DAPTAR ISI
DAPTAR ISI......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1 Latar Belakang........................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI SD.............................................................................................................................4
2.1.1 HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PKN DI SD...........................................4
2.1.2 RUANG LINGKUP PKN DI SD.....................................................................10
2.1.3 TUNTUTAN PEDAGOGIS PKN DI SD.........................................................12
2.2 KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL...........14
2.2.1 PENDEKATAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DI SD
.....................................................................................................................................15
2.2.2 PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM STANDAR ISI PKN DI SD 20
2.2.3 HUBUNGAN INTERAKTIF PENGEMBANGAN NILAI DAN MORAL
DALAM PKN SD........................................................................................................23
BAB III............................................................................................................................25
PENUTUP.......................................................................................................................25
1.1 KESIMPULAN..............................................................................................25
1.2 SARAN..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya
makalah ini. Makalah ini kami buat berisi tentang materi PKn yang
mencakup Tujuan dan hakikat dan fungsi PKn di SD beserta
karakteristiknya. Makalah ini berjudul “Hakikat, fungsi, tujuan dan
karakteristik PKn sebagai pendidikan nilai dan moral.”
2
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
A. Apa tujuan hakikat dan fungsi PKn di SD?
B. Apasaja ruang lingkup PKn di SD?
C. Bagaimana tuntutan pedagogis PKn di SD?
D. Bagaimana karakteristik PKn sebagai pendidikan nilai dan moral?
E. Bagaimana pendidikan nilai dan moral dalam standar isi PKn di SD?
1.3 Tujuan
A. Agar pembaca dapat memahami tujuan hakikat dan fungsi PKn di SD.
B. Agar pembaca dapat memahami Apasaja ruang lingkup PKn di SD.
C. Agar pembaca dapat memahami tuntutan pedagogis PKn di SD.
D. Agar pembaca dapat memahami karakteristik PKn sebagai pendidikan nilai
dan moral.
E. Agar pembaca dapat memahami pendidikan nilai dan moral dalam standar
isi PKn di SD.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Menurut Kurikulum SPG 1968 PKN mencakup sejarah Indonesia,
UUD, Kemasyarakatan, dan Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam Kurikulum
Proyek Printis sekolah Pembangunan (PPSP) 1973 terdapat Mata Pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) dan Pengetahuan Kewargaan Negara.
Menurut Kurikulum PPSP 1973 diperkenalkan Mata Pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara/Studi Sosial untuk SD 8 tahun yang berisikan integrasi
materi Ilmu pengetahuan Sosial. Di sekolah Menengah 4 tahun selain studi
Sosial terpadu juga terdapat Mata pelajaran PKN sebagai Program inti dan
Civics dan Hukum sebagai program utama Jurusan Sosial.
5
B. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sekolah sebagai
wahana pengembangan warga yang demokratis dan bertanggung jawab,
yang secara kurikuler pendidikan kewarganegaraan yang harus menjadi
wahana psikologis-pedagogis yang utama.
Secara yuridis ada beberapa ketentuan perundang-undangan yang
mengandung amanat tersebut,sebagai berikut:
1. Pembukaan Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia dan
Perubahannya (UUD 1945 dan Perubahannya), khususnya alinea ke-4 yang
menyatakan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia
dimaksudkan untuk : ‘’…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,Kemanusian yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
6
b. Pasal 4 mengatakan sebagai berikut:
7
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (PP RI NO 19 Tahun 2005 tentang SNP)
8
adalah pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersifat
jamak. Sifat multidimensionalnya itu terletak pada:
- Pandangan yang pluralistik – uniter (bermaacam-macam tetapi menyatu)
dalam pengertian Bhineka Tunggal Ika.
- Sikapnya dalam menempatkan individu, Negara, dan masyarakat global
secara harmonis.
- Tujuannya yang diarahkan pada dimensi kecerdasan (spiritual, rasional,
dan sosial)
- Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka,
fleksibel atau luwes, dan bervariasi kepada dimensi tujuannya.
Dalam program pendidikan, paradigma ini menuntut hal-hal sebagai
berikut:
1. Pertama, memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-
sungguh pada pengembangan pengertian tentang hakikat dan karekteristik
aneka ragam demokrasi, bukan hanya yang berkembang di Indonesia.
2. Kedua, mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang sengaja
dirancang untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi
sebagaimana cita-cita demokrasi telah diterjemahkan ke dalam kelembagaan
dan praktik diberbagai belahan bumi dan dalam berbagai kurun waktu.
3. Ketiga, tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa mampu
mengekplorasi sejarah demokrasi di negara untuk dapat menjawab
persoalan apakah kekuatan dan kelemahan demokrasi yang diterapkan di
negaranya itu secara jernih.
4. Keempat, tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk
dapat memahami penerapan demokrasi di negara lain sehingga mereka
memiliki wawasan yang luas tentang ragam ide dan sistem demokrasi dalam
berbagai konteks.
9
yang demokratis yang bersifat micro dan memperlakukan masyarakat luas
sebagai open global classroom atau sebagai kelas yang terbuka.
10
yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang
tercantum dalam struktur kurikulum”. Kompetensi yang dimaksud terdiri
atas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dikembangkan
berdasarkan standar Kompetensi Lulusan. Muatan Lokal dan kegiatan
pengembangan diri merupakan bagian integral dari stuktur kurikulum pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah.
11
terhadap wawasan demokrsi, sikap emokrasi dan tanggung jawab, serta
perilaku demokratis.
Semua kompetensi dasar untuk setiap kelas menuntut perilaku
nyata . Hal ini berarti bahwa konsep dan nilai kewarganegaraan diajarkan
tidak boleh berhenti pada pikiran semata, tetapi harus terwujudkan dalam
perbuatan nyata.
Dengan kata lain PKn menuntut terwujudkannya pengalaman belajar
yang bersifat utuh memuat belajar kognitif, belajar nilai dan sikap, dan
belajar perilaku. PKn seharusnya tidak lagi memisah-misahkan domain-
domain perilaku dalam belajar. Proses pendidikan yang dituntut dan
menjadi kepedulian PKn adalah proses pendidikan yang terpadu utuh, yang
juga disebut sebagai bentuk confluent education (Mc, Neil, 1981). Tuntutan
pedagogis ini memerlukan persipan mental, profesionalitas, dan hubungan
sosial guru-murid yang kohesif. Guru seyogianya siap memberi contoh dan
menjadi contoh. Dalam PKn berlaku pada postulat bahwa Value is neither
tought now cought, it is learned. Postulat tersebut mengandung makna bahwa
nilai tidak bisa diajarkan ataupun ditangkap sendiri tetapi dicerna melalui
proses belajar. Oleh karena itu, nilai harus termuat dalam materi pelajaran
PKn.
PKn merupakan mata pelajaran dengan visi utama
sebagai pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia
merupakan pendidikan nilai demokrasi, pendidikan moral, pendidikan
sosial, dan masalah pendidikan politik. Namun, yang paling menonjol adalah
sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu, secara
singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung
misi pendidikan dan moral. Alasannya antara lain sebagai berikut.
1. Materi PKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 45 beserta
dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.
2. Sasaran belajar akhir PKn adalah perwujudan niilai-nilai tersebut
dalam perilaku nyata kehidupan sehari-hari.
3. Proses pemvelajarannya menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan
sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan
12
hanya dipahami (bersifat kognitif), tetapi dihayati (bersifat objektif)
dan dillaksanakan (bersifaat perilaku).
Sebagai pengayaan teoretik, pendidikan nilai dan moral sebagaimana
dicakup dalam PKn tersebut, dalam pandangan Lickona (1992) disebut
“educating for character” atau “pendidikan watak” Lickona mengartikan
watak atau karakter sesuai dengan pandangan filosof Michael Novak
(Lickona 1992 : 50-51), yakni Compatible mix of all those virtues identified by
religions traditions, literary stories, the sages, and persons of common sene
down through history. Artinya suatuu perpaduan yang harmonis dari
berbagai kebajikan yang tertuang dalam keagamaan, sastra, pandangan
kaum cerdik-pandai dan manusia pada umumnya sepanjang zaman. Oleh
karena itu, Lickona (1992, 51) memandang karakter atau watak itu memiliki
tiga unsur yang saling berkaitan yakni moral knowing, moral feeling, and
moral behavior atau konsep moral, rasa dan sikap moral dan perilaku moral.
Setiap konsep nilai Pancasila yang telah dirumuskan sebagai butir materi
PKn pada dasarnya harus memiliki aspek moral, sikap moral, dan perilaku
moraLDalam pembahasan kita mengenai PKn sebagai pendidikan nilai dan
moral dikaitan dengan konsep pendidikan watak kiranya kita dapat
mencapai hal-hal sebagai berikut.
1. PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki aspek utama sebgai pendidikan
nilai dan moral pada akhrnya akan bermakna pada pengembangan watak
atau karakter peserta didik sesuai dengan dan merujuk kepada nilai-nilai
dan moral Pancasila.
2. Nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 dapat dikembangkan dalam diri
peserta didik melalui pengembangan konsep moral, sikap moral, dan
perilaku setiap rumusan butir nilai yang telah dipilih sebagai materi PPKn.
Oleh karena itu, bagi pendidikan di Indonesia PKn daat dikatakan
sebagai program pembelajaran nilai dan moral Pancasila dan UUD 1945
dalam diri peserta didik. Watak ini pembentukannya harus dirancang
sedemikian rupa sehinngga terjadi keterpadduan konsep moral, sikap moral,
dan perilaku moral Pancasila dan UUD 45. Dengan demikian pula kita dapat
menegaskan kembali bahwa PKn merupakan suatu bentuk mata pelajaran
13
yang mencerminkan konsep, strategi, dan nuansa compleement education.
Pendidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan manusia
Indonesia seutuhnya.
14
dengan tujuan \untuk mendekatkan pelajaran itu dengan lingkungan sekitar
siswa menjadi sangat penting. Hasil belajar akan lebih bermakna sebagai
wahana pengembangan watak individu sebagai warga negara. Contohnya
legenda dari seluruh tanah air.
Secara elaboratif tujuan ini oleh bloom dkk (1962) dirinci menjadi
tujuan pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni
pengembangan pengetahuan dan pengertian, nilai dan sikap, dan
keterampilan psikomotorik.
Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan
adalah …….usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
15
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selanjutnya sebagai prinsip pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai
berikut:
1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultual,dan kemajemukan bangsa.
2. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis dengan
sistem terbuka dan multimakna.
3. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu pendidikan (Pasal 4)
Aspek cerdas dan baik itu seyogyanya dipandang sebagai satu kesatuan
utuh. Hal itu tercermin dari konsep kecerdasan saat ini, dimana kecerdasan
tidak semata-mata berkenaan dengan aspek nalar atau intelektualitas atau
kognitif, tetapi melingkupi segala potensi individu. Di dalam konteks
pemikiran taksonomi bloom pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam
kategori afektif, yang secara khusus berisikan perasaan dan sikap (value and
attitudes).
16
antara lain dalam pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan bahasa dan seni.
Hal itu juga ditopang oleh rumusan landasan kurikulum, yang pada
pasal 36 ayat (3) secara eksplesit perlu memperhatikan persatuan nasional
dan nilai-nilai kebangsaan, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan
seni, keragaman potensi daerah dan lingkungan dan peningkatan potensi,
kecerdasan dan minat peserta didik.
17
perasaannya, dan prilakunya. Oleh karena itu proses pendidikan tidak boleh
dilepaskan dari proses kebudayaan yang pada akhirnya akan mengantarkan
manusia menjadi insan yang berbudaya dan berkeadaban.
18
8. Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk
menarik dan membina guru-guru yang berkeadaban dan fropesional.
9. Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai
suatu keniscayaan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta
bermasyarakat global.
Dilihat dari substansi dan prosesnya, Lickona (1992 : 53-63) yang perlu
dikembangkan dalam rangka pendidikan nilai tersebut adalah Nilai karakter
yang baik, (good character) yang di dalamnya mengandung tiga dimensi nilai
moral yaitu dimensi wawasaan moral, dimensi perasaan moral, dimensi
prilaku moral. Ketiga domain moralita tersebut satu dengan yang lainya
memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Artinya bahwa wawasan dan
perasaan atau sikap dan prilaku moral merupakan tiga hal yang secara
psikologis bersinergi.
19
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
20
- Keterbukaan dan jaminan keadailan
21
f. Kekuasaan dan politik
Meliputi:
- Pemerintahan desa dan kecamatan
- Pemerintahan daerah dan otonomi
- Pemerintahan pusat
- Demokrasi dan sistem politik
- Budaya politik
- Budaya demokrasi menuju masyarakat madani
- Sistem pemerintahan
- Pers dalam masyarakat demokrasi
g. Pancasila
Meliputi:
- Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara
- Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara
- Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
- Pancasila sebagai ideologi terbuka
h. Globalisasi
Meliputi:
- Globalisasi di lingkungannya
- Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi
- Dampak globalisasi
- Hubungan internasional dan organisasi Internasional
- Mengevaluasi globalisasi
22
keyakinan wahana sosiopedagogis dalam menjamin kelangsungan hidup
masyarakat, bangsa, dan negara
23
Bertolak dari teorinya itu piaget menyimpulkan bahwa pendidikan
sekolah seyogyanya menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
mengambil keputusan (decision making skills) dan memecahkan masalah
(problem solving) dan membina perkembangan moral dengan cara menuntut
para peserta didik untuk mengembangkan aturan berdasarkan
keadilan/kepatutan (fairness).
Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama
dan sampai dengan saat ini menjadi landasan dan kerangka berfikir
pendidikan nilai di dunia barat yang dengan jelas menitiberatkan pada
peranan pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku moralnya dan
mengabaikan pertimbangan bahwa di dunia ini ada nilai religius yang
melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya
didekati secara rasional.
24
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
25
1.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
https://stkip.files.wordpress.com/2011/05/ppkn1.pdf
http://cenatcenutpgsd.blogspot.co.id/p/hakikat-dan-fungsi.html
http://teguh-gooo-enjoe.blogspot.co.id/2013/02/karakteristik-pkn-sebagai-
pendidikan.html\
http://wiwitna.blogspot.co.id/2013/03/keterkaitan-antara-pkn-sebagai.html
26