Anda di halaman 1dari 36

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teoritis

1. Hakikat Kemampuan Berpikir Kreatif

a. Pengertian Kemampuan Berpikir

Situasi belajar dan mengajar yang dapat mendorong proses-

proses yang menghasilkan mental yang diinginkan dari suatu kegiatan

disebut kemampuan berpikir. Pernyataan tersebut diperkuat dengan

penilaian bahwa campur tangan seorang guru dapat meningkatkan

pemikiran serta dengan mensyaratkan adanya penggunaan proses

mental untuk merencanakan, mendeskripsikan, dan mengevaluasi

proses berpikir dan belajar.12

Keterampilan berpikir penting dimiliki oleh setiap orang

Keterampilan berpikir ini menjadi modal untuk dapat memecahkan

masa lah yang terjadi di dalam kehidupan. Keterampilan berpikir atau

kemampuan berpikir yang terampil dapat membangun individu yang

demokratis.13

Ada beberapa makna berpikir menurut John Dewey:

1. Pertama, berpikir adalah stream of counsciousness. Arus

kesadaran ini muncul dan hadir setiap hari mengalir tanpa

terkontrol.

12
Sunaryo.W, Taksonomi Berpikir, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 24
13
Sudarma. M, Mengembangkan keterampilan Berpikir Kreatif, (Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada, 2013), hal. 34-35

10
11

2. Kedua, berpikir adalah imajinasi atau kesadaran. Pada umumnya

imajinasi ini muncul secara tidak langsung atau tidak bersentuhan

langsung dengan sesuatu yang sedang dipikirkan.

3. Ketiga, berpikir semakna dengan keyakinan yang dimiliki

seseorang sehingga dirinya bisa beropini, berpendapat atau

bertindak.

4. Keempat, berpikir reflektif adalah rangkaian pemikiran yang

dianggap terbaik. Dalam hal ini, terdapat proses memahami

masalah, meneliti atau menggali informasi sampai memecahkan

masalah.14

Dalam pembelajaran yang menuntut keterampilan berpikir,

guru dapat merujuk pada pendekatan melalui strategi khusus dan

prosedur yang bisa dilaksanakan. Strategi dan prosedur pembelajaran

menggunakan spontanitas dan atau dirancang secara sistematis, serta

spesifik, luas atau bersifat umum. Ashman Conway mengemukakan

bahwa kemampuan berpikir melibatkan enam jenis berpikir, yaitu

metakognisi, berpikir kritis berpikir kreatif, proses kognitif

(pemecahan masalah dan pengambilan keputusan), kemampuan

berpikir inti (seperti representasi dan meringkas), memahami peran

konten pengetahuan.15

Ibid., hal. 38-39


14

Sunaryo. W, Op.Cit , hal. 24


15
12

b. Berpikir Kreatif

1. Pengertian Berpikir Kreatif

“Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk membuat

sesuatu dalam bentuk ide, langkah, atau produk”. 1 6 Menurut

Downing kreativitas dapat didefinisikan sebagai “proses” untuk

menghasilkan sesuatu yang baru dari elemen yang ada dengan

menyusun kembali elemen tersebut”. Terdapat tiga komponen

utama yang terkait dengan kreativitas diantaranya: keterampilan

berpikir kreatif, keahlian (pengetahuan teknis, prosedural, dan

intelektual), serta motivasi. Keterampilan berpikir kreatif dalam

memecahkan suatu permasalahan ditunjukkan dengan pengajuan

ide yang berbeda dengan solusi pada umumnya Pemikiran kreatif

masing-masing orang akan berbeda dan terkait dengan cara

mereka berpikir dalam melakukan pendekatan terhadap

permasalahan. Pemikiran kreatif terkait dengan pengetahuan yang

dimiliki oleh seseorang dan relevan dengan ide atau upaya

kreatif yang diajukan.17

Sementara menurut Munandar kreativitas adalah:

Kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar

biasa, yang tidak lazim, memadukan informasi yang tampaknya

tidak berhubungan dan mencetuskan solusi atau gagasan baru yang

Sudarmo. M, Op.Cit., hal. 9


16

Sani, R, A, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013, (Jakarta:PT


17

Bumi Aksara, 2013), hal.13-14


13

dicerminkan dari kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), dan

orisinalitas dalam berpikir.18

Adapun definisi menurut Torrance dalam Munandar

“kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya

masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini,

menilai dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah

dan mengujinya lagi,dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.”19

Krulik dan Rudnik menyatakan bahwa berpikir kreatif

merupakan salah satu tingkat tertinggi seseorang dalam berpikir,

yaitu dimulai ingatan (recall), berpikir dasar (basic thinking),

berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative

thinking). Berpikir yang tingkatnya di atas ingatan (recall)

dinamakan penalaran (reasoning). Sementara berpikir yang

tingkatnya di atas berpikir dasar dinamakan berpikir tingkat tinggi

(high order thinking). Secara hirarkis, tingkat berpikir menurut

Krulik dan Rudnik tersebut disajikan pada gambar berikut ini:

18
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,
2012), hal. 39
19
Ibid., hal. 27
14

n
fs
Berpikir tingkat
arii
tinggi

tatt Penalaran
(reasioning)
asa
iega
rr
nD
K
K
I
Gambar 11.1.Tingkatan Berpikir20

Kemampuan berpikir tingkat tinggi didefinisikan sebagai

penggunaan pikiran secara lebih luas untuk menemukan tantangan

baru. Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini menghendaki

seseorang untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan

sebelumnya dan memanipulasi informasi untuk menjangkau

kemungkinan jawaban dalam situasi baru. Berpikir tingkat tinggi

adalah berpikir pada tingkat lebih tinggi dari pada sekedar

menghafalkan fakta atau mengatakan sesuatu kepada seseorang

persis seperti sesuatu itu disampaikan kepada kita. Wardana

mengemukakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah

proses berpikir yang melibatkan aktivitas mental dalam usaha

mengeksplorasi pengalaman yamg kompleks, reflektif dan kreatif

yang dilakukan secara sadar untuk mencapai tujuan, yaitu

Abdul Aziz Saefudin, Pengembangan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Dalam


20

Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistic Indonesia


(PMRI), Al-Bidayah, Vol 4 No, 1, (Yogyakarta : Universitas PGRI Yogyakarta, 2012), hal.40-41
15

memperoleh pengetahuan yang meliputi tingkat berpikir analitis,

sintesis, dan evaluative.

Berdasarkan Taksonomi Bloom yang telah direvisi oleh

Anderson & Krathwohl Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi

Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh terdiri atas

kemampuan mengetahui (knowing-C1), memahami

(understanding-C2), menerapkan (aplying-C3), menganalisis

(analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi

(creating -C6). Soal-soal kemampuan tingkat tinggi pada umumnya

mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4),

mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Pada

pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan

indikator soal, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan

KKO. Sebagai contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi

Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-

soal, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada pada ranah C5

(mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului

dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada

stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang

terbaik. Bahkan kata kerja ‘menentukan’ bisa digolongkan C6

(mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun

strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional


16

(KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang

diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Tabel 1. Perbedaaan Taksonomi Bloom dan Anderson

Taksonomi Bloom Revisi Taksonomi Bloom


Pengetahuan Mengingat

Pemahaman Memahami

Penerapan Menerapkan

Analisis Menganalisis

Sintesis Menilai

Penilaian Menciptakan

(Krathwohl , 2001)

Dimensi proses kognisi terdapat 6 kategori, yaitu kemampuan

mengingat, memahami, dan menerapkan yang merupakan

kemampuan berpikir tingkat rendah. Selain itu kemampuan

menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan termasuk

kemampuan berpikir tingkat tinggi. Adapun penjelasan dari

keenam kemampuan tersebut sebagai berikut:

1. Mengingat (C1), ingatan termasuk ranah hafalan yang meliputi

kemampuan menyatakan kembali fakta, konsep, prinsip,

prosedur atau istilah yang telah dipelajari tanpa harus

memahami atau dapat menggunakannya.

2. Memahami (C2), pemahaman adalah kemampuan dalam

memahami pengetahuan yang telah diajarkan seperti

kemampuan ″menjelaskan″ pembacaan kode warna resistor,

″membandingkan″ bentuk fisik macam-macam resistor,


17

″menafsirkan″, dan sebagainya.Istilah kemampuan memahami

dalam ranah taksonomi ini disebut juga dengan ″mengerti″.

3. Menerapkan (C3), penerapan ialah kemampuan untuk

menggunakan konsep, prinsip, prosedur atau teori tertentu

pada situasi tertentu. Peserta didik dikatakan telah menguasai

kemampuan tertentu bilamana peserta didik tersebut telah

dapat memberi contoh dengan kata kerja operasional seperti

menggunakan, menerapkan, menggeneralisasikan,

menghubungkan, memilih, menghitung, menemukan,

mengembangkan, mengorganisasikan, memindahkan,

menyusun, menunjukkan, mengklasifikasikan, dan mengubah .

4. Analisis (C4), menganalisis merupakan kemampuan

menguraikan suatu materi atau konsep ke dalam bagian-bagian

yang lebih rinci. Kemampuan menganalisis merupakan salah

satu komponen yang sangat penting dalam proses tujuan

pembelajaran. Analisis merupakan usaha memilah suatu

integritas menjadi unsur-unsur atau bagianbagian kecil

sehingga jelas hierarkinya atau susunannya.

5. Evaluasi (C5), evaluasi didefinisikan sebagai pembuatan

keputusan berdasarkan kriteria dan standar yang telah

ditetapkan. Kriteria yang sering digunakan adalah kriteria

berdasarkan kualitas, efisiensi, dan konsistensi. Kriteria

tersebut berlaku untuk guru dan peserta didik. Pada tahap


18

evaluasi, peserta didik harus mampu membuat penilaian dan

keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau

benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Tingkatan ini

mencakup dua macam proses kognitif, yaitu memeriksa

(checking) dan mengkritik (critiquing).

6. Menciptakan (C6), menciptakan merupakan proses kognitif

yang melibatkan kemampuan mewujudkan suatu konsep ke

dalam suatu produk. Peserta didik dikatakan memiliki

kemampuan proses kognitif menciptakan, jika peserta didik

tersebut dapat membuat suatu produk baru yang merupakan

reorganisasi dari beberapa konsep.

Dalam mengidentifikasi dan menganalisis tingkat kreativitas

dalam pemecahan masalah dan pengajuan masalah pada umumya

digunakan tiga aspek kreativitas yang merupakan tiga komponen

utama dalam “The Torrance Test of Creative Thinking (TTCT)”

yaitu flexibility (keluwesan), fluency (kefasihan), dan novelty

(kebaruan). Pemecahan masalah merupakan salah cara yang

digunakan oleh Silver untuk mengembangkan kreativitas siswa.

Siswa tidak hanya dapat menjadi fasih dalam membangun banyak

masalah dari sebuah situasi, tetapi mereka dapat juga

mengembangkan fleksibilitas dengan mereka membangkitkan

banyak solusi pada sebuah masalah. Melalui cara ini siswa juga

dapat dikembangkan dalam menghasilkan pemecahan yang baru


19

(kebaruan). Berdasarkan kriteria kefasihan, fleksibilitas, dan

kebaruan, memandang hubungan kreativitas, sebagai produk dari

kemampuan berpikir.

Fluency mengacu mengacu pada banyaknya ide yang

dihasilkan dalam menanggapi dengan tepat. Individu yang lebih

kreatif semestinya memiliki fluency (kefasihan) yang lebih besar

dari gagasannya dibandingkan rata-rata dan pemikirannya lebih

mudah mengalir. Selain itu semakin banyak gagasan yang

diberikan oleh seseorang dalam suatu waktu, semakin banyak

kesempatan untuk mendapatkan jawaban yang terbaik. berpikir

lancar artinya mampu menghasilkan banyak gagasan/jawaban

yang relevan dan memiliki arus pemikiran yang lancar.21

Produktivitas siswa untuk menghasilkan jawaban yang beragam

dan benar serta kesulitan untuk menyelesaikan masalah juga akan

dinilai dan dieksplor untuk menambah hasil deskripsi tingkat

kemampuan berpikir kreatif siswa.

Flexibility mengacu pada kemampuan siswa menghasilkan

berbagai macam ide dengan pendekatan yang berbeda untuk

menyelesaikan masalah. Berpikir luwes (fleksibel) artinya mampu

menghasilkan gagasan-gagasan yang seragam, mampu mengubah

cara atau pendekatan dan memiliki arah pemikiran yang berbeda-

beda.22 Siswa diharapkan mampu menjelaskan setiap cara yang

Ibid., hal. 192


21

Ibid., hal. 192


22
20

digunakan untuk menyelesaikan masalah. Produktivitas siswa

dalam mengubah sudut pandang penyelesaian dan tingkat kesu litan

siswa dalam menyelesaikan soal juga akan dinilai dan dieksplor

untuk menambah deskripsi hasil tingkat kemampuan berpikir

kreatif siswa.

Originality mengacu pada kemampuan siswa memberikan

jawaban yang tidak lazim, berbeda dengan yang lain dan bernilai

benar. Kebaruan adalah keaslian ide-ide yang dihasilkan dalam

menanggapi ide dengan tepat. Berpikir orisinal berarti memberikan

jawaban yang tidak lazim, lain dari yang lain, dan jawaban jarang

diberikan oleh kebanyakan orang. 23


Siswa diharapkan

menyelesaikan soal dengan pemikirannya sendiri. Orisinalitas

jawaban siswa akan dinilai dan dieksplor lebih jauh untuk

mengukuti tingkat kemampuan berpikir kreatif siswa.

Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat

disimpulkan bahwa berpikir kreatif adalah bagian dari kreativitas

yang merupakan kemampuan pengajuan ide atau gagasan dalam

menyelesaikan suatu permasalahan. Ada tiga aspek berpikir kreatif

didasarkan pada Tes Berpikir Kreatif Torrance yaitu fluency,

flexibility, dan originality. Aspek fluency menuntut banyaknya

jawaban yang dihasilkan. Aspek flexibility menuntut seseorang

untuk menghasilkan gagasan yang bervariasi sehingga tidak ada

kekakuan dalam berpikir. Sementara pada aspek originality,


Ibid., hal. 192
23
21

seseorang dituntut untuk memberikan jawaban yang berbeda dari

yang lain.24

Dalam penelitian ini, aspek-aspek berpikir kreatif yang

diukur berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif sebagai

berikut.

Tabel II.1 Indikator Berpikir Kreatif 25


No Aspek yang Indikator-Indikor Berpikir Kreatif
diukur
1. 1 Fluency 1. Mencetuskan banyak gagasan, jawaban,
penyelesaian masalah atau pertanyaan.
2. Memberikan banyak cara atau saran untuk
melakukan berbagai hal.
3. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
4. 2 Fleksibilitas 1. Menghasilkan gagasan,jawaban atau pertanyaan
yang bervariasi.
2. Dapat melihat suatu masalah dari sudut
pandang yang berbeda-beda.Mencari banyak
alternatif atau arah yang berbeda-beda.
3. Mampu mengubah cara pendekatan atau cara
pemikiran.
5. 3 Originalitas 1. Mampu melahirkan ungkapan yang baru dan
unik.
2. Memikirkan cara yang tidak lazim untuk
mengungkapkan diri.
3. Mampu membuat kombinasi-kombinasi yang
tidak lazim dari berbagai atau unsur-unsur.
4. Mempunyai kemauan keras untuk
menyelesaikan tugas.

2. Proses Berpikir Kreatif

24
Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:
Gramedia, 1999), hal. 45.
25
Dzirratur Rahmi, Rusman & Erlinda, Identifikasi kemampuan berpikir kreatif siswa kelas
XI menggunakan soal tes Open Ended Problems pada materi koloid Di SMA/MA Kota Banda
Aceh, Jurnal Ilmiah Pendidikan Kimia (JIMPK) Vol.1.No.4, (Darussalam Banda Aceh:FKIP
Universitas Syiah Kualu, 2017), hal. 60-69
22

Siswa yang dapat berpikir kreatif tentunya berkaitan

bagaimana prosesnya. Proses kreatif atau berpikir kreatif ini adalah

jalan atau cara mendorong siswa untuk berpikir kreatifnya.

Menurut teori Wallas dalam Munandar mengemukakan bahwa

proses kreatif meliputi empat tahap, diantaranya:

1) Tahap Persiapan

Tahap persiapan, adalah tahap seseorang mempersiapkan diri

untuk memecahkan masalah dengan berpikir, mencari

jawaban, dan menghimpun data.

2) Tahap Inkubasi

Tahap inkubasi merupakan tahap kedua dari proses kreatif,

dimana setiap individu sejenak tidak memikirkan masalah

secara sadar namu tahap ini pemikiran tersebut “dieramnya

atau mengeram” di alam pra sadar.

3) Tahap Iluminasi

Dimana, inspirasi/gagasan baru bersama proses psikologis

mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi/gagasan baru

atau yang disebut dengan “Aha-Erlebnis”.

4) Tahap Verifikasi

Tahap pengujian ide/gagasan terhadap realitasnya.26

2. Open Ended Problems

26
Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta,
2012), hal. 39
23

a. Pengertian Open-Ended Problems

Open-Ended Problems adalah masalah- masalah yang dirumuskan

memiliki banyak jawaban benar. Pembelajaran dimulai dengan

menampilkan permasalahan. Kemudian dilanjutkan dengan

menyediakan banyak jawaban benar terhadap masalah yang diberikan

berdasarkan pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru. Hal ini

dapat diselesaikan dengan mengkombinasikan pengetahuan siswa,

keterampilan, atau cara berpikir yang telah dipelajari sebelumnya.

Pembelajaran dengan menggunakan masalah terbuka adalah

pembelajaran yang menampilkan suatu permasalahan yang memiliki

berbagai cara pemecahan flexibility dan beragam solusi fluency.

Orisinality ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi interaksi,

sharing, keterbukaan, dan sosialisasi dapat tumbuh dan terlatih melalui

pembelajaran ini karena siswa dituntut untuk mengembangkan metode,

cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban

terhadap pemecahan masalah yang diajukan.27

Bentuk pembelajaran pendekatan Open Ended yang dapat

meningkatkan pemahaman siswa adalah suatu pembelajaran yang

menggunakan strategi tiga tahapan yaitu : tahapan awal, tahapan inti

dan tahapan akhir.

1) Tahapan awal : tahapan persiapan siswa untuk mengikuti kegiatan

pembelajaran, pada tahap ini guru menjelaskan tujuan

Shoimin. A, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:ar-


27

Ruzz Media, 2014), hal.109


24

pembelajaran, pendekatan atau model serta strategi yang akan

dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, mengaktifkan kemampuan

dasar siswa, mengaitkan materi yang akan dipelajari dengan materi

sebelumnya.

2) Tahap inti ada 3 tahap, yaitu:

a) Aktivitas pengenalan : antara lain membaca dan

memahami masalah yang ada pada Tes soal, menjawab

pertanyaan yang disediakan peneliti

b) Aktivitas pemahaman : menyelesaikan masalah di dalam

kelompok dengan melakukan penggabungan ide-ide yang

diperoleh dari setiap anggota kelompok untuk

mendapatkan kesimpulan yang dipersentasikan di depan

kelas.

c) Tahap pemantapan : anatara lain memberikan tanggapan

dan komentar serta kritikan terhadap jawaban atau

kesimpulan dari penyelesaian masalah yang telah

diselesaikan.

3) Tahap akhir : guru mengarahkan siswa untuk membuat

kesimpulan dari hasil pembelajaran.

Masalah open-ended adalah permasalahan yang dibentuk

sedemikian agar memiliki kemungkinan variasi jawaban benar baik

dari aspek cara maupun hasil yang didapatkan. Pertanyaan open-


25

ended dapat digunakan untuk menilai apakah siswa sudah benar-benar

menguasai konsep. Pertanyaan open-ended memberikan tantangan

pada siswa untuk menunjukkan kedalaman pemahaman dari materi

yang telah didapatkan. Pertanyaan open-ended yang baik adalah

sebagai berikut:

1) Menampilkan konteks kehidupan nyata yang relevan.

2) Harus memiliki lebih dari satu jawaban

3) Siswa seharusnya dapat menjawab pertanyaan dalam waktu 5

menit

4) Jawaban yang diberikan siswa lebih dari mengingat fakta.28

b. Mengembangkan Rencana Pembelajaran Dalam Open Ended

Problems

Untuk mengembangkan rencana pembelajaran yang baik,guru

harus mempertimbangkan hal berikut:

1) Daftar respon siswa yang diharapkan terhadap masalah Siswa

diharapkan untuk menanggapi masalah terbuka dengan cara yang

berbeda. Kemampuan siswa untuk mengekspresikan ide-ide atau

pemikiran mereka mungkin terbatas. Penting bahwa guru membuat

daftar respon siswa, meskipun respon mungkin direduksi menjadi

proporsi umum yang lebih sedikit

2) Membuat tujuan menggunakan masalah yang jelas Guru harus

memahami peran masalah dalam RPP secara keseluruhan.

Education Scotland, Chemistry Open Ended Question Support Materials, Diakses dari
28

WWW. educationscotland.gov.uk, 2012, hal:5


26

Masalah dapat diperlakukan sebagai topik independen, sebagai

pengantar konsep baru, atau sebagai ringkasan belajar siswa.

3) Merancang metode pengajuan masalah sehingga siswa dapat

dengan mudah memahami makna dalam masalah atau hal yang

diharapkan dari siswa. Masalah harus diungkapkan agar siswa

dapat dengan mudah memahami dan mencari pendekatan untuk

menyelesaikannya. Guru harus memperhatikan cara masalah

tersebut diajukan untuk menghindari kebingungan siswa.

4) Membuat masalah semenarik mungkin, Masalah harus konkret dan

akrab bagi siswa,juga harus mencakup aspek yang membangkitkan

rasa ingin tahu mereka.

5) Memungkinkan cukup waktu untuk menjelajahi masalah

sepenuhnya. Guru perlu memberikan waktu yang cukup untuk

siswa mengeksplorasi masalah. Guru dapat menggunakan dua

periode untuk satu masalah terbuka.Pada periode pertama para

siswa dapat bekerja secara individu maupun kelompok untuk

memecahkan masalah. Kemudian pada periode kedua,seluruh kelas

membahas pendekatan dan solusi untuk memecahkan masalah.29

c. Kriteria Evaluasi dalam Open-Ended Problems

Kriteria evaluasi dalam open ended problems akan terjadi berbagai

tanggapan atau reaksi siswa terhadap suatu masalah terbuka, maka


Ibid, hal. 32-33
29
27

kemungkinan akan sulit bagi guru untuk mengevaluasi siswa tersebut.

Oleh karena itu guru menggunakan metode untuk mengevaluasi

aktivitas siswa sebelumnya, guru menyiapkan tabel berisi tanggapan

yang diharapkan dari siswa yang diklasifikasikan dan disusun.

Kemudian respon siswa diperiksa dan dimasukkan ke dalam sel kosong

sesuai tabel, yang selanjutnya dievaluasi sesuai dengan kriteria berikut:

1) Fluency: berapa banyak solusi yang dapat dihasilkan setiap

siswa?

2) Flexibility: berapa banyak ide-ide berbeda yang ditemukan oleh

siswa?

3) Originality: sampai pada tingkat mana gagasan siswa dapat

dikatakan baru?.30

3. Hubungan Tes Open Ended Problems dengan berpikir kreatif

Tugas open ended adalah kegiatan dalam pembelajaran yang memiliki

banyak jawaban tepat atau hasil yang bergantung pada kreativitas siswa.

Kreativitas atau berpikir kreatif adalah kemampuan menemukan banyak

kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya

terdapat pada kuantitas, ketepagunaan, dan kerag saman jawaban.31

Masalah yang diformulasikan untuk menghasilkan banyak jawaban

benar disebut masalah open-ended. 3 2 Berdasarkan pendapat para ahli

mengenai pengertian open ended serta berpikir kreatif, dapat ditemukan

30
Ibid, hal. 33-35
31
Utami Munandar, Op.Cit., hal.48
32
Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Ilmu Dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung :
PT Imperial Bakti, 2007), hal.180
28

hubungan antara masalah open ended dengan kemampuan berpikir kreatif.

Berpikir kreatif menurut Tes Berpikir Kreatif Torrance meliputi tiga aspek

yaitu fluency (kelancaran), flexibility (keluwesan), dan originality

(kebaruan).

Perkembangan berpikir lancar (fluency) didorong melalui penggunaan

masalah terbuka (open-ended problems) yang dinyatakan dengan cara

yang memungkinkan untuk menghasilkan banyak jawaban khusus dan

banyak solusi yang benar. Penggunaan masalah yang memungkinkan

siswa untuk menghasilkan banyak solusi ini terkait dengan perkembangan

representasional siswa dan keluwesan dalam berpikir (flexibility). Dalam

hubungannya dengan aspek originality adalah bahwa tes open-ended

problems ini melatih dan menumbukan orisinalitas ide (originality)

kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing,

keterbukaan dan sosialisasi.33

4. Hidrokarbon

Atom karbon memilki kemampuan untuk mengikat atom karbon

lainnya, dengan menghasilkan rantai atau cincin dengan panjang yang

beragam. Beberapa unsur memiliki kemampuan terbatas untuk membentuk

rantai atau cincin seperti atom karbon, hanya atom karbon yang dapat

melakukan hal ini dengan sejumlah atom lain. Misalnya, minyak bumi

mengandung molekul yang memiliki 30 atau lebih atom karbon yang

Shoimin. A, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013, (Yogyakarta:ar-


33

Ruzz Media, 2014), hal.109


29

terikat bersama-sama, dan ratusan rantai atom karbon terdapat dalam

molekul seperti plastik polietilen.

Karbon memiliki empat elektron terluar yang berikatan kovalen

dengan atom karbon lain membentuk rantai bercabang atau melingkar

berupa cincin. Selain itu, atom lain seperti oksigen, nitrogen, dan belerang

dapat terikat pada atom karbon melalui ikatan tunggal dan rangkap.

Senyawa karbon yang paling sederhana adalah hidrokarbon, yaitu

senyawa yang mengandung unsur hidrogen dan karbon. Senyawa ini

dibagi atas hidrokarbon alifatik, alisiklik, dan hidrokarbon aromatik.34

1. Hidrokarbon Alifatik yaitu senyawa hidrokarbon yang berbentuk rantai

terbuka linear atau bercabang. Hidrokarbon alifatik terbagi atas alkana,

alkena, dan alkuna. Hidrokarbon alifatik yang tidak mengandung ikatan

rangkap disebut hidrokarbon jenuh (alkana) dan yang mengandung

ikatan rangkap disebut hidrokarbon tak jenuh (alkena dan alkuna).

2. Hidrokarbon Alisiklik adalah atom-atom karbon akan berikatan dengan

membentuk cincin. Hidrokarbon siklik yang jenuh disebut sikloalkana.

3. Hidrokarbon Aromatik adalah senyawa hidrokarbon yang mengandung

inti benzen, yaitu enam karbon yang melingkar tetapi stabil.

Berdasarkan jumlah atom karbon lain yang langsung terikat padanya,

atom karbon terbagi atas:

1) Atom karbon primer (karbon 1° ) yaitu atom karbon terikat pada satu

atom karbon lainnya.

Yayan Sunarya, Kimia Dasar 2 Berdasarkan Prinsip-Prinsip Kimia Terkini, (Bandung:


34

Yrama Widya, 2011), hal. 449.


30

2) Atom karbon sekunder (karbon 2° ) yaitu atom karbon terikat pada dua

atom karbon lainnya.

3) Atom karbon tersier (karbon 3° ) yaitu atom karbon terikat pada tiga

atom karbon lainnya.

4) Atom karbon kuarterner (karbon 4° ) yaitu atom karbon terikat pada

empat atom karbon lainnya.

a. Senyawa Hidrokarbon

1) Alkana

Sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam

alkana mempunyai empat ikatan tunggal dan tidak ada pasangan

elektron bebas. Semua elektron terikat kuat oleh kedua atom.

Akibatnya, senyawa ini cukup stabil dan disebut juga parafin yang

berarti kurang reaktif.

Rumus senyawa alkana bergantung pada jumlah atom C,

sedangkan jumlah H ditentukan oleh jumlah C tersebut. Karena

atom C bertangan empat dan H bertangan satu, maka rumus

alkana beratom C = 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah CH 4, C2H6,

dan C3H8. Dengan demikian didapatkan rumus umum alkana:

CnH2n+2

Nama senyawa alkana harus sesuai dengan jumlah atom

C-nya, dan diberi akhiran ‘ana’. Bilangan untuk menyatakan

jumlah C tersebut tidak sepenuhnya sesuai dengan (met, et, pro,

dan but), dan lima sampai sepuluh dipakai angka Yunani (pent,
31

heksa, pepta, okta, nona, deka). Sedangkan sebelas dan seterusnya

dilanjutkan dengan aturan tertentu.

Tabel II.2 Sepuluh Alkana Rantai Lurus yang Pertama35


Jumlah Titik Titik
Nama
Rumus Molekul Atom Leleh ( Didih
Hidrokarbon
Karbon ℃) (℃ )
Metana CH4 1 -182,5 -161,6
Etana C2H6 2 -183,3 -88,6
Propana C3H8 3 -189,7 -42,1
Butana C4H10 4 -138,3 -0,5
Pentana C5H12 5 -129,8 36,1
Heksana C6H14 6 -95,3 68,7
Heptana C7H16 7 -90,6 98,4
Oktana C8H18 8 -56,8 125,7
Nonana C9H20 9 -53,5 150,8
Dekana C10H22 10 -29,7 174,0

Sifat-sifat Alkana

1. Alkana larut dalam pelarut nonpolar dan tidak larut dalam

pelarut polar.

2. Alkana dapat mengalami pembakaran dengan menghasilkan

karbon dioksida dan air.

3. Alkana akan mengalami dekomposisi secara termal menjadi

campuran hidrokarbon-hidrokarbon yang lebih kecil. Ini biasa

dikenal dengan nama proses cracking.

4. Alkana akan mengalami reaksi halogenasi dengan klor atau

brom dengan adanya sinar matahari. Urutan reaktivitas halogen

adalah sebagai berikut:

F2¿ Cl2¿ Br2

35
Raymond Chang, Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1, (Jakarta:
Erlangga, 2004), hal. 335.
32

5. Alkana rantai lurus bila dipanaskan dengan AlCl3 pada suhu 300

℃ akan menghasilkan alkana rantai cabang. Proses ini disebut

juga isomerisasi.36

Tata Nama Alkana

Penamaan alkana yang mengandung rantai samping

mengikuti beberapa aturan yaitu:

1. Temukan rantai terpanjang hidrokarbon dan namai rantai ini.

Jika ada dua rantai terpanjang, maka pilihlah rantai terpanjang

yang memiliki subsituen terbanyak.

2. Nomori rantai induk dimulai dari yang paling dekat dengan

subsituen.

3. Identifikasi subsituen yaitu: kenali subsituen dan posisinya serta

nomor dan namai cabang tersebut.

4. Pada sistem penamaan, dimulai dari urutan abjad dengan ejaan

bahasa Inggris, jika ada dua subsituen yang sama, maka

ditambahkan awalan di-, tri-, tetra-, dan seterusnya.37

Suatu gugus alkil mungkin bercabang dan bukan rantai

lurus. Perhatikan contoh berikut:

Contoh 1
Rantai
C C C cabang

C −¿ C – C – CH −¿ C – C – C Rantai induk

Contoh 2 4- isopropil heptana

Riswiyanto, kimia organik. (Jakarta:Erlangga,C2009) Rantai


C C hal. 18.
36

37 cabang
Yuni Fatisa, Kimia Organik I, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2014), hal. 45.

Rantai induk
33

C −¿ C – C – CH −¿ C – C – C

4- propil heptana

Gugus rantai samping bercabang mempunyai nama khusus.

Jika subsituen propel terikat pada atom karbon tengahnya dengan

rantai induk (lihat contoh struktur 1 dan 2 diatas), maka

dihasilkan isomer propil bentuk lain yang disebut isopropil.

CH3 – CH2 – CH3 CH3−¿ CH2−¿ CH2−¿ CH3 – CH –

CH3
n-propana propil Iso propil

Untuk rantai samping alkil empat karbon mempunyai

kemungkinan empat structural: butil, sec-butil, isobutil, dan tert-

butil.

CH3 −¿CH2 −¿ CH2−¿CH3 CH3 −¿ CH2 −¿CH2 −¿ CH2

−¿ n-butana

butil
CH3 −¿CH −¿ CH2−¿ CH3

Sec-butil

Sumber dan Kegunaan Alkana

Alkana tidaklah asing dalam kehidupan sehari-hari. Alkana

merupakan komponen utama dari gas alam dan minyak bumi.

2) Alkena
34

Alkena merupakan senyawa hidrokarbon tak jenuh yang

mempunyai kekurangan dua atom hidrogen dan mempunyai ikatan

rangkap dua pada atom C¿C. Alkena mempunyai rumus umum

CnH2n. Alkena memiliki sifat tidak larut dalam air tetapi larut

dalam pelarut organik. Alkena lebih reaktif daripada alkana.

Alkena mengalami rekasi adisi pada ikatan rangkapnya. Alkena

mempunyai elektron π dan dapat bereaksi dengan gugus elektrofil.

Tata Nama Alkena

Menurut IUPAC penamaan alkena mirip dengan alkana,

tetapi sebuah alkena digunakan akhiran –ena.

1. Temukan rantai induk (utama) yang mengandung karbon

berikatan rangkap dan namai dengan akhiran –ena.

2. Penamaan pada karbon dimulai dari karbon terdekat yang

mengandung ikatan rangkap. Jika ada dua ikatan rangkap

yang berposisi sama, maka penomoran dimulai dari

karbon yang mengandung ikatan rangkap dan cabang

terdekat.

3. Tulis nama lengkap. Perhatikan nomor posisi ikatan

rangkap, jika terdapat lebih dari satu ikatan rangkap

gunakan akhiran diena, triena, dan seterusnya. Perhatikan

juga jumlah dan posisi subsituen dan urutan nama sesuai

abjad.

Tabel II.3 Tata Nama senyawa alkena38


Yayan Sunarya, Op. Cit., hal. 455.
38
35

Jumlah
Nama Hidrokarbon Rumus Molekul Atom
Karbon
Etena C2H4 2
Propena C3H6 3
Butena C4H8 4
Pentena C5H10 5
Heksena C6H12 6
Heptena C7H14 7
Oktena C8H16 8
Nonena C9H18 9
Dekena C10H20 10

Contoh:
CH3 – CH2 – CH ¿ CH – CH2 – CH3

3-Heksena

Jika dalam senyawa terdapat dua ikatan rangkap atau lebih, maka

posisinya harus dituliskan dimuka alkena dan akhiran ‘ena’ diberi

bilangan di (2), tri (3), tetra (4).

Contoh:
CH2¿ CH – CH ¿ CH – CH3

1,3-Pentadiena

Alkena bersifat nonpolar dan lebih reaktif dibandingkan alkana

karena mengandung ikatan rangkap. Ikatan rangkap dalam alkena

mengandung satu ikatan σ dan satu ikatan π .39

Sumber dan Kegunaan Alkena

Dalam industri alkena dibuat dari alkana melalui

pemanasan dengan katalis, yaitu dengan proses yang disebut

Yuni Fatisa, Op. Cit., hal. 68.


39
36

perengkahan atau (cracking). Alkena, khususnya suku-suku

rendah, adalah bahan baku industri yang sangat penting,

misalnya untuk membuat plastik, karet sintetis, dan alkohol.40

3) Alkuna

Alkuna adalah senyawa yang mengandung rangkap tiga

karbon-karbon. Rumus umum molekul alkuna adalah CnH2n-2.

Setiap karbon pada rangkap tiga terhibridisasi sp dan linear dengan

sudut 180° . Ikatan pada alkuna mengandung satu ikatan σ dan dua

ikatan π .

Asetilena adalah senyawa alkuna yang paling sederhana,

merupakan gas yang tidak berwarna dimana dengan adanya

oksigen dapat terbakar menghasilkan CO2, H2O, dan energi.

Karena nyala yang sangat panas dihasilkan pada saat pembakaran,

etilena, digunakan sebagai sumber energi untuk pengelasan.

Senyawa hidrokarbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau

tiga mempunyai sifat mudah mengalami adisi.

Tata Nama Alkuna

Alkuna dinamai menurut aturan IUPAC digunakan akhiran

–una untuk penamaan alkuna temukan rantai induk (utama)

yang mengandung karbon berikatan rangkap. Penomoran pada

karbon dimulai dari karbon terdekat.Yang mengandung ikatan

Ibid., hal. 65
40
37

rangkap tiga. Jika ada lebih dari satu ikatan rangkap tiga

senyawa tersebut dinamakan diuna, triune, dan seterusnya.41

Tabel II.4 Tata Nama senyawa alkuna42


Jumlah Atom
Nama Hidrokarbon Rumus Molekul
Karbon
Etuna C2H2 2
Propuna C3H4 3
Butuna C4H6 4
Pentuna C5H8 5
Heksuna C6H10 6
Heptuna C7H12 7
Oktuna C8H14 8
Nonuna C9H16 9
Dekuna C10H18 10

Contoh:

CH3 – C ≡C – CH3

2-butuna

Sumber dan Kegunaan Alkuna

Alkuna yang memiliki nilai ekonomis penting hanyalah

etuna (C2H2) atau disebut juga asetilena. Dalam industri,

asetilena dibuat dari metana melalui pembakaran tidak

sempurna.

4CH4(g) + 3O2 2C2H2(g) + 6 H2O(g)43

b. Keisomeran Hidrogen

Isomer adalah senyawa yang mempunyai rumus molekul sama

tetapi dapat disusun dengan struktur molekul berbeda.

1) Isomer Rantai.
41
Yuni Fatisa, Op. Cit., hal. 77.
42
Syukri S, Kimia Dasar 3, (Bandung: ITB, 1999), hal. 695.
43
Ibid., hal. 68
38

Isomer rantai adalah isomer-isomer yang berbeda pada struktur

rantai C. Contoh:

Isomer C5H12 ada tiga, yaitu:

CH3 – CH2 – CH2 – CH2 – CH3 CH3 – CH – CH2 – CH3

n pentana CH3
isopentana
CH3 (2 metil butana)

CH3−¿C −¿CH3

CH3

neopentana
(2,2 metil propana)

2) Isomer Posisi’

Isomer posisi adalah isomer-isomer yang mempunyai rantai yang

sama, tetapi letak gugus fungsi atau substituennya berbeda,

namun tidak mengubah kerangka atom karbonnya.44

Contoh :

Butena (C4H8) dapat ditulis dalam dua bentuk isomer, yakni:

CH2¿ CH – CH2 – CH3 CH3 – CH ¿ CH – CH3


1-butena 2-butena

Isomer pada C4H8 dapat disebut isomer posisi, karena posisi

ikatan rangkapnya berbeda, sedangkan angka 1 atau 2 di

depan nama menunjukkan letak ikatan rangkap tersebut.

Riswiyanto,Op. Cit. hal. 62.


44
39

Isomer ini akan semakin banyak bila jumlah atom C

senyawa bertambah.

3) Isomer Gugus Fungsi

Isomer gugus fungsi adalah isomer-isomer dengan rumus molekul

yang sama, tetapi gugus fungsinya berbeda.45

Contoh:

C2H6O (gugus fungsi; alcohol dan eter)

CH3 – CH2 – OH CH3 – O – CH3


etil alkohol dimetil eter

4) Isomer Geometri

Berikut contoh isomer geometri 2-butena dapat dituliskan dalam

dua bentuk isomer:

CH3 CH3 H3C H

C¿C C¿C

H H H CH3
cis 2-butena trans 2-butena

Isomer semacam ini disebut isomer cis-trans, atau isomer

geometri, karena ada posisi gugus searah (cis) dan ada yang

melintang (trans). Isomer ini akan terjadi pula pada alkena yang

mempunyai atom C genap, dengan posisi ikatan rangkap ditengah,

seperti 3 heksena, 4 oktena dan seterusnya. Pada alkuna terdapat

Riswiyanto,Op. Cit. hal. 63.


45
40

isomer posisi, bila atom karbon lebih dari 3. Contohnya, butuna

(C4H6).46

CH ≡ C – CH2 – CH3 CH3 – C ≡ C – CH3


1-butuna 2-butuna
c. Reaksi Senyawa Hidrokarbon

a) Reaksi Oksidasi

Pembakaran hidrokarbon (alkana, alkena, dan alkuna) dengan

oksigen menghasilkan C, CO, CO2, dan H2O bergantung pada

pembakaranya sempurna atau tidak. Perhatikan perubahan

bilangan oksidasi masing-masing unsur dalam senyawanya pada

reaksi pembakaran metana.

CH4 (g)+ 2 O2 (g) CO2(g) + H2O(g)

b) Reaksi Subtitusi

Reaksi subtitusi adalah reaksi penggantian atom atau gugus

atom suatu molekul (senyawa karbon) oleh atom atau gugus atom

yang lain.

c) Reaksi Adisi

Reaksi adisi adalah reaksi pengubahan ikatan rangkap (dua

atau tiga) menjadi ikatan tunggal.

d) Reaksi Eliminasi

Reaksi eliminasi adalah reaksi pelepasan suatu molekul dari

atom-atom yang berdekatan dalam suatu pereaksi.


46
Syukri S, Op.Cit., hal. 695.
41

B. Penelitian Releven.

Sebelum penulis melakukan penelitian ini, telah ada peneliti yang

membahas tentang kemampuan berpikir Kreatif dan tes Open Ended

Problems, diantaranya adalah:

1. Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk mengidentifikasi

kemampuan berpikir kreatif siswa melalui pertanyaan open- ended dengan

menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui

wawancara berbasis tugas dan pengambilan sampel dilakukan dengan

menggunakan teknik snowball sampling. Kemampuan berpikir kreatif

menekankan pada kritera kelancaran, keluwesan, keaslian dan keterincian.

Hasil dari penelitian ini adalah berupa pola berpikir kreatif siswa kategori

tinggi sebanyak 20%, sedang 33,33% dan rendah sebanyak 46,67%

dari jumlah siswa.47 Persamaan dari penelitian ini dengan peneleti adalah

menggunakan tes open- ended, sedangkan perbedaan penelitian yang

dilakukan dini kinati fardah adalah mengggunakan teknik snowball

sampling dan menggunakan 4 aspek kemampuan berpikir kreatif

sedangkan peneliti menggunakan teknik sampling jenuh dan 3 aspek

kemampuan berpikir kreatif.

2. Penelitian yang dilakukan ini untuk Mengukur Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa menghasilkan 15 soal open-ended yang diujicobakan.

Dari 15 soal uraian yang disiapkan, diuji coba terbatas di lapangan

selama dua kali. Setelah didapatkan data, kemudian dilanjutkan dengan

47
Dini Kinati Fardah, Analisis Proses dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam
Matematika Melalui Open-Ended, Jurnal KREANO FMIPA UNNES, vol. 3, No. 2, 2012.
42

proses analisis sehingga diketahui butir soal yang kurang memenuhi syarat

sehingga dapat diperbaiki. Pada soal open-ended yang dikembangkan

dalam penelitian ini tidak hanya disesuaikan dengan indikator

pembelajaran akan tetapi disesuaikan pula dengan indikator berpikir

kreatif. Hal ini ditujukan untuk mengetahui ketercapaian kemampuan

berpikir kreatif dengan menggunakan soal open-ended problems tersebut.

Hasil uji coba I, perolehan siswa dalam masing-masing indikator berpikir

kreatif adalah sebesar 23,93% untuk fluency, 25,66% untuk flexibility,

18,03% untuk elaboration, dan 19,18% untuk originality. Sementara

hasil yang didapat pada uji coba II adalah kemampuan fluency sebesar

59,46%, flexibility sebesar 50,13% elaboration sebesar 53,76%, dan

originality sebesar 31,91%. 4 8 Persamaan penelitian yang dilakukan oleh

Nahadi, Wiwi Siswaningsih & Iga Maliga dan peneliti adalah

menggunakan tes open ended problems, sedangkan perbedaan penelitian

ini menggunakan 4 aspek kemampuan berpikir kreatif sedangkan peneliti

menggunakan 3 aspek kemampuan berpikir kreatif.

C. Konsep Operasional

1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam dua variabel, yaitu;

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Tes Open Ended Problems

48
Nahadi,Wiwi Siswaningsih & Iga Maliga, Pengembangan dan Analisis Tes Kimia
Berbasis Open Ended Problem untuk Mengukur Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa, Seminar
Nasioanl Kimia dan Pendidikan Kimia VII, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, 2015).
43

b. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir

kreatif siswa menurut Torrance yang diukur melalui aspek fluency

(kelancaran), flexibility (keluwesan), originality (kebaruan).

2. Prosedur Penelitian

Langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

a. Observasi Pendahuluan

1) Meminta izin kepada sekolah MA PP. Bahrul ‘Ulum Pantai Raja

Kampar untuk melaksanakan Penelitian

2) Mengadakan wawancara dan observasi sekolah tempat penelitian

untuk mendapatkan informasi mengenai data peserta didik,

karakteristik peserta didik, jadawal, cara mengajar guru kimia

dikelas, dan sarana – prasarana yang ada disekolah yang dapat

digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian.

3) Menemukan kelas yang digunakan sebagai sampel penelitian

berdasarkan karakteristik peserta didik dan pertimbangan dari guru

mata pelajaran kimia.

b. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai

berikut;

1) Tahap Persiapan

a) Menganalisis KI dan KD pada standar isi mata pelajaran kimia

kelas XI sesuai dengan Kurikulum 2013 yang dipergunakan

sekarang, serta menganalisis materi pada buku teks atau paket


44

untuk menentukan konsep yang pembelajarannya. Pada

penelitian ini pokok bahasan yang dipilih adalah Hidrokarbon.

b) Menganalisis kemampuan berpikir kreatif dan menentukan

indikator kemampuan berpikir kreatif yang akan

dikembangkan.

c) Membuat instrument penelitian sebagai alat pengumpul data

berupa tes kemampuan berpikir kreatif dan pedoman

wawancara yang dibuat oleh peneliti yang dibimbing oleh

dosen pembimbing.

d) Menguji validasi instrumen penelitian berupa tes kemampuan

berpikir kreatif dan lembar wawancara oleh para ahli,

kemudian diperbaiki sesuai dengan saran para ahli, selanjutnya

instrumen tes essay diuji cobakan kepada siswa kelas XII IPA

untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan

daya pembeda. Hasil validasi instrumen dikonsultasikan

kepada dosen pembimbing. Instrumen yang valid dan sesuai

dengan kriteria akan langsung digunakan untuk penelitian.

e) Menghubungi guru kimia untuk menentukan waktu

pelaksanaan penelitian.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Melakukan perkenalan mengenai cara mengerjakan tes Open

Ended Problems
45

b) siswa diberikan Tes berupa soal open-ended pada materi

hidrokarbon untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif

siswa.

c) Setelah proses Tes berupa soal open-ended pada materi

hidrokarbon dilaksanakan, kemudian hasil dari tes kemampuan

berpikir kreatif dianalisis apakah memenuhi kriteria

kemampuan berpikir kreatif atau tidak.

d) Pelaksanaan wawancara. sebagai data tambahan.

3) Tahap Penyelesaian

Kegiatan dalam tahap penyelesaian diantaranya :

a) Mengolah data hasil penelitian

b) Menganalisis dan membahas hasil penelitian

c) Menarik kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai