satu  dampak atas lingkungan.

BAB III

METODE PENULISAN

Penulisan karya tulis ini didasarkan pada metode telaah pustaka dari literatur yang sesuai dengan topik penulisan.
Literatur-literatur yang digunakan merupakan literatur yang bersifat primer dan sekunder. Penulis mengumpulkan
semua data dan uraian yang diperoleh dari pustaka-pustaka yang tersedia seperti di media cetak dan internet.

Masalah yang menjadi dasar dalam penulisan ini muncul setelah melihat kelemahan sistem pendidikan, dimana
kurangnya wawasan mengenai lingkungan hidup sehingga banyak permasalahan yang terjadi, yang akan
mengakibatkan kerusakan-kerusakan di lingkungan itu sendiri.

BAB 1V

PEMBAHASAN

1. A. Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan merupakan salah satu solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkungan. Menurut Anonim
(2007) Program Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) dapat berupa Visit School (kunjungan PPLH ke sekolah), School
Visit (kunjungan sekolah ke PPLH) dan wisata PLH (paket pendidikan lingkungan yang dikemas dalam bentuk wisata)
yang kesemuanya mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesadaran sehingga terjadi perubahan prilaku masyarakat
agar arif terhadap lingkungan sekitarnya.

1. B. Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan menyisipkan materi
pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi-materi pelajaran yang telah ada mulai dari konsep pemeliharaan
lingkungan hingga cara-cara yang dapat dilakukan. Proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan metode ceramah,
tetapi lebih apresiatif dan aplikatif serta peduli dengan persoalan-persoalan lingkungan hidup. Dalam hal ini, perlu
kerjasama dan kesepakatan antara Departemen Pendidikan Nasional dengan kantor Mentri Negara Lingkungan hidup.
Kesepakatan bersama didasari kesadaran pentingnya menumbuhkan kesadaran lingkungan dan konsep pembangunan
berkelanjutan sejak usia sekolah.

Beberapa langkah yang perlu ditempuh Depdiknas agar program ini dapat berjalan, di antaranya menetapkan kebijakan,
pedoman dan program PLH, mengembangkan materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kompetensi murid dan
guru, serta menyusun materi ajar dan metode pembelajarannya.

Sementara dari pihak Kantor Menneg-LH di antaranya akan menetapkan dan mengembangkan materi PLH, kerja sama
dalam pelaksanaannya, menyiapkan substansi bahan ajar, serta melatih para guru dan tenaga kependidikan mengenai
lingkungan.

1. C. Keuntungan Pendidikan Lingkungan Hidup

Dengan adanya pendidikan lingkungan hidup, adapun keuntungannya adalah:

1. Dapat memberikan informasi-informasi kepada siswa-siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup

2. Dapat memberikan kesadaran kepada siswa-siswa akan pentingnya lingkungan hidup.

3.  Dapat mengetahui seberapa besar rasa  sensitifitas siswa-siswa terhadap kondisi lingkungan sekitarnya

4. Memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi
dan komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secara individu

BAB  V

PENUTUP

1. A. Kesimpulan

1. Pendidikan merupakan salah satu solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkungan

2. Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan menyisipkan materi
pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi-materi pelajaran yang telah ada mulai dari konsep
pemeliharaan lingkungan hingga cara-cara yang dapat dilakukan

3. Keuntungan lingkungan hidup antara lain : Dapat memberikan informasi dan kesadaran kepada siswa akan
pentingnya lingkungan hidup, dapat mengetahui seberapa besar rasa sensitifitas siswa terhadap lingkungan
dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan
komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secara individu.
1. B. Saran

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk dapat menjadikan
lingkungan hidup sebagai salah satu mata pelajaran. Pihak sekolah juga bisa menerapkan Pendidikan Lingkungan
Hidup ini kepada sisiwa-siswa mereka. Sehingga siswa-siswa mengetahui akan pentingnya menjaga lingkungan baik di
sekolah maupun lingkungan rumah mereka.

Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup Di Sekolah Bukan


Mempekerjakan Siswa
March 20, 2010 by deateytomawin
 
 
 
 
 
 
33 Votes

Pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang kini telah dan semakin semarak di terapkan di sekolah

adalah bukan mempekerjakan siswa sebagai pekerja di lingkungan sekolah, tetapi membangun jiwa cinta

lingkungan, dengan harapan bahwa generasi berikut menjadi generasi yang berbudaya lingkungan dan

menjadi sebuah habit bagi semua civitas sekolah.

Untuk maksud tersebut, maka hendaknya pihak sekolah dan semua stake-holder serta pemerhati

Lingkungan Hidup  melakukan konsitentisasi yang holistik kepada konsumen pendidikan tentang peran

lingkungan terhadap keberlangsungan kehidupan di bumi, ancaman terhadap kehidupan dan solusi

penyelamatan kehidupan di bumi, serta menjelaskan tentang porsi perhatian sekolah dalam hal ini siswa

terhadap ekosistim lingkungan hidup sekitarnya.

Berikut adalah beberapa hal yang hendaknya diperhatikan oleh semua pihak

Pendidikan Lingkungan Hidup: dalam buku catatan

Pada tahun 1986, pendidikan lingkungan hidup dan kependudukan dimasukkan ke dalam pendidikan formal

dengan dibentuknya mata pelajaran ?Pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup (PKLH)?. Depdikbud

merasa perlu untuk mulai mengintegrasikan PKLH ke dalam semua mata pelajaran

Pada jenjang pendidikan dasar dan menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar

tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum

tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir

semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup
telah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk

Sekolah Kejuruan.

Di tahun 1996 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang berminat dan

menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2004 tercatat 192 anggota JPL yang

bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.

Selain itu, terbit Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor

Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan

Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996. Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Depdikbud juga terus mendorong pengembangan dan

pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran

guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan

Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK, program sekolah asri,

dan lain-lain. Sementara itu, LSM maupun perguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan

hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan

seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain.

Pada tanggal 5 Juli 2005, Menteri Lingkungan Hidup dan Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan SK

bersama nomor: Kep No 07/MenLH/06/2005 No 05/VI/KB/2005 untuk pembinaan dan pengembangan

pendidikan lingkungan hidup. Di dalam keputusan bersama ini, sangat ditekankan bahwa pendidikan

lingkungan hidup dilakukan secara integrasi dengan mata ajaran yang telah ada.

Pendidikan Lingkungan Hidup: bahan dasar yang dilupakan

Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan pendidikan

lingkungan hidup menurut UNCED adalah sebagai berikut: Pendidikan lingkungan Hidup (environmental

education – EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli

terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat

yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja

sama , baik secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan berbagai masalah

lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru [UN – Tbilisi, Georgia – USSR (1977) dalam

Unesco, (1978)]

PLH memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun

masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh

karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode yang memungkinkan
berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai. Dalam PLH perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa

dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan

nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan

pendapat. Oleh karena itu, PLH perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun

ketrampilan yang dapat meningkatkan ?kemampuan memecahkan masalah?.

Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut ini.

1. Berkomunikasi: mendengarkan, berbicara di depan umum, menulis secara persuasive, desain


grafis;
2. Investigasi (investigation): merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara,
menganalisa data;
3. Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process): kepemimpinan, pengambilan keputusan
dan kerjasama.

Pendidikan lingkungan hidup haruslah:

1. Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi
dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);
2. Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada
jaman pra sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;
3. Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri
spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang
holistik dan perspektif yang seimbang.
4. Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan
internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di wilayah
geografis yang lain;
5. Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan
memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;
6. Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk
mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan;
7. Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana
pembangunan dan pertumbuhan;
8. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar
mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima
konsekuensi dari keputusan tersebut;
9. Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk
memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda
(tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap
lingkungan tempat mereka hidup;
10. Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan penyebab dari masalah
lingkungan;
11. Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan
untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.
12. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai
pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada
kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first –
hand experience).

Karena langsung mengkaji masalah yang nyata, PLH dapat mempermudah pencapaian ketrampilan tingkat

tinggi (higher order skill) seperti :

1. berfikir kritis

2. berfikir kreatif
3. berfikir secara integratif

4. memecahkan masalah.

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan

yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan

lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan

Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta

pada tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi,

sosial, dan lingkungan.

Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan dan saling memperkuat.

Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :

1. Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap
lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi
yang berkaitan adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/pembiayaan,
Kemitraan usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan
2. Pilar Sosial: menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelestarian
lingkungan hidup. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan,
Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat
terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan pengawasan
3. Pilar Lingkungan: menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang
berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pengelolaan sumberdaya air, Pengelolaan
sumberdaya lahan, Pengelolaan sumberdaya udara, Pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir,
Energi dan sumberdaya mineral, Konservasi satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman hayati,
dan Penataan ruang

Kesadaran subyektif dan kemampuan obyektif adalah suatu fungsi dialektis yang ajeg (constant) dalam diri

manusia dalam hubungannya dengan kenyataan yang saling bertentangan yang harus dipahaminya.

Memandang kedua fungsi ini tanpa dialektika semacam itu, bisa menjebak kita ke dalam kerancuan berfikir.

Obyektivitas pada pengertian si penindas bisa saja berarti subyektivitas pada pengertian si tertindas, dan

sebaliknya. Jadi hubungan dialek tersebut tidak berarti persoalan mana yang lebih benar atau yang lebih

salah. Oleh karena itu, pendidikan harus melibatkan tiga unsur sekaligus dalam hubungan dialektisnya yang

ajeg, yakni: Pengajar, Pelajar atau anak didik, dan Realitas dunia. Yang pertama dan kedua adalah subyek

yang sadar (cognitive), sementara yang ketiga adalah obyek yang tersadari atau disadari (cognizable).

Hubungan dialektis semacam inilah yang tidak terdapat pada sistem pendidikan mapan selama ini.

Dengan kata lain, langkah awal yang paling menentukan dalam upaya pendidikan pembebasannya Freire

yakni suatu proses yang terus menerus, suatu ?commencement?, yang selalu ?mulai dan mulai lagi?, maka

proses penyadaran akan selalu ada dan merupakan proses yang sebati (in erent) dalam keseluruhan proses

pendidikan itu sendiri. Maka, proses penyadaran merupakan proses inti atau hakikat dari proses pendidikan

itu sendiri. Dunia kesadaran seseorang memang tidak boleh berhenti, mandeg, ia senantiasa harus terus
berproses, berkembang dan meluas, dari satu tahap ke tahap berikutnya, dari tingkat ?kesadaran naif?

sampai ke tingkat ?kesadaran kritis?, sampai akhirnya mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam,

yakni ?kesadarannya kesadaran? (the consice of the consciousness).

Joseph Cornell, seorang pendidik alam (nature educator) yang terkenal dengan permainan di alam yang

dikembangkannya sangat memahami psikologi ini. Sekitar tahun 1979 ia mengembangkan konsep belajar

beralur (flow learning).

Berbagai kegiatan atau permainan disusun sedemikian rupa untuk menyingkronkan proses belajar di dalam

pikiran, rasa, dan gerak. Ia merancang sedemikian rupa agar kondisi emosi anak dalam keadaan sebaik-

baiknya pada saat menerima hal-hal yang penting dalam belajar.

Aspek-aspek yang perlu diperhatikan adalah:

Aspek afektif: perasaan nyaman, senang, bersemangat, kagum, puas, dan bangga

Aspek kognitif: proses pemahanan, dan menjaga keseimbangan aspek-aspek yang lain:

1. Aspek sosial: perasaan diterima dalam kelompok


2. Aspek sensorik dan monotorik: bergerak dan merasakan melalui indera, melibatkan peserta
sebanyak mungkin
3. Aspek lingkungan: suasanan ruang atau lingkungan

Pendidikan Lingkungan Hidup: terjerumus di jurang pembebanan baru

Pendidikan saat ini telah menjadi sebuah industri. Bukan lagi sebagai sebuah upaya pembangkitan

kesadaran kritis. Hal ini mengakibatkan terjadinya praktek jual-beli gelar, jual-beli ijasah hingga jual-beli

nilai. Belum lagi diakibatkan kurangnya dukungan pemerintah terhadap kebutuhan tempat belajar, telah

menjadikan tumbuhnya bisnis-bisnis pendidikan yang mau tidak mau semakin membuat rakyat yang tidak

mampu semakin terpuruk. Pendidikan hanyalah bagi mereka yang telah memiliki ekonomi yang kuat,

sedangkan bagi kalangan miskin, pendidikan hanyalah sebuah mimpi.

Dunia pendidikan sebagai ruang bagi peningkatan kapasitas anak bangsa haruslah dimulai dengan sebuah

cara pandang bahwa pendidikan adalah bagian untuk mengembangkan potensi, daya pikir dan daya nalar

serta pengembangan kreatifitas yang dimiliki. Sistem pendidikan yang mengebiri ketiga hal tersebut

hanyalah akan menciptakan keterpurukan sumberdaya manusia yang dimiliki bangsa ini yang hanya akan

menjadikan Indonesia tetap terjajah dan tetap di bawah ketiak bangsa asing.

Pada dua tahun terakhir, PLH di Kalimantan Timur sangatlah berjalan perlahan ditengah hiruk pikuk

penghabisan kekayaan alam Kaltim. Inisiatif-inisiatif baru bermunculan. Kota Balikpapan memulai, dengan

dibantu oleh Program Kerjasama Internasional, lahirlah kurikulum pendidikan kebersihan dan lingkungan

yang menjadi salah satu muatan lokal. Diikuti kemudian oleh Kabupaten Nunukan. Sementara saat ini
sedang dalam proses adalah Kota Samarinda, Kabupaten Malinau dan Kota Tarakan. Kesemua wilayah ini

terdorong ke arah ?jurang? hadirnya muatan lokal beraroma pendidikan lingkungan hidup.

Tak ada yang salah dengan muatan lokal. Namun sangat disayangkan dalam proses-proses yang dilakukan

sangat meninggalkan prinsip-prinsip dari Pendidikan Lingkungan Hidup itu sendiri. Nuansa hasil yang

berwujud (buku, modul, kurikulum), sangat terasa dalam setiap aktivitas pembuatannya. Perangkat-

perangkat pendukung masih sangat jauh mengikutinya.

Pendidikan Lingkungan Hidup hari ini, bisa jadi mengulang pada kejadian beberapa tahun yang lalu, ketika

PKLH mulai diluncurkan. Statis, monolitik, membunuh kreatifitas. Prasyarat yang belum mencukupi yang

kemudian dipaksakan, berakhir pada frustasi berkelanjutan.

Sangat penting dipahami, bahwa pola Cara Belajar Siswa Aktif, Kurikulum Berbasis Kompetensi, dan

berbagai teknologi pendidikan lainnya yang dikembangkan, kesemuanya bermuara pada kapasitas seorang

guru. Kemampuan berekspresi dan berkreasi sangat dibutuhkan dalam mengembangkan kemampuan

berpikir kritis siswa. Bila tidak, lupakanlah.

Demikian pula dengan PLH, sangat dibutuhkan kapasitas guru yang mampu membangitkan kesadaran kritis.

Bukan sekedar untuk memicu kreatifitas siswa. Kesadaran kritis inilah yang akhirnya akan tereliminasi

disaat PLH diperangkap dalam kurikulum muatan lokal. Siswa akan kembali berada dalam ruang statis,

mengejar nilai semu, dan memperoleh pembebanan baru.

Pendidikan Lingkungan Hidup: duduk, diam, dan bercerminlah

Sejak 2001, disaat pertama kali kawan-kawan pegiat PLH di Kaltim berkumpul, telah lahir berbagai gagasan

dan agenda yang harus diselesaikan. Namun karena bukan menjadi PRIORITAS, maka hal ini menjadi

bagian yang dilupakan.

Di tahun 2005 ini, geliat PLH masih bergerak-gerak ditempat. Bagi yang memiliki dana, muatan lokal

menjadi sebuah pilihan, karena akan lebih mudah mengukur indikator keberhasilannya. Bagi yang tidak

memiliki dana, mencoba tertatih-tatih di ruang sempit untuk tetap berjalan sesuai dengan cita-cita

sebenarnya dari PLH, yaitu membangun generasi yang memiliki KESADARAN KRITIS sampai akhirnya

mencapai tingkat kesadaran tertinggi dan terdalam, yakni ? KESADARANNYA KESADARAN?.

Kepentingan untuk PERCEPATAN PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP, haruslah dimaknai bukan untuk

mengELIMINASI pondasi dasar PLH. Tidak kokohnya pondasi akan mengakibatkan kehancuran sebuah

bangunan, semewah apapun ia. Kehausan akan target proyek, capaian indikator, pekerjaan, hanya akan
menjadikan PLH sebagai sebuah obyek mainan baru, bukan lagi sebagai sebuah nilai yang sedang dibangun

bagi generasi kemudian negeri ini.

BERCERMINLAH untuk sekedar meREFLEKSIkan diri. Ini yang penting dilakukan oleh pegiat PLH. Bukan

untuk berlari mengejar ketertinggalan. Tidak harus cepat mencapai garis akhir. Berjalan perlahan dengan

semangat kebersamaan akan lebih menghasilkan nilai yang tertancap pada ruang yang terdalam di diri.

PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DAN APLIKASINYA


DALAM PEMBELAJARAN BAGI SISWA SEKOLAH DASAR
08.25    No comments

A. Latar Belakang
Kerusakan lingkungan dan sumber daya alam telah sampai pada tingkat yang sangat mengkhawatirkan. Kerusakan lingkungan
tidak hanya dirasakan oleh masyarakat lokal dan nasional saja, tetapi dalam skala global, banyak kejadian-kejadian yang selama ini
kita saksikan, misalnya kebakaran hutan, semburan gas, sampah menggunung, polusi udara, limbah-limbah yang dihasilkan oleh
pabrik-pabrik, dan banyak lagi yang dapat mengakibatkan kerusakan pada lingkungan dan ekosistem yang selama ini kita
dambakan kelestariannya, meskipun demikian sesuai dengan berjalannya waktu dan perkembangan zaman yang terus menerus
sesuai dengan tuntutan kemajuan teknologi, pada tatanannya dapat memberikan dampak yang positif maupun negatif tergantung
pada peruntukkan dan cara pengelolaannya.

Menyikapi perihal kerusakan lingkungan dan sumber daya alam, perlu adanya pengetahuan dan keterampilan yang bersifat
langsung aplikasi dalam kehidupan sehari-hari serta menjadi pola tindak dan pola pikir untuk penanganan yang lebih spesifik pada
permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia umumnya, khususnya masyarakat Kota Bandung, yang selama ini memiliki
masalah yang paling urgensi yaitu penanganan sampah, polusi, air limbah, serta konservasi alam sebagai paru – paru kota dan
sebagai kantung-kantung persediaan air. 

Pendidikan Lingkungan Hidup merupakan pengetahuan, kajian, bahan materi pelajaran yang berupaya untuk mendidik siswa
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah untuk memahami dan mempraktikkan langsung cara penanganan masalah-masalah
lingkungan tersebut yang selama ini menjadi permasalahan dunia. Siswa-siswi sekolah dasar adalah calon-calon penerus bangsa
yang akan hidup di masa mendatang dan akan menghadapi tantangan kehidupan yang tinggi dengan segala dilematisasi yang
sangat kompleks. 
B. Sejarah Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup
1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat Internasional
Pada tahun 1975, sebuah lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan hidup diadakan di Beograd, Jugoslavia. Pada
pertemuan tersebut dihasilkan pernyataan antar negara peserta mengenai pendidikan lingkungan hidup yang dikenal sebagai "The
Belgrade Charter - a Global Framework for Environmental Education". Secara ringkas tujuan pendidikan lingkungan hidup yang
dirumuskan dalam Belgrade Charter tersebut di atas adalah sbb:
Meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap keterkaitan bidang ekonomi, sosial, politik serta ekologi, baik di daerah perkotaan
maupun pedesaan. 
Memberi kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen,
yang diperlukan untuk bekerja secara individu dan kolektif untuk menyelesaikan masalah lingkungan saat ini dan mencegah
munculnya masalah baru. 
Menciptakan satu kesatuan pola tingkah laku baru bagi individu, kelompok-kelompok dan masyarakat terhadap lingkungan hidup. 
2.Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di tingkat ASEAN
Program pengembangan pendidikan lingkungan bukan merupakan hal yang baru di lingkup ASEAN. Negara-negara anggota
ASEAN telah mengembangkan program dan kegiatannya sejak konferensi internasional pendidikan lingkungan hidup pertama di
Belgrade tahun 1975. Sejak dikeluarkannya ASEAN Environmental Education Action Plan 2000-2005, masing-masing negara
anggota ASEAN perlu memiliki kerangka kerja untuk pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan. Indonesia sebagai
negara anggota ASEAN turut aktif dalam merancang dan melaksanakan ASEAN Environmental Education Action Plan 2000-2005.
Pada intinya ASEAN Environmental Education Action Plan 2000 – 2005 ini merupakan tonggak sejarah yang penting dalam upaya
kerja sama regional antar sesama negara anggota ASEAN dalam turut meningkatkan pelaksanaan pendidikan lingkungan di
masing-masing negara anggota ASEAN
3. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia
Di Indonesia perkembangan penyelenggaraan pendidikan lingkungan dimulai pada tahun 1975 dimana IKIP Jakarta untuk pertama
kalinya merintis pengembangan pendidikan lingkungan dengan menyusun Garis-garis Besar Program Pengajaran Pendidikan
Lingkungan Hidup yang diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta pada periode tahun 1977/1978.
Pada tahun 1979 dibentuk dan berkembang Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta.
Bersamaan dengan itu pula mulai dikembangkannya pendidikan AMDAL oleh semua PSL di bawah koordinasi Menteri Negara
Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg-PPLH). Saat ini jumlah PSL yang menjadi anggota BKPSL telah
berkembang menjadi 87 PSL, di samping itu berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mulai mengembangkan dan
membentuk program khusus pendidikan lingkungan, misalnya di Jurusan Kehutanan IPB.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah
kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan
masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga
saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD,
SMP dan SMA termasuk Sekolah Kejuruan.
Prakarsa pengembangan pendidikan lingkungan juga dilakukan oleh berbagai LSM. Pada tahun 1996/1997 terbentuk Jaringan
Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga
tahun 2001 tercatat 76 anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan. 
Sehubungan dengan kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia, Kelompok Kerja Pendidikan Konservasi Sumberdaya
Hutan dan Lingkungan Hidup (Pokja PKSDH & L) telah membagi perkembangan kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia
ke dalam tiga periode, yaitu :
1. Periode 1969-1983 (periode persiapan dan peletakan dasar)
Usaha pengembangan pendidikan LH ini tidak bisa dilepaskan dari hasil Konferensi Stockholm pada tahun 1972 yang antara lain
menghasilkan rekomendasi dan deklarasi antara lain tentang pentingnya kegiatan pendidikan untuk menciptakan kesadaran
masyarakat dalam melestarikan lingkungan hidup. Salah satu kegiatan yang mempelopori pengembangan pendidikan lingkungan
hidup di Indonesia dilakukan oleh IKIP Jakarta pada tahun yaitu dengan menyusun Garis-garis Besar Pendidikan dan Pengajaran
(GBPP) bidang lingkungan hidup untuk pendidikan dasar. Pada tahun 1977/1978, GBPP tersebut kemudian diujicobakan pada 15
SD di Jakarta. Selain itu penyusunan GBPP untuk pendidikan dasar, beberapa perguruan tinggi juga mulai mengembangkan Pusat
Studi Lingkungan (PSL) yang salah satu aktivitas utamanya adalah melaksanakan kursus-kursus mengenai analisis dampak
lingkungan (AMDAL). Program studi lingkungan dan konservasi sumberdaya alam di beberapa perguruan tinggi juga mulai
dikembangkan.
2. Periode 1983-1993 (periode sosialisasi) 
Pada periode ini, kegiatan pendidikan lingkungan hidup baik di jalur formal (sekolah) maupun di jalur non formal (luar sekolah) telah
semakin berkembang. Pada jalur pendidikan formal, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, materi pendidikan
yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan konservasi SDA telah diintegrasikan ke dalam kurikulum 1984. Selama periode ini,
berbagai pusat studi seperti Pusat Studi Kependudukkan (PSK) dan Pusat Studi Lingkungan (PSL) baik di perguruan tinggi negeri
maupun pergurutan tinggi swasta terus bertambah jumlah dan aktivitasnya. Selain itu, program-program studi pada jenjang S1, S2,
dan S3 yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam juga terus berkembang. Bahkan isu dan
permasalahan lingkungan hidup telah diarahkan sebagai bagian dari Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang harus diterima oleh
semua mahasiswa pada semua program studi atau disiplin ilmu.
Perhatian terhadap upaya pengembangan pendidikan lingkungan hidup oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga terus
meningkat, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu dengan terus dimantapkannya program dan
aktivitasnya melalui pembentukkan Bagian Proyek KLH sebagai salah satu unit kegiatan di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar
dan Menengah (Dikdasmen). Pada periode ini sosialiasasi masalah lingkungan hidup juga dilakukan terhadap kalangan
administratur negara dengan memasukkan materi kependudukkan dan lingkungan hidup ke dalam kurikulum penjenjangan tingkat
Sepada, Sepadya, dan Sespa pada Diklat Lembaga Administrasi Negara (LAN) tahun 1989/1990. Di samping itu, selama periode
ini pula banyak LSM serta lembaga nirlaba lainnya yang didirikan dan ikut mengambil peran dalam mendorong terbentuknya
kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku ramah lingkungan. Secara keseluruhan, perkembangan kegiatan pendidikan,
penyuluhan, dan penyadaran masyarakat di atas tidak saja terjadi di Jakarta tetapi juga di daerah-daerah lainnya. 
3. Periode 1993 - sekarang (periode pemantapan dan pengembangan) 
Salah satu hal yang menonjol dalam periode ini adalah ditetapkannya Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang
Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996. Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Departemen P & K juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan
pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti
lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD,
SLTP, SMU dan SMK , program sekolah asri, dan lain-lain. Selain itu, berbagai insiatif dilakukan baik oleh pemerintah, LSM,
maupun erguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya,
penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain.
Walaupun perhatian terhadap langkah-langkah pengembangan pendidikan lingkungan hidup pada satu atau dua tahun terakhir ini
semakin meningkat, baik untuk pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, namun harus diakui bahwa masih banyak hal yang
perlu terus selalu diperbaiki agar pendidikan lingkungan hidup dapat lebih memasyarakat secara konsisten dan berkelanjutan.
Dengan demikian, kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan mulai jenjang pra sekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi melalui berbagai bentuk kegiatan dapat memberikan hasil yang optimal. 
APLIKASI PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP DI SEKOLAH DASAR
A. Pengertian dan Definisi
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak manusia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan mahluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.
Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen
masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai
lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam
upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
Pendidikan lingkungan hidup formal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang diselenggarakan melalui sekolah,
terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dan dilakukan secara terstruktur dan berjenjang dengan
metode pendekatan kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang monolitik (tersendiri).
Pendidikan lingkungan hidup nonformal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang (misalnya pelatihan AMDAL, ISO 14000, PPNS).
Pendidikan lingkungan hidup informal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan hidup yang dilakukan di luar sekolah dan
dilaksanakan tidak terstruktur maupun tidak berjenjang.
Visi pendidikan lingkungan hidup yaitu: Terwujudnya manusia Indonesia yang memiliki pengetahuan, kesadaran dan keterampilan
untuk berperan aktif dalam melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.
Pada hakikatnya visi ini bertitik tolak dari latar belakang permasalahan pendidikan lingkungan hidup yang ada selama ini dan
sejalan dengan filosofi pembangunan berkelanjutan yang menekankan bahwa pembangunan harus dapat memenuhi aspirasi dan
kebutuhan masyarakat generasi saat ini tanpa mengurangi potensi pemenuhan aspirasi dan kebutuhan generasi mendatang serta
melestarikan dan mempertahankan fungsi lingkungan dan daya dukung ekosistem. 
Untuk dapat mewujudkan visi tersebut di atas, maka ditetapkan misi yang harus dilaksanakan, yaitu:
Mengembangkan kebijakan pendidikan nasional yang berparadigma lingkungan hidup;
Mengembangkan kapasitas kelembagaan pendidikan lingkungan hidup di pusat dan daerah;
Meningkatkan akses informasi pendidikan lingkungan hidup secara merata;
Meningkatkan sinergi antar pelaku pendidikan lingkungan hidup.
B. Tujuan dan Ruang Lingkup kebijakan PLH
Tujuan pendidikan lingkungan hidup:
Mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang pada
akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara
bijaksana, turut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan
hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

Sesuai dengan tujuan pendidikan lingkungan hidup, maka disusunlah kebijakan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia yang
bertujuan untuk menciptakan iklim yang mendorong semua pihak berperan dalam pengembangan pendidikan lingkungan hidup
untuk pelestarian lingkungan hidup.
a.Ruang Lingkup 
Ruang lingkup kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup meliputi hal-hal sebagai berikut:
Pendidikan lingkungan hidup yang melalui jalur formal, nonformal dan jalur informal dilaksanakan oleh seluruh stakeholder.
Diarahkan kepada beberapa hal yang meliputi aspek: a) kelembagaan, b) SDM yang terkait dalam pelaku/pelaksana maupun objek
pendidikan lingkungan hidup, c) sarana dan prasarana, d) pendanaan, e) materi, f) komunikasi dan informasi, g) peran serta
masyarakat, dan h) metode pelaksanaan. 
Landasan Kebijakan
Kebijakan pendidikan lingkungan hidup disusun berdasarkan:
UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;
UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;
UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah;
UU No. 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional;
UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional;
Keputusan Bersama Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup dan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15
Tahun 1991 dan Nomor 38 Tahun 1991; tentang Peningkatan Pemasyarakatan Kependudukan dan Lingkungan Hidup Melalui Jalur
Agama.
Piagam Kerja Sama Menteri Negara Lingkungan Hidup/Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan dengan Menteri Dalam
Negeri Nomor 05/MENLH/8/1998 dan Nomor 119/1922/SJ tentang Kegiatan Akademik dan Non Akademik di Bidang Lingkungan
Hidup; 
Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
0142/U/1996 dan Nomor KEP:89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup;
Naskah Kerja Sama antara Pusat Pengembangan Penataran Guru Teknologi Malang sebagai Pusat Pengembangan Pendidikan
Lingkungan Hidup Nasional untuk Sekolah Menengah Kejuruan dan Direktorat Pengembangan Kelembagaan/Pengembangan
Sumber Daya Manusia Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 218/C19/TT/1996 dan Nomor B-1648/I/06/96 tentang
Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup pada Sekolah Menengah Kejuruan.
Komitmen-komitmen Internasional yang berkaitan dengan pendidikan lingkungan hidup.
Kebijakan Umum
Kebijakan umum pendidikan lingkungan hidup terdiri dari:
1. Kelembagaan pendidikan lingkungan hidup menjadi wadah/sarana menciptakan perubahan perilaku manusia yang berbudaya
lingkungan
Selama ini pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di lapangan masih banyak mengahadapi berbagai hambatan. Salah satu
hambatan yang dirasakan sangat krusial adalah belum optimalnya kelembagaan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia sebagai
wadah yang ideal dan efektif dalam mendorong keberhasilan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di lapangan. 
2. Sumber daya manusia pendidikan lingkungan hidup yang berkualitas dan berbudaya lingkungan
Berhasil tidaknya pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di lapangan ditentukan antara lain oleh kualitas dan kuantitas pelaku
dan kelompok sasaran pendidikan lingkungan hidup. Dengan meningkatnya kualitas dan kuantitas pelaku pendidikan lingkungan
hidup (misalnya: guru, pengajar, fasilitator) diharapkan akan menghasilkan sumber daya manusia yang berpengetahuan,
berketerampilan, bersikap dan berperilaku serta mempunyai komitmen yang tinggi terhadap pelestarian fungsi lingkungan hidup di
sekitarnya.
3. Sarana dan prasarana pendidikan lingkungan hidup sesuai dengan kebutuhan
Agar proses belajar-mengajar dalam pendidikan lingkungan hidup dapat berjalan dengan baik, perlu didukung dengan sarana dan
prasarana yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut meliputi antara lain: laboratorium, perpustakaan, ruang kelas, peralatan
belajar-mengajar. Di samping itu, dalam melaksanakan pendidikan lingkungan hidup, alam dapat digunakan sebagai sarana
pengetahuan.
4. Pengalokasian dan pemanfaatan anggaran pendidikan lingkungan hidup yang efisien dan efektif
Penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup perlu didukung pendanaan yang memadai. Pendanaan dan pengalokasian
anggaran bagi pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup tersebut sangat bergantung kepada komitmen pelaku pendidikan
lingkungan hidup di semua tingkatan, baik pusat dan daerah. Agar pendidikan lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan baik
perlu adanya keterlibatan semua pihak dalam pengalokasian anggaran yang proporsional dan penggunaan anggaran pendidikan
lingkungan hidup yang efisien dan efektif.
5. Materi pendidikan lingkungan hidup yang berwawasan pembangunan berkelanjutan, komprehensif dan aplikatif
Penyusunan materi pendidikan lingkungan hidup harus mengacu pada tujuan pendidikan lingkungan hidup dengan memperhatikan
tahap perkembangan dan kebutuhan yang ada saat ini. Untuk itu, materi pendidikan lingkungan hidup perlu dipersiapkan secara
matang dengan mengintegrasikan pengetahuan lingkungan yang berwawasan pembangunan berkelanjutan, dan disusun secara
komprehensif, serta mudah diaplikasikan kepada seluruh kelompok sasaran. 
6. Informasi yang berkualitas dan mudah diakses sebagai dasar komunikasi yang efektif
Kualitas informasi tentang pendidikan lingkungan hidup perlu terus dibangun dan dijamin ketersediaannya agar setiap orang mudah
mendapatkan informasi tersebut. Informasi yang berkualitas dapat digunakan untuk pelaksanaan komunikasi efektif antar pelaku
dan kelompok sasaran serta bagi pengembangan pendidikan lingkungan hidup.
7. Keterlibatan dan ketersediaan ruang bagi peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan lingkungan hidup
Keterlibatan masyarakat diperlukan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan lingkungan hidup. Oleh
karena itu, pelaku pendidikan lingkungan hidup perlu memberikan peran yang jelas bagi keterlibatan masyarakat tersebut.
8. Metode pendidikan lingkungan hidup berbasis kompetensi
Metode pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup merupakan hal yang penting dan sangat berperan dalam menghasilkan proses
pembelajaran yang berkualitas. Pengembangan metode pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup yang baik (berbasis kompetensi
dan aplikatif), dapat meningkatkan kualitas pendidikan lingkungan hidup sehingga dapat mencapai sasaran yang diharapkan.
C. Aplikasi Penyelenggaraan PLH di Sekolah Dasar
Menurut Wittmann 1997, ada tiga prinsip dasar didaktis untuk pendidikan lingkungan hidup yang dapat dijalani siswa, yaitu sebagai
berikut :
1. Pendidikan lingkungan secara menyeluruh
Menyeluruh artinya mencakup semua dimensi yang berhubungan dengan pemahaman lingkungan, baik yang berhubungan dengan
alat indera, maupun ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar yang menyeluruh akan menunjukkan hubungan keterkaitan
antara satu dengan lain hal.
2. Pendidikan lingkungan diterapkan sesuai dengan situasi. 
Pertama situasi belajar harus menyentuh perasaan anak. Perlu diperhatikan bahwa perasaan anak sama dengan orang dewasa,
hargailah anak agar ia dapat menumbuhkan motivasinya untuk belajar dan berbuat. Kedua, situasi belajar harus dapat memberikan
peluang kepada siswa untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan dimana ia berada sebagai sumber belajar, ajak siswa untuk
mencari solusi terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul di lingkungan sekitarnya.
3. Pendidikan lingkungan menuntut tindakan

Penyelenggaraan PLH hendaknya memberikan pelayanan pada siswa untuk aware terhadap masalah lingkungan dan siswa
berlatih untuk menyusun sebuah positive action dalam upaya meminimalisasi dampak permasalahan yang timbul di lingkungannya
tersebut. Misalnya jika permasalahan yang muncul adalah mengenai tumpukan sampah yang tersebar diseluruh penjuru sekolah,
maka siswa dapat melakukan tindakan positif sebagai individu yang peduli lingkungan dengan cara memungut sampah tersebut
kemudian membuangnya ke tempat sampah, atau mungkin juga mengajak beberapa temannya untuk melakukan opsih (operasi
bersih) di lingkungan sekolah.
Waryono dan Didit (2001) menyatakan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang kritis sebagai generasi penerus bangsa di
masa yang akan dating. Jika pengetahuan dan cara yang ditanakan pada masa kanak-kanak itu benar, dapat diharapkan ketika ia
mencapai masa remaja dan dewasa, maka bekal pengetahuan, pemahaman dan pembentukan perilaku semasa masa kanak-kanak
akan membawa pengaruh positif yang sangat besar yang akan mempengaruhi kehidupannya. Dengan demikian, sangatlah
strategis pembekalan mengenai lingkungan hidup diberikan kepada anak-anak secara terprogram dan berkelanjutan seperti halnya
yang tertuang dalam mata pelajaran PLH ini agar tercipta insane-insan yang peduli pada lingkungan.
Waryono dan Didit (2001) menyatakan bahwa PLH dapat diberikan secar formal maupun informal kepada generasi muda. PLH
yang diberikan secara formal dapat dilakukan di sekolah-sekolah dengan memasukkan PLH ke dalam kurikulum sekolah dan
memanfaatkan potensi lingkungan yang ada di sekitarnya. Dalam hal ini guru yang menyampaikan materi pelajaran tidaklah harus
selalu ekolog atau ilmuwan, guru kelas pun dapat menyampaikan materi PLH selama ia mampu menjadi pemandu dalam berpikir
tentang lingkungan yang ada di sekitarnya.
Bentuk materi PLH dapat dikemas secara integrative di dalam mata pelajaran sekolah, mengingat PLH bukanlah mata pelajaran
baru, namun esensinya dapat diberikan bersamaan dengan pelajaran lain yang memiliki keterkaitan dengan materi PLH tersebut,
atau bisa juga dikemas dalam satu pelajaran terpisah yang merupakan materi atau mata pelajaran muatan local tentang PLH. 
Penyelenggaraan PLH dapat dilakukan secara outdoor education, dengan melakukan kegiatan outbond yang mendekatkan siswa
dengan alam, dan mengarahkan pada pembentukan sikap dan perubahan tingkah laku yang peka terhadap lingkungan, melalui
tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggung jawab dan pemupukan sikap positif lainnya seperti kecintaan pada
lingkungan, peduli lingkungan dan memiliki kecerdasan emosi yang baik dengan mau menyayangi sesame makhluk ciptaan Tuhan.
Aktivitas yang dilakukan dapat berupa permainan, mendengarkan cerita/dongeng, olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal
kasus-kasus lingkungan di sekitarnya kemudian mendiskusikannya secara bersama untuk menemukan solusi dan menentukan
positive action, jelajah lingkungan dan aksi lingkungan . aktivitas tersebut tentunya menyenangkan bagi siswa sehingga
pembelajaran dapat lebih bermakna bagi siswa, sehingga apa yang diharapkan dapat dicapai dengan baik. Dengan begitu PLH
menjadi aplikatif dan bukan sekedar hafalan semata.

Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup ini sebaiknya dilakukan dengan pendekatan yang melibatkan peran aktif semua unsure
di sekolah dan perguruan tinggi yang yang lebih mengutamakan pembentukan sikap dan kepeduliannya terhadap lingkungan .
pendidikan lingkungan hidup dapat juga dimasukan dalam kegiatan ekstra kurikuler dalam wujud kegiatan kongkret dengan
mengarah pada pembentukan sikap kepribadian yang berwawasan lingkungan, seperti penanaman pohon pengelolaan sampah,
serta pembahasan actual tentang isu lingkungan hidup.
Dengan demikian pendidikan lingkungan hidup dapat terintregasi pada berbagai aktivitas sehingga akan tercapai perbaikan situasi
lingkungan secara terus-menerus dan menjdikan sekolah berwawasan lingkungan.
Sedangkan metode pembahasan lingkungan seyogyanya ditekankan pada kerja kelompok, praktik laboraturium, kerja proyek, kerja
social dan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan hidup. Selanjutnya strategi pelaksanaan pendidikan
lingkungan hidup dengan menggunakan pendekatan intergrasi dalam kegiatan sekolah mengacu pada kebijaksanaan pemerintah
tenang lngkungan hidup, menggunakan satuan organisasi yang sudah ada. Untuk itu tentu diperlukan proses yang berkelanjutan
dan konsisten, serta perlu ada monitoring dan evaluasi untuk mengukur keberhasilan program.
Adapun strategi untuk mewujudkan perilaku bagi seluruh lapisan masyarakat bisa dilakukan dengan meningkatkan kesadaran
seluruh lapisan masyarakat untuk memelihara kelstarian lingkungan hidup. Dalam hal ini perlu digalakan pemahaman tentang etika
lingkungan hidup. Strategi yang dipilih untuk keberlanjutan sumber daya alam disesuaikan dengan tipe manusia , yaitu tipe manusia
yang menggunakan daya alam di bawah minimum dan menggunkan hanya secukupnya di ikuti dengan pelstarian , maka yang
dilakukan adalah sikap untuk mempertahankan perilaku tersebut serat mengajak menyebarluaskan perilaku tersebut kepada
masyarakat di sekitarnya. Untu tipe manusia menggunkan sumber daya alam dengan boros maka perlu penyadaran diri sudah
saatnya hidup secukupnya bukan tidak mampu beli tetapi karena timbulnya kesadaran bahwa semua hal yang bersifat
konsumennisme itu akan mencemari lingkungan padahal alam memiliki keterbatasan untuk menampung dan menetralkan zat
pencemar tersebut. Untuk tipe manusia serakah yang tidak pernah puas mengeplorasi alam perlu ada tindakan tegas berupa sanksi
yang sesuai dengan kerusakan yang dibuatnya terhadap alam dari pemerintah atau dari masyarakat sehingga tidak terulang lagi
tindakan serupa.
D. Penyelenggaraan PLH di Kota Bandung 
Penyelenggaraan PLH di kota Bandung berbeda dengan penyelenggaraan PLH di kota-kota lain di Indonesia, karena sejak tahun
2006 PLH telah dijadikan sebagai mata pelajaran muatan lokal wajib yang dilaksanakan mulai dari TK hingga SMA. Kota bandung
merupakan kota satu-satunya di Indonesia yang menerapkan PLH sebagai Mata Pelajaran Muatan Lokal.
Mulok Pendidikan Lingkungan Hidup adalah kumpulan bahan kajian dan materi tentang lingkungan hidup dalam konteks
internalisasi secara langsung maupun tidak langsung, dalam membentuk kepribadian mandiri serta pola tindak dan pola pikir siswa,
sehingga dapat merefleksikan dalam kehidupan sehari-hari. 

Berikut ini adalah landasan penyelenggaraan MULOK PLH di Kota Bandung :

Tujuan diberikan Mata Pelajaran Muatan Lokal Pendidikan Lingkungan Hidup, agar peserta didik mampu :
a. Memupuk Iman dan Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b. Membentuk sikap dan kepribadian yang positif dalam bentuk kegiatan pembiasaan pola hidup yang menghargai lingkungan.
c. Membina kemampuan berinisiatif dan mengambil keputusan yang tepat dalam waktu singkat.
d. Membentuk pengenalan dan penguasaan kemampuan yang membangun watak dan tanggungjawab untuk mencintai lingkungan.
e. Mengembangkan rasa sosial dengan menghayati dan mengamalkan pentingnya lingkungan hidup.
f. Menghayati keanekaragaman hayati yang dapat memberikan kontribusi kesempurnaan dan keseimbangan ekosistem
Manfaat Pendidikan Lingkungan Hidup 
1. Meningkatkan Keberhasilan dalam Menciptakan Lingkungan yang Baik
2. Memberikan Wawasan Berpikir yang Luas
3. Memberikan Kemampuan Dalam Mengatasi Situasi Sehari-hari
4. Memotivasi Siswa untuk Meningkatkan Kemampuannya

5. Memberi Kemampuan Mengatasi Permasalahan Pribadi

6. Meningkatkan Rasa Toleransi, Kebersamaan, dan Menghargai Orang Lain

7. Meningkatkan Rasa Tanggungjawab Terhadap Diri Sendiri dan Orang Lain.

Berbagai Keterampilan Yang Dikembangkan :

1. Empati ( Kesadaran Diri ) 

2. Komunikasi (Hubungan Interpersonal) 

3. Pengambilan Keputusan (Problem Solving)


4. Berpikir Kreatif (Berpikir Kritis)

5. Berpikir Inovatif ( Pengembangan)

Pelaksana Kurikulum Muatan Lokal PLH adalah guru, baik guru kelas atau guru khusus mulok PLH. Adapun metode pembelajaran /
penyampaian materi Pendidikan Lingkungan Hidup, pada dasarnya menggunakan berbagai metode (multy method), tetapi yang
sebagian besar dilaksanakan dan digunakan adalah sebagai berikut : Ceramah, Diskusi / Tanya Jawab, Bermain peran dan
simulasi, Penugasan / Praktek . 

Ruang Lingkup PLH meliputi penanaman konsep, pelatihan dan penerapan yang terdiri dari konsep dasar lingkungan hidup, P4LH
yang merupakan serangkaian kegiatan meliputi kegiatan Pembibitan, Penanaman, Pemeliharaan dan Pengawasan di lingkungan
rumah, sekolah dan sekitarnya; K3 merupakan bahan kajian yang menekankan ketertiban, kebersihan dan keindahan di lingkungan
rumah, sekolah dan lingkungan masyarakat; serta Implementasi IPTEK dalam pengelolaan Llingkungan hidup.

Alokasi waktu mata pelajaran Mulok PLH adalah 2 jam per minggu dengan bobot 70% praktek dan 30% teori. Penilaian pada
dasarnya dilakukan secara berkesinambungan dan menyeluruh, baik tentang proses maupun hasil pembelajaran yang telah dicapai
peserta didik. Penilaian tersebut meliputi penilaian terhadap sikap (afektif), pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor).

Beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam mengajarkan Mulok PLH :

• Guru harus senantiasa berbicara dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami siswa

• Guru hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan mengungkapkan gagasannya/

• Guru sebaiknya memberikan kesempatan pada siswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam setiap kegiatan

• Berikan penguatan/reinforcement kepada siswa untuk tetap mempertahankan semangat belajar dalam setiap kegiatan

• Guru sebaiknya mengembangkan metode pembelajaran PAKEM

E. Contoh Penyelenggaraan PLH di SD

Contoh (1)

MENYEDIAKAN BAHAN DAN ALAT YANG BISA DIGUNAKAN UNTUK PEMBIBITAN TANAMAN

PENGANTAR 

Kegiatan ini dapat dilakukan oleh individu ataupun kelompok.Akan lebih objektif apabila dilakukan secara berkelompok sebab
penyediaan bahan dan alat cukup mahal, guru akan dapat melihat langsung kemampuan siswa dalam menyediakan bahan dan alat
yang bisa digunakan untuk pembibitan tanaman .

TUJUAN 
1. Dapat mengetahui penggunaan bahan dan alat untuk pembibitan tanaman

2. Mengetahui jenis-jenis tanaman 

3. Mengetahui pupuk yang harus dipergunakan

4. Dapat mengetahui area pembibitan

BAHAN / ALAT YANG DISEDIAKAN 

• Bermacam-macam bibit tanaman yang mudah disemai, misalnya cabe, tomat, bayam, dll

• Media tanam berupa campuran tanah, kompos, dan pupuk kandang.

• Pot, polibag atau lahan tanah.

• Perlengkapan diantaranya : kater, isilasi dan tali raffia

W A K T U 

2 Jam Pelajaran ( 2 x 35 menit )

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN 

1. Lakukan kegiatan ini di luar kelas

2. Siswa dapat dibuat kelompok atau individu 

3. Jelaskan dengan singkat cara pelaksanaan pemilahan bahan dan alat untuk pembibitan tanaman

4. Jelaskan pula jika akan melakukan pemilihan bahan dan alat untuk pembibitan tanaman 

5. Setelah berupaya melakukan pemilihan bahan dan alat untuk pembibitan 

6. Jelaskan kembali temuan-temuan yang didapat ketika proses sedanga berlangsung

7. Beri kesempatan kepada siswa yang dapat memberikan tanggapan hasil kerja kelompoknya atau kelompok yang lain

8. Tengahi apabila ada ketidak cocokan antar kelompok.

9. Jelaskan bagaimana pentingnya pemilihan bahan dan alat untuk pembibitan tanaman 

PENEGASAN 
Siapkan bahan dan alat untuk pembibitan tanaman, untuk menggali potensi siswa dalam pemilihan bahan dan alat untuk
pembibitan tanaman 

EVALUASI 

Evaluasi bisa menggunakan lembar pengamatan atau lembar skala sikap

Contoh (2)

SIKAP SENANG TERHADAP PELAKSANAAN KETERTIBAN DI SEKOLAH

PENGANTAR

Kegiatan ini berbentuk lagu yang dinyanyikan bergantian, karena itu siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. irama yang diambil
dari lagu yang populer di telinga siswa, atau lagu yang populer di daerah masing-masing, misalnya lagu “rasa sayange“ Pemilihan
kegiatan dalam bentuk lagu dimaksudkan agar siswa dapat bernyanyi sambil belajar, sehingga tujuan bisa berhasil karena
dilakukan tanpa beban dan tanpa terpaksa.

Syair lagu dikembangkan dari satu kata yang disampaikan kelompok lain.Untuk itu sebelum kegiatan, guru hendaknya menjelaskan
agar tiap kelompok menunjuk seorang siswa sebagai penggerak / komando untuk dinyanyikan kelompoknya bersama-sama

TUJUAN

1. Membangkitkan sikap rasa senang terhadap pelaksanaan ketertibandi sekolah .

2. Menanamkan rasa sikap senang terhadap pelaksanaan ketertiban di sekolah .

3. Membiasakan sikap senang terhadap pelaksanaan ketertiban di sekolah .

BAHAN / ALAT YANG DISEDIAKAN

- Teks tata tertib sekolah

- Teks lagu

- Model gambar sekolah atau kelas yang tertib dan kelas yang tidak tertib

WAKTU

2 Jam Pelajaran
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN

1. Lakukan kegiatan ini didalam kelas atau diluar kelas .

2. Mengkondisikan siswa dalam kegiatan belajar dengan cara bernyanyi bersama tentang sikap senang terhadap pelaksanaan
ketertiban di sekolah .

3. Guru menjelaskan dan mengembangkan syair lagu yang berkaitan dengan ketertiban sekolah.

4. Siswa diberi beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan tema ketertiban .

5. Guru mengajak siswa untuk mengamati model gambar yang menceritakan ketertiban sekolah

6. Untuk lebih memahami tentang ketertiban sekolah siswa diajak untuk melihat dan mencatat hal-hal yang dianggap penting yang
berkaitan dengan pelaksanaan ketertiban diruangan kelas lain, sebagai bahan perbandingan dalam hal ketertiban 

7. Guru memberi pertanyaan kepada siswa yang berkaitan dengan ketertiban .

Contoh : Apakah ketertiban sudah terlaksana di kelas kamu ?

8. Untuk membuktikan jawaban siswa, beberapa siswa diminta untuk membacakan teks tata tertib kelas, siswa yang lain
menyimaknya.

9. Kemudian siswa diberi pertanyaan yang berkaitan dengan tata tertib .

Contoh : -Apakah kamu sudah melaksanakan ketertiban di sekolah ? Jelaskan !

10. Guru menjelaskan kembali tentang manfaat tata tertib di kelas/ sekolah, siswa kembali diberi pertanyaan : 

Apakah kamu senang dengan adanya tata tertib sekolah ? kalau senang laksanakan tata tertib itu sebaik-baiknya !
PENEGASAN
Jelaskan bahwa ketertiban harus dilaksanakan dan ditaati oleh semua siswa / guru untuk mengatur dan membantu kelancaran
proses belajar mengajar di sekolah. 
Dalam hal ini siswa harus menerima dengan sikap senang terhadap pelaksanaan ketertiban di sekolah .
EVALUASI 
Untuk mengetahui sejauhmana respon anak terhadap upaya membiasakan sikap senang terhadap pelaksanaan ketertiban sekolah
dengan mentaati tanpa ada paksaan.
Dalam menilai kegiatan ini guru menggunakan lembar Skala Sikap.
Berilah tanda cek { √ } pada kolom yang tersedia
BAB III
PENUTUP
Program Pendidikan Lingkungan menyangkut skala yang sangat luas, sehingga perlu partisipasi dan kerjasama berbagai pihak
agar hasilnya optimal dan bebas konflik. Secara umum, PLH bertujuan untuk meningkatkan kepedulian anak terhadap lingkungan
melalui kegiatan teori, praktek, diskusi, permainan, serta observasi lapangan serta menanamkan nilai-nilai konservasi alam dan
lingkungan sedini mungkin pada siswa sehingga meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan.
Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut
UNCED adalah sebagai berikut:
Pendidikan lingkungan Hidup (environmental education - EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia
yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat
yang memiliki pengetahuan, ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik secara individu
maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru
[UN - Tbilisi, Georgia - USSR (1977) dalam Unesco, (1978)]
PLH memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang
berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu
memasukkan metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai. Dalam PLH perlu
dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu.
Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat.
Oleh karena itu, PLH perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan
kemampuan memecahkan masalah?. 
Pendidikan lingkungan hidup haruslah:
1. Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial (ekonomi, politik,
kultural, historis, moral, estetika); 
2. Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra sekolah, dan
berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal; 
3. Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik dari masing-masing disiplin
ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang. 
4. Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional, sehingga siswa
dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain; 
5. Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan memasukkan pertimbangan
perspektif historisnya; 
6. Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan memecahkan masalah-
masalah lingkungan; 
7. Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan pertumbuhan; 
8. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi
kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut; 
9. Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan klarifikasi
nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan
lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup; 
10. Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan penyebab dari masalah lingkungan; 

11. Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis
dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah. 
12. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai pendekatan dalam pembelajaran
mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan
pengalaman secara langsung (first - hand experience).

Pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Warisan Untuk Generasi Yang Akan
Datang

Pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup Sebagai Warisan Untuk Generasi Yang Akan Datang
            Lingkungan belajar (sekolah) adalah merupakan tempat komunitas manusia yang membutuhkan
lingkungan hidup yang baik. Oleh karena itu, jika penanaman konsepsi lingkungan berhasil ditanamkan
sebagai pengetahuan, sikap dan perilaku  kepada warga belajar (siswa - siswi), maka kekhawatiran
kerusakan lingkungan untuk masa yang akan datang tidak perlu dirisaukan. Mereka kelak akan menjadi
pahlawan lingkungan yang akan menyelamatkan bumi dari kerusakan dan kehancuran. Kelestarian ini
pada masa yang akan datang sangat bergantung kepada generasi muda yang sedang berada di dunia
persekolahan dewasa ini.

            Salah satu bentuk penanaman konsepsi lingkungan adalah terciptanyaSekolah Hijau. Bentuk
penanaman konsepsi ini ditunjang oleh proses belajar mengajar (PBM) dan kegiatan ekstrakurikuler.
Pada dasarnya PBM menanamkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif, sedangkan kegiatan
ekstrakurikuler menanamkan kepedulian terhadap lingkungan hidup.

            Berdasarkan konsep di atas, maka Sekolah Hijau (Green School) merupakan alternatif realisasi
kedua kegiatan pokok tersebut. Hal ini pun sepintas dapat disamakan dengan Program DIKNAS yaitu
kerindangan. Namun sebenarnya Sekolah Hijau (Green School) merupakan suatu program yang lebih
luas dan menyeluruh. Program kerindangan hanya merupakan penghijauan lingkungan sekolah, dengan
penanaman pohon pelindung. Sekolah Hijau (Green School) lebih dari itu, perindangan hanya salah satu
bentuk kegiatannya. Oleh sebab itu sangat perlu didukung dengan penyusunan paket agar
pelaksanaannya berada pada pengertian dan aksi yang seragam dan serempak.

            Green School (Sekolah Hijau) telah banyak digalakkan oleh lembaga – lembaga sekolah. Siswa –
siswi diajarkan bagaimana memperlakukan lingkungan dengan baik karena segala sesuatu tentunya akan
berdampak kepada manusia. Jika lingkungan sehat, maka kita semua tentunya jauh dari penyakit,
begitupun sebaliknya. Dan proses belajar mengajar pun dapat berjalan dengan baik. Mereka diajarkan
dengan mengamati langsung di lapangan. Siswa diajarkan bagaimana menjaga dan memanfaatkan
lingkungan agar tetap lestari. Jadi bukan sekedar hafalan seperti di sekolah umum (yang sebenarnya
lebih banyak memasung kreativitas murid).

            Perkembangan pembangunan lingkungan hidup menjadi sebuah tantangan di masa yang akan
datang yang tentunya tidaklah ringan terutama bila disadari bahwa dampak negatif dari krisis dan
permasalahan klasik seperti pencemaran dan perusakan lingkungan masih terus berlanjut.

            Undang - undang Nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup menjelaskan
bahwa perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup
berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan
kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan. Pada Bab III pasal 6 dijelaskan pula bahwa
“ Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.”

            Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut di atas, maka pelaksanaan pengelolaan lingkungan


hidup bukan semata - mata tanggung jawab pemerintah, tetapi swasta, perguruan tinggi, organisasi
keagamaan, organisasi profesi, tokoh masyarakat, pelajar bahkan semua lapisan masyarakat juga
mempunyai peran dan tanggung jawab yang sama. Dengan demikian kesiapan sumber daya manusia di
berbagai tingkat dan lapisan masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan pengelolaan lingkungan
hidup.

            Seiring dengan hal tersebut, pertambahan jumlah penduduk setiap tahun semakin menambah
permasalahan dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Hal ini memaksa dilaksanakannya eksploitasi
sumber daya alam secara besar - besaran guna memenuhi tuntutan dari pembangunan, sementara di
sisi lain daya dukung lingkungan yang semakin menurun.

            Permasalahan ini harus secara dini ditanggulangi dengan melibatkan secara aktif para generasi
muda yang kelak nantinya menjadi pewaris cita - cita bangsa dan penentu arah kebijakan lingkungan
hidup di masa yang akan datang.

            Lingkungan belajar (sekolah) sebagai tempat memberikan ilmu pengetahuan dan sikap dasar
merupakan wahana yang paling tepat untuk menanamkan rasa cinta lingkungan hidup. Salah satu
bentuk penanaman berwawasan lingkungan hidup adalah terciptanya sekolah hijau (green school).
Program green school adalah suatu program yang bertahap dan berkelanjutan untuk menanamkan rasa
cinta lingkungan hidup kepada usia sekolah, sehingga akhirnya akan tercipta generasi muda sebagai
pewaris bangsa yang akan melestarikan, mengelola dan mengembangkan kemampuan lingkungan hidup
yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang terlaksananya pembangunan.

Mengapa harus Green School? Menurut Drs. Hallaf Hanafie Prasad, M.Si (Dosen Geografi
UNM) “Student Today, and Leader Tomorrow”  Hari ini adalah Siswa, Besok adalah Pemimpin. Di
sekolah SD, SMP, SMA dan sederajat, membangun pola kecerdasan siswa “Berfikir, Bersikap, dan
Bertindak yang berbasis lingkungan.”

Sekolah Hijau dengan Pembelajaran berbasis KOMPETENSI, berefek terhadap lingkungan :

1.      KOGNITIF (pengetahuan ingatan, pemahaman)

2.      AFEKTIF (sikap), dan

3.      PSIKOMOTOR (keterampilan, perbuatan, perilaku).

Dari ketiganya, penulis menarik kesimpulan bahwa dengan Green School (sekolah hijau), siswa dapat
memahami tentang lingkungan, bagaimana bersikap dan memperlakukan lingkungan dengan baik.

            Alam mengajari kita banyak hal tentang hidup dan kehidupan. Alam mengajak kita untuk belajar
kehidupan setiap saat. Marilah kita terus belajar, termasuk belajar dari alam!

            Perhatikan sebuah benih beringin. Jika benih ini tumbuh di tempat yang tepat (subur dan cukup
air) maka beringin bisa menjadi pohon raksasa yang berumur hingga ratusan tahun. Namun jika beringin
ini kita taruh di media tanam (pot) yang terbatas, beringin akan menjadi pohon kerdil. Pohon kerdil ini
bisa menjadi indah jika kita bentuk menjadi tanaman bonsai.

            Demikian juga dengan manusia. Walaupun kita mempunyai talenta luar biasa, jika kita berada di
lingkungan yang tidak mendukung maka selamanya kita akan menjadi "kerdil". Namun jika kita
menemukan lingkungan yang tepat maka segala potensi kita akan keluar secara optimal. Kita bahkan
bisa menjadi "raksasa" karena mampu mengeluarkan "hero" yang ada di dalam diri kita. Seperti halnya
seorang pegawai/karyawan pabrik di sebuah perusahaan setelah bertahun – tahun bekerja dan telah
memperoleh banyak pengalaman dan skill. Ada banyak dari mereka yang lebih memilih untuk risain dari
pekerjaannya sebagai buruh dan memilih untuk mendirikan dan memimpin serta memanajemen
perusahaannya sendiri dengan skill yang telah didapatkannya di perusahaan tempat ia bekerja
sebelumnya. Artinya seorang karyawan ini telah menemukan “pot atau bahkan kolam besar karena
telah menggunakan kekuatan yang ada pada dirinya setelah mengambil keputusan yang sangat luar
biasa.” Dan masih banyak lagi kasus yang lain yang dapat kita jadikan pelajaran tentang lingkungan.

            Setiap hujan turun akan timbul pelangi yang berwarna - warni. Di dalam kehidupan kita, tidak
mungkin kesusahan hidup akan menghinggapi kita terus menerus. Ingat, Tuhan tidak akan mengubah
nasib manusia kecuali manusia itu sendiri yang harus berusaha mengubahnya! Cobaan yang diberikan
Tuhan kepada manusia pasti akan mampu kita sandang. Jika kita mau berusaha sekuat tenaga, gigih dan
pantang menyerah, berani mengambil resiko menangkap peluang maka nasib kita akan berubah.
Kebahagiaan pasti akan datang. Kesuksesan yang kita idam - idamkan pasti akan kita raih.

            Kambing gunung mengajari anak - anaknya mencari rumput segar di pegunungan. Namun
demikian, anak - anak kambing gunung ini diajari induknya supaya berlari dan menghindar secara gesit
dari tangkapan harimau gunung. Induk harimau gunung mengajari anaknya untuk pintar berburu
kambing gunung dengan cara menghadang dan menerkamnya pada saat berkumpul mencari rumput.
Jika harimau gunung diajak berlari tentu akan kalah cepat dan gesit daripada kambing gunung.
Demikianlah alam mengajarkan kepada kita bahwa kesempatan (peluang) sebenarnya selalu ada,
tergantung bagaimana kita melakukan persiapan untuk menangkap kesempatan tersebut. Tanpa
persiapan yang baik maka kesempatan - kesempatan akan lewat dengan percuma!

            Secara alami air mengalir selalu mencari tempat yang lebih rendah. Seperti halnya dengan kita,
apa yang kita lakukan setiap hari, kata - kata yang keluar dari mulut kita setiap hari akan selalu terekam
di benak anak - anak kita. Anak yang lahir dengan polos ibarat kertas putih yang siap kita tulisi dengan
kata - kata yang indah. Jika kita menulisinya dengan kata - kata yang kotor maka kertas putih ini akan
menjadi kotor pula. Jangan selalu menyalahkan anak tentang hasil yang kurang memuaskan yang dia
peroleh. Bangkitkan semangat mereka untuk berkarya lebih baik. Berikan apresiasi positif untuk
memberi semangat mereka. Jangan pula terlalu memanjakan anak, biarkan mereka tumbuh wajar. Insya
Allah anak kita menjadi pribadi luar biasa yang kita idam - idamkan.

            Bencana alam gunung meletus, tsunami, dan gempa bumi merupakan tanda - tanda alam yang
harus kita cermati. Banjir, kebakaran hutan dan pemanasan global merupakan contoh - contoh
kerusakan alam terjadi karena ketidakseimbangan akibat ulah manusia yang tidak bertanggungjawab.
Tanda - tanda alam tersebut mengingatkan kita untuk selalu berbuat yang jujur, bertanggungjawab dan
menjauhi keserakahan.

            Jika akhir - akhir ini Indonesia dilanda berbagai macam bencana alam, maka sudah selayaknya
semua pemimpin mulai dari Presiden dan kabinetnya, pejabat di provinsi hingga tingkat kelurahan,
militer, polisi, anggota DPR dan kita semua menghilangkan penyakit korupsi, kolusi, nepotisme.
Compang - camping Indonesia hingga kini dikarenakan hukum yang masih bisa ditawar. Hukum yang
masih bisa dinegosiasi ataupun dilanggar.
            Jika Indonesia mau maju, prioritas utama adalah dengan penegakan hukum di semua bidang. Jika
hukum ditegakkan maka secara tidak langsung akan mengembalikan keseimbangan alam Indonesia.
Hutan menjadi hijau subur jauh dari pencurian oleh oknum - oknum yang seharusnya melindungi
kelestarian hutan. Terorisme dan separatisme akan terkikis. Iklim bisnis meningkat karena tidak ada atau
seminimal mungkin biaya siluman. Investor akan berbondong - bondong ke Indonesia. Lapangan kerja
akan semakin banyak. Pariwisata akan bangkit. Semakin sedikit jumlah pengangguran dan tingkat
kejahatan. Pelan tapi pasti keadilan dan kesejahteraan sosial akan meningkat.

“Kapan ya, Indonesia tercinta ini bisa bangkit dan disegani?” Marilah kita mulai dari diri kita sendiri!      

            "Dalam pengelolaan sumber daya alam, benang merahnya yang utama adalah mencegah
timbulnya pengaruh negatif terhadap lingkungan dan mengusahakan kelestarian sumber daya alam agar
bisa digunakan terus menerus untuk generasi - generasi di masa depan." Membahas tentang sumber
daya alam, dapat kita bagi ke dalam dua kategori besar, yakni sumber daya alam yang dapat
diperbaharui (seperti hutan, perikanan dan lain - lain), dan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui, seperti minyak bumi, emas, batubara, timah, gas alam dan hasil tambang lainnya.
Membicarakan hasil tambang, tentu emas merupakan salah satunya.

            Apalagi emas yang baru - baru ini menghebohkan Propinsi Sulawesi Tenggara. Siapa yang tidak
kenal negeri kita jika kita katakan merupakan salah - satu pulau penghasil emas di republik ini. Namun
bukan hanya masyarakat dari propinsi itu sendiri yang mengais rezeki di tempat penambangan emas
tersebut, bahkan dari luar Sulawesi Tenggara bahkan pulau lain. Di tempat penambangan emas inilah
yang telah menelan korban yang sebenarnya tujuan utamanya adalah demi kesejahteraan hidup tapi
malah sebaliknya. Namun, berbicara tentang pengelolaan hasil tambang berupa emas itu sendiri,
rasanya sangat malu melihat bagaimana permukaan negeri ini yang telah hancur dan membentuk
kolong - kolong kecil sehingga membentuk seperti sebuah danau - danau kecil. Apalagi butuh biaya yang
sangat mahal untuk mereklamasi lahan minimal mengurangi dampak buruk pada masa yang akan
datang. Siapa yang akan disalahkan? Bukan pertanyaan itu yang mesti kita jawab.

            Tapi, bagaimana hal seperti itu bisa terjadi dan apa yang mesti kita perbuat untuk memberikan
solusi yang terbaik untuk kelestarian sebuah lingkungan hidup. Mungkin, jika dikaitkan dengan
kemiskinan dan bagaimana masyarakat harus berpikir untuk mengenyangkan “perut” hal inilah mungkin
yang menjadi sebab utama mendorong penduduk menguras alam sehingga merusak lingkungan. Jika
kita amati bahwa dapat kita katakan ada hubungan antara jumlah dan macamnya sumber daya alam
dengan produk bagi konsumsi masyarakat. Hubungan tersebut terlihat bahwa semakin besar pola
konsumsi masyarakat maka semakin banyak pula sumber daya alam yang akan dikelola dan semakin
beraneka ragam pola konsumsi masyarakat, maka semakin bermacam pula sumber daya alam yang akan
dikelola.

            Dari permasalahan tersebut di atas, dapat kita telaah dan mungkin harus menjadi pertanyaan
bagi kita, mengapa hal seperti itu bisa terjadi? Jawabannya tentu ada pada diri kita masing-masing untuk
lebih bersikap arif terhadap lingkungan sebelum lingkungan itu sendiri yang memberitahu kepada kita
bahwa setiap bencana alam yang terjadi adalah karena ulah tangan manusia itu
sendiri.                       Berbicara sumber daya alam tentu tak lepas dari peran sebuah teknologi tepat guna
untuk sebuah kelestarian lingkungan. Untuk itu, pengusaha harus dapat memilih teknologi dan cara
produksi yang bisa memperkecil dampak negatif dari kepada lingkungan. Apalagi jika kita lihat kebijakan
penataan ruang daerah dilakukan dengan tujuan untuk mampu menciptakan pemanfaatan ruang
wilayah yang berimbang, optimal dan berwawasan lingkungan untuk kepentingan masyarakat luas. Kita
tidak dapat menutup mata, bagaimana pemanfaatan teknologi berupa alat berat pada sektor
pertambangan, yang secara spontan membabat habis hutan untuk mencari hasil tambang yang
terkadang hasilnya nihil atau 0%. Kepada siapa kita akan bertanggung jawab? Pikirkan apa yang dapat
kita tinggalkan untuk generasi mendatang dan apa yang dapat kita katakan kepada mereka. Atau
lingkungan hidup yang seperti inikah yang akan kita wariskan kepada mereka?

            Sudah banyak cara, kebijakan, pendekatan, bahkan undang - undang dan peraturan yang intinya
untuk perbaikan dan pelestarian lingkungan, namun tampaknya laju pengrusakan lingkungan hidup
justru lebih cepat daripada hasil usaha perbaikannya.

            Mari kita tinjau dua contoh kecil yang kebanyakan orang tidak menyadari bahwa tindakan ini
sangat besar dampaknya terhadap lingkungan hidup. Di beberapa tempat umum (sekolah, kampus,
kantor, jalan raya, stasiun, lapangan dan dimana - mana), masih banyak saja masyarakat yang
membuang sampah bukan pada tempatnya. Mereka belum mempunyai kesadaran penuh tentang arti
pentingnya menjaga lingkungan, misalnya saja dengan tidak membuang sampah pada tempatnya,
meskipun tempat sampah telah disediakan dengan alasan “tempat sampahnya jauh, padahal hanya
beberapa meter saja mereka membuang sampah dari jarak tempat sampah yang telah disediakan”.
Sebagai manusia yang sadar lingkungan, ada atau tidak adanya tempat sampah yang disediakan, saran
praktis dari penulis adalah seminimal mungkin disediakan kantong plastik khusus sampah di tas kita atau
diselipkan di kantong yang ada di tas kita (minimal sampah/limbah plastik dari konsumsi sendiri).
Dengan perbuatan sekecil itu saja, dapat memberikan dampak yang sangat besar terhadap lingkungan.
Bayangkan dan bertindak bagaimana jika seandainya lingkungan kita bersih? Ya, setidaknya mengurangi
dampak dari kerusakan lingkungan.

            Di jalan raya, perilaku mengemudi yang buruk juga berdampak buruk terhadap lingkungan, salah -
satunya yaitu mengurangi pencemaran udara. Perilaku mengemudi yang baik juga dapat menghemat
BBM yang merupakan sumber daya alam. 

            Tentunya sangat jelas berbeda “orang yang paham tentang lingkungan dengan yang tidak paham
tentang lingkungan.” Jika sedini mungkin para pewaris lingkungan (generasi muda) diberikan pendidikan
berupa pengetahuan tentang lingkungan, maka secara perlahan, mereka akan menjaga lingkungan dan
tentunya bumi ini pada umumnya. Maka dari itulah konsep Green School sangat cocok untuk
ditanamkan di lingkungan sekolah.

          Lalu bagaimana dengan mereka yang mempunyai nasib yang kurang beruntung dan tidak mampu
bersekolah? Dari mana mereka memperoleh pelajaran tentang lingkungan? Bagaimana menjaga
lingkungan, bagaimana solusi dari sebuah dampak lingkungan dan lain - lain sebagainya? Tentunya
pemerintah telah melakukan upaya - upaya untuk meningkatkan kesadaran kepada masyarakat luas
tentang lingkungan hidup. Di media cetak dan elektronik banyak diberitakan berita tentang lingkungan.
Lembaga Swadaya Masyarakat, Para Siswa dan Mahasiswa Pencinta Lingkungan maupun aksi para
pemerhati lingkungan hidup lainnya sering menggelar aksi tentang “Bagaimana Menjaga dan
Melestarikan Lingkungan Hidup?” Bahkan mereka mengadakan seminar, workshop, bakti sosial berupa
reboisasi lahan dan tentunya melibatkan masyarakat. Tak cukupkah gerakan yang seperti ini
menyadarkan masyarakat luas akan arti pentingnya lingkungan hidup dan pelestariannya?
            Akhir dari sebuah permasalahan, tentu akan tuntas dengan adanya solusi - solusi yang mungkin
akan ada tindak lanjut ke depannya. Pertama, pemerintah harus lebih giat dalam meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya peranan lingkungan hidup dalam kehidupan manusia
melalui pendidikan dalam dan luar sekolah. Kedua, perlunya inventarisasi dan Evaluasi potensi SDA dan
lingkungan hidup. Ketiga, meningkatkan penelitian dan pengembangan potensi manfaat hutan terutama
untuk pengembangan pertanian, industri dan kesehatan. Keempat, penyediaan Infra Struktur dan
Spasial SDA dan Lingkungan Hidup baik di darat, laut maupun udara. Kelima, Perlunya persyaratan
AMDAL terhadap usaha - usaha yang mengarah pada keseimbangan hidup. Terakhir, perlunya
penyuluhan dan kerjasama kemitraan antara Lembaga Masyarakat dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan SDA serta perlunya peningkatan kemampuan Institusi dan SDM Aparatur Pengelolaan SDA dan LH.
Karena pembangunan yang baik adalah yang berwawasan lingkungan walaupun terkadang dengan
kemungkinan kerusakan untuk ditimbang dan dinilai manfaat untung ruginya dan diambil keputusan
dengan penuh tanggung jawab kepada generasi mendatang. Karena generasi yang akan datang, tidak
ikut serta dalam proses pengambilan keputusan sekarang dalam menentukan penggunaan sumber daya
alam yang sebenarnya kita hanya meminjami dari mereka untuk pembangunan masa kini dengan
dampak pembangunan di masa nanti!

            Kualitas hidup manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan dimana ia berada. Lingkungan hidup
yang baik akan memberi konstribusi terhadap kualitas hidup manusia yang berada di dalamnya sebagai
salah satu mata rantai ekosistem. Demikian pula, lingkungan yang buruk akan memberi kontribusi buruk
terhadap upaya peningkatan hidup manusia.

Pentingnya Pendidikan Lingkungan Hidup


WRITTEN BY: DR. NENG NURHEMAH, M.PD  - MAY• 11•14

Masalah lingkungan sudah


lama ramai dibicarakan terutama sejak diselenggarakannya
Konferensi PBB tentang Lingkungan Hiudp di Stockholm, Swedia,
pada tanggal 15 Juni 1972.  Laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia kalau tidak boleh dibilang sebagai ledakan penduduk 
merupakan salah satu faktor yang menjadi penyebab timbulnya
permasalahan lingkungan hidup. Belum lagi dampak negatif dari
pembangunan dan industrialisasi dimana-mana sehingga  terjadinya
pencemaran lingkungan. Meskipun sudah banyak upaya yang
dilakukan untuk mencegah timbulnya dampak tersebut, tetap saja
pencemaran tidak bisa diabaikan begitu saja.
Masalah lingkungan hidup tidak bisa disepelekan atau dianggap
sebagai sesuatu yang lumrah di dunia yang semakin modern ini.
Masyarakat kita perlu disadarkan dari keterlenaan pesatnya
industriaslisasi yang terjadi di hampir seluruh belahan dunia.
Pendidikan adalah salah satu sarana yang paling tepat untuk
memberikan pemahaman dini bagi anak-anak kita, agar mereka
mulai memahami dan menyadari bahwa lingkungan hidup akan
menjadi bencana bagi kehidupan manusia kelak di masa depan.
Dampak tersebut sejatinya sudah mulai kita rasakan mulai dari
sekarang.
Dalam Deklarasi Tbilisi, 1977 (UNESCO ) disebutkan bahwa
Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses untuk membangun
populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap
lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan
dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan,
ketrampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk
bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif , untuk
dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan
mencegah timbulnya masalah baru.
Setidaknya terdapat tiga unsur penting yang harus dipehatikan
dalam pembelajaran materi Lingkungan Hidup, yaitu : hati, pikiran
dan keterampilan. Ketiga unsur tersebut tidak dapat dipisahkan.
Sentuhlah hatinya jika kita ingin membangkitkan kesadaran manusia
terhadap lingkungan hidup di sekitarnya. Jika proses penyadaran
telah terjadi dan perubahan sikap serta pola pikir terhadap
lingkungan telah terjadi, maka secara perlahan-lahan kita dapat
melakukan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai
lingkungan hidup (pikiran). Kemudian setelah itu kita mulai
memberikan keterampilan dalam mengelola lingkungan hidup. Insya
Allah… pendidikan ini bisa membantu untuk mengurangi dampak
lingkungan yang semakin parah dewasa ini.
Pendidikan Lingkungan Hidup berfokus pada:
     Kepedulian dan sensitifitas terhadap lingkungan hidup dan
tantangannya.
     Pengetahuan dan pemahaman tentang lingkungan hidup dan
tantangannya.
     Perubahan perilaku terhadap lingkungan hidup dan
mengembangkan peningkatan kualitas lingkungan hidup.
     Keahlian untuk mengantisipasi terjadinya permasalahan
lingkungan hidup.
     Partisipasi untuk menerapkan pengetahuan dan keahlian
terkait program lingkungan hidup.
Saya sebagai kepala sekolah di SMAN 2 Kota Tangerang Selatan 
sudah sejak lama konsen dengan masalah lingkungan.  Salah satu
upaya yang dilakukan adalah dengan
mendeklarasikan Benchmarking sekolah  sebagai sekolah sehat,
layak anak dan berwawasan teknologi lingkungan. Saya merasa ini
perlu dilakukan dengan langkah yang konkret agar siswa mampu
merasakan betapa indahnya dan betapa nikmatnya bila kita berada di
lingkungan sekolah yang sehat, asri dan nyaman. Besar harapan
saya, secara tidak langsung akan tertanam dalam benak setiap siswa
dan warga sekolah pada umumnya bahwa masalah lingkungan hidup
adalah masalah kita bersama sehingga kelestariannya menjadi
tanggung jawab kita bersama juga
orma Kesopanan: Pengertian, Ciri-Ciri, Contoh-Contohnya|Secara Umum, Pengertian Kesopananadalah
peraturan sosial yang mengarah ke hal-hal berkenaan dengan cara seseorang bertingkah laku wajar dalam
kehidupan bermasyarakat. atau norma kesopanan juga dapat berarti norma yang timbul dan diadakan oleh
masyarakat itu sendiri dalam mengatur pergaulan sehingga setiap anggota masyarakat saling hormat
menghormati. Akibat pelanggaran norma kesopanan adalah mendapatkan celaan, kritik dan pengucilan. 

Hakikat norma kesopanan adalah kepantasan, kepatutan, atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Norma
kesopanan disebut dengan sopan santun, tata krma atau adat istiadat. Norma kesopanan hanya berlaku khusus
dan ditempat tertentu yang berlaku bagi golongan masyarakat tertentu. 

Contoh Norma Kesopanan 


Contoh-Contoh Norma Kesopanan - Norma kesopanan terdiri dari beberapa contoh-contoh dalam kehidupan
masyarakat antara lain sebagai berikut... 

 Tidak meludah di sembarang tempat, memberi, atau menerima makanan dengan tangan kanan 
 Tidak berbicara saat makan 
 Menghormati orang yang lebih tua 
 Memakai kata-kata yang sopan dan bertingkah laku yang baik 
 Memakai pakaian yang sopan dan sesuai dengan tempatnya
 Membuang sampah pada tempatnya

Pengertian norma kesusilaan adalah peraturan sosial yang berasal dari hati nurani yang menghasilkan perilaku
atau akhlak, sehingga seseorang dapat membedakan sesuatu yang dianggap baik dan sesuatu yang
dianggap buruk. Norma kesusilaan termasuk dalam norma yang tidak tertulis, tetapi dilakukan karena
berdasarkan hati nurani. Norma kesusilaan ini merupakan norma yang paling tua karena lahir bersamaan
dengan kelahiran manusia atau keberadaan manusia, sejak manusia pertama (Adam). Norma ini terdapat
dalam jiwa setiap manusia tanpa mengenal batas wilayah, bangsa, dan masyarakat. Barangsiapa yang
melanggar norma ini berarti dianggap sebagai orang yang asusila atau tidak bermoral. Oleh sebab itu, norma
kesusilaan disebut juga norma moral karena bersumber dari kesusilaan, yang juga moral manusia.

Contoh Norma Kesusilaan

Contoh norma kesusilaan yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari, antara lain sebagai berikut:

Bertindak dan Berprilaku Jujur


Bertindak dan berprilaku jujur merupakan salah satu contoh norma kesusilaan. Contoh bertindak dan berprilaku jujur
misalnya; ketika seseorang menemukan barang atau benda milik orang lain, jika ia berprilaku jujur tentu akan
mengembalikan benda yang ditemukan kepada pemilikny. 

Meminta Maaf Bila Melakukan Kesalahan


Meminta maaf bila melakukan kesalahan adalah salah satu bentuk norma kesusilaan. Bersegera meminta maaf bila
melakukan kesalahan dan tidak bersikap seperti pecundang yang lari dari kesalahan atau balik menyalahkan pihak
lain. Bersikap jantan dan kesatria untuk meminta maaf akan membuat seseorang menjadi pribadi dewasa yang
bertanggung jawab dan bisa dipercaya. 

Berpakaian sesuai dengan situasi


Norma kesusilaan mencakup juga cara berpakaian. Berpakaian hendaknya disesuaikan dengan bentuk tubuh, warna
kulit, warna baju, situasi, waktu, dan tempat ataupun acara yang dihadiri. Pakaian yang dipakai membentuk
keserasian dengan penampilan. Berpakaian secara sembarangan akan menjadi pusat perhatian atau keanehan
dalam pergaulan. 

Berbicara hal-hal yang baik


Berbicara merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Berbicara baik akan memberikan
dampak yang baik, Sebaliknya, bicara hal-hal negatif akan memberikan dampak negatif. Jika seseorang berbicara
baik tentang orang lain, maka perkataan yang baik itu akan kembali kepada dirinya. Jika memang tidak ada hal-hal
yang baik untuk dibicarakan, jangan berbicara. Itu akan menyelamatkan banyak 'jiwa'.  

Menghormati orang yang lebih tua dan menghargai yang muda


Norma kesusilaan hendaknya dihadirkan dalam tata cara pergaulan. Dalam pergaulan sopan santun yang muda
harus menghormati yang lebih tua umur pada waktu bertemu, yang muda terlebih dahulu hormat kepada yang tua.
Begitupun sebaliknya, meskipun umur kita lebih tua dari teman sepergaulan, tetapi kita harus menghargainya. Jika ini
dilakukan, maka akan tercipta keharmonisan.

Tidak boleh mengambil hak orang lain


Sebagai makhluk sosial, manusia hidup bersama orang lain. Dalam hidup bersama, tentu seorang manusia tidak
dapat bertindak sesukanya. Mengambil hak orang lain merupakan perbuatan yang sangat merugikan bagi orang
yang diambil haknya.

Sanksi Norma Kesusilaan


Setiap orang dianggap mempunyai bisikan hati yang mengarah kepada kebenaran yang merupakan dasar norma
kesusilaan. Oleh karena itu, sanksi terhadap norma kesusilaan pun bersifat individual. Bentuk pelanggaran
kesusilaan merupakan pengingkaran terhadap hati nurani. Sanksi atas pelanggaran norma ini muncul dalam bentuk
pengucilan secara fisik (dipenjara, diusir) atau batin (penyesalan, rasa malu, dan kegelisahan).

5 S : Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun

Anda mungkin juga menyukai