Anda di halaman 1dari 57

REFERAT

KEDARURATAN
PSIKIATRI
Disusun oleh:
Mega Aprianti Sopa (2110221035)
Dhea Faizia Tasya (2110221036)
Erwin Febrianto (112021030)
Sixtus Resa Tandisau (112020011)

Pembimbing:
dr. Erlina S, SpKJ (K)

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN KESEHATAN JIWA


RSPAD GATOT SOEBROTO
PERIODE 14 MARET – 15 APRIL 2022
TABLE OF CONTENTS

01 PENDAHULUAN

02 TINJAUAN PUSTAKA

03 KESIMPULAN
PENDAHULUAN
KEDARURATAN PSIKIATRI

Setiap gangguan dalam pikiran, ● Gaduh gelisah


perasaan, atau perilaku  ● Violence
intervensi terapeutik segera ● Suicide
● Gejala EPS
● Delirium
Peran dokter sangat penting 
pelayanan kedaruratan (medik,
psikiatri) yang dilakukan secara Insidensi ±20% (kasus bunuh
terintegrasi diri) dan ±10% (kasus kekerasan)

Ismail R, Siste K. Buku Ajar Psikiatri. In: III. Jakarta: Universitas Indonesia; 2017.
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan and Sadock’s Synopsis Of Psychiatry Behavioral Science/ Clinical Psychiatry 11th Edition. 2015. 1472 p.
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI
● Setiap gangguan akut dalam pikiran, perasaan, atau hubungan sosial yang
memerlukan intervensi terapeutik segera.

● Kedaruratan psikiatri merupakan cabang ilmu kedokteran jiwa dan kedokteran


kedaruratan, yang dibentuk untuk menghadapi kasus kedaruratan yang
memerlukan intervensi psikiatrik.

Wheat S, Dschida D, Talen MR. Psychiatric Emergencies. Prim Care - Clin Off Pract [Internet]. 2016;43(2):341–54. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.pop.2016.01.009
Ismail R, Siste K. Buku Ajar Psikiatri. In: III. Jakarta: Universitas Indonesia; 2017.
EPIDEMIOLOGI

● Di RS maupun di luar RS
● Persentase kunjungan gawat darurat: 6 – 25%
● 10% dari kunjungan perawatan primer  untuk keadaan darurat psikiatri
● Ide bunuh: 2% - 7% dari semua pasien perawatan primer dan 20% orang dewasa
yang meninggal karena bunuh diri mengunjungi dokter perawatan primer mereka
dalam waktu 24 jam setelah kematian

Wheat S, Dschida D, Talen MR. Psychiatric Emergencies. Prim Care - Clin Off Pract [Internet]. 2016;43(2):341–54. Available from: http://dx.doi.org/10.1016/j.pop.2016.01.009
TEMPAT PELAYANAN

Hal yang perlu dipersiapkan:


1. Keamanan
2. Pemisahan ruang secara spesifik
3. Akses langsung dan mudah
4. Obat Psikofarmaka
5. Tim yang bertugas
6. Pemahaman distress fisik dan
emosional pasien yang rapuh
7. Sikap, perilaku staf dan pasien
RS Umum, RS Jiwa, Klinik, Sentra
Primer

Buku Ajar Psikiatri. (2017). S. D. Elvira & G. Hadisukanto (Eds.), Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
EVALUASI

● Wawancara
● Pemeriksaan fisik
● Pemeriksaan penunjang

Indikasi rawat
inap
- Pasien membahayakan
diri atau orang lain
- Perawatan di rumah
tidak memadai
- Perlu observasi lanjut

Buku Ajar Psikiatri. (2017). S. D. Elvira & G. Hadisukanto (Eds.), Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
● Penapisan toksikologi (Tes urin;
opioid, amfetamin, dsb)
● Pemeriksaan radiologi
● EKG
● Laboratorium
Singkirkan kemungkinan penyebab
DIAGNOSIS organik  di ruang gawat darurat
● Data penunjang; catatan medis
sebelumnya, informasi dari luar
(alloanamnesis dari keluarga, polisi
dsb)

Buku Ajar Psikiatri. (2017). S. D. Elvira & G. Hadisukanto (Eds.), Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
PENATALAKSANAAN Prinsip: maximum tranquilization
with minimum sedation

Tujuan:
Modalitas Terapi:
● Membantu pasien mengendalikan
1. Farmakoterapi
diri sendiri
2. Seclusion (isolasi) dan restraint
(fiksasi) ● Mengurangi/ menghilangkan
3. Psikoterapi penderitaannya
● Evaluasi dapat dilanjutkan sampai
didapat kesimpulan akhir

Mirantri K, Khairina. Kedaruratan Psikiatri (Fokus Pada Intervensi Psikososial). Kedaruratan Psikiatri (Fokus Pada Interv Psikososial) [Internet]. 2018;1(2):21–31. Available from:
http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-pjs9ab995d1defull.pdf
Buku Ajar Psikiatri. (2017). S. D. Elvira & G. Hadisukanto (Eds.), Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
Keadaan gawat-darurat psikiatri yang
sering ditemui:
KEKERASAN BUNUH DIRI
(VIOLENCE) (SUICIDE)

SINDROM
NEUROLEPTIK DELIRIUM
MALIGNA
VIOLENC
E
TINDAK KEKERASAN (VIOLENCE)

● Agresi fisik yang dilakukan


seseorang terhadap orang lain.

○ Pada diri sendiri mutilasi diri/


tingkah laku bunuh diri (suicidal
behavior)
● Tindak kekerasan dapat timbul akibat
berbagai gangguan psikiatri, tapi
dapat pula terjadi pada orang biasa
yang tidak dapat mengatasi tekanan
hidup sehari-hari dengan cara yang
lebih baik
Gangguan Psikiatrik yang berkaitan

● Gangguan psikotik; skizofrenia dan manik., penderita paranoid dan mengalami


halusinasi suruhan (commanding hallucinaton).
● Intoksikasi alkohol atau zat lain
● Gejala putus zat akibat alkohol atau obat-obat hipnotik-sedatif
● Katatonik furor
● Depresif agigatif
● Gangguan kepribadian; kemarahan, gangguan pengendalian impuls (kepribadian
ambang dan antisosial).
● Gangguan mental organik; terutama yang mengenai lobus frontalis dan temporalis otak.
Faktor Risiko

 Pernyataan sesorang bahwa ia berniat


melakukan kekerasan
 Adanya rencana spesifik
 Adanya kesempatan atau suatu cara untuk
 Laki-laki
terjadinya kekerasan
 Usia muda (15-24 tahun)
 Riwayat tindakan kekerasan sebelumnya
 Status sosioekonomi rendah
 Tindakan antisosial lainnya
 Sistem dukungan sosial buruk
 Pengendalian impuls buruk
 Riwayat percobaan bunuh diri
 Stresor yang baru saja terjadi
 Riwayat tindakan kekerasan  indikator
terbaik
Faktor tambahan lain

 Riwayat pernah menjadi korban kekerasan


 Riwayat masa kanak-kanak: mengompol,
main api, dan kekejaman terhadap hewan.
 Memiliki catatan kriminal
 Pernah berdinas militer/ polisi
 Mengendari kendaraan ugal-ugalan
 Riwayat tindak kekerasan dalam keluarga
Manifestasi Klinis
● Gangguan psikotik, seperti skizofrenia dan
manik, terutama apabila penderita paranoid dan
mengalami halusinasi yang bersifat suruhan.
● Intoksikasi alkohol atau zat lain, gejala putus zat
akitbat alkohol atau obat-obat hipotik-sedatif,
serta katatonik furor
Tindak kekerasan merupakan bagian dari suatu kondisi gaduh gelisah:
● Agitasi
● Agresif
● Kekerasan (violence)

Keadaan gaduh-gelisah bukanlah suatu diagnosis tetapi hanya


menunjuk kepada suatu keadaan tertentu, dimana merupakan suatu
sindrom dengan sekelompok gejala tertentu yang dapat disebabkan oleh
bermacam penyebab yang harus ditentukan
Asesmen pada kondisi gaduh gelisah

● Singkirkan kondisi fisik; Riw. Medik, pemeriksaan fisik, radiologi, labolatorium,


status HIV atau Hep. C
● Evaluasi komorbiditas; Gg. Penyalahgunaan zat, kepribadian antisosial atau
ambang
● Efek samping obat; akatisia
● Penilaian risiko; riwayat kekerasan, ide/ tindakan bunuh diri sebelumnya, akses ke
senjata, catatan pengadilan tentang kriminal, isi waham/ halusinasi.
● Sikap suportif dan tidak
mengancam
● Katakan langsung pada pasien
bahwa tindak kekerasan tidak
Panduan Wawancara dan dapat diterima
● Tenangkan pasien bahwa ia aman
Psikoterapi di sini.
● Tawarkan obat pada pasien untuk
membantunya lebih tenang.
● Lindungi diri
● Waspada
● Pastikan jumlah staf cukup
● Pengikatan

Evaluasi dan ●

Evaluasi diagnostik yang tepat
Eksplorasi kemungkinannya intervensi

Penatalaksanaan ●
psikososial
Kemungkinan pasien dirawat
● Keterlibatan polisi atau aparat hukum
● Calon korban harus diperingatkan
Terapi Psikofarmaka

● Flufenazin, trifluperasin atau haloperidol


○ 5mg PO atau IM
● Olanzapine
○ 2,5-10 mg IM, maks. 4 inj per hari dengan dosis rata-rata 13-14 mg per hari.
Atau
● Lorazepam
○ 2-4 mg
IV secara perlahan (dalam 2 menit)
● Diazepam
○ 5-10 mg
SUICIDE
BUNUH DIRI/SUICIDE

‘SELF-MURDER’ → Kematian yang diniatkan dan dilakukan oleh seseorang terhadap dirinya
sendiri

Ide bunuh diri terjadi pada orang yang rapuh sebagai respon terhadap berbagai tekanan

Indonesia Suicide rate: 2.4/100.000 (laporan bank dunia


, 2014-2019)
Etiologi

1. FAKTOR SOSIAL (TEORI EMILE DURKHEIM)


a. EGOISTIK :
■ Mereka yang tidak terintegrasi kuat ke dalam kelompok sosial
manapun.
b. ALTRUISTIK
■ Integrasi mereka yang berlebihan ke dalam kelompok.
c. Anomalik
■ Berlaku bagi orang yang integrasinya ke dalam masyarakat
terganggu sehingga mereka tidak dapat mengikuti norma
perilaku yang lazim. Perubahan status ekonomi misalnya.
2. Faktor Psikologi

● Teori Freud
Bunuh diri merupakan sebuah agresi yang berbalik terhadap objek

● Teori Menninger
Tindakan bunuh diri adalah sebagai pembunuhan terbalik karena orang tersebut menyimpan
amarah terhadap orang lain.

● Teori Terkini
Psikodinamik pasien yang melakukan bunuh diri dapat dipelajari dari fantasi terkait apa
yang akan terjadi dan konsekuensi apa yang akan didapatkan apabila melakukan tindakan
bunuh diri

● Teori Biologi
Hilangnya serotonin di pusat berperan penting dalam perilaku bunuh diri.
3. Faktor Genetik

● Riwayat keluarga yang ingin melakukan tindakan bunuh diri


meningkatkan risiko percobaan bunuh diri dan perlakuan bunuh diri
pada seseorang

● Penelitian pada anak kembar pada tahun 1991 menunjukkan bahwa


sebanyak 176 pasang anak kembar salah satu dari pasangannya
melakukan tindakan bunub diri. 9 pasangan anak kembar melakukan
bunuh diri. Pada penelitian Danish-American Adoption, sebanyak 57
dari 5.483 orang yang diadopsi melakukan tindakan bunuh diri di
Copenhagen.
PARASUICIDAL BEHAVIOUR

Perilaku melukai diri sendiri (cutting) tetapi tidak biasanya tidak disertai dengan keinginan untuk
mati

Alat:
Lokasi:
1. Silet
1. Pergelangan tangan 2. Pecahan beling
2. Lengan 3. Pisau
3. Paha 4. Pecahan kaca
4. Kaki
Gangguan Psikiatrik yang Berisiko Bunuh Diri

● Gangguan depresi (60 – 70 persen korban bunuh diri menderita


depresi pada saat kematian mereka)
● Skizofrenia
● Ketergantungan alcohol (biasanya disebabkan setelah adanya
masalah hidup yang tidak diinginkan sehingga membuat pasien
dengan ketergantungan alkohol memiliki gejala-gejala gangguan
mood sampai memutuskan untuk bunuh diri)
● Ketergantungan Zat Psikoaktif Lainnya
● Gangguan Kepribadian
● Gangguan Kecemasan
● Perilaku Bunuh Diri Sebelumnya
Gambaran Klinis
dan Diagnosis
SAD PERSONS Scale
Jika skor >= 6, maka pasien
tersebut membutuhkan
perawatan di rumah sakit.
Tetapi jika skornya <= 5, maka
pasien tersebut dapat dirawat
jalan
1. Pasien dapat menjelaskan spontan mengenai ide
bunuh diri. Jika tidak, tanyakan langsung
2. ‘Apakah anda pernah merasa ingin menyerah/lebih
baik mati?’
3. Gunakan kata membunuh diri/mati untuk mencari
frekuensi, progresivitas, dan cara
4. Umur & kecanggihan pikiran. Apakah niat sesuai
PANDUAN dengan metode?
5. Selidiki seberapa pesimis pasien/adakah bayangan
WAWANCARA masa depan yang lebih baik , apakah sudah
mengambil langkah aktif/sudah mendapatkan alat
6. Alloanamnesis jika pasien tidak kooperatif
1. Perasaan pasien tentang hidup: “Apakah pernah merasa
hidup ini tidak berguna?”
2. Ide bunuh diri: “Apakah pernah terpikir untuk melukai
diri sendiri”
3. Jika iya: “Sejak kapan? Ada kejadian apa? Rencana dan
persiapan seperti apa? Adakah hal yang membuat
semangat hidup bangkit kembali?”
4. Percobaan bunuh diri sebelumnya: “Bagaimana? Ada
PANDUAN kejadian apa sebelumnya? Siapa yang membawa ke
PERTANYAAN faskes? Bagaimana perasaan ketika terbangun?”
5. Pasien dengan psikosis: Halusinasi? Deskripsi dan
respon?
6. Kemungkinan menyakiti orang sekitar
Terapi:

● Preventif:
Scheinedman : tindakan preventif – praktis
○ Turunkan penderitaan psikologis (lingkungan, teman,
kantor, pasangan)
○ Bangun dukungan yang positif dan realistis
○ Menawarkan alternatif terhadap Bunuh Diri
1. Baru mengalami suatu kejadian → Benzodiazepine
(Lorazepam 3x1mg selama 2 minggu)
TERAPI 2. Antidepresan
3. Resepkan dalam jumlah sedikit dan buat jadwal
PSIKOFARMAKA kontrol
1. Psikoterapi suportif untuk memulihkan strategi
coping
2. CBT untuk mengembangkan keterampilan dan
problem solving pada pasien dengan strategi coping
TERAPI NON maladaptif
3. Alkoholik → hentikan konsumsi
FARMAKOLOGIK 4. Gangguan kepribadian → empati, manipulasi
lingkungan, bantu memecahkan masalah
SINDROM
NEUROLEPTIK
MALIGNA
DEFINISI EPIDEMIOLOGI
Kegawatan neurologis gangguan • Insidensi 1/500
gerak (movement disorder) yang • Berakibat fatal pada 10% kasus dan
berpotensi mengancam nyawa membutuhkan intervensi medis segera
akibat komplikasi penggunaan • 0,01 – 0,02% pasien yang diobati
obat-obatan neuroleptik, terutama dengan antipsikotik  SNM
• Angka kematian 10 – 20%
(APG-1)

Gulati G, Lynall M-E, Saunders K. Psychiatry Lecture Notes. 11th ed. WILEY Blackwell; 2014
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan and Sadock’s Synopsis Of Psychiatry Behavioral Science/ Clinical Psychiatry. 11th ed. 2015.
ETIOLOGI FAKTOR RISIKO
Penggunaan obat-obatan antipsikotik, terutama
haloperidol yang berpotensi tinggi saat
meningkatkan dosis
1. Dehidrasi
Etiologi SNM antara lain:
• Penggunaan antipsikotik  dosis tinggi
2. Usia muda (20-40 th)
atau meningkatkan dosis secara cepat 3. Laki-laki
• Baru menghentikan pengobatan agonis
dopaminergik (Carbidopa, Levodopa, 4. Malnutrisi
Amantadine, Bromocriptine) 5. Pengekangan/pengikatan
• Penggunaan antipsikotik dengan lithium

Ismail R, Siste K. Buku Ajar Psikiatri. In: III. Jakarta: Universitas Indonesia; 2017.
Gulati G, Lynall M-E, Saunders K. Psychiatry Lecture Notes. 11th ed. WILEY Blackwell; 2014.
MANIFESTASI KLINIS
Dalam 24-72 jam, jika tidak diobati berlangsung 10 sampai 14 hari

Gejala motorik dan perilaku


• Kaku otot
Gejala otonom
• Dystonia
• Hipertermia
• Akinesia
• Diaforesis
• Mutisme
• FN↑, TD↑
• Obtundasi
• Agitasi

Ismail R, Siste K. Buku Ajar Psikiatri. In: III. Jakarta: Universitas Indonesia; 2017.
Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan and Sadock’s Synopsis Of Psychiatry Behavioral Science/ Clinical Psychiatry. 11th ed. 2015.
PANDUAN Alloanamnesis karena kesadaran pasien terganggu

WAWANCARA

EVALUASI 1. Pasien yang baru mendapatkan terapi


EVALUASI DAN antipsikotik dengan kaku otot (yang tidak
responsif terhadap antikolinergik) dan demam
PENATA- (yang tidak jelas etiologinya) → hentikan
LAKSANAAN obat → monitor TTV
2. Px Lab: CBC (leukositosis), LFT, kimia darah
(CPK), Ur, Cr
3. Kompres, cairan IV
4. Course: 15 hari → antipsikotik baru/tetap

Buku Ajar Psikiatri. (2017). S. D. Elvira & G. Hadisukanto (Eds.), Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
1. Amantadine 200-400 mg/hari PO (dosis
terbagi)
2. Bromocriptine 2-3x2,5 mg/hari PO (max 45
mg/hari)
TERAPI 3. Levodopa 50-100 mg/hari infus terus menerus
4. Dantrolene 1 mg/kbBB/hari IV selama 8 hari
PSIKOFARMAKA → PO selama 7 hari
5. Benzodiazepine/ECT apabila obat-obatan lain
tidak berhasil

Buku Ajar Psikiatri. (2017). S. D. Elvira & G. Hadisukanto (Eds.), Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology, Fourteenth Edition. Basic and Clinical Pharmacology. 2018.
DELIRIUM
DEFINISI

Acute confusional state or acute brain syndrome, dengan ≥1 gambaran:


- Bersifat fluktuasi, memberat di malam hari
- Halusinasi visual
- Transient persecutory delusions
- Iritabilitas dan agitasi ATAU somnolen dan menurunnya aktivitas
- Gangguan konsentrasi dan memori

Gambaran diagnostik delirium:


Gambaran diagnostik suportif:
1. Gangguan kesadaran
 Ganguan pikiran dan persepsi
2. Gangguan atensi
 Gangguan siklus tidur-bangun
3. Gangguan kognisi
 Gangguan mood
4. Onset akut atau fluktuasi

Crash Course Psychiatry, 5th Edition (2019)


ETIOLOGI

Crash Course Psychiatry, 5th Edition (2019)


1. Penyakit pada SSP (epilepsy, trauma kepala)
ETIOLOGI 2. Penyakit sistemik (Gagal jantung, sepsis,
COPD, krisis adrenal)
3. Intoksikasi zat (cocaine, opioids)
4. Putus zat (alcohol)

MEKANISME Gangguan kesadaran + Gangguan fungsi


kognitif (Rapid onset, brief duration)
MANIFESTASI KLINIS

1. Prodromal: lelah, cemas, iritabel, gangguan tidur


2. Gangguan kesadaran
3. Gangguan psikomotor: Hiperaktivitas/hipoaktivitas
4. Gangguan pemusatan perhatian
5. Disorientasi (waktu → tempat & orang)
6. Disorganisasi proses pikir (tangensial, inkoherensi). Gangguan daya ingat &
kognitif
7. Gangguan persepsi: Halusinasi, ilusi
8. Mood: marah, mengamuk, ketakutan, fluktuasi mood
9. Gejala neurologi: dysphagia, tremor, hiperaktivitas otonom, inkontinensia urin
10.Gangguan siklus tidur-bangun: agitasi pada malam hari (sundowning)

Buku Ajar Psikiatri. (2017). S. D. Elvira & G. Hadisukanto (Eds.), Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
DIAGNOSTIK
1. Suportif, tidak mengancam, tegas, berikan batasan
PANDUAN yang jelas (obat/physical restraint)
2. Tenangkan pasien
WAWANCARA 3. Tawarkan obat

1. Demensia → Onset perlahan, progresivitas


DIAGNOSIS gangguan kognitif lebih stabil
2. Skizofrenia: halusinasi & waham lebih konstan &
BANDING terorganisasi, penurunan kesadaran & disorientasi
jarang

Penyebab diketahui & dieliminasi → gejala


PROGNOSIS menghilang dalam waktu 3-7 hari & seluruhnya dalam
waktu 2 minggu
Buku Ajar Psikiatri. (2017). S. D. Elvira & G. Hadisukanto (Eds.), Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
Obati penyebabnya
TATALAKSANA 1. Toksisitas antikolinergik →
pisostigmin salisilat 1-2mg IV/IM
2. Psikosis: Haloperidol 2-10 mg IM →
tenang → PO 5-40 mg/hari (⅓ pagi - ⅔
sebelum tidur)
3. Insomnia, putus
alkohol/benzodiazepine: Lorazepam
1-2 mg sebelum tidur
4. Nyeri & sesak nafas → opioid

Buku Ajar Psikiatri. (2017). S. D. Elvira & G. Hadisukanto (Eds.), Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI.
KESIMPULAN
KESIMPULAN
● Kegawatdaruratan psikiatrik adalah setiap gangguan akut dalam pikiran, perasaan,
atau hubungan sosial yang memerlukan intervensi terapeutik segera.
● Gawat darurat psikiatrik terdiri dari:
- Kondisi gaduh gelisah
- Tindak kekerasan
- Bunuh diri
- Sindrom neuroleptic maligna
• Evaluasi dini  menilai kondisi pasien yang sedang dalam krisis secara cepat dan
tepat sangat diperlukan dalam menangani kegawatdaruratan psikiatrik. Tindakan
segera  menentukan diagnosis awal, identifikasi faktor-faktor presipitasi dan
kebutuhan segera pasien, dan memulai terapi atau merujuk ke fasilitas yang sesuai
DAFTAR PUSTAKA

Elvira, SD. Psikoterapi. Dalam: Elvira, SD, Hadisukanto, G, penyunting. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-3. Jakarta: Badan Penerbit FK UI;
2017.
Sadock, BJ. Sadock, VA. Ruiz, P. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. Edisi ke-10. Philadelphia: Wolters Kluwer;
2017.
Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology, Fourteenth Edition. Basic and Clinical Pharmacology. 2018.

Crash Course Psychiatry, 5th Edition (2019)

Lecture Notes Psychiatry, 11th Edition – Gulari, Gauram (2014)

Anda mungkin juga menyukai