Anda di halaman 1dari 15

TUGAS I & II

DISUSUN OLEH :

I Gusti Ayu Marchelia Yusa

(032114253086)

PROGRAM STUDI MAGISTER KENOTARIATAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2021
TUGAS I

SOAL :

1. Menurut e,salah satu tugas Teori Hukum adalah menjabarkan arti penting asas-asas
hukum dalam pembuatan aturan hukum. Jelaskan pengertian asas hukum, aturan hukum dan
norma hukum serta berikan contoh untuk memperjelas jawaban Saudara !

2. a. Carilah satu peraturan perundang-undangan. (UU atau PP yang jumlah pasalnya


sedikit)

b. Temukan asas- asas hukum yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan


yang saudara pilih tersebut, dan tunjukkan asas-asas tersebut dijabarkan dalam Pasal- Pasal
berapa saja serta berikan penjelasan yang tercakup didalamya Filsafat Hukum/ aliran pemikiran
yang melandasi ketentuan tersebut.

Contoh : UU X, dilandasi oleh asas A, B, dan C. Asas A dijabarkan dalam Pasal 2 UU X,


tulislah ketentuan pasalnya kemudian underline atau tandai “frasa/kata-kata” yang
membuat saudara menyimpulkan bahwa di dalam Pasal tersebut terkandung asas A, asas
A dilandasi oleh pemikiran atau aliran naturalisme hukum.

KASUS : Elmer (Riggs V Palmer)

Kasus posisinya adalah elmer membunuh kakeknya dengan cara meracuninya, karena ia
curiga sang kakek akan mengubah surat wasiat yang telah dibuatnya karena sang kakek
kawin lagi. Di dalam surat wasiat itu dinyatakan bahwa Elmer mewarisi sejumlah harta.
Elmer dinyatakan bersalah dan dipidana. Anak-anak perempuan sang kakek yang masih
hidup menggugat pengurus testament atas dasar Elmer tidak layak mewarisi harta Bapak
mereka karena membunuh si pemberi wasiat. Perkara tersebut diatur dalam Pasal 912
BW.
Pasal 912 BW :
Orang yang dijatuhi hukuman karena telah membunuh pewaris, orang yang telah
menggelapkan, memusnahkan atau memalsukan surat wasiat pewaris, atau orang yang
dengan paksaan atau kekerasan telah menghalangi pewaris untuk mencabut atau
mengubah surat wasiatnya serta istri atau suaminya dan anak-anaknya, tidak boleh
menikmati suatu keuntungan pun dari wasiat itu.

Berdasarkan pasal tersebut seharusnya Elmer tetap berhak atas harta warisan tersebut,
karena tidak ada ketentuan dalam hukum negara bagian New York yang menyatakan
bahwa orang yang telah membunuh pemberi wasiat tidak pantas menikmati harta yang
diwasiatkan, namun Pengadilan New York berdasarkan suara terbanyak memutuskan
bahwa Elmer tidak boleh menikmati dari hasil kesalahannya. Putusan tersebut tidak
didasarkan pada aturan, tetapi atas dasar principle, asas atau prinsip yaitu seseorang tidak
boleh menikmati dari hasil kesalahannya.
Pertanyaan :
Apakah saudara setuju dengan putusan Pengadilan New York tersebut? Mengapa?
Jelaskan.

JAWABAN :

1)Pengertian Asas Hukum, Gagasan tentang Asas Hukum sebagai kaidah penilaian fundamental
dalam suatu sistem hukum kita temukan kembali pada karya-karya dari banyak teoritisi hukum.
Paul Scholten misalnya menguraikan (memberikan definisi) asas hukum sebagai berikut :
“pikiran-pikiran dasar, yang terdapat di dalam dan di belakang sistem hukum masing-masing

Aturan hukum adalah cara di mana warga negara diatur oleh aturan hukum dan bukan dengan
kekuatan orang lain. Hukum adalah proposisi hukum yang memperlakukan sama terhadap semua
orang yang berada dalam situasi yang sama. Hukum diperlukan baik untuk individu sebagai
bagian dari Negara sebagai orang yang mempunyai hak dan kewajiban.
Pengertian Norma Hukum. sebagai aturan atau ketentuan yang mengikat semua atau sebagaian
warga masyarakat; aturan yang baku, ukuran untuk menentukan sesuatu.

2) a. Saya menggunakan Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok- Pokok Agraria selanjutnya disebut UUPA yang didalamnya 5 (lima) bagian di bagian
pertama terdapat 58 Pasal dan dibagian kedua terdapat 9 Pasal, dan dibagian ketiga, keempat dan
kelima masing-masing terdiri dari 1 pasal.

b. Asas hukum merupakan aturan dasar dan prinsip-prinsip yang abstrak dan pada umumnya
melatarbelakangi peraturan kongkret dan pelaksanaan hukum. Asas- asas hukum di Indonesia
sangatlah banyak dan beragam sesuai dengan bidang ilmu hukumnya seperti asas hukum pidana,
perdata, acara pidana, acara perdata, asas peraturan perundang-undangan, asas yang dianut dalam
UUD 1945, hukum internasional, hukum pajak, hukum agraria, hukum tata Negara, hukum
administrasi Negara dan lainnya.

Kemudian aliran- aliran dalam filsafat hukum terdiri dari 5 aliran pada umumnya, tetapi ada juga
ahli yang menjabarkan aliran yang terdapat dalam filsafat hukum sejumlah 9 aliran. Fungsi dari
pemikiran/ aliran tersebut ialah relevan untuk membangun kondisi hukum yang sebenarnya,
sebab tugas filsafat hukum adalah menjelaskan nilai dasar hukum secara filosofis yang mampu
memformulasikan cita-cita keadilan, ketertiban di dalam kehidupan yang relevan dengan
pernyataan-kenyataan hukum yang berlaku, bahkan berubah secara radikal dengan tekanan
hasrat manusia melalui paradigma hukum baru guna memenuhi perkembangan hukum pada
suatu masa dan tempat tertentu.

Penjabaran mengenai asas-asas hukum yang terdapat di dalam UUPA adalah


sebagai berikut :

 Di dalam Pasal 1 angka 1-5 UUPA dilandasi oleh Asas kebangsaan (dalam hal ini
aliran naturalism), karena mencerminkan fungsinya sebagai pemersatu bangsa
Indonesia dengan bumi, air, dan ruang angkasa Indonesia, sesuai dengan konsepsi
wawasan nusantara. Adapun pasal a quo berbunyi :
1) Seluruh wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah-air dari seluruh rakyat Indonesia
yang bersatu sebagai bangsa Indonesia.
2) Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai karunia Tuhan Yang
Maha Esa adalah bumi, air dan ruang angkasa bangsa Indonesia dan merupakan
kekayaan nasional.
3) Hubungan antara bangsa Indonesia dan bumi, air serta ruang angkasa termaksud
dalam ayat (2) pasal ini adalah hubungan yang bersifat abadi.
4) Dalam pengertian bumi, selain permukaan bumi, termasuk pula tubuh bumi
dibawahnya serta yang berada dibawah air.
5) Dalam pengertian air termasuk baik perairan pedalaman maupun laut wilayah
Indonesia.

 Di dalam Pasal 2 UUPA dilandasi Asas Hak Menguasai Negara dan Asas
Kemanfaatan (khususnya pada ayat 3) (dalam hal ini aliran utility/manfaat)
karena hak Negara untuk mengatur dan mengelola tanah, bukan hak untuk memiliki
tanah serta manfaat dari tanah tersebut ialah untuk mencapai kebahagiaan
masyarakat. Adapun Pasal a quo berbunyi :
1) Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar dan hal-hal
sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai
oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.
2) Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi
wewenang untuk :
a. mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dengan bumi, air dan ruang angkasa,
c. menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang
dan perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkasa.
3) Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat
(2) pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam
arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara
hukum Indonesia yang merdeka berdaulat, adil dan makmur.
4) Hak menguasai dari Negara tersebut diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan
kepada daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-masyarakat hukum adat, sekedar
diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan nasional, menurut
ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah.

 Di dalam Pasal 3 UUPA dilandasi Asas Pengakuan Hak Ulayat, (dalam hal ini
aliran positivistme) karena pada dasarnya Negara tetap mengakui dan menjamin
hak-hak masyarakat hukum adat, adapun Pasal a quo berbunyi :
“Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 1 dan 2 pelaksanaan hak ulayat
dan hak-hak yang serupa itu dari masyarakat-masyarakat hukum adat, sepanjang
menurut kenyataannya. masih ada, harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan
kepentingan nasional dan Negara, yang berdasarkan atas persatuan bangsa serta tidak
boleh bertentangan dengan Undang-undang dan peraturan-peraturan lain yang lebih
tinggi”.

 Di dalam Pasal 6 UUPA dilandasi Asas Fungsi Sosial (dalam hal ini aliran
utility/manfaat), karena hak atas tanah apapun yang ada oada seseorang tidaklah
dapat dibenarkan bahwa tanah tersebut dipergunakan atau tidak dipergunakan semata-
mata untuk kepentingan pribadinya, apalagi jika hal itu menimbulkan kerugian bagi
masyarakat. Adapun Pasal a quo berbunyi :
“semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial”

 Di dalam Pasal 7, Pasal 10, dan Pasal 17 UUPA dilandasi Asas Landreform (dalam
hal ini aliran positivism), karena merupakan asas penghapusan tuan-tuan tanah besar
agar tidak merugikan kepentingan umum. Adapun Pasal a quo berbunyi :
Pasal 7 :
“Untuk tidak merugikan kepentingan umum maka pemilikan dan penguasaan tanah
yang melampaui batas tidak diperkenankan”
Pasal 10 :
1. Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah pertanian
pada azasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya sendiri secara
aktif, dengan mencegah cara-cara pemerasan.
2. Pelaksanaan dari pada ketentuan dalam ayat (1) pasal ini akan diatur lebih lanjut
dengan peraturan perundangan.
3. Pengecualian terhadap azas tersebut pada ayat ( 1 ) pasal ini diatur dalam
peraturan perundangan.

Pasal 17 :

1) Dengan mengingat ketentuan dalam pasal 7 maka untuk mencapai tujuan yang
dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) diatur luas maksimum dan/atau minimum tanah
yang boleh dipunyai dengan sesuatu hak tersebut dalam pasal 16 oleh satu
keluarga atau badan hukum.
2) Penetapan batas maksimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini dilakukan dengan
peraturan perundangan didalam waktu yang singkat.
3) Tanah-tanah yang merupakan kelebihan dari batas maksimum termaksud dalam
ayat (2) pasal ini diambil oleh Pemerintah dengan ganti kerugian, untuk
selanjutnya dibagikan kepada rakyat yang membutuhkan menurut
ketentuanketentuan dalam Peraturan Pemerintah.
4) Tercapainya batas minimum termaksud dalam ayat (1) pasal ini, yang akan
ditetapkan dengan peraturan perundangan, dilaksanakan secara berangsur-angsur.
 Di dalam Pasal 13, 14, dan 15 UUPA dilandasi Asas Tata Guna Tanah (dalam hal
ini aliran positivism), karena dijabarkan dalam mengatur penguasaan, penggunaan
dan pemanfaatan tanah bagi berbagai kebutuhan sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah. Adapun Pasal a quo berbunyi :
Pasal 13 :
1) Pemerintah berusaha agar supaya usaha-usaha dalam lapangan agraria diatur
sedemikian rupa, sehingga meninggikan produksi dan kemakmuran rakyat
sebagai yang dimaksud dalam pasal 2 ayat (3) serta menjamin bagi setiap warga-
negara Indonesia derajat hidup yang sesuai dengan martabat manusia, baik bagi
diri sendiri maupun keluarganya.
2) Pemerintah mencegah adanya usaha-usaha dalam lapangan agraria dari
organisasiorganisasi dan perseorangan yang bersifat monopoli swasta.
3) Usaha-usaha Pemerintah dalam lapangan agraria yang bersifat monopoli hanya
dapat diselenggarakan dengan Undang-undang.
4) Pemerintah berusaha untuk memajukan kepastian dan jaminan sosial, termasuk
bidang perburuhan, dalam usaha-usaha dilapangan agraria.

Pasal 14 :

1) Dengan mengingat ketentuan-ketentuan dalam pasal 2 ayat (2) dan (3) , pasal 9
ayat (2) serta pasal 10 ayat (1) dan (2) Pemerintah dalam rangka sosialisme
Indonesia, membuat suatu rencana umum mengenai persediaan, peruntukan dan
penggunaan bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang terkandung
didalamnya:
a. untuk keperluan Negara,
b. untuk keperluan peribadatan dan keperluan suci lainnya, sesuai dengan dasar
Ketuhanan Yang Maha Esa;
c. untuk keperluan pusat-pusat kehidupan masyarakat, sosial, kebudayaan dan
lain-lain kesejahteraan;
d. untuk keperluan memperkembangkan produksi pertanian, peternakan dan
perikanan serta sejalan dengan itu;
e. untuk keperluan memperkembangkan industri, transmigrasi dan
pertambangan.
2) Berdasarkan rencana umum tersebut pada ayat (1) pasal ini dan mengingat
peraturan-peraturan yang bersangkutan, Pemerintah Daerah mengatur persediaan,
peruntukan dan penggunaan bumi, air serta ruang angkasa untuk daerahnya,
sesuai dengan keadaan daerah masing-masing.
3) Peraturan Pemerintah Daerah yang dimaksud dalam ayat (2) pasal ini berlaku
setelah mendapat pengesahan, mengenai Daerah Tingkat I dari Presiden, Daerah
Tingkat II dari, Gubernur/Kepala Daerah yang bersangkutan dan Daerah Tingkat
III dari Bupati/Walikota/Kepala Daerah yang bersangkutan.

Pasal 15 :
“Memelihara tanah, termasuk menambah kesuburannya serta mencegah kerusakannya
adalah kewajiban tiap-tiap orang, badan hukum atau instansi yang mempunyai
hubungan hukum dengan tanah itu, dengan memperhatikan pihak yang ekonomis
lemah.”

 Di dalam Pasal 18 UUPA, dilandasi Asas Kepentingan Umum dan Asas Keadilan (
dalam hal ini aliran positivism), karena dijabarkan bahwa dalam hal tanah
diperlukan untuk kepentingan umum maka dapat dicabut dan diberikan kompensasi
kepada pemiliknya. Adapun Pasal a quo berbunyi :
“Untuk kepentingan umum, termasuk kepentingan bangsa dan Negara serta
kepentingan bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi
ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur dengan Undang-undang”.

 Di dalam Pasal 19 UUPA dilandasi dengan Asas Pendaftaran Tanah dan Asas
Kepastian Hukum (dalam hal ini aliran positivism), karena segala sesuatu berhak
memperoleh kepastian hukum dan dijamin perlindungannya oleh Undang-Undang.
Adapun Pasal a quo berbunyi :
1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan pendaftaran tanah
diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
2) Pendaftaran tersebut dalam ayat (1) pasal ini meliputi:
a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;
b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian
yang kuat.
3) Pendaftaran tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan
masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomi serta kemungkinan
penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria.
4) Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan
pendaftaran termaksud dalam ayat (1) diatas, dengan ketentuan bahwa rakyat
yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut.
Dari uraian tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria (UUPA), dilandasi oleh asas
kebangsaan, asas hak menguasai negara, asas kemanfaatan, asas pengakuan hak ulayat, asas
fungsi sosial, asas landreform, asas tata guna tanah, asas kepentingan umum, asas keadilan,
asas pendaftaran tanah dan asas kepastian hukum yang tentunya dilandasi pula oleh
aliran/pemikiran filsafat hukum yakni aliran naturalism, aliran positivism,dan aliran
utility/manfaat.

3) Terkait dengan hal tersebut diatas yakni kasus pembunuhan oleh Elmer terhadap kakeknya
yang memberikan harta warisan kepadanya yang tertuang di dalam testament namun Elmer
tidak berhak atas hal itu karena putusan Pengadilan New York. Saya setuju dengan putusan
Pengadilan New York yang memutuskan bahwa Elmer tidak boleh menikmati hasil dari
kesalahannya (dalam hal ini adalah warisan dari pewaris yang telah dibunuhnya), walaupun
bila didasarkan pada Pasal 912 Burgerlijk Wetbook (BW) yang menyatakan bahwa Elmer
tetap dapat menikmati warisan tersebut karena tidak ada ketentuan dalam hukum negara
bagian New York yang menyatakan bahwa orang yang tekah membunuh pemberi wasiat
tidak pantas menikmati yang diwasiatkan.

Yang kita ketahui Bersama, bahwasanya Sebagian besar dari wilayah Amerika
Serikat yang merupakan tanah jajahan inggris sehingga pada dasarnya menganut system
hukum inggris (common law system) yang sumber hukum digunakan oleh hakim ialah case
law, Namun Amerika serikat berbeda dengan Inggris yang tidak mempunyai UUD
(Konstitusi), Amerika Serikat mempunyai Undang-undang dasar yang meletakkan dasar
kerangka system hukum Amerika Serikat. Berdasarkan UUD tersebut yang menganut system
negara federal, tiap-tiap negara bagian juga memiliki UUD dan hukumnya masing-masing.
Dilihat dari segi ini, di Amerika Serikat terdapat dua macam hukum yang berlaku secara
berdampingan, yaitu hukum federal (federal law) yang berlaku untuk seluruh negara dan
hukum negara bagian (state law) yang hanya berlaku di negara bagian yang bersangkutan. Di
Amerika serikat pun dalam pengadilan, terdapat Juri yang merupakan sekelompok orang
yang terdiri dari warga negara biasa (bukan a hukum). Pengadilan dengan juri merupakan hal
yang dijamin oleh konstitusi yang tersedia, baik dalam perkara pidana maupun perdata.
Jumlah juri yang mengadili perkara biasanya 12 orang, juri tersebut lah yang akan
memutuskan berdasarkan bukti-bukti yang ada, misalnya apakah orang yang diadili bersalah
atau tidak. Dalam hal tersebut, peran hakim menjadi sangat terbatas, ia berfungsi untuk
mengatur agar siding pengadilan dapat berjalan lancer dan memutuskan mengenai persoalan
hukum, juri hanya tersedia pada tingkat pertama (trial court). Pada tingkat banding dan
seterusnya hanya hakim yang mengadili perkara.

Dari uraian tersebut diatas, saya setuju karena Pengadilan New York memutus
berdasarkan suara mayoritas (dalam hal ini juri maupun hakim) terhadap Hak mewaris oleh
Elmer karena telah sesuai dengan yang diuraikan diatas. Walaupun demikian, dengan tidak
adanya ketentuan semacam itu (Pasal 912 BW) di negara bagian New York, dapat saja
pengadilan tersebut memutuskan tidak mengabulkan gugatan dari anak-anak perempuan si
kakek karena tidak ada hukum positif yang melarang orang yang dijatuhi hukuman karena
membunuh pewaris untuk menikmati warisan dan sebaliknya, menetapkan elmer berhak atas
harta tersebut. Jika hal tersebut terjadi, maka akan memunculkan pandangan di masyarakat
bahwa apa yang tidak dilarang/ diatur maka diperbolehkan. Namun pengadilan New York
berdasarkan suara mayoritas memutuskan bahwa elmer tidak berhak dan tidak boleh
menikmati warisan yang tertuang dalam testament tersebut karena kesalahan yang
dlakukannya yaitu membunuh si pewaris. Ratio decendendi putusan itu adalah prinsip bahwa
seseorang tidak boleh mendapat keuntungan dari pelanggaran atas moral dan kepatutan.

Dari putusan tersebut, dapat dilihat pertentangan antara kedua mazhab hukum yaitu
mazhab hukum alam dan juga mazhab hukum positif, tetapi jika dilihat dari putusannya maka
ia mengacu pada mazhab hukum alam yang memandang hukum merupakan refleksi dari
moral, etika, dan keadilan. Dari putusan itu pula dapat diperoleh suatu pemikiran bahwa
apabila sesuatu tidak dilarang bukan berarti bahwa hal tersebut diperbolehkan atau
dibenarkan dalam hukum untuk dilakukan. Pengadilan New York telah memberikan suatu
pandangan yang dalam hal ini bukan hukum tertulis, melainkan berupa suatu nilai moral dan
kepatutan. Nilai inilah yang dijadikan landasan oleh pengadiln New York melarang
pembunuh pemberi testament untuk menikamati isi testament yang menguntungkan bagi
pembunuh tersebut. Dari kasus ini jelaskan dapat kita lihat bahwa pengadilan New York
tidak bersikap positivistis melainkan berpegangan pada prinsip yang melandasi norma yaitu
pedoman tingkah laku. Sikap demikian merupakan sikap normative, karena kita ketahui
Bersama bahwa membunuh adalah perilaku yang kejam dan tidak terpuji karena tidak
berdasarkan dengan etika dan moral.

Tugas II

Soal

1) Berdasarkan tujuannya ilmu dikelompokkan menjadi dua, yaitu ilmu praktis dan ilmu
teoritis. Ilmu Hukum termasuk ke dalam kelompok ilmu praktis. Tujuan dari ilmu praktis adalah
problem solving/pemecahan masalah. Menurut Philipus M. Hadjon, ada lima langkah dalam
analis/pemecahan masalah hukum. Jelaskan langkah-langkah tersebut !

2) Langkah yang keempat adalah penemuan hukum yang terkait dengan isu hukum.
Dalam langkah keempat ini ada tiga langkah di dalamnya yaitu: Langkah 1 : Statute
approach, Langkah 2 : identifikasi norma, Langkah 3 : conceptual approach ! Jelaskan dan
berikan sebuah contoh untuk mendukung penjelasan Saudara !

3) Langkah yang keempat adalah penemuan hukum yang terkait dengan isu hukum.
Jelaskan pengertian penemuan hukum menurut pendapat ahli

Jawab:

1. a. Pengumpulan Fakta

Fakta hukum bisa berupa perbuatan, peristiwa, atau


keadaan.Pembunuhan adalah perbuatan hukum, kelahiran adalah peristiwa hukum, dibawah
umur adalah suatu keadaan. Pengumpulan fakta hukum di dasarkan pada ketentuan tentang
alat bukti.

b. Klarifikasi Hakekat Permasalahan Hukum


Klasifikasi hakekat permasalahan Hukum pertama-taman berkaitan dengan
pembagian hukum positif. Hukum positif diklasifikasikan atas hukum publik dan hukum
privat yang masing-masingnya terdiri atas berbagai disiplin, misalnya hukum publik terdiri
atas Hukum Tata Negara, Hukum Administrasi, dan Hukum Internasional Publik, sedangkan
hukum privat terdiri atas Hukum Dagang, Hukum Perdata, disamping itu ada disiplin
fungsional yang memiliki karakter campuran.

c. Identifikasi dan Pemilihan Isu Hukum yang Relevan

Isu hukum berisi pertanyaan tentang fakta dan pertanyaan tentang hukum.Pertanyaan
tentang fakta pada akhirnya menyimpulkan fakta hukum yang sebenarnya yang didukung
oleh alat-alat bukti. Isu tentang hukum dalam civil law system, diawali dengan statute
approach, yang kemudia diikuti dengan konseptual approach.

d. Penemuan Hukum yang Berkaitan dengan Isu Hukum

Dalam pola civil law hukum utamanya adalah legislasi. Oleh karena itu langkah
dasar pola nalar yang dikenal sebagai reasoning based on rules adalah penelusuran peraturan
perundang-undang (berdasarkan ketentuan UU No. 10 Tahun 2004 Pasal 1 angka 2:
peraturan per undang-undang adalah produk hukum tertulis yang dibuat oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang, yang isinya mengikat umum.

e. Penerapan Hukum

Setelah menemukan norma konkrit langkah berikutnya adalah penerapan pada fakta
hukum. Unsur pertama adalah penyalah gunaan wewenang. Tanpa kejelasan konsep
penyalahgunaan wewenang dengan sendirinya sulit dijadikan parameter untuk mengukur
apakah suatu perbuatan atau tindakan merupakan tindakan penyalahgunaan wewenang.

2 a. Statute approach, Pendekatan perundang-undangan (statute approach) dilakukan


dengan menelaah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang bersangkut paut
dengan isu hukum yang sedang ditangani
b. Identifikasi norma, rumusan norma merupakan suatu proposisi . Dengan
demikian, sesuai dengan hakekat proposisi, norma terdiri atas rangkaian konsep. Untuk
memahami norma harus diawali dengan memahami konsep.

c. Conceptual approach, pendekatan konseptual (conceptual approach) merupakan


jenis pendekatan dalam penelitian hukum yang memberikan sudut pandang analisa
penyelesaian permasalahan dalam penelitian hukum dilihat dari aspek konsep-konsep hukum
yang melatarbelakanginya, atau bahkan dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam
penormaan sebuah peraturan kaitannya dengan konsep-konsep yang digunakan.

3. Menurut Achmad Ali, Pengertian Penemuan Hukum adalah menemukan


kecocokan antara maksud atau bunyi dari peraturan undang-undang dengan kualifikasi
peristiwa atau kasus konkretnya.

Pengertian Penemuan Hukum menurut Sudikno Mertokusumo ialah suatu penemuan


hukum terutama dilakukan oleh hakim di dalam memeriksa dan memutuskan suatu perkara.
Penemuan hukum yang dilakukan oleh hakim ini dianggap memiliki wibawanya. Jika hasil
penemuan hukum oleh hakim ini ialah hukum, maka hasil penemuan hukum oleh ilmuwan
hukum bukan merupakan hukum, melainkan ilmu atau doktrin hukum.

Van Eikema Hommes mangatakan bahwa penemuan hukum lazimnya diartikan


sebagai suatu proses dalam membentuk hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum
lainnya yang diberikan tugas untuk melaksanakan hukum terhadap peristiwa-peristiwa yang
konkret. Hal ini merupakan proses konkretisasi dan individualisasi peraturan hukum yang
bersifat umum pada peristiwa konkret.

Paul Scholten juga mengatakan bahwa penemuan hukum yaitu sesuatu yang lain
daripada hanya penerapan peraturan-peraturan pada peristiwanya. Kadang-kadang-kadang
dan bahkan sangat sering terjadi bahwa peraturan tersebut harus ditemukan, baik itu dengan
jalan interprestasi maupun dengan jalan analogi ataupun rechtsvervijning.

Anda mungkin juga menyukai