Anda di halaman 1dari 26

1

DAPTAR ISI

DAPTAR ISI......................................................................................................................1
KATA PENGANTAR.......................................................................................................2
PENDAHULUAN.............................................................................................................3
1.1  Latar Belakang........................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
DI SD.............................................................................................................................4
2.1.1    HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PKN DI SD...........................................4
2.1.2    RUANG LINGKUP PKN DI SD.....................................................................10
2.1.3    TUNTUTAN PEDAGOGIS PKN DI SD.........................................................12
2.2 KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL...........14
2.2.1    PENDEKATAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DI SD
.....................................................................................................................................15
2.2.2    PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM STANDAR ISI PKN DI SD 20
2.2.3 HUBUNGAN INTERAKTIF PENGEMBANGAN NILAI DAN MORAL
DALAM PKN SD........................................................................................................23
BAB III............................................................................................................................25
PENUTUP.......................................................................................................................25
1.1         KESIMPULAN..............................................................................................25
1.2         SARAN..........................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas terselesainya
makalah ini.  Makalah  ini kami buat berisi tentang materi PKn yang
mencakup Tujuan dan hakikat dan fungsi PKn di SD beserta
karakteristiknya. Makalah ini berjudul “Hakikat, fungsi, tujuan dan
karakteristik PKn sebagai pendidikan nilai dan moral.”

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama  dari


berbagai pihak, jadi penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.      Bapak  Ahmad Hafandi selaku tutor pembimbing yang telah memberikan
tugas makalah ini.
2.      Orang Tua yang telah mencurahkan berbagai bantuan sepiritual, moral,
maupun mental.
3.      Teman-teman kelompok 1, yang telah bekerjasama menyelesaikan tugas
makalah ini.
Akhir kata, kesempurnaan hanyalah milik Allah. Demikian dengan makalah
ini masih jauh dengan sempurna. Kami minta maaf sebanyak-banyaknya
kepada para pembaca bila ada kesalahan dalam makalah ini. Oleh karena
itu saran dan kritik yang membangun tetap kami nantikan demi
kesempurnaan makalah  ini.
                                                                                   
Purwoharjo,  07 Oktober 2016
Penulis

2
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, khususnya pada


jenjang pendidikan Sekolah Dasar, mata pelajaran PKN berfungsi sebagai
wahana pengembangan karakter yang demokratis dan bertanggung jawab,
serta melalui PKN sekolah dikembangkan sebagai pusat pengembangan
wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dalam kehidupan demokratis.
Pengetahuan dan kemampuan sangat penting bagi setiap guru
sekolah dasar guna mengetahui sejauh mana seorang siswa benar-benar
telah mencapai tujuan pengajaran PKN di sekolah dasar. Pendidikan tidak
dapat lepas dari sebuah proses dimana guru membantu dalam perubahan
siswa ke arah yang dianggap baik.

1.2  Rumusan Masalah
A.    Apa tujuan hakikat dan fungsi PKn di SD?
B.     Apasaja ruang lingkup PKn di SD?
C.     Bagaimana tuntutan pedagogis PKn di SD?
D.    Bagaimana karakteristik PKn sebagai pendidikan nilai dan moral?
E.     Bagaimana pendidikan nilai dan moral dalam standar isi PKn di SD?

1.3  Tujuan
A.    Agar pembaca dapat memahami tujuan hakikat dan fungsi PKn di SD.
B.     Agar pembaca dapat memahami Apasaja ruang lingkup PKn di SD.
C.     Agar pembaca dapat memahami tuntutan pedagogis PKn di SD.
D.    Agar pembaca dapat memahami karakteristik PKn sebagai pendidikan nilai
dan moral.
E.     Agar pembaca dapat memahami pendidikan nilai dan moral dalam standar
isi PKn di SD.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PENDIDIKAN


KEWARGANEGARAAN DI SD

2.1.1    HAKIKAT, FUNGSI, DAN TUJUAN PKN DI SD


Dalam kurikulum Pendidikan Dasar 94, terdapat mata pelajaran
“Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan”, yang disingkat dengan
PPkn. Istilah “Pendidikan pancasila dan Kewarganegaraan”, pada saat itu
secara hukum tertera dalam undang-Undang No 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Sejak diundangkannya UU Sisdiknas No 20 tahun 2003
secara hukum istilah tersebut sudah berubah menjadi “Pendidikan
Kewarganegaraan”. Oleh karena itu nama mata pelajaran tersebut di SD
berubah menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Kewaganegaraan.

A.    Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Apabila kita kaji secara historis-kurikuler mata pelajaran tersebut


telah mengalami pasang surut pemikiran dan praktis. Sejak lahir kurikulum
tahun 1946 diawal kemerdekaan sampai pada era reformasi saat ini. Dalam
Kurikulum 1957, dan Kurikulum 1961 tidak dikenal adanya mata Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam Kurikulum 1946 dan 1957 materi
tersebut dikemas dalam Mata Pelajaran Pengetahuan Umum di SD atau
Tata Negara di SMP dan SMA.

Dalam Kurikulum SD tahun 1968 dikenal Mata Pelajaran Pendidikan


Kewargaan Negara (PKN). Menurut Kurikulum SD 1968 Pendidikan
Kewargaan Negara mencakup Sejarah Indonesia, Geografi, dan Civics yang
diartikan sebagai Pengetahuan Kewargaan Negara. Dalam kurikulum SMP
1968 PKN tersebut mencakup materi sejarah Indonesia dan Tata Negara,
sedang dalam Kurikulum SMA 1968 PKN lebih banyak berisikan materi
UUD 1945.

4
Menurut Kurikulum SPG 1968 PKN mencakup sejarah Indonesia,
UUD, Kemasyarakatan, dan Hak Asasi Manusia (HAM). Dalam Kurikulum
Proyek Printis sekolah Pembangunan (PPSP) 1973 terdapat Mata Pelajaran
Pendidikan Kewargaan Negara (PKN) dan Pengetahuan Kewargaan Negara.
Menurut Kurikulum PPSP 1973 diperkenalkan Mata Pelajaran Pendidikan
Kewargaan Negara/Studi Sosial untuk SD 8 tahun yang berisikan integrasi
materi Ilmu pengetahuan Sosial. Di sekolah Menengah 4 tahun selain studi
Sosial terpadu juga terdapat Mata pelajaran PKN sebagai Program inti dan
Civics dan Hukum sebagai program utama Jurusan Sosial.

Oleh Somantri (1967) istilah Kewargaannegara merupakan


terjemahan dari “civics” yang merupakan mata pelajaran sosial yang
bertujuan membina dan mengembangkan anak didik agar menjadi warga
Negara yang baik (good citizen). Warga Negara yang baik adalah warga
Negara yang tahu, mau, dan mampu berbuat baik” (somantri 1970) atau
secara umum yang mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak dan
kewajibanya sebagai warga Negara”

(Winaaputra 1978) Di lain pihak, istilah Kewarganegaraan digunakan


dalam perundangan mengenai status formal warga negara dalam suatu
negara. Misalnya sebagaimana diatur dalam UU No 2 tahun 1946 dan
peraturan tentang diri kewarganegaraan serta peraturan tentang
naturalisasi atau perolehan status sebagai warga negara Indonesia bagi
orang-orang warga negara asing.

Kedua konsep tersebut kini digunakan untuk kedua-duanya dengan


istilah kewarganegaraan yang secara konseptul diadopsi dari konsep
citizenship, yang secara umum diartikan sebagai hal-hal yang terkait pada
status hukum (legal standing) dan karekter warga negara, sebagaimana
digunakan dalam perundang-undangan kewarganegaraan untuk status
warga negara, dan pendidikan kewarganegaraan untuk program
pengembangan karekter warga negara secara kurikuler.

5
B.     Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara sekolah sebagai
wahana pengembangan warga yang demokratis dan bertanggung jawab,
yang secara kurikuler pendidikan kewarganegaraan yang harus menjadi
wahana psikologis-pedagogis yang utama.
Secara yuridis ada beberapa ketentuan perundang-undangan yang
mengandung amanat tersebut,sebagai berikut:
1.      Pembukaan Undang-Undang dasar negara Republik Indonesia dan
Perubahannya (UUD 1945 dan Perubahannya), khususnya alinea ke-4 yang
menyatakan bahwa pembentukan Pemerintah Negara Indonesia
dimaksudkan untuk : ‘’…melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka
disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,Kemanusian yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.      Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


(UU RI N0. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas) Khususnya:

a.       Pasal 3 yang menyatakan bahwa ‘’Pendidikan nasional berfungsi


mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

6
b.      Pasal 4 mengatakan sebagai berikut:

1)      Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak


diskriminatif     dengan menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia, Nilai
Keagamaan, Nilai kultural, dan Kemajemukan Bangsa.
2)      Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan
sistem terbuka dan multimakna.
3)      Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4)      Pendidikan diselenggarakan dengan member keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
5)      Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6)      Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.

c.       Pasal 37 ayat (1) yang menyatakan bahwa “kurikulum pendidikan dasar


dan menengah wajib memuat: Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu
Pengetahuan Sosial, Seni dan Budaya, Pendidikan Jasmani dan Olahraga,
Keterampilan/Kejujuran, dan Muatan Lokal, dan ayat (2) Memuat:
Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Bahasa.

d.      Pasal 38 ayat yang menyatakan bahwa “Kurikulum Pendidkan Dasar dan


Menengah dikembangkan sesuai relevansinya oleh setiap kelompok atau
satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan
supervise dinas pendidikan atau kantor departemen agama kabupaten/kota
untuk pendidikan dasar  dan provinsi untuk pendidikan menengah.

7
3.      Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (PP RI NO 19 Tahun 2005 tentang SNP)

4.      Pasal 6 ayat (4) menyatakan bahwa “setiap kelompok mata pelajaran


sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan secara holistic
sehinggga pembelajaran masing-masing kelompok mata pelajaran ikut
mewarnai pemahaman dan penghayatan peserta didik”.

5.      Pasal 7 ayat (2) menyatakan bahwa kelompok mata pelajaran


kewarganegaraan dan kepribadian yaitu:
-          Paket   A:   SD/MI/SDLB
-          Paket   B:   SMP/MTs/SMPLB
-          Peket   C: SMA/MA/SMALB/SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
Dalam konteks itu, khususnya pada jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah, sekolah seyogyanya dikembangkan sebagai pranata atau tatanan
sosial-Pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi tumbuh
kembangnya berbagai kualitas pribadi peserta didik.
Sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan
sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang
hayat, yang mampu memberi keteladanan, membangun kemauan, dan
mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran
demokratis.
Dalam kerangka semua itu mata pelajaran PKn harus berfungsi
sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia
yang demokratis dan bertanggung jawab. Peran PKn dalam proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, melalui
pemberian keteladanan, pembangunan kemauan, dan pengembangan
kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran.
Melalui PKn sekolah perlu dikembangkan sebagai pusat
pengembangan wawasan, sikap, dan keterampilan hidup dan berkehidupan
yang demokratis untuk membangun kehidupan demokrasi. Dari kedua
konsep dasar tersebut dapat dikemukakan bahwa paradigma pendidikan
demokrasi melalui PKn yang perlu dikembangkan dalam lingkungan sekolah

8
adalah pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional atau bersifat
jamak. Sifat multidimensionalnya itu terletak pada:
-          Pandangan yang pluralistik – uniter (bermaacam-macam tetapi menyatu)
dalam  pengertian Bhineka Tunggal Ika.
-          Sikapnya dalam menempatkan individu, Negara, dan masyarakat global
secara harmonis.
-          Tujuannya yang diarahkan pada dimensi kecerdasan (spiritual, rasional,
dan sosial)
-          Konteks (setting) yang menghasilkan pengalaman belajarnya yang terbuka,
fleksibel atau luwes, dan bervariasi kepada dimensi tujuannya.
Dalam program pendidikan, paradigma ini menuntut hal-hal sebagai
berikut:
1.      Pertama, memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-
sungguh pada pengembangan pengertian tentang hakikat dan karekteristik
aneka ragam demokrasi, bukan hanya yang berkembang di Indonesia.
2.      Kedua, mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang sengaja
dirancang untuk memfasilitasi siswa agar mampu mengeksplorasi
sebagaimana cita-cita demokrasi telah diterjemahkan ke dalam kelembagaan
dan praktik diberbagai belahan bumi dan dalam berbagai kurun waktu.
3.      Ketiga, tersedianya sumber belajar yang memungkinkan siswa mampu
mengekplorasi sejarah demokrasi di negara untuk dapat menjawab
persoalan apakah kekuatan dan kelemahan demokrasi yang diterapkan di
negaranya itu secara jernih.
4.      Keempat, tersedianya sumber belajar yang dapat memfasilitasi siswa untuk
dapat memahami penerapan demokrasi di negara lain sehingga mereka
memiliki wawasan yang luas tentang ragam ide dan sistem demokrasi dalam
berbagai konteks.

Situasi sekolah  dan kelas dikembangkan sebagai democratic


laboratory atau lab demokrasi dengan lingkungan sekolah/kampus yang
diperlakukan sebagai micro cosmos of democracy atau linkungan kehidupan

9
yang demokratis yang bersifat micro dan memperlakukan masyarakat luas
sebagai open global classroom atau sebagai kelas yang terbuka.

Dengan cara itu akan memungkinkan siswa dapat belajar demokrasi


dalam situasi yang demokratis dan membangun kehidupan yang lebih
demokratis. Itulah makna dari konsep “learning and for democracy, and for
democracy” dengan PKn sebagai wahana kurikuler yang utama.

2.1.2    RUANG LINGKUP PKN DI SD

Dalam lampiran Permendiknas No 22 tahun 2006 dikemukakan


bahwa “mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarekter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945”  Sedangkan tujuannya
digariskan dengan tegas adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1.      Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menaggapi isu
kewarganegaraan.
2.      Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti
korupsi.
3.      Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karekter-karekter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.
4.      Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara
langsung atau idak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.

Ditetapkan pula bahwa “Kedalaman muatan kurikulum pada setiap


mata pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi

10
yang harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang
tercantum dalam struktur kurikulum”. Kompetensi yang dimaksud terdiri
atas Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar yang dikembangkan
berdasarkan standar Kompetensi Lulusan. Muatan Lokal dan kegiatan
pengembangan diri merupakan bagian integral dari stuktur kurikulum pada
jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Berdasarkan Pemendiknas No. 22 tahun 2006  Ruang lingkup Mata


pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah secara umum  meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a.       Persatuan dan Kesatuan Bangsa
b.      Norma, Hukum dan Peraturan
c.       Hak Asasi Manusia
d.      Kebutuhan Warga Negara
e.       Konstitusi Negara
f.       Kekuasaan dan Politik
g.      Pancasila
h.      Globalisasi

2.1.3    TUNTUTAN PEDAGOGIS PKN DI SD

Istilah pedagogis diserap dari bahasa


Inggris paedagogical. Sesungguhnya akar katanya
adalah paes dan ago (bahasa lati), artinya saya membimbing. Kemudian,
muncul istilah paedogogy yang artinya ilmu mendidik atau ilmu pendidikan
(Purbakawatja 1956). Tuntunan pedagogis diartikan sebagai pengalaman
belajar (learning experiences) yang bagaimana yang diperlukan untuk
mencapai tujuan pendidikan kewarganegaraan, dalam pengertian
ketuntasan penguasaan kompetensi kewarganegaraan yang tersurat dan
tersirat dalam lingkup isi dan kompetensi dasar.
Implikasi dari lingkup isi PKn SD/MI perlu dikaitkan dengan esensi
kualitas warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Oleh
karena itu, guru perlu merumuskan berbagai implikasi dari tuntutan isi PKn

11
terhadap wawasan demokrsi, sikap emokrasi dan tanggung jawab, serta
perilaku demokratis.
Semua kompetensi dasar untuk setiap kelas menuntut perilaku
nyata . Hal ini berarti bahwa konsep dan nilai kewarganegaraan diajarkan
tidak boleh berhenti pada pikiran semata, tetapi harus terwujudkan dalam
perbuatan nyata.
Dengan kata lain PKn menuntut terwujudkannya pengalaman belajar
yang bersifat utuh memuat belajar kognitif, belajar nilai dan sikap, dan
belajar perilaku. PKn seharusnya tidak lagi memisah-misahkan domain-
domain perilaku dalam belajar. Proses pendidikan yang dituntut dan
menjadi kepedulian PKn adalah proses pendidikan yang terpadu utuh, yang
juga disebut sebagai bentuk confluent education (Mc, Neil, 1981). Tuntutan
pedagogis ini memerlukan persipan mental, profesionalitas, dan hubungan
sosial guru-murid yang kohesif. Guru seyogianya siap memberi contoh dan
menjadi contoh. Dalam PKn berlaku pada postulat bahwa Value is neither
tought now cought, it is learned. Postulat tersebut mengandung makna bahwa
nilai tidak bisa diajarkan ataupun ditangkap sendiri tetapi dicerna melalui
proses belajar. Oleh karena itu, nilai harus termuat dalam materi pelajaran
PKn.
PKn merupakan mata pelajaran dengan visi utama
sebagai  pendidikan demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia
merupakan pendidikan nilai demokrasi, pendidikan moral, pendidikan
sosial, dan masalah pendidikan politik. Namun, yang paling menonjol adalah
sebagai pendidikan nilai dan pendidikan moral. Oleh karena itu, secara
singkat PKn dinilai sebagai mata pelajaran yang mengusung
misi pendidikan dan moral. Alasannya antara lain sebagai berikut.
1.    Materi PKn adalah konsep-konsep nilai Pancasila dan UUD 45 beserta
dinamika perwujudan dalam kehidupan masyarakat negara Indonesia.
2.    Sasaran belajar akhir PKn adalah perwujudan niilai-nilai tersebut
dalam perilaku nyata kehidupan sehari-hari.
3.    Proses pemvelajarannya menuntut terlibatnya emosional, intelektual, dan
sosial dari peserta didik dan guru sehingga nilai-nilai itu bukan

12
hanya dipahami (bersifat kognitif), tetapi dihayati (bersifat objektif)
dan dillaksanakan (bersifaat perilaku).
Sebagai pengayaan teoretik, pendidikan nilai dan moral sebagaimana
dicakup dalam PKn tersebut, dalam pandangan Lickona (1992) disebut
“educating for character” atau “pendidikan watak” Lickona mengartikan
watak atau karakter sesuai dengan pandangan filosof Michael Novak
(Lickona 1992 : 50-51), yakni Compatible mix of all those virtues identified by
religions traditions, literary stories, the sages, and persons of common sene
down through history. Artinya suatuu perpaduan yang harmonis dari
berbagai kebajikan yang tertuang dalam keagamaan, sastra, pandangan
kaum cerdik-pandai dan manusia pada umumnya sepanjang zaman. Oleh
karena itu, Lickona (1992, 51) memandang karakter atau watak itu memiliki
tiga unsur yang saling berkaitan yakni moral knowing, moral feeling, and
moral behavior atau konsep moral, rasa dan sikap moral dan perilaku moral.
Setiap konsep nilai Pancasila yang telah dirumuskan sebagai butir materi
PKn pada dasarnya harus memiliki aspek moral, sikap moral, dan perilaku
moraLDalam pembahasan kita mengenai PKn sebagai pendidikan nilai dan
moral dikaitan dengan konsep pendidikan watak kiranya kita dapat
mencapai hal-hal sebagai berikut.
1.    PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki aspek utama sebgai pendidikan
nilai dan moral pada akhrnya akan bermakna pada pengembangan watak
atau karakter peserta didik sesuai dengan dan merujuk kepada nilai-nilai
dan moral Pancasila.
2.    Nilai dan moral Pancasila dan UUD 45 dapat dikembangkan dalam diri
peserta didik melalui pengembangan konsep moral, sikap moral, dan
perilaku setiap rumusan butir nilai yang telah dipilih sebagai materi PPKn.
Oleh karena itu, bagi pendidikan di Indonesia PKn daat dikatakan
sebagai program pembelajaran nilai dan moral Pancasila dan UUD 1945
dalam diri peserta didik. Watak ini pembentukannya harus dirancang
sedemikian rupa sehinngga terjadi keterpadduan konsep moral, sikap moral,
dan perilaku moral Pancasila dan UUD 45. Dengan demikian pula kita dapat
menegaskan kembali bahwa PKn merupakan suatu bentuk mata pelajaran

13
yang mencerminkan konsep, strategi, dan nuansa compleement education.
Pendidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan manusia
Indonesia seutuhnya.

   

2.2 KARAKTERISTIK PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN


MORAL

2.2.1    PENDEKATAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN NILAI DAN


MORAL DI SD

Konsep Pendikan nilai secara teoritik, Herman (1972) mengemukakan


suatu prinsip yang sangat mendasar, yakni bahwa “…value is neither taught
nor cought, it is learned” yang artinya bahwa substansi nilai tidaklah
semata-mata ditangkap dan diajarkan tetapi lebih jauh, nilai dicerna dalam
arti ditangkap, diinternalisasi, dibakukan sebagai bagian yang melekat
dalam kualitas pribadi seseorang melalui proses belajar.

Dalam latar kehidupan masyarakat, proses pendidikan nilai sudah


berlangsung dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai bentuk tradisi.
Tradisi ini dapat dilihat dari petatah-petitih adat, tradisi, lisan turun-
temurun seperti dongeng, nasihat, simbol-simbol, kesenian daerah seperti
“kekawihan” di tatar pesundan dan “berbalas pantun” ditatar melayu.

Sebagai salah satu unsur kebudayaan (Kuncaraningrat 1978) kesenian


pada dasarnya merupakan produk budaya masyarakat yang melukiskan
penghayatan tentang nilai yang berkembang dalam lingkungan masyarakat
pada masing-masing jamanya.

Berkaitan dengan nilai-nilai dalam masyarakat, proses “indiginasi”,


yakni pemanfaatan budaya daerah untuk pembelajaran mata pelajaran lain

14
dengan tujuan \untuk mendekatkan pelajaran itu dengan lingkungan sekitar
siswa menjadi sangat penting. Hasil belajar akan lebih bermakna sebagai
wahana pengembangan watak individu sebagai warga negara. Contohnya
legenda dari seluruh tanah air.

Dalam pengertian generik, konsep dan proses pendidikan merupakan


proses yang sengaja dirancang dan dilakukan untuk mengembangkan
potensi individu dalam interaksi dengan lingkungannya sehingga menjadi
dewasa dan dapat mengarungi kehidupan dengan baik, dalam arti selamat di
dunia dan di akhirat.

Oleh karena itu tepat sekali dikatakan pada dasarnya pendidikan


mempunyai dua tujuan besar yakni mengembangkan individu dan
masyarakat yang “smart and good” (Lickona 1992 : 6). Konsepsi tujuan
tersebut mengandung arti bahwa tujuan pendidikan tidak lain adalah
mengembangkan individu dan masyarakat agar cerdas (smart) dan baik
(good)

Secara elaboratif  tujuan ini oleh bloom dkk (1962) dirinci menjadi
tujuan pengembangan kognitif, afektif, dan psikomotorik, yakni
pengembangan pengetahuan dan pengertian, nilai dan sikap, dan
keterampilan psikomotorik.
Pasal 1 butir 1 UU Sidikan 20/2003, ditegaskan bahwa pendidikan
adalah …….usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif  mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dalam pasal 3 dikemukakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi


mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

15
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Selanjutnya sebagai prinsip pendidikan ditegaskan hal-hal sebagai
berikut:
1.      Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultual,dan kemajemukan bangsa.
2.      Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematis dengan
sistem terbuka dan multimakna.
3.      Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
4.      Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
5.      Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
6.      Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian
mutu pendidikan (Pasal 4)

Aspek cerdas dan baik itu seyogyanya dipandang sebagai satu kesatuan
utuh. Hal itu tercermin dari konsep kecerdasan saat ini, dimana kecerdasan
tidak semata-mata berkenaan dengan aspek nalar atau intelektualitas atau
kognitif, tetapi melingkupi segala potensi individu. Di dalam konteks
pemikiran taksonomi bloom pengembangan nilai dan sikap termasuk dalam
kategori afektif, yang secara khusus berisikan perasaan dan sikap (value and
attitudes).

Proses pendidikan yang memusatkan perhatian pada pengembangan


nilai dan sikap ini di dunia barat dikenal dengan “value education, effective
education, moral education, caracteer education” (Winataoutra 2001). Di
Indonesia wacana pendidikan nilai tersebut secara kurikuler terintegrasi

16
antara lain dalam pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,
pendidikan bahasa dan seni.

Bagaimana PKn sebagai mata pelajaran yang memiliki misi adalah


pendidikan Nilai dan Moral?

Pendidikan nilai dalam penjelasan pasal 37 Undang-Undang Republik 


Indonesia No 20 Tahun 2003, secara khusus tidak menyebutkan tetapi secara
Implisit, antara lain tercakup dalam muatan pendidikan kewarganegaraan
yang secara substantif dan pedagogis mempunyai misi mengembangkan
peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsan dan rasa cinta
tanah air.

Hal itu juga ditopang oleh rumusan landasan kurikulum, yang pada
pasal 36 ayat (3) secara eksplesit perlu memperhatikan persatuan nasional
dan nilai-nilai kebangsaan, perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan
seni, keragaman potensi daerah dan lingkungan dan peningkatan potensi,
kecerdasan dan minat peserta didik.

Dalam konteks kehidupan masyarakat, kita melihat betapa masih


besarnya kesenjangan antara konsep dan muatan nilai yang tercermin dalam
sumber-sumber normatif  konstitusional dengan fenomena sosial, cultural,
politik, ideologis, dan regiositas. Kita menyaksikan kondisi paradoksi antara
nilai dan fakta dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara RI
sampai dengan saat ini.
Alisyahbana (1976) mengatakan bahwa “value as integrating forces and
personality, society and culture” nilai merupakan perekat-pemersatu dalam
diri masyarakat dan kebudayaan. Secara psikologis dan sosial yang
dimaksudkan dengan cerdas itu bukanlah hanya cerdas rasional tetapi juga
cerdas emosional, cerdas sosial dan cerdas spiritual. (Sanusi 1998,
winataputra 2001) dengan kata lain individu yang cerdas pikirannya,

17
perasaannya, dan prilakunya. Oleh karena itu proses pendidikan tidak boleh
dilepaskan dari proses kebudayaan yang pada akhirnya akan mengantarkan
manusia menjadi insan yang berbudaya dan berkeadaban.

Secara umum yang dimaksud dengan pembudayaan adalah proses


pengembangan nilai norma dan moral dalam diri individu melalui proses
perlibatan peserta didik dalam proses pendidikan yang merupakan bagian
integral dari proses kebudayaan bangsa Indonesia. Jika dianalisis lebih
cermat dan mendalam, pendidikan nilai memiliki dimensi pedagogis praktis
yang jauh lebih kompleks daripada dimensi teoritasnya karena terkait pada
konteks sosial-kultural dimana pendidian nilai dilaksanakan.

Perlunya upaya pendidikan nilai moral yang dilakukan secara menyeluruh


dengan pertimbangan sebagai berikut:
1.      Pendidikan moral merupakan suatu kebutuhan sosiokultural yang jelas dan
mendesak bagi kelangsungan kehidupan yang berkeadaban
2.      Pewarisan nilai antar generasi dan dalam suatu generasi merupakan wahana
sosiopsikologis dan selalu menjadi tugas dari proses peradaban.
3.      Peranan sekolah sebagai wahana psikopedagogis dan sosiopsikologis yang
berfungsi sebagai pendidik moral menjadi semakin penting, pada saat
dimana hanya sebagian kecil anak yang mendapat pendidikan moral dari
orang tuanya dan peranan lembaga keagamaan semakin kecil.
4.      Dalam setiap masyarakat terdapat landasan etika umum, yang bersifat 
universal melintasi batas ruang dan waktu sekalipun dalam masyarakat
pluralistik yang mengandung banyak potensi terjadi konflik nilai.
5.      Demokrasi mempunyai banyak kebutuhan khususnya pendidikan moral
karena inti dari demokrasi adalah pemerintah yang berakar dari rakyat
dilakukan oleh wakil pembawa amanah rakyat, dan mengusung komitmen
mewujudkan keadilan dan kesejahteraan rakyat.
6.      Pertanyaan yang selalu dihadapi baik individu maupun masyarakat adalah
pertanyaan moral
7.      Terdapat dukungan yang mendasar dan luas bagi pendidikan nilai
disekolah.

18
8.      Komitmen yang kuat terhadap pendidikan moral sangatlah esensial untuk
menarik dan membina guru-guru yang berkeadaban dan fropesional.
9.      Pendidikan nilai adalah pekerjaan yang dapat dan harus dilakukan sebagai
suatu keniscayaan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara serta
bermasyarakat global.

Dilihat dari substansi dan prosesnya, Lickona (1992 : 53-63) yang perlu
dikembangkan dalam rangka pendidikan nilai tersebut adalah Nilai karakter
yang baik, (good character) yang di dalamnya mengandung tiga dimensi nilai
moral yaitu dimensi wawasaan moral, dimensi perasaan moral, dimensi
prilaku moral. Ketiga domain moralita tersebut satu dengan yang lainya
memiliki keterkaitan substantif dan fungsional. Artinya bahwa wawasan dan
perasaan atau sikap dan prilaku moral merupakan tiga hal yang secara
psikologis bersinergi.

2.2.2    PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL DALAM STANDAR ISI PKN


DI SD

Muatan isi mata pelajaran Pendidikan  Kewarganegaraan


memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan pembelajaran PKn antara lain:
1.    Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
2.    Partisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti-korupsi.
3.    Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lain.

19
4.    Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.

Jika kita cermati keempat rumusan tersebut yakni:


           Berfikir kritis adalah proses psikologis untuk memberi penilaian terhadap
suatu objek atau fenomena dengan informasi yang akurat dan otentik.
           Berfikir rasional adalah proses psikologis untuk memahami suatu objek
dengan logika.
           Berfikir kreatif adalah proses psikologis untuk menghasilkan suatu cara
atau proses baru yang lebih berkualitas atas dasar pemikiran terbaik.
           Partisipasi aktif dan bertanggung jawab proses perlibatan sosial kultural
seseorang atas dasar inisiatif  sendiri dengan penuh perhatian dan kesediaan
memikul resiko.
           Bertindak cerdas adalah aktifitas nyata untuk melakukan sesuatu dengan
pertimbangan yang matang dan utuh.
           Hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain adalah sikap dan cara hidup
dengan individu yang berasal dari masyarakat bangsa lain dengan prinsip
saling menghormati dan hidup berdampingan secara damai.

Menurut Permendiknas NO. 22 Tahun 2006, ruang lingkup mata


pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan
menengah,  secara umum meliputi substansi kulikuler yang di
dalamnya  mengandung nilai dan moral sebagai berikut:
a.       Persatuan Dan Kesatuan Bangsa
Meliputi:
-       Hidup rukun dalam perbedaan
-       Cinta lingkungan
-       Kebanggaan lingkungan
-       Sumpah Pemuda
-       Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
-       Partisipasi dalam pembelaan negara
-       Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia

20
-       Keterbukaan dan jaminan keadailan

b.      Norma Hukum Dan Peraturan


Meliputi:
-       Tertib dalam kehidupan keluarga
-       Tata tertib di sekolah
-       Norma yang berlaku di masyarakat
-       Peraturan-peraturan daerah
-       Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
-       Sistim hukum dan peradilan nasional
-       Hukum dan peradilan Internasional
c.       Hak Asasi Manusia
Meliputi:
-       Hak dan kewajiban anak
-       Hak dan kewajiban masyarakat
-       Instrumen nasional dan internasional HAM
-       Pemajuan
-       Penghormatan dan perlindungan HAM
d.      Kebutuhan Warga Negara
Meliputi:
-       Hidup gotong-royong
-       Harga diri sebagai warga masyarakat
-       Kebebasan berorganisasi
-       Kemerdekaan mengeluarkan pendapat
-       Menghargai keputusan bersama
-       Prestasi diri
-       Persamaan kedudukan warga negara
e.       Konstitusi negara
Meliputi:
-       Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama
-       Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia
-       Hubungan dasar dan konstitusi

21
f.       Kekuasaan dan politik
Meliputi:
-       Pemerintahan desa dan kecamatan
-       Pemerintahan daerah dan otonomi
-       Pemerintahan pusat
-       Demokrasi dan sistem politik
-       Budaya politik
-       Budaya demokrasi menuju masyarakat madani
-       Sistem pemerintahan
-       Pers dalam masyarakat demokrasi
g.      Pancasila
Meliputi:
-       Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara
-       Proses perumusan pancasila sebagai dasar negara
-       Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari
-       Pancasila sebagai ideologi terbuka
h.      Globalisasi
Meliputi:
-       Globalisasi di lingkungannya
-       Politik luar negeri  Indonesia di era globalisasi
-       Dampak globalisasi
-       Hubungan internasional dan organisasi Internasional
-       Mengevaluasi globalisasi

2.2.3 HUBUNGAN INTERAKTIF PENGEMBANGAN NILAI DAN


MORAL DALAM PKN SD

Konsep-konsep values education, moral education, education for


virtues diperkenalkan sebagai program dan proses pendidikan yang
tujuannya selain mengembangkan pikiran, atau menurut bloom untuk
mengembangkan nilai dan sikap. Pendidik di dunia barat mempunyai

22
keyakinan wahana sosiopedagogis dalam menjamin kelangsungan hidup
masyarakat, bangsa, dan negara

Lickona (1992: 4-5) mengemukakan semua negara bagian amerika


serikat dan semua unsur dalam masyarakat, publik dan privat sepakat dan
mendorong agar dunia persekolahan mengambil peran yang aktif dalam
pendidikan nilai khususnya pendidikan nilai moral. Tujuan utama
pendidikan, yaitu mengembangkan individu yang “cerdas dan baik”.
Lickona (1992:6-7) melihat bahwa pemikir dan pembangun demokrasi,
sebagai paradigma kehidupan di dunia barat berpandangan bahwa
pendidikan moral merupakan aspek yang esensial bagi perkembangan dan
berhasilnya kehidupan demokrasi. Demokrasi merupakan suatu sistem
pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat. Setiap individu warga negara
seyogyanya mengerti dan memiliki komitmen terhadap fondasi moral
demokrasi yakni menghormati hak orang lain, mematuhi hukum yang
berlaku, partisipasi dalam kehidupan masyarakat, dan peduli terhadap
perlunya kebaikan bagi umum.

Pendidikan nilai dalam dunia barat adalah pendidikan nilai yang


bertolak dari dan bermuara pada  nilai-nilai sosial-kultural demokrasi.

Jean piaget pada masa hidupnya pernah menjadi wakil direktur


“institute of education science” dan sebagai guru besar (profesor) psikologi
eksperimental pada university of geneva. Piaget bertolak dari
postulat/asumsi dasar  bahwa “moralita berada dalam suatu sistem aturan”.
Atas dasar itu ia meneliti bagaimana anak menyadari adanya aturan dan
bagaimana ia menerapkan aturan itu dalam suatu permainan. Sifat
heteronomi anak disebabkan oleh faktor kematangan struktur kognitif yang
ditandai sifat egosentrisme dan hubungan interaktif  dengan orang dewasa
dimana anak merasa kurang berkuasa dibanding orang dewasa . Sedang
sifat autonomi dipengaruhi oleh kematangan struktur kognitif  yang ditandai
oleh kemampuan mengkaji aturan secara kritis dan menerapkannya secara
selektif yang muncul dari sikap resiprositas dan kerjasama.

23
Bertolak dari teorinya itu piaget menyimpulkan bahwa pendidikan
sekolah seyogyanya menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
mengambil keputusan (decision making skills) dan memecahkan masalah
(problem solving) dan membina perkembangan moral dengan cara menuntut
para peserta didik untuk mengembangkan aturan berdasarkan
keadilan/kepatutan (fairness).

Lawrence kohiberg, profesor pada harvard university, USA, sejak


tahun 1969 selama 18 tahun ia mengadakan penelitian tentang
perkembangan moral berlandaskan teori perkembangan kognitif piaget ia
mengajukan postulat/anggapan dasar bahwa anak membangun cara berfikir
melalui pengalaman termasuk pengertian konsep moral seperti keadilan,
hak, persamaan dan kesejahteraan manusia.

Kohlberg (SMDE-website, 2002) menolak pendidikan nilai/karakter


tradisional yang berpijak pada pemikiran bahwa ada seperangkat
kebajikan/keadaban (bag of virtues) seperti kejuruan, budi baik, kesabaran,
ketegaran yang menjadi landasan perilaku moral. Kohlberg mengajukan
pendekatan pendidikan nilai dengan menggunakan pendekatan klarifikasi
nilai (value clarification aprroach).

Kedua teori perkembangan moral ini memiliki visi dan misi yang sama
dan sampai dengan saat ini menjadi landasan dan kerangka berfikir
pendidikan nilai di dunia barat yang dengan jelas menitiberatkan pada
peranan pikiran manusia dalam mengendalikan perilaku moralnya dan
mengabaikan pertimbangan bahwa di dunia ini ada nilai religius yang
melandasi kehidupan individu dan masyarakat yang tidak bisa sepenuhnya
didekati secara rasional.

24
BAB III

PENUTUP

1.1         KESIMPULAN

Hakekat PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai program pendidikan


yang  berdasarkan nilai-nilai pancasila untuk mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang
diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam
kehidupan sehari hari. Fungsi PKn di Sekolah Dasar adalah sebagai wahana
kurikuler pengembangan karakter warga negara Indonesia yang demokratis
dan bertanggung jawab. Serta adapun fungsi lainnya yakni membantu
generasi muda memperoleh pemahaman cita-cita nasional tujuan negara,
dan dapat mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab dalam
menyelesaikan masalah pribadi, masyarakat dan negara.

Menurut Branson, tujuan civic education adalah partisipasi yang


bermutu dan bertanggung jawab dalam kehidupan politik dan masyarakat
baik tingkat lokal, negara bagian, dan nasional. Pendidikan Nilai
cakupannya lebih luas daripada pendidikan moral karena konsep nilai
mencakup segala macam nilai seperti nilai religius, ekonomi, praktis, etis dan
estetis Pendidikan moral pada dasarnya berkenaan dengan proses
pendidikan nilai etis, yakni persoalan baik dan buruk. PKn merupakan
bagian dari bidang studi IPS yang dimana materi pengajaran erat kaitannya
dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan hal-hal yang
menyangkut warga Negara dan pemerintah.

25
1.2         SARAN

Dalam hal ini, PKn sangatlah berperan penting karena untuk


membentuk karakter para peserta didik sebagai warga negara yang baik dan
memiliki komitmen tinggi terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dari hal itulah untuk membentuk karakter tersebut guru adalah cerminan
yang harus mencerminkan sesuatu hal yang baik sehingga dapat dicontoh
oleh peserta didiknya, karena guru yang baik pastilah peserta didiknya.

DAFTAR PUSTAKA

Winataputra, Udin S, dkk. 2014. Pembelajaran PKn di SD. Tangerang Selatan :


Universitas Terbuka

https://stkip.files.wordpress.com/2011/05/ppkn1.pdf

http://cenatcenutpgsd.blogspot.co.id/p/hakikat-dan-fungsi.html

http://teguh-gooo-enjoe.blogspot.co.id/2013/02/karakteristik-pkn-sebagai-
pendidikan.html\

http://wiwitna.blogspot.co.id/2013/03/keterkaitan-antara-pkn-sebagai.html

26

Anda mungkin juga menyukai