Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

AGREGAT KESEHATAN REMAJA


Tugas ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan
Komunitas
Dosen : Imam Abidin, S.Kep., Ners.

Disusun Oleh:
Ali Yakub Wijianto AK.1.16.055
Arif Maulana AK.1.16.059
Baiq Elma Widianti AK.1.16.061
Mujaddidah Azizah AK.1.16.086
Vera Oktaviani AK.1.16.104
Kelompok 5
Kelas B

Program Studi Sarjana Keperawatan


STIKes Bhakti Kencana Bandung
2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat  Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat  dan  karunianya sehingga kami diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun sebagai tugas kuliah dan usaha
kami dalam meningkatkan wawasan tentang Asuhan Keperawatan Komunitas
Kesehatan Remaja.
Kami berharap makalah ini dapat digunakan sebaik-baiknya.  Setiap
pembahasannya kami uraikan dengan rinci agar mudah dalam memahaminya.
Kami berusaha agar makalah ini dapat dipahami bersama. Semoga melalui
makalah ini kita dapat memperluas wawasan kita .
Kami sadari bahwa makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Walaupun kami telah berusaha dengan maksimal dan
mencurahkan segala pikiran, kemampuan yang kami miliki. Makalah kami masih
banyak kekurangan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam
penyusunannya. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi tercapainya kesempurnaan.
Makalah ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan teman-teman, semoga
makalah sederhana ini bermanfaat  bagi kita semua. Aamiin.

Bandung, 26 Maret 2019

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3. Tujuan......................................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI..................................................................................3
2.1 Konsep Remaja........................................................................................3
2.2 Perkembangan Pada Remaja.................................................................5
2.3 Tugas Perkembangan Di Usia Remaja..................................................6
2.4 Pengkajian Kesehatan Pada Remaja.....................................................7
2.5 Pengkajian Aspek Psiko, Sosial, Kultural dan Spiritual.....................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN...............................................................13
3.1. Kasus.......................................................................................................13
3.2. Pengkajian..............................................................................................13
3.3. Diagnosa Keperawatan.........................................................................22
3.4. Intervensi Keperawatan........................................................................23
BAB IV PENUTUP..............................................................................................27
4.1. Kesimpulan............................................................................................27
4.2. Saran.......................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................28

3
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa
dewasa. Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Seiring dengan
pertumbuhan fisik, remaja juga mengalami perubahan jiwa. Remaja menjadi
individu yang sensitif, mudah menangis, mudah cemas, frustasi, tetapi juga
mudah tertawa. Perubahan emosi menjadikan remaja sebagai individu yang
agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan. Remaja mulai mampu
berpikir abstrak, senang mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru.
Oleh karena itu, dengan adanya pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi diharapkan mempunyai rasa tanggungjawab yang besar maupun
keterampilan menyangkut fungsi reproduksi mereka. Sehingga para remaja
mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
Hasil survei yang dilakukan WHO (organisasi kesehatan dunia)
memperlihatkan, adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan
permasalahan kesehatan reproduksi pada remaja. Menurut data Kesehatan
Reproduksi yang dihimpun Jaringan Epidemigologi Nasional (JEN, 2003),
informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) secara benar dan
bertanggungjawab masih sangat kurang. Selain itu latar belakang sekolah
sendiri juga mempengaruhi pengetahuan remaja tentang permasalahan
kesehatan reproduksi pada remaja (http://blogspot.com. Kakbex, 2009).
Dengan meningkatnya jumlah remaja yang bermasalah akan mengganggu
pencapaian tugas-tugas perkembangan remaja. Tugas perkembangan remaja
diantaranya secara individual yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,
emosional dan spiritual sedangkan secara sosial yaitu melanjutkan sekolah,
Bagaimana pengkajian aspek psiko,sosial, kultural dan mencari pekerjaan
(BKKBN, 2010).

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep remaja pada keperawatan komunitas ?
2. Bagaimana perubahan fisik, psikologis dan sosial pada remaja ?

1
3. Bagaimana tugas perkembangan diusia remaja ?
4. Bagaimana pengkajian kesehatan remaja ?
5. Bagaimana pengkajian aspek psiko, sosial, kultural dan spiritual ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada remaja ?

1.3. Tujuan
1. Mampu mengetahui dan menjelaskan konsep remaja pada keperawatan
komunitas
2. Mampu mengetahui dan menjelaskan perubahan fisik, psikologis dan
sosial pada remaja
3. Mampu mengetahui dan menjelaskan tugas perkembangan diusia remaja
4. Mampu mengetahui dan menjelaskan pengkajian kesehatan remaja
5. Mampu mengetahui dan menjelaskan pengkajian aspek psiko,sosial,
kultural dan spiritual
6. Mampu mengetahui dan menjelaskan asuhan keperawatan komunitas pada
remaja

2
BAB II TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep Remaja


2.1.1. Pengertian Remaja
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa remaja
disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi perubahan dalam sikap,
dan perubahan fisik (Pratiwi, 2012). Remaja pada tahap tersebut
mengalami perubahan banyak perubahan baik secara emosi, tubuh,
minat, pola perilaku dan juga penuh dengan masalah-masalah pada
masa remaja (Hurlock, 2011).
Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya
daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu
remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia
remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono,
2011). Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa
remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa remaja
tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
2.1.2. Tahapan Remaja
Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap
perkembangan remaja, yaitu :
1) Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan-
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk
mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas
dan mulai berfikir abstrak.
2) Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman.
Remaja merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada

3
kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada
dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan
karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja
madya ini mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan
jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai
mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.
3) Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun
Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang
ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :
a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang
dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.
c. Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.
e. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private
self) dan publik.

2.1.3. Karakteristik Perkembangan Sifat Remaja


Menurut Ali (2011), karakteristik perkembangan sifat remaja yaitu:
1) Kegelisahan.
Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai
banyak angan-angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa
depan. Hal ini menyebabkan remaja mempunyai angan-angan yang
sangat tinggi, namun kemampuan yang dimiliki remaja belum
memadai sehingga remaja diliputi oleh perasaan gelisah.
2) Pertentangan
Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena
sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua.
Pertentangan yang sering terjadi ini akan menimbulkan kebingungan
dalam diri remaja tersebut.
3) Mengkhayal

4
Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya
remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan
khayalan mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua khayalan
remaja bersifat negatif. Terkadang khayalan remaja bisa bersifat
positif, misalnya menimbulkan ide-ide tertentu yang dapat
direalisasikan.
4) Akitivitas berkelompok
Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan
mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan
semangat para remaja. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar dari
kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul bersama teman sebaya.
Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara berkelompok
sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi bersama.
5) Keinginan mencoba segala sesuatu
Pada umumnya, remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi (high
curiosity). Karena memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, remaja
cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu, dan ingin
mencoba semua hal yang belum pernah dialami sebelumnya.

2.2. Perkembangan Pada Remaja


1. Perubahan Fisik
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan
seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan seksual secara
primer dan sekunder. Perubahan secara primer berupa perubahan fisik
dan hormon penting untuk reproduksi, perubahan sekunder antara laki-
laki dan perempuan berbeda (Potter & Perry, 2009).
Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan suara
membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah dalam
kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat menghasilkan
sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur dan diawali
dengan mimpi basah (Sarwono, 2011).

5
Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh seperti
tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak kematangan
pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan menstruasi pertama
(menarche). Menstruasi pertama menunjukkan bahwa remaja
perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak dibuahi, sehingga
akan keluar bersama darah menstruasi melalui vagina atau alat kelamin
wanita (Sarwono, 2011).
2. Perkembangan emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan
hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja belum
bisa mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan sepenuhnya
(Sarwono, 2011).
3. Perkembangan Kognitif
Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak dan
menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat dalam
masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam penyebab dan
solusi yang sangat banyak (Potter & Perry, 2009).
4. Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja pada
kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan lawan jenis.
Minat sosialnya bertambah dan penampilannya menjadi lebih penting
dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik yang terjadi seperti berat badan
dan proporsi tubuh dapat menimbulkan perasaan yang tidak
menyenangkan seperti, malu dan tidak percaya diri (Potter& Perry, 2009).

2.3. Tugas Perkembangan Di Usia Remaja


Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu nature dan nurture.
Bawaan (nature) merujuk pada warisan biologis organisme, sedangkan
pengasuhan (nurture) merujuk pada pengalaman lingkungan (Santrock,
2007). Menurut Havighurst (1998) dalam Kusmiran (2014), ada tugas-tugas
yang harus diselesaikan dengan baik pada setiap periode perkembangan.

6
Tugas perkembangan adalah hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh
remaja dan dipengaruhi oleh harapan sosial. Deskripsi tugas perkembangan
berisi harapan lingkungan yang merupakan tuntutan bagi remaja dalam
bertingkah laku. Adapun tugas perkembangan pada remaja adalah sebagai
berikut :
1. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya
secara efektif.
2. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki dan
perempuan).
3. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik
sejenis maupun lawan jenis.
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.
5. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orangtua dan orang
dewasa lainnya.
6. Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi.
7. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi pernikahan dan
kehidupan keluarga.
8. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup
bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang pendidikan atau
pekerjaan).
9. Mencapai nilai-nilai kedewasaan.
10. Periode remaja ini adalah periode penting di dalam pertumbuhan manusia
mengingat banyaknya proses pertumbuhan yang dapat terganggu oleh
beberapa hal, salah satunya adalah pernikahan dini (early marriage)
(BKKBN, 2012).

2.4. Pengkajian Kesehatan Pada Remaja


1. Pengkajian Yang Berhubungan dengan Keluarga
a. Identitas
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Lingkungan
d. Struktur Keluarga

7
e. Fungsi Keluarga
f. Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga
2. Pengkajian yang berhubungan dengan Anak Remaja
a. Status kesehatan sekarang dan masa lalu
b. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
c. Pola aktivitas dan latihan
d. Pola Nutrisi
e. Pola Eliminasi
f. Pola Istirahat
g. Pola Kognitif Persepsual
h. Pola Toleransi stress/koping
i. Pola seksualitas dan reproduksi
j. Pola peran dan hubungan
k. Pola nilai dan keyakinan
l. Penampilan Umum
m. Perilaku selama wawancara
n. Pola komunikasi dan pola asuh orang tua
o. Kemampuan interaksi
p. Stressor jangka pendek dan panjang
q. dll

2.5. Pengkajian Aspek Psiko, Sosial, Kultural dan Spiritual


1. Aspek Psikososial
Perkembangan psikososial yang terjadi pada remaja yaitu, remaja
mulai mencari identitas jati dirinya. Remaja mulai menyadari adanya rasa
kesukaan dan ketidak sukaan atas sesuatu, sudah mempunyai tujuan –
tujuan yang ingin dicapai dimasa depan, sudah mempunyai kekuatan dan
hasrat untuk mengontrol kehidupan sendiri. Dalam menjalin hubungan
relasi, remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya
dari pada dengan orang tuanya, sehingga lebih terjalin kedekatan secara
pribadi dengan teman sebayanya dari pada dengan orang tua. Hal itu
membuat mereka lebih suka bercerita masalah – masalah pribadi seperti

8
masalah pacaran dan pandangan – pandangan tentang seksualitas kepada
teman sebanyanya. Sedangkan masalah – masalah yang mereka ceritakan
kepada orang tua hanya seputar masalah sekolah dan rencana karir.

2. Aspek Spiritual
Data empiris tentang spiritualitas pada remaja telah diteliti oleh
Rosalina & Audrie (2007) yang menemukan bahwa spiritualitas berperan
dalam mengatasi masalah yang berhubungan dengan tugastugas
perkembangan mereka. Mereka menggunakan ajaran agama yang
diperolehnya kemudian diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika
remaja mempunyai spiritualitas yang tinggi maka masalahmasalah yang
timbul dapat diatasi baik berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan
maupun masalah pengambilan keputusan yang berhubungan dengan masa
depan mereka.
Pola perilaku spiritual pada remaja bukanlah sesuatu yang diperoleh
secara tiba-tiba melainkan merupakan hasil dari bagaimana remaja
tersebut dibesarkan dalam keluarganya, yang didalamnya terjadi proses
modeling dan pembelajaran. Menurut Dotson & Hyatt, (2005) orang tua
memegang peranan yang dominan dalam mempengaruhi pola perilaku
anak-anak. Oleh karena itu peran orang tua sangatlah penting dalam
mengendalikan perilaku remaja, antara lain melalui pola komunikasi dan
modelling (pemberian contoh dan teladan).
Penelitian Pearson, Biddle, dan Gorely (2008), menunjukkan bahwa
remaja yang mempunyai hubungan yang positif dengan orang tuanya
(seperti mempunyai waktu untuk makan bersama dan terlibat dalam
aktivitas bersama), ternyata mempunyai pola perilaku yang lebih baik.
Selain itu gaya pengasuhan otoritatif yang konsisten antara ayah dan ibu
juga dapat memberikan hubungan yang positif dengan kualitas
perkembangan remaja (Simon & Conger, 2007). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa meskipun dalam fase perkembangannya remaja mulai
membangun hubungan dengan kelompok teman sebayanya, namun

9
interaksi yang positif antara orang tua dengan remaja memberikan
kontribusi yang kuat terhadap keberhasilan perkembangan remaja.
Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu
pengembangan spiritualitas remaja. Penelitian tentang dukungan keluarga
dalam hubungannnya dengan perilaku remaja telah dilakukan oleh
Rindfleisch, Burroughs, dan Denton (1997) yang menemukan bahwa
remaja dari keluarga yang bermasalah mempunyai kecenderungan untuk
berperilaku bermasalah dibanding dengan mereka yang berasal dari
keluarga utuh. Selanjutnya dijelaskan bahwa dukungan keluarga menjadi
mediasi hubungan antara struktur keluarga dengan suatu perilaku. Hasil
penelitian diatas menunjukkan bahwa walaupun dalam penelitiannya
mereka tidak menyebut secara tegas tentang spiritualitas tapi dapat diduga
bahwa sebagai salah satu dari bentuk perilaku, maka spiritualitas dapat
dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dimana individu tersebut itu berada.
Penjelasan lebih lanjut tentang bentuk dukungan dalam keluarga
telah dijelaskan Rindfleisch et al. (1997) yang menyebutkan ada dua
bentuk dukungan yang bersifat material dan dukungan yang bersifat
psikologis. Selanjutnya dijelaskan bahwa dukungan keluarga yang bersifat
psikologis (waktu dan perhatian, disiplin, cinta dan peran bimbingan)
Memiliki pengaruh yang signifikan terhadap suatu perilaku, sementara
dukungan keluarga yang bersifat material (pengeluaran uang, makanan,
pakaian) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan. Dari uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa keluarga dalam hal ini adalah orangtua
mempunyai peranan yang sangat besar dalam keberhasilan remaja untuk
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya baik dalam hal pencarian
identitas sampai pada perilaku spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.
Berkenaan dengan spiritualitas pada remaja, mereka akan mengikuti
orang tuanya sebagai model yang akan ditiru perilakunya dalam kehidupan
sehari-hari, Demikian pula sebaliknya, bila remaja tersebut tidak mendapat
dukungan keluarga dalam perilaku sosialnya maka tingkat spiritualpun
menjadi rendah Hal ini menunjukkan bahwa perilaku spiritual dapat
dijelaskan melalui teori belajar sosial. Dengan demikian dapat dipahami

10
bahwa perilaku spiritualitas remaja yang diukur dengan pengalaman
spiritual sehari-hari adalah merupakan akibat dari adanya faktor keluarga
yang mendukung pada terjadinya perilaku tersebut.
a. Peningkatan cara berpikir abstrak menjadikan remaja
mempertimbangkan berbagai gagasan tentang konsep religius dan
spiritual. 
b. Cara berpikir idealistik remaja yang meningkat menjadi dasar
pemikiran apakah agama dapat memberikan jalan terbaikmenuju dunia
yang lebih ideal dari sebelumnya. 
c. Peningkatan penalaran logis remaja memberikan kemampuan untuk
mengembangkan hipotesis dan secara sistematis melihat berbagai
jawaban terhadap pertanyaan spiritual. 
d. Peneliti telah menemukan bahwa berbagai aspek agama terkait dengan
hasil yang positif bagi remaja. Agama juga berperan dalam kesehatan
remaja dan masalah perilaku mereka. 
e. Kebanyakan remaja yang religius menerapkan pesan kasih sayang dan
kepedulian terhadap sesama. 
3. Aspek Sosial
Perkembangan sosial dan emosiaonal berkaitan sangat erat. Baik
pengaturan emosi (berada dalam kendali emosi) maupun ekspresi emosi
(komunikasi efektif tentang emosi) diperlukan bagi keberhasilan hubungan
interpersonal. Selanjutnya, kemajuan perkembangan kognitif
meningkatkan kualitas hubungan interpersonal karena membuat remaja
mampu memahami dengan baik keinginan, kebutuhan, peraaan, dan
motivasi orang lain. Karena itulah, tidak mengherankan, dengan makin
kompleksnya pikiran, emosi dan identitas pada masa remaja , hubungan
sosialnya pun makin kompleks. (Oswalt, 2010).
Pada masa ini, remaja menunjukan beberapa ciri : Oswalt, 2010)
a. Keterlibatan dalam hubungan sosial pada masa remaja lebih
mendalam dan secara emosiaonal lebih intim dibandingkan dengan
pada masa kanak – kanak.

11
b. Jaringan sosial sangat luas, meliputi jumlah orang yang semakin
banyak dan jenis hubungan yang berbeda (misalnya dalam hubungan
dengan teman sekolah untuk menyelesaikan tugas kelompok,
berinteraksi dengan pimpinan dalam cara yang penuh pernghormatan).
c. Menurut Erikson, dalam perkembangan sosial, remaja harus
menyelesaikan krisis yang terjadi pada masa remaja. Istilah krisis
digunakan oleh Erikson untuk menggambarkan suatu rangkaian
konflik internal yang berkaitan dengan tahap perkembangan dimasa
yang akan datang.
Pada masa remaja krisis yang terjadi di sebut sebagai krisis anatara
identitas versus kekaburan identitas. Krisis menunjukan perjuangan untuk
memperoleh keseimbangan antara pengembangan identitas individu yang
unik dengan “fitting-in” (kekaburan peran tentang “siapa ya”. “apa yang
akan dan harus saya lakukan dan bagaimana caranya”. Dan
sebagainya).jika remaja berhasil mengatasi krisis dan memahami identitas
dirinya, makai a akan dengan mudah membagi “dirinya” dengan orang lain
dan mampu menyesuaikan diri (well-adjusted), dan pada akhirnya ia akan
dapat dengan bebas menjalin hubungan dengan orang lain tanpa
kehilangan identitas dirinya. Sebaliknya, jika remaja gagal mengatasi
krisis, ia akan tidak yakin tentang dirinya, sehingga akan terpisah dari
hubungan sosial, atau bisa jadi justru mengembangkan perasaan berlebih –
lebihan tentang pentingnya dirinya dan kemudian mengambil posisi
sebagai ekstremis. Jika ia masuk pada kondisi ini, makai a tidak akan
mampu menjadi orang dewasa yang matang secara emosi.

12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Kasus
Hasil pengkajian perawat di wilayah kerja PKM Kiara terhadap
kesehatan populasi remaja adalah sebagai berikut: kelompok remaja di RW
05 berjumlah 50 orang, hasil pengkajian kesehatan 10 remaja mengkonsumsi/
menyalahgunakan dextro untuk mabuk, 30 remaja memiliki kebiasaan
merokok dan 5 orang diduga menderita penyakit menular seksual. 5 orang
remaja mengaku pernah melakukan hubungan seksual pra nikah. Kelompok
remaja tersebut tinggal di daerah pinggiran kota, sebagian besar remaja tidak
tamat sekolah dan waktu luangnya digunakan untuk berkumpul dan
mengamen dijalanan, bahkan sebagian besar remaja jarang pulang ke rumah
masing-masing.

3.2. Pengkajian
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN INDIVIDU YANG SAKIT
Fasilitas yankes - No. Register -
Nama perawat yang - Tanggal pengkajian -
mengkaji

B. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT


Nama - Diagnosa Medik :
individu yang -
sakit :
Sumber dana - Rujukan
kesehatan : Dokter/Rumah
Sakit : -
Keadaaan Sirkulasi cairan :- Perkemihan :- Pernapasan :-
umum Purpura/hemalom :- Sebagian/ Otot bantu
Kesadaran :- Pucat/ bibir pucat :- tergantung :- napas :-
GCS : Obat :- Alat bantu
TD : mmHg Sebagian/ nafas :-

13
P: x/mnt tergantung : -
S: C
N: x/mnt
Pencernaan :- Muskuloskeletal : - Neurosensori
Nafsu makan Kelemahan/ Fungsi penglihatan
berkurang/tid kelumpuhan : - :-
ak : - Sebagian/ Fungsi
Diet khusus : tergantung : - pendengaran : -
- / Fungsi perasa : -
Fungsi perabaan :
-
Fungsi
penciuman : -
Kulit
Jaringan parut : -
Memar : -
Laserasi : -
Ulserasi : -

Tidur dan istirahat


Susah tidur : -
Waktu tidur : -
Bantuan obat : -
Mental Komunikasi dan Kebersihan diri Perawatan diri
Cemas : - budaya : - Gigi, mulut : - sehari-hari
Takut : - Mata : - Mandi
Marah : - Komunikasi Kulit : - mandiri/tergantun
lancar/terhambat : - Parineal/genital : - g:-
Hidung : - Menyisir rambut
Kegiatan sosial Kuku : - mandiri/bantu
sehari-hari : - Telinga : - sebagian/tergantu
Rambut : - ng : -

14
Keterangan
terkait
individu

15
C. PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELOMPOK
a) Pengkajian
Fasilitas Yankes : Puskesmas No. Register : -
Nama Perawat yang Mengkaji : Perawat PKM Kiara Tanggal Pengkajian : -
Nama Kelompok : Remaja Alamat : RW 5

1. DATA DASAR ANGGOTA KELOMPOK


No Nama JK Tgl. Lahir Pendidikan Pekerjaan Agama Suku
1. -
2. -
3. -

16
2. STATUS KESEHATAN ANGGOTA KELOMPOK

Keada
TTV Status gizi Pola
an Alat
Riwayat Analisis Masalah
Umum bantu/protes Ket. Lain
penyakit Kesehatan
T B Konjungti aa Olahr
TD N P S Tidur
B B va aga
- - - - - - - - 5 remaja - - - 5 remaja 1. IMS pada remaja
menderita mengaku pernah di kota besar
penyakit melakukan
menular hubungan
seksual seksual
pranikah.
10 orang remaja Peningkatan
mengkonsumsi/ penyalahgunaan
menyalahgunak Napza
an dextro untu
mabuk
30 remaja - Kemudahan

17
memiliki akses
kebiasaan - Pola asuh tidak
merokok efektif

3. UPAYA PENINGKATAN KESEHATAN


Penilaian Gambaran Penilaian Gambaran
No Uraian Pengkajian No Uraian Pengkajian
Ada Tidak Kondisi Ada Tidak Kondisi
A. Fasilitas pelayanan E Status ekonomi
kesehatan yang tersedia
untuk kelompok
1. Posyandu - - 1. Sumbangan (Asal - - -
sumber pendanaan)
2. Tenaga kesehatan yang - - 2. Jenis pekerjaan - - Mengamen
berpraktik dijalanan
3. Puskesmas dan √ 3. Rata-rata pendapatan - - -
jaringannya
4. Klinik - - 4. Lainnya - - -
5. Rumah Sakit - -

18
6. Lainnya - -
B Pelayanan Kesehatan yang F Status sosial budaya - - -
dimanfaatkan oleh kelompok spiritual
1. Imunisasi dasar lengkap - - 1. Sarana Ibadah - - -
2. Imunisasi ibu hamil - - 2. Kepentingan - - -
keagamaan
3. Makanan tambahan - - 3. Kepercayaan yang - - -
bertentangan dengan
penanggulangan
masalah kesehatan
4. Vitamin tambahan - - 4. Kegiatan sosial - - -
(kerjabakti, arisan, dll)
5. Pelayanan Kesehatan - -
6. Lainnya - -
C Fasilitas Pendidikan G Komunikasi
1. Fasilitas pendidikan Sekolah tidak 1. Alat komunikasi yang - - -
yang tersedia untuk tamat digunakan dalam
kelompok kelompok sehari-hari
- -

19
a. Playgroup a. Telepon
b. TK b. Handpone
c. SD c. Faximile
d. SMP/MTs d. Lainnya
e. SMA/MA
f. Universitas/Sekolah
Tinggi
g. Lainnya
2. Fasilitas pendidikan - - Sekolah 2. Efektifitas proses - - -
yang dimanfaatkan untuk komunikasi antar
kelompok untuk kegiatan anggota dalam
penyuluhan kesehatan, kelompok
pembelanjaan
dikelompok, dll
D Lingkungan sekitar tempat H Fasilitas rekreasi yang
tinggal anggota kelompok tersedia untuk kelompok
1. Sumber air bersih - - 1. Taman - - -
2. Dapur umum - - 2. Pantai - - -
3. Tempat pembuangan - - 3. Sarana olahraga - - -

20
sampah
4. Sarana MCK (berapa - - 4. Lainnya - - -
jumlahnya)
5. Saluran pembuangan - -
limbah
6. Lainnya - -
J Kebiasaan/perilaku dalam 1. Penyalahgunaan
kelompok narkoba
2. Pergaulan bebas
3. Kebiasaan yang
tidak sehat
merokok.
1. Pemeliharaan - -
kebersihan diri
2. Pengelolaan makanan - -
bersih dan sehat

21
3.3. Diagnosa Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan Individu Keluarga
-
b. Diagnosa Keperawatan Kelompok Remaja
1. Perilaku maladaptif akibat gangguan perkembangan remaja :
penyalahgunaan NAPZA pada remaja di RW 5 ditandai dengan
kurangnya kemampuan remaja dalam melakukakan upaya pencegahan
penyalahgunaan NAPZA sekunder terhadap pengaruh lingkungan dan
teman sebaya yang tidak terapeutik.
2. Pola asuh yang tidak efektif dan kurangnya pendidikan seksual :
Hubungan seksual pranikah, ditandai dengan penyakit menular seksual
Tidak tamat sekolah, besar remaja jarang pulang , ditandai kurangnya
pengetahuan fungsi seksual dalam upaya pencegahan primer remaja
terhadap pergaulan bebas.
3. Perilaku maladaptif akibat kemudahan akses : kebiasaan rokok remaja
ditandai pengetahuan kesehatan kurang dalam pencegahan primer dan
kurangnya kesadaran diri dalam upaya pencegahan sekunder.

22
3.4. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Tujuan Strategi Intervensi Implementasi Evaluasi
1. Perilaku - Prilaku - Penkes 1) Primer: Penkes 1) Berikan pendidikan 1) Remaja mampu
maladaptif akibat maladaptif - Kerja sama dampak napza kesehatan memahami untuk
gangguan remaja lintas sektor mengenai dampak mencegah dan
perkembangan menurun. - Demonstrasi napza. mengetahui
remaja : dampak napza.
penyalahgunaan 2) Sekunder: 2) Kolaborasi dengan 2) Tidak ada Remaja
NAPZA pada Konseling pasien, petugas kesehatan yang melakukan
remaja di RW 5 efektivitas skrining dalam memberikan penyalahgunaan
ditandai dengan kesehatan pengobatan. napza dan tingkat
kurangnya komunitas remaja
kemampuan penyalahgunaan
remaja dalam napza menurun.
3) Dukungan keluarga 3) Kolaborasi dengan
melakukakan 3) Keluarga bersedia
selama pengobatan keluarga dalam
upaya pencegahan memberi dukungan
memberi dukungan
penyalahgunaan terhadap remaja
pengobatan
NAPZA sekunder dalam pengobatan.
terhadap remaja.
terhadap pengaruh

23
lingkungan dan
teman sebaya yang
tidak terapeutik.

2. Pola asuh yang - Penyakit - Penkes 1) Primer : 1) Berikan 1) Respon verbal


tidak efektif dan menular - Kolaborasi Pendidikan pendidikan remaja baik.
kurangnya seksual kesehatan kesehatan baik
pendidikan seksual menurun. mengenai pada remaja sehat
: Hubungan kesehatan atau sakit.
seksual pranikah, reproduksi.
ditandai dengan 2) Sekunder : 2) Kolaborasi dengan 2) Respon non
tenaga kesehatan. verbal: remaja
penyakit menular Penyuluhan
dapat melakukan
seksual Tidak pendidikan fungsi
apa yang sudah
tamat sekolah, seksual.
diberikan.
besar remaja jarang Konseling remaja.
3) Berikan 3) Adanya dukungan
pulang , ditandai 3) Tersier : dukungan
pendidikan dari keluarga
kurangnya keluarga selama
kesehatan terhadap remaja.
pengetahuan fungsi pengobatan
terhadap keluarga
seksual dalam peningkatan

24
upaya pencegahan kesadaran diri, dalam mendukung
primer remaja harga diri program
terhadap pergaulan pengobatan pada
bebas. remaja.
3. Perilaku - Kebiasaan - Penkes 1) Primer : 1) Pendidikan 1) Respon remaja baik
maladaptif akibat merokok pada - Kolaborasi Pendidikan kesehatan dampak
kemudahan akses : remaja kesehatan rokok
kebiasaan rokok menurun. 2) Sekunder : 2) Kolaborasi dengan 2) Respon non verbal
Perilaku Konseling pasien, tenaga kesehatan. remaja dapat

maladaptif akibat kesadaran diri menurunkan

kemudahan akses : 3) Kolaborasi dengan kebiasaan merokok.

kebiasaan rokok 3) Tersier : dukungan keluarga yang 3) Keluarga

remaja ditandai keluarga selama telah diberikan mendukung remaja

pengetahuan pengobatan pendidikan dalam pengobatan

kesehatan kurang kesadaran diri. mengenai pencegahan

dalam pencegahan kesehatan, untuk kebiasaan merokok.

primer dan turut mendukung


kurangnya remaja dalam
kesadaran diri proses

25
dalam upaya pengobatan.
pencegahan
sekunder.

26
BAB IV PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011).
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan seksual
sering terjadi seiring dengan perkembangan seksual secara primer dan
sekunder. Perubahan secara primer berupa perubahan fisik dan hormon
penting untuk reproduksi, perubahan sekunder antara laki-laki dan perempuan
berbeda.
Menurut Havighurst (1998) dalam Kusmiran (2014), ada tugas-tugas
yang harus diselesaikan dengan baik pada setiap periode perkembangan.
Tugas perkembangan adalah hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh
remaja dan dipengaruhi oleh harapan sosial. Deskripsi tugas perkembangan
berisi harapan lingkungan yang merupakan tuntutan bagi remaja dalam
bertingkah laku.

4.2. Saran
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini menggunakan pedoman dan
ketentuan yang sesuai sambil mencermati kekurangan-kekurangan makalah
ini dan memberikan masukan untuk perbaikan di masa mendatang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, S. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo.


Hurlock, E.B. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. 2011. Psikologi Remaja dan
Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba
Medika
Oswalt, A. (2010). An Introduction to Adolescent Development. (online).
Tersedia: http://www.mentalhelp.net/poc/view.doc.php?
type=doc&id=41149&cn=1310 (24 Mare 2012)
Ellison, C.G.; Fan, D. Daily spiritual experiences and psychological well-being
among US adults. Soc. Indic. Res. 2008, 88, 247-271.
Kalkstein, S.. & Tower, R.B. (2009). The Daily Spiritua lExperience Scale and
well-being: Demographic comparisons and scale validation with older
Jewish adults and a diverse internet sample. Journal of Religion Health.
48, 401-417.
Maselko, J. & Kubzansky, L.D. (2006). Gender differences in religious practices,
spiritual experiences and health: Results from the US General Social
Survey, 62(11), 2848–2860
Rindfleisch, A., Burroughs, J. E., & Denton, F. (1997). Family Structure,
Materialism, and Compulsive Consumption. Journal of Consumer
Research, 23(4), 312–325. https:// doi.org/10.2307/2489568
Rogers, M.B., Loewenthal, K.M., Lewis, C.A., Amlôt, R., Cinnirella, M., &
Ansari, H. (2007). The role of religious fundamentalism in terrorist
violence: A social psychological analysis. International Review of
Psychiatry, 19(3), 253-262
Simon, G.L., & Conger, R.D. (2007). Linking fathermother differences in
parenting to a typology of parenting style and adolescent outcomes.
Journal of Family Issues, 28 (2), 212-241.

28

Anda mungkin juga menyukai