SKRIPSI
Oleh:
Ferianto
04121004022
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Oleh:
FERIANTO
04121004022
i
HALAMAN PERSETUJUAN
DOSEN PEMBIMBING
Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
ii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Disusun Oleh:
FERIANTO
04121004022
Pembimbing I Pembimbing II
Penguji I Penguji II
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN
dalam urusannya”.
DEDICATED TO :
ALLAH SWT
MY LOVELY PARENTS
MY BELOVED EXTENDED FAMILY
MY SECOND FAMILY
MY INSPIRING
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena berkat nikmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan
Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik antara Etnis Palembang dan Etnis Arab di
Palembang menggunakan Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN)”. Adapun
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut memberikan bantuan baik berupa
pikiran maupun dukungan moral dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, khususnya kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. drg. Sri Wahyuningsih Rais, M.Kes, Sp. Pros selaku Ketua Program Studi
Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya yang telah membantu sehingga mahasiswa
dapat dengan cepat menyelesaikan skripsi.
3. drg. Arya Prasetya Beumaputra, Sp.Ort selaku Sekertaris Program Studi
Kedoketeran Gigi Universitas Sriwijaya dan sekaligus dosen pembimbing utama
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dukungan,
bantuan, semangat, doa, dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
4. drg. Tyas Hestiningsih selaku dosen pembimbing pendamping yang dengan sabar
telah memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, semangat, dan doa kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. drg. Emilia Ch Prasetyanti, Sp.Ort atas kesediaan menguji, membimbing,
menasehati, dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.
v
6. drg. Novita Idayani, Sp.KGA, MARS atas kesediaan menguji, membimbing,
memberikan saran, menasehati, serta senantiasa meluangkan waktu untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. dr. H. Husnil Farouk, MPH salaku dosen pembimbing sukarela yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing peneliti secara sukarela dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Prof. Dr. Herman Sp.PD-KR, FINASIM, CCD Selaku dosen pembimbing etik
yang telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis.
9. Drg. Maya Hudiyati, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
bantuan dan dukungan.
10. Seluruh dosen staf pengajar di PSKG UNSRI atas ilmu dan pengajaran yang
diberikan selama penulis menempuh pendidikan.
11. Seluruh Staf Tata Usaha dan pegawai di PSKG UNSRI atas dukungan dan
bantuan serta doa untuk penulis.
12. Ketua RT 01 Pasar Kuto dan Ketua RT 07 Kelurahan 27 Ilir yang telah membantu
dalam kelancara penelitian yang dilakukan oleh penulis.
13. Ibu ( Hj. Umi Sumiati), Bapak (H. Ruziki), Abang (Andy Pratama), dan Nyai
yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, dan doa
sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
14. Keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat serta
saran.
15. Keluarga Kedua di Palembang ( Ayah, Ibu, Nurul, Hafis, Zakky) yang telah
memberikan dukungan, doa, semangat, dan bantuan demi kelancaran pembuatan
skripsi ini.
16. Nurul Khoiriyah yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa dan bantuan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
17. Sahabat-sahabat ”Platinum Man” (Fadilla, Afif, Hendrik, Aat, Viktor, Febri,
Haris)
vi
18. Sahabat KG2012 yang selalu mengingatkan, memotivasi, dan mendukung (
Bebbi, Gebi, mba Ghina, Mei, Ica, Nadya, Anggun, Mamas Apip, dan terutama
Fadilla yang sangat membantu selesainya skripsi ini).
19. Sahabat-sahabat seperjuangan bagian Ortodonsia ( Debby, Dedeh, Ria, Evi,
Gadis, Rara, dan Febri)
20. Kakak-kakak Tingkat ( kak Eka Koas, kak Alun Koas, Kak Tety Koas) yang
senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan bantuan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
21. Teman-teman seperjuangan KG 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah memberikan doa , dukungan dan semangat.
22. Semua Pihak yang tidak tersebut yang telah memberikan andil dan bantuan dalam
bentuk apapun.
Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Besar harapan penulis agar
skripsi ini dapat bermanfaat.
Ferianto
vii
DAFTAR ISI
viii
II.3.3 Etnis................................................................................... 35
II.3.3.1 Etnis Palembang ................................................... 36
II.3.3.2 Etnis Arab ............................................................. 37
II.4 Kerangka Teori ............................................................................... 38
LAMPIRAN ................................................................................................... 69
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Maloklusi Kelas I Angle .............................................................................13
2. Maloklusi Kelas II – Divisi I Angle ............................................................14
3. Maloklusi Kelas II – Divisi II Angle...........................................................15
4. Maloklusi Kelas II - Subdivisi ...................................................................15
5. Maloklusi Kelas III Angle ...........................................................................16
6. Removable Orthodontic Applience .............................................................18
7. Komponen-komponen aktif alat ortodontik lepadan...................................20
8. Fixed Orthodontic Applience ......................................................................21
9. Komponen-komponen aktif Alat Ortodontik Cekat ....................................23
10. Skala Penampilan Estetik ..........................................................................30
11. Skala Penampilan Estetik ..........................................................................44
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xii
PERBANDINGAN TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTIK
ANTARA ETNIS PALEMBANG DAN ETNIS ARAB DI PALEMBANG
MENGGUNAKAN Index of Orthodontic Treatment Need
(IOTN)
Ferianto
Program Studi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya
Abstrak
xiii
THE COMPARISON OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED LEVEL
BETWEEN PALEMBANG ETHNIC AND ARABIC ETHNIC IN
PALEMBANG BY USING Index of Orthodontic Treatment Need
(IOTN)
Ferianto
Dentistry Study Program
Medical Faculty of Sriwijaya University
Abstract
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
Ras adalah suatu kelompok atau kategori orang yang mengidentifikasi diri
mereka sendiri dan diidentifikasikan oleh orang lain sebagai perbedaan sosial, yang
didasarkan atas ciri fisik atau biologis.1 Perbedaan antara ras satu dengan ras lainnya
dapat didasarkan dari perbedaan karakteristik fisik, seperti warna kulit, warna rambut,
bentuk tubuh, dan lain-lain.2 Di dunia ini, ras secara umum dibagi menjadi tiga yaitu
Ras Kaukasoid dibagi menjadi empat subras, yaitu Nordic, Indic, Mediterania,
dan Alpine. Ras Mongoloid dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Asiatic Mongoloid,
Malayan Mongoloid dan Indian Mongoloid. Ras negroid dibagi menjadi tiga
kelompok, yaitu Afrika Negroid, Negrito dan Negroid Melanesia. Selain ketiga ras
tersebut, juga terdapat ras khusus lainnya, seperti ras Austranosoid, Ainu, Veddoid
dan Polinesoid.4
banyak ras yang menetap dan tinggal.5 Pada awalnya, masyarakat Indonesia terbagi
menjadi dua ras utama, yaitu ras Negroid Melanosoid yang meneteap di Indonesia
bagian timur dan ras Malayan Mongoloid yang menetap di Indonesia bagian barat.2
Akan tetapi, karena letak gografis Indonesia yang strategis dan dahulu terdapat
1
2
Palembang, banyak ras lain datang dan menetap tinggal di Indonesia khususnya di
Palembang.7 Ras pendatang yang tinggal sebagai warga negara Indonesia biasanya
menetap dalam satu tempat dan membentuk suatu komunitas yang biasanya disebut
etnis.8 Terdapat beragam etnis yang ada di Palembang, baik etnis asli seperti etnis
Palembang maupuan etnis pendatang seperti etnis Arab. Kedua etnis ini juga masih
melakukan tradisi menikah sesama etnis mereka untuk mempertahankan ciri khas ras
masing-masing.9
Mongoloid yang memiliki ciri-ciri dental dan skeletal yang khas seperti seperti
lengkung gigi elipsoid, perkembangan penuh gigi insisif pada bagian palatal bahkan
lingual sehingga shovel shaped incisor terlihat jelas, kedua rahang maju, dan profil
wajah cembung.10-13 Sedangkan etnis arab merupakan bagian dari ras kaukasoid
subras mediterania yang memiliki ciri dental dan skeletal yang khas yakni ukuran
rahang sempit atau paraboloid sehingga sering ditemukan gigi berjejal, bentuk kepala
mesosefalik, tipe wajah mesoprosopik, dagu melekuk ke dalam, profil wajah lurus,
serta beberapa penelitian menyatakan bahwa pada keturunan arab rentan terjadinya
maloklusi.10,14-17
standar yang diterima sebagai bentuk normal.17 Penyimpangan oklusi tersebut sangat
Maloklusi terbagi atas dua macam yakni maloklusi skeletal dan maloklusi
maloklusi dental menjadi 3 kelas, yakni klas I, klas II, dan klas III19. Bentuk-bentuk
maloklusi dental yang dapat dijumpai antara lain protrusi, intrusi, ekstrusi, cross bite,
trauma, kebiasaan buruk, nutrisi, premature loss gigi desidui dan karies proksimal.
Faktor genetik seperti penyakit kongenital dan ras juga memainkan peranan penting
dalam mempengaruhi ukuran serta bentuk gigi dan rahang, yang mana ukuran gigi
Penelitian tentang adanya hubungan ras terhadap terjadi maloklusi telah banyak
dilakukan. Hasil penelitian Abdullah, menyatakan bahwa dari 602 sampel keturunan
arab, 40,2 % mengalami maloklusi klas II dilihat dari sudut ANB.16 Selain itu,
Michael & Stephan menyatakan bahwa pada ras mongoloid cendrung mengalami
cekat yang diindikasikan pada orang dengan usia mulai dari 13 tahun, yang mana
4
pada usia tersebut sudah terdapat gigi permanen. Perawatan ortodontik yang
kebutuhan perawatan ortodontik.26,27 Oleh karena itu dibutuhkan suatu tindakan untuk
tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada suatu populasi. Indeks yang sering
adalah Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) yang diperkenalkan oleh Brook
dan Shaw tahun 1989. Index of Orthodontic Treatment Need terdiri dari dua
komponen yakni komponen estetik (AC) dan komponen kesehatan gigi (DHC). Index
menggunakan IOTN telah banyak dilakukan di berbagai negara seperti arab, nepal,
menggunakan IOTN. Oleh sebab itu penelitian lebih lanjut perlu dilakukan,
mengingat banyaknya etnis yang ada di Indonesia baik itu etnis asli maupun etnis
5
(IOTN).
(IOTN).
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Maloklusi
Oklusi menurut Wheeler (1969) merupakan suatu keadaan dimana gigi geligi
pada lengkung mandibula berkontak dengan gigi geligi lengkung maksila dalam
a. Oklusi ideal
Oklusi ideal merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan yang
b. Oklusi normal
Oklusi normal merupakan suatu hubungan gigi geligi di satu rahang terhadap gigi
geligi di rahang lain apabila kedua rahang tersebut dikatupkan dan condylus
berikut :
1. Periode Pre-Dental
7
8
Gigi geligi dalam rongga mulut umumnya sudah erupsi secara keseluruhan
pada usia 13 tahun, kecuali gigi molar ketiga. Akan tetapi gigi masih membutuhkan 1
– 3 tahun pasca erupsi untuk pertumbuhan dan penutupan akar. Sehingga secara
normal pertumbuhan gigi geligi akan mulai berhenti pada usia 18 tahun.40
yang ditandai dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung atau adanya anomali
sebagai bentuk normal. Maloklusi juga berarti kelainan ketika gigi geligi maksila dan
Maloklusi tidak disebabkan oleh satu faktor, melainkan ada beberapa faktor
yang menyebabkan maloklusi, sehingga sulit untuk menentukan faktor etiologi yang
spesifik.
a. Sistem Neuromuskular
b. Tulang
mengubah hubungan dan fungsi oklusal. Banyak dari kasus maloklusi yang berat
c. Gigi
posisi dari gigi, dapat menyebabkan maloklusi. Salah satu dari masalah yang
10
sering ditemukan adalah ukuran gigi yang terlalu besar pada lengkung yang
ternyata lebih kecil untuk ditempati gigi geligi tersebut. Maloklusi gigi memiliki
d. Jaringan Lunak
menyebabkan maloklusi.
e. Herediter
pada pertumbuhan kraniofasial dan pada etiologi dari deformitas dentofasial telah
termasuk faktor yang menyebabkan maloklusi, hampir semua pihak setuju bahwa
f. Trauma
tekanan intrauterin atau trauma selama melahirkan. Asimetris pada wajah dapat
11
disebabkan oleh lutut atau kaki fetus yang menekan dan mendorong wajah ke
arah yang dapat membentuk pola asimetri dari pertumbuhan wajah dan retardasi
Trauma postnatal dapat disebabkan oleh fraktur tulang rahang dan gigi,
temporomandibula.
g. Kebiasaan Buruk
pola normal pertumbuhan wajah harus dibedakan dari kebiasaan normal yang
merupakan bagian dari fungsi normal oropharyngeal dan sangat penting pada
yang terus berlanjut seiring perkembangan usia anak, sangat kuat hubungannya
12
dengan pembentukan pola rahang dan gigi menjadi distoklusi, open bite, cross
menghisap jempol. Pada hampir seluruh kasus bibir pada rahang bawah juga ikut
dihisap.Saat bibir rahang bawah terus menerus berada di antara gigi anterior
maksila, ini akan menghasilkan labioversi pada gigi tersebut, open bite dan
h. Karies
gigi. Karies bertanggung jawab untuk kehilangan gigi susu yang terlalu dini,
pergeseran gigi tetap, erupsi dini dari gigi tetap, dan lain-lain.
pertama tetap rahang atas terhadap gigi molar pertama tetap rahang bawah, dan
1. Kelas I
berkontak dengan alur (groove) bukal molar pertama rahang bawah, dan bonjol
13
(cusp) mesiopalatal molar pertama tetap rahang atas terletak di cekungan pusat
Penderita mengeluhkan adanya kelainan posisi gigi yang menyertai maloklusi kelas I
(posterior crossbite).
2. Kelas II
Puncak bonjol (cusp) mesiobukal molar pertama tetap rahang atas berada
lebih mesial dari pada alur (groove) bukal molar pertama tetap rahang bawah. Angle
atau mesial.
3. Kelas II – subdivisi : Hubungan molar atas dan molar bawah terjadi pada
Pada kelas II Angle biasanya disertai keadaan dagu yang cenderung resesif
(recessive chin)42, memiliki dua divisi berdasarkan letak gigi insisivus. Pada divisi I,
retrognati35,43, memiliki profil wajah cembung42, overbite dan overjet besar, sehingga
bibir atas pendek dan tipis (incompetent lip) mengakibatkan sulitnya pengucapan
kecilnya rahang bawah , sehingga profil pasien terlihat seperti paruh burung,
16
sedangkan pada divisi 2, gigi insisivus atas cenderung retrusif (linguoversi) dengan
profil mandibula prognati, gigi anterior terlihat seolah-olah normal tetapi terjadi
deepbite, sehingga bibir bawah menutupi setengah insisal gigi insisivus rahang atas
(high lip line), dan profil pasien juga terlihat seolah-olah normal.
3. Kelas III
Bonjol (cusp) mesiobukal molar pertama tetap rahang atas berada lebih distal
daripada alur (groove) bukal molar pertama tetap rahang bawah (Gambar).
Dr. Martin Dewey memodifikasi klasifikasi Angle kelas III menjadi beberapa
tipe, yaitu :
b) Tipe 2 : Gigi insisivus rahang atas menumpang pada gigi insisivus rahang
berjejal.
c) Tipe 3 : Gigi insisivus rahang atas linguoversi terhadap gigi insisivus rahang
Pada kelas III Angle, posisi mandibula prognati menyebabkan posisi dagu
yang lebih maju (prominent chin) mengakibatkan profil wajah cekung35,42,43, disertai
hilang total kontak insisal, bibir bawah lebar, dan tebal menyebabkan incompetent lip.
Selain itu posisi lidah rendah dan terjadi penyimpangan pada fungsi lidah yang
mengurangi kualitas sibilant (bunyi berdesis), yakni pengucapan huruf s dan z.35,44
mempelajari tentang perbaikan posisi gigi geligi. Pengertian ini diambil dari bahasa
Yunani, yang diuraikan menjadi orthos yang berarti benar dan dentos yang berarti
gigi. Ortodontik merupakan ilmu yang membahas tentang oklusi dari gigi geligi,
bagaimana oklusi berkembang, mempertahankan agar oklusi tetap baik letak, dan
untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang, stabil, estetik, dan menyenangkan.45
geligi dapat dibedakan berdasarkan cara pemakiannya di dalam mulut. Adapun alat
ortodontik yang dimaksud yakni alat ortodontik lepasan dan alat ortodontik cekat.42
18
Dikatakan alat lepasan karena alat ortodontik ini cara pemakainnya dapat
dipasang dan dilepas dari dalam rongga mulut oleh pasien. Pasien dapat melepas alat
ini untuk dibersihkan dan memasang kembali untuk mendapatkan efek perawatan
yang maksimal.42,45
komponen aktif, retensi, penjangkar, serta mempunyai base plate atau plat
penghubung yang terbuat dari resin akrilik. Yang dimaksud komponen aktif ialah
alat-alat yang memberikan tekanan pada gigi geligi sehingga diperoleh pergerakan
yang diinginkan. Untuk menghindari pergeseran gigi geligi yang tidak diinginkan
tekanan diberikan.43,46
Indikasi
Kontraindikasi :
kaninus.
(a) Finger Spring, (b) Z Spring, (c) T Spring, (d) Mattress Spring,
(e) Coffin Spring, (f) Canine Retractor (g) Labial Bow,
(h) Screw.40
b. Base Plate : Bagian dasar dari alat ortodontik lepasan yang menjadi
Keuntungan :
Kerugian :
Alat cekat adalah salah satu jenis alat ortodontik yang cara pemakainnya di
dalam rongga mulut dengan melekatkan alat-alat ortodontik pada gigi geligi (Gambar
6). Penggunaan alat ini bertujuan untuk mendapatkan penampilan dentofacial yang
menyenangkan secara estetik yang dihasilkan oleh komponen aktif alat ortodontik
Indikasi :
Kontraindikasi :
penutupan celah.
celah.
(d) (e)
Keuntungan :
lepasan.
Kerugian :
2. Estetik kurang
untuk suatu populasi dapat menggunakan indeks. Indeks yang digunakan untuk
yang mana hasil dari penilaian indeks tersebut dapat digunakan untuk tujuan
perawatan ortodontik, antara lain DAI (Dental Aesthetic Index), ICON (Index of
Complexity, Outcome and Need), dan IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need).
Akan tetapi Indeks yang umum digunakan untuk menilai kebutuhan perawatan
mengetahui tingkat kebutuhan perawatan yang diperkenalkan oleh Peter Brook dan
William Shaw tahun 1989. IOTN adalah indeks yang paling umum sering digunakan
untuk menilai kebutuhan perawatan ortodontik pada anak-anak dan orang dewasa.28
IOTN terdiri dari dua komponen yakni komponen estetik (AC) dan komponen
maloklusi yang terjadi pada pasien tersebut. Keunggulan IOTN dibandingkan dengan
indeks lain yakni IOTN merupakan indeks yang pertama kali memasukan indikator
dari IOTN. Keistimewaan dari komponen ini yakni dapat mengelompokkan pasien ke
dalam lima kategori yang ditentukan berdasarkan ciri-ciri oklusal dari setiap orang.
pengaruh terbesar terhadap kesehatan dan fungsi rongga mulut ke dalam beberapa
kategori yang berbeda, serta penilaian terhadap komponen ini tidak bersifat
kumulatif, yang artinya komponen ini hanya menilai beberapa ciri oklusal yang
kategori yang telah ditentukan. Penilaian komponen kesehatan gigi ini dapat
model studi.
Reverse overjet lebih dari 3.5 mm dan adanya kesulitan dalam proses
Adanya erupsi gigi yang terhambat (kecuali molar tiga) karena gigi berjejal,
lainnya.
Adanya hipodonsia yang ektensif ( lebih dari satu gigi yang hilang di setiap
kuadran).
Kelas 4 (butuh)
Overjet lebih besar dari 6 mm tapi kurang dari atau sama dengan 9 mm.
Reverse Overjet lebih dari 3.5 mm dan tidak ada kesulitan dalam proses
Reverse Overjet lebih dari 1 mm tapi kurang dari atau sama dengan 3.5 mm
Open bite anterior atau lateral yang ekstrim dengan besarnya lebih dari 4 mm.
Hipodonsia yang kurang ektensif ( tidak lebih dari satu gigi yang hilang pada
setiap kuadran).
Kelas 3 (Sedang)
Overjet lebih besar dari 3.5 mm tapi kurang dari atau sama dengan 6 mm
Reverse Overjet lebih dari 1 mm tapi kurang dari atau sama dengan 3.5 mm.
Anterior atau posterior crossbite dengan jarak antara posisi kontak retrusi dan
posisi intercuspal lebih dari 1 mm tapi kurang dari atau sama dengan 2 mm.
Open bite anterior atau lateral yang sedang dengan jarak lebih dari 2 mm
Pergerakan dari gigi lebih dari 2 mm tetapi kurang dari atau sama dengan 4
mm.
Kelas 2 ( Sedikit )
Overjet lebih dari 3.5 mm tapi kurang dari atau sama dengan 6 mm dengan
Reverse Overjet lebih dari 0 mm tapi kurang dari atau sama dengan 1 mm.
Crossbite anterior dan posterior dengan jarak antara posisi kontak retrusi dan
Open bite lateral atau anterior dengan jarak lebih dari 1 mm tetapi kurang dari
Pre normal dan post normal oklusi tanpa adanya anomali lainnya
Pergerakan dari gigi yang sedikit lebih dari 1 mm tetapi kurang dari atau sama
dengan 2 mm.
gambaran estetik gigi yang mana skala tersebut digunakan untuk menetukan presepsi
setiap individu untuk menilai maloklusinya sendiri. Skala tersebut terdiri dari 10
dari sisi penampilan giginya. Skala 1 memiliki tingkatan penampilan estetik gigi yang
paling tinggi, sedangkan skala 10 memiliki tingkatan penampilan estetik gigi yang
paling kecil.
II.3 Ras
dalam mempelajari variasi manusia1. Variasi manusia dapat terlihat pada warna kulit,
warna rambut, bentuk tubuh dan bentuk gigi-geliginya2. Ras adalah suatu kelompok
orang yang mengidentifikasi diri sendiri dan diidentifikasi oleh orang lain sebagai
perbedaan sosial yang didasarkan oleh ciri fisik atau biologis1. Keanekaragaman ciri
fisik setiap ras ini bukan suatu hal yang mutlak tetapi merupakan kombinasi sifat fisik
antar ras yang dipengaruhi oleh faktor genetik, ekologi dan kebudayaan2. Pada
awalnya, setiap ras hanya menempati negara tertentu saja. Akan tetapi, karena adanya
Secara umum ras manusia oleh dibedakan atas tiga ras utama yaitu: ras
A. Ras Kaukasoid
Secara umum ras ini memiliki ciri fisik berkulit putih, tekstur bibir tipis,
memiliki bulu yang tebal, rambut lurus atau bergelombang (cymtorikh), dan bermata
biru atau hijau3,47. Ras kaukasoid yang tersebar luas di dunia terbagi atas empat
subras yaitu4:
32
1. Nordic mendiami Eropa Utara sekitar Laut Baltik, contohnya Nordic dan
Dinaric.
3. Alpine mendiami Eropa Tengah dan Timur, contohnya Alpine dan Osbaltic
Ciri khusus dari ras kaukasoid ini adalah bentuk kepala mesosefalik, tipe
wajah mesoprosopik, profil wajah lurus, appertura nasal yang sempit, tepi atas rongga
orbita miring ke lateral, sutura metopik jelas, dagu melekuk ke dalam, spina nasalis
menonjol, dan mancung4,10,49. Jika dilihat dari gigi-geligi ras Kaukasoid mempunyai
ciri lengkung rahang sempit dan berbentuk elipsoid, gigi-geligi sering crowded,
permukaan lingual gigi insisif permanen pertama dan kedua rahang atas rata, gigi
molar permanen rahang pertama bawah lebih panjang dan bentuk lebih tapered,
mesio-distal gigi premolar permanen kedua rahang atas lebih besar dari buko-palatal
B. Ras Mongoloid
Secara umum ras ini memiliki ciri fisik kulit kuning, mata berwarna coklat
sampai hitam, rambut lurus (lisotrikh), dahi kecil dan tegak.4,51 Ras mongoloid yang
contohnya Javane.
Ciri khusus dari ras mongoloid ini adalah bentuk kepala brakhisefalik, tipe
wajah euriprosopik, profil wajah cembung, rongga orbita membulat, puncak kepala
tinggi seperti kubah, dan apertura nasal membulat.4,10-13 Jika dilihat dari gigi-geligi
ras Mongoloid mempunyai ciri lengkung gigi berbentuk square, gigi insisif rahang
sehingga cingulum gigi insisif terlihat jelas. Bentuk gigi molar lebih dominan
C. Ras Negroid
Secara umum ras ini memiliki ciri fisik yang khas, yaitu pigmentasi kulit yang
kuat (kulit hitam), bibir dan hidung lebar dan tebal, rambut keriting (ulotrikh), mata
berwarna coklat sampai hitam.49,52 Ras negroid yang tersebar di seluruh dunia terbagi
Makonde-Madchen.
34
2. Negrito mendiami Afrika Tengah, Malaya dan Filipina, contohnya Man aus
Ciri khusus ras negroid ini adalah bentuk kepala adalah dolikosefalik, tipe
wajah leptoprosopik, profil wajah cekung, tulang pipi tegak, rongga orbita berbentuk
rektangular, dan apertura nasal yang lebar.10,49,52 Jika dilihat dari gigi-geligi ras
Negroid mempunyai ciri rahang yang cendrung bimaksilari protrusi, lengkung gigi
lebar, gigi insisif rahang atas hanya memiliki lekuk sedikit saja, premolar permanen
pertama rahang bawah terdapat dua atau tiga tonjol, akar premolar rahang atas
terdapat tiga akar (trifurkasi), gigi molar ke empat sering ditemukan, bentuk gigi
Indonesia bagian barat. Fisher membedakan dua kelompok ciri fisik (racial
stock) masyarakat Indonesia, yaitu ciri fisik Deutro-Melayu dan ciri fisik
Lampung, Jawa Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir Sunda kecil timur dan
35
Melayu. Yang termasuk Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak dan Toraja,
penduduk keturunan asing, misalnya orang Cina yang termasuk ras Mongolia
dan orang-orang keturunan Arab, Pakistan dan India yang termasuk ras
Kaukasoid.
Masing-masing memiliki ciri fisik tertentu yang berbeda, sebagai akibat pewarisan
biologi.
II.3.3 Etnis
tersendiri karena memiliki keturunan, adat, dan bahasa yang sama.55 Indonesia
dikenal sebagai Negara multietnis, karena banyaknya jumlah etnis yang berada di
yakni etnis asli Indonesia dan etnis pendatang. Etnis Asli Indonesia seperti etnis
gelar yang digunakan orang-orang etnis Palembang yang menjadi ciri khas etnis
Palembang seperti, Raden, Masagus, Kemas, Kiagus untuk laki-laki dan Raden Ayu,
Mongoloid yang memiliki ciri umum seperti kulit kuning, mata berwarna coklat
sampai hitam, rambut lurus (lisotrikh), dahi kecil dan tegak. Hasil penelitian
mengenai ciri-ciri dental ras mongoloid diantaranya seperti lengkung rahang ovoid,
lengkung gigi ellipsoid, perkembangan penuh gigi insisif pada bagian palatal bahkan
lingual sehingga shovel shaped incisor terlihat jelas, kedua rahang maju, profil wajah
yaitu daerah pesisir di Tanah Arab paling Selatan (Yaman). Kedatangan orang Arab
yang bertujuan mempererat hubungan sesama keturunan Arab, karena bagi keturunan
Etnis arab memiliki ciri-ciri fisik, seperti hidung mancung, kulit putih,
rambut keriting dengan warna coklat sampai hitam, dan bulu lebat.57 Berdasrkan ciri
fisik tersebut, keturunan arab dapat digolongkan ke dalam ras kaukasoid. Hasil
penelitian mengenai ciri-ciri dental keturunan arab yakni ukuran rahang sempit atau
paraboloid, sering ditemukan gigi berjejal, bentuk kepala mesosefalik, tipe wajah
mesoprosopik, profil wajah lurus, serta beberapa penelitian menyatakan bahwa pada
MALOKLUSI LINGKUNGAN
FAKTOR
LOKAL
KEBIASAAN
BURUK
KEBUTUHAN PENYAKIT
GENETIK
PERAWATAN KONGENITAL
ORTODONTIK RAS/ETNIS
PERBANDINGAN INDEX
OF ORTHODONTIC
TREATMENT NEED (IOTN)
HIPOTESIS
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik dengan
Palembang.
Sampel dalam penelitian ini adalah etnis Palembang dan etnis Arab di
sebagai berikut59:
?
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
n1 = n2 = ? ?
?? ? ??
Keterangan :
39
40
(84,8% = 0,848).29
?
? ? ? √? ? ? ? ? ? ? ? ? √? ? ? ? ? ? ? ? ?
= ? ?
? ??
? ? ? Ç? ? ? ? ? ? Ç? ? Ç? ? ? ? ? ?
= ? ? ??
?
= 5,62 = 31,36 = 32
Jadi, Jumlah minimal besar sampel setiap kelompok yang dibutuhkan adalah
32 orang.
41
a. Kriteria Inklusi
3. Kooperatif.
b. Kriteria Eksklusi
yaitu teknik sampling yang digunakan ketika tidak terdapat data populasi, yang
mana teknik pengambilan sampelnya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan
b. Variabel Dependen
c. Variabel Terkendali
- Umur
- Penyakit kongenital
42
- Genetik
- Kebiasaan buruk
1. Alat tulis
2. Kaca mulut
5. Handscoon
6. Masker
7. Basis segi 7
8. Sliding Calipers
9. Cermin
13. Kamera
43
2. Gips Stone
3. Gips Plaster
4. Air
5. Tisu
- Skala 8-10 :
Sangat
membutuhkan
perawatan
ortodontik.
Skala Ordinal
kraniofasial lainnya
9 mm
pengunyahan dan
berbicara.
adanya gigi
supernumerary, persisten
penyebab patologi
lainnya.
kuadran)
46
- Kategori 4 (Butuh)
Overjet lebih besar dari 6
berbicara.
pengunyahan dan
berbicara.
crossbite dengan
mm antara posisi
posisi intercuspal.
Posterior lingual
fungsional terhadap
segmen bukal.
47
mm.
dari 4 mm.
Adanya peningkatan
yang menyebabkan
Hipodonsia yang
kurang ektensif ( tidak
lebih dari satu gigi
yang hilang pada setiap
kuadran).
- Kategori 3 (Sedang)
Overjet lebih besar dari
mm dengan bibir
istirahat.
3.5 mm.
48
Adanya peningkatan
tanda trauma.
mm.
mm.
- Kategori 2 (Sedikit)
Overjet lebih dari 3.5
mm dengan bibir
1 mm.
mm tanpa adanya
kontak gingival.
mm.
dengan 2 mm.
- Kategori 1 (Tidak
membutuhkan
perawatan)
Pergerakan gigi kurang
dari atau sama dengan
1 mm.
3. Variabel Usia Kronologis yaitu Kartu Tanda Wawancara Usia 18 – 25
Penduduk
Terkendali satuan waktu yang tahun
(KTP)
Usia mengukur keberadaan suatu
benda atau makhluk yang
masih hidup ataupun yang
mati
Kelainan Kelainan dalam - Wawancara - Ada kelainan
1. Pasien dipilih secara acak sesuai dengan kriteria sampel sampai memenuhi
gigi yang hilang. Pada tahap ini dikumpulkan 64 orang etnis Palembang dan
etnis Arab, yang terdiri dari 16 orang wanita etnis Palembang, 16 orang lelaki
etnis Palembang, 16 orang wanita etnis Arab dan 16 orang lelaki etnis Arab.
52
2. Pasien yang telah memenuhi kriteria diminta untuk mengisi lembar informed
consent.
menggunkan kertas yang berisi 10 skala gambar berwarna dan sebuah cermin.
4. Operator melakukan pencetakan rahang atas dan bawah pada setiap sampel
dengan menggunakan sendok cetak buatan pabrik (stock tray) dan bahan cetak
model studi, dilakukan pembuatan basis menggunakan basis segi tujuh dengan
ortodontik.
III.9 Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis bivariat.
Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis nol dengan Chi-Square Test.61
BAB IV
IV. 1 Hasil
Orthodontic Treatment Need (IOTN) telah dilakukan di Kampung Arab pasar Kuto
RT 01 dan RT 08 Jalan Depaten Lama 27 Ilir selama 14 hari kerja, yaitu dari tanggal
komponen kesehatan gigi IOTN dengan sliding calipers, dan analisis tingkat
kebutuhan perawatan ortodontik. Pada sampel etnis Palembang dan etnis Arab
masing-masing terdiri dari 32 subjek penelitian. Jumlah subjek penelitian baik pada
kelompok etnis Palembang dan etnis Arab dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1. Jumlah sampel penelitian kelompok etnis Palembang dan etnis Arab.
Kelompok Etnis Jenis Kelamin Total
Laki-laki (N) Perempuan (N)
Palembang 16 16 32
Arab 16 16 32
Jumlah 32 32 64
54
55
Data pada tabel 1 menunjukkan sampel penelitian pada etnis Palembang dan
etnis Arab memiliki jumlah yang sama, yakni 32 sampel etnis Palembang dan 32
banyak ditemukan maloklusi Angle Kelas I yakni sebanyak 23 sampel (71,87%), dan
pada etnis Arab juga paling banyak ditemukan maloklusi Angle Kelas I yakni
Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa etnis Arab memiliki tingkat kebutuhan
komponen estetik IOTN. Pada etnis Arab sebanyak 15 sampel (46,875%), sedangkan
pada etnis Palembang sebanyak 10 sampel (31,25%) yang membutuhkan dan sangat
, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p > 0,05) antara tingkat
estetik pada etnis Palembang dan etnis Arab berdasarkan dengan jenis kelamin.
berdasarkan komponen estetik yang paling tinggi terdapat pada laki-laki etnis arab
yakni sebanyak 9 sampel (28,12%) dari pada perempuan etnis arab, laki-laki dan
ortodontik berdasarkan komponen kesehatan gigi pada etnis Palembang lebih besar
dibandingan dengan kebutuhan perawatan ortodontik pada etnis Arab. Pada etnis
perawatan ortodontik pada etnis Palembang dan etnis Arab berdasarkan komponen
kesehatan gigi pada etnis Palembang dan etnis Arab berdasarkan dengan jenis kelamin.
berdasarkan komponen kesehatan gigi yang paling tinggi yakni pada laki-laki etnis
IV.2 Pembahasan
benarnya hubungan antar lengkung atau adanya anomali abnormal dalam posisi
gigi.36 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok etnis
Palembang dan etnis Arab menunjukkan bahwa pada etnis Palembang dan Arab
paling banyak ditemukan maloklusi Angle kelas I (Tabel 2). Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Chu, et.al pada populasi ras mongoloid, dan penelitian
Abdullah, et.al pada populasi ras kaukasoid yang menyatakan bahwa pada populasi
59
ras mongoloid dan ras kaukasoid paling banyak ditemukan maloklusi kelas I.16,33
lingkungan yang mencakup kebiasaan buruk, nutrisi, premature loss gigi desidui,
serta karies proksimal, dan genetik yang mencakup ras / etnis.21 Tingkat keparahan
Semakin tinggi tingkat keparahan maloklusi, maka semakin tinggi juga tingkat
Palembang dan etnis Arab berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN)
pada etnis Arab lebih besar jika dibandingkan pada etnis Palembang (Tabel 3),
gigi pada etnis Palembang lebih besar jika dibandingkan pada etnis Arab (Tabel 5).
Akan tetapi, perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik antara kedua etnis
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alkhatib, et.al (2005) yang
meneliti 2.788 anak dengan etnis yang berbeda diantaranya etnis kulit putih yang
berasal dari ras kaukasoid, dan etnis cina yang berasal dari ras mongoloid,
estetik pada etnis kulit putih lebih besar jika dibandingkan pada etnis cina, sedangkan
ortodontik pada etnis cina lebih besar dibandingkan pada etnis kulit putih, dan secara
statistik perbedaan yang diperoleh tidak bermakna (p>0,05).63 Hasil dari penelitian ini
juga mencerminkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mendal, et,al, yang
kebutuhan perawatan ortodontik antara etnis yang berasal dari ras mongoloid dan
ortodontik berdasarkan komponen estetik pada etnis Arab lebih besar dibandingkan
pada etnis Palembang diantaranya adalah faktor genetik.22 Etnis Arab yang
merupakan bagian dari subras mediterania yang berasal dari ras kaukasoid memiliki
ciri khas yakni ukuran rahang yang sempit atau paraboloid, sehingga sering
merupakan bagian dari subras malayan mongoloid yang berasal dari ras mongoloid
memiliki lengkung rahang yang lebih lebar / ovoid, sehingga jarang ditemukan gigi
berjejal di daerah anterior.10 Hal tersebut yang manjadi salah satu faktor penyebab
kebutuhan perawatan ortodontik dari sisi estetik pada etnis Arab lebih besar
lebih besar dibandingkan pada etnis Arab, diantaranya adalah faktor genetik,
61
peranan penting dalam mempengaruhi ukuran serta bentuk rahang dan gigi, yang
mana ukuran gigi dan rahang menjadi faktor yang mempengaruhi maloklusi. Selain
seperti trauma, kebiasaan buruk, nutrisi, dan premature loss gigi desidui yang
dengan tingkat kejadian karies.66 Semakin tinggi angka kejadian keries maka akan
Palembang termasuk dalam kategori tinggi yakni mencapai 65,72%, hal tersebut
kesehatan gigi dan mulut.67 Hal tersebut yang menjadi salah satu penyebab tingginya
etnis Palembang. Faktor lain seperti sosial ekonomi dan tingkat pendidikan juga
Semakin tinggi status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan, maka kebutuhan
pendidikan maka kebutuhan perawatan ortodontik akan semakin rendah.65 Hal ini
dikarenakan pada orang dengan tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang
sehingga ketika terdapat kelainan atau kerusakan pada gigi seperti maloklusi, lebih
cepat dilakukan perawatan ke dokter gigi dibandingkan dengan orang dengan tingkat
sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. Hal tersebut yang menyebabkan tingkat
kebutuhan perawatan ortodontik pada orang dengan tingkat sosial ekonomi dan
pendidikan yang tinggi lebih rendah dibandingkan dengan orang dengan tingkat
gigi pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan, baik pada etnis
Palembang (Tabel 6) maupun pada etnis Arab (Tabel 4). Hasil tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ameena Al Jeshi, et.al yang meneliti 20.000 orang
bahwa laki-laki memiliki tingkat kebutuhan perawatan ortodontik yang lebih besar
diketahui secara jelas, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang mungkin dapat
menyebabkan hal tersebut antara lain, laki-laki lebih kurang perhatian terhadap diri
V.1. Kesimpulan
Treatment Need.
etnis Arab yakni 53,225% pada etnis Palembang dan 40,625% pada etnis
Palembang yakni 46,875% pada etnis Arab dan 31,25% pada etnis
Palembang.
63
64
V.2. Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat penulis berikan adalah
sebagai berikut :
keturunan.
DAFTAR PUSTAKA
65
66
18. Oktavia Dewi. Analisis Hubungan Malokusi dengan Kualitas Hidup pada
Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007 . (Tesis). Universitas Sumatera Utara;
2008.
19. Proffit W.R. Contemporary orthodontics. 4th edition. Mosby Elsevier; 2007.
p. 167-9.
20. Ngan P, Alkine RG, Fields H. Management of space problems in the primary
and mixed dentition. J Am Dent Assoc; 1999. p. 1330 -1339.
21. Hassan R, Rahimah AK. Occlusion, malocclusion, and method of
measurement an overview. J Orofacial Science; 2007. p. 3-9.
22. Premkumar Sridhar. Craniofacial Growth. Jaypee; 2011.
23. Fauziah, D. dan Pinandi, S.P. Pengukuran Tingkat Keparahan Maloklusi
dengan Occlusion Feature Indeks, Mej. Ked. Gi. 2006; 13(2): 218-21.
24. Harris, E.F. & Smith, R.J. A study of occlusion and arch widths in families.
American journal of orthodontics. 1980; 78(2): 155-163, 0002-9416.
25. Michael S.Cooke , Stephen H.Y. Wei. A comparative study of southern
Chinese and British Caucasian Cephalometric standards. Angle Orthod; Vol.
59 .1987. p. 2 .
26. Roopa Siddegowda, Rani M.S. An Epidemiological Survey on Awareness
towards Orhodontic Treatment in South Indian School Children. India:
Journal of Dentistry and Oral Medicine. 2013; 1(1): 5-8.
27. Muqtadir Quadri, Thilagrani P.R, Ashok Kumar Dhanyasi, dkk. Awareness
towards Orthodontic Treatment in Central Indian School Children. Scholars
Journal of Dental Science. 2015; 2(1): 45-48.
28. Carlos B Arcis, Jose Maria C, Jose Manuel A.S. Orthodontic Treatment Need
: An Epidemiological Approach. Spain: INTECH Open Access Publisher;
2012. p. 3-9.
29. Ali H Hassan. Orthodontic treatment needs in the western region of Saudi
Arabia : a research report.Head & Face Medicine; 2006. P. 2.
30. Parkash Baral. Prevalence of malocclusion in permanent dentition in Aryan
and Mongoloid races of Nepal- A Comparative Study. POJ. 2013; 5(2): 57-59.
31. Markazi Moghadam, M. Moghimbeigi, A. Jafari , F., Evaluation of
Orthodontic Treatment Needs in a Population of Iranian Schoolchildren Using
the IOTN in 2010. DJH. 2011; 3(2). .
32. Ayhab B, Fayez K Saleh, Esam Osman. The Prevalance of Malocclusion and
Orthodontic Treatment Need in Sample of Syrian Children. European
Scientific Journal. 2014; 10(30): 1857-7881.
33. C.H, Chu, Ben H.B. Choy, Edward C.M. Lo . Occlusion and Orthodontic
Treatment Demand Among Chinese Young Adult in Hong Kong. Oral Health
Prev Dent. 2009; 7(1).
34. RC Wheeler. Dental anatomy, physiology, and Occlusion 9th Edition. 2009.
p. 54.
35. Harkati Dewanto. Aspek-aspek Epidemiologi Maloklusi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press; 1993. p. 51-53, 92.
67
36. F.J. Harty, R. Ogston. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC; 2002. p. 189.
37. William R. Proffit. Contemporary Orthodontics. Ed. 4. United Stated: Mosby;
2007. p. 10, 320-324.
38. R.E Moyers. Handbook of Orthodontic 4th Edition.1988. p.147-162.
39. Corrucini RS. An epidemiological transition in dental occlusion in world
population. Am J Orthod Dentofacial Ortho.1984; 86(1) : 419-426.
40. Gurkeerat Singh. Textbook of Orthodontic 2nd edition. New Delhi.: Jaypee;
2007. p. 163-165, 449-463.
41. Rina J, Suryanegara. Memperbaiki dan memperindah posisi gigi anak.
Jakarta: Trubus Agriwidya; 2000. p .10.
42. Bhalajhi S, Iyyer. Orthodontics – The Art and Science. 3rd ed. New Delhi:
Arya (MEDI) Publishing House; 2004. p. 327-8, 353, 357.
43. W.J.B. Houston. Walther’s Orthodontic Notes. 4th ed. Great Britain : Bristol
The Stonbridge Press; 1983. p. 1-3, 135-54.
44. T.M. Graber, Orthodontic – Principle and Practice. 3rd ed. Philadelphia : W.B.
Saunders Company; 1972.
45. Mokhtar M. Dasar-dasar Ortodonti, Pertumbuhan dan Perkembangan
Kraniodentofasial. Medan: Bina Insani Pustaka; 2002. p. 1-5.
46. T.D. Foster. Buku Ajar Orthodonsi Edisi III. Alih Bahasa drg. Lilian Yuwono.
Jakarta: EGC; 1998. p. 226-228, 440-442.
47. Nabil M. Al-Zubair, Faisal A. Idris. Fahmi M. Al-Selwi. The subjective
orthodontic treatment need assessed with the aesthetic component of the Index
of Orthodontic Treatment Need. Saudi Arabia: Elsevier; 2014. p. 11.
48. Baum, Bruce. The rise and fall of the Caucasian race: a political history of
racial identity. New York: New York University Press; 2006. p.1-5.
49. Rushton, JP. Race, Evolution, and Behavior: a Life History Perspective.
United States of America: library of congress catalog; 1997. p. 61-111.
50. Piazza, Alberto; Cavalli-Sforza, L. L.; Menozzi, Paolo. The history and
geography of human genes. Princeton, N.J: Princeton University Press; 1996.
p. 21-8.
51. Hashirn Yaacob. Racial characteristics of human teeth with special emphasis
on the Mongoloid dentition. Department of Oral Pathology, Oral Medicine &
Periodonto fogy, Faculty of Dentistry. Malaysian J Pathol I9. 1996; 18(1):1-7.
52. Kate Berg, Vence Bonham, Joy Boyer, et al. The Use of Racial, Ethnic, and
Ancestral Categories in Human Genetics Research. National Human Genome
Research Institute, Bethesda. Am. J. Hum. Genet. 2005; 77(1): 519–32.
53. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Jilid I, Rineka Cipta, Jakarta:
1996.
54. Djoeana K, Nasution FH, Trenggono BS. Antropologi untuk mahasiswa
kedokteran gigi.Jakarta: Universitas Trisakti; 2005. p. 41-9.
55. Badudu, Yus. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia.
Antropologi. Penerbit Buku Kompas; 2003. p. 100.
68
56. Chalida Fachrudin. Orang Arab di Kota Medan. Jurnal Antropologi Sosial
Budaya. 2005; 1 (3): 130-4.
57. Berg, L.W.C van den. Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta:
Indonesia Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS); 1989. p. 4-5.
58. Soekidjo, Notoatmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta:
2010.
59. Sopiyudin, Dahlan. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Ed 3. Jakarta: Salemba Medika; 2012.
60. Siti Zuriana M.Z. Ishak Abdul R. Rashidah Esa. Normative and Perceived
Need for Treatment of Malocclusion among Malaysians Adolescents. Sains
Malaysian. 2014; 43(7): 1037-1043.
61. Sopiyudin, Dahlan. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan :Deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi Menggunaan SPSS. Ed. 6.
Jakarta: Epidemiologi Indonesia; 2011.
62. KM Shivakumar, GN Chandu, dan MD Shafiulla. Severity of Malocclusion
and Orthodontic Treatment Needs among 12 to 15 Years Old School Children
of Davangere District Karnatak India. India: European Journal of Dentistry;
Vol. 4. 2010.
63. Mhd Nour Alkhatib, Raman Bedi, Claire Foster, dkk. Ethnic varations in
orthodontic treatment need in London schoolchildren. BMC Oral Health.
2005; 5 (8).
64. Mandall NA, Wright J, Conboy FM, O'Brien KD: The relationship between
normative orthodontic treatment need and measures of consumer perception.
Community Dent Health. 2001; 18(1):3-6.
65. Monica A.V Rumampuk, P.S Anindita, dan Christy Mintjelungan. Kebutuhan
Perawatan Ortodontik Berdasarkan Index of orthodontic Treatment Need Pada
Siswa Kelas II di SMP Negeri 2 Bitung. Jurnal e-Gigi . 2014; 2(1): 2.
66. Ruhi Nalcaci, Serhat Demirer, Firat Ozturk, dkk. The Relationship of
Orthodontic Treatment Need with Periodontal Status, Dental Caries, and
Sociodemographic Factors. The Scientific World Journal. 2012; 2012 (6).
67. Marlindayanti, Sri Widiati, Al Supartinah. Prediksi Risiko Karies Baru
Berdasarkan Konsumsi Pempek pada Anak Usia 11-12 Tahun di Palembang
(Tinjauan dengan Cariogram). Majalah Kedokteran Gigi. 2014; 21(2) : 117 -
121.
68. Alice Germa, Monique Kaminski, dan Cathy Nabet. Impact of Social and
Economic Characteristics on Orthodontic Treatment among children and
teenagers in France. Community Dent Oral Epidemiol. 2010; 38(2) : 171-179.
69. Ameena Al Jeshi, Anas Al Mulla, dan Donald J. Ferguson. Orthodontic
Treatment Need in Dubai School Adolescent : A Study of 20.000 School-Age
Adolescent in 66 Public and Private Schools Compaing Orthodontic
Treatment Need by Gender and Ethnicity. OHDM. 2014; 13(1): 14.
69
LAMPIRAN
SURAT PERNYATAAN
Nama : ……………………………………………
Umur : …… tahun
saya pahami.
Palembang, 2016
Ferianto (…………………………………)
70
Form Penelitian
Nama :………………………………………………………
Umur :………………………………………………………
Alamat :………………………………………………………
LEMBAR PENILAIAN
Nama :
Usia :
Etnis :
Alamat :
Ferianto
72
2. Etnis Arab
4. Model Studi
77