Anda di halaman 1dari 18

REFERAT

FISTULA PRE AURICULA

Disusun Oleh:
Sixtus Resa Tandisau
112020011

Pembimbing:
dr.Ahmad Fauzi, Sp.THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT-KL


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA DR ESNAWAN
ANTARIKSA
PERIODE 7 FEBRUARI-12 MARET 2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Telinga manusia merupakan organ pendengaran yang menangkap dan
merubah bunyi berupa energi mekanis menjadi energi elektris secara efisien dan
diteruskan ke otak untuk disadari serta dimengerti, sebagai sistem organ pendegaran,
telinga dibagi menjadi sistem organ pendengaran perifer dan sentral1 . Telinga
manusia mampu mendengar suara dengan frekuensi dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. 2
Suara pria dalam percakapan normalnya sekitar 120 Hz sedangkan wanita mencapai
250 Hz .Hidung merupakan bagian dari saluran pernafasan awal.2 Udara masuk ke
dalam tubuh manusia melalui mulut dan hidung. 2 Telinga terdiri atas tiga bagian dasar
yaitu telinga bagian luar, telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. 2 Setiap
bagian telinga memiliki tugas khusus untuk mendeteksi dan menginterpretasikan
bunyi2. Perkembangan daun telinga dimulai pada minggu ketiga kehidupan embrio
dengan terbentuknya arkus brakialis pertama atau arkus mandibular dan arkus
brakialis kedua atau arkus hyoid.3 Pada minggu ke enam arkus brakialis ini
mengalami diferensiasi menjadi enam buah tuberkel.3 Secara bertahap daun telinga
akan terbentuk dari penggabungan ke enam tuberkel ini.3 Pada keadaan normal di
bulan ke tiga daun telinga sudah lengkap terbentuk.3 Bila penggabungan tuberkel
tidak sempurna maka timbul fistula pre aurikular.3
Sinus preaurikular adalah anomali kongenital yang terjadi karena malformasi
selama penggabungan celah brakialis cabang pertama dan kedua yang membentung
telinga selama perkembangan embrionik (Alfian F, et al 2018).3 Sedangkan menurut
departemen otorhinolaryngology di India, sinus preaurikular adalah kelainan bawaan
dari telinga luar yang biasanya tanpa gejala.4
Fistula pre aurikula dikenal juga dengan cyst pre aurikula atau sinus pre aurikula.5

Prevalensi fistula pre aurikula masih ada diberbagai negara contohnya di


Nigeria pada tahun 2013 terdapat 9,3% yang terkena penyakit tersebut. 6 Insiden pre
aurikula pada Eropa sebesar 0,1%, Amerika sebesar 0,9%, Taiwan 2,5%.7

1
Fistula pre aurikula sering ditemukan gejala didepan tragus berbentuk bulat
atau lonjong dengan ukuran se ujung pensil. Dari muara fistel sering keluar cairan
yang berasal dari kelenjar sebasea.3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2
2.1 Anatomi Telinga

Sistem organ pendegaran perifer terdiri dari struktur organ pendengaran


yang berada di luar otak dan batang otak yaitu telinga luar, telinga tengah, telinga
dalam dan saraf kokhlearis sedangkan organ pendengaran sentral adalah struktur yang
berada di dalam batang otak dan otak yaitu nucleus koklearis, nucleus olivatorius
superior, lemnikus lateralis, kolikulus inferior dan kortek serebri lobus temporalis area
Wernicke.8

Telinga terdiri atas tiga bagian dasar, yaitu telinga bagian luar, telinga
bagian tengah dan telinga bagian dalam. Setiap bagian telinga bekerja dengan tugas
khusus untuk mendeteksi dan menginterpretasikan bunyi.8

1. Telinga Luar9

Telinga luar terdiri dari Pinna (daun telinga), meatus akustikus eksterna dan
membrane timpani (eardrum). Pinna adalah struktur menonjol yang merupakan
kartilago terbalut kulit. Fungsi utamanya adalah mengumpulkan dan menghubungkan
suara menuju meatus akustikus eksterna. Meatus akustikus eksterna selain sebagai
tempat penyimpanan serumen, juga berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas telinga
dalam 3000-4000Hz. Saluran ini memiliki panjang sekitar 2,5 cm. Gendang telinga
atau membrane timpani memiliki ketebalan sekitar 0,1cm dan luas sekitar 65mm2.
Gendang telinga menyalurkan getaran di udara ke tulang-tulang kecil telinga tengah.
Membran timpani berada pada perbatasan telinga luar dan tengah. Area tekanan tinggi
dan rendah pada gelombang suara akan menyebabkan membran timpani bergetar ke
dalam dan keluar. Supaya membran tersebut dapat secara bebas bergerak kedua arah,
tekanan udara istirahat pada kedua sisi membran timpani harus sama. Membran
sebelah luar terekspos pada tekanan atmosfer yang melewati meatus akustikus ekterna
sedangkan bagian dalam menghadapi tekanan atmosfer dari tuba eustachius yang
menghubungkan telinga tengah ke faring. Secara normal, tuba ini tertutup tetapi dapat
dibuka dengan gerakan menguap, mengunyah dan menelan.

2. Telinga Tengah8,10,11

3
Telinga tengah terdiri dari 3 buah tulang (ossicle) yaitu malleus, incus dan
stapes. Malleus menempel pada membrane timpani sedangkan stapes menempel pada
oval window yang merupakan gerbang menuju koklea yang berisi cairan. Saat
membran timpani bergetar, tulang-tulang tersebut bergerak dengan frekuensi yang
sama, mentransmisikan frekuensi tersebut menuju oval window. Tiap-tiap getaran
menghasilkan pergerakan seperti gelombang pada cairan di telinga dalam dengan
frekuensi yang sama dengan gelombang suara aslinya. Sistem ossiclemengamplifi-
kasikan tekanan dari gelombang suara pada udara dengan dua mekanisme untuk
menghasilkan getaran cairan pada koklea. Pertama adalah karena permukaan area dari
membran timpani lebih besar dari oval window, tekanan di tingkatkan ketika gaya
yang mempengaruhi membran timpani disampaikan oleh ossicle ke oval window
(tekanan = gaya/area). Tambahan tekanan tersebut penting untuk menghasilkan
pergerakan cairan pada koklea.

Telinga tengah terdapat dua buah otot yaitu m. tensor timpani dan m.
stapedius. M tensor timpani berorigo di dinding semikanal tensor timpani dan
berinsersio di bagian atas tulang maleus, inervasi oleh cabang saraf trigeminus. Otot
ini menyebabkan membran timpani tertarik ke arah dalam sehingga menjadi lebih
tegang.dan meningkatkan frekuensi resonansisistem penghantar suara dan
melemahkan suara dengan frekuensi rendah. M. stapedius berorigo di dalam
eminensia pyramid dan berinsersio di ujung posterior kolumna stapes, hal ini
menyebabkan stapes kaku, memperlemah transmini suara dan meningkatkan
resonansi tulang-tulang pendengaran. Kedua otot ini berfungsi mempertahankan ,
memperkuat rantai osikula dan meredam bunyi yang terlalu keras sehingga dapat
mencegah kerusakan organ koklea.8

Tuba Eustachius menghubung-kan telinga tengah ke bagian belakang mulut


kita. Saluran ini berfungsi sebagai jalur drainase untuk cairan yang dihasilkan di
telinga tengah. Sewaktu terbuka sesaat, saluran ini memungkin-kan tekanan di telinga
tengah menjadi sama dengan tekanan atmosfer. Saluran ini hampir selalu dalam
keadaan tertutup. Apabila saluran tersebut menutup atau membuka terus-menerus
selama beberapa jam, akandapat timbul masalah-masalah fisiologis. Penyamaan
tekanan dapat terjadi secara spontan tanpa gerakan rahang apabila tekanan udara
sekitar berkurang. Udara di telinga tengah biasanya secara perlahan diserap ke dalam

4
jaringan sehingga tekanan di bagian dalam gendang telinga berkurang. Apabila karena
suatu hal tuba Eustachius tidak membuka, perbedaan tekanan akan menyebabkan
gendang telinga cekung ke dalam dan mengurangi kepekaan telinga.11

3. Telinga Dalam8,12

Koklea adalah sebuah struktur yang menyerupai siput yang merupakan bagian
dari telinga dalam yang merupakan sistem tubular terkurung yang berada didalam
tulang temporalis. Berdasarkan panjangnya, komponen fungsional koklea dibagi
menjadi tiga kompartemen longitudinal yang berisi cairan. Duktus koklear yang
ujungnya tidak terlihat di kenal sebagai skala media, yang merupakan kompartemen
tengah. Bagian yang lebih diatasnya adalah skala vestibuli yang mengikuti kontur
dalam spiral dan skala timpani yang merupakan kompartemen paling bawah yang
mengikuti kontur luar dari spiral.Cairan di dalam skala timpani dan skala vestibuli
disebut perilimfe. Sementara itu, duktus koklear berisi cairan yang sedikit berbeda
yaitu endolimfe. Bagian ujung dari duktus koklearis dimana cairan dari kompar-temen
atas dan bawah bergabung di sebut dengan helikotrema. Skala vestibuli terkunci dari
telinga tengah oleh oval window, tempat stapes menempel. Sementara itu, skala
timpani dikunci dari telinga tengah dengan bukaan kecil berselaput yang disebut
round window. Membran vestibular tipis membentuk langit-langit duktus koklear dan
memisahkannya dari skala vestibuli. Membran basilaris mem-bentuk dasar duktus
koklear yang memisahkannya dengan skala timpani. Membran basilarisini sangat
penting karena di dalamnya terdapat organ korti.

Organ corti, yang terletak di atas membran basilaris di seluruh panjangnya,


mengandung sel rambut yang merupakan reseptor suara. Sekitar 30.000 ujung saraf
dan sebanyak 16.000 sel rambut di dalam masing-masing koklea tersusun menjadi
empat baris sejajar di seluruh panjang membran basilaris: satu baris sel rambut dalam
dan tiga baris sel rambut luar. Dari permukaan masing-masing sel rambut menonjol
sekitar 100 rambut yang dikenal sebagai stereosilia. Sel rambut menghasilkan sinyal
saraf jika rambut permukaannya mengalami perubahan bentuk secara mekanikakibat
gerakan cairan di telinga dalam.Stereosilia ini berkontak dengan membrane tektorium,
suatu tonjolan mirip tenda yang menutupi organ corti di seluruh panjangnya.

5
Sel rambut dalam adalah sel yang mengubah gaya mekaniksuara (getaran
cairan koklea) menjadi impuls listrik pendengaran (potensial aksi yang
menyampaikan pesan pendengaran ke korteks serebri). Karena berkontak dengan
membran tektorium yang kaku dan stasioner, maka stereosilia sel-sel reseptor ini
tertekuk maju-mundur ketika membran basilaris mengubah posisi relatif terhadap
membran tektorium.Deformasi mekanis maju-mundur rambut-rambut ini secara
bergantian membuka dan menutup saluran ion berpintu mekanis di sel rambut
sehingga terjadi perubahan potensial depolarisasi dan hiper-polarisasi yang
bergantian. Sel rambut dalam berhubungan melalui suatu sinaps kimiawi dengan
ujung serat-serat saraf aferen yang membentuk nervus auditorius
(kokhlearis).Lintasan impuls auditori selanjutnya menuju ganglion spiralis korti, saraf
VIII, nukleus koklearis di medula oblongata, kolikulus superior, korpus genukulatum
medial, korteks auditori di lobus temporalis serebri. Sementera sel-sel rambut dalam
mengirim sinyal auditorik ke otak melalui serat aferen, sel rambut luar tidak memberi
sinyal ke otak tentang suara yang datang. Sel-sel rambut luar secara aktif dan cepat
berubah panjang sebagai respons terhadap perubahan potensial membran, suatu
perilaku yang dikenal sebagai elektromotilitas. Sel rambut luar memendek pada depo-
larisasi dan memanjang pada hiperpolarisasi.

2.2 Fisiologi Pendengaran3

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energy bunyi oleh daun


telinga dalam bentuk gelombang yang dialirkan melalui udara atau tulang ke koklea.
Getaran tersebut menggetarkan membrane timpani diteruskan ke telinga tengah
melalui rangkaian tulang pendengaran yang akan mengamplifikasi getaran melalui
daya ungkit tulang pendengaran dan perkalian perbandingan luas membrane timpani
dan tingkap oval atau fenestra ovalis atau fenestra vestibuli. Energi getar yang telah di
amplifikasi ini akan diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap oval sehingga
perlimfa pada skala vestibule bergerak. Getaran diteruskan melalui membrane
Reissner yang mendorong endolimfa, sehingga akan menimbulkan gerak relative
antara membrane basilaris dan membrane tektoria. Proses ini merupakan rangsang
mekanik yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel – sel rambut, sehingga
kanal ion terbuka dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel.
Keadaan ini menimbulkan proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan

6
neurotransmitter ke dalam sinapsis yang akan menimbulkan potensial aksi pada saraf
auditorius, lalu dijalnjutkan ke nucleus auditorius sampai ke korteks pendengaran
(area 39-40) di lobus temporalis.

2.3 Vaskularisasi Telinga


Aurikula (daun telinga) dialiri arteri aurikularis posterior dan arteri temporalis
superfisialis. Aliran vena menuju ke gabungan vena temporalis superfisialis, vena
aurikularis posterior dan vena emissary mastoid. Inervasi oleh cabang nervus cranial V,
VII, IX dan X. MAE (meatus akustikus eksternus) dialiri arteri temporalis superfisialis
dan arteri aurikularis posterior serta arteri aurikularis profundus. Darah vena mengalir ke
vena maksilaris, jugularis eksterna dan pleksus venosus pterygoid. Aliran limfe menuju
ke lnn. aurikularis anterior, posterior dan inferior. Inervasi oleh cabang aurikularis
dari nervus vagus dan cabang aurikulotemporalis dari nervus mandibularis.8
Suplai darah untuk kavum timpani oleh arteri timpani anterior, arteri
stylomastoid, arteri petrosal superficial, arteri timpani inferior. Aliran darah vena
bersama dengan aliran arteri dan berjalan ke dalam sinus petrosal superior dan pleksus
pterygoideus.13
Vaskularisasi telinga dalam berasal dari A. Labirintin cabang A. Cerebelaris
anteroinferior atau cabang dari A. Basilaris atau A. Verteberalis. Arteri ini masuk ke
meatus akustikus internus dan terpisah menjadi A. Vestibularis anterior dan A. Kohlearis
communis yang bercabang pula menjadi A. Kohlearis dan A. Vestibulokohlearis. A.
Vestibularis anterior memperdarahi N. Vestibularis, urtikulus dan sebagian duktus
semisirkularis. A. Vestibulokohlearis sampai di mediolus daerah putaran basal kohlea
terpisah menjadi cabang terminal vestibularis dan cabang kohlear. Cabang vestibular
memperdarahi sakulus, sebagian besar kanalis semisirkularis dan ujung basal kohlea.
Cabang kohlear memperdarahi ganglion spiralis, lamina spiralis ossea, limbus dan
ligamen spiralis.A. Kohlearis berjalan mengitari N. Akustikus di kanalis akustikus
internus dan didalam kohlea mengitari modiolus.Vena dialirkan ke V. Labirintin yang
diteruskanke sinus petrosus inferior atau sinus sigmoideus. Vena-vena kecil melewati
akuaduktus vestibularis dan kohlearis ke sinus petrosus superior dan inferior.14

2.4 Kelainan Telinga Luar3


7
2.4.1 Daun telinga3
A. Kelainan Kongenital
Perkembangan daun telinga dimulai pada minggu ketiga kehidupan
embrio dengan terbentuknya arkus brakialis pertama atau arkus mandibular dan arkus
brakialis kedua atau arkus hyoid. Pada minggu ke enam arkus brakialis ini mengalami
diferensiasi menjadi enam buah tuberkel. Secara bertahap daun telinga akan terbentuk
dari penggabungan ke enam tuberkel ini. Pada keadaan normal di bulan ketiga daun
telinga sudah lengkap terbentuk. Bila penggabungan tuberkel tidak sempurna maka
timbul fistel pre aurikular. Kelainan kongenital seperti : Fistula pre aurikula, mikrotia
dan atresia liang telinga.
B. Kelainan Yang Di Dapat
Kelainan yang terjadi setelah perkembangan telinga secara normal dan
disebabkan ada sesuatu hal yang membuat kelainan telinga tersebut dapat muncul
pada diri manusia, yaitu Hematoma, Perikondritis dan Pesudokista.

2.5 Definisi Fistula Pre Auricular


Sinus preaurikular adalah anomali kongenital yang terjadi karena malformasi
selama penggabungan celah brakialis cabang pertama dan kedua yang membentung
telinga selama perkembangan embrionik (Alfian F, et al 2018). 3 Sedangkan menurut
departemen otorhinolaryngology di India, sinus preaurikular adalah kelainan bawaan dari
telinga luar yang biasanya tanpa gejala.7 Menurut Bagian Pediatric Otolaryngology di
rumah sakit B.C di Canada fistula pre auricular merupakan adalah kelainan bawaan pada
telinga yang biasanya ditandai dengan lubang kecil atau bukaan rongga yang berada pada
di telinga luar pada margin anterior tungkai heliks, yang dapat menyebabkan saluran.15

2.6 Epidemiologi

Kejadian sinus preauricular di Amerika Serikat 0-0.9% dan kejadian di bagian


New York diperkirakan 0,23%. Di Taiwan terdapat insiden preauricular sinus sebesar
1,6-2,5%. Di Scotland 0,006%, di Hungaria 0,47%, di Asia 4% dan Africa preauricula
10%. Prevalensi di China sebesar 1,36%, Malay sebesar 0,69%, Indian sebesar 0,13%,
Korea sebesar 2,53% .16

8
2.7 Manifestasi Klinis17,18
Pada kelainan kongenital pre auricular tidak ada gejala gejala yang muncul, tetapi
ada beberapa yang merasakan keluhan seperti keluarnya cairan dari sinus, eritema,
discharge dan nyeri.

2.8 Etiologi Fistula Pre Auricular5


Etiologi sinus preauricular dan fistula tidak sepenuhnya ditemukan, namun,
mereka dianggap sebagai malformasi kongenital, di mana baik cacat perkembangan
auricular embriologis.
2.9 Patofisiologi 3,7
Perkembangan daun telinga dimulai pada minggu ketiga kehidupan embrio
dengan terbentuknya arkus brakialis pertama atau arkus mandibula dan arkus brakialis
kedua atau arkus hyoid. Pada minggu ke enam arkus brakialis ini mengalami diferensiasi
menjadi enam buah tuberkel. Secara bertahap daun telinga akan terbentuk dari
penggabungan ke enam tuberkel ini. Pada keadaan normal di bulan ketiga daun telinga
sudah lengkap terbentuk. Bila penggabungan tuberkel tidak sempurna maka timbul fistel
preaurikular.

2.10 Diagnosis
Penegakkan diagnosis pada fistula/sinus/cyst pre auricula dengan :
 Anamnesis :3,7
1. Keluhan yang dirasakan? Beberapa orang datang dengan sudah adanya keluhan
keluar cairan.
2. Sudah berapa lama?
3. Cairan yang keluar berwarna apa, apakah berwarna putih?
4. Sepanjang hari apa tidak
5. Ada keluhan lain yang menyertai beberapa dengan keluhan nyeri, kemerahan,
demam

 Pemeriksaan Fisik :19

9
Diagnosis fistula preaurikular kongenital dapat ditegakkan dengan ditemukannya
muara fistula didepan telinga yang terdapat sejak lahir
 Pemeriksaan Penunjang :20
1. Darah Lengkap : Peningkatan leukosit
2. Kultur Kuman : beberapa pasien datang sudah ada keluhan keluar cairan dari
fistula/sinus pre aurikular dimana perlu diketahui, dikarenakan kuman yang sering
ditemukan yaitu : Staphylococcus epidermidis (31%), Staphylococcus aureus (31%),
Peptococcus Species (15%), dan Proteus Species (8%).
3. USG : Ditemukan saluran sinus yang membengkak dan peningkatan aliran darah
disekitar sinus.
4. Fistulografi : Penentuan lokasi sinus dan panjang salurannya yaitu dengan
menyuntikkan cairan kontras melalui muara sinus dan kemudian dilakukan
pemeriksaan radiologik (fluoroscopy) dan lakukan pengambilan foto.
2.11 Tatalaksana :
 Pencegahan :20
Pencegahan terhadap infeksi dapat dilakukan dengan melakukan pembersihan
muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan antiseptik lainnya secara rutin .
 Farmakologis : Antibiotik yang sering digunakan untuk fistula pre aurikula yang
sudah mengalami infeksi yaitu : Gentamisin, ofloksasin, sefuroksim dan
amoksisilin-klavulanat.21,22
 Non Farmakologi : Terdapat beberapa kesepakatan mengenai indikasi dilakukan
tindakan pembedahan pada sinus preaurikular. Walaupun terdapat pendapat
keadaan asimptomatik dapat diindikasikan untuk pembedahan, namun pada
umumnya para ahli berpendapat bahwa indikasi pembedahan adalah setelah
terjadi dua kali infeki yang berurutan atau infeksi persisten.23

Contoh pembedahan :
1. Sinektomi Simpel :24
Sinektomi simpel. Sinektomi simpel atau teknik bedah standar, prosedur
pembedahannya adalah dengan dilakukan insisi elips disekitar muara sinus dilanjutkan
diseksi ramifikasi pada jaringan subkutaneus dengan tetapi traktus kemudian dibuka dan
diseksi dengan percabangannya mengikuti perbedaan gambaran epitelium di bawah
pembesaran. Percabangan yang lebih kecil dan traktus diikuti hingga akhir.

10
2. Eksisi Lokal Luas
Sinus prearukuler dengan inflamasi yang lebih berat dapat diindikasikan untuk
dilakukan tindakan eksisi lokal luas. Teknik eksisi lokal luas standar dilakukan dengan
cara membuat insisi berbentuk baji atau elips yang cukup luas sehingga semua jaringan
dan kulit nekrotik terangkat. Selanjutnya jaringan inflamasi pada daerah dibawah fasia
temporalis diangkat. Pendekatan lain eksisi lokal luas adalah dengan pendekatan supra-
aurikuler

Gambar 1 : Prosedur operasi eksisi lokal luas

Gambar 2 : Insisi supra – aurikuler, (A)


incision line, (B) Skin incision

Diseksi dilanjutkan dengan mengidentifikasi fasiatemporalis di medial area sinus.


Fasia ini merupakan batas paling dalam diseksi, kemudian dilanjutkan ke arah medio-
lateral sampai dengan kartilago heliks. Pada level ini, diseksi dilakukan dibawah
perikondrium dan pada perlekatan maksimum dari fistula, disarankan untuk dilakukan
eksisi sebagian kecil kartilago.

3. Eksisi Luas25

11
Eksisi luas dapat diindikasikan pada sinus preaurikular dengan infeksi berat dan
juga pada yang terbentuk fistula, yaitu sinus preaurikular dengan dengan dua lubang,
lubang muara sinus dan lubang pada kulit akibat terjadinya abses. Infeksi yang berat atau
terjadinya abses mengakibatkan jaringan nekrotik yang luas sehingga membutuhkan
eksisi yang luas. Untuk meminimalkan eksisi jaringan sehat pada kasus ini dapat
digunakan teknik eksisi luas dengan insisi angka 8. Insisi elips dilakukan pada dua
tempat, yaitu pada lubang muara sinus dan lubang akibat abses beserta jaringan
nekrotiknya. Flap kulit dielevasi kemudian dilakukan diseksi sampai perikondrium.
Diseksi dilanjutkan sampai batas fasia temporalis dan mengangkat seluruh jaringan yang
inflamasi secara seksama. Dalam prosedur tersebut sering menjumpai arteri dan vena

temporalis superfisialis sehingga ke dua pembuluh tersebut dapat diligasi agar lapang
pandang. operasi menjadi jelas. Luka operasi dijahit dan dipasang drain.

Gambar 3: Berbagai Tipe insisi angka delapan (8)

Gambar 4 : Tahapan operasi dengan insisi angka delapan

4. Teknik inside-out26

Tindakan pembedahan dikerjakan dengan bantuan kaca pembesar atau mikroskop.


Insisi elip vertikal meliputi muara sinus, diusahakan mereseksi kulit seminimal mungkin

12
(Gambar A). Pada ujung insisi superior dan posterior dijahit dengan benang untuk fiksasi
(Gambar B). selanjutnya sinus dibuka dengan gunting tajam (Gambar C). Sinus
dipaparkan dan ditelusuri dari sisi luar (seperti teknik klasik) dan dari dalam (Gambar D).
Saluran berikutnya dibuka dan diikuti seperti cara diatas sampai pada akhir saluran. Probe
ductus lakrimalis halus dapat digunakan untuk mengetahui arah dari duktus yang kecil.
Biasanya saluran melekat pada perikondrium sisi atas heliks atau tragus, dilakukan
reseksi juga pada bagian tersebut. Batas medial (paling dalam) diseksi adalah fasia
temporalis. Dasar dari luka dievaluasi apakah masih ada sisa sinus. Luka operasi dijahit
dengan satu lapis jahitan tanpa dipasang drain, selanjutnya dipasang dresing dengan strip
steril.

Gambar 5 : Teknik Inside Out

13
BAB III

KESIMPULAN

Sinus preaurikular adalah anomali kongenital yang terjadi karena malformasi


selama penggabungan celah brakialis cabang pertama dan kedua yang membentung
telinga selama perkembangan embrionik (Alfian F, et al 2018). Sedangkan menurut
departemen otorhinolaryngology di India, sinus preaurikular adalah kelainan bawaan
dari telinga luar yang biasanya tanpa gejala. Pada kelainan kongenital pre auricular
tidak ada gejala gejala yang muncul, tetapi ada beberapa yang merasakan keluhan
seperti keluarnya cairan dari sinus, eritema, discharge dan nyeri. Etiologi sinus
preauricular dan fistula tidak sepenuhnya ditemukan, namun, mereka dianggap
sebagai malformasi kongenital, di mana baik cacat perkembangan auricular
embriologis. Penatalaksanaan sinus pre aurikula ada 3 yaitu, pencegahan,
farmakologis dan non farmakologis. Pencegahan terhadap infeksi dapat dilakukan
dengan melakukan pembersihan muara dari sumbatan dengan alkohol atau cairan
antiseptik lainnya secara rutin. Antibiotik yang sering digunakan untuk fistula pre
aurikula yang sudah mengalami infeksi yaitu : Gentamisin, ofloksasin, sefuroksim dan
amoksisilin-klavulanat.Selain itu ada juga dilakukan pembedahan jika Terdapat
beberapa kesepakatan mengenai indikasi dilakukan tindakan pembedahan pada sinus
preaurikular yaitu menurut pendapat para ahli bahwa indikasi pembedahan adalah
setelah terjadi dua kali infeki yang berurutan atau infeksi persisten.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-
thtklada99f6a28full.pdfCunha J. P. Chronic Rhinitis and Post-Nasal Drip
Symptoms, Causes, Treatment. 2018 [cited 2018 Oktober 1].
2. Lili I(2012). Majalah Kedokteran Andalasan No 2 Vol
36.Fisiologi Medik Proses Pendengaran. Stephen, G et al. (2018).
3. Alfian F, Sosialisman & Helmi. Kelainan Telinga Luar: 2018.
Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok Kepala dan Leher.

4. Departement Of Otorhinolaryngology. 2017. Volume 23.


Preauricular sinus : A comparative Study between different surgical
approaches.Egpyt. http://www.indianjotol.org/article.asp?issn=0971-
7749;year=2017;volume=23;issue=3;spage=193;epage=196;aulast=ElAassar
5. Nazim B, Yunus F, Ahmet G & Ferhat B.2016. The
Preauricular Sinus/Cyst : A Case Report. Turkey. https://
www.journalagent.com / vtd / pdfs / VTD _ 23_4_352_356.pdf
6. Adegbiji W, Alabi B, Olajuyin O & C Nwawolo. 2013.
Presentation of Preauricular Sinus and Preauricular Sinus Abcess.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3884798/
7. Richa G, Anil A, & V Poorey. 2015. Preauricular Sinus : A
clinicopathological study. India . Doi : http://dx.doi.org/10.18203/2320-
6012.ijrms20151175.
8. Puguh S, Wiyadi H. 2009. Departemen Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher. Anatomi dan Fisiologi
Pendengaran Perifer.
9. Sherwood L.bHuman Physiology: From Cells to
Systems:6thed. USA: The Thomson Corporation.2007.

15
10. Barrett E.,et al,. Ganong’s Review of Medical Physiology:
Hearing & Equilibrium. 23rded. Singapore: Mc Graw Hill; 2011.p.203-13.

11. Guyton AC.Physiology of The Human Body. 11th ed.


Philadelphia: W.B. Saunders Company.2003.Soepardi .
12. DobieRA.Noise Induced Hearing Loss.Otolaryngology Head
and Neck Surgery, 4thEd Vol 1. Philadelphia: Lippincott Williams&
Wilkins.2006. 2190-201
13. Siti N. Pola Kuman Aerob. RSUP.H.Adam Malik Medan.
Medan. http://library.usu.ac.id/download/fk/tht-siti%20nursiah.pdf
14. Ricko M, Jacky M, Yan E, Nirza W % Rossy R. Inejksi
Kortikosteroid Intratimpani Sebagai Salvage Therapy pada pasien Tuli
Mendadak. 2018. Journal Kesehatan Andalas.
15. Yu, C. V., Khera, K. D., Pauwels, J., & Chadha, N. K. (2016).
Prevalence and ethnic variation of pre-auricular sinuses in children.
International Journal of Pediatric Otorhinolaryngology, 80, 43–48.
doi:10.1016/j.ijporl.2015.11.008
16. Yoo, H., Park, D. H., Lee, I. J., & Park, M. C. (2015). A
Surgical Technique for Congenital Preauricular Sinus. Archives of
Craniofacial Surgery, 16(2), 63. doi:10.7181/acfs.2015.16.2.63, Yu, C. V.,
Khera, K. D., Pauwels, J., & Chadha, N. K. (2016). Prevalence and ethnic
variation of pre-auricular sinuses in children. International Journal of Pediatric
Otorhinolaryngology, 80, 43–48. doi:10.1016/j.ijporl.2015.11.008
17. Richa G, Anil A, Poorey V (2015). Preauricular sinus : a
clinicopathological study.3(11), DOI: http://dx.doi.org/10.18203/2320-
6012.ijrms20151175
18. Kumar Chowdary, K. V. S., Sateesh Chandra, N., & Karthik
Madesh, R. (2013). Preauricular Sinus: A Novel Approach. Indian Journal of
Otolaryngology and Head & Neck Surgery, 65(3), 234–236.
doi:10.1007/s12070-012-0520-y.
19. Didit Y. Penatalaksanaan Sinus PreAuricular Kongenital.
Journal Kedokteran Unram. 2017.

16
20. Tian, H., & Zhong, C. (2018). Postoperation of preauricular
fistula cellulitis caused by methicillin-resistant staphylococcus aureus
infection. Journal of Otology, 13(3), 111–113. doi:10.1016/j.joto.2018.07.002 
21. Adobamen PO, Ediale J. Presentation and bacteriological
pattern of preauricular sinus in. Gomal Journal of Medical Sciences. 2012

22. Medscape. Preauricular treatment . Diunduh dari :


https://emedicine.medscape.com/article/845288-overview#a1
23. Leopardi G, Chiarella G, Conti S, Cassandro E. Surgical
treatment of recurring preauricular sinus: supra-auricular approach. Acta
Otorhinolaryngol Ital. 2008;28(6):302–305
24. Gan EC, Anicete R, Tan HKK, Balakrishnan A. Preauricular
sinuses in the pediatric population: techniques and recurrence rates.
International journal of pediatric otorhinolaryngology. 2013;77(3):372– 378.
25. Huang WJ, Chu CH, Wang MC, Kuo CL, Shiao AS. Decision
making in the choice of surgical management for preauricular sinuses with
different severities. Otolaryngology–HeadandNeckSurgery. 2013;148(6):959–
964
26. Baatenburg de Jong RJ. A new surgical technique for treatment
of preauricular sinus. Surgery. 2005;137(5):567–570

17

Anda mungkin juga menyukai