Anda di halaman 1dari 101

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN

ORTODONTIK ANTARA ETNIS PALEMBANG DAN


ETNIS ARAB DI PALEMBANG MENGGUNAKAN
INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED
(IOTN)

SKRIPSI

Oleh:
Ferianto
04121004022

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
PERBANDINGAN TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN
ORTODONTIK ANTARA ETNIS PALEMBANG DAN
ETNIS ARAB DI PALEMBANG MENGGUNAKAN
INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED
(IOTN)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Oleh:

FERIANTO

04121004022

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016

i
HALAMAN PERSETUJUAN
DOSEN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul :

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN


ORTODONTIK ANTARA ETNIS PALEMBANG DAN
ETNIS ARAB DI PALEMBANG MENGGUNAKAN
INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED
(IOTN)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada
Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Palembang, 21 Juni 2016

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

drg. Arya Prasetya Beumaputra, Sp.Ort. drg. Tyas Hestiningsih

NIP. 197406022005011001 NIP. 198812022015042002

ii
HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PERBANDINGAN TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN


ORTODONTIK ANTARA ETNIS PALEMBANG DAN
ETNIS ARAB DI PALEMBANG MENGGUNAKAN
INDEX OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED
(IOTN)

Disusun Oleh:
FERIANTO
04121004022

Skripsi ini telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji


Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya
Tanggal 10 Juni 2016

Yang terdiri dari:

Pembimbing I Pembimbing II

drg. Arya Prasetya Beumaputra, Sp.Ort drg. Tyas Hestiningsih


NIP. 197406022005011001 NIP. 198812022015042002

Penguji I Penguji II

iii
HALAMAN PERSEMBAHAN

“Nothing Impossible For Allah SWT”

“Barang siapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah akan

mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah

yang tiada disangka-sangkanya, dan barang siapa yang bertawakal

kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan

dalam urusannya”.

[QS. Ath-Thalaq (65) :2-4]

DEDICATED TO :

 ALLAH SWT
 MY LOVELY PARENTS
 MY BELOVED EXTENDED FAMILY
 MY SECOND FAMILY
 MY INSPIRING

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT karena berkat nikmat dan
karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbandingan
Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik antara Etnis Palembang dan Etnis Arab di
Palembang menggunakan Index Of Orthodontic Treatment Need (IOTN)”. Adapun
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang turut memberikan bantuan baik berupa
pikiran maupun dukungan moral dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini, khususnya kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. drg. Sri Wahyuningsih Rais, M.Kes, Sp. Pros selaku Ketua Program Studi
Kedokteran Gigi Universitas Sriwijaya yang telah membantu sehingga mahasiswa
dapat dengan cepat menyelesaikan skripsi.
3. drg. Arya Prasetya Beumaputra, Sp.Ort selaku Sekertaris Program Studi
Kedoketeran Gigi Universitas Sriwijaya dan sekaligus dosen pembimbing utama
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, dukungan,
bantuan, semangat, doa, dan kesabaran dalam membimbing penulis untuk
menyelesaikan skripsi.
4. drg. Tyas Hestiningsih selaku dosen pembimbing pendamping yang dengan sabar
telah memberikan bimbingan, bantuan, dukungan, semangat, dan doa kepada
penulis dalam penyusunan skripsi ini.
5. drg. Emilia Ch Prasetyanti, Sp.Ort atas kesediaan menguji, membimbing,
menasehati, dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini.

v
6. drg. Novita Idayani, Sp.KGA, MARS atas kesediaan menguji, membimbing,
memberikan saran, menasehati, serta senantiasa meluangkan waktu untuk
membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. dr. H. Husnil Farouk, MPH salaku dosen pembimbing sukarela yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing peneliti secara sukarela dalam
menyelesaikan skripsi ini.
8. Prof. Dr. Herman Sp.PD-KR, FINASIM, CCD Selaku dosen pembimbing etik
yang telah membimbing dan memberikan saran kepada penulis.
9. Drg. Maya Hudiyati, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
bantuan dan dukungan.
10. Seluruh dosen staf pengajar di PSKG UNSRI atas ilmu dan pengajaran yang
diberikan selama penulis menempuh pendidikan.
11. Seluruh Staf Tata Usaha dan pegawai di PSKG UNSRI atas dukungan dan
bantuan serta doa untuk penulis.
12. Ketua RT 01 Pasar Kuto dan Ketua RT 07 Kelurahan 27 Ilir yang telah membantu
dalam kelancara penelitian yang dilakukan oleh penulis.
13. Ibu ( Hj. Umi Sumiati), Bapak (H. Ruziki), Abang (Andy Pratama), dan Nyai
yang telah memberikan kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat, dan doa
sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
14. Keluarga besar penulis yang telah memberikan doa, dukungan dan semangat serta
saran.
15. Keluarga Kedua di Palembang ( Ayah, Ibu, Nurul, Hafis, Zakky) yang telah
memberikan dukungan, doa, semangat, dan bantuan demi kelancaran pembuatan
skripsi ini.
16. Nurul Khoiriyah yang selalu memberikan dukungan, semangat, doa dan bantuan
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
17. Sahabat-sahabat ”Platinum Man” (Fadilla, Afif, Hendrik, Aat, Viktor, Febri,
Haris)

vi
18. Sahabat KG2012 yang selalu mengingatkan, memotivasi, dan mendukung (
Bebbi, Gebi, mba Ghina, Mei, Ica, Nadya, Anggun, Mamas Apip, dan terutama
Fadilla yang sangat membantu selesainya skripsi ini).
19. Sahabat-sahabat seperjuangan bagian Ortodonsia ( Debby, Dedeh, Ria, Evi,
Gadis, Rara, dan Febri)
20. Kakak-kakak Tingkat ( kak Eka Koas, kak Alun Koas, Kak Tety Koas) yang
senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan bantuan kepada penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
21. Teman-teman seperjuangan KG 2012 yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang telah memberikan doa , dukungan dan semangat.
22. Semua Pihak yang tidak tersebut yang telah memberikan andil dan bantuan dalam
bentuk apapun.
Penulis sangat menyadari masih banyak kekurangan di dalam penulisan
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
guna menjadikan skripsi ini menjadi lebih baik lagi. Besar harapan penulis agar
skripsi ini dapat bermanfaat.

Palembang , 21 Juni 2016


Penulis,

Ferianto

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. ...... iiI
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
ABSTRAK ...................................................................................................... xiii
ABSTRACT ..................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1


I.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
I.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 5
I.3 Tujuan Penelitian.............................................................................. 6
I.4 Manfaaat Penelitian ......................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 7


II.1 Maloklusi ................................................................................................. 7
II.1.1 Pengertian Oklusi .............................................................. 7
II.1.2.Pertumbuhan dan Perkembangan Oklusi ......................... 7
II.1.3 Pengertian Maloklusi ........................................................ 8
II.1.4 Etiologi Maloklusi ............................................................ 9
II.1.5 Klasifikasi Maloklusi ........................................................ 12
II.2 Perawatan Ortodontik ..................................................................... 17
II.2.1 Definisi Ortodontik ........................................................... 17
II.2.2 Alat Ortodontik Lepasan ................................................... 18
II.2.2.1 Indikasi dan Kontra Indikasi ................................. 19
II.2.2.2 Komponen-komponen aktif dan pasif .................. 19
II.2.2.3 Keuntungan dan kerugian ..................................... 20
II.2.3 Alat Ortodontik Cekat ....................................................... 21
II.2.3.1 Indikasi dan Kontra Indikasi ................................. 22
II.2.3.2 Komponen-komponen aktif dan pasif .................. 22
II.2.3.3 Keuntungan dan kerugian ..................................... 24
II.2.4 Penilaian Epidemiologi Tingkat Kebutuhan Perawatan
Ortodontik ......................................................................... 25
II.2.4.1 IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need) ..... 25
II.3 Ras ................................................................................................... 31
II.3.1 Ras di Dunia ...................................................................... 31
II.3.2 Ras di Indonesia ................................................................ 34

viii
II.3.3 Etnis................................................................................... 35
II.3.3.1 Etnis Palembang ................................................... 36
II.3.3.2 Etnis Arab ............................................................. 37
II.4 Kerangka Teori ............................................................................... 38

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 39


III.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 39
III.2 Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................... 39
III.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...................................................... 39
III.3.1 Populasi ................................................................................... 39
III.3.2 Sampel Penelitian.................................................................... 39
III.3.3 Kriteria Sampel Penelitian ...................................................... 41
III.3.4 Teknik Pengambilan Sampel .................................................. 41
III.4 Variabel Penelitian.......................................................................... 41
III.5 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 42
III.6 Definisi Operasional ....................................................................... 43
III.7 Tahapan Penelitian.......................................................................... 51
III.8 Skema Penelitian ............................................................................ 52
III.9 Data ................................................................................................ 53
III.10 Analisis Data ................................................................................. 53

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................... 54


IV.1 Hasil ............................................................................................... 54
IV.2 Pembahasan ................................................................................... 58

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 63


V.1 Kesimpulan ..................................................................................... 63
V.2 Saran ............................................................................................... 64

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 65

LAMPIRAN ................................................................................................... 69

ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman

1. Jumlah Sampel Penelitian kelompok etnis Palembang dan etnis Arab 54


2. Distribusi Maloklusi Pada Etnis Palembang dan Arab ........................ 55
3. Hasil Perbandingan Tingkat kebutuhan Perawatan Ortodontik
berdasarkan komponen estetik ............. .............................................. 55
4. Hasil Perbandingan Tingkat kebutuhan Perawatan Ortodontik
berdasarkan komponen estetik pada etnis Palembang dan Arab
berdasarkan dengan jenis kelamin ........ .............................................. 56
5. Hasil Perbandingan Tingkat kebutuhan Perawatan Ortodontik
berdasarkan komponen kesehatan gigi antara etnis Palembang
dan Arab .......................................................... .................................... 57
6. Hasil Perbandingan Tingkat kebutuhan Perawatan Ortodontik
berdasarkan komponen kesehatan gigi pada etnis Palembang
dan Arab berdasarkan dengan jenis kelamin ....................................... 58

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1. Maloklusi Kelas I Angle .............................................................................13
2. Maloklusi Kelas II – Divisi I Angle ............................................................14
3. Maloklusi Kelas II – Divisi II Angle...........................................................15
4. Maloklusi Kelas II - Subdivisi ...................................................................15
5. Maloklusi Kelas III Angle ...........................................................................16
6. Removable Orthodontic Applience .............................................................18
7. Komponen-komponen aktif alat ortodontik lepadan...................................20
8. Fixed Orthodontic Applience ......................................................................21
9. Komponen-komponen aktif Alat Ortodontik Cekat ....................................23
10. Skala Penampilan Estetik ..........................................................................30
11. Skala Penampilan Estetik ..........................................................................44

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lampiran 1. Informed Consent ...................................................................69


2. Lampiran 2. Lembaran Penilaian ................................................................71
3. Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ..............................................................72
4. Lampiran 4. Tabel Hasil Analisis Statistik ................................................74
5. Lampiran 5. Foto Penelitian ........................................................................75
6. Lampiran 6. Sertifikat Persetujuan Etik ......................................................78
7. Lampiran 7. Surat Izin Penelitian................................................................79
8. Lampiran 8. Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian .............................81
9. Lampiran 9. Lembar Bimbingan Skripsi .....................................................83

xii
PERBANDINGAN TINGKAT KEBUTUHAN PERAWATAN ORTODONTIK
ANTARA ETNIS PALEMBANG DAN ETNIS ARAB DI PALEMBANG
MENGGUNAKAN Index of Orthodontic Treatment Need
(IOTN)

Ferianto
Program Studi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Abstrak

Latar belakang. Maloklusi merupakan sebuah masalah perkembangan yang mana


dapat menyebabkan masalah sosial, psikologi, dan fungsional. Secara umum,
maloklusi dipengaruhi oleh faktor lokal dan genetik seperti etnis.
Tujuan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan tingkat
kebutuhan perawatan ortodontik pada etnis Palembang dan etnis Arab di Palembang
menggunakan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN).
Bahan dan Metode. Jenis Penelitian ini merupakan penelitian analitik cross-
sectional. Jumlah sampel penelitian yakni 64 subjek (32 subjek etnis Palembang dan
32 subjek etnis Arab). Keseluruhan sampel diukur berdasarkan komponen estetik dan
komponen kesehatan gigi dari IOTN menggunakan Sliding Calipers dan 10 foto yang
telah terstandar.
Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada etnis Arab yang membutuhkan dan
sangat membutuhkan perawatan ortodontik berdasarkan komponen estetik yakni
46,875%, sedangkan pada etnis Palembang sebesar 31,25%. Pada pengukuran
komponen kesehatan gigi IOTN, etnis Arab yang membutuhkan dan sangat
membutuhkan perawatan ortodontik sebesar 40,625%, sedangkan pada etnis
Palembang sebesar 53,225%. Data tersebut dianalisis menggunakan uji Chi-Square.
Hasil uji tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada
komponen estetik maupun komponen kesehatan gigi (p>0.05).
Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa etnis
Arab memiliki kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan komponen estetik yang
lebih besar dari pada etnis Palembang, sedangkan etnis Palembang memiliki
kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan komponen kesehatan gigi lebih besar
dari pada etnis Arab.

Kata kunci : Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN), Komponen Estetik


Component, Komponen Kesehatan Gigi, Etnis Palembang, Etnis Arab.

xiii
THE COMPARISON OF ORTHODONTIC TREATMENT NEED LEVEL
BETWEEN PALEMBANG ETHNIC AND ARABIC ETHNIC IN
PALEMBANG BY USING Index of Orthodontic Treatment Need
(IOTN)

Ferianto
Dentistry Study Program
Medical Faculty of Sriwijaya University

Abstract

Background. Malocclusion is a developmental problem, which results in social,


psycological, and functional problems. In general, malocclusion was influenced by
local and genetic factor like ethnicity.
Aim. The Purpose of this study was to know the comparison of orthodontic treatment
need level between Palembang ethnic and Arabic ethnic in Palembang by using Index
of Orthodontic Treatment Need (IOTN).
Material and Method. This study was a cross-sectional analitic study.The number of
sample in this study were 64 participants ( 32 participants were from Palembang
ethnic and 32 participants were from Arabic ethnic). The whole samples were
measured based on Aesthetic Component (AC), and Dental Health Component
(DHC) from IOTN using Sliding Calipers and 10 standardized photos.
Results. The result of the study showed that it was found 46,875% of Arabic ethnic
and 31,25% of Palembang ethnic needed and strongly needed orthodontic treatment
of aesthetic component. On the measurement of Dental Health Component from
IOTN, it was found that 40,625% of Arabic ethnic and 53,225% of Palembang ethnic
needed and strongly needed orthodontic treatment. The data was analyzed by using
Chi-Square test. The result of the test revealed that there was no significant difference
between aesthetic component and dental health component (p>0.05).
Conclusion. Based on the result of the study, it could be concluded that Arabic ethnic
needed more orthodontic treatment of aesthetic component than Palembang ethnic,
while Palembang ethnic needed more orthodontic of dental health component than
Arabic ethnic.

Key words : Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN), Aesthetic Component,


Dental Health Component, Palembang Ethnic, Arabic Ethnic.

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Ras adalah suatu kelompok atau kategori orang yang mengidentifikasi diri

mereka sendiri dan diidentifikasikan oleh orang lain sebagai perbedaan sosial, yang

didasarkan atas ciri fisik atau biologis.1 Perbedaan antara ras satu dengan ras lainnya

dapat didasarkan dari perbedaan karakteristik fisik, seperti warna kulit, warna rambut,

bentuk tubuh, dan lain-lain.2 Di dunia ini, ras secara umum dibagi menjadi tiga yaitu

Kaukasoid, Mongoloid dan Negroid.3

Ras Kaukasoid dibagi menjadi empat subras, yaitu Nordic, Indic, Mediterania,

dan Alpine. Ras Mongoloid dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu Asiatic Mongoloid,

Malayan Mongoloid dan Indian Mongoloid. Ras negroid dibagi menjadi tiga

kelompok, yaitu Afrika Negroid, Negrito dan Negroid Melanesia. Selain ketiga ras

tersebut, juga terdapat ras khusus lainnya, seperti ras Austranosoid, Ainu, Veddoid

dan Polinesoid.4

Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara multiras, karena

banyak ras yang menetap dan tinggal.5 Pada awalnya, masyarakat Indonesia terbagi

menjadi dua ras utama, yaitu ras Negroid Melanosoid yang meneteap di Indonesia

bagian timur dan ras Malayan Mongoloid yang menetap di Indonesia bagian barat.2

Akan tetapi, karena letak gografis Indonesia yang strategis dan dahulu terdapat

beberapa daerah di Indonesia menjadi jalur perdagangan dunia seperti daerah

1
2

Palembang, banyak ras lain datang dan menetap tinggal di Indonesia khususnya di

Palembang.7 Ras pendatang yang tinggal sebagai warga negara Indonesia biasanya

menetap dalam satu tempat dan membentuk suatu komunitas yang biasanya disebut

etnis.8 Terdapat beragam etnis yang ada di Palembang, baik etnis asli seperti etnis

Palembang maupuan etnis pendatang seperti etnis Arab. Kedua etnis ini juga masih

melakukan tradisi menikah sesama etnis mereka untuk mempertahankan ciri khas ras

masing-masing.9

Etnis Palembang merupakan bagian dari ras mongoloid subras Malayan

Mongoloid yang memiliki ciri-ciri dental dan skeletal yang khas seperti seperti

lengkung rahang ovoid, bentuk kepala brakhisefalik, tipe wajah euriprosopik,

lengkung gigi elipsoid, perkembangan penuh gigi insisif pada bagian palatal bahkan

lingual sehingga shovel shaped incisor terlihat jelas, kedua rahang maju, dan profil

wajah cembung.10-13 Sedangkan etnis arab merupakan bagian dari ras kaukasoid

subras mediterania yang memiliki ciri dental dan skeletal yang khas yakni ukuran

rahang sempit atau paraboloid sehingga sering ditemukan gigi berjejal, bentuk kepala

mesosefalik, tipe wajah mesoprosopik, dagu melekuk ke dalam, profil wajah lurus,

serta beberapa penelitian menyatakan bahwa pada keturunan arab rentan terjadinya

maloklusi.10,14-17

Maloklusi merupakan suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk

standar yang diterima sebagai bentuk normal.17 Penyimpangan oklusi tersebut sangat

bervariasi baik pada tiap-tiap individu maupun sekelompok populasi. Di Indonesia


3

maloklusi merupakan masalah yang sangat perlu diperhatikan, mengingat prevalensi

maloklusi di Indoneisa mencapai 89%.18

Maloklusi terbagi atas dua macam yakni maloklusi skeletal dan maloklusi

dental.17 Keduanya memiliki korelasi satu sama lain. Angle mengelompokkan

maloklusi dental menjadi 3 kelas, yakni klas I, klas II, dan klas III19. Bentuk-bentuk

maloklusi dental yang dapat dijumpai antara lain protrusi, intrusi, ekstrusi, cross bite,

deep bite, open bite, gigi berjejal, dan diastema.20

Tingkat keparahan maloklusi sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan genetik.21

Pengaruh lingkungan yang memungkinkan peningkatan insidensi maloklusi seperti

trauma, kebiasaan buruk, nutrisi, premature loss gigi desidui dan karies proksimal.

Faktor genetik seperti penyakit kongenital dan ras juga memainkan peranan penting

dalam mempengaruhi ukuran serta bentuk gigi dan rahang, yang mana ukuran gigi

dan rahang menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya maloklusi.22,23,24

Penelitian tentang adanya hubungan ras terhadap terjadi maloklusi telah banyak

dilakukan. Hasil penelitian Abdullah, menyatakan bahwa dari 602 sampel keturunan

arab, 40,2 % mengalami maloklusi klas II dilihat dari sudut ANB.16 Selain itu,

Michael & Stephan menyatakan bahwa pada ras mongoloid cendrung mengalami

maloklusi klas III.25

Masalah maloklusi dapat ditangani dengan perawatan ortodontik.19 Perawatan

ortodontik untuk mengkoreksi maloklusi terbagi menjadi dua, yakni perawatan

ortodontik fungsional yang diindikasikan pada anak-anak dan perawatan ortodontik

cekat yang diindikasikan pada orang dengan usia mulai dari 13 tahun, yang mana
4

pada usia tersebut sudah terdapat gigi permanen. Perawatan ortodontik yang

ditujukan untuk merawat maloklusi bertujuan agar tercapai efisiensi fungsional,

keseimbangan struktur, dan keharmonisan estetik. Perawatan ortodontik tidak hanya

memperbaiki penampilan wajah seseorang tetapi juga memperbaiki dan

meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.19 Akan tetapi, beberapa penelitian

menyatakan bahwa masih sedikitnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang

kebutuhan perawatan ortodontik.26,27 Oleh karena itu dibutuhkan suatu tindakan untuk

mengetahui gambaran tingkat kebutuhan perawatan ortodontik.

Indeks merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk menggambarkan

tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada suatu populasi. Indeks yang sering

digunakan untuk mengukur tingkat kebutuan perawatan ortodontik pada populasi

adalah Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN) yang diperkenalkan oleh Brook

dan Shaw tahun 1989. Index of Orthodontic Treatment Need terdiri dari dua

komponen yakni komponen estetik (AC) dan komponen kesehatan gigi (DHC). Index

of Orthodontic Treatment Need telah diterima secara internasional,karena dinilai

valid, dapat dipercaya, dan mudah digunakan.28

Penelitian terdahulu mengenai tingkat kebutuhan perawatan ortodontik

menggunakan IOTN telah banyak dilakukan di berbagai negara seperti arab, nepal,

iran, inggris, hongkong.29,30,31,32,33 Akan tetapi, masih sedikit dilakukan penelitian

tentang tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada populasi suatu etnis

menggunakan IOTN. Oleh sebab itu penelitian lebih lanjut perlu dilakukan,

mengingat banyaknya etnis yang ada di Indonesia baik itu etnis asli maupun etnis
5

pendatang. Hal tersebut yang menjadi dasar dilakukannya penelitian mengenai

perbandingan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik antara etnis palembang dan

etnis arab di Palembang menggunakan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN).

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana gambaran tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada etnis

palembang di Palembang berdasarkan komponen Estetik (Aesthetic

Component) dan komponen kesehatan gigi (Dental Health Component) dari

Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN)?

2. Bagaimana gambaran tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada etnis arab

di Palembang berdasarkan komponen Estetik (Aesthetic Component) dan

komponen kesehatan gigi (Dental Health Component) dari Index of

Orthodontic Treatment Need (IOTN)?

3. Bagaimana perbandingan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada etnis

palembang dan etnis arab di Palembang berdasarkan komponen Estetik

(Aesthetic Component) dan komponen kesehatan gigi (Dental Health

Component) dari Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN)?


6

I.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui gambaran tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada etnis

palembang di Palembang menggunakan Index of Orthodontic Treatment Need

(IOTN).

2. Mengetahui gambaran tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada etnis

Arab di Palembang menggunakan Index of Orthodontic Treatment Need

(IOTN).

3. Mengetahui perbandingan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik pada etnis

Palembang dan etnis Arab di Palembang menggunakan Index of Orthodontic

Treatment Need (IOTN).

I.4 Manfaat Penelitian

1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat khususnya etnis palembang dan

etnis arab akan perlunya perawatan ortodontik.

2. Memberikan informasi mengenai jumlah dan gambaran kebutuhan perawatan

ortodontik pada etnis palembang dan etnis arab di Palembang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Maloklusi

II.1.1 Pengertian Oklusi

Oklusi menurut Wheeler (1969) merupakan suatu keadaan dimana gigi geligi

pada lengkung mandibula berkontak dengan gigi geligi lengkung maksila dalam

berbagai hubungan fungsional yang terjadi selama beberapa pergerakan mandibula.34

Ada dua macam istilah dalam oklusi, yaitu :35

a. Oklusi ideal

Oklusi ideal merupakan suatu konsep teoritis oklusi yang sukar atau bahkan yang

tidak mungkin terjadi pada manusia.

b. Oklusi normal

Oklusi normal merupakan suatu hubungan gigi geligi di satu rahang terhadap gigi

geligi di rahang lain apabila kedua rahang tersebut dikatupkan dan condylus

mandibularis berada pada fossa glenoidea.

II.1.2 Pertumbuhan dan Perkembangan Oklusi

Pertumbuhan dan perkembangan oklusi dibagi menjadi beberapa periode sebagai

berikut :

1. Periode Pre-Dental

2. Periode gigi desidui

3. Periode gigi bercampur

7
8

4. Periode gigi Permanen

Gigi geligi dalam rongga mulut umumnya sudah erupsi secara keseluruhan

pada usia 13 tahun, kecuali gigi molar ketiga. Akan tetapi gigi masih membutuhkan 1

– 3 tahun pasca erupsi untuk pertumbuhan dan penutupan akar. Sehingga secara

normal pertumbuhan gigi geligi akan mulai berhenti pada usia 18 tahun.40

II.1.3 Pengertian Maloklusi

Maloklusi menurut Kamus Kedokteran Gigi merupakan suatu oklusi abnormal

yang ditandai dengan tidak benarnya hubungan antar lengkung atau adanya anomali

abnormal dalam posisi gigi.36

Maloklusi adalah bentuk menyimpang dari bentuk standar yang diterima

sebagai bentuk normal. Maloklusi juga berarti kelainan ketika gigi geligi maksila dan

mandibula saling bertemu ketika menggigit atau mengunyah.35

Suatu hubungan gigi geligi dikatakan maloklusi apabila terdapat

ketidaksejajaran gigi dalam hubungannya dengan kedua lengkung rahang (maksila

dan mandibula). Ketidakharmonisan lengkung maksila dan mandibula juga dapat

menyebabkan terjadinya maloklusi.

Menurut William R. Proffit, maloklusi dapat menyebabkan beberapa gangguan

pada penderitanya yaitu :37

a. Masalah psikososial yang disebabkan oleh gangguan estetis wajah.

b. Masalah dengan fungsi rongga mulut termasuk kesulitan dalam menggerakkan

rahang (gangguan otot dan nyeri), gangguan sendi temporomandibular,

gangguan pengunyahan, menelan, dan berbicara.


9

c. Kemungkinan mendapat trauma lebih mudah, masalah penyakit periodontal,

dan kehilangan gigi.

II.1.4 Etiologi maloklusi

Maloklusi tidak disebabkan oleh satu faktor, melainkan ada beberapa faktor

yang menyebabkan maloklusi, sehingga sulit untuk menentukan faktor etiologi yang

spesifik.

Etiologi maloklusi menurut Moyers (1977) adalah sebagai berikut:38

a. Sistem Neuromuskular

Beberapa pola kontraksi neuromuskular beradaptasi menjadi

ketidakseimbangan tulang yang berujung pada terjadinya malposisi gigi.

b. Tulang

Tulang wajah (terutama maksila dan mandibula) menjadi basis dari

lengkung gigi, penyimpangan pada morfologi dan perkembangannya akan

mengubah hubungan dan fungsi oklusal. Banyak dari kasus maloklusi yang berat

terbentuk dari ketidakseimbangan tulang kraniofasial.

Perawatan ortodontik dari disharmoni skeletal harus dilakukan, baik

degnan cara mengubah pertumbuhan tulang kraniofasial atau menyamarkan

dengan menggerakkan gigi sehingga dapat menutupi kekurangan tersebut.

c. Gigi

Gigi dapat menjadi penyebab utama pada etiologi deformasi dentofasial

dengan banyak sekali kemungkinan.variasi dalam ukuran, bentuk, jumlah, atau

posisi dari gigi, dapat menyebabkan maloklusi. Salah satu dari masalah yang
10

sering ditemukan adalah ukuran gigi yang terlalu besar pada lengkung yang

ternyata lebih kecil untuk ditempati gigi geligi tersebut. Maloklusi gigi memiliki

kemungkinan untuk menyebabkan terjadinya malfungsi yang secara tidak

langsung mengubah pertumbuhan tulang.

Gigi dapat digerakkan dengan menggunakan alat ortodontik untuk

memperbaiki maloklusi, menyamarkan skeletal dysplasia, dan membantu

menghilangkan disfungsi neuromuscular.

d. Jaringan Lunak

Penyakit jaringan periodontal dan kehilangan perlekatan serta dari berbagai

variasi penyakit jaringan lunak termasuk struktur sendi temporomandibular, dapat

menyebabkan maloklusi.

e. Herediter

Herediter sudah lama menjadi indikasi penyebab maloklusi. Peran herediter

pada pertumbuhan kraniofasial dan pada etiologi dari deformitas dentofasial telah

menjadi subjek utama dari beberapa penelitian.

Meskipun sedikit dari pengetahuan yang menetapkan bahwa herediter

termasuk faktor yang menyebabkan maloklusi, hampir semua pihak setuju bahwa

herediter memainkan peran penting dalam etiologi dari anomali dentofasial.37,38.

f. Trauma

Trauma prenatal pada fetus dan trauma postnatal dapat menyebabkan

trauma deformmasi dentofasial. Hipoplasia mandibula dapat disebabkan oleh

tekanan intrauterin atau trauma selama melahirkan. Asimetris pada wajah dapat
11

disebabkan oleh lutut atau kaki fetus yang menekan dan mendorong wajah ke

arah yang dapat membentuk pola asimetri dari pertumbuhan wajah dan retardasi

dari perkembangan mandibula.

Trauma postnatal dapat disebabkan oleh fraktur tulang rahang dan gigi,

dapat juga terjadi karena kebiasaan-kebiasaan yang mennimbulkan trauma mikro

pada periode waktu yang lama. Trauma pada sendi temporomandibular

dilaporkan dapat menyebabkan asimetri wajah dan terjadi disfungsi

temporomandibula.

g. Kebiasaan Buruk

Beberapa kebiasaan dapat menjadi suatu stimuli yang merangsang

pertumbuhan normal pada rahang. Sebagai contoh, pergerakan bibir yang

abnormal dan aktivitas pengunyahan. Kebiasaan abnormal yang mempengaruhi

pola normal pertumbuhan wajah harus dibedakan dari kebiasaan normal yang

merupakan bagian dari fungsi normal oropharyngeal dan sangat penting pada

pertumbuhan kraniofasial dan fisiologi oklusal.

 Menghisap jempol dan Menghisap jari

Menghisap jempol atau jari sering dilakukan oleh anak-anak untuk

berbagai macam alasan. Menghisap jari dapat meningkatkan kecenderungan

mengalami penelanan abnormal, kebiasaan menghisap jari berhubungan dengan

peningkatan derajat keparahan pada gejala maloklusi. Kebiasaan menghisap jari

yang terus berlanjut seiring perkembangan usia anak, sangat kuat hubungannya
12

dengan pembentukan pola rahang dan gigi menjadi distoklusi, open bite, cross

bite, dan peningkatan overjet.

 Lip-Sucking dan Lip-Bitting

Lip-Sucking atau menghisap bibir, dapat terjadi bersamaan dengan

menghisap jempol. Pada hampir seluruh kasus bibir pada rahang bawah juga ikut

dihisap.Saat bibir rahang bawah terus menerus berada di antara gigi anterior

maksila, ini akan menghasilkan labioversi pada gigi tersebut, open bite dan

linguoversi pada gigi insisivus rahang bawah.

h. Karies

Penyebab tunggal terbesar yang menyebabkan maloklusi lokal yakni karies

gigi. Karies bertanggung jawab untuk kehilangan gigi susu yang terlalu dini,

pergeseran gigi tetap, erupsi dini dari gigi tetap, dan lain-lain.

II.1.5. Klasifikasi Maloklusi

Maloklusi menurut klasifikasi Angle didasarkan pada hubungan gigi molar

pertama tetap rahang atas terhadap gigi molar pertama tetap rahang bawah, dan

terbagi menjadi tiga kelas, yaitu40 :

1. Kelas I

Puncak bonjol (cusp) mesiobukal molar pertama tetap rahang atas

berkontak dengan alur (groove) bukal molar pertama rahang bawah, dan bonjol
13

(cusp) mesiopalatal molar pertama tetap rahang atas terletak di cekungan pusat

(central fossa) molar pertama tetap rahang bawah.

(a) (b) (c)

Gambar 1. Maloklusi Kelas I Angle40


(a). Tampak samping kanan, (b). Tampak depan, (c) Tampak
samping kiri.

Penderita mengeluhkan adanya kelainan posisi gigi yang menyertai maloklusi kelas I

Angle. Kelainan tersebut adalah sebagai berikut41 :

a) Gigi anterior berjejal

b) Gigi kaninus ektopik

c) Gigi anterior protusif

d) Gigi anterior diastema

Dr. Martin Dawey (1915) memodifikasi klasifikasi Angle kelas I berdasarkan

malposisi segmen anterior dan posterior menjadi beberapa tipe, yaitu40 :

1) Tipe 1 : Gigi anterior rahang atas berjejal

2) Tipe 2 : Gigi insisivus rahang atas labioversi

3) Tipe 3 : Gigi insisivus rahang atas linguoversi terhadap gigi insisivus

rahang bawah (anterior crossbite).


14

4) Tipe 4 : Gigitan silang pada gigi molar dan premolar

(posterior crossbite).

5) Tipe 5 : Gigi molar mesioversi karena hilangnya gigi pada bagian

mesial gigi tersebut (mesial drifting).

2. Kelas II

Puncak bonjol (cusp) mesiobukal molar pertama tetap rahang atas berada

lebih mesial dari pada alur (groove) bukal molar pertama tetap rahang bawah. Angle

membagi maloklusi kelas II ke dalam dua divisi berdasarkan angulasi labiolingual

dari insisivus rahang atas, yaitu :

1. Kelas II – divisi I : Gigi insisivus rahang atas labioversi.

2. Kelas II – divisi II : Gigi insisivus pertama rahang atas linguoversi dan

gigi insisivus kedua rahang atas tipping ke arah labial

atau mesial.

3. Kelas II – subdivisi : Hubungan molar atas dan molar bawah terjadi pada

satu sisi lengkung gigi.

(a) (b) (c)

Gambar 2 : Maloklusi Kelas II – divisi I Angle40

(a). Tampak samping kanan, (b). Tampak depan, (c) Tampak


samping kiri.
15

(a) (b) (c)

Gambar 3 : Maloklusi Kelas II – divisi II Angle40

(a). Tampak samping kanan, (b). Tampak depan, (c) Tampak


samping kiri.

(a) (b) (c)

Gambar 4 : Maloklusi Kelas II – subdivisi Angle40

(a). Tampak samping kanan, (b). Tampak depan, (c) Tampak


samping kiri.

Pada kelas II Angle biasanya disertai keadaan dagu yang cenderung resesif

(recessive chin)42, memiliki dua divisi berdasarkan letak gigi insisivus. Pada divisi I,

gigi insisivus atas cenderung protusif (labioversi) dengan profil mandibula

retrognati35,43, memiliki profil wajah cembung42, overbite dan overjet besar, sehingga

bibir atas pendek dan tipis (incompetent lip) mengakibatkan sulitnya pengucapan

bilabial consonant (huruf b, p, m, dan w)35,44, kadang-kadang disebabkan karena

kecilnya rahang bawah , sehingga profil pasien terlihat seperti paruh burung,
16

sedangkan pada divisi 2, gigi insisivus atas cenderung retrusif (linguoversi) dengan

profil mandibula prognati, gigi anterior terlihat seolah-olah normal tetapi terjadi

deepbite, sehingga bibir bawah menutupi setengah insisal gigi insisivus rahang atas

(high lip line), dan profil pasien juga terlihat seolah-olah normal.

3. Kelas III

Bonjol (cusp) mesiobukal molar pertama tetap rahang atas berada lebih distal

daripada alur (groove) bukal molar pertama tetap rahang bawah (Gambar).

Dr. Martin Dewey memodifikasi klasifikasi Angle kelas III menjadi beberapa

tipe, yaitu :

a) Tipe 1 : Hubungan oklusi gigi anterior edge to edge.

b) Tipe 2 : Gigi insisivus rahang atas menumpang pada gigi insisivus rahang

bawah dalam hubungan normal dan gigi insisivus rahang bawah

berjejal.

c) Tipe 3 : Gigi insisivus rahang atas linguoversi terhadap gigi insisivus rahang

bawah (anterior crossbite).

(a) (b) (c)


Gambar 5 : Maloklusi Kelas III Angle40
(a). Tampak samping kanan, (b). Tampak depan, (c) Tampak
samping kiri.
17

Pada kelas III Angle, posisi mandibula prognati menyebabkan posisi dagu

yang lebih maju (prominent chin) mengakibatkan profil wajah cekung35,42,43, disertai

hilang total kontak insisal, bibir bawah lebar, dan tebal menyebabkan incompetent lip.

Selain itu posisi lidah rendah dan terjadi penyimpangan pada fungsi lidah yang

mengurangi kualitas sibilant (bunyi berdesis), yakni pengucapan huruf s dan z.35,44

II.2 Perawatan Ortodontik

II.2.1 Definisi Ortodontik

Menurut pengertian bahasa, ortodontik didefinisikan sebagai ilmu yang

mempelajari tentang perbaikan posisi gigi geligi. Pengertian ini diambil dari bahasa

Yunani, yang diuraikan menjadi orthos yang berarti benar dan dentos yang berarti

gigi. Ortodontik merupakan ilmu yang membahas tentang oklusi dari gigi geligi,

bagaimana oklusi berkembang, mempertahankan agar oklusi tetap baik letak, dan

fungsinya, serta mengadakan koreksi apabila terjadi kelainan-kelainan oklusi.

Ortodontik juga mempelajari cara pencegahan dan perawatan kelainan dentofacial

untuk mendapatkan oklusi yang sehat, seimbang, stabil, estetik, dan menyenangkan.45

Alat Ortodontik yang digunakan untuk memperbaiki kelainan-kelainan gigi

geligi dapat dibedakan berdasarkan cara pemakiannya di dalam mulut. Adapun alat

ortodontik yang dimaksud yakni alat ortodontik lepasan dan alat ortodontik cekat.42
18

II.2.2 Alat Ortodontik Lepasan

Dikatakan alat lepasan karena alat ortodontik ini cara pemakainnya dapat

dipasang dan dilepas dari dalam rongga mulut oleh pasien. Pasien dapat melepas alat

ini untuk dibersihkan dan memasang kembali untuk mendapatkan efek perawatan

yang maksimal.42,45

Semua alat ortodontik, termasuk alat lepasan mempunyai komponen-

komponen yang digunakan dalam perawatan. Alat lepasan harus mempunyai

komponen aktif, retensi, penjangkar, serta mempunyai base plate atau plat

penghubung yang terbuat dari resin akrilik. Yang dimaksud komponen aktif ialah

alat-alat yang memberikan tekanan pada gigi geligi sehingga diperoleh pergerakan

yang diinginkan. Untuk menghindari pergeseran gigi geligi yang tidak diinginkan

maka digunakan komponen retensi. Sedangkan penjangkaran adalah tempat asal

tekanan diberikan.43,46

Gambar 6. Removable Orthodontic Applience40


19

II.2.2.1 Indikasi dan Kontraindikasi.38

Indikasi

1. Modifikasi pertumbuhan rahang selama periode gigi bercampur

2. Ekspansi lengkung dan koreksi malposisi dari gigi

3. Retensi setelah perawatan komprehensif

Kontraindikasi :

1. Maloklusi tipe skletal

II.2.2.2 Komponen-komponen aktif dan pasif

Komponen aktif alat ortodontik lepasan antara lain :

a. Spring : Komponen kawat yang digunakan sebagai pembantu

untuk menghasilkan gaya untuk menggerakkan gigi.

Contoh : Finger Spring, Z Spring, T Spring, Mattress

Spring, Coffin Spring.

b. Canine Retractor : Komponen aktif yang digunakan untuk distalisasi gigi

kaninus.

c. Labial Bow : Komponen aktif yang digunakan untuk memperbaiki

overjet dan untuk fiksasi gigi anterior.

d. Screws : Komponen aktif yang digunakan menyediakan kekuatan

berselah dari alat lepasan.


20

Jenis-Jenis alat ortodontik lepasan

Gambar 7. Komponen-Komponen Aktif Alat Ortodontik Lepasan

(a) Finger Spring, (b) Z Spring, (c) T Spring, (d) Mattress Spring,
(e) Coffin Spring, (f) Canine Retractor (g) Labial Bow,
(h) Screw.40

Komponen Pasif Alat Ortodontik Lepasan :

a. Clasps : Komponen retentif alat ortodontik lepasan. Contoh : Adams’

Clasp, C-Clasp, Full Clasp, Schwarz Clasp.

b. Base Plate : Bagian dasar dari alat ortodontik lepasan yang menjadi

penahan komponen aktif.

II.2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Alat Ortodontik Lepasan

Keuntungan :

1. Oral Hygiene dapat dikontrol

2. Estetik lebih baik dari pada alat ortodontik cekat

3. Dapat buat oleh dokter gigi umum

4. Lebih Murah dibandingkan alat ortodontik cekat


21

Kerugian :

1. Pergerakan gigi terbatas

2. Sulit untuk menggerakkan gigi secara bersamaan

3. Basis alat ortodontik lepasan rentan patah

II.2.3 Alat Ortodontik Cekat

Alat cekat adalah salah satu jenis alat ortodontik yang cara pemakainnya di

dalam rongga mulut dengan melekatkan alat-alat ortodontik pada gigi geligi (Gambar

6). Penggunaan alat ini bertujuan untuk mendapatkan penampilan dentofacial yang

menyenangkan secara estetik yang dihasilkan oleh komponen aktif alat ortodontik

yang dilakukan untuk mengoreksi atau menghilangkan maloklusi gigi geligi40.

Gambar 8. Fixed Orthodontic Applience40


22

II.2.3.1 Indikasi dan Kontraindikasi Alat Ortodontik Cekat

Indikasi :

 Gigi yang mengalami Intrusi dan ekstrusi


 Gigi yang mengalami rotasi
 Penutupan celah pasca ekstraksi
 Pergerakan bodily

Kontraindikasi :

 Oral hygiene buruk.


 Pasien yang tidak kooperatif

II.2.3.2 Komponen-komponen aktif dan pasif alat ortodontik cekat

Menurut Gurkeerat Singh (2007), konstruksi alat ortodontik cekat dibagi

menjadi dua komponen, yaitu komponen aktif dan komponen pasif.

Komponen aktif ortodontik cekat antara lain40 :

a. Separators : Komponen yang digunakan untuk membuat

jarak antara dua gigi yang berdekatan.

b. Arch wires : Lengkung kawat yang dicekatkan atau

dimasukkan ke dalam bracket dan tube.

c. Elastics : Komponen yang berupa karet yang terbuat dari

bahan latex ataupun non latex.


23

d. Elastomerics : Komponen yang digunakan untuk membantu

penutupan celah.

e. Springs : Komponen kawat yang digunakan sebagai

pembantu untuk menghasilkan gaya untuk menggerakkan gigi.

f. Magnets : Komponen yang digunakan untuk menutup

celah.

(a) (b) (c)

(a) (b) (c)

(d) (e)

Gambar 9: Komponen-komponen aktif alat ortodontik cekat40

(a). Separator, (b). Archwires, (c). Elastic, (d). elastometrics,


(e). Spring

Komponen-komponen pasif alat ortodontik cekat antara lain40 :

a. Bands : Lempengan logam tipis berbentuk menyerupai cincin yang

terbuat dari baja tahan karat yang cukup lunak, sehingga


24

dapat disesuaikan dengan bentuk masing-masing gigi. Bands

berfungsi sebagai tempat perlekatan yang bersifat semi

permanen dari alat cekat dan sebagai tempat perlekatan bagi

komponen pasif lainnya yaitu bracket dan tube.

b. Bracket : Komponen yang berfungsi sebagai tempat perlekatan

komponen aktif dari alat cekat.

c. Tube :Tabung dengan bentuk dan ukuran tertentu yang kedua

ujungnya terbuka, biasanya dicekatkan pada band molar.

Tube berfungsi sebagai tempat terminal akhir komponen aktif

dan juga sebagai tempat perlekatan extra oral anchourage.

II.2.3.3 Keuntungan dan Kerugian Alat Ortodontik Cekat

Keuntungan :

1. Ketepatan terhadap kontrol pergerakan gigi.

2. Pergerakan keseluruhan gigi geligi secara bersamaan

3. Pasien merasa lebih nyaman jika dibandingkan dengan alat ortodontik

lepasan.

Kerugian :

1. Kontrol oral hygiene lebih sulit

2. Estetik kurang

3. Hanya dapat dilakukan oleh ortodontis


25

II.2.3 Penilaian Epidemiologi Tingkat Kebutuhan Perawatan Ortodontik

Kebutuhan Perawatan ortodontik dapat di definisikan sebagai tingkat

kebutuhan seseorang terhadap perawatan ortodontik yang dikarenakan adanya

maloklusi pada orang tersebut. Penilaian tingkat kebutuhan perawatan ortodontik

untuk suatu populasi dapat menggunakan indeks. Indeks yang digunakan untuk

menilai kebutuhan perawatan ortodontik merupakan indeks yang bersifat kuantitatif,

yang mana hasil dari penilaian indeks tersebut dapat digunakan untuk tujuan

epidemiologi. Terdapat beberapa indeks yang digunakan untuk menilai kebutuhan

perawatan ortodontik, antara lain DAI (Dental Aesthetic Index), ICON (Index of

Complexity, Outcome and Need), dan IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need).

Akan tetapi Indeks yang umum digunakan untuk menilai kebutuhan perawatan

ortodontik yakni IOTN (Index Of Orthodontic Treatment Need).

II.2.3.1 IOTN ( Index of Orthodontic Treatment Need)

IOTN (Index of Orthodontic Treatment Need) merupakan suatu indeks untuk

mengetahui tingkat kebutuhan perawatan yang diperkenalkan oleh Peter Brook dan

William Shaw tahun 1989. IOTN adalah indeks yang paling umum sering digunakan

untuk menilai kebutuhan perawatan ortodontik pada anak-anak dan orang dewasa.28

IOTN terdiri dari dua komponen yakni komponen estetik (AC) dan komponen

kesehatan gigi (DHC). Komponen-komponen tersebut merupakan suatu metode

untuk menentukan derajat maloklusi seseorang dan presepsi pasien terhadap


26

maloklusi yang terjadi pada pasien tersebut. Keunggulan IOTN dibandingkan dengan

indeks lain yakni IOTN merupakan indeks yang pertama kali memasukan indikator

sosiopsikologi untuk menentukan kebutuhan perawatan.28

A. Komponen Kesehatan Gigi

Komponen Kesehatan Gigi (Dental Health Component) merupakan bagian

dari IOTN. Keistimewaan dari komponen ini yakni dapat mengelompokkan pasien ke

dalam lima kategori yang ditentukan berdasarkan ciri-ciri oklusal dari setiap orang.

Selain itu, komponen ini mengelompokkan temuan-temuan oklusal yang memiliki

pengaruh terbesar terhadap kesehatan dan fungsi rongga mulut ke dalam beberapa

kategori yang berbeda, serta penilaian terhadap komponen ini tidak bersifat

kumulatif, yang artinya komponen ini hanya menilai beberapa ciri oklusal yang

paling parah dan mengklasifikasikan pasien tersebut secara langsung ke dalam

kategori yang telah ditentukan. Penilaian komponen kesehatan gigi ini dapat

dilakukan secara langsung melalui pemeriksaan klinis ataupun penilaian terhadap

model studi.

Kriteria penilaian komponen kesehatan gigi, yakni28 :

Kelas 5 (Sangat butuh)

 Adanya celah bibir dan palatum serta anomali kraniofasial lainnya

 Adanya overjet lebih dari 9 mm


27

 Reverse overjet lebih dari 3.5 mm dan adanya kesulitan dalam proses

pengunyahan dan berbicara.

 Adanya erupsi gigi yang terhambat (kecuali molar tiga) karena gigi berjejal,

adanya gigi supernumerary, persisten gigi sulung, dan penyebab patologi

lainnya.

 Adanya hipodonsia yang ektensif ( lebih dari satu gigi yang hilang di setiap

kuadran).

Kelas 4 (butuh)

 Overjet lebih besar dari 6 mm tapi kurang dari atau sama dengan 9 mm.

 Reverse Overjet lebih dari 3.5 mm dan tidak ada kesulitan dalam proses

pengunyahan dan berbicara.

 Reverse Overjet lebih dari 1 mm tapi kurang dari atau sama dengan 3.5 mm

dan adanya kesulitan dalam proses pengunyahan dan berbicara.

 Anterior atau posterior crossbite dengan pergeseran lebih dari 2 mm antara

posisi kontak retrusi dan posisi intercuspal.

 Posterior lingual crossbite dengan tidak adanya kontal oklusal fungsional

terhadap salah satu atau kedua segmen bukal.

 Pergerakan parah dari gigi lebih besar dari 4 mm.

 Open bite anterior atau lateral yang ekstrim dengan besarnya lebih dari 4 mm.

 Adanya peningkatan dan complete overbite yang menyebabkan lekukan

menonjol pada bagian palatinal atau labial dari gingiva.


28

 Hipodonsia yang kurang ektensif ( tidak lebih dari satu gigi yang hilang pada

setiap kuadran).

Kelas 3 (Sedang)

 Overjet lebih besar dari 3.5 mm tapi kurang dari atau sama dengan 6 mm

dengan bibir inkompeten pada saat istirahat.

 Reverse Overjet lebih dari 1 mm tapi kurang dari atau sama dengan 3.5 mm.

 Adanya peningkatan dan complete overbite dengan kontak gingival tetapi

tidak adanya pembesaran atau tanda-tanda trauma.

 Anterior atau posterior crossbite dengan jarak antara posisi kontak retrusi dan

posisi intercuspal lebih dari 1 mm tapi kurang dari atau sama dengan 2 mm.

 Open bite anterior atau lateral yang sedang dengan jarak lebih dari 2 mm

tetapi kurang dari atau sama dengan 4 mm.

 Pergerakan dari gigi lebih dari 2 mm tetapi kurang dari atau sama dengan 4

mm.

Kelas 2 ( Sedikit )

 Overjet lebih dari 3.5 mm tapi kurang dari atau sama dengan 6 mm dengan

bibir kompeten saat istirahat.

 Reverse Overjet lebih dari 0 mm tapi kurang dari atau sama dengan 1 mm.

 Overbite lebih dari 3.5 mm tanpa adanya kontak gingival.


29

 Crossbite anterior dan posterior dengan jarak antara posisi kontak retrusi dan

posisi intercuspal kurang dari atau sama dengan 1 mm.

 Open bite lateral atau anterior dengan jarak lebih dari 1 mm tetapi kurang dari

atau sama dengan 2 mm.

 Pre normal dan post normal oklusi tanpa adanya anomali lainnya

 Pergerakan dari gigi yang sedikit lebih dari 1 mm tetapi kurang dari atau sama

dengan 2 mm.

Kelas 1 ( Tidak membutuhkan perawatan)

 Pergerakan gigi kurang dari atau sama dengan 1 mm.

Penilaian Komponen kesehatan gigi (DHC)

1. DHC 1-2 : Sedikit atau tidak membutuhkan perawatan

2. DHC 3 : Membutuhkan perawatan secukupnya.

3. DHC 4-5 : Sangat membutuhkan perawatan

B. Komponen Estetik (AC)

Komponen estetik terdiri dari skala bergambar yang menunjukkan 10 kategori

gambaran estetik gigi yang mana skala tersebut digunakan untuk menetukan presepsi

setiap individu untuk menilai maloklusinya sendiri. Skala tersebut terdiri dari 10

gambaran berwarna, dimana masing-masing gambar memiliki tingkatan yang berbeda


30

dari sisi penampilan giginya. Skala 1 memiliki tingkatan penampilan estetik gigi yang

paling tinggi, sedangkan skala 10 memiliki tingkatan penampilan estetik gigi yang

paling kecil.

Gambar 10. Sepuluh skala penampilan estetik47

Penilaian komponen estetik :

1. Kategori 1-4 : Sedikit atau tidak membutuhkan perawatan

2. Kategori 5-7 : Membutuhkan perawatan secukupnya

3. Kategori 8-10 : Sangat membutuhkan perawatan


31

II.3 Ras

Ras merupakan suatu konsep yang penting untuk memudahkan pemikiran

dalam mempelajari variasi manusia1. Variasi manusia dapat terlihat pada warna kulit,

warna rambut, bentuk tubuh dan bentuk gigi-geliginya2. Ras adalah suatu kelompok

orang yang mengidentifikasi diri sendiri dan diidentifikasi oleh orang lain sebagai

perbedaan sosial yang didasarkan oleh ciri fisik atau biologis1. Keanekaragaman ciri

fisik setiap ras ini bukan suatu hal yang mutlak tetapi merupakan kombinasi sifat fisik

antar ras yang dipengaruhi oleh faktor genetik, ekologi dan kebudayaan2. Pada

awalnya, setiap ras hanya menempati negara tertentu saja. Akan tetapi, karena adanya

asimilasi, hubungan dagang, peperangan, dan lain-lain masing-masing ras tersebar di

seluruh penjuru dunia.

II.3.1 Ras di dunia

Secara umum ras manusia oleh dibedakan atas tiga ras utama yaitu: ras

Kaukasoid, ras Mongoloid dan ras Negroid3.

A. Ras Kaukasoid

Secara umum ras ini memiliki ciri fisik berkulit putih, tekstur bibir tipis,

memiliki bulu yang tebal, rambut lurus atau bergelombang (cymtorikh), dan bermata

biru atau hijau3,47. Ras kaukasoid yang tersebar luas di dunia terbagi atas empat

subras yaitu4:
32

1. Nordic mendiami Eropa Utara sekitar Laut Baltik, contohnya Nordic dan

Dinaric.

2. Mediterania mendiami sekitar Laut Tengah, Afrika Utara, Armenia, Arabia

dan Irania, contohnya Mediterran, Turkey dan Beduine.

3. Alpine mendiami Eropa Tengah dan Timur, contohnya Alpine dan Osbaltic

4. Indic mendiami sekitar India, contohnya Afghane.

Ciri khusus dari ras kaukasoid ini adalah bentuk kepala mesosefalik, tipe

wajah mesoprosopik, profil wajah lurus, appertura nasal yang sempit, tepi atas rongga

orbita miring ke lateral, sutura metopik jelas, dagu melekuk ke dalam, spina nasalis

menonjol, dan mancung4,10,49. Jika dilihat dari gigi-geligi ras Kaukasoid mempunyai

ciri lengkung rahang sempit dan berbentuk elipsoid, gigi-geligi sering crowded,

permukaan lingual gigi insisif permanen pertama dan kedua rahang atas rata, gigi

molar permanen rahang pertama bawah lebih panjang dan bentuk lebih tapered,

mesio-distal gigi premolar permanen kedua rahang atas lebih besar dari buko-palatal

dan sering dijumpai adanya tonjol carabelli (70-90%).10,14-16.

B. Ras Mongoloid

Secara umum ras ini memiliki ciri fisik kulit kuning, mata berwarna coklat

sampai hitam, rambut lurus (lisotrikh), dahi kecil dan tegak.4,51 Ras mongoloid yang

tersebar di seluruh dunia terbagi menjadi tiga subras, yaitu:4


33

1. Asiatic Mongoloid mendiami Asia Utara, Tengah dan Timur, contohnya

Chinese, Japanese, Mandschu, Koreanese.

2. Malayan Mongoloid mendiami Asia Tenggara, seperti Indonesia dan Malaya,

contohnya Javane.

3. Indian Mongoloid (American Mongoloid) terdiri atas orang Eskimo di

Amerika Utara sampai penduduk Tera del Fuego di Amerika Selatan,

contohnya Kara-Kalmick dan Eskimo.

Ciri khusus dari ras mongoloid ini adalah bentuk kepala brakhisefalik, tipe

wajah euriprosopik, profil wajah cembung, rongga orbita membulat, puncak kepala

tinggi seperti kubah, dan apertura nasal membulat.4,10-13 Jika dilihat dari gigi-geligi

ras Mongoloid mempunyai ciri lengkung gigi berbentuk square, gigi insisif rahang

atas mempunyai perkembangan penuh pada permukaan palatal bahkan lingual

sehingga cingulum gigi insisif terlihat jelas. Bentuk gigi molar lebih dominan

segiempat dan banyak fisur. Prevalensi tonjol carabelli yang rendah.10-13

C. Ras Negroid

Secara umum ras ini memiliki ciri fisik yang khas, yaitu pigmentasi kulit yang

kuat (kulit hitam), bibir dan hidung lebar dan tebal, rambut keriting (ulotrikh), mata

berwarna coklat sampai hitam.49,52 Ras negroid yang tersebar di seluruh dunia terbagi

menjadi tiga subras, yaitu:4

1. African Negroid mendiami benua Afrika, contohnya Bawill-Madchen dan

Makonde-Madchen.
34

2. Negrito mendiami Afrika Tengah, Malaya dan Filipina, contohnya Man aus

Bamum dan Buschmann.

3. Melanesia (papua melanosid) mendiami Irian dan Malenesia, contohnya

Papua von Astroiabebai dan Papua vom Huongolf.

Ciri khusus ras negroid ini adalah bentuk kepala adalah dolikosefalik, tipe

wajah leptoprosopik, profil wajah cekung, tulang pipi tegak, rongga orbita berbentuk

rektangular, dan apertura nasal yang lebar.10,49,52 Jika dilihat dari gigi-geligi ras

Negroid mempunyai ciri rahang yang cendrung bimaksilari protrusi, lengkung gigi

lebar, gigi insisif rahang atas hanya memiliki lekuk sedikit saja, premolar permanen

pertama rahang bawah terdapat dua atau tiga tonjol, akar premolar rahang atas

terdapat tiga akar (trifurkasi), gigi molar ke empat sering ditemukan, bentuk gigi

molar pertama segiempat dan mempunyai fisur seperti sarang laba-laba.

II.3.2 Ras di Indonesia

Secara garis besar klasifikasi ras di Indonesia yaitu53,54 :

1. Ras Mongoloid-Melayu yaitu yang menduduki hampir seluruh wilayah

Indonesia bagian barat. Fisher membedakan dua kelompok ciri fisik (racial

stock) masyarakat Indonesia, yaitu ciri fisik Deutro-Melayu dan ciri fisik

Proto- Melayu. Berikut ini yang termasuk Deutro-Melayu adalah orang-orang

Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lebong, Palembang,

Lampung, Jawa Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir Sunda kecil timur dan
35

Melayu. Yang termasuk Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak dan Toraja,

sedangkan orang Jakarta (Betawi), Borneo Melayu, banjar dan penduduk

pesisir Sulawesi adalah campuran Deutro dan Proto – Melayu.

2. Ras Melanesoid (Negri Melanesia) yaitu orang-orang serumpun dengan suku-

suku bangsa di kepulauan Polynesa, Micronesia, Melanesia, Fiji, Solomon,

Bismark dan Papua Nugini

3. Kecuali dua ras utama di atas, di Indonesia ada juga kelompok-kelompok

penduduk keturunan asing, misalnya orang Cina yang termasuk ras Mongolia

dan orang-orang keturunan Arab, Pakistan dan India yang termasuk ras

Kaukasoid.

Penduduk Indonesia terdiri dari berbagai ras manusia yang berbeda.

Masing-masing memiliki ciri fisik tertentu yang berbeda, sebagai akibat pewarisan

biologi.

II.3.3 Etnis

Menurut kamus Bahasa Indonesia, etnis merupakan suatu sistem

kemasyarakatan yang mempunyai kebudayaan,sistem sosial atau kedudukan

tersendiri karena memiliki keturunan, adat, dan bahasa yang sama.55 Indonesia

dikenal sebagai Negara multietnis, karena banyaknya jumlah etnis yang berada di

Indonesia.5 Etnis-etnis yang terdapat di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua


36

yakni etnis asli Indonesia dan etnis pendatang. Etnis Asli Indonesia seperti etnis

Palembang dan etnis pendatang seperti etnis Arab.

II.3.3.1 Etnis Palembang

Etnis Palembang merupakan etnis asli Indonesia yang menempati daerah

Sumatera Selatan khususnya kota Palembang. Etnis Palembang merupakan kumpulan

orang-orang dengan garis keturunan kesultanan Palembang. Terdapat berbagai istilah

gelar yang digunakan orang-orang etnis Palembang yang menjadi ciri khas etnis

Palembang seperti, Raden, Masagus, Kemas, Kiagus untuk laki-laki dan Raden Ayu,

Masayu, Nyimas, Nyiayu untuk wanita.

Etnis Palembang merupakan bagian dari ras mongoloid subras Malayan

Mongoloid yang memiliki ciri umum seperti kulit kuning, mata berwarna coklat

sampai hitam, rambut lurus (lisotrikh), dahi kecil dan tegak. Hasil penelitian

mengenai ciri-ciri dental ras mongoloid diantaranya seperti lengkung rahang ovoid,

lengkung gigi ellipsoid, perkembangan penuh gigi insisif pada bagian palatal bahkan

lingual sehingga shovel shaped incisor terlihat jelas, kedua rahang maju, profil wajah

cembung, dan risiko terjadinya maloklusi kelas III cukup besar.10-13


37

II.3.3.2 Etnis Arab

Etnis Arab yang tinggal di Indonesia umumnya berasal dari Hadramaut,

yaitu daerah pesisir di Tanah Arab paling Selatan (Yaman). Kedatangan orang Arab

di Indonesia juga bertujuan untuk berdagang, membeli rempah-rempah dan

menyebarkan agama Islam.56 Keturunan Arab cenderung untuk melakukan endogami

yang bertujuan mempererat hubungan sesama keturunan Arab, karena bagi keturunan

Arab ikatan kekerabatan sangat penting.9

Etnis arab memiliki ciri-ciri fisik, seperti hidung mancung, kulit putih,

rambut keriting dengan warna coklat sampai hitam, dan bulu lebat.57 Berdasrkan ciri

fisik tersebut, keturunan arab dapat digolongkan ke dalam ras kaukasoid. Hasil

penelitian mengenai ciri-ciri dental keturunan arab yakni ukuran rahang sempit atau

paraboloid, sering ditemukan gigi berjejal, bentuk kepala mesosefalik, tipe wajah

mesoprosopik, profil wajah lurus, serta beberapa penelitian menyatakan bahwa pada

keturunan arab rentan terjadinya maloklusi.10,14-16


38

II.4 KERANGKA TEORI

MALOKLUSI LINGKUNGAN

FAKTOR
LOKAL
KEBIASAAN
BURUK
KEBUTUHAN PENYAKIT
GENETIK
PERAWATAN KONGENITAL
ORTODONTIK RAS/ETNIS

PERBANDINGAN INDEX
OF ORTHODONTIC
TREATMENT NEED (IOTN)

ETNIS ETNIS ARAB


PALEMBANG

HIPOTESIS

Terdapat perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik antara etnis Palembang


dan etnis Arab di Palembang.
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi analitik dengan

desain cross sectional.58

III.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di beberapa tempat tinggal masing-masing subjek penelitian

yang berlokasi di Palembang pada tanggal 1 Februari – 7 Februari 2016

III.3 Populasi dan Sampel Penelitian

III.3.1 Populasi Penelitian

Penelitian dilakukan terhadap populasi etnis Palembang dan etnis Arab di

Palembang.

III.3.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah etnis Palembang dan etnis Arab di

Palembang dengan usia 18 – 25 tahun.

Perhitungan jumlah sampel didapat dengan menggunakan rumus Lemeshow

sebagai berikut59:
?
? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ? ?
n1 = n2 = ? ?
?? ? ??

Keterangan :

n1= n2 = Besar sampel

39
40

P1 = Proporsi kebutuhan perawatan ortodontik pada kelompok etnis arab.

(84,8% = 0,848).29

P2 = Proporsi kebutuhan perawatan ortodontik pada kelompok etnis

Palembang. (43,8 % = 0.438 ).60

P = Rata-rata P1 dan P2 (64,3% = 0,643)

Q1 = (1-P1) = 15,2% = 0,152

Q2 = (1-P2) = 56,2% = 0,562

Q = Rata-rata Q1 dan Q2 (35,7% = 0,357)

Zα = Nilai Z pada derajat kemaknaan (95% = 1,96)

Zβ = Nilai Z pada kekuatan uji power (95% = 1,64)


?
? ? ? √? Ç? ? ? ? Ç? ? ? ? ? ? ? ? √? ? ? ? Ç? ? ? ? ? ? ? ? ? Ç? ? ? ?
n1 = n2 = ? ?
? ???? ? ???

?
? ? ? √? ? ? ? ? ? ? ? ? √? ? ? ? ? ? ? ? ?
= ? ?
? ??

? ? ? Ç? ? ? ? ? ? Ç? ? Ç? ? ? ? ? ?
= ? ? ??
?

= 5,62 = 31,36 = 32

Jadi, Jumlah minimal besar sampel setiap kelompok yang dibutuhkan adalah

32 orang.
41

III.3.3 Kriteria Sampel Penelitian

a. Kriteria Inklusi

1. Laki-laki dan wanita yang berusia 18-25 tahun.

2. Individu berasal dari minimal tiga keturunan murni.

3. Kooperatif.

b. Kriteria Eksklusi

1. Individu yang memiliki riwayat atau sedang menjalani perawatan ortodonti.

2. Individu yang memiliki kelainan congenital.

3. Individu memiliki riwayat pencabutan gigi permanen, kecuali gigi M3.

III.3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah consecutive sampling

yaitu teknik sampling yang digunakan ketika tidak terdapat data populasi, yang

mana teknik pengambilan sampelnya sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan

dan sampel diambil sampai jumlah minimal dari besaran sampel.59

III.4 Variabel Penelitian

a. Variabel Independen (Variabel Pengaruh)

Etnis Palembang dan etnis Arab

b. Variabel Dependen

Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN)

c. Variabel Terkendali

- Umur

- Penyakit kongenital
42

d. Variabel Tak Terkendali

- Genetik

- Kebiasaan buruk

III.5 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan:

1. Alat tulis

2. Kaca mulut

3. Sendok Cetak (ukuran S, M, L)

4. Rubber Bowl dan Spatula

5. Handscoon

6. Masker

7. Basis segi 7

8. Sliding Calipers

9. Cermin

10. Kertas Bergambar 10 skala penampilan estetik

11. Baki alat

12. Kotak sampah

13. Kamera
43

Bahan yang digunakan:

1. Bahan cetak Alginate

2. Gips Stone

3. Gips Plaster

4. Air

5. Tisu

III.6 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur


1. Variabel
Independen
- Etnis Palembang Etnis Palembang Kartu Keluarga - Wawancara
- Etnis Palembang
merupakan asli tiga garis
keturunan yaitu Ayah, Ibu, - Bukan Etnis
kakek, nenek, kakek buyut,
Palembang
dan nenek buyut merupakan
etnis Palembang.
- Etnis Arab Etnis Arab merupakan asli Kartu Keluarga - Wawancara - Etnis Arab
tiga garis keturunan yaitu
- Bukan Etnis
Ayah, Ibu, kakek, nenek,
Arab
kakek buyut, dan nenek
buyut merupakan etnis
Arab.
2. Variabel
Dependen

- Index of Suatu indeks yang

Orthodontic digunakan untuk

Treatment Need mengetahui tingkat

(IOTN) kebutuhan perawatan


ortodontik pada individu
atau populasi. Indek ini
44

terdiri dari 2 komponen


yakni komponen estetik
dan komponen kesehatan
gigi.
a.Komponen Estetik Kertas 10 Skala Observasi
bergambar Skala Ordinal
Komponen estetik estetik
- Skala 1-4 :
merupakan bagian dari
Sedikit atau
IOTN yang menilai
tidak butuh
penampilan estetik gigi.
perawatan
ortodontik.
- Skala 5-7 :
Membutuhkan
perawatan
ortodontik
secukupnya.

- Skala 8-10 :
Sangat
membutuhkan
perawatan
ortodontik.

Skala Ordinal

b. Komponen kesehatan Sliding Calipers Observasi

gigi  Kategori 1-2 :

Komponen kesehatan gigi Sedikit atau

merupakan bagian dari tidak

IOTN yang menilai ciri-ciri membutuhkan

oklusal gigi setiap individu. perawatan

Parameter – parameter yang ortodontik.

diukur pada komponen  Kategori 3 :

kesehatan gigi yakni Membutuhkan

Missing Teeth, Overjet, perawatan

Crossbite, Displacement ortodontik

Teeth, dan Overbite secukupnya.

(MOCDO). Penilaian yang


45

diambil berdasarkan tingkat  Kategori 4-5 :


keparahan yang paling Sangat
besar di setiap individu membutuhkan
sesuai dengan kategori - perawatan
kategori penilaian. ortodontik.
Kategori Penilaian :
- Kategori 5 (Sangat butuh)
 Adanya celah bibir dan

palatum serta anomali

kraniofasial lainnya

 Adanya overjet lebih dari

9 mm

 Reverse overjet lebih dari

3.5 mm dan adanya

kesulitan dalam proses

pengunyahan dan

berbicara.

 Adanya erupsi gigi yang

terhambat (kecuali molar

tiga) karena gigi berjejal,

adanya gigi

supernumerary, persisten

gigi sulung, dan

penyebab patologi

lainnya.

 Adanya hipodonsia yang

ektensif ( lebih dari satu

gigi yang hilang di setiap

kuadran)
46

- Kategori 4 (Butuh)
 Overjet lebih besar dari 6

mm tapi kurang dari atau

sama dengan 9 mm.

 Reverse Overjet lebih

dari 3.5 mm dan tidak

ada kesulitan dalam

proses pengunyahan dan

berbicara.

 Reverse Overjet lebih

dari 1 mm tapi kurang

dari atau sama dengan

3.5 mm dan adanya

kesulitan dalam proses

pengunyahan dan

berbicara.

 Anterior atau posterior

crossbite dengan

pergeseran lebih dari 2

mm antara posisi

kontak retrusi dan

posisi intercuspal.

 Posterior lingual

crossbite dengan tidak

adanya kontal oklusal

fungsional terhadap

salah satu atau kedua

segmen bukal.
47

 Pergerakan parah dari

gigi lebih besar dari 4

mm.

 Open bite anterior atau

lateral yang ekstrim

dengan besarnya lebih

dari 4 mm.

 Adanya peningkatan

dan complete overbite

yang menyebabkan

lekukan menonjol pada

bagian palatinal atau

labial dari gingiva.

 Hipodonsia yang
kurang ektensif ( tidak
lebih dari satu gigi
yang hilang pada setiap
kuadran).
- Kategori 3 (Sedang)
 Overjet lebih besar dari

3.5 mm tapi kurang dari

atau sama dengan 6

mm dengan bibir

inkompeten pada saat

istirahat.

 Reverse Overjet lebih

dari 1 mm tapi kurang

dari atau sama dengan

3.5 mm.
48

 Adanya peningkatan

dan complete overbite

dengan kontak gingival

tetapi tidak adanya

pembesaran atau tanda-

tanda trauma.

 Anterior atau posterior

crossbite dengan jarak

antara posisi kontak

retrusi dan posisi

intercuspal lebih dari 1

mm tapi kurang dari

atau sama dengan 2

mm.

 Open bite anterior atau

lateral yang sedang

dengan jarak lebih dari

2 mm tetapi kurang dari

atau sama dengan 4

mm.

 Pergerakan dari gigi


lebih dari 2 mm tetapi
kurang dari atau sama
dengan 4 mm.

- Kategori 2 (Sedikit)
 Overjet lebih dari 3.5

mm tapi kurang dari

atau sama dengan 6


49

mm dengan bibir

kompeten saat istirahat.

 Reverse Overjet lebih

dari 0 mm tapi kurang

dari atau sama dengan

1 mm.

 Overbite lebih dari 3.5

mm tanpa adanya

kontak gingival.

 Crossbite anterior dan

posterior dengan jarak

antara posisi kontak

retrusi dan posisi

intercuspal kurang dari

atau sama dengan 1

mm.

 Open bite lateral atau

anterior dengan jarak

lebih dari 1 mm tetapi

kurang dari atau sama

dengan 2 mm.

 Pre normal dan post

normal oklusi tanpa

adanya anomali lainnya

 Pergerakan dari gigi


yang sedikit lebih dari
1 mm tetapi kurang dari
atau sama dengan 2
mm.
50

- Kategori 1 (Tidak
membutuhkan
perawatan)
 Pergerakan gigi kurang
dari atau sama dengan
1 mm.
3. Variabel Usia Kronologis yaitu Kartu Tanda Wawancara Usia 18 – 25
Penduduk
Terkendali satuan waktu yang tahun
(KTP)
Usia mengukur keberadaan suatu
benda atau makhluk yang
masih hidup ataupun yang
mati
Kelainan Kelainan dalam - Wawancara - Ada kelainan

Kongenital pertumbuhan struktur bayi congenital


yang timbul sejak - Tidak Ada
kehidupan hasil konsepsi kelainan
sel telur. Kelainan kongenital
congenital disebabkan oleh
mutasi genetic. Kelainan
kongenital yang
mempengaruhi maloklusi
contohnya sindrom down,
anemia sel sabit,
thalasemia.
5. Variabel Tidak Prilaku / tindakan yang - Wawancara - Ada kebiasaan
Terkendali sering dilakukan sehari- buruk
Kebiasaan Buruk hari, baik disengaja atau - Tidak ada
tidak disengaja sehingga kebiasaan
menghasilkan akibat yang buruk,
tidak baik terhadap
kesehatan gigi dan mulut
seperti, menghisap jari,
bernafas melalui mulut,
menjulurkan lidah, dan lain
– lain.
51

Gambar 11 . Skala penampilan estetik gigi.47

III.7 Tahapan Penelitian

1. Pasien dipilih secara acak sesuai dengan kriteria sampel sampai memenuhi

jumlah sampel minimal. Setelah itu, operator melakukan anamnesa,

pemeriksaan ekstraoral dan pemeriksaan intraoral untuk melihat apakah ada

gigi yang hilang. Pada tahap ini dikumpulkan 64 orang etnis Palembang dan

etnis Arab, yang terdiri dari 16 orang wanita etnis Palembang, 16 orang lelaki

etnis Palembang, 16 orang wanita etnis Arab dan 16 orang lelaki etnis Arab.
52

2. Pasien yang telah memenuhi kriteria diminta untuk mengisi lembar informed

consent.

3. Pengukuran komponen estetik dari Index of Orthodontic Treatment Need

menggunkan kertas yang berisi 10 skala gambar berwarna dan sebuah cermin.

4. Operator melakukan pencetakan rahang atas dan bawah pada setiap sampel

dengan menggunakan sendok cetak buatan pabrik (stock tray) dan bahan cetak

alginate. Setelah memperoleh cetakan gigi sampel, dilakukan pengecoran

menggunakan gips stone untuk memperoleh model studi. Setelah memperoleh

model studi, dilakukan pembuatan basis menggunakan basis segi tujuh dengan

bahan gips plaster.

5. Pengukuran komponen kesehatan gigi dari Index of Orthodontic Treatment

Need pada model studi menggunakan Sliding calipers.

6. Operator menghitung kebutuhan perawatan ortodontik setiap sampel yang

telah diteliti dan mengelompokkan hasilnya pada kelompok yang tidak

membutuhkan / membutuhkan secukupnya / sangat membutuhkan perawatan

ortodontik.

III.8 Skema Penelitian


Pengukuran Index of
Penentuan lokasi Pengambilan Orthodontic Treatment Analisis
Penelitian sampel Need (IOTN) mencakup data
Penilaian komponen
Kesehatan gigi dan
Komponen Estetik
53

III.9 Data

a) Jenis data : Data primer yaitu data yang diperoleh secara

langsung dari objek yang diteliti.

b) Pengolahan data : Menggunakan program SPSS.

c) Analisis data : Chi-Square Test.61

III.10 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara analisis bivariat.

Analisis bivariat dilakukan untuk menguji hipotesis nol dengan Chi-Square Test.61
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. 1 Hasil

Penelitian tentang perbandingan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik

antara etnis Palembang dan etnis Arab di Palembang berdasarkan Index of

Orthodontic Treatment Need (IOTN) telah dilakukan di Kampung Arab pasar Kuto

RT 01 dan RT 08 Jalan Depaten Lama 27 Ilir selama 14 hari kerja, yaitu dari tanggal

18 Februari sampai 3 Maret 2016. Penelitian yang dilakukan meliputi pengisian

lembar informed consent dan formulir penelitian, pencetakan rahang subjek

penelitian, penilaian komponen estetik IOTN, pembuatan model studi, pengukuran

komponen kesehatan gigi IOTN dengan sliding calipers, dan analisis tingkat

kebutuhan perawatan ortodontik. Pada sampel etnis Palembang dan etnis Arab

masing-masing terdiri dari 32 subjek penelitian. Jumlah subjek penelitian baik pada

kelompok etnis Palembang dan etnis Arab dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1. Jumlah sampel penelitian kelompok etnis Palembang dan etnis Arab.
Kelompok Etnis Jenis Kelamin Total
Laki-laki (N) Perempuan (N)
Palembang 16 16 32
Arab 16 16 32
Jumlah 32 32 64

54
55

Data pada tabel 1 menunjukkan sampel penelitian pada etnis Palembang dan

etnis Arab memiliki jumlah yang sama, yakni 32 sampel etnis Palembang dan 32

sampel etnis Arab.

Tabel 2. Distribusi maloklusi pada etnis Palembang dan etnis Arab


No Variabel Etnis Palembang Total Etnis Arab Total
Laki-Laki Perempuan Laki-laki Perempuan
1 Maloklusi I 11 12 23 13 7 20
Angle (34,37%) (37,5%) (71,87%) (40,625%) (21,875%) (62,5%)
II 2 3 5 2 6 8
(6,25%) (9,375%) (15,625%) (6,25%) (18,75%) (25%)
III 3 1 4 1 3 4
(9,375%) (3,125%) (12,5%) (3,125%) (9.375%) (12,5%)
Total 16 16 32 16 16 32

Berdasarkan data pada tabel 2 menunjukkan pada etnis Palembang paling

banyak ditemukan maloklusi Angle Kelas I yakni sebanyak 23 sampel (71,87%), dan

pada etnis Arab juga paling banyak ditemukan maloklusi Angle Kelas I yakni

sebanyak 20 sampel (62,5%).

Tabel 3. Hasil perbandingan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan komponen


estetik.
No Variabel Etnis Palembang (%) Etnis Arab (%) Total P

1 IOTN TBP 22 (68,75%) 17 (53,125%) 39


(Komponen BP 6 (18,75%) 9 (28,125%) 15 0.440
Estetik) SBP 4 (12,5%) 6 (18,75%) 10
Total 32 32 64
*(TBP = Tidak / Sedikit Butuh Perawatan, BP = Butuh Perawatan, SBP = Sangat Butuh Perawatan)
56

Data pada tabel 3 menunjukkan bahwa etnis Arab memiliki tingkat kebutuhan

perawatan ortodontik lebih besar dibandingkan dengan etnis Palembang berdasarkan

komponen estetik IOTN. Pada etnis Arab sebanyak 15 sampel (46,875%), sedangkan

pada etnis Palembang sebanyak 10 sampel (31,25%) yang membutuhkan dan sangat

membutuhkan perawatan ortodontik. Berdasarkan hasil uji Chi-square (Lampiran 4.1)

, menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p > 0,05) antara tingkat

kebutuhan perawatan ortodontik etnis Palembang dan etnis Arab berdasarkan

komponen estetik dari IOTN.

Tabel 4. Hasil perbandingan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan komponen

estetik pada etnis Palembang dan etnis Arab berdasarkan dengan jenis kelamin.

No Variabel Etnis Palembang (%) Etnis Arab (%) Total


Laki-Laki Perempuan Laki-laki Perempuan
1 IOTN TBP 9 (28,12%) 13 (40,6%) 7 (21,87%) 10 (31,25%) 39
(Komponen BP 4 (12,5%) 2 (6,25%) 5 (15,62%) 4 (12,5%) 15
Estetik) SBP 3 (9,37%) 1 (3,12%) 4 (12,5%) 2 (6,25%) 10
Total 16 16 16 16 64
*(TBP = Tidak / Sedikit Butuh Perawatan, BP = Butuh Perawatan, SBP = Sangat Butuh Perawatan)

Pada tabel 4 menunjukkan bahwa kebutuhan perawatan ortodontik

berdasarkan komponen estetik yang paling tinggi terdapat pada laki-laki etnis arab

yakni sebanyak 9 sampel (28,12%) dari pada perempuan etnis arab, laki-laki dan

perempuan etnis Palembang.


57

Tabel 5. Hasil perbandingan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan komponen


kesehatan gigi antara etnis Palembang dan etnis Arab.
No Variabel Etnis Palembang Etnis Arab Total P

1 IOTN TBP 15 (46,875%) 19 (59,375%) 34


(Komponen
BP 11 (34,475%) 8 (25%) 19 0.596
Kesehatan
Gigi) SBP 6 (18,75%) 5 (15,625%) 11
Total 32 32 64
*(TBP = Tidak / Sedikit Butuh Perawatan, BP = Butuh Perawatan, SBP = Sangat Butuh Perawatan)

Data pada tabel 5 menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan perawatan

ortodontik berdasarkan komponen kesehatan gigi pada etnis Palembang lebih besar

dibandingan dengan kebutuhan perawatan ortodontik pada etnis Arab. Pada etnis

Palembang sebanyak 17 sampel (53,225%), sedangkan pada etnis Arab sebanyak 13

sampel (40,625%) yang membutuhkan dan sangat membutuhkan perawatan

ortodontik. Berdasarkan hasil Uji Chi-Square (Lampiran 4.2), menunjukkan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara tingkat kebutuhan

perawatan ortodontik pada etnis Palembang dan etnis Arab berdasarkan komponen

kesehatan gigi dari IOTN.


58

Tabel 6. Hasil perbandingan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan komponen

kesehatan gigi pada etnis Palembang dan etnis Arab berdasarkan dengan jenis kelamin.

No Variabel Etnis Palembang Etnis Arab Total


Laki-Laki Perempuan Laki-laki Perempuan
1 IOTN TBP 6 (18,75%) 9 (28,12%) 10 (31,25%) 9 (28,12%) 34
(Komponen
BP 6 (18,75%) 5 (15,62%) 3 (9,37%) 5 (15,62%) 19
Kesehatan
Gigi) SBP 4 (12,5%) 2 (6,25%) 3 (9,37%) 2 (6,25%) 11
Total 16 16 16 16 64
*(TBP = Tidak / Sedikit Butuh Perawatan, BP = Butuh Perawatan, SBP = Sangat Butuh Perawatan)

Data pada tabel 6 menyatakan bahwa tingkat kebutuhan perawatan ortodontik

berdasarkan komponen kesehatan gigi yang paling tinggi yakni pada laki-laki etnis

Palembang yakni sebanyak 10 sampel (31,25%) dari pada perempuan etnis

Palembang, laki-laki dan perempuan etnis Arab.

IV.2 Pembahasan

Maloklusi merupakan suatu oklusi abnormal yang ditandai dengan tidak

benarnya hubungan antar lengkung atau adanya anomali abnormal dalam posisi

gigi.36 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada kelompok etnis

Palembang dan etnis Arab menunjukkan bahwa pada etnis Palembang dan Arab

paling banyak ditemukan maloklusi Angle kelas I (Tabel 2). Hasil penelitian ini

sejalan dengan hasil penelitian Chu, et.al pada populasi ras mongoloid, dan penelitian

Abdullah, et.al pada populasi ras kaukasoid yang menyatakan bahwa pada populasi
59

ras mongoloid dan ras kaukasoid paling banyak ditemukan maloklusi kelas I.16,33

Tingkat keparahan maloklusi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti

lingkungan yang mencakup kebiasaan buruk, nutrisi, premature loss gigi desidui,

serta karies proksimal, dan genetik yang mencakup ras / etnis.21 Tingkat keparahan

maloklusi berhubungan erat dengan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik.62

Semakin tinggi tingkat keparahan maloklusi, maka semakin tinggi juga tingkat

kebutuhan perawatan ortodontik.62

Tingkat kebutuhan perawatan ortodontik dapat diukur menggunakan Index of

Orthodontic Treatment Need (IOTN).28 Berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan tentang perbandingan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik antara etnis

Palembang dan etnis Arab berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need (IOTN)

menunjukkan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan komponen estetik

pada etnis Arab lebih besar jika dibandingkan pada etnis Palembang (Tabel 3),

sedangkan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan komponen kesehatan

gigi pada etnis Palembang lebih besar jika dibandingkan pada etnis Arab (Tabel 5).

Akan tetapi, perbedaan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik antara kedua etnis

tersebut berdasarkan komponen estetik maupun komponen kesehatan gigi secara

statistik tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p>0,05).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Alkhatib, et.al (2005) yang

meneliti 2.788 anak dengan etnis yang berbeda diantaranya etnis kulit putih yang

berasal dari ras kaukasoid, dan etnis cina yang berasal dari ras mongoloid,

menunjukkan hasil bahwa kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan komponen


60

estetik pada etnis kulit putih lebih besar jika dibandingkan pada etnis cina, sedangkan

berdasarkan komponen kesehatan gigi meunjukkan bahwa kebutuhan perawatan

ortodontik pada etnis cina lebih besar dibandingkan pada etnis kulit putih, dan secara

statistik perbedaan yang diperoleh tidak bermakna (p>0,05).63 Hasil dari penelitian ini

juga mencerminkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mendal, et,al, yang

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna mengenai tingkat

kebutuhan perawatan ortodontik antara etnis yang berasal dari ras mongoloid dan

etnis yang berasal dari ras kaukasoid.64

Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan persentase kebutuhan perawatan

ortodontik berdasarkan komponen estetik pada etnis Arab lebih besar dibandingkan

pada etnis Palembang diantaranya adalah faktor genetik.22 Etnis Arab yang

merupakan bagian dari subras mediterania yang berasal dari ras kaukasoid memiliki

ciri khas yakni ukuran rahang yang sempit atau paraboloid, sehingga sering

ditemukan gigi berjejal di daerah anterior.10,14 Sedangkan etnis Palembang yang

merupakan bagian dari subras malayan mongoloid yang berasal dari ras mongoloid

memiliki lengkung rahang yang lebih lebar / ovoid, sehingga jarang ditemukan gigi

berjejal di daerah anterior.10 Hal tersebut yang manjadi salah satu faktor penyebab

kebutuhan perawatan ortodontik dari sisi estetik pada etnis Arab lebih besar

dibandingkan pada etnis Palembang.

Terdapat berbagai faktor juga yang dapat menyebabkan persentase kebutuhan

perawatan ortodontik berdasarkan komponen kesehatan gigi pada etnis Palembang

lebih besar dibandingkan pada etnis Arab, diantaranya adalah faktor genetik,
61

lingkungan, sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan.21,22,24,65 Genetik memainkan

peranan penting dalam mempengaruhi ukuran serta bentuk rahang dan gigi, yang

mana ukuran gigi dan rahang menjadi faktor yang mempengaruhi maloklusi. Selain

itu, pengaruh lingkungan juga berperan dalam peningkatan insidensi maloklusi

seperti trauma, kebiasaan buruk, nutrisi, dan premature loss gigi desidui yang

disebabkan oleh karies juga berperan dalam mempengaruhi tingkat kebutuhan

perawatan ortodontik. 22,24 Tingkat kebutuhan perawatan ortodontik berhubungan erat

dengan tingkat kejadian karies.66 Semakin tinggi angka kejadian keries maka akan

semakin tinggi tingkat kebutuhan perawatan ortodontik.66 Berdasarkan hasil

penelitian Merlindayanti,dkk menyatakan bahwa prevalensi karies pada masyarakat

Palembang termasuk dalam kategori tinggi yakni mencapai 65,72%, hal tersebut

disebabkan oleh pola kebiasaan masyarakat Palembang yang kurang memperhatikan

kesehatan gigi dan mulut.67 Hal tersebut yang menjadi salah satu penyebab tingginya

kebutuhan perawatan ortodontik berdasarkan komponen kesehatan gigi IOTN pada

etnis Palembang. Faktor lain seperti sosial ekonomi dan tingkat pendidikan juga

bermain peran dalam mempengaruhi tingkat kebutuhan perawatan ortodontik.

Semakin tinggi status sosial ekonomi, dan tingkat pendidikan, maka kebutuhan

perawatan ortodontik semakin rendah. Pada hasil penelitian yang dilakukan

Monica,et.al. menunjukkan bahwa semakin tinggi sosial ekonomi dan tingkat

pendidikan maka kebutuhan perawatan ortodontik akan semakin rendah.65 Hal ini

dikarenakan pada orang dengan tingkat sosial ekonomi dan tingkat pendidikan yang

tinggi, cenderung lebih memperhatikan kondisi serta kesehatan rongga mulut,


62

sehingga ketika terdapat kelainan atau kerusakan pada gigi seperti maloklusi, lebih

cepat dilakukan perawatan ke dokter gigi dibandingkan dengan orang dengan tingkat

sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah. Hal tersebut yang menyebabkan tingkat

kebutuhan perawatan ortodontik pada orang dengan tingkat sosial ekonomi dan

pendidikan yang tinggi lebih rendah dibandingkan dengan orang dengan tingkat

sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.67

Berdasarkan hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat kebutuhan

perawatan ortodontik berdasarkan komponen estetik maupun komponen kesehatan

gigi pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan pada perempuan, baik pada etnis

Palembang (Tabel 6) maupun pada etnis Arab (Tabel 4). Hasil tersebut sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ameena Al Jeshi, et.al yang meneliti 20.000 orang

anak dengan mambandingkan tingkat kebutuhan perawatan ortodontik, menunjukkan

bahwa laki-laki memiliki tingkat kebutuhan perawatan ortodontik yang lebih besar

jika dibandingkan pada perempuan.68

Hal yang menyebabkan tingginya persentase tingkat kebutuhan perawatan

ortodontik pada laki-laki dibandingkan pada perempuan secara teoritis belum

diketahui secara jelas, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang mungkin dapat

menyebabkan hal tersebut antara lain, laki-laki lebih kurang perhatian terhadap diri

mereka sendiri, jika dibandingkan dengan perempuan, serta perempuan lebih

memperhatikan estetis dibandingkan laki-laki. Hal-hal tersebutlah yang mungkin

menyebabkan tingginya persentase kebutuhan perawatan ortodontik pada laki-laki

lebih tinggi dari pada perempuan.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1. Kesimpulan

1. Etnis Palembang memiliki tingkat kebutuhan perawatan ortodontik yang

tinggi yakni 53,225% berdasarkan komponen kesehatan gigi dari Index of

Orthodontic Treatment Need.

2. Etnis Arab memiliki tingkat kebutuhan perawatan ortodontik yang tinggi

yakni 46,875% berdasarkan komponen estetik dari Index of Orthodontic

Treatment Need.

3. Etnis Palembang memiliki tingkat kebutuhan perawatan ortodontik

berdasarkan komponen kesehatan gigi yang lebih tinggi dibandingkan pada

etnis Arab yakni 53,225% pada etnis Palembang dan 40,625% pada etnis

Arab, sedangkan etnis Arab memiliki tingkat kebutuhan perawatan ortodontik

berdasarkan komponen estetik yang lebih tinggi dibandingkan pada etnis

Palembang yakni 46,875% pada etnis Arab dan 31,25% pada etnis

Palembang.

63
64

V.2. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat penulis berikan adalah

sebagai berikut :

1. Agar dilakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar.

2. Agar dilakukan penelitian lanjutan pada sampel dari etnis-etnis lain.

3. Agar dilakukan penelitian lanjutan dengan keaslian keturunan lebih dari 3

keturunan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Murdiyatmoko, Janu. Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat.


Bandung: Grafindo Media Pratama; 2007. p.8.
2. Alan R. Templeton. Studies in History and Philosophy of Biological and
Biomedical Sciences. Department of Biology,Washington University; 2013.
p.1-9.
3. Nandy, A. Identification of individual. In: Principle of forensic medicine. 2nd
ed. Calcutta: New Central Book Agency; 2001. p. 52, 55-60.
4. Kroeber, A.L. Anthropology: race, language, culture, psychology, pre-history.
University of California Libraries. New York : Harcourt Brace; 1948. p. 124-
58.
5. Sare, Yuni. Antropologi SMA/MA kelas XI (Diknas). Jakarta: Grasindo;
2006. p. 54.
6. Djoeana K, Nasution FH, Trenggono BS. Antropologi untuk mahasiswa
kedokteran gigi. Jakarta: Universitas Trisakti; 2005. p. 41-9.
7. Istiqomah, S.T. Intisari Pengetahuan Sosial Lengkap (IPSL) SD. Jakarta:
Kawan Pustaka; 2008. p.14.
8. Santoso, Agus, dkk. Sosiologi 2: Suatu Kajian Kehidupan Masyarakat.
Indonesia: Yudhistira Ghalia; 2007. p.12.
9. Karsid, Ravik, dkk. Stereotip Etnik, Asmilasi dan Integrasi Sosial. Jakarta:
Pustaka Grafika Kita; 1988. p. 204.
10. Jodi Blumenfeld. Racial Identification In The Skull and Teeth. The University
of Western Ontario Journal of Anthropology. 2000; 8 (4): 20-9.
11. Calvin, K. Facial in Chinese Ethnic Students Aged 20-22. Journal of Dentistry
Indonesia. 2012; 19(1): 1-4.
12. Jira, C. Comparison of Crown Width /Length Ratio of Six Maksilary Anterior
Teeth Between Different Facial Group in Bangladeshi Population.
International Medical Journal. 2014; 21(1): 49-54.
13. Kathiravan, P. Cephalometric Comparison of Skeletal, Dental, Soft Tissue,
Nose and Chin prominence between Malaysian Indian and Malaysian
Chinese. International Medical Journal. 2013; 20(3): 335- 41.
14. Amol Dharap, MD. Facial Anthropometry in an Arab Population. Bahrain
Medical Bulletin. 2013; 35(2): 1-8.
15. Jafar, Golalipour. Morphological Evaluation of Head in Turkman Males
in Gorgan-North of Iran. Int. J. Morphol. 2007; 25(1): 99-102.
16. Abdullah M. Aldrees. Pettern of skeletal and dental malocclusion in Saudi
Orthodontic Patients. Saudi Med Journal. Vol. 33. 2012.
17. Basavaraj S.P. Orthodontic principles and practice. Jaypee Brother Medical
Publishers Ltd; 2011. p. 4, 79, 98, 114, 125, 182.

65
66

18. Oktavia Dewi. Analisis Hubungan Malokusi dengan Kualitas Hidup pada
Remaja SMU Kota Medan Tahun 2007 . (Tesis). Universitas Sumatera Utara;
2008.
19. Proffit W.R. Contemporary orthodontics. 4th edition. Mosby Elsevier; 2007.
p. 167-9.
20. Ngan P, Alkine RG, Fields H. Management of space problems in the primary
and mixed dentition. J Am Dent Assoc; 1999. p. 1330 -1339.
21. Hassan R, Rahimah AK. Occlusion, malocclusion, and method of
measurement an overview. J Orofacial Science; 2007. p. 3-9.
22. Premkumar Sridhar. Craniofacial Growth. Jaypee; 2011.
23. Fauziah, D. dan Pinandi, S.P. Pengukuran Tingkat Keparahan Maloklusi
dengan Occlusion Feature Indeks, Mej. Ked. Gi. 2006; 13(2): 218-21.
24. Harris, E.F. & Smith, R.J. A study of occlusion and arch widths in families.
American journal of orthodontics. 1980; 78(2): 155-163, 0002-9416.
25. Michael S.Cooke , Stephen H.Y. Wei. A comparative study of southern
Chinese and British Caucasian Cephalometric standards. Angle Orthod; Vol.
59 .1987. p. 2 .
26. Roopa Siddegowda, Rani M.S. An Epidemiological Survey on Awareness
towards Orhodontic Treatment in South Indian School Children. India:
Journal of Dentistry and Oral Medicine. 2013; 1(1): 5-8.
27. Muqtadir Quadri, Thilagrani P.R, Ashok Kumar Dhanyasi, dkk. Awareness
towards Orthodontic Treatment in Central Indian School Children. Scholars
Journal of Dental Science. 2015; 2(1): 45-48.
28. Carlos B Arcis, Jose Maria C, Jose Manuel A.S. Orthodontic Treatment Need
: An Epidemiological Approach. Spain: INTECH Open Access Publisher;
2012. p. 3-9.
29. Ali H Hassan. Orthodontic treatment needs in the western region of Saudi
Arabia : a research report.Head & Face Medicine; 2006. P. 2.
30. Parkash Baral. Prevalence of malocclusion in permanent dentition in Aryan
and Mongoloid races of Nepal- A Comparative Study. POJ. 2013; 5(2): 57-59.
31. Markazi Moghadam, M. Moghimbeigi, A. Jafari , F., Evaluation of
Orthodontic Treatment Needs in a Population of Iranian Schoolchildren Using
the IOTN in 2010. DJH. 2011; 3(2). .
32. Ayhab B, Fayez K Saleh, Esam Osman. The Prevalance of Malocclusion and
Orthodontic Treatment Need in Sample of Syrian Children. European
Scientific Journal. 2014; 10(30): 1857-7881.
33. C.H, Chu, Ben H.B. Choy, Edward C.M. Lo . Occlusion and Orthodontic
Treatment Demand Among Chinese Young Adult in Hong Kong. Oral Health
Prev Dent. 2009; 7(1).
34. RC Wheeler. Dental anatomy, physiology, and Occlusion 9th Edition. 2009.
p. 54.
35. Harkati Dewanto. Aspek-aspek Epidemiologi Maloklusi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press; 1993. p. 51-53, 92.
67

36. F.J. Harty, R. Ogston. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta: EGC; 2002. p. 189.
37. William R. Proffit. Contemporary Orthodontics. Ed. 4. United Stated: Mosby;
2007. p. 10, 320-324.
38. R.E Moyers. Handbook of Orthodontic 4th Edition.1988. p.147-162.
39. Corrucini RS. An epidemiological transition in dental occlusion in world
population. Am J Orthod Dentofacial Ortho.1984; 86(1) : 419-426.
40. Gurkeerat Singh. Textbook of Orthodontic 2nd edition. New Delhi.: Jaypee;
2007. p. 163-165, 449-463.
41. Rina J, Suryanegara. Memperbaiki dan memperindah posisi gigi anak.
Jakarta: Trubus Agriwidya; 2000. p .10.
42. Bhalajhi S, Iyyer. Orthodontics – The Art and Science. 3rd ed. New Delhi:
Arya (MEDI) Publishing House; 2004. p. 327-8, 353, 357.
43. W.J.B. Houston. Walther’s Orthodontic Notes. 4th ed. Great Britain : Bristol
The Stonbridge Press; 1983. p. 1-3, 135-54.
44. T.M. Graber, Orthodontic – Principle and Practice. 3rd ed. Philadelphia : W.B.
Saunders Company; 1972.
45. Mokhtar M. Dasar-dasar Ortodonti, Pertumbuhan dan Perkembangan
Kraniodentofasial. Medan: Bina Insani Pustaka; 2002. p. 1-5.
46. T.D. Foster. Buku Ajar Orthodonsi Edisi III. Alih Bahasa drg. Lilian Yuwono.
Jakarta: EGC; 1998. p. 226-228, 440-442.
47. Nabil M. Al-Zubair, Faisal A. Idris. Fahmi M. Al-Selwi. The subjective
orthodontic treatment need assessed with the aesthetic component of the Index
of Orthodontic Treatment Need. Saudi Arabia: Elsevier; 2014. p. 11.
48. Baum, Bruce. The rise and fall of the Caucasian race: a political history of
racial identity. New York: New York University Press; 2006. p.1-5.
49. Rushton, JP. Race, Evolution, and Behavior: a Life History Perspective.
United States of America: library of congress catalog; 1997. p. 61-111.
50. Piazza, Alberto; Cavalli-Sforza, L. L.; Menozzi, Paolo. The history and
geography of human genes. Princeton, N.J: Princeton University Press; 1996.
p. 21-8.
51. Hashirn Yaacob. Racial characteristics of human teeth with special emphasis
on the Mongoloid dentition. Department of Oral Pathology, Oral Medicine &
Periodonto fogy, Faculty of Dentistry. Malaysian J Pathol I9. 1996; 18(1):1-7.
52. Kate Berg, Vence Bonham, Joy Boyer, et al. The Use of Racial, Ethnic, and
Ancestral Categories in Human Genetics Research. National Human Genome
Research Institute, Bethesda. Am. J. Hum. Genet. 2005; 77(1): 519–32.
53. Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi Jilid I, Rineka Cipta, Jakarta:
1996.
54. Djoeana K, Nasution FH, Trenggono BS. Antropologi untuk mahasiswa
kedokteran gigi.Jakarta: Universitas Trisakti; 2005. p. 41-9.
55. Badudu, Yus. Kamus Kata-Kata Serapan Asing dalam Bahasa Indonesia.
Antropologi. Penerbit Buku Kompas; 2003. p. 100.
68

56. Chalida Fachrudin. Orang Arab di Kota Medan. Jurnal Antropologi Sosial
Budaya. 2005; 1 (3): 130-4.
57. Berg, L.W.C van den. Hadramaut dan Koloni Arab di Nusantara. Jakarta:
Indonesia Netherlands Cooperation in Islamic Studies (INIS); 1989. p. 4-5.
58. Soekidjo, Notoatmodjo. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta:
2010.
59. Sopiyudin, Dahlan. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Ed 3. Jakarta: Salemba Medika; 2012.
60. Siti Zuriana M.Z. Ishak Abdul R. Rashidah Esa. Normative and Perceived
Need for Treatment of Malocclusion among Malaysians Adolescents. Sains
Malaysian. 2014; 43(7): 1037-1043.
61. Sopiyudin, Dahlan. Statistik untuk kedokteran dan kesehatan :Deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi Menggunaan SPSS. Ed. 6.
Jakarta: Epidemiologi Indonesia; 2011.
62. KM Shivakumar, GN Chandu, dan MD Shafiulla. Severity of Malocclusion
and Orthodontic Treatment Needs among 12 to 15 Years Old School Children
of Davangere District Karnatak India. India: European Journal of Dentistry;
Vol. 4. 2010.
63. Mhd Nour Alkhatib, Raman Bedi, Claire Foster, dkk. Ethnic varations in
orthodontic treatment need in London schoolchildren. BMC Oral Health.
2005; 5 (8).
64. Mandall NA, Wright J, Conboy FM, O'Brien KD: The relationship between
normative orthodontic treatment need and measures of consumer perception.
Community Dent Health. 2001; 18(1):3-6.
65. Monica A.V Rumampuk, P.S Anindita, dan Christy Mintjelungan. Kebutuhan
Perawatan Ortodontik Berdasarkan Index of orthodontic Treatment Need Pada
Siswa Kelas II di SMP Negeri 2 Bitung. Jurnal e-Gigi . 2014; 2(1): 2.
66. Ruhi Nalcaci, Serhat Demirer, Firat Ozturk, dkk. The Relationship of
Orthodontic Treatment Need with Periodontal Status, Dental Caries, and
Sociodemographic Factors. The Scientific World Journal. 2012; 2012 (6).
67. Marlindayanti, Sri Widiati, Al Supartinah. Prediksi Risiko Karies Baru
Berdasarkan Konsumsi Pempek pada Anak Usia 11-12 Tahun di Palembang
(Tinjauan dengan Cariogram). Majalah Kedokteran Gigi. 2014; 21(2) : 117 -
121.
68. Alice Germa, Monique Kaminski, dan Cathy Nabet. Impact of Social and
Economic Characteristics on Orthodontic Treatment among children and
teenagers in France. Community Dent Oral Epidemiol. 2010; 38(2) : 171-179.
69. Ameena Al Jeshi, Anas Al Mulla, dan Donald J. Ferguson. Orthodontic
Treatment Need in Dubai School Adolescent : A Study of 20.000 School-Age
Adolescent in 66 Public and Private Schools Compaing Orthodontic
Treatment Need by Gender and Ethnicity. OHDM. 2014; 13(1): 14.
69

LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. INFORMED CONSENT

SURAT PERNYATAAN

IKUT SERTA DALAM PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : ……………………………………………

Umur : …… tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan*coret yang tidak perlu

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahami

dan menyadari manfaat dari penelitian yang berjudul “Perbandingan Tingkat

Kebutuhan Perawatan Ortodontik antara Etnis Palembang dan Etnis Arab di

Palembang berdasarkan Index of Orthodontic Treatment Need” dengan sukarela

dan penuh kesadaran menyatakan bersedia untuk berpatisipasi dan diikutsertakan

dalam penelitian, serta mematuhi segala ketentuan-ketentuan penelitian yang sudah

saya pahami.

Palembang, 2016

Mengetahui, Yang Menyetujui,

Penanggung Jawab Penelitian Peserta Penelitian

Ferianto (…………………………………)
70

Form Penelitian

Nama :………………………………………………………

Umur :………………………………………………………

Alamat :………………………………………………………

No. Telp :…………………………………………………........

Suku : Ayah : ……….. Kakek : ……….. Kakek Buyut : ………..

Nenek Buyut : ………..

Nenek : ……….. Kakek Buyut : ………..

Nenek Buyut : ………..

Ibu : ……….. Kakek : ……….. Kakek Buyut : ………..

Nenek Buyut : ………..

Nenek : ……….. Kakek Buyut : ………..

Nenek Buyut : ………..

Apakah Anda pernah melakukan perawatan Orthodonti ?

a. Sudah pernah b. Sedang menggunakan c. Belum pernah


71

LAMPIRAN 2. LEMBARAN PENILAIAN

LEMBAR PENILAIAN

Nama :
Usia :
Etnis :
Alamat :

Aspek Penilaian Hasil Penilaian


Dental Health Component Kategori : …………….
(DHC)
a. Missing Teeth Ada : Gigi ……………. Tidak Ada
b. Overjet
c. Crossbite
- Anterior
- Posterior
d. Displacement Teeth
e. Overbite
Aesthetic Component Skala : …………………

Palembang, Februari 2016


Peneliti

Ferianto
72

LAMPIRAN 3. DATA HASIL PENELITIAN


1. Etnis Palembang

Dental Health Aesthetic Molar


SUBJEK Jenis Kelamin
Component Component Relation
1 L 3 5 3
2 L 4 10 2
3 L 3 2 1
4 L 3 5 1
5 L 2 1 1
6 L 1 1 1
7 L 2 2 1
8 L 4 8 3
9 L 4 8 3
10 L 2 3 1
11 L 3 5 2
12 L 3 2 1
13 L 3 1 1
14 L 4 5 1
15 L 1 2 1
16 L 1 2 1
17 P 4 6 3
18 P 3 1 1
19 P 1 2 1
20 P 3 6 2
21 P 3 1 1
22 P 1 2 1
23 P 2 1 1
24 P 2 3 2
25 P 3 1 1
26 P 3 3 1
27 P 2 2 1
28 P 2 3 1
29 P 2 2 1
30 P 4 8 2
31 P 1 1 1
32 P 2 3 1
73

2. Etnis Arab

SUBJEK Jenis Kelamin Dental Health Aesthetic Molar Relation


Component Component
1 L 4 8 1
2 L 2 1 1
3 L 3 5 3
4 L 2 5 1
5 L 4 8 2
6 L 2 3 1
7 L 3 5 1
8 L 1 1 1
9 L 2 8 1
10 L 2 2 1
11 L 1 1 1
12 L 1 2 1
13 L 2 7 1
14 L 3 6 2
15 L 1 1 1
16 L 4 8 1
17 P 3 5 2
18 P 2 1 1
19 P 3 3 3
20 P 3 3 2
21 P 1 1 1
22 P 1 1 2
23 P 4 8 2
24 P 3 5 3
25 P 1 1 1
26 P 2 3 1
27 P 2 5 2
28 P 4 8 2
29 P 1 1 1
30 P 3 6 3
31 P 2 3 1
32 P 1 2 1
74

LAMPIRAN 4. TABEL HASIL ANALISIS STATISTIK

1. Uji Chi-Square Perbandingan kebutuhan perawatan berdasarkan komponen


estetik antara etnis Palembang dan etnis Arab.

2. Uji Chi-Square Perbandingan kebutuhan perawatan berdasarkan komponen


kesehatan gigi antara etnis Palembang dan etnis Arab.
75

LAMPIRAN 5. FOTO PENELITIAN

1. Persiapan Alat dan Bahan

2. Pencetakan Model Studi


76

3. Penilaian Komponen Estetik

4. Model Studi
77

5. Penilaian komponen Kesehatan Gigi

(a). Pengukuran Overjet


78

LAMPIRAN 6. SERTIFIKAT PERSETUJUAN ETIK


79

LAMPIRAN 7. SURAT IZIN PENELITIAN


80
81

LAMPIRAN 8. SURAT KETERANGAN TELAH SELESAI PENELITIAN


82
83

LAMPIRAN 9. LEMBAR BIMBINGAN SKRIPSI


84
85
86

Anda mungkin juga menyukai