Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Serunai Bimbingan dan Konseling

Vol 8, No. 2, Oktober 2019


e-ISSN 2655-223X

STUDI KASUS SELF ESTEEM PADA REMAJA YANG ORANG TUANYA


BROKEN HOME DI SMP DHARMA PATRA P. BRANDAN

Dewi Afrina(1), Nurul Hasanah M.Si(2)

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan(1)

ABSTRAK

Harga diri (self-esteem) merupakan bagian penting yaitu salah satu masalah dalam
kehidupan yang dianggap paling berat adalah masalah yang terjadi dalam keluarga. Remaja ini
mempunyai harga diri yang tinggi karena akan bisa meningkatkan prestasi, memiliki kepuasan
terhadap aktifitas yang dilakukan, berani menghadapi tantangan dalam hidup. Kondisi ini,
menimbulkan dampak yang sangat besar bagi remaja yang dalam proses perkembangannya
merupakan saat-saat pembentukan karakter dan kepribadian, terutama untuk kehidupannya di masa
yang akan datang.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran studi
kasus self esteem pada remaja yang orang tuanya Broken home serta mengetahui faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi pencapaian studi kasus self esteem pada remaja yang orang tuanya broken
home.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode kualitatif berbentuk studi kasus.Subjek
yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja laki-laki berusia 14 tahun dan mengalami
broken home sebanyak satu orang.Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa subjek
memilikiRemaja yang memiliki harga diri tinggi merupakan sebagai perasaan yang positif terhadap
diri sendiri, termasuk cenderung lebih efektif, aktif dan asertif dalam menyesuaikan diri dengan
tuntutan lingkungan.Hal ini juga didukung oleh faktor-faktordari dalam diri dan dari luar diri subjek
yang mempengaruhi subjek untuk menjadi seorang yangmempunyai self esteem. Faktor-faktor dari
luar diri subjek antara lain hubungan sosial yang baik antara subjek dengan orangtua dan
lingkungan sekitarnya, mendapatkan dukungan yang positif dari orang-orang disekitarnya,
sedangkan faktor dari dalam diri subjek yaitu memiliki perasaan dicintai dan mampu untuk
mencintai orang lain, menjalin hubungan baru, dan mampu berempati.Subjek juga memiliki
keyakinan dan harapan yang besarakan kehidupannya di masa yang akan datang, sehingga mampu
bangkit dari kondisi sulit dan pengalaman emosional negatif yang dialaminya.

Kata Kunci : Studi Kasus, Self Esteem, Broken Home

107
Jurnal Serunai Bimbingan dan Konseling
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2655-223X

1. PENDAHULUAN Rasa kecewa, kehilangan, sedih dan tidak


aman akan dirasakan remaja ketika perceraian
A. Latar belakang masalah itu terjadi. Orang tua menganggap itu hanyalah
masalah waktu dimana anak atau remajanya
Tak ada satu pun orang yang mau menjadi nantinya akan terbiasa dengan pola dan
korban broken home. Broken home adalah kebiasaan hidup yang baru.beberapa remaja
kurangnya perhatian dari keluarga atau dapat beraaptasi dengan kondisi baru dengan
kurangnya kasih sayang dari orang tua cepat, namun banyak juga yang merasa sulit
sehingga membuat mental seorang remaja bahkan setelah bertahun-tahun perceraian itu
menjadi frustasi, brutal dan susah diatur. terjadi. Jika hal itu dibiarkan, maka akan
Broken home sangat berpengaruh besar pada berpengaruh pada masa perkembangan
mental seorang pelajar hal inilah yang selanjutnya, bahkan hingga dewasa.
mengakibatkan seorang pelajar tidak
mempunyai minat untuk berprestasi. Self Esteem atau harga diri adalah sesuatu
yang lebih mendasar dari pada yang terkait
Jika remaja pada kondisi seperti ini “broken dengan naik turunnya perubahan situasi. Bagi
home” dimana orang tua mereka tidak lagi orang-orang dengan harga diri yang baik, naik
menjadi panutan bagi dirinya maka akan turun perasaan mereka tentang diri mereka
berdampak besar pada perkembangan dirinya. sendiri dapat menyebabkan fluktuasi
Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang sementara, tetapi itu hanya sampai batas waktu
mengalami broken home, remaja menjadi lebih tertentu saja. Sebaliknya, bagi orang-orang
pendiam, pemalu, bahkan despresi yang orang tuanya boken home harga diri atau
berkepanjangan. Jika remaja berada di self esteem, pasang surut ini secara drastis
lingkungan pergaulan yang negatif, karena mempengaruhi cara mereka memandang diri
keadaannya labil maka tidak menutup mereka.
kemungkinan remaja akan tercebur dalam
lembah pergaulan yang tidak baik. Salah Ini dapat dilihat dari kutipan:
satunya di dalam broken home yaitu “Yang membuat saya kecewa, kenapa
“perceraian”, dalam perceraian yang membuat orang tua saya bisa bercerai dan tidak akur”.
anak atau remaja yang frustasi.
Self esteem bukan merupakan bawaan
Perceraian adalah solusi yang menyakitkan yang telah dimiliki seorang sejak lahir tetapi
untuk orang tua dan juga anak meskipun ia merupakan suatu komponen kepribadian yang
tidak terlibat dalam konflik. Setelah perceraian berkembang semenjak awal kehidupan anak.
orang tua akan merasa lega karena tidak lagi Orang tua memiliki peran yang penting dalam
berkonflik namun lihat kondisi anak, apakah ia pembentukan self esteem, orang tua yang
baik-baik saja ? Tentu saja tidak sebab dalam dijadikan model atau contoh pertama dari
hati remaja ia pasti mendambakan kedua orang proses imitasi anak, ia akan menilai dirinya
tuanya tinggal bersama, namun kenyataannya sebagaimana orang tuanya menilai dirinya.
ia harus menghabiskan harinya bersama salah Sebaliknya, jika orang tua salah menjadikan
satu orang tua. model atau contoh, maka bisa jadi ia atau anak

108
Jurnal Serunai Bimbingan dan Konseling
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2655-223X

akan terjerumus apa yang dilakukan orang broken home perlu dibimbing yang benar -
tuanya. benar supaya anak tersebut tidak akan
melakukan apa yang sudah dilakukan salah
Mereka yang memiliki harga-diri (self- satu orang tuanya. Penulis berniat melakukan
esteem) rendah diduga memiliki sebuah penelitian yang berjudul “Studi Kasus
kecenderungan menjadi rentan terhadap Self Esteem Pada Anak Remaja Yang Orang
depresi, penggunaan narkoba, dan dekat Tuanya Broken Home Di SMP Dharma
dengan kekerasan. Harga-diri (self-esteem)yang Patra P.Brandan ”
tinggi membantu meningkatkan inisiatif,
resiliensi dan perasaan puas pada diri B.Identifikasi Masalah
seseorang. Seseorang dengan harga-diri (self- Bagaimanakah self esteem pada anak
esteem) tinggi dikatakan memiliki resiliensi remaja yang orang tuanya broken home di SMP
yang tinggi, yaitu memiliki kemampuan untuk Dharma Patra P.Brandan.
bangkit kembali, dengan cara mengatasi
tekanan yang dialami. Namun demikian, Alasan kenapa penelitian ini dilakukan
seseorang dengan harga-diri (self-esteem) Karena untuk mengetahui self esteem
tinggi bisa saja suatu saat mengalami pada anak remaja yang orang tuanya broken
kegagalan atau kekecewaan yang membuat home di SMP Dharma Patra P.Brandan
harga-diri (self-esteem) mereka menurun.
Kondisi inilah yang dikenal sebagai hargadiri 2. METODE PENELITIAN
(self-esteem) yang terancam. Pada kondisi
tersebut harga-diri (self-esteem) dapat 1. Lokasi
mengalami penurunan.Situasi dimana Penelitian ini dilaksanakandi SMP Dharma
seseorang berupaya untuk mempertahankan Patra Pangkalan Brandan yang berlokasi di Jln.
harga-diri (selfesteem) ini dikenal dengan self- Balikpapan, Puraka II, Pangkalan Brandan,
esteem maintenance. Mereka yang merasa Kec. Sei Lepan, Kab. Langkat. Pemilihan
hargadirinya (self-esteem) terancam, akan lokasi ini dikarenakan peneliti mendapat
memandang kesuksesan orang lain sebagai kemudahan dalam memasuki sekolah tersebut
sesuatu yang mengancam keberadaan atau sehingga dapat mempermudah peneliti dalam
keberhargaan diri mereka. Perasaan terancam memperoleh data. Dan sekolah ini belum
ini akan menimbulkan reaksi untuk pernah dilaksanakan penelitian yang sama
„menjatuhkan‟ orang lain,apakah dengan dengan permasalahan yang sedang dibicarakan
memandang rendah orang lain atau bahkan dalam penelitian ini.
dengan menggunakan kekerasan.
Yang dimaksud dengan latar penelitian
Harga diri yang orang tuanya broken adalah kondisi ilmiah tentang objek penelitian
home dengan Harga Diri yang yang orang baik di sekolah serta perangkat mampu letak
tuanya tidak broken home, pada saat iniuntuk geografisnya di SMP Dharma Patra P.Brandan
menentukan bagaimana perasaan mereka
tentang diri mereka. Mereka membutuhkan A. Jenis Penelitian
pengalaman eksternal yang positif misalnya, Suatu tujuan penelitian akan dapat
pujian dari teman dan orang orang disekeliling dicapai jika penelitian tersebut dilaksanakan
mereka untuk melawan perasaan negatif dan dengan menggunakan metode tertentu. Metode
pikiran yang terus-menerus mengganggu penelitian merupakan bagian yang sangat
mereka. Biasanya perasaan yang baik hanya penting dari sesuatu penelitian, baik kualitatif
bersifat sementara. maupun kuantitatif. Metode penelitian adalah
prosedur atau cara mengumpulkan dan
Berdasarkan uraian diatas, masalah self menganalisa data agar kesimpulan yang ditarik
esteem pada anak remaja yang orang tuanya memenuhi persyaratan berpikir induktif.

109
Jurnal Serunai Bimbingan dan Konseling
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2655-223X

dalam penelitian ini, peneliti akan


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan wawancara remaja untuk
mendiskripsikan kasus pada anak remaja yang mengungkapkan tentang studi kasus self
orang tuanya broken home. Oleh sebab itu, esteem pada anak yang orang tuanya broken
penulis melakukan pendekatan dengan home. Pemilihan metode ini didasari pada fakta
menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan bahwa tema dalam penelitian ini termasuk unik
dan Taylor yang dikutip Moleong, menjelaskan dan merupakan perilaku menyimpang.
penelitian kualitatif di definisikan kata-kata
atau lisan orang-orang dan prilaku yang dapat Metode ini penelitian kualitatif yang
diamati. digunakan adalah metode fenomenologi. Istilah
fenomenologi berasal dari dari bahasa Yunani,
Ciri-ciri penelitian kualitatif antara lain: yaitu phainomenon (penampakan diri) dan
1. Pengumpulan data harus dilakukan logos (akal). Ilmu tentang penampakan berarti
secara ilmiah. ilmu tentang apa yang menampakkan diri pada
2. Peneliti merupakan instrumen utama. pengalaman subjek. Donny Gahrial Adian
3. Hasil penelitian disajikan dalam bentuk dalam buku Pengantar fenomenologi
deskriptif menyebutkan bahwa fenomenologi adalah
4. Penelitian kualitatif lebih sebuah studi atau anak remaja tentang
mementingkan proses fenomena-fenomena atau apa saja yang
5. Penelitian kualitatif bertujuan untuk tampak. Dengan kata lain fenomena merupakan
mengungkapkan makna yang mendapatkan penjelasan tentang realitas yang
terkandung dibalik prilaku manusia. tampak.
6. Peneliti harus hadir di lapangan
7. Perspektif yang digunakan adalah Alasan peneliti menggunakan wawancara
perspektif emik, yaitu menurut ini karena ditempat penelitian dilakukan untuk
pendapat orang yang diamati informasi. mewawancarai ke anak remaja itu tentang
bagaimana harga diri nya atau disebut self
Pendekatan peneliti yang digunakan dalam esteem terhadap orang tuanya. Fenomena ini
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang melatar belakangi penelitian ini
(Qualiatif research). Bogdan dan Taylor dalam dilaksanakan.
Moleong mendefenisikan metodologi kualitatif B. Subjek Objek Penelitian
sebagai prosedur peneliti yang menghasilkan Menurut Suharsimi Arikunto bahwa subjek
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau penelitian adalah benda, hal atau organisasi
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat tempat data atau variabel penelitian yang
diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dipermasalahkan melekat. Tidak ada satupun
dari individu tersebut secara holistik (utuh). penelitian yang dapat dilakukan bahwa
Jadi dalam hal ini diarahkan pada latar dari dilaksanakannya penelitian di karenakan
individu atau organisasi ke dalam variabel atau adanya masalah yang harus dipecahkan,
hipotesis tapi perlu memandangnya sebagai maksud dan tujuan penelitian adalah untuk
bagian dari suatu keutuhan. memecahkan persoalan yang timbul tersebut.
Hal ini dilakukan dengan jalan mengumpulkan
Menurut Nasution penelitian kualitatif data sebanyak-banyaknya dari informan.
adalah mengamati orang dalam lingkungan,
berinteraksi dengan mereka dan menafsirkan Subjek yang diteliti dalam penelitian
pendapat mereka tentang dunia sekitar. kualitatif ini disebut informan yang dijadikan
teman bahkan konsultan untuk menggali
Pada dasarnya penelitian dengan informasi yang dibutuhkan peneliti. Spradly
wawancara bertujuan untuk mengetahui (dalam Salim dan Sahrum), menjelasakan
tentang suatu hal secara mendalam. Maka bahwa informasi yang dipilih haruslah

110
Jurnal Serunai Bimbingan dan Konseling
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2655-223X

seseorang yang benar-benar memahami 3. Penelitian Dokumentasi, yaitu setiap


kultural atau situasi yang ingin diteliti untuk bahan tertulis ataupun berbentuk foto.
memberikan informasi kepada peneliti. Peneliti mengadakan studi dokumentasi
untuk mencari keabsahan penelitian.
Dalam peneliti ini penulis mengambil satu Subjek dalam data dokumentasi ini
orang sebagai bahan wawancara data adalah adalah foto-foto siswa.
“Anak remaja sebagai subjek dari pelaksanaan
wawancara di lingkungan sekolah”. G. Instrument Penelitian
Instrument penelitian menurut Suharmi
D. Data Primer Arikunto merupakan alat bantu bagi peneliti
Pada saat penelitian yang saya dalam mengumpulkan data. Sedangkan
dikemukan sifat remaja ini selama disekolah menurut Arikunto dalam edisi sebelumnya
remaja ini seperti biasa sama seperti teman- adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
temannya disekolah, tidak ada sifatnya yang peneliti dalam mengumpulkan data agar
mencurigakan. Menurut pendapat remaja ini, pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
disaat di kelasnya bahwa dia orangnya cuek baik dalam arti lebih cermat, lengkap dan
sama teman sebaya di kelasnya. sistematis, sehingga mudah diolah.
Instrument yang digunakan oleh penelti
E. Data Sekunder dalam hal ini adalah instrumen pokok yang
Menurut pendapat teman sebayanya, instrumen penunjang. Instrumen pokok adalah
remaja ini pada saat jam pelajaran kurang manusia itu sendiri sedangkan instrumen
mampu dalam pelajaran saat guru menjelasin. penunjang adalah pedoman observasi dan
Dan menurut pendapat temannya, temannya ini pedoman interview. Instrumen pengumpulan
memanfaatkan remaja ini disaat jam istirahat. data yang digunakan dalam penelitian ini
Karena remaja ini suka memberi uang saku adalah berupa daftar wawancara yang disusun
kepada temannya pada saat jam istirahat. sendiri untuk mengetahui hubungan konseling
keluarga dengan pembentukan karakter remaja.
F. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data dalam H. Teknik Analaisis Data
penelitian kualitatif ini adalah: Proses analisis data didalam penelitian
1. Observasi kualitatif dilakukan secara terus menerus.
Observasi yaitu mengadakan Artinya, sejak awal dilakukannya pengumpulan
pengamatan langsung ke lokasi data sampai dengan berakhirnya penelitan,
penelitian tentang self esteem pada anak seseorang peneliti tidak boleh melakukan
remaja di SMP Dharma Patra pencatatan dan analisis data yang telah
P.Brandan. diperoleh dilapangan.
2. Interview Teknik yang digunakan oleh penulis dalam
Interview yaitu mengadakan wawancara menganalisisdata adalah teknik analisis data
atau tanya jawab secara langsung menurut Miles dan Huberman yang meliputi 3
mengenai self esteem pada anak remaja. tahap, yaitu:
Yang dimaksud dengan wawancara 1. Reduksi (penyederhanaan) data, yaitu
adalah percakapan dilakukan oleh dua memilih dan memilah serta
pihak yaitu (pewawancara) dengan mengelompokkan data yang sesuai /
yang di wawancarai. mendukung tujuan oenelitian yang telah
Subjek dalam wawancara ini adalah ditetapkan.
anak remaja. Cara yang digunakan 2. Display (penyajian) data, merupakan
dalam wawancara ini adalah bertanya kegiatan menyajikan data yang telah
langsung yang bersangkutan. melalui proses penarikan kesimpulan
dari tia-tiap tema yang telah ditemukan.

111
Jurnal Serunai Bimbingan dan Konseling
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2655-223X

3. Penarikan kesimpulan, yang dilakukan “H” merupakan pelaku broken home


setelah seluruh data melalui tahap yang memiliki karakteristik baik secara fisik
reduksi (penyederhanaan). maupun nonfisik, karakteristik secara fisik
dapat teramati dari perawakan. Sedangkan
I. Teknik Penjaminan Keabsahan Data karakteristik non fisiknya meliputi tempramen,
Untuk menjamin keabsahan data, peneliti empati dan perilaku pelaku temannya.
menggunakan teknik triangulasi,tringulasi yaitu
wawancara dengan data pengamatan dan “H” memiliki perawakan secara fisik
dokumen. Triangulasi adalah teknik sama tetapi ada sedikit berbeda dibandingkan
pemeriksaan keabsahan data yang dengan teman yang lainnya. Perawakan
memanfaatkan sesuatu yang lain. tubuhnya sedikit berbeda dengan yang pada
Ada dua cara yang digunakan peneliti umumnya yaitu badan tinggi, sedikit gemuk
dalam penguji kebenaran data yaitu: dari pada dibandingkan dengan teman-
1. Mengumpulkan data dengan tema yang temannya.
sama melalui sumber yang berbeda-
beda. “H” juga bernampilan seperti urakan
2. Membandingkan data yang diperoleh mulai cara berpakaiannya hingga gestur
ari hasil wawancara dengan hasil tubuhnya. Pada saat sampai di sekolah ia sering
pengamatan. terlambat, sering melanggar peraturan tata
tertib sekolah. Setelah sampai di sekolah, ia
3. HASIL DAN PEMBAHASAN terlihat rapi dimana baju dimasukkan dan
rambutnya disisir rapi tetapi pada saat jam
HASIL PENELITIAN pertama ataupun istirahat pasti bajunya sudah
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru keluar. Pada saat jumpa sama guru dan ditegur
kelas, siswa (pelaku broken home ) serta sama guru untuk merapikan bajunya masukkan
dokumentasi di dapatkan data sebagai berikut: ke dalam celana sekolah, ia langsung masukin
bajunya dengan rapi. Tetapi setelah guru
1. Deskripsi Subjek Penelitian menegur ia, lalu ia di keluarin lagi bajunya
sampai seterusnya begitu saja pada saat
“H” ( nama inisial ) merupakan anak berjumpa sama guru.
laki-laki dari 2 bersaudara. “H” tinggal di 1. Secara nonfisik, “H” merupakan remaja
sebuah rumah sewa yang sederhana bersama yang memiliki sedikit temprament
seorang adiknya. Dan ia merupakan siswa kelas tinggi. Ia mudah tersinggung dengan
VII di SMP Dharma Patra P.Brandan. Di perkataan, pandangan atau bahkan
sekolah dia anaknya baik, ramah, banyak tindakan temannya yang tidak sesuai
bergaul dengan teman-temanya. Selain itu, kehendaknya.
penampilan yang sering memakai gelang karet
di tangan kirinya. Dan ia sangat rapi di saat PEMBAHASAN
sekolah sama seperti teman-teman sebayanya,
tapi pada saat jam pulang sekolah, ia mulai 1. Dampak Broken Home
keluarin baju sekolah.
a). Perkembangan Emosi
Saat ini “H” berusia 14 tahun telah Selain itu juga, si remaja ini dulunya
duduk di kelas VII SMP. Memang secara pernah tinggal bersama nenek dan kakek
akademis, ia tertinggal dengan teman-temannya kandungnya. Tiba-tiba dia tidak betah tinggal
yang lain karena ia sedikit merasa bahwa bareng sama nenek dan kakeknya kandungnya.
dirinya berbeda dengan temannya di kelas. Setelah itu ia pindah dirumah nenek pihak
mamaknya, nenek tirinya dan kakek
kandungnya. Saat ia tinggal bareng bersama

112
Jurnal Serunai Bimbingan dan Konseling
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2655-223X

nenek tiri dan kakek kandungnya, ternyata


nenek tirinya kurang peduli sama dia dan c). Perkembangan Kepribadian
adiknya. Nenek tirinya itu kalau tinggal bareng “H” pada saat tinggal dirumah
sama dia banyak aturan dirumahnya dan sangat neneknya, ia sempat mengeluh kepada
pelit sama cucu-cucunya. neneknya. Karena neneknya ini sangat susah
mendengar pembicaraan perkataan dari
Ini dapat dilihat dari kutipan: cucunya. Pada saat saya menanyakan si remaja
“nenek saya ini sedikit pelit kak sama ini, mengatakan kalau ia dan adiknya memang
kami berdua. Makanya kami tidak mau tinggal kurang kasih sayang dari neneknya, baik dari
bareng mereka.” nenek orang tua mama maupun orang tua
“semuanya lah kak tentang kehidupan bapaknya.
sehari-hari kami saat dirumah.” Pada saat saya menanyakan ke remaja
“H” pada saat saya menanyakan tentang ini, ia tidak pernah mengalami atau menjalani
dirinya, ia sangat menyantai pada saat saya disalah satu point-point di dalam ciri-ciri
menyanyakan ke dia nya. Tapi pada saat ia seperti ini:
berbicara bersama dia, ia pernah mengalami 1. Berperilaku nakal
kejadiaan pada saat ia menceritakan emosi 2. Mengalami depresi
menjadi pemurung, pemalas (menjadi agresif) 3. Melakukan hubungan seksual secara aktif
pada saat jam-jam pelajaran tertentu. 4. Kecenderungan pada obat-obat terlarang
Selain itu juga si remaja ini dulunya
pernah mengalami pada saat ia masih kecil atau 2.Penyebab Broken Home
masih kanak-kanak ia pernah disiksa nenek
kandungnya maupun nenek tirinya. a. Orang tua yang kurang memiliki rasa
Ini dapat dilihat dari kutipan: tanggung jawab
“pada saat saya tinggal bareng nenek “H” kurangnya kasih sayang yang
dan kakek saya dibuat saya seperti pembantu dilakukan oleh dimana ia akan terlibat
kak. Terus saya di pukuli sama nenek saya kak memunculkan rasa egois di dalam dirinya baik
pada saat saya masih kecil. Maka dari situ saya di sekolah, teman-temannya, maupun
tidak mau tinggal bareng sama mereka sampai disekolah. Meski sebagian orang tua yang
saat ini.” (W102052017,B81-B87) mengalami broken home mengetahui apa yang
b). Perkembangan Sosial Remaja seharusnya ia berikan kepada anaknya, namun
“H” memiliki sifat yang seperti ini karena ego terhadap pasangan ia menjadi
dengan tingkah laku sosial kelompok yang enggan melakukannya.
memungkinkan seseorang berpartisipasi secara b. Ketidak dewasaan Sikap Orang Tua
efektif dalam kelompok atau masyarakat. Akan Ketidakdewasaan sikap orang tua salah
tetapi si remaja ini tidak memiliki sifat yang satunya dilihat dari sikap egoisme dan
terdapat seperti ini dibawah ini : egosentrisme. “H” bisa jadi akan membenci
a). Perceraian orang tua menyebabkan ketidak ayah, ibu, atau bahkan kedua orang tuanya saat
percayaan diri terhadap kemampuan dan terjadi broken home. Ia belum bisa memahami
kedudukannya, dia merasa rendah diri menjadi dan menerima apa yang sebenarnya terjadi.
takut untuk keluar dan bergaul dengan teman- Sehingga ia akan menganggap semua yang
teman. terjadi adalah kesalahan salah satu atau kedua
b). Anak sulit menyesuaikan diri dengan orang tuanya. Ia tidak mau memilih kalau
lingkungan. misalnya salah satu orang tua mereka untuk
c). Dampak bagi remaja yang tidak memilih untuk tinggal bareng mereka. Ia
mempunyai ayah berperilaku dengan salah satu memilih untuk hidup mandiri bersama adik
cara yang ekstrim, mereka sangat menarik diri kesayangan dianya.
pasif dan minder kemungkinan yang kedua Ini dapat dilihat dari kutipan:
terlalu aktif, agresif dan genit.

113
Jurnal Serunai Bimbingan dan Konseling
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2655-223X

“saya tinggal bersama adik saya kak. Ini dapat dilihat dari kutipan:
Dan kami tinggal di rumah sewa kak. “saya kepingin orang tua saya seperti
(menunduk kepala kebawah).” dulu kak mengumpul bareng-bareng lagi. Tapi
(W102052017,B54-B56) sepertinya itu semuanya tidak bisa tejadi
terulang seperti itu lagi kak. (sambil menunduk
“tidak enak atau tidak nyaman kak kepala kebawah).” (W102052017,B178-B181)
kalau saya dan adik saya tinggal bersama “sedikit sih merasa minder kak. Tapi ya
bapak atau saudara.” sudahlah kak mau kayak mana lagi kak.”
(W102052017,B60-B61) (W102052017,B186-B187)

c. Adanya Masalah Pendidikan Guru berpendapat perilaku kenakalan di


Masalah pendidikan sering menjadi kelasnya dalam wajar dan merupakan sesuatu
penyebab terjadinya broken home, “H” saat yang normal dalam perkembangan siswa. Guru
jam pelajaran ia sangat sulit belajar di kelas. masih belum memahami karena si “H”
Ada salah satu guru mengatakan, si “H” di orangnya tertutup, jadi sedikit susah untuk
sekolah nilainya sangat buruk dari pada teman- mengetahui. Sehingga penelitian harus
teman sekelasnya. Dan itu sebabnya karena memberikan dan membimbing. Karena
suasana rumah yang tidak lagi kondusif untuk Perceraian orang tua membuat tempramen
belajar akibat sering adanya pertengkaran, atau remaja terpengaruh, pengaruh yang tampak
karena tidak adanya support orang sekitar yang secara jelas dalam perkembangan emosi itu
membuatnya merasa tidak ada yang harus membuat anak menjadi pemurung, pemalas
dibanggakan sehingga tidak perlu susah payah (menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian
untuk mengukit prestasi. Maka ia tentu saja orang tua / orang lain. Mencari jati diri dalam
berbeda dengan teman-teman yang berasal dari suasana rumah tangga yang tumpang dan
keluarga utuh yang cenderung memiliki kurang serasi. Remaja yang kebutuhannya
motivasi lebih tinggi dari mereka. kurang dipenuhi oleh orang tua, emosi
marahnya akan mudah terpancing. Guru harus
3. Harga Diri memahami arti dari harga diri remaja yang
Harga diri adalah sesuatu yang lebih broken home, tindakan remaja yang berada di
mendasar dari pada yang terkait dengan naik dalam kelas. Guru menyebutkan beberapa
turunnya perubahan situasi. Bagi orang-orang melakukan kenakalan secara berulang-ulang
dengan harga diri yang baik, naik turun kepada siswa tertentu.
perasaan mereka tentang diri mereka sendiri
dapat menyebabkan fluktuasi sementara, tetapi Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
itu hanya sampai batas waktu tertentu saja. disimpulkan bahwa guru di SMP Dharma Patra
Sebaliknya, bagi orang-orang yang orang P.Brandan harus memahami lagi remaja ini dan
tuanya broken home harga diri atau ‟self arti harga diri remaja yang broken home.
steem‟, pasang surut ini secara drastis
mempengaruhi cara mereka memandang diri 4. Dimensi Harga diri
mereka. Dari hasil penelitian didapatkan data
Harga diri si remaja ini tinggi karena bentuk broken home yang paling sering muncul
cenderung bersikap positif dalam perilakunya, adalah optimis dan yakin terhadap masa
individu mampu melihat dirinya berharga, depannya. Perilaku ini menunjukkan ke remaja
diterima dan diperlakukan baik oleh orang lain. bahwasanya harga diri remaja yang tinggi.
Begitu pula dalam konteks perilaku prososial, Dari berbagai macam permasalahan yang
harga diri diperlukan agar remaja mampu dihadapi remaja, pada masa remaja ini mereka
melakukan tindakan yang menuntut berusaha untuk mencari identitas dirinya dan
pengorbanan (ikhlas) untuk membantu orang berusaha mencari status sebagai seorang yang
lain sesuai dengan apa yang diharapkan. berdiri sendiri tanpa bantuan orang tua. Proses

114
Jurnal Serunai Bimbingan dan Konseling
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2655-223X

pembentukan identitas diri memiliki kaitan erat PERNYATAAN TEORITIK SESUAI


dengan bagaimana remaja TEMUAN PENELITIAN
menilai atau mengevaluasi diri. Dalam penelitian yang berjudul Studi
Dalam pembentukan identitas diri siswa Kasus Self Esteem Pada Remaja Yang Orang
yang memperoleh keberhasilan Tuanya Broken Home Di SMP Dharma Patra
secara sukses, maka siswa remaja tersebut Tahun Pelajaran 2017 / 2018
dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. 1. Penelitian melakukan pengamatan pada
Dalam hal ini Glesser mengungkapkan bahwa remaja seorang diri, sehingga beberapa
sekolah kejadian tidak terdeteksi oleh peneliti.
mungkin mengarahkan anak pada kegagalan 2. Pengamatan hanya dapat dilakukan di
karena sekolah lebih menunjukkan tempat-tempat yang tidak terlalu terlihat
wujud kurang perhatian secara pribadi kepada oleh remaja agar remaja tidak merasa
individu, Glesser juga mengamati terganggu, hingga beberapa percakapan
bahwa banyak anak-anak yang membutuhkan remaja tidak terdengar jelas.
cinta dan harga diri yang semula 3. Tidak terlaksanakan wawancara pada
tidak ditemukan oleh remaja dirumah dan tidak guru bimbingan dan konseling karena
ditemukan juga di sekolah di kesibukan guru tersebut.
sehingga semakin meningkatkan identitas
kegagalan. 4. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
“H” memiliki gangguan harga diri tinggi Berdasarkan hasil penelitian yang telah
di gambarkan sebagai perasaan yang positif dijabarkan sebelumnya mengenai studi kasus
terhadap diri sendiri, termasuk cenderung lebih self esteem pada remaja yang orang tuanya
efektif, aktif dan asertif dalam menyesuaikan broken home di SMP Dharma Patra P.Brandan
diri dengan tuntutan lingkungan. Cenderung dapat disimpulkan sebagai berikut:
mandiri dalam situasi yang menimbulkan Guru masih belum memahami karena “T”
konformitas dan percaya diri bahwa dirinya orangnya tertutup, jadi sedikit susah untuk
akan sukses sehingga cenderung untuk mengetahui. Sehingga penelitian harus
berpartisipasi dalam aktivitas yang mandiri. memberikan dan membimbing padana kata
individu mempunyai keyakinan dan rasa dalam Bahasa Indonesia, yaitu harga diri.
percaya diri bahwa dirinya mempunyai 1. Guru harus memahami arti dari harga
kemampuan untuk menghadapi suatu kejadian diri remaja yang broken home, tindakan
sehingga kecemasannya hilang dan dapat remaja yang berada di dalam kelas.
menahan implikasi negatif dari hukum sosial. 2. Guru menyebutkan beberapa
Ini dapat dilihat dari kutipan: melakukan kenakalan secara berulang-
“untuk benci tidak ada sih kak. Tapi ulang kepada siswa tertentu.
untuk sakit hati pasti ada kak.”
(W102052017,B172-B173) B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah
“yang buat sakit hati saya karena kurang disusun, peneliti mencoba memberikan saran
perhatian dari orang tua saya kak.” utuk mencegah terjadinya broken home, yaitu:
(W102052017,B175-B176) 1. Guru
a. Guru perlu menambah wawasan
Berdasarkan hasil penelitian di SMP Dharma mengenai harga diri remaja yang
Patra ditemukan bentuk harga diri remaja yang broken home dari internet, buku agar
broken home yang bersifat tertutup. Perilaku dapat mencegah dan mengatasi.
tidak mau menunjukkan sifat ia dengan cara di b. Guru diharapkan mampu mengenali
depan guru-gurunya. karakteristik pelaku korban agar dapat

115
Jurnal Serunai Bimbingan dan Konseling
Vol 8, No. 2, Oktober 2019
e-ISSN 2655-223X

yang ada atau dapat muncul sewaktu- Jakarta : Erlangga.


waktu.
c. Mengadakan konseling bagi siswa- Suharsimi Arikunto.2006. Prosedur Penelitian.
siswa yang bermasalah, baik korban Jakarta: Rineka Cipta
maupun pelaku
d. Memberikan pengetahuan bagi siswa Syansu, Yusuf LN. 2005. Psikologi
untuk lebih asersif sehingga remaja Perkembangan Anak danRemaja.
tersebut akan tidak akan trauma atau Bandung: Remaja Rosda Karya
frustasi lagi.
e. Guru perlu memberikan perhatian Wilis Srisayekti1, David A. Setiady, Rasyid
pelakuan khusus untuk remaja ini. Bo Sanitioso2015. Harga-diri (Selfesteem)
Terancam dan Perilaku Menghindar.Jurnal
2. Keluarga PSIKOLOGI. VOl 42, NO. 2, hal 141 –
Untuk mengatasi diperlukan partisipasi 156
keluarga agar dapat mengajarkan dan
membimbing remaja untuk bersikap asersif dan http://dyan123.blogspot.co.id/2012/02/pengert
memberikan teladan yang baik di rumah ian-harga-diri-dan-faktor-yang.html/.
diakses tanggal 04 Juni2016
DAFTAR PUSTAKA
http://thesis.binus.ac.id/eColls/eThesisDoc/mar
Branden (2001). How To Raise Your Self ellpdf/. diakses tanggal 04 Juni 2016
Esteem. Jakarta. Pustaka Delapratasa.
https://cintalia.com/kehidupan/anak-
Coopersmith (1967). The Antecendents Of Self anak/dampak-broken-home-terhadap-anak.
Esteem. USA. W.H Freeman and diakses tanggal 04 Juni 2016
Company
Clemes B, Harris, Reynold. 1995. Bagaimana
Kita Meningkatkan Harga DiriAnak.
Diterjemahkan oleh A.A

Nugroho.Bandung: Bina Rupa Aksara.

Corey, Gerald. 2005. Teori dan Praktek


Konseling dan Psikoterapi.
Bandung:Rafika Aditama.

Miles dan Huberman. Bullies and Victims: A


Primer For Parents. National Association
Of School Psychologists Elsevier
Academic Press: California

Moleong. 1999. Metodologi Penelitian


Kualitaf. Bandung: Rosdakarya

Nasution. 2003. Hipotesis Dalam Penelitian.


Jakarta: Rineka Cipta

Santrock, John W. 2003. Adolescence


Perkembangan Remaja Edisi Keenam.

116

Anda mungkin juga menyukai