Anda di halaman 1dari 160

KIMIA

ANALISIS KUALITATIF

Ungu (K) Kuning (Na) Oranye (Ca) Merah (Li)

Oleh:
Sri Poedjiastoeti
Maria Monica S. B.
Sukarmin
Rusmini
Kimia Analisis Kualitatif

Penulis
Sri Poedjiastoeti
Maria Monica. SBW
Sukarmin
Rusmini

Penyunting
Prof. Dr. Suyatno, M.Si

Universitas Negeri Surabaya

i
KATA PENGANTAR

Bahan Ajar Mahasiswa (BAM) berbasis Rencana


Pembelajaran Semester (RPS) bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan referensi mahasiswa. Dosen perlu melakukan
publikasi pengalamannya selama mengampu suatu matakuliah.
Berbasis RPS, artinya bahwa dalam BAM tersebut materi yang
disajikan selaras dengan capaian pembelajaran, kemampuan
akhir, dan indikator yang telah direncanakan dalam suatu
matakuliah.

Matakuliah rumpun Kimia Analitik semula terdiri atas: (1)


Dasar-Dasar Kimia Analitik (DDKA), Dasar-Dasar Pemisahan
Kimia (DDPK), masing-masing dengan SKS 4/1. Analisis
instrumen terdiri atas analisis yang berdasarkan optik dan
elektrik. Metode Spektro Analisis (MSA) dengan SKS 3/1 yang
didalamnya termasuk kromatografi. Metode Elektro Analisis
(MEA), dengan SKS 3/1. Disamping itu ada matakuliah Analisis
Bahan Pangan (ABP) sebagai matakuliah pilihan dengan SKS 2/1.
Hasil Restrukturisasi kurikulum di Jurusan Kimia FMIPA-Unesa,
sejak angkatan 2015, parubahan DDKA dan DDPK menjadi:
Kimia Analisis Kualitatif (2 sks), Kimia Analisis Kuantitatif (3
sks), dan Dasar-Dasar Pemisahan Kimia (3 sks).

Kimia Analisis Kualitatif dan Kimia Analisis Kuantitatif


secara konvensional yang berdasarkan reaksi kimia dipandang
tetap perlu diberikan karena sebagai dasar dalam analisis
selanjutnya seperti spektrofotometer UV-Vis, AAS, GC, HPLC, IR,
NMR, SEM, dll. Analisis tersebut dapat digunakan dengan kadar
yang sangat kecil, akurat, dan cepat, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Penyiapan sampel dan pereaksi yang
digunakan, serta bagaimana reaksi yang terjadi tidak lepas dari
perubahan-perubahan yang terjadi dalam reaksi kimia.

BAM Kimia Analisis kualitatif yang disusun merupakan


analisis kimia secara konvensional yang memerlukan tahapan

ii
reaksi panjang dan memerlukan bermacam-macam pereaksi.
Prinsip Green Chemistry yang antara lain menghendaki
pengurangan tahapan reaksi, mengurangi jumlah pereaksi,
penggunaan bahan yang ramah lingkungan, dan pengurangan
limbah. Oleh karena itu, tugas diberikan secara teoritis dan
praktis. Tugas teoritis diberikan untuk analisis kation-anion
dalam sampel yang memerlukan tahapan reaksi panjang dan zat
yang berbahaya. Tugas praktis dipilih untuk sampel yang
memerlukan tahapan reaksi pendek, pereaksi yang sederhana,
dan bahan ramah lingkungan. Tugas-tugas diberikan untuk
berlatih memecahkan masalah baik secara teoritis maupun
praktis. Diharapkan dapat memenuhi capaian pembelajaran yang
mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan, serta
karakter.

Penyusunan BAM Kimia Analisis Kualitatif dapat terwujud


atas dukungan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Universitas Negeri Surabaya yang telah
memfasilitasi. Penyunting yang telah memberikan masukan
terhadap draf awal, sehingga diperoleh draf akhir yang siap untuk
di cetak. Teman-teman serumpun yang telah berpartisipasi dan
bekerja sama sejak awal sampai terwujudnya draf akhir. Unipress
yang pada akhirnya akan mencetak, sehingga BAM ini dapat
digunakan untuk mahasiswa dan dosen dalam pembelajaran.

Surabaya, Agustus 2017

Penyusun

iii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

Fakultas : FMIPA Unesa


Program Studi : Kimia
Nama Mata Kuliah / Bobot : Kimia Analisis Kualitatif / 2 sks
Kode Mata Kuliah :
Mata Kuliah Prasyarat : Kimia Dasar 1
Dosen Pengampu :
Prof. Dr. Sri Poedjiastoeti, M.Si
Dra. Maria Monica. SBW, M.Si
Drs. Sukarmin, M.Pd
Rusmini S.Pd, M.Si
Deskripsi Mata Kuliah:
Kajian tentang analisis kualitatif senyawa-senyawa kimia ditinjau dari jenis komponen penyusunnya yang
terdiri atas kation dan anion. Materi yang disajikan berupa teori pendukung, teknik eksperimen,
sistematika analisis yang terdiri atas analisis pendahuluan, analisis kation, dan analisis anion. Kegiatan
laboratorium yang menunjang meliputi identifikasi kation dan anion dalam suatu senyawa, sehingga
mahasiswa mampu menguasai konsep-konsep yang terkait, terampil menggunakan alat, mampu bekerja
sama dan bertanggung jawab serta dapat mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilannya secara
ilmiah.

iv
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah:
1. Mahasiswa mampu mengumpulkan informasi dari berbagai sumber baik ICT maupun non-ICT,
sehingga memiliki pengetahuan tentang teori pendukung, teknik eksperimen dan cara melakukan
analisis kualitatif.
2. Mahasiswa terampil menggunakan alat dan bahan dalam melakukan analisis kualitatif melalui
tahapan-tahapan analisis pendahuluan, analisis kation dan anion dalam suatu senyawa beserta reaksi-
reaksi yang terjadi.
3. Mahasiswa memiliki kemampuan kerja sama dan tanggung jawab dalam melakukan analisis kualitaitf.
4. Mahasiswa memiliki kemampuan mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilannya berupa
hasil analisis kualitatif senyawa-senyawa kimia dalam sampel tunggal ataupun majemuk.

Referensi:
1. Sawyer, Heineman, and Beebe.1984. Chemistry Experiments for Instrumental Methods. New York:
John Wiley & Sons
2. Svehla, G, 1979. Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro Qualitative Inorganic Analysis. Fifth ed.
London: Longman Group Limited
3. Sorum, Clarence Harvey, and Lagowski, J. J. 1977. Introduction to Semimicro Qualitative Analysis.
United State of America: Prentice-Hall Inc
4. Briggs, J. G. R. 2000.Chemistry for GCE „O‟ Level Practical Workbook. Singapore: Pearson Education
Asia Pte Ltd

v
A. Kegiatan Pembelajaran
Pendekatan /
Sumber
Pert Kemampuan Model/ Metode/ Waktu
Indikator Bahan Kajian Belajar/ Pengalaman Belajar
ke- Akhir Strategi (menit)
Media
Pembelajaran
1. Memahami Teori Mengaplikasikan  Orientasi Materi Diskusi, Presentasi - Buku 1, 2 dan 2 x 50 - Menganalisis dan mensintesis
Pendukung teori pendukung  Persamaan Reaksi dan Latihan Soal 5 materi teori pendukung dari
pada analisis - PPT teori beberapa sumber tentang
 Asam Basa
kualitatif pendukung persamaan reaksi, asam basa
 Larutan dalam
Pelarut Air dan larutan.
- Mengaplikasikan teori
pendukung dalam analisis
kualitatif.
2. Memahami Teori Mengaplikasikan  Reaksi Pengendapan Diskusi, Presentasi - Buku 1, 2 dan 2 x 50 - Menganalisis dan mensintesis
Pendukung teori pendukung  Pengomplekan dan Latihan Soal 5 materi pendukung dari
pada analisis - PPT teori beberapa sumber tentang
 Redoks
kualitatif pendukung reaksi pengendapan,
pengomplekan, dan redoks.
- Mengaplikasikan teori
pendukung dalam analisis
kualitatif.
3. Memahami dan Mengaplikasikan  Cara mereaksikan, Pemodelan, - Buku 1, 2 dan 2 x 50 - Mengaplikasikan teknik
Terampil teknik memanaskan dan Demonstrasi, 5 eksperimen analisis kualitatif
Melakukan Teknik eksperimen melarutkan zat Tugas - PPT teknik mereaksikan, memanaskan,
Eksperimen analisis kualitatif  Mengendapkan eksperimen melarutkan, mengendapkan,

vi
Pendekatan /
Sumber
Pert Kemampuan Model/ Metode/ Waktu
Indikator Bahan Kajian Belajar/ Pengalaman Belajar
ke- Akhir Strategi (menit)
Media
Pembelajaran
Analisis Kualitatif menggunakan - KIT mencuci endapan.
sentrifuge
 Mencuci endapan
4. Memahami Teknik Mengaplikasikan  Pengendapan Pemodelan, - Buku 1, 2 dan 2 x 50 - Mengaplikasikan teknik
Eksperimen teknik dengan Hidrogen Demonstrasi, 5 eksperimen analisis kualitatif
Analisis Kualitatif eksperimen Sulfida (H2S) Tugas - PPT teknik tentang pengendapan dengan
analisis kualitatif  Memindahkan eksperimen hidrogen sulfida (H2S),
endapan - KIT memindahkan endapan dan
 Uji nyala uji nyala.
5. Memahami Mengaplikasikan  Analisis organoleptik Diskusi, - Buku 1, 2 dan 1 x 50 - Melakukan analisis
Analisis analisis (wujud, warna, Demonstrasi 5 1 x 170 organoleptik
Pendahuluan pendahuluan bentuk, bau, dan sifat - PPT
fisika lainnya) sistematika
 Kelarutan analisis
 Reaksi dengan kualitatif
beberapa larutan pendahuluan
(asam sulfat - KIT
pekat/encer, asam
nitrat pekat/encer)
 Pemanasan
 Uji nyala

vii
Pendekatan /
Sumber
Pert Kemampuan Model/ Metode/ Waktu
Indikator Bahan Kajian Belajar/ Pengalaman Belajar
ke- Akhir Strategi (menit)
Media
Pembelajaran
6. Memahami Mengaplikasikan  Analisis kation Diskusi, - Buku 1, 2 dan 1 x 50 - Membuat skema analisis
Sistematika sistematika secara umum Demonstrasi, 5 1 x 170 kation secara umum dan
Analisis Kation analisis kation menurut sistem H2S Presentasi golongan I
secara Umum dan secara umum  Analisis kation - Membuat reaksi identifikasi
Golongan I dan golongan I golongan I dan masing-masing kation secara
identifikasi masing- umum dan golongan I
masing kation
7. Mengidentifi-kasi Mengaplikasikan  Analisis kation Diskusi, - Buku 1, 2 dan 1 x 50 - Membuat skema analisis
Analisis Kation analisis kation golongan IIA dan IIB Demonstrasi, 5 1 x 170 kation golongan IIA dan IIB
Golongan II golongan II Presentasi - Membuat reaksi identifikasi
masing-masing analisis kation
golongan IIA dan IIB
8. UTS
9. Mampu Terampil  Analisis Praktikum analisis - Buku 1, 2 dan 2 x 170 - Identifikasi kation goongan I
melakukan analisis menganalisis pendahuluan, kation kation golongan I 5 dan II dalam sampel
kation kation golongan I dan II dan II dalam
dalam sampel sampel
10. Mengidentifikasi Mengaplikasikan  Analisis kation Diskusi, - Buku 1, 2 dan 1 x 50 - Membuat skema analisis
Analisis Kation analisis kation golongan IIIA dan Demonstrasi, 5 1 x 170 kation golongan IIIA dan IIIB
Golongan III golongan III IIIB Presentasi - Membuat reaksi identifikasi
masing-masing analisis kation

viii
Pendekatan /
Sumber
Pert Kemampuan Model/ Metode/ Waktu
Indikator Bahan Kajian Belajar/ Pengalaman Belajar
ke- Akhir Strategi (menit)
Media
Pembelajaran
golongan IIIA dan IIIB
11. Mengidentifikasi Mengaplikasikan  Analisis kation Diskusi, - Buku 1, 2 dan 1 x 50 - Membuat skema analisis
Analisis Kation analisis kation golongan IV dan V Demonstrasi, 5 1 x 170 kation golongan IV dan V
Golongan IV dan V golongan IV dan Presentasi - Membuat reaksi identifikasi
V masing-masing analisis kation
golongan IV dan V
12. Mampu Terampil  Analisis kation Praktikum analisis - Buku 1, 2 dan 2 x 170 - Identifikasi kation golongan
melakukan analisis menganalisis golongan III, IV dan kation golongan 5 III, IV dan V dalam sampel
kation kation golongan V dalam sampel III, IV dan V
III, IV dan V dalam sampel
13. Mengidentifikasi Mengaplikasikan  Analisis anion Diskusi, - Buku 1, 2 dan 1 x 50 - Membuat skema analisis anion
Analisis Anion analisis anion Demonstrasi, 5 1 x 170 - Membuat reaksi identifikasi
Presentasi masing-masing analisis anion
14. Mengidentifikasi Mengaplikasikan  Analisis anion Diskusi, - Buku 1, 2 dan 1 x 50 - Membuat skema analisis anion
Analisis Anion analisis anion Demonstrasi, 5 1 x 170 - Membuat reaksi identifikasi
Presentasi masing-masing analisis anion
15. Mampu Terampil  Analisis kation Praktikum analisis - Buku 1, 2 dan 2 x 170 - Identifikasi kation dan anion
melakukan analisis menganalisis golongan I - V dan kation dalam 5 dalam sampel
kation dan anion kation golongan anion dalam sampel sampel majemuk
I - V dan anion
16. UAS

ix
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................ ii

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) ........................ iv

DAFTAR ISI ......................................................................................x

BAB I. TEORI-TEORI PENDUKUNG ............................................ 1

A. Pendahuluan ............................................................................. 1

1. Deskripsi Materi .................................................................. 1

2. Tujuan Pembelajaran. ......................................................... 1

B. Materi ....................................................................................... 2

1. Persamaan Reaksi............................................................... 2

2. Larutan dalam Pelarut Air ................................................. 2

3. Teori Asam Basa … ............................................................. 3

4. Reaksi Pengendapan ......................................................... 14

5. Reaksi Pembentukan Kompleks ....................................... 19

6. Reaksi Reduksi-oksidasi (Redoks) .................................. 24

7. Latihan .............................................................................. 26

8. Rangkuman ....................................................................... 35

C. Evaluasi .................................................................................. 36

D. Daftar Bacaan .......................................................................... 41

x
BAB II. TEKNIK EKSPERIMEN ANALISIS ANORGANIK
KUALITATIF .................................................................................. 42

A. Pendahuluan .......................................................................... 42

1. Deskripsi Materi ............................................................... 42

2. Tujuan Pembelajaran. ...................................................... 42

B. Materi ..................................................................................... 43

1. Cara Mereaksikan, Memanaskan, dan Melarutkan Zat . 43

2. Mengendapkan Menggunakan Sentrifuge ...................... 44

3. Mencuci Endapan … ......................................................... 47

4. Pengendapan dengan Hidrogen Sulfida (H2S) ............... 47

5. Memindahkan Endapan ................................................... 50

6. Uji Nyala ............................................................................ 50

7. Latihan ............................................................................... 51

8. Rangkuman ....................................................................... 53

C. Evaluasi .................................................................................. 53

D. Daftar Bacaan ..........................................................................57

BAB III. SISTEMATIKA ANALISIS PENDAHULUAN .............. 59

A. Pendahuluan .......................................................................... 59

1. Deskripsi materi. .............................................................. 59

2. Tujuan Pembelajaran. ...................................................... 59

B. Materi ..................................................................................... 59

1. Analisis Organoleptik ....................................................... 60

xi
2. Reaksi dengan Beberapa Larutan… ................................. 63

3. Uji Pemanasan ................................................................... 71

4. Uji Nyala ............................................................................ 74

5. Uji Gas ............................................................................... 76

6. Latihan .............................................................................. 78

7. Rangkuman ....................................................................... 79

C. Evaluasi .................................................................................. 79

D. Daftar Bacaan ..........................................................................81

BAB IV. SISTEMATIKA ANALISIS KATION SECARA UMUM


MENURUT SISTEM H2S............................................................... 82

A. Pendahuluan .......................................................................... 82

1. Deskripsi materi. .............................................................. 82

2. Tujuan Pembelajaran. ...................................................... 82

B. Materi ..................................................................................... 82

1. Analisis Kation Secara Umum ......................................... 82

2. Analisis Kation Golongan I .............................................. 85

3. Analisis Kation Golongan II ............................................. 86

4. Analisis Kation Golongan III ........................................... 89

5. Analisis Kation Golongan IV ............................................ 92

6. Analisis Kation Golongan V ............................................. 96

7. Latihan .............................................................................. 97

8. Rangkuman ....................................................................... 98

xii
C. Evaluasi .................................................................................. 98

D. Daftar Bacaan ......................................................................... 99

BAB V. SISTEMATIKA ANALISIS ANION ................................ 100

A. Pendahuluan ........................................................................ 100

1. Deskripsi materi. ............................................................ 100

2. Tujuan Pembelajaran. .................................................... 100

B. Materi ................................................................................... 100

1. Deteksi Anion dengan Sifat Pengoksidasi dan Pereduksi


.......................................................................................... 101

2. Deteksi Anion dengan Sifat Reaksi Terhadap Asam


Perklorat dan Ion Perak .................................................. 101

3. Deteksi Anion dengan Sifat Terhadap Asam Sulfat Pekat


......................................................................................... 103

4. Tes Identifikasi Anion dalam Sampel ............................ 104

5. Latihan ............................................................................ 106

6. Rangkuman ......................................................................107

C. Evaluasi .................................................................................107

D. Daftar Bacaan ........................................................................ 114

KUNCI JAWABAN ........................................................................ 115

A. BAB I. TEORI-TEORI PENDUKUNG ................................. 115

B. BAB II. TEKNIK EKSPERIMEN ANALISIS ANORGANIK


KUALITATIF ......................................................................... 125

C. BAB III. ANALISIS PENDAHULUAN… ..............................126

xiii
D. BAB IV. SISTEMATIKA ANALISIS KATION SECARA
UMUM MENURUT SISTEM H2s ........................................126

E. BAB V. SISTEMATIKA ANALISIS ANION ......................... 127

GLOSARIUM ................................................................................ 128

INDEKS ......................................................................................... 132

APPENDIX .................................................................................... 135

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................144

xiv
BAB I.
TEORI – TEORI PENDUKUNG

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Materi.
Analisis kualitatif kation dan anion khususnya senyawa
anorganik didasarkan pada reaksi kimia. Teori pendukung
merupakan kajian tentang teori-teori yang mendasari analisis
kualitatif kation dan anion dalam suatu sampel. Persaman reaksi
menggambarkan hubungan antara peraksi dan produk dalam
setiap analisis, sehingga dapat diketahui identifikasi dari masing-
masing kation atau anion sesuai dengan perubahan-perubahan
yang terjadi. Larutan dalam pelarut air diperlukan untuk
mengetahui kelarutan suatu sampel anorganik dalam air,
sehingga diketahui masing-masing sifat larutan tersebut (larutan
elektrolit, non-elektrolit, daya hantar listrik larutan). Teori asam
basa diperlukan untuk mengetahui kondisi setiap reaksi yang
diperlukan dalam suatu reaksi dapat berlangung dalam suasana
asam, basa atau netral. Reaksi pengendapan diperlukan untuk
memahami pemisahan kation atau anion berdasarkan endapan
yang terjadi. Reaksi pembentukan kompleks digunakan untuk
mengetahui terjadinya senyawa-senyawa kompleks dalam analisis
kation dan anion. Reaksi reduksi-oksidasi digunakan untuk
mengetahui terjadinya perubahan reduksi dan oksidasi dalam
analisis kation dan anion.
Teori pendukung diterapkan pada setiap analisis kation dan
anion baik pada tahap pendahuluan, pemisahan kation dan anion
tiap golongan serta identifikasi masing-masing kation dan anion.

2. Tujuan Pembelajaran.
a. Mahasiswa memahami teori pendukung tentang persamaan
reaksi, larutan dalam pelarut air, teori asam basa, reaksi
pengendapan, reaksi pembentukan kompleks, reaksi
reduksi-oksidasi.

1
b. Mahasiswa mampu mengaplikasikan semua teori pendukung
dalam analisis kation dan anion dlaam suatu sampel.

B. Materi
1. Persamaan Reaksi
Persamaan reaksi adalah penulisan simbolis dari sebuah
reaksi kimia atau lambang-lambang yang menyatakan suatu
reaksi kimia. Persamaan reaksi menggambarkan reaksi kimia
yang terdiri atas rumus kimia pereaksi dan hasil reaksi beserta
angka koefisiennya. Rumus kimia pereaksi ditulis di sebelah kiri
persamaan dan rumus kimia hasil reaksi dituliskan di sebelah
kanan, antara pereaksi dan hasil reaksi dihubungkan dengan
tanda panah. Koefisien yang ditulis di sebelah kiri rumus kimia
menggambarkan jumlah unsur yang terlibat dalam persamaan
reaksi. Wujud masing-masing pereaksi dan hasil reaksi diberi
tanda (s) untuk padatan, (aq) untuk larutan dalam air, (l) untuk
cairan, dan (g) untuk gas.
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam menulis
persamaan reaksi kimia:
a. Pastikan rumus pereaksi dan hasil reaksi benar.
b. Tuliskan wujud masing-masing pereaksi dan hasil reaksi.
c. Tentukan jumlah unsur-unsur yang terlibat dalam reaksi
sama, dengan cara menentukan angka koefisien sehingga
persamaan reaksinya setara.
d. Persamaan reaksi dapat dituliskan dalam reaksi molekul atau
reaksi ion.
Perhatikan hasil reaksi yang mengendap beserta warnanya,
menguap atau mengurai menjadi zat lain.

2. Larutan Dalam Pelarut Air


Analisis anorganik kuantitatif umumnya didasarkan atas
pengamatan raksi-reaksi kimia yang dilakukan dalam larutan air.
Pelarut lain jarang dipakai kecuali dalam uji-uji khusus. Oleh
karena itu, amat penting untuk mengetahui secara umum ciri-ciri
khas larutan air zat-zat anorganik. Larutan merupakan campuran

2
homogen yang diperoleh bila suatu zat (zat terlarut) dilarutkan
dalam pelarut (air). Zat-zat dapat diklasifikasikan dalam dua
golongan, yaitu zat-zat yang terionisasi sehingga dapat
menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. Contohnya,
semua zat-zat anorganik seperti asam, basa dan garam. Jika tidak
terjadi ionisasi sehingga tidak dapat menghantarkan arus listrik
maka disebut larutan non-elektrolit. Contohnya, bahan-bahan
organik seperti gula tebu, manosa, glukosa gliserin, etanol, dan
urea.
Larutan elektrolit dan non elektrolit berkaitan dengan teori
disosiasi. Disosiasi adalah suatu proses ketika senyawa ionik
(kompleks atau garam) terpisah menjadi partikel, ion, atau
radikal yang lebih kecil, dan biasanya dapat dikembalikan seperti
semula atau yang sering dikenal dengan istilah
reversible. Masing-masing larutan memiliki derajat disosiasi yang
berbeda-beda bergantung pada derajat pengenceran. Pada
larutan sangat encer, disosiasi terjadi sempurna untuk semua
larutan elektrolit. Fraksi molekul dari larutan yang benar-benar
terdisosiasi dikatakan sebagai derajat disosiasi. Derajat disosiasi
(α) dapat dihitung berdasarkan perbandingan jumlah mol yang
terdisosiasi dengan jumlah total molekulnya.

α
Besarnya nilai α berubah-ubah terletak antara 0-1. Nilai 0 berarti
larutan tersebut tak terdisosiasi, sedangkan jika α bernilai 1 jika
larutan tersebut berdisosiasi sempurna. Pada molekul yang tak
berdisosiasi maka diperlukan faktor van hoff, nilai dari faktor van
hoff dapat ditentukan dari rumus berikut.
i = 1 + (n-1).α
α

3. TEORI ASAM BASA


Teori asam basa erat kaitannya dengan derajat disosiasi jika
dilarutkan di dalam air. Asam secara sederhana didefinisikan

3
sebagai zat yang bila dilarutkan dalam air, mengalami disosiasi
dengan pembentukan ion hidrogen/hidronium sebagai ion
positifnya. Definisi asam yang lain berdasarkan masing-masing
toeri, asam merupakan spesies yang menghasilkan ion H+ atau
H3O+ dalam larutan berair menurut teori Arhenius. Asam adalah
spesies penerima/akseptor pasangan elektron menurut teori
Lewis dan asam adalah spesies pemberi/donor proton menurut
teori Bronsted-Lowry. Basa merupakan spesies yang
menghasilkan ion OH- dalam larutan berair menurut teori
Arhenius, basa adalah spesies pemberi/donor pasangan elektron
menurut teori Lewis dan basa adalah spesies penerima/akseptor
proton menurut teori Bronsted-Lowry.
Disosiasi sendiri merupakan suatu proses ketika senyawa
ionik (kompleks atau garam) terpisah menjadi partikel, ion, atau
radikal yang lebih kecil dan dapat kembali seperti semula.
Contohnya disosiasi dari asam klorida, diuraikan sebagai berikut.
HCl H+ + Cl-
Asam klorida Ion klorida
Ion hidrogen (proton) tak ada dalam larutan air. Setiap proton
bergabung dengan satu molekul air dengan cara berkoordinasi
dengan sepasang elektron bebas yang terdapat pada oksigen dari
air, dan terbentuk ion hidronium:
H+ + H2O H3O+
Adanya ion hidronium, baik dalam larutan dan dalam wujud
padat. Maka, reaksi-reaksi disosiasi asam klorida harus
dinyatakan sebagai reaksi antara asam dengan air:
HCl + H2O H3O+ + Cl-
Berdasarkan jumlah ion hidrogen yang berdisosiasi dalam
air dibedakan menjadi 2, yaitu asam berbasa satu (monobasa)
adalah asam yang menghasilkan satu ion hidrogen tiap molekul
bila berdisosiasi. Contoh: HClO4, HBr, HI, dan sebagainya. Asam
polibasa berdisosiasi dalam beberapa tingkat, dan menghasilkan
lebih dari satu ion hidrogen per molekul.
Asam kuat berdisosiasi hampir sempurna pada pengenceran yang
sedang, karena itu ia merupakan elektrolit kuat. Contoh asam

4
kuat antara lain asam klorida, asam nitrat, asam perklorat, dan
sebagainya. Asam lemah berdisosiasi hanya sedikit pada
konsentrasi sedang atau bahkan pada konsentrasi rendah, karena
itu asam lemah merupakan elektrolit lemah.
Asam dan basa apabila direaksikan akan menghasilkan
garam dan larutan. Proses semacam ini disebut reaksi netralisasi.
Definisi ini adalah benar, dalam artian jika sejumlah asam dan
basa murni yang ekuivalen dicampur dan larutannya diuapkan,
suatu zat kristalin akan tertinggal, yang tak mempunyai ciri-ciri
khas suatu asam ataupun basa.
HCl + NaOH NaCl + H2O
asam basa garam
Asam basa berkaitan dengan teori disosiasi. Disosiasi suatu
asam atau basa merupakan proses reversible atau reaksi terjadi
dua arah. Misalnya, disosiasi asam asetat yang menghasilkan ion
hidrogen dan ion asetat, seperti reaksi berikut.
CH3COOH CH3COO- + H+
Berdasarkan teori disosiasi dapat dikaitkan dengan
kesetimbangan disosiasi asam basa dan kekuatan asam basa.
Besarnya kesetimbangan disosiasi asam basa, menghasilkan ion
hidrogen dan asetat:
Dengan menerapkan hukum massa pada proses reversible,
ketetapan kesetimbangan ditanyakan sebagai
[ ][ ]
[ ]
Tetapan K menyatakan besarnya tetapan kesetimbangan
disosiasi. Nilai tetapan untuk asam asetat sebesar 1,76 x 10 -5 pada
suhu 25˚C. Umumnya, jika disosisasi suatu asam berbasa satu
(asam monobasa), HA berlangsung menurut kesetimbangan
HA H+ + A-
Tetapan kesetimbangan disosiasinya dapat dinyatakan sebagai
[ ][ ]
[ ]
Semakin kuat asam, semakin banyak berdisosiasi, maka akan
semakin besar nilai K (tetapan kesetimbangan). Asam berbasa

5
dua berdisosiasi dalam dua tingkat, dan kedua kesetimbangan
disosiasi dapat ditandai dengan tetapan kesetimbangan dengan
nilai masing-masing, persamaan reaksi secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut.
H2A H+ + HA-
HA- H+ + A2-
Dengan menerapkan hukum kegiatan massa dan dapat
dinyatakan dengan kedua kesetimbangan disosiasi:
[ ][ ]
[ ]
dan
[ ][ ]
[ ]
Tetapan kesetimbangan untuk asam berbasa tiga atau asam
tribasa, sebagai berikut.
[ ][ ]
[ ]
[ ][ ]
[ ]
[ ][ ]
[ ]
Eksponen dari tetapan kesetimbangan disosiasi yang disebut pK
di definisikan dengan persamaan

a. Penentuan Tetapan Kesetimbangan Disosiasi Secara


Eksperimen Hukum Pengenceran Ostwald
Tetapan kesetimbangan disosiasi dan derajat disosiasi
pada konsentrasi tertentu saling berkaitan. Hubungan
tersebut dapat ditemukan adanya tinjauan disosiasi dari suatu
asam lemah berbeasa satu. Reaksi disosiasinya dapat ditulis
sebagai
HA H+ + A-
Dengan tetapan kesetimbangan

6
[ ] [ ]
[ ]
Konsentrasi total dari asam (yang tak berdisosiasi
ditambah yang berdisosiasi) adalah c, jadi korelasi
c = [HA] + [A-]
berlaku derajat disosiasi adalah α. Konsentrasi ion hidrogen
dan konsentrasi anion yang berdisosiasi adalah sama, dan
dapat dinyatakan sebagai
[H+] = [A-] = cα
Tetapan kesetimbangan dapat dituliskan sebagai
α
α
Nilai K dapat dihitung dari persamaan-persamaan diatas yang
disebut sebagai hukum pengenceran Ostwald, karena
menyatakan korelasi antara pengenceran dan derajat disosiasi.

b. Disosiasi dan Hasilkali Ion dari Air


Kohlrausch dan Heidweiller (1894) menemukan, bahwa air
yang paling murni sekalipun, memiliki daya hantar listrik yang
kecil, karena itu air haruslah sedikit terionisasi dengan
kesetimbangan disosiasi seperti berikut:
H2O H+ + OH-
Menerapkan hukum kegiatan massa pada disosiasi ini, kita
dapat nyatakan tetapan kesetimbangan sebagai
[ ] [ ]
[ ]
Dari nilai-nilai eksperimen yang diperoleh untuk konduktans
air, nilai K dapat ditentukan sebesar 1,82 x 10-16 pada 25˚C.
Suatu larutan adalah netral jika ia mengandung
konsentrasi ion hidrogen dan ion hidroksida yang sama
banyaknya, jika
[H+] = [OH-]
Maka dalam larutan netral
[H+] = [OH-] = √Kw = 10-7 mol ℓ-1

7
Dalam suatu larutan asam, konsentrasi ion hidrogen melebihi
besarnya nilai Kw, sedangkan dalam larutan basa konsentrasi
ion hidrogen kurang dari nilai Kw.
Larutan asam [H+] > [OH-] dan [H+] > 10-7
Larutan basa [H+] < [OH-] dan [H+] < 10-7
Dalam segala hal, keasaman atau kebasaan larutan dapat
dinyatakan secara kuantitatif dengan besarnya konsentrasi ion
hidrogen atau ion hidroksida.

c. Eksponen Ion Hidrogen (pH)


Cara untuk analisis kualitatif yang berkaitan dengan
konsentrasi-konsentrasi ion hidrogen yang rendah maka
muncul istilah “Eksponen Ion Hidrogen” atau sering disebut
pH, yang didefinisikan sebagai berikut.
[ ] [ ]
Pada asam kuat monobasis (berbasa satu) yang merupakan
asam yang dalam larutan air akan menghasilkan satu ion
hidrogen (H+) besarnya pH yaitu:

Sedangkan basa kuat monovalen (basa kuat yang bervalensi 1),


nilai pH dihitung sesuai persamaan didapatkan hasil sebagai
berikut.

Sedangkan larutan netral nilai pH sebesar 7 sesuai


perhitungan berikut.

Sehingga dapat disimpulkan hubungan besarnya pH pada


larutan asam, basa dan netral

Istilah kadang-kadang digunakan sebagai eksponen ion


hidroksi, yang didefinisikan sebagai berikut.
[ ] [ ]
[ ]

8
Pada sembarang larutan air, berlaku hubungan:

Metode penggunaan eksponen juga diterapkan untuk


menentukan nilai tetapan disosiasi.
Pada asam tetapan disosiasi disimbolkan dengan K a dan
besarnya nilai pKa ditentukan sebagai

Sedangkan untuk setiap basa tetepan disosiasi disimbolkan


dengan Kb dan besarnya nilai pKb ditentukan sebagai

d. Hidrolisis
Apabila dalam suatu larutan dilarutkan suatu garam-
garam, tidak selalu larutan tersebut bersifat netral. Hal ini
dipengaruhi oleh adanya sebagian dari garam berinteraksi
dengan air, yang dikenal dengan istilah hidrolisis. Hidrolisis
menyebabkan ion hidrogen atau hidroksi tertinggal secara
berlebihan dalam larutan sehingga larutan bersifat asam atau
basa.
Garam yang berinteraksi dengan air dikategorikan menjadi 4
kategori, yakni:
1) Garam-garam yang berasal dari Asam kuat dan Basa kuat
2) Garam-garam yang berasal dari Asam lemah dan Basa kuat
3) Garam-garam yang berasal dari Asam kuat dan Basa lemah
4) Garam-garam yag berasal dari Asam lemah dan Basa lemah
Empat kategori yang telah disebutkan disetiap kategorinya
memiliki sifat yang berlainan pada hidrolisis, seperti:
1) Garam-garam yang berasal dari Asam kuat dan Basa kuat,
bila dilarutkan dalam air menunjukan larutan yang bersifat
netral karena anion dan kationnya bila bergabung dengan
ion hidrogen dan hidroksida tidak menghasilkan senyawa
yang sedikit berdisosiasi, tetapi akan terbentuk
kesetimbangan disosiasi air.

9
2) Garam-garam yang berasal dari Asam lemah dan Basa
kuat, bila dilarutkan dalam air menunjukan larutan yang
bersifat basa. Hal ini disebabkan anion saling berikatan
dengan ion hidrogen membentuk senyawa yang sedikit
berdisosiasi sehingga ion hidroksida tertinggal dalam
larutan.
Contoh:

Berdasarkan contoh diatas dapat dikembangkan untuk


mengetahui nilai tetapan kesetimbangan yang bisa disebut
sebagai tetapan hidrolisis yang disimbolkan dengan K h.
[ ][ ]
[ ]
Tetapan hidrolisis sama dengan rasio antara tetapan
disosiasi air dan asam lemah, Bukti dari pernyataan ini
adalah sebagai berikut:
[ ][ ]
[ ]
dan
[ ][ ]
Maka,
[ ][ ] [ ][ ]
[ ][ ] [ ]
[ ]
Besarnya pH untuk larutan hidrolisis dapat ditentukan
dengan rumus berikut.

[ ] √ √
[ ] [ ]

[ ]

10
3) Garam-garam yang berasal dari Asam kuat dan Basa
lemah, bila dilarutkan dalam air menunjukan larutan yang
bersifat asam. Hal ini disebabkan kation saling berikatan
dengan ion hidroksida membentuk senyawa yang sedikit
berdisosiasi sehingga ion hidrogen tertinggal dalam
larutan.
Contoh:

Berdasarkan contoh diatas dapat dikembangkan untuk


mengetahui nilai tetapan kesetimbangan yang biasa
disebut sebagai tetapan hidrolisis (Kh).
[ ][ ]
[ ]
Pada garam asam kuat dan basa lemah tetapan
hidrolisis sama dengan rasio antara tetapan disosiasi air
dan basa lemah, dibuktikan dengan pernyataan berikut.
[ ][ ] [ ][ ]
[ ][ ] [ ]
[ ]
Nilai pH ditentukan dengan rumus berikut.
[ ] [ ]
[ ] √ √

[ ]
Berlaku, [ ] sama dengan [ ] apabila basa lemah
tidak berdisosiasi. Berlaku pula, [ ] , bila
konsentrasi ion hidrogen yang kecil berasal dari disosiasi
air dan derajat hidrolisis tidak terlalu besar.
4) Garam-garam yang berasal dari Asam lemah dan Basa
lemah, bila dilarutkan dalam air akan mengalami hidrolisis
yang sedikit kompleks. Hidrolisis kationnya

11
mengakibatkan pembentukan basa lemah tidak
berdisosiasi.
Contoh:

Cara diatas dapat dilakukan apabila tetapan disosiasi asam


sama dengan tetapan disosiasi basa. Berdasarkan
perbandingan antara tetapan asam dengan tetapan basa,
terdapat tiga kemungkinan yang dapat terjadi, diantaranya:
(a) Jika larutan akan bersifat asam
(b) Jika larutan akan bersifat netral
(c) Jika larutan akan bersifat basa
Contoh diatas dapat dikembangkan untuk mengetahui nilai
tetapan kesetimbangan yang biasa disebut sebagai tetapan
hidrolisis
[ ][ ]
[ ][ ]
Derajat hidrolisis pada larutan ini berbeda untuk kation
dan anion kecuali apabila tetapan keduanya sama. Cara
menentukan konsentrasi ion hidrogen dapat dihitung
dengan cara sebagai berikut.
[ ][ ]
[ ]
[ ][ ]
[ ]
[ ][ ]
Nilai [ ] [ ] [ ] [ ][ ][ ]
diasumsikan berdasarkan fakta bahwa larutan bersifat
netral, jika jumlah dari konsentrasi kation dan anion dalam
larutan sama, sehingga
[ ] [ ] [ ]+[ ]

12
Nilai c dapat dinyatakan dengan
[ ] [ ]
dan
[ ] [ ]
pH dari larutan ini dapat dihitung dengan

[ ] √

e. Larutan Buffer
Larutan buffer merupakan larutan yang sengaja dibuat
dengan mempertahankan konsentrasi ion hidronium
dalam suatu larutan sehingga pH larutannya stabil, bila
terjadi perubahan pH maka tidak terlalu signifikan.
Contoh:
Dicampurkan asam lemah HA dengan garamnya A-,
sehingga kesetimbangan disosiasinya,

Berdasarkan tetapan disosiasi


[ ][ ]
[ ]
Sehingga, konsentrasi ion hidronium dinyatakan
[ ]
[ ]
[ ]
Larutan ini terdapat banyak HA yang tidak terdisosiasi
akibat dari keberadaan ion dalam jumlah banyak.
Sehingga berlaku,
[ ] dan [ ]
Substitusi nilai ca dalam rumus dapat menghitung
konsentrasi ion hidronium
[ ]

13
Selanjutnya, dicampurkan dengan basa lemah MOH
dengan garamnya M+ , sehingga kesetimbangan
disosiasinya,

Berdasarkan tetapan disosiasi


[ ][ ]
[ ]
Sehingga, konsentrasi ion hidroksida dapat dinyatakan
[ ]
[ ]
[ ]
Pada larutan ini terdapat banyak MOH yang tidak
terdisosiasi akibat dari keberadaan ion dalam jumlah
banyak.
Sehingga berlaku,
[ ] dan [ ]
Substitusi nilai ca dalam rumus digunakan untuk
menghitung konsentrasi ion hidronium
[ ]

+ log

4. REAKSI PENGENDAPAN
Reaksi pengendapan merupakan hal yang sangat penting
dalam melakukan analisis kation dan anion. Pengandapan suatu
kation atau anion dapat dilihat berdasarkan kelarutan zat
tersebut. Reaksi yang digunakan dalam analisis anorganik
kualitatif yang pembentukan endapan. Endapan merupakan zat
yang memisah dari fase padat keluar dari larutan berupa kristal
atau koloid dan bisa dikeluarkan dari larutan melalui
penyaringan atau sentrifuge. Endapan terbentuk jika larutan
terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu zat
adalah jumlah zat yang melarut dalam satu liter larutan jenuh
pada suatu suhu tertentu. Kelarutan juga bergantung pada

14
kondisi seperti: suhu,tekanan, dan konsentrasi dari bahan-bahan
yang dalam larutan tersebut dan pada komposisi pelarutnya.
Kelarutan endapan bertambah besar seiring dengan
kenaikan suhu, meskipun dalam hal yang baik seperti kalium
sulfat dan terjadi sebaliknya. Perubahan kelarutan dengan
pelarut memberikan sedikit arti penting dalam analisis kualitatif
anorganik. Pengujian dilakukan dalam larutan air, ada juga zat
lain yang bisa membuat zat menjadi larut seperti alkohol,eter,
dan sebagainya. Kelarutan bergantung pada sifat konsentrasi zat
lain, yang paling utama adalah ion – ion dalam campuran itu.
Suatu larutan jenuh berupa garam merupakan zat yang tidak
terlarut, atau disebut dengan hasilkali kelarutan karena suatu
sistem kesetimbangan dimana hukum kegiatan massa masih
diperlukan. Contohnya pada endapan perak klorida ada pada
kesetimbangan dengan larutan jenuh, maka kesetimbangan
tersebut adalah
AgCl Ag+ + Cl-
Ksp = [Ag+] [Cl-] = 1,78 × 10-10
Ksp suatu garam adalah ukuran kelarutan garam tersebut.
Apabila diketahui kelarutan molar, maka Ksp dapat dihitung
begitu sebaliknya. Apabila hasilkali kelarutan molar suatu zat
lebih besar dari harga Ksp nya maka akan terjadi pengendapan.
Semakin besar harga Ksp menunjukan kelarutan semakin besar.
Contohnya, kesetimbangan heterogen dari AgCl dalam fase padat,
sedangkan ion – ion Ag+ dan Cl- dalam fase terlarut. Besarnya
tetapan kesetimbangan tersebut bisa ditulis:
[ ][ ]
[ ]
Konsentrasi perak klorida tidak berubah karena dapat masuk
kedalam tetapan baru (Ks) dan besarnya hasil kali ditentukan
oleh
Ks = [Ag+] [Cl-] hasilkali kelarutan dapat
dinyatakan sebagai:
Ks = [Am+]vA x [Bn-]vB

15
Hubungan kesetimbangan dengan hasilkali kelarutan saling
berkaitan. Hasilkali kelarutan dalam kadaan sebenarnya
merupakan hasil ion ketika kesetimbangan tercapai antara fase
padat dari garam yang hanya sedikit larut dalam larutan itu,
sehingga hasilkali ion berbeda dengan hasilkali kelarutan. Pada
sistem tersebut bisa menyesuaikan diri. Jadi hasilkali ion lebih
besar dari hasilkali kelarutan, misalnya menambahkan garam
dengan ion sekutu oleh sistem mengakibatkan endapan pada
garam padat, sebaliknya jika hasilkali ion dibuat lebih kecil dari
hasilkali kelarutan. misalnya mengurangi konsentrasi ion
kesetimbanganya dalam sistem dicapai kembali degan
melarutnya sebagian garam padat ke kedalam larutan. Hasilkali
kelarutan AgCl ditentukan dari konsentrasi kation dikalikan
dengan konsentrasi anion.
Ks = [Ag+] × [Cl-] = 1,5×10-10
Hasilkali kelarutan dapat juga dipakai untuk pembentukan
endapan hidroksida logam, endapan akan terbentuk jika
konsentrasi ion logam dan hidroksida lebih tinggi dari hasilkali
kelarutan. Pembentukan endpan hidroksida logam tergantung
pada pH larutan larutan.
Pada analisis kualitatif, terkadang terjadi zat yang tidak
muncul sebagai endapan ketika pereaksi-pereaksi terdapat dalam
konsentrasi demikian, sehingga hasilkali kelarutan zat itu telah
jauh dilampaui, yang dikenal dengan sistem koloid. Jika suatu
berkas cahaya dilewatkan pada larutan dan diamati dengan
mikroskop yang tegak lurus dengan datangnya cahaya akan
terlihat sedikit pembauran cahaya. Pembauran ini disebabkan
adanya pantulan cahaya oleh partikel-partikel yang tersuspensi
dalam larutan yang disebut efek Tyndall. Larutan sejati yaitu
larutan dengan pertikel – partikel yang mempunyai dimensi
seperti molekul, tak memperlihatkan efek Tyndall. Partikel-
partikel yang dalam kedan halus sehigga tak muncul sebagai
endapan disebut berada dalam keadaan koloid atau dalam larutan
koloid.

16
Sifat-sifat koloid yang telah dibuktikan diantaranya adalah
mampu lolos menembus kertas saring, tidak nampak adanya
pengendapan setelah didiamkan beberapa lama, tetapi ada juga
yang mengalami penggumpalan koagulasi pada setiap larutan
elektrolit. Pemanasan larutan juga membantu koagulasi. Jadi
jelas bahwa keadaan koloid harus dihindari dalam analisis
kualitatif. Partikel-partikel koloid dalam larutan memperlihatkan
fenomena yang disebut gerak brown. Apabila ditempatkan dalam
medan listrik, biasanya bermigrasi ke salah satu elektrode yang
menunjukkan bahwa partikel koloid memiliki muatan tertentu,
bisa positif atau negatif.
Sifat-sifat adsorpsi koloid mempunyai beberapa penerapan
dalam analisis. Endapan yang diperoleh dari larutan yang encer
atau sangat pekat sering berada dalam bentuk kristal yang sangat
halus. Endapan yang halus ini umumnya menjadi bisa disaring
jika dibiarkan beberapa lama terendam dalam larutan induknya.
Penambahan kertas saring yang telah dilumatkan berfungsi untuk
membantu penyaringan partikel-partikel koloid.
Pengendapan sulfida digunakan hidrogen sulfida sebagai
reagensia dalam analisis kualitatif. Bila gas hidrogen sulfida
dialirkan ke dalam larutan, sulfida-sulfida logam mengendap.
Pengendapan hanya bisa terjadi, jika hasilkali konsentrasi-
konsentrasi ion logam dan ion sulfida melampaui nilai hasilkali
kelarutan. Sementara konsentrasi ion logam biasanya jatuh dalam
daerah 1 – 10-3 mol L-1, konsentrasi ion sulfida dapat berbeda-
beda banyak sekali dan dapat dipilih dengan mudah
menyesuaikan pH larutan sampai suatu nilai yang cocok.
Perbedaan konsentrasi ion sulfida dengan pH disebabkan
oleh fakta bahwa hidrogen sulfida sendiri merupakan asam
lemah, dengan dua tingkat disosiasi:
H2S H+ + HS-
dengan
[ ][ ]
[ ]
dan

17
HS- H+ + S2-
dengan
[ ][ ]
[ ]
Mengalikan kedua persamaan, diperoleh
[ ] [ ]
[ ]
Pada suhu kamar (25oC) dan tekanan atmosfer, larutan air dari
hidrogen sulfida yang jenuh hampir tepat 0,1 molar, karena zat
asam lemah, sehingga disosiasinya diabaikan, dan nilai [H 2S] =
0,1 dimasukkan ke dalam persamaan di atas:
[ ] [ ]

Rumus ini dapat diubah sehingga memberi:

[ ]
[ ]
(i)
Persamaan ini menunjukkan korelasi antara konsentrasi ion-
hidrogen dan konsentrasi ion-sulfida. Konsentrasi ion sulfida
berbanding terbalik dengan konsentrasi ion-hidrogen pangkat
dua. Dalam larutan yang bersifat asam kuat ([H+]=1), konsentrasi
ion-sulfida mungkin tidak lebih besar dari 10-23 mol L-1. Dalam
keadaan demikian hanya sulfida-sulfida yang paling larut yang
dapat diendapkan. Dalam larutan netral ([H+] = 10-7) konsentrasi
ion-sulfida naik menjadi 10-9 mol L-1, yang memungkinkan
pengendapan sulfida logam-logam yang mempunyai hasilkali
kelarutan lebih tinggi.
Persamaan (i) dapat disederhanakan lebih lanjut dengan
memasukkan pS yaitu eksponen ion sulfida. Definisinya analog
dengan pH:
pS = - log [S2-]
Sehingga persamaan di atas menjadi
pS = 23 – 2pH
persamaan tersebut hanya berlaku khusus untuk jangka pH 0 – 8;
di atas pH = 8 disosiasi hidrogen sulfida tak dapat lagi diabaikan.

18
Dengan penurunan secara matematik, eksponen ion sulfida untuk
pH di atas 8 dapat dihitung, hasil perhitungan dapat dilihat pada
grafik dalam Gambar 1.1. Grafik ini dapat dipakai jika diperlukan
ramalan mengenai pengendapan sulfida.

Gambar 1.1. Eksponen ion sulfida untuk pH di atas 8

5. REAKSI PEMBENTUKAN KOMPLEKS


Dalam pelaksanaan analisis anorganik kualitatif banyak
digunakan reaksi-reaksi yang menghasilkan pembentukan
kompleks. Pembentukan kompleks dibentuk dari suatu ion (atau
molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion) pusat dan
sejumlah ligan yang terikat erat dengan atom (ion) pusat itu.
Atom pusat ini ditandai oleh bilangan koordinasi, suatu angka
bulat, yang menunjukkan jumlah ligan yang dapat membentuk
kompleks yang stabil dengan satu atom pusat. Bilangan
koordinasi menyatakan jumlah ruangan yang tersedia sekitar
atom atau ion pusat yang masing-masingnya dapat dihuni satu
ligan (monodentat). Susunan logam-logam sekitar ion pusat
adalah simetris. Misal suatu kompleks dengan satu atom pusat
dengan bilangan koordinasi 6, terdiri dari ion pusat, di pusat
suatu oktahedron, sedang keenam ligannya menempati ruang-
ruang yang dinyatakan oleh sudut-sudut oktahedron itu. Bilangan

19
koordinasi 4 biasanya menunjukkan suatu susunan simetris yang
berbentuk tetrahedron, meskipun susunan yang datar (atau
hampir datar) dimana ion pusat berada di pusat suatu bujur
sangkar dan keempat ion menempati keempat sudut
bujursangkar itu.
Pembentukan komplek dalam analisis anorganik kualitatif
sering terlihat dan dipakai untuk pemisahan atau identifikasi.
Salah satu fenomena yang paling umum yang muncul bila ion
kompleks terbentuk adalah perubahan warna dalam larutan
seperti:
[ ]
biru biru tua gelap
[ ]
hijau muda kuning
fenomena penting lain yang sering terlihat bila kompleks
terbentuk, adalah kenaikan kelarutan; banyak endapan bila
melarut karena pembentukan kompleks:
[ ]
AgI(s) + 2S2 → [Ag(S2O3)2] +
Pembentukan kompleks adalah penyebab dari melarutnya
endapan dalam reagensia yang berlebihan, contohnya senyawa
komplek berikut.
[ ]
[ ]
Stabilitas komplek dinyatakan dengan menggunakan hukum
kegiatan massa terhadap kesetimbangan diasosiasi. Seperti pada
molekul kompleks disianoargentat (I) [ ] , ion berdisosiasi
dengan membentuk ion-ion perak dan sianida:
[ ]
Dengan memberlakukan hukum kegiatan massa pada disosiasi
diatas maka kita dapat menyatakan tetapan disosiasi atau tetapan
ketidakstabilan sebagai
[ ][ ]
[ ]
besarnya tetapan nilai kestabilan yaitu seesar 1,0 × 10-21.

20
Jika suatu larutan yang mengandung ion kompleks,
ditambah suatu ion reagensia, yang dalam keadaan normal akan
membentuk endapan dengan ion pusat. Semakin tinggi nilai
tetapan ketidakstabilan maka semakin tinggi konsentrasi ion
pusat (ion – ion logam) yang bebas didalam larutan dan
memungkinkan bahwa hasil konsentrasi ion-ion dalam larutan
akan melampui nilai hasilkali kelarutan endapan, maka endapan
akan terbentuk. Semakin rendah hasilkali kelarutan ini, maka
besar kemungkinan endapan itu akan benar-benar terbentuk.
Sebaliknya semakin stabil kompleks itu, maka besar
kemungkinan endapan itu akan melarut. Semakin kurang
endapan itu larut maka akan semakin sukarlah untuk
menemukan reagensia pembentukan kompleks yang cocok untuk
melarutkanya.
Pemakaian Kompleks dalam Analisis Anorganik
Kualitatif, meliputi (1) uji-uji spesifik terhadap ion dan
(2) penutupan (masking)
Uji-uji spesifik (khusus) terhadap ion merupakan beberapa
reaksi yang menghasilkan pembentukan kompleks, dapat dipakai
uji terhadap ion-ion. Uji ammonia merupakan reaksi yang sangat
peka terhadap tembaga, dimana ion tetraminokuprat yang biru
terbentuk:
[ ]
biru biru tua

Penutupan (masking) merupakan penambahan reagensia


penutup (masking agent) digunakan untuk mencegah gangguan-
gangguan yang muncul akibat adanya ion-ion lain dalam larutan
dengan cara membentuk kompleks stabil dengan ion-ion
pengganggu tersebut. Penutupan juga dapat dicapai dengan
melarutkan endapan-endapan atau dengan melarutkan secara
selektif suatu endapan dari suatu campuran. Seperti ketika
menguji timbel yang disertai adanya perak:
Ag+ + Cl- → AgCl(s)
Pd2+ + 2Cl- → PbCl2(s)

21
Jika ammonia ditambahkan, perak klorida melarut dalam bentuk
ion diaminargenatat:
[ ]

Jenis-jenis senyawa kompleks yang paling penting dipakai dalam


analisis kualitatif. Dalam analisis anorganik kualitatif kompleks-
kompleks (ion maupun molekul) sering dijumpai, diantaranya:
(1) Akuokompleks, (2) Kompleks amina, (3) Hidroksokompleks
(hidroksida amfoter), (4) Kompleks halida, (5) Kompleks-
kompleks sianida dan tiosianat, dan (6) Kompleks sepit (chelate)
Akuokompleks, kebanyakan ion yang umum berada dalam
lartan air (berbentuk kristalin) dalam bentuk akuokompleks. Ion-
ion demikian adalah:
[ ] heksaakuonikelat (II)
[ ] heksaakuoaluminat
[ ] tetraakuokuprat (II)
[ ] tetraakuozinkat (II)
Beberapa anion, seperti sulfat, membentuk pula akuokompleks
[ ] monoakuosulfat (II)
Ion hidronium H 3O+ sebenarnya merupakan suatu
akuokompleks, dan dapat ditulis [H(H2O)] . +

Meskipun faktanya semua akuokompleks benar ada,


biasanya mengabaikan molekul-molekul air yang koordinasi
dalam rumus-rumus dan persamaan-persamaan. Jadi, sebagai
ganti rumus tersebut, cukup hanya menuliskan Ni2+, Al3+, Cu2+,
Zn2+, SO42-, dan H+, kecuali bila pembentukan atau penguraian
akuokompleks tersebut memainkan peranan yang penting dalam
reaksi kimia.
Kompleks amina, zat-zat ini terbentuk jika ammonia
berlebihan ditambahkan pada larutan ion-ion logam tertentu.
Kompleks-kompleks demikian adalah.
[ ] diaminaargentat (I)
[ ] tetraaminakuprat (II)
[ ] heksaaminakobaltat (II)

22
Ion-ion ini hanya ada pada pH tinggi (> 8); penambahan asam-
asam mineral dapat menguraikan kompleks tersebut.
Hidroksokompleks (hidroksida amfoter), endapan-
endapan hidroksida logam-logam tertentu, seperti zink
hidroksida Zn(OH)2, dapat dilarutkan dengan baik dalam
keadaan asam maupun basa, karena zat tersebut memperlihatkan
dengan baik sifat-sifat asam maupun basa sehingga sering disebut
hidroksida amfoter. Sementara melarutnya mereka dalam
asam menghasilkan pembentukan akuokompleks dari logam
tersebut, biasanya dianggap sebagai ion-logam yang sederhana
(seperti Zn2+), melarutnya dalam basa berlebihan sebenarnya
karena pembentukan hidroksokompleks, seperti dalam proses
Zn(OH)2 + 2OH+ [Zn(OH)4]2-
Ion tetrahidroksozinkat (II) terkadang dinyatakan sebagai anion
zinkat, ZnO22-. Hidroksokompleks yang larut adalah sebagai
berikut:
[ ] tetrahidroksoplumbat (II)
[ ] tetrahidroksostanat (II)
[ ] tetrahidroksoaluminat
Sebenarnya, beberapa dari ini adalah campuran kompleks
akuohidrokso, dan rumus yang tepat dari tetrahidrokso kompleks
tersebut adalah [Pb(H2O)2(OH)4]2-, [Sn(H2O)2(OH)4]2-, dan
[Al(H2O)2(OH)4]-
Kompleks halida, kompleks halide ion-ionnya adalah
sebagai berikut:
[ ] heksaflouroaluminat
[ ] heksaflouroferat(III)
[ ] heksaflourozirkonat(IV)
Kompleks-kompleks sianida dan tiosianat, ion-ion
sianida memebentuk kompleks stabil dengan sejumlah logam.
Kompleks-kompleks demikian adalah:
[ ] disianorgentat
[ ] tetrasianokuprat(I)
[ ] heksasianoferat(II)
[ ] heksasianoferat(III)

23
Sianida dipakai sebagai zat penutup. Tiosianat dipakai dalam
berbagai kasus untuk mendeteksi ion.
Kompleks sepit (chelate), ligan-ligan dalam kompleks
yang disebutkan dalam (a) sampai (c) semuanya adalah
monodentat. Dilain pihak ligan-ligan polidentat, juga sangat
umum dan membentuk kompleks-kompleks yang sangat stabil
yang dinamakan senyawa atau kompleks septil.

6. REAKSI REDUKSI – OKSIDASI (REDOKS)


Reaksi reduksi-oksidasi (redoks) merupakan reaksi yang
melibatkan oksigen, dimana pada reaksi oksidasi mengambil
oksigen dan reaksi reduksi melepas oksigen, kemudian
berkembang menjadi pelibatan hidrogen, jika menangkap
hidrogen disebut reaksi reduksi, jika kehilangan hidrogen maka
disebut oksidasi. Reaksi redoks didasarkan pula pada naik
turunnya bilangan oksidasi. Jika mengalami kenaikan bilangan
oksidasi maka disebut reaksi oksidasi dan sebaliknya. Terakhir
reaksi redoks didasarkan pada penangkaan dan pelepasan
elektron karena ada beberapa reaksi yang tidak bisa dijelaskan
dengan sistem oksigen dan hidrogen.
Contoh untuk reaksi redoks adalah sepotong besi yang
dimasukkan dalam larutan tembaga sulfat, paku akan tersalut
tembaga yang berwarna merah.
Fe + Cu2+  Fe2+ + Cu
Pelarutan zink dalam asam klorida juga merupakan reaksi redoks.
Zn + 2H+  Zn2+ + H2
Dalam suasana asam ion bromat mampu mengoksidasi iodida
menjadi iod, sementara dirinya direduksi menjadi bromida
BrO3- + 6H+ + 6I-  Br- + 3I2 + 3H2O
Contoh lain oksidasi hodrogen peroksida menjadi oksigen dan air
oleh permanganat yang ia sendiri direduksi menjadi mangan(II)
2MnO4- + 5H2O2 + 6H+  2Mn2+ + 5O2 + 8H2O
Dari semua contoh yang dikutip nampak bahwa reaksi oksidasi
dan reduksi selalu berlangsung secara serempak. Ini sangat jelas
karena elektron yang dilepaskan oleh sebuah zat harus diambil

24
oleh zat yang lain. Pada reaksi tersebut terjadilah serah terima
muatan.
Agar persamaan reaksi oksidasi dan reduksi berimbang haruslah
dicari berapa elektron yang dilepaskan oleh zat pereduksi dan
diambil zat pengoksidasi. Ini dapat dilakukan dengan mudah jika
persamaan reaksi setengah sel dari sistem redoks yang dilibatkan
diketahui.
a. Langkah-langkah penyetaraan persamaan reaksi
redoks.
1) Pastikan produk-produk reaksi
2) Nyatakan persamaan reaksi setengah sel dari tahap reduksi
dan tahap oksidasi yang dilibatkan
3) Gandakan tiap persamaan setengah sel dengan suatu faktor,
sehingga kedua persamaan mengandung banyak elektron yang
sama.
4) Akhirnya tambahkan persamaan-persamaan ini dan saling
tiadakan zat-zat yang muncul pada ruas kiri dan ruas kanan
dari persamaan yang diperoleh.

b. Contoh penyetaraan reaksi redoks


3+ 2+
1) Penyetaraan reaksi redoks antara Fe dan Sn mengikuti
langkah-langkah sebagai berikut:
a) Harus diketahui produknya yaitu Fe2+ dan Sn4+
b) Reaksi setengah selnya adalah
Fe3+ + e-  Fe2+ dan Sn2+  Sn4+ + 2e-
c) Kalikan reaksi setengah sel satu dengan 2, dan jumlahkan
kedua persamaan itu:
2 Fe3+ + 2e- + Sn2+  2Fe2+ + Sn4+ + 2e-
Disederhanakan menjadi 2Fe3+ + Sn2+  2 Fe2+ + Sn4+
2) Endapan kadmium sulfida dapat dilarutkan dalam asam
nitrat panas maka:
a) Bila asam nitrat bertindak sebagai suatu zat pengoksid,
terbentuk nitrogen monoksida (NO). Dari kadmium sulfida
terbentuk belerang (kecuali bila asam itu terlalu pekat dan

25
panas), dan ion kadmium tetap ada dalam larutan dan
terbentuk air.
b) Reaksi setengah sel sistem asam nitrat – nitrogen oksida
adalah:
HNO3 + 3H+ + 3e-  NO + 2H2O
Oksidasi kadmium sulfida dapat dibahas dalam dua tahap.
Pertama terjadi disosiasi endapan
CdS (s)  Cd2+ + S2-
Disosiasi menjadi sempurna karena ion S2- terus menerus
diambil dari dalam larutan oleh reaksi tersebut. Hal ini diikuti
oksidasi S2-
S2-  S(s) + 2e-
c) Jumlah dan kalikan reaksi-reaksi setengah sel diatas sehingga
menghasilkan jumlah elektron yang sama pada kedua belah
pihak.
2HNO3 + 6H+ + 6e- + 3CdS + 3S2-  2NO + 4 H2O + 3
Cd2+ + 3S (s) + 6e-
Setelah penyederhanaan persamaan menjadi
2HNO3 + 6H+ + 3 CdS(s)  2NO + 3Cd2+ + 3S(s) + 4H2O

7. Latihan
a. Persamaan Reaksi
Contoh 1. Reaksi antara larutan dan larutan yang menghasilkan
endapan.
Tuliskan persamaan reaksi antara larutan perak nitrat dengan
larutan natrium klorida!
Penyelesaian
Reaksi Molekul
AgNO3(aq) + NaCl(aq)  AgCl(s) + NaNO3(aq)
Reaksi Ion
Ag+ + NO3- +Na+ + Cl-  AgCl(s) + Na+ + NO3-
Ag+ + Cl-  AgCl(s)
Contoh 2. Reaksi antara larutan dengan gas yang menghasilkan
endapan.

26
Tuliskan persamaan reaksi antara larutan tembaga (II) sulfat
dengan gas hidrogen sulfida!
Penyelesaian
Reaksi Molekul
CuSO4(aq) + H2S(g)  CuS(s) + H2SO4(aq)
Reaksi Ion
Cu2+ + SO42- + 2H+ + S2-  CuS(s) + 2H+ + SO42-
Cu2+ + S2-  CuS(s)
Contoh 3. Reaksi antara padatan dengan larutan menghasilkan
gas.
Tuliskan persamaan reaksi antara padatan kalsium karbonat
dengan larutan hidrogen klorida!
Penyelesaian
Reaksi Molekul
CaCO3(s) + 2HCl(aq)  CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g)
Reaksi Ion
CaCO3(s) + 2H+ + 2Cl-  Ca2+ + 2Cl- + H2O(l) + CO2(g)
CaCO3(s) + 2H+  Ca2+ + H2O(l) + CO2(g)

b. Larutan dalam Pelarut Air


Contoh 1. Jika masing-masing larutan dengan konsentrasi
sebesar 0,1M mempunyai derajat dissosiasi:
a. HCl = 0,92
b. HNO3 = 0,0001
c. NaCl = 0,86
d. CH3COONa = 0,80
e. BaCl2 = 0,75
f. NaOH = 0,91
g. NH4OH = 0,013
Urutkan zat-zat tersebut mulai dari elektrolit lemah ke elektrolit
kuat
Penyelesaian
b, g, e, d, c, f, dan a.

27
Contoh 2. Buktikan untuk suatu larutan dengan konsentrasi a
mol/L dan derajat dissosiasi = 2, maka jumlah partikel setelah
terdisosiasi adalah
A nB
a – aα n aα
Penyelesaian
A nB
a – aα n aα
Jumlah partikel setelah terdisosiasi = a – aα + n aα
a {1 + nα – α}
a {1 + (n-1) α}

c. Teori Asam Basa


Contoh 1. Hitunglah konsentrasi ion hidrogen dalam larutan
asam asetat 0,01 M.
Disosiasi asam asetat berlangsung menurut kesetimbangan:
CH3COOH H+ + CH3COO-
dan tetapan kesetimbangan disosiasinya adalah:
[ ][ ]
[ ]
Penyelesaian
Dengan mengabaikan ion hidrogen yang sedikit sekali, dapat
dikatakan bahwa semua ion hidrogen berasal dari disosiasi asam
asetat. Maka, konsentrasi ion hidrogen adalah sama dengan
konsentrasi ion asetat:
[H+] = [CH3COO-]
Sebagian asam asetat dalam larutan akan tetap tak berdisosiasi,
sementara sebagian molekul berdisosiasi. Maka, konsentrasi total
c (0,01M) dari asam itu adalah jumlah dari konsentrasi asam
asetat yang tak berdisosiasi dan konsentrasi ion asetat:
c = [CH3COOH] + [CH3COO-] = 0,01
Persamaan-persamaan ini dapat digabung menjadi
[ ]
[ ]
Dengan mengubah dan menyatakan [H+], diperoleh

28

[ ]
Dengan mensubstitusi K = 1,75 x 10-5 dan c = 0,01, maka
diperoleh

[ ]

Jadi, larutan asam asetat 0,01M kira-kira hanya 4% dari molekul-


molekulnya berdisosiasi.
Contoh 2. Hitunglah pH larutan asam asetat 0,01M!
Penyelesaian
Contoh 1 didapatkan bahwa konsentrasi ion-hidrogen adalah [H+]
= 4,10 x 10-4 mol L-1.
Maka,
pH = - log (4,10 x 10-4 mol L-1) = - (log 4,10 + log 10-4) = - (0,61 –
4) = 3,39

d. Reaksi Pengendapan
Contoh 1. Suatu larutan jenuh perak klorida mengandung
0,0015 g zat terlarut dalam 1 liter. Hitunglah hasilkali kelarutan!
Penyelesaian
Massa molekul relatif AgCl adalah 143,3. Maka kelarutan (s)
adalah

Dalam larutan jenuh, disosiasi adalah sempurna:


AgCl Ag+ + Cl-
Jadi, satu mol AgCl menghasilkan 1 mol Ag+ dan 1 mol Cl-. Maka
[Ag+] = 1,045 x 10-5 mol L-1
[Cl-] = 1,045 x 10-5 mol l-1
dan
Ks = [Ag+] x [Cl-] = 1,045 x 10-5 mol l-1 x 1,045 x 10-5 mol l-1
= 1,1 x 10-10 (mol l-1)2

29
Contoh 2. Pada 100 ml larutan, yang mengandung 8,29 x 10 -3 g
ion-ion timbel, ditambahkan 100 ml asam sulfat 10-3M. Berapa
banyak timbel yang tak diendapkan tertinggal dalam larutan?
Penyelesaian
Ketika reagensia-reagensia dicampur, PbSO4 akan mengendap.
Pb2+ + SO42- PbSO4
Hasilkali kelarutan PbSO4 adalah 2,2 x 10-8 dan massa atom
relatif Pb adalah 207,2.
1 liter larutan yang sama akan mengandung 8,29 x 10 -2 g Pb2+
dengan konsentrasi molar Pb2+ dalam larutan semula adalah

[ ]
Konsentrasi ion sulfat, adalah seperti diberikan dalam soal
[SO42-]semula = 10-3 mol l-1
Pada saat mencampur, konsentrasi-konsentrasi ini menjadi
setengahnya, karena setiap larutan diencerkan menjadi dua kali
volumenya yang semula. Jika x mol Pb2+ mengendap, ini akan
membawa lagi x mol SO42- ke dalam endapan. Maka, ketika
kesetimbangan tercapai, konsentrasi ion-ion ini dapat dinyatakan
sebagai

[ ]
dan

[ ]
Maka hasilkali kelarutan
Ks = [Pb2+] [SO42-]
dapat dinyatakan sebagai
2,2 x 10-8 = (2 x 10-4 - x) (5 x 10-4 - x)
Persamaan diatas dapat diubah menjadi persamaan kuadrat
sebagai berikut:
x2 – 7 x 10-4 x + 7,8 x 10-8 = 0
Sehingga, x dapat dinyatakan sebagai

30
yang menghasilkan dua akar, x1 = 5,61 x 10-4 dan x2 = 1,4 x 10-4.
Kedua akar memenuhi persamaan, tetapi x1 jelas tak mempunyai
arti fisik, karena bilangan ini akan menghasilkan nilai konsentrasi
negatif untuk kedua ion dalam rumus hasilkali kelarutan. Maka
nilai x2 = 1,4 x 10-4 adalah yang harus dipakai. Jadi konsentrasi
ion timbel dalam larutan akhir menjadi
[Pb2+] = 2 x 10-4 – 1,4 x 10-4 = 6 x 10-5 mol L-1
Dalam 200 ml larutan, kita mempunyai seperlima dari jumlah
mol ini, yaitu 1,2 x 10 -5 mol l-1 mol Pb2+. Dikalikan dengan massa
atom relatif kita dapat hitung jumlah timbel yang tak
terendapkan:
mPb2+ = 202,7 x 1,2 x 10-5 = 2,43 x 10-3 g
yang menunjukkan bahwa pada kondisi-kondisi demikian kira-
kira sepertiga dari jumlah semula timbel (8,29 x 10-3 g) tetap
terlarut.
Contoh 3. Diketahui suatu larutan mengandung CuSO 4 0,1M
dan MnSO4 0,1M. Apa yang terjadi jika (a) larutan diasamkan
sehingga dihasilkan pH = 0 dan dijenuhkan dengan gas hidrogen
sulfida; dan (b) jika ditambahkan larutan amonium sulfida, yang
menyesuaikan pH menjadi 10?
Penyelesaian
Hasilkali kelarutan CuS dan MnS masing-masing adalah 1 x 10-44
dan 1,4 x 10-15.
Berdasarkan Gambar 1.1, pada pH = 0, nilai pS adalah 23
yakni [S2-] = 10-23 mol L-1, karena konsentrasi ion logam adalah
10-1 mol L-1 untuk kedua zat, kasilkali konsentrasi ion adalah 10-24
untuk kedua ion, karena 10-24 > 1 x 10-44, tembaga sulfida akan
mengendap, sedangkan 10-24 < 1,4 x 10-15, mangan sulfida tidak
akan mengendap. Jadi dapat dipisahkan tembaga dan mangan
pada pH = 0.
Dengan menggunakan Gambar 1.1 akan didapatkan pada pH
= 10, nilai pS adalah 4. Hal ini sesuai dengan [S2-] = 10-4 mol L-1.
Hasilkali konsentrasi ion adalah 10-5 untuk kedua ion logam.
Karena 10-5 > 1,4 x 10-15 > 1 x 10-44, CuS dan MnS keduanya akan
mengendap pada kondisi demikian.

31
Contoh 4. Diberi suatu larutan ZnCl2 0,01M. Berapakah pH
terendah pada mana ZnS dapat diendapkan?
Penyelesaian
Hasilkali kelarutan ZnS adalah 1 x 10-23. Maka,
[Zn2+] [S2-] = 10-23
dan [Zn2+] = 10-2, maka konsentrasi ion sulfida dalam larutan
jenuh adalah

[ ]
dan pS = 21. Didapatkan dari persamaan
pS = 23 – 2pH
nilai minimum pH pada mana timbul pengendapan adalah

Jika ingin mengendapkan ZnS secara kuantitatif, maka pH harus


dinaikkan lebih tinggi. Pada pH 4 sampai 5, yaitu dari larutan
yang mengandung buffer asetat, ZnS akan mengendap dengan
mudah.

e. Reaksi Pembentukan Kompleks


Contoh 1. Suatu larutan mengandung ion-ion tetrasianokuprat
(I) [Cu(CN)4]3- dan tetrasianokadmiat (II) [Cd(CN)4]2-, kedua-
duanya dalam konsentrasi 0,5M. Larutan ini mempunyai pH 9
dan mengandung 0,1 mol l-1 ion sianida bebas. Dapatkah tembaga
(I) sulfida Cu2S dan/atau kadmium sulfida CdS diendapkan dari
larutan dengan mengalirkan gas hidrogen sulfida?
Penyelesaian
Hasilkali kelarutan
Ks(Cu2S) = 2 x 10-47
Ks(CdS) = 1,4 x 10_28
dan nilai tetapan ketidakstabilan sebagai berikut:
[ ][ ]
[ ]
(i)
dan

32
[ ][ ]
[ ]
(ii)
Harus dihitung konsentrasi berbagai spesi yang terdapat dalam
larutan, karena konsentrasi ion hidrogen adalah 10-9 mol L-1,
konsentrasi ion sulfida dapat dinyatakan sebagai:

[ ]
[ ]
Jadi, konsentrasi kedua ion kompleks adalah 0,5 mol L-1, karena
konsentrasi ion sianida adalah 10-1 mol L-1, konsentrasi ion logam
bebas dapat dinyatakan dari (i) dan (ii), sebagai
[ ]
[ ]
[ ]

dan
[ ]
[ ]
[ ]

Bandingkan hasilkali konsentrasi-konsentrasi dengan hasilkali


kelarutan. Untuk ion tembaga (I), adalah
[Cu+]2 x [S2-] = (2,5 x 10-24)2 x 10-5 = 6,25 x 10-53
Karena 6,25 x 10-53 < K2(Cu2S), jelaslah bahwa tembaga sulfida
tak akan diendapkan pada kondisi demikian. Sedangkan untuk
ion kadmium, didapatkan
[Cd2+] x [S2-] = 7 x 10-14 x 10-5 = 7 x 10-19
Karena 7 x 10-19 > K2(CdS), konsentrasi spesi-spesi ion tersebut
adalah lebih tinggi daripada yang diperkenankan oleh hasilkali
kelarutan, maka kadmium (II) sulfida akan diendapkan dari
larutan demikian.

f. Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks)


Contoh 1. Uraikanlah reaksi yang berlangsung antara Fe3+ dan
Sn2+!
Penyelesaian

33
1) Harus diketahui bahwa produknya adalah Fe 2+ dan Sn4+.
2) Reaksi setengah-selnya adalah sebagai berikut:
Fe3+ + e- Fe2+ (i)
Sn2+ Sn4+ + 2e- (ii)
3) Kalikan (i) dengan 2, dan jumlahkan kedua persamaan
tersebut:
2Fe3+ + 2e- + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+ + 2e-
yang dapat disederhanakan menjadi
2Fe3+ + Sn2+ 2Fe2+ + Sn4+
Contoh 2. Endapan kadmium sulfida dapat dilarutkan dalam
asam nitrat panas. Coba nyatakan persamaan reaksi tersebut!
Penyelesaian
1) Bila asam nitrat bertindak sebagai suatu zat pengoksid,
terbentuk nitrogen monoksida (NO). Dari kadmium sulfida
terbentuk belerang, dan ion kadmium tetap ada dalam larutan.
2) Reaksi setengah-sel sistem asam nitrat-nitrogen oksida
adalah:
HNO3 + 3H+ + 3e- NO + 2H2O (i)
Oksidasi kadmium sulfida dapat dibahas dalam dua tahap.
Pertama terjadi disosiasi endapan:
CdS Cd2+ + S2- (ii)
(Disosiasi menjadi sempurna karena ion S terus menerus
2-

diambil dari dalam larutan oleh reaksi vii). Ini diikuti oleh
oksidasi S2-.
S2- S + 2e- (iii)
3) Jumlah 2 x (i) + 3 x (ii) dan 3 x (iii) menghasilkan jumlah
elektron yang sama pada kedua pihak:
2HNO3 + 6H+ + 6e- + 3CdS + 3s2- 2NO + 4H2O + 3Cd2+ +
3S + 6e-
Setelah penyederhanaan persamaan menjadi
2HNO3 + 6H+ + 3CdS 2NO + 4H2O + 3Cd2+ + 3S +
4H2O
Contoh 3. 20 ml NaCl 0,1 M dan 2 ml AgNO3 0,1 M dicampur
dan diencerkan menjadi 100 ml. Hitunglah potensial elektrode
yang dicelupkan ke dalam larutan tersebut!

34
Penyelesaian
Potensial elektrode perak dapat dinyatakan dengan persamaan
Nernst sebagai
E = Eo + 0,059 log [Ag+]
Eo untuk setengah-sel Ag+ + e- Ag adalah 0,80 V. Untuk
menghitung potensial elektrode haruslah dihitung [Ag +].
Konsentrasi ini akan sangat rendah, karena praktis semua perak
diendapkan oleh natrium klorida:
Ag+ + Cl- AgCl
Hasilkali kelarutan
Ks = [Ag+] [Cl-] = 1,5 x 10-10
Ungkapan ini bila digabung dengan persamaan Nernst akan
menghasilkan

[ ]
Konsentrasi ion klorida dapat dihitung dengan sangat mudah.
Dari 20 ml NaCl 0,1 M yang setara dengan 2 ml telah digunakan
untuk pengendapan. Jadi konsentrasi ion Cl- adalah
[ ]
Potensial elektrodenya adalah

( )

8. Rangkuman
Teori pendukung terdiri atas persamaan reaksi, larutan
dalam pelarut air, teori asam basa, reaksi pengendapan, reaksi
pembentukan kompleks, reaksi reduksi-oksidasi (Redoks).
digunakan sebagai dasar dalam analisis kualitatif kation anion.
Anlisis kualitatif kation anion berdasarkan reaksi-reaksi kimia
untuk mengidentifikasi secara khusus masing-masing kation atau
anion. Oleh karena itu, dalam setiap sub pokok bahasan teori
pendukung selalu dihubungkan dengan reaksi yang terjadi,
kondisi yang diperlukan serta perubahan terjadi endapan, warna,

35
gas, sehingga dapat mengidentifikasi kation dan anion di dalam
sampel.

C. Evaluasi
1. Persamaan Reaksi
Tuliskan persamaan reaksi molekul dan reaksi ion antara
senyawa-senyawa berikut.
a. Larutan natrium hidroksida dengan larutan asam sulfat.
b. Larutan ammonium nitrat dengan larutan kalium hidroksida.
c. Natrium karbonat padat ditambahkan larutan asam asetat.
d. Larutan barium klorida ditambah dengan larutan natrium
sulfat.

2. Larutan dalam Pelarut Air


a. Berikan contoh elektrolit biner, terner, dan kuarterner!
b. Berdasarkan harga konduktivitas molar pada 25oC dalam
satuan cm2Ω-1mol-1 zat elektrolit dalam tabel berikut.
Konsentrasi Elektrolit
mol L-1 KCl NaCl HCl NaOH KOH CH3COONa CH3COOH
0,005 144,2 119,8 414,9 238,8 262,1 85,7 22,8
Berdasarkan tabel diatas urutkan dari elektrolit kuat ke
elektrolit lemah.

3. Teori Asam Basa


a. Hitunglah konsentrasi ion HS- dan S2- dalam larutan hidrogen
sulfida jenuh! Larutan-akua dari hidrogen sulfida yang jenuh
(pada 20oC dan tekanan 1 atm.) adalah 0,1 M.
b. Hitunglah berapa molar suatu larutan amonia dengan pH
10,81. Disosiasi amonium hidroksida berlangsung menurut
kesetimbangan

c. Nilai pKb dimetilalamina adalah 3,24 (pada 20oC). Hitunglah


tetapan disosiasi Kb!
d. Hitunglah tetapan hidrolisis, derajat hidrolisis, dan pH dari
larutan natrium sulfida 0,1M!

36
4. Reaksi Pengendapan
a. Diketahui bahwa 1 liter larutan jenuh mengandung 3,57 x 10-2
g bahan terlarut. Massa molekul relatif dari Ag2CrO4 adalah
331,7. Hitunglah hasilkali kelarutan dari perak kromat!
b. Hasilkali kelarutan timbel fosfat adalah 1,5 x 10-32. Hitunglah
konsentrasi larutan jenuh dalam satuan g L-1! Dengan
persamaan reaksi sebagai berikut.
Pb3(PO4)2 3 Pb2+ + 2 PO43-
c. Bila diketahui bahwa hasilkali kelarutan megnesium
hidroksida adalah 3,4 x 10-11. Hitunglah konsentrasi ion
hidroksida dalam larutan air yang jenuh!
d. Berapakah konsentrasi ion perak (dalam satuan mol L-1) yang
tertinggal dalam larutan AgNO3, setelah penambahan HCl
sedemikian sehingga konsentrasi akhir ion klorida adalah 0,05
molar?
e. Diketahui suatu larutan yang mengandung CuSO4 0,1M dan
MnSO4 0,1M. Apa yang terjadi jika (a) larutan diasamkan
sehingga tercapai pH = 0 dan dijenuhkan dengan gas hidrogen
sulfida; dan (b) jika ditambahkan larutan amonium sulfida,
yang menyesuaikan pH menjadi 10?
f. Hitunglah pH (a) saat Fe(OH)3 mulai mengendap dari larutan
FeCl3 0,01M; dan (b) pH pada mana konsentrasi ion Fe3+
dalam larutan tak melebihi 10-5M, yaitu ketika pengendapan
praktis sempurna!

5. Reaksi Pembentukan Kompleks


a. Tulislah reaksi pembentukan kompleks antara:
1) Ion Cu2+ ditambah amonia.
2) Ion Ni2+ ditambah dimetilglioksim.
3) Ion Fe3+ ditambah ion tiosianat dalam suasana sedikit asam
sehingga terbentuk sejumlah kompleks secara bertahap.
b. Berilah contoh masing-masing dua dari kompleks berikut:
1) Akuokompleks
2) Kompleks amina,
3) Hidroksokompleks,

37
4) Kompleks halida,
5) Kompleks sianida,
6) Kompleks sepit.
c. Jika suatu campuran mengandung 0,1432 g perak klorida dan
0,2348 g perak iodida ditambahkan larutan (a) amonia dan (b)
kalium iodida? Volume akhir larutan 100 ml dan konsentrasi
amonia bebas sebesar 2 mol l-1.

6. Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks)


a. Tuliskan reaksi antara:
1) HgCl2 + SnCl2
2) HgCl2 + SnCl2 berlebih
3) Besi dan tembaga (II) sulfat
4) Seng dan asam klorida
5) Hidrogen peroksida ditambah kalium permanganat dalam
suasana asam (H2O2 sebagai reduktor).
b. Ion bromat dapat direduksi oleh iodida dalam suasana asam.
Tulislah persamaan reaksinya!
c. Dalam larutan yang sangat sedikit asam, sehingga hampir
netral, ion permanganat mampu mengoksidasi ion mangan
(II). Tulislah persamaan reaksinya!
d. Gliserol atau C3H8O3, dapat
dioksidasi dengan lambat oleh ion dikromat dalam larutan
asam panas. Tulislah persamaan reaksinya!
e. Suatu larutan mengandung FeCl2 0,05 M dan FeCl3 0,15 M.
Berapakah potensial oksidasi dan reduksi yang dapat diukur
dalam larutan tersebut?
f. Berapakah potensial elektrode oksigen dalam larutan yang
pH-nya 8?

38
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Teori Pendukung

Fenomena
Seorang analis mereaksikan larutan kalium permanganat dengan
hidrogen peroksida. Reaksi ini dilakukan pada kondisi asam.
Berdasarkan kondisi atau aktivitas di atas, jika Anda bertindak
sebagai analis teori apa saja yang berhubungan dengan hal
tersebut dan implementasikan teori-teori tersebut pada kondisi di
atas sehingga timbul sebuah pembahasan yang utuh! (Jika perlu,
Anda boleh menambahkan atribut atau keterangan lain yang bisa
mendukung implementasi teori-teori yang Anda pilih)
Langkah-langkah pemecahan masalah:
Analisis masalah
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Gambaran
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Pertanyaan
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................

39
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Menyelidiki (pengetahuan aktif)
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Merencanakan
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Implementasi
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................

40
D. Daftar Bacaan
Briggs, J. G. R. 2000. Science in Focus Chemistry for GCE ‘O’
Level. Singapore: Pearson Education Asis Pte Ltd
Sawyer, Heineman, and Beebe.1984. Chemistry Experiments for
Instrumental Methods. New York: John Wiley & Sons
Sorum, Clarence Harvey, and Lagowski, J. J. 1977. Introduction
to Semimicro Qualitative Analysis. United State of
America: Prentice-Hall Inc
Svehla, G, 1979. Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro
Qualitative Inorganic Analysis. Fifth ed. London:
Longman Group Limited

41
BAB II.
TEKNIK EKSPERIMEN ANALISIS ANORGANIK
KUALITATIF

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Materi
Analisis kualitatif memerlukan beberapa teknik eksperimen
yaitu mereaksikan, memanaskan, melarutkan, mengendapkan,
mencuci endapan, pengendapan dengan hidrogen sulfida (H2S),
memindahkan endapan, dan uji nyala. Mereaksikan dalam suatu
tabung reaksi dengan cara meneteskan pereaksi setetes demi
setetes sehingga terjadi perubahan terjadinya endapan atau
warna. Memanaskan dapat dilakukan secara langsung atau
menggunakan penangas air. Melarutkan menggunakan pelarut-
pelarut yang sesuai. Mengendapkan menggunakan sentrifuge
agar diperoleh endapan yang sempurna. Mencuci endapan
menggunakan air atau pereaksi agar diperoleh endapan yang
bersih dan murni. Mengalirkan gas H2S dengan cara menyiapkan
gas H2S dan mengalirkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
larutan sampel dengan cara terbuka dan tertutup. Memindahkan
endapan digunakan jika endapan dan larutan sudah terpisah
dengan baik dengan cara memipet larutan secara bertahan atau
menuang langsung larutan jernih secara perlahan. Memindahkan
endapan bergantung pada banyak sedikitnya endapan yang
terbentuk dalam kertas saring. Uji nyala menggunakan kawat
platina atau Ni-Cr untuk mengetahui nyala yang khas dari suatu
unsur.

2. Tujuan Pembelajaran.
a. Mahasiswa memahami teknik eksperimen dalam analisis
kualitatif.
b. Mahasiswa terampil menggunakan teknik eksperimen dalam
analisis kualitatif.

42
B. Materi
1. Cara Mereaksikan, Memanaskan Dan Melarutkan
Zat
a. Mereaksikan
Masukkan zat yang akan direaksikan ke dalam tabung reaksi
dengan volume sepertiga tabung. Tambahkan pereaksi
setetes demi setetes sambil diamati perubahan yang terjadi.
Jika terjadi endapan tetesan diteruskan sampai tidak terjadi
endapan lagi.
b. Memanaskan
Zat dimasukkan dalam tabung reaksi yang tahan panas dan
panaskan diatas nyala Bunsen/pembakar spiritus. Gunakan
nyala api kecil selanjutnya yang lebih besar. selama
penamanasan dapat terjadi sublimasi, pelelehan atau
penguraian yang disertai perubahan warna, terbentuknya gas
yang menunjukkan yang mengidentifikasi dari zat yang
dipanaskan. Pemanasan dapat juga dilakukan dalam
penangas air dengan cara memasukkan tabung reaksi ke
dalam penangas air.

Gambar 2.1. Cara Pemanasan diatas Nyala Bunsen /


Pembakar Spiritus

43
Gambar 2.2. Cara Pemanasan Menggunakan
Penangas Air
c. Melarutkan
Masukkan padatan zat yang akan dilarutkan ke dalam
tabung reaksi. Gunakan pelarut yang sesuai.

2. Mengendapkan Menggunakan Sentrifuge


Pemisahan endapan dari suatu cairan jernih dapat dilakukan
dengan bantuan sentrifuge. Alat ini memisahkan dua zat
berdasarkan perbedaan rapatan. Dalam prakteknya, cairan yang
mengandung endapan yang tersuspensi dimasukkan dalam
tabung sentrifuge semimikro. Tabung yang telah diisi, serta
tabung yang berisi air yang sama banyak dengan larutan dengan
fungsi menyeimbangkan tabung jika diletakkan dalam keranjang
sentrifuge, selanjutnya diletakkan dalam keranjang sentrifuge
dengan posisi berlawanan, dan putar dalam waktu yang singkat.
Hasilnya larutan dalam tabung akan memisah dengan endapan
berada di dasar tabung. Cairan jernih di atas endapan dapat
diambil dengan menggunakan pipet kapiler. Keuntungan
sentrifugasi diantaranya: (1) cepat, (2) endapan terpusatkan

44
dalam volume kecil sehingga mudah diamati dan diperkirakan
banyaknya, (3) pencucian endapan dapat dilakukan dengan cepat
dan efisien, dan (4) asam dan basa pekat serta cairan korosif lain
dapat ditangani dengan mudah.

(a) (b)
Gambar 2.3. (a) Sentrifuge tangan/manual
(b) Sentrifuge listrik

Apabila menggunakan sentrifuge tangan, hal-hal yang perlu


diperhatikan yaitu: (1) kedua tangan kira-kira harus memiliki
besar dan bobot yang sama, (2) tabung tidak boleh diisi terlalu
banyak, sehingga kurang dari 1 cm dari mulut, (3) sebelum
mensentrifuge suatu endapan yang ditaruh dalam sebuah tabung
sentrifuge, siapkan tabung pengimbang dengan menambahkan
air suling secukupnya dari sebuah penetes ke dalam tabung
kosong yang sama kapasitasnya, sampai tinggi permukaan dlaam
kedua tabung sama, (4) masukkan tabung tersebut ke dalam
sentrifuge dengan posisi yang diametris berlawanan, lengan akan
berimbang dan getaran akan berkurang. Letakkan tutup pada
tempatnya dengan erat, (5) mulailah sentrifuge dengan lambat
hingga mencapai kecepatan maksimum dalam beberapa putaran
dari engkolnya. Pertahankan kecepatan maksimum selama 30 –
45 detik dan biarkan sentrifuge berhenti dengan sendirinya
dengam melepaskan engkolnya, (6) sebelum mulai
mensentrifuge, perhatikan apakah ada partikel yang mengapung

45
pada permukaan cairan atau menempel pada dinding tabung.
Tegangan permukaan akan menghalangi partikel-partikel yang
ada di permukaan untuk mengendap dengan mudah, (7) jangan
sekali-kali menggunakan tabung sentrifuge yang bibirnya
sumbing. Keuntungan tabung sentrifuge antara lain mudahnya
mengambil larutan jernih dengan menggunakan pipet dan jika zat
padat yang terbentuk sedikit, endapan tersebut lebih jelas
nampak dlaam tabung sentrifuge.

Gambar 2.4. Endapan dalam Tabung Sentrifuge

Larutan yang telah terpisah dengan endapan, biasanya dapat


memindahkan larutan jernihnya dengan menggunakan penetes
kapiler. Cara yang harus dilakukan yaitu tabung sentrifuge
dimiringkan dengan tangan kiri, karet penetes kapiler yang
dipegang dengan tangan kanan ditekan untuk menghilangkan
udara dan ujung kapiler dimasukkan tepat di bawah permukaan
cairan (Gambar 2.5). Ketika tekanan dikembalikan dengan
perlahan-lahan, cairan akan masuk ke dalam penetes dan penetes
diturunkan lebih jauh ke dlaam cairan sampai semua cairan
terambil. Ketika ujung kapiler mendekati dasar tabung sentrifuge,
jangan sampai menyentuh endapan yang terbentuk. Larutan
dalam penetes harus benar-benar jernih, larutan ini dapat
dipindahkan ke tempat lain dengan menekan puting karetnya.

46
Gambar 2.5. Memindahkan Larutan dari Endapan

3. Mencuci Endapan
Mencuci endapan dilakukan untuk menghilangkan pengotor
yang masih tercampur dengan endapan. Cairan pencuci adalah
pelarut yang tidak melarutkan endapan tetapi mengencerkan
larutan yang menempel pada endapan itu. Cairan pencuci pada
umumnya adalah digunakan air, namun dapat juga air yang
mengandung sedikit pereaksi pengendap. Mencuci endapan dapat
menggunakan tabung sentrifuge dengan menambahkan 5-10 tetes
air atau reagensia lain ditambahkan dan campuran diaduk
dengan menggunakan batang pengaduk atau kawat platinum.
Selanjutnya tabung sentrifuge diimbangi dengan tabung sejenis
yang berisi air dengan tinggi yang sama dan disentrifuge. Cairan
jernih di atas endapan diambil dengan menggunakan penetes
kapiler dan pencucian diulangi sekurangnya sekali.

4. Pengendapan dengan Hidrogen Sulfida (H2S)


Larutan diolah dengan gas H2S sebagai berikut: Melekatkan
penutup karet pada tabung reaksi pada sumber H2S tabung
gelembung kaca bersih. Tabung gelembung ini dibuat dengan
menarik tabung gelas dengan diameter yang sesuai sampai ujung
yang cukup halus. Panjang keseluruhan tabung gelembung harus
sekitar 5 inci. Masukkan ujung tabung gelembung dari H 2S keluar
ke permukaan larutan dalam pengujian dan kemudian turunkan
larutan secara perlahan ke bagian bawah. Tabung yang terbatas
akan menghasilkan aliran gelembung yang sangat baik;
gelembung besar cenderung membuang larutan dari tabung

47
reaksi kecil. Jika ujung tabung mendidih dibawa sampai ke
bagian dasar larutan, tiba-tiba aliran gas bisa mengeluarkan
larutan dari tabung reaksi. Tingkat peledakan H 2S yang sangat
cepat harus dihindari.
Salah satu sumber H2S yang paling memuaskan adalah
campuran komersial dari belerang, campuran hidrokarbon, dan
asbes "Aitch Tu Ess" sebagai contoh. Campuran tersebut
digunakan untuk pembuatan H2S sebagai berikut. Aturlah di
bawah tenda generator seperti yang diilustrasikan pada Gambar
2.6. Isi tabung reaksi setinggi 6 inci.

Gambar 2.6. Generator H2S

Isi tabung pirex dengan campuran penghasil H2S satu


setengah sampai tiga perempat bagian. Masukkan sumbat karet B
yang ditempelkan pipa bengkok C, karet menghubungkan tabung
D, dan tabung E yang bebas gelembung. Bila pemanasan
diterapkan pada A, gas H2S akan dihasilkan dan akan dikeluarkan
dari ujung E, yaitu dimasukkan ke dalam larutan untuk
digunakan. Pemanasannya dilakukan secara perlahan. Pembakar
dapat digunakan dengan tangan yang satu, sedangkan tabung
reaksi yang berisi larutan dapat dilakukan di tangan yang lain.
Jangan terlalu panas sehingga belerang disuling. Gas H 2S akan
berhenti saat pemanasan dihentikan. Ujung pipa E harus

48
dikeluarkan dari larutan yang dilakukan segera setelah
pemanasan dihentikan untuk menghindari larutan terisap ke
dalam ujung pipa E oleh gas yang berkontraksi.
Ujung pipa E harus dilepas dan dibersihkan setelah
digunakan. Tabung A, yang mengandung campuran yang sudah
tidak digunakan, bersama dengan alat yang lain (B, C, dan D)
dapat disimpan di meja bila tidak digunakan. Bila campuran tidak
lagi menghasilkan H2S pada pemanasan, tabung A dapat diganti
dengan tabung campuran baru. H2S merupakan gas racun, oleh
karena itu, semua penggunaan H2S harus dilakukan di bawah
cerobong asam atau lemari asam.
Cara lain untuk memperoleh H2S dapat dilakukan dengan
cara melarutkan senyawa thioacetamide dalam air. Senyawa
organik thioacetamide, CH3CSNH2, dihidrolisis dalam air pada
suhu yang lebih tinggi, untuk menghasilkan H 2S berdasarkan
persamaan reaksi berikut.
CH3CSNH2 + 2 H2O = CH3COOH + NH3 + H2S
Oleh karena itu berfungsi sebagai sumber H2S yang mudah
digunakan. Hidrolisis sangat sedikit pada suhu kamar sehingga
larutan 1 M senyawa, bila diawetkan dalam botol stopper
mengalami sedikit kemunduran. Pada suhu sekitar 80 oC,
hidrolisisnya cukup sehingga larutan 1 M menghasilkan larutan
yang jenuh dengan H2S.
Gas H2S juga dapat dibuat dengan mereaksikan FeS dengan
HCl menggunakan pesawat Kipp. Jika tidak mempunyai pesawat
Kipp dapat digunakan tabung reaksi dengan sedikit FeS dan HCl.
Filtrat dari golongan I yang akan diendapkan dengan H2S harus
ditambahkan H2O2 untuk mengoksidasi Fe2+ menjadi Fe3+ dan
Sn2+ menjadi Sn4+. Setelah itu, H2O2 harus dihilangkan agar H2S
yang dialirkan tidak teroksidasi dan menghasilkan endapan
belerang. Pengendapan golongan II dilakukan dalam suasana pH
yang tepat/suasana asam.

49
5. Memindahkan Endapan
Cara memindahkan endapan dari kertas saring bergantung
pada banyak sedikitnya endapan yang terbentuk. Jika jumlah
endapan sedikit dapat dilakukan dengan cara (1) buatlah lubang
kecil pada bagian ujung bawah kertas saring dan endapan di
semprotkan ke dalam sebuah tabung pereaksi dengan air dari
botol cuci, (2) kertas saring di ambil dari corong kemudian dibuka
diatas kaca arloji dan diambil hati-hati dengan menggunakan
spatula. Memindahkan endapan dpaat pula dilakukan dengan
dekantasi yaitu proses yang dilakukan untuk memisahkan
campuran larutan dan padatan yang paling sederhana yaitu
dengan menuangkan cairan secara perlahan sehingga endapan
tertinggal dibagian dasar.

6. Uji Nyala
Uji nyala dapat dilakukan dengan menggunakan kawat
platina / nikel krom (Ni-Cr), mula-mula kawat dibersihkan
dengan cara mencelupkan ke dalam asam klorida pekat kemudian
dipanaskan. Ulangi sampai nyala bunsen tidak memberikan
warna pada nyala. Selanjutnya kawat tersebut dicelupkan ke
dalam padatan yang diberi HCl pekat kemudian dipanaskan
dalam nyala. Perubahan warna nyala yang terjadi menunjukkan
mengidentifikasi zat yang diuji, misalnya natrium memberikan
warna kuning, barium memberikan warnas hijau.

(a) (b)
Gambar 2.7. (a) kawat nikel-krom (Ni-Cr)
(b) kawat Ni-Cr untuk uji nyala

50
7. Latihan
a. (Mereaksikan) Ambilah larutan sampel, misalnya larutan
natrium klorida tetesi dengan larutan perak nitrat sampai
tidak terjadi endapan.
(Memanaskan) Panaskan tabung reaksi dengan
menggunakan nyala langsung dari pembakar spiritus dan
menggunakan penangas air.
(Melarutkan) Ambilah padatan natrium klorida, kalsium
karbonat carilah pelarutnya.
Penyelesaian
(Mereaksikan) Terjadi endapan diteteskan terus sampai
tidak terjadi lagi endapan
(Memanaskan)
Cara Pemanasan diatas Nyala Bunsen / Pembakar Spiritus

Cara Pemanasan Menggunakan Penangas Air

51
(Melarutkan) Natrium klorida larut dalam air dingin,
kalsium karbonat tidak larut namun larut dalam asam
klorida encer dingin.
b. (Mengendapkan Menggunakan Sentrifuge) Cobalah
mengendapkan dengan menggunakan sentrifuge
c. (Mencuci Endapan) Sebutkan cara mencuci endapan!
Penyelesaian
Mencuci endapan dapat menggunakan tabung sentrifuge
dengan menambahkan 5-10 tetes air atau reagensia lain
ditambahkan dan campuran diaduk dengan menggunakan
batang pengaduk atau kawat platinum. Cairan jernih di atas
endapan diambil dengan menggunakan penetes kapiler dan
pencucian diulangi sekurangnya sekali.
d. (Pengendapan dengan menggunakan hidrogen
sulfida) Bagaimana langkah mengendapkan menggunakan
gas hidrogen sulfida?
Penyelesaian
Menyiapkan campuran untuk menghasilkan gas H 2S yang
telah dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian diletakkan
diatas nyala api hingga mengeluarkan gas, selanjutnya
dialirkan melalui pipa yang telah dirangkai dan dimasukkan
ke dalam tabung reaksi yang telah berisi senyawa yang akan
di idenifikasi dengan dialiri gas H2S yang telah dihasilkan
hingga terbentuk endapan.
e. (Memindahkan Endapan) Bagaimana cara
memindahkan endapan dalam jumlah sedikit?
Penyelesaian
Memindahkan endapan dalam jumlah sedikit dapat
dilakukan dengan cara: (1) buatlah lubang kecil pada bagian
ujung bawah kertas saring dan endapan di semprotkan ke
dalam sebuah tabung pereaksi dengan air dari botol cuci, (2)
kertas saring di ambil dari corong kemudian dibuka diatas
kaca arloji dan diambil hati-hati dengan menggunakan
spatula.

52
f. (Uji Nyala) Bagaimana cara menyiapkan kawat platina /
Ni-Cr sebelum digunakan untuk uji nyala?
Penyelesaian
Kawat dibersihkan dengan cara mencelupkan ke dalam asam
klorida pekat kemudian dipanaskan. Ulangi sampai nyala
bunsen tidak memberikan warna pada nyala.

8. Rangkuman
Teknik eksperimen terdiri atas mereaksikan, memanaskan,
melarutkan, mengendapkan, mencuci endapan, mengalirkan gas
H2S, memindahkan endapan, memindahkan endapan, dan uji
nyala.

C. Evaluasi
1. Sebutkan perbedaan memanaskan secara langsung dengan
menggunakan penangas!
2. Jelaskan cara mengendapkan hingga diperoleh endapan
yang sempurna!
3. Apakah tujuan dari mencuci endapan?
4. Bagaimana cara menyiapkan gas H2S!
5. Mengapa kawat platina / Ni-Cr harus dibersihkan sebelum
digunakan untuk uji nyala?

53
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Teknik Eksperimen

Fenomena 1:
Seorang analis mendapatkan tugas untuk melakukan uji kualitatif
terhadap sebuah sampel larutan. Setelah beberapa serangkaian
uji dilakukan, analis tersebut sampai pada tahap dimana zat
tersebut direaksikan dengan larutan NH 3 encer. Pada pereaksikan
tersebut, timbul endapan coklat kemerahan di dasar tabung
reaksi. Analis tersebut perlu untuk mengambil dan memisahkan
endapan tersebut dari zat-zat hasil reaksi lainnya.
Posisikan Anda sebagai analis tersebut, Apa yang akan anda
lakukan? Jelaskan secara rinci setiap tahapannya!
Langkah-langkah pemecahan masalah:
Analisis masalah
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Gambaran
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Pertanyaan
.............................................................................................................
.............................................................................................................

54
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Menyelidiki (pengetahuan aktif)
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Merencanakan
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Implementasi
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................

55
Fenomena 2:
Pada hari berikutnya, analis tersebut mendapatkan tugas untuk
mengendapkan raksa dari sebuah persenyawaannya, kemudian ia
harus mengambil endapan tersebut.
Posisikan Anda sebagai analis tersebut, Apa yang perlu anda
lakukan mulai dari mengendapkan raksa dari persenyawaaanya
sampai mengambil endapannya? dan Jelaskan secara rinci setiap
tahapannya!
Langkah-langkah pemecahan masalah:
Analisis masalah
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Gambaran
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Pertanyaan
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................

56
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Menyelidiki (pengetahuan aktif)
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Merencanakan
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Implementasi
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................

D. Daftar Bacaan
Briggs, J. G. R. 2000. Science in Focus Chemistry for GCE ‘O’
Level. Singapore: Pearson Education Asis Pte Ltd
Sawyer, Heineman, and Beebe.1984. Chemistry Experiments for
Instrumental Methods. New York: John Wiley & Sons

57
Sorum, Clarence Harvey, and Lagowski, J. J. 1977. Introduction
to Semimicro Qualitative Analysis. United State of
America: Prentice-Hall Inc
Svehla, G, 1979. Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro
Qualitative Inorganic Analysis. Fifth ed. London:
Longman Group Limited

58
BAB III.
SISTEMATIKA ANALISIS PENDAHULUAN

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Materi
Analisis kualitatif diawali dengan analisis pendahuluan
secara organoleptik, reaksi terhadap beberapa senyawa, uji
pemanasan, uji nyala, dan uji gas. Analisis pendahuluan
bertujuan untuk memprediksi adanya kation dan anion yang
terdapat dalam sampel. Sistematika analisis kualitatif mengikuti
reaksi basah dengan sistem H2S. Kation dipisahkan dalam
beberapa golongan yaitu Golongan I (Golongan Klorida) dengan
pereaksi utama HCl, Golongan II (Golongan Sulfida) dengan
pereaksi utama gas H2S, Golongan III (Golongan Hidroksida)
dengan pereaksi utama NH4Cl, NH4OH dan (NH4)2S, Golongan
IV (Golongan Karbonat) dengan pereaksi utama NH 4Cl, NH4OH
dan (NH4)2CO3, dan Golongan V (Golongan Sisa) yang dapat
mengandung Mg2+, Na+, K+. Setiap golongan yang terdiri dari
beberapa kation dapat diidentifikasi secara khusus untuk masing-
masing kation misalnya golongan klorida terdiri dari AgCl, PbCl 2,
dan Hg2Cl2. Identifikasi selanjutnya untuk masing-masing kation
Ag+, Pb2+, Hg22+. Demikian juga untuk anion.

2. Tujuan pembelajaran
a. Mahasiswa memahami analisis pendahuluan untuk
memprediksi kation dan anion yang terdapat dalam sampel.
b. Mahasiswa memahami pereaksi yang digunakan untuk
memisahkan kation atau anion berdasarkan endapan dari
masing-masing Golongan.

B. Materi
Analisis pendahuluan digunakan untuk mengetahui secara
awal kation dan anion yang terdapat dalam sampel. Tahapan yang
dilakukan meliputi (1) analisis organoleptik, (2) reaksi dengan
beberapa larutan, (3) uji pemanasan, (4) uji nyala, dan (5) uji gas.

59
1. Analisis Organoleptik
Setiap senyawa mempunyai karakteristik secara fisik, yaitu
fasa, bentuk, warna, dan kelarutannya dalam suatu pelarut.
a. Analisis Warna
Analisis warna digunakan mengetahui jenis suatu zat dapat
diawali dengan melakukan uji warna pada beberapa jenis zat. Ada
beberapa zat yang memiliki warna yang sama sehingga analisis
warna merupakan uji pendahuluan yang sangat awal dan lemah
untuk ditarik suatu kesimpulan. Ciri fisik dari senyawa yang tidak
diketahui dapat dibuktikan dengan menggunakan petunjuk
tentang ciri-ciri dan zat yang terkandung. Hal terpenting yang
harus diperhatikan dapat dilihat dari warna yang dihasilkan.
Misalnya, tembaga dapat menghasilkan warna yang berbeda
bergantung pada senyawa tertentu, seperti tembaga (II) sulfat
berwarna biru dan tembaga (II) karbonat berwarna hijau.
Beberapa warna yang dihasilkan dari suatu senyawa dapat dilihat
pada Tabel 3.1, Tabel 3.2 dan Tabel 3.3.
Tabel 3.1. Warna Senyawa dalam Bentuk Padat
Padatan yang tidak diketahui Kemungkinan Senyawa
Serbuk hijau Tembaga (II) karbonat
Tembaga (II) oksida; arang;
Serbuk hitam
timbale (IV) oksida
Serbuk abu-abu atau seperti perak Logam
Kristal hijau pucat Garam besi (II)
Kristal kuning atau coklat Garam besi (III)
Kristal biru Garam tembaga (II)
Natrium; Kalium; Kalsium;
Kristal tak berwarna
Aluminium atau seng

Tabel 3.2. Warna dari Beberapa Jenis Zat.


Warna Zat Kemungkinan Zat
Merah Pb3O4; As2S3; Sb2S3; HgI2; HgO; Fe2O3;
Cu2O; CrO3; AgCrO4; K4Fe(CN)6; I2
Jingga Sb2S5; Cr2O72-

60
Warna Zat Kemungkinan Zat
Merah Muda Garam Mn2+ dan Co2+ hidrat
Kuning As2S5; FeCl3; SnS2; Fe(NO3)2; CrO42-; CdS;
PbI2; S; HgSO4
Biru Garam Co anhidrat dan garam Cu hidrat
Hijau Cr2O3; Cr(OH)3; CrCl3.6H2O; FeCl2.4H2O;
FeSO4(NH4)2SO4
Coklat Fe2O3; PbO2; CdO; SnS; Bi2S3; CuCrO4
Hitam CuO; CuS; Fe3O4; NiO; NiS; CoS; Ag2S;
PbS; HgS; MnO2

Tabel 3.3. Warna Senyawa dalam Bentuk Larutan (aq)


Warna dari larutan yang Kemungkinan Senyawa
tidak diketahui
Biru Ion tembaga, Cu2+
Hijau pucat Ion besi (II), Fe2+
Ion besi (III), Fe3+; ion kromat (IV),
Kuning
CrO42-
Coklat Ion besi (III). Fe3+; iodin
Tidak mengandung tembaga dan
Tak berwarna besi dan logam transisi lainnya
(tetapi mungkin terdapat seng)

b. Kelarutan
Kelarutan senyawa dalam air dapat memprediksi adanya
kation dan anion yang terkandung. Kelarutan beberapa garam
dalam air diuraikan sebagai berikut:
1) Garam sulfat mudah larut kecuali CaSO4; SrSO4; BaSO4;
PbSO4.
2) Garam nitrat mudah larut.
3) Garam klorida, bromida, dan iodida mudah larut kecuali:
AgCl; HgCl; PbCl2; AgI; HgI; AgBr; HgBr; PbBr2; HgI2; PbI2.
4) Garam karbonat dan sulfit sukar larut kecuali: Na 2CO3; K2CO3;
(NH4)2CO3.

61
5) Garam fosfat dan arsenat sukar larut kecuali Na3PO4; K3PO4;
(NH4)3PO4.
6) Garam sulfida sukar larut kecuali: Na2S; K2S; (NH4)2S; CaS;
BaS; SrS; Mg.
7) Sulfida yang tidak larut: ZnS (putih); MnS (kuning); SnS
(coklat); CuS (hitam); PbS (hitam); As2S3 (kuning); As2S5
(kuning); SnS2 (kuning); Sb3S3 (jingga); Sb2S5 (jingga).

Kelarutan senyawa dalam air dapat memprediksi adanya kation


dan anion yang terkandung seperti yang disajikan dalam Tabel
3.4 berikut.
Tabel 3.4. Kelarutan Senyawa dalam Air
Anion
Kation
Hidroksida Karbonat Klorida Iodida Nitrat Sulfat
Amonium,
Larut Larut Larut Larut Larut Larut
NH4+
Kalsium, Sedikit
Cukup larut Tidak larut Larut Larut Larut
Ca2+ larut
Aluminium,
Tidak larut Tidak larut Larut Larut Larut Larut
Al3+
Timbal, Tidak Tidak Tidak
Tidak larut Tidak larut Larut
Pb2+ larut larut larut
Seng, Zn2+ Tidak larut Tidak larut Larut Larut Larut Larut
Tembaga,
Tidak larut Tidak larut Larut Larut Larut Larut
Cu2+
Besi (II),
Tidak larut Tidak larut Larut Larut Larut Larut
Fe2+
Besi (III),
Tidak larut Tidak larut Larut Larut Larut Larut
Fe3+
Natrium,
Na+ dan Larut Larut Larut Larut Larut Larut
Kalium, K+

Pengujian kelarutan dapat dilakukan dengan menentukan pelarut


masing-masing secara berurutan yang disajikan pada Tabel 3.5.

62
Tabel 3.5. Daftar Urutan Sistem Pelarut
Urutan Pelarut
Pelarut
Dingin Panas
H2O 1 2
HCl encer 3 4
HCl pekat 5 6
HNO3 encer 7 8
HNO3 pekat 9 10
Aqua regia = air raja = HNO3 pekat : HCl pekat = 1 : 3 (11)

2. Reaksi dengan Beberapa Larutan


a. Uji dengan NaOH dan NH4OH untuk Kation
Pereaksi pokok yang digunakan untuk uji kation adalah
larutan natrium hidroksida dan larutan amonia yang diencerkan.
Reagen ini bereaksi dengan kation untuk memberikan endapan
hidroksida. Sebagai contoh, ion besi (II) memberikan endapan
dari besi (II) hidroksida.
Fe2+ (aq) + 2OH- (aq) Fe(OH)2 (s)
Endapan hijau
Beberapa endapan dilarutkan dalam basa berlebih. Kation
dapat diidentifikasi dari warna endapan dan kelarutannya di
dalam basa berlebih. Garam amonium tidak memberikan
endapan dengan dua basa tersebut, tetapi menghasilkan gas
amonium ketika dihangatkan dengan natrium hidroksida. Gas
tersebut dideteksi oleh bau yang dihasilkan dan diidentifikasi oleh
perubahan kertas lakmus biru menjadi merah. Tabel 3.6
ringkasan mengenai reaksi dari kation dengan dua basa yaitu
NaOH dan NH4OH.

63
Tabel 3.6. Reaksi Kation dengan dua basa yaitu NaOH
dan NH4OH

Larutan NaOH Larutan NH4OH

Apakah ada Apakah ada


Kation Gas endapan endapan
jika jika
Warna Warna
dilarutkan dilarutkan
Endapan Endapan
pada basa pada basa
yang yang
berlebih? berlebih?
Amonium, Amonia Tidak ada - Tidak ada -
NH4+ ditingkat endapan endapan
kan
Tembaga Tidak Biru Tidak Biru Ya, terbentuk
(II), Cu2+ ada gas endapan biru
gelap
Besi (II), Tidak Hijau Tidak Hijau Tidak
Fe2+ ada gas
Besi (III), Tidak Coklat Tidak Coklat Tidak
Fe3+ ada gas
Timbal, Tidak Putih Ya; terbentuk Putih Tidak
Pb2+ ada gas larutan yang
tak berwarna
Kalsium, Tidak Putih Tidak Tidak ada -
Ca2+ ada gas endapan
Aluminiu Tidak Putih Ya; terbentuk Putih Tidak
m, Al3+ ada gas larutan yang
tak berwarna
Seng, Zn2+ Tidak Putih Ya; terbentuk Putih Ya; terbentuk
ada gas larutan yang larutan yang
tak berwarna tak berwarna

b. Uji H2SO4 Encer untuk Anion


Uji dengan menggunakan H2SO4 encer untuk anion dapat
dilihat dalam Tabel 3.7 berikut.

64
Tabel 3.7. Uji dengan H2SO4 encer
No. Pengamatan Kesimpulan
1. Gas yang tidak berwarna CO2 dari karbonat atau
dikeluarkan; gas tidak berbau hidrogen karbonat
dan keruh jika dialirkan ke (bikarbonat).
dalam air kapur.
2. Uap nitroso dikeluarkan; warna NO2 dari nitrit.
coklat-kemerahan, dan
menyebabkan kertas kanji
kalium-iodida hitam-kebiruan.
3. Gas hijau-kekuningan Cl2 dari hipoklorit.
dikeluarkan; bau menyesakkan,
memerahkan lalu memutihkan
kertas lakmus; mengubah kertas
kanji KI menjadi biru; sangat
beracun.
4. Bau asetilena; terbakar dengan C2H2 dari karbida.
nyala yang cemerlang, berasap.
5. Gas tidak berwarna dikeluarkan SO2 dari sulfit.
dengan bau yang menyesakkan;
bengubah kertas saring yang
dibasahi larutan kalium
dikromat yang telah diasamkan
menjadi hijau; menghilangkan
warna dari larutan fuksin.
6. Gas tidak berwarna dikeluarkan, SO2 dan S dari tiosulfat.
memberi uji yang di atas
terhadap SO2; belerang
mengendap dalam larutan.
7. Gas tidak berwarna dikeluarkan; H2S dari sulfida.
bau telur busuk; menghitamkan
kertas saring yang dibasahi
larutan timbal asetat; kertas
kadmium asetat menjadi
kuning.
8. Gas tidak berwarna dikeluarkan; H2S dan S dari polisulfida.
memberi hasil positif pada uji-
uji terhadap H2S di atas;

65
No. Pengamatan Kesimpulan
belerang diendapkan.
9. Bau cuka CH3COOH dari asetat.
10. Gas tidak berwarna dikeluarkan; HCN dari sianida atau dari
bau amandel pahit; sangat heksasianoferat (III) dan
beracun. heksasianoferat (II) yang
larut.
11. Gas tidak berwarna dikeluarkan; O2 dari peroksida dan
menyalakan lagi bilah kayu yang garam perokso dari logam
berpijar. alkali tanah.
12. Gas tidak berwarna dkeluarkan; CO2 dan sedikit HCNO dari
bau menusuk, seperti bau SO2; sianat
menghasilkan kekeruhan bila
dialirkan ke dalam air kapur.
13. Dengan mendidihkan, terbentuk SO2, dsb dari tiosianat
larutan yang kuning dan
dilepaskan SO2 (menghilangkan
warna larutan fuksin, dsb).

c. Uji H2SO4 Pekat untuk Anion


Uji dengan penmabahan H2SO4 Pekat untuk Anion dapat
dilihat dalam Tabel 3.8 berikut.
Tabel 3.8. Uji denga H2SO4 pekat
No. Pengamatan Kesimpulan
1. Gas tak berwarna dikeluarkan HCl dari klorida
dengan bau menusuk dan
berasap dalam udara; asap putih
NH4Cl, ketika menyentuh batang
kaca yang dibasahi dengan
larutan NH3 pekat; Cl2
dilepaskan dengan penambahan
MnO2 produk pengendapan
yang dapat memutihkan kertas
lakmus; mengubah kertas kanji
KI menjadi biru)
2. Gas dikeluarkan dengan bau HBr dan Br2 dari bromide
menusuk, warna kemerahan,

66
No. Pengamatan Kesimpulan
dan berasap dalam udara
lembab; pada penambahan
MnO2 produk pengendapan,
semakin bertambah banyak asap
merah dengan bau brom (asap
mewarnai kertas kanji yang
basah menjadi merah jingga
atau kertas fluoresein menjadi
merah)
3. Dilepaskan uap lembayung, HI dan I2 dari iodide
disertai asap asam yang
menusuk dan sering disertai SO2
dan bahan H2S.
4. Dilepaskan uap coklat- CrO2Cl2 dari klorida bila
kemerahan (warna serupa ada kromat
dengan brom) dengan dialirkan
ke dalam air diperoleh asam
kromat dan asam klorida yang
keduanya mudah diidentifikasi
(endapan kuning PbCrO4
dengan larutan NH3 berlebih
larutan timbel asetat dan asam
asetat atau uji kromium
pentoksida)
5. Dilepaskan uap asam yang HNO2 dan No2 dari nitrat
menusuk, berwarna coklat
berasal dari NO2; warna
tergantung pada penambahan
bubutan tembaga (bila tak ada
nitrit)
6. Gas kuning dikeluarkan dalam ClO2 dari klorat
keadaan dingin dengan bau yang
khas; ledakan atau bunyi
gemertak ketika dipanaskan
7. Gas hijau-kekuningan Cl2 dari klorida, bila ada
dilepaskan; bau merangsang; zat pengoksid
memutihkan kertas lakmus;
membuat kertas kanji KI

67
No. Pengamatan Kesimpulan
menjadi biru; sangat beracun
8. Tabung tamoak berminyak HF dari fluoride atau
ketika dingin; ketika silikofluorida
dipanaskan, dilepaskan gas
berbau menusuk; bila batang
kaca yang dibasahi air
dimasukkan ke dlaam uap,
endpaan seperti gelatine dari
asam silikat mengendap
9. Uap ungu dilepaskan dengan Mn2O7 dari permanganate
ledakan
10. Gas tidak berwarna dikeluarkan; CO dari format, oksalat,
terbakar dengan nyala biru; sianida, heksasianoferat
tidak terjadi pengarangan (III) atau (II)
11. Gas tidak berwarna dikeluarkan, CO dan CO2 dari oksalat
membuat air kapur menjadi
keruh dan juga terbakar dengan
nayal biru; tidak terjadi
penghitaman
12. Gas tidak berwarna dikeluarkan; CO, CO2 dan SO2 dari (a)
terbakar dengan nyala biru dan tartrat dan (b) sitrat
mengeruhkan air kapur; ketika
pemanasan dilanjutkan akan
dilepaskan SO2 dan endapan
dalam tabung
(a) menjadi arang dengan cepat
(bau gula yang terbakar)
(b)menjadi arang dengan lambat
disertai uap
13. Uap yang merangsang Benzoat
dikeluarkan
14. Bau cuka CH3COOH dari asetat
15. Gas tak bnerwarna dikeluarkan, O2 dari peroksida,
menyalakan batang kayu yang beberapa garam perokso
berpijar atau kromat
16. Gas tidak berwarna dikeluarkan, CO dan CoSO4 yang
terbakar dengan nyala biru anhidrat dari
menghasilkan larutan biru tua heksasianokobaltat (III)

68
No. Pengamatan Kesimpulan
17. Ketika dingin warna menjadi COS, SO2 dan S dari
kuning dengan dipanaskan tiosianat
terjadi reaksi yang keras
menghasilkan COS (terbakar
dengan nayala biru) SO2
(menghilangkan warna larutan
fuksin, dsb) dan dibebaskan S
18. Uap merah dari Br2 (mengubah Br2 dan O2 dari bromat
kertas fluoresin menjadi merah)
dan dilepaskan O2

d. Uji Beberapa Larutan untuk Anion


Tiga anion dapat diidentifikasi oleh endapan yang mana
larutannya menghasilkan reagen yang berbeda. Ketiga ion
tersebut yaitu:
(a) Klorida: bereaksi dengan ion perak dari perak nitrat encer
untuk menghasilkan endapan putih dari perak
klorida
Ag+ (aq) + Cl- (aq) AgCl (s)
Endapan putih
(b) Iodida: bereaksi dengan ion timbal dari timbal (II) nitrat
encer untuk menghasilkan endapan kuning dari
timbal (II) iodida.
Pb2+ (aq) + 2I- (aq) PbI2 (s)
Endapan kuning
(c) Sulfat: bereaksi dengan ion barium dari barium nitrat encer
untuk menghasilkan endapan putih dari barium
sulfat.
Ba2+ (aq) + SO42- (aq) BaSO4 (s)
Endapan putih
Pada semua uji diatas, melarutkan asam nitrat biasanya juga
ditambahkan untuk menghilangkan anion-anion yang lain,
seperti karbonat yang mungkin juga memberikan endapan
dengan reagen.

69
(d) Karbonat: diidentifikasi oleh penambahan asam klorida
atau asam nitrat yang diencerkan. Karbonat bereaksi
dengan asam untuk menghasilkan gas karbon
dioksida yang mengubah air kapur seperti susu.
Asam sulfat dapat juga digunakan untuk uji ini,
karena beberapa karbonat bereaksi sangat lambat
dengan asam ini dan menghasilkan sangat sedikit
gas untuk menguji air kapur.
(e) Nitrat: diidentifikasi oleh mereduksi nitrat dengan logam
aluminium dan natrium hidroksida encer. Gas
amonia di hasilkan dalam reduksi dan hal ini
diidenfikasi dengan membasahi kertas lakmus
merah. Gas hidrogen juga dihasilkan dalam uji ini,
oleh reaksi antara aluminium dengan natrium
hidroksida.
Uji anion diringkas dalam Tabel 3.9 berikut.
Tabel 3.9. Uji untuk Anion
Anion Uji Hasil Positif
1. Karbonat, CO32- Ditambahkan asam Gelembung gas
encer (asam klorida, (karbon dioksida)
asam sulfat, dan dihasilkan. Gas
asam nitrat) mengubah air kapur
menjadi seperti susu.
2. Klorida Cl- Mengasamkan Terbentuk endapan
(dalam larutan) larutan dengan putih
mengencerkan asam
nitrat, kemudian
penambahan perak
nitrat encer
3. Iodida, I- (dalam Mengasamkan Terbentuk endapan
larutan) larutan dengan kuning
mengencerkan asam
nitrat, kemudian
penambahan timbal
(II) nitrat encer
4. Nitrat, NO3- Penambahan Dihasilkan gas
(dalam larutan) berlebih natrium amonia. Gas

70
Anion Uji Hasil Positif
hidroksida encer dan mengubah kertas
kertas aluminium, lakmus merah
kemudian menjadi biru
dihangatkan. (hidrogen juga
dihasilkan tetapi
tidak signifikan)
5. Sulfat (IV), SO42- Mengasamkan Terbentuk endapan
(dalam larutan) larutan dengan putih
mengencerkan asam
nitrat, kemudian
penambahan barium
nitrat encer

3. Uji Pemanasan
Sampel padat jika dipanaskan dapat digunakan untuk
memprediksi sampel dilihat dari perubahan warna dan gas yang
terjadi selama pemanasan. Uji pemanasan dapat dilakukan
dengan cara memasukkan sedikit serbuk zat ke dalam tabung
reaksi, selanjutnya dipanaskan dengan hati-hati.
Perubahan warna yang dihasilkan berbeda pada masing-
masing senyawa dan ion yang terkandung. Perubahan warna dan
gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam Tabel 3.10 dan Tabel 3.11
berikut.
Tabel 3.10. Uji Pemanasan
Kemungkinan Senyawa dalam
No. Pengamatan
Padatan
1. Perubahan warna : Tembaga (II) karbonat
hijau menjadi hitam
2. Perubahan warna : biru Tembaga (II) sulfat
menjadi putih
3. Perubahan warna : Seng karbonat
ketika dingin hitam
menjadi putih, ketika
panas putih menjadi
kuning
4. Mengeluarkan gas : Karbonat

71
Kemungkinan Senyawa dalam
No. Pengamatan
Padatan
karbondioksida
5. Mengeluarkan gas : Oksida atau nitrat
oksigen
6. Mengeluarkan gas : Garam amonium
amonia
7. Padatan menyublim Garam amonium
(tidak ada sisa)

Tabel 3.11. Uji Pemanasan


No. Pengamatan Kesimpulan
(a) Zat berubah warna
1. Menghitam karena karbon memisah, Zat-zat organik
sering disertai pembakaran seperti tartrat dan
sitrat
2. Menghitam tidak disertai Garam-garam Cu,Mn,
pembakaran atau bau dan Ni pada suhu
yang tinggi sekali
3. Dingin berwarna putih, ketika panas ZnO dan banyak
berwarna kuning garam-garam Zn
4. Ketika dingin kuning, ketika panas SnO2 atau Bi2O3
coklat-kekuningan
5. Ketika dingin kuning, ketika panas PbO dan beberapa
kuning garam Pb
6. Ketika dingin coklat, ketika panas CdO dan banyak
coklat garam Cd

7. Ketika dingin coklat, ketika panas Fe2O3


merah sampai hitam
(b) Keluar gas atau uap
1. Keluar air, lalu diuji dengan kertas Senyawa-senyawa
lakmus dengan air kristal,
garam ammonium,
garam asam, asam-
Air bersifat basa oksi, hidroksida
Air bersifat asam Garam ammonium

72
No. Pengamatan Kesimpulan
Garam dari asam kuat
yang mudah terurai,
dan asam lain
2. Keluar oksigen Nitrat, klorat,
perklorat, bromat,
iodat, peroksida,
garam-garam per dan
permanganate
3. Dinitrogen oksida dan keluar uap Ammonium nitrat
atau nitrat yang
bercampur dengan
suatu garam
ammonium
4. Asap coklat-tua atau kemerahan Nitrat atau nitrit dari
(oksida-oksida nitrogen); bereaksi logam berat
asam
5. Keluar karbon dioksida Karbonat, hidrogen
(mengeruhkan air kapur) karbonat, oksalat,
dan senyawa-senyawa
organik.
6. Keluar karbon monoksida (terbakar Oksalat.
dengan nyala biru membentuk
karbon dioksida); gas beracun
7. Keluar sianogen (terbakar dengan Sianida dari logam-
nyala lembayung dan bau khas); gas logam berat, misalnya
sangat beracun Hg dan Ag;
K3[Fe(CN)6].
8. Keluar aseton (terbakar dengan nyala Asetat.
cemerlang).
9. Keluar amonia (bau: merubah kertas Garam amonium;
lakmus merah menjadi biru; merubah kompleks amina
kertas merkurium (I) nitrat menjadi tertentu.
hitam.
10. Keluar fosfina (bau ikan, mudah Fosfit dan hipofosfit.
terbakar); sangat beracun.
11. Keluar belerang dioksida (bau Sulfit normal dan
belerang yang terbakar; mengubah sulfit asam; tiosulfat;

73
No. Pengamatan Kesimpulan
kertas kalium dikromat menjadi sulfat-sulfat tertentu.
hijau; menghilangkan warna larutan
fuksin).
12. Keluar hidrogen sulfida (bau telur Sulfida asam; sulfida
busuk; mengubah kertas timbel asetat berhidrat.
menjadi hitam atau kertas kadmium
asetat menjadi kuning).
13. Keluar klor (gas hijau-kekuningan; Klorida-klorida yang
memutihkan kerta lakmus; merubah tak stabil, misalnya
kertas kalium iodida-kanji menjadi dari Cu, Au, dan Pt;
biru); sangat beracun. klorida-klorida yang
disertai zat-zat
pengoksid.
14. Keluar brom (uap coklat-kemerahan; Sumber-sumber yang
bau menyesakkan nafas; mengubah serupa seperti klor.
kertas fluoresein menjadi merah).
15. Keluar iod (uap lembayung yang Iod bebas dan iodida-
mengembun menjadi kristal-kristal iodida tertentu.
hitam).

4. Uji Nyala
Uji nyala dapat dilakukan menggunakan kawat paltina / Ni-
Cr (lihat teknik eksperimen), selain itu uji nyala dapat dilihat
tanpa atau dengan menggunakan kaca kobalt. Berbagai macam
warna yang dihasilkan dari beberapa unsur dapat dilihat pada
Gambar 3.1, Tabel 3.12 dan Tabel 3.13.

Ungu (K) Kuning (Na) Oranye (Ca) Merah (Li)

74
Kuning Emas Biru Pucat
Biru (Cu) Hijau (Ba)
(Fe) (As)
Gambar 3.1. Perbedaan Warna Nyala

Tabel 3.12. Uji Nyala tanpa Kaca Kobalt


Pengamatan Kesimpulan
Nyala kuning-keemasan Natrium
Nyala lembayung (lila) Kalium
Nyala merah-karmin (merah) Litium
Nyala merah-bata (merah- Kalsium
kekuningan)
Nyala merah-tua agak Strontium
keunguan
Nyala hijau-kekuningan Barium (molibdenum)
Nyala hijau Borat, tembaga (talium).
Nyala biru-keabuan (kawat Timbel, arsenik, stibium,
perlahan-lahan berkorosi). birmut, tembaga

Tabel 3.13. Uji Nyala dengan Kaca Kobalt


Pewarnaan Nyala Pewarnaan Nyala Kesimpulan
melalui Kaca
Kobalt
Kuning-keemasan Tidak ada warna Natrium
Lembayung Merah-tua agak Kalium
keunguan
Merah-bata Hijau-muda Kalsium
Merah-tua agak Ungu Strontium
keunguan
Hijau-kekuningan Hijau-kebiruan barium

75
5. Uji Gas
Reaksi pengenalan gas yang terjadi dari suatu reaksi akan
membantu dalam menentukan unsur yang terkandung di dalam
analit, misalnya adanya gas H2S yang terjadi dapat ditunjukkan
dengan menghitamnya kertas saring yang diberi larutan Pb(II)
asetat. Jika gas H2S yang dihasilkan berasal dari reaksi antara
analit dengan asam klorida, maka kemungkinan analit
mengandung anion sulfida. Uji gas disajikan pada Tabel 3.14.
Tabel 3.14. Uji Gas
No. Gas Uji Hasil Positif
1. Amonia Pegang kertas litmus Kertas lakmus merah
merah dan letakkan di berubah menjadi biru.
dalam gas
2. Karbon Lewatkan gas melalui Air kapur berubah
dioksida air kapur seperti susu
3. Klorin Pegang kertas lakmus Kertas lakmus biru
biru dan letakkan di berubah menjadi
dalam gas merah, kemudian
putih (pemutihan).
4. Hidrogen Oleskan kayu yang Gas terbakar
terbakar ke dalam gas
5. Oksigen Letakkan kayu yang kayu menyala lebih
menyala ke dalam gas terang
6. Sulfur ambil setetes larutan Oranye dikromat (IV)
dioksida kalium dikromat (VI) berubah menjadi
pada segaris kertas hijau.
saring dan pegang
kertas pada gas.

Berikut beberapa reaksi pengenalan gas yang lain antara lain:


a) Gas oksigen (O2), diidentifikasi dengan cara memanaskan
campuran serbuk kalium klorat dan batu kawi dalam tabung
reaksi dan memeriksa gas yang terjadi dengan lidi atau kayu
yang membara. Cara lain yaitu dengan meneteskan hidrogen
peroksida pada larutan kalium permanganat yang diberi asam
sulfat encer. Selanjutnya memeriksa gas yang terjadi dengan
lidi atau kayu yang membara

76
b) Gas Hidrogen, diidentifikasi dengan cara menambahkan
asam klorida encer ke dalam tabung reaksi yang berisi serbuk
atau butiran seng, kemudian mulut tabung sementara ditutup.
Cara yang lain yaitu dengan memanaskan campuran serbuk
seng atau aluminium dengan larutan natrium hidroksida atau
kalium hidroksida. Selanjutnya memeriksa gas yang terjadi
dengan memasukkan api ke mulut tabung reaksi yang sudah
dibuka.
c) Gas Klorin, diidentifikasi dengan cara memanaskan
campuran serbuk mangan dioksida dengan asam klorida pekat
dalam suatu tabung reaksi, kemudian memeriksa gas dengan
meletakkan pengaduk gelas yang dibasahi larutan ammonia
pekat pada mulut tabung reaksi. Selanjutnya, mengalirkan gas
yang terjadi ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan kalium
iodida + kanji.
d) Gas Asam bromida, diidentifikasi dengan cara
mencampurkan padatan natrium bromida atau kalium
bromida dengan mangan dioksida dalam tabung reaksi,
meneteskan asam sulfat pekat (jika perlu dipanaskan),
kemudian memeriksa gas yang terjadi dengan kertas lakmus
biru yang sudah dibasahi. Selanjutnya, mengalirkan gas yang
terjadi ke dalam tabung reaksi yang berisi campuran kalium
iodida + kanji.
e) Gas Iodida, diidentifikasi dengan cara mencampurkan
padatan kalium iodida atau natrium iodida dengan mangan
dioksida dalam tabung reaksi, menetesi dengan asam sulfat
pekat (jika perlu dipanaskan), kemudian memeriksa gas
dengan kertas lakmus biru basah. Selanjutnya, mengalirkan
gas yang terjadi ke dalam larutan kanji.
f) Gas amonia, diidentifikasi dengan cara amonium sulfat
padat diberi larutan natrium hidroksida, kemudian
dipanaskan. Gas yang terjadi diperiksa dengan menggunakan
kertas lakmus merah basah atau spatula yang sudah
dicelupkan ke dalam asam klorida pekat pada mulut tabung
reaksi.

77
g) Gas karbon dioksida, diidentifikasi dengan cara kalium
karbonat padat diberi asam klorida. Selanjutnya, mengalirkan
gas yang terjadi ke dalam larutan kalsium hidroksida atau air
barit.
h) Gas asam sulfida, diidentifikasi dengan cara besi (II) sulfida
padat diberi asam klorida encer, lalu gas yang keluar diperiksa
dengan menggunakan larutan timbal (II) asetat.

6. Latihan
a. Organoleptik
Apa yang dimaksud dengan analisis pendahuluan secara
organoleptik, berikan contoh!
Penyelesaian
Analisis organoleptik adalah analisis pendahuluan dengan
melihat fasa, bentuk, warna, dan kelarutannya dalam suatu
pelarut.
Contoh
NaCl fasa padat, bentuk kristal, warna putih, kelarutan larut
dalam air dingin.
b. Reaksi dengan Beberapa Larutan
Sebutkan pereaksi-pereaksi yang digunakan untuk analisis
pendahuluan!
Penyelesaian
H2SO4 pekat dan encer, NaOH
c. Uji Pemanasan
Berikan contoh perubahan yang terjadi apabila suatu sampel
padat jika dipanaskan!
Penyelesaian
Jika zat berwarna biru dan dipanaskan berubah menjadi
putih maka sampel tersebut kemungkinan adalah
CuSO4.5H2O.
d. Uji Nyala
Jika pada uji nyala menunjukkan warna kuning maka diduga
mengandung kation....

78
Penyelesaian
Kation Na+
e. (Uji Gas)
Jelaskan identifikasi gas CO2! Jika terjadi gas CO2 anion
yang diduga adalah....
Penyelesaian
Sampel ditambah HCl kemudian gas yang terjadi dialirkan
ke dalam air kapur, akan terjadi endapan putih dari CaCO 3
diduga berasal dari anion karbonat (CO32-).

7. Rangkuman
Analisis pendahuluan terdiri atas analisis organoleptik
dengan melihat fasa, bentuk, warna, dan kelarutannya dalam
suatu pelarut, hasil reaksi dengan penambahan pereaksi tertentu,
uji pemanasan, uji nyala, dan uji gas.

C. Evaluasi
1. Suatu sampel memiliki fasa padat, bentuknya serbuk
berwarna putih, tidak larut dalam air tetapi larut di dalam
HCl dan mengeluarkan gas yang tidak berwarna dan tidak
berbau. Gas tersebut jika dialirkan ke dalam air kapur akan
menghasilkan endapan sehingga air kapur menjadi keruh.
Sampel tersebut jika dilakukan uji nyala memberikan nyala
merah bata. Prediksikan kation dan anion yang terdapat
dalam sampel tersebut serta tuliskan semua reaksi yang
terjadi!
2. Suatu sampel berupa padatan dan berwarna biru larut dalam
air dan menghasilkan larutan yang berwarna biru. Jika
padatan tersebut dipanaskan menghasilkan padatan
berwarna putih. Prediksikan sampel tersebut!

79
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Sistematika Analisis Pendahuluan

1. Amati zat-zat yang telah disediakan dan lakukan uji


organoleptik pada zat-zat tersebut meliputi warna, wujud,
dan kelarutannya (lakukan secara teoritis khusus untuk
kelarutan)!
No. Senyawa Warna Wujud Kelarutan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
...

2. Berdasarkan zat-zat yang telah diobservasi di atas, pilih 10


dari zat tersebut dan lakukan pembahasan secara teoritis, jika
dlakukan pengujian pada kesepuluh zat tersebut meliputi uji
panas, uji api, uji dengan asam sulfat encer, dan
pekat !
a. Uji Pemanasan
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
b. Uji Nyala
.......................................................................................................
.......................................................................................................

80
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
c. Uji dengan Asam Sulfat Encer
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
d. Uji dengan Asam Sulfat Pekat
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................
.......................................................................................................

D. Daftar Bacaan
Briggs, J. G. R. 2000. Science in Focus Chemistry for GCE ‘O’
Level. Singapore: Pearson Education Asis Pte Ltd
Sawyer, Heineman, and Beebe.1984. Chemistry Experiments for
Instrumental Methods. New York: John Wiley & Sons
Sorum, Clarence Harvey, and Lagowski, J. J. 1977. Introduction
to Semimicro Qualitative Analysis. United State of
America: Prentice-Hall Inc
Svehla, G, 1979. Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro
Qualitative Inorganic Analysis. Fifth ed. London:
Longman Group Limited

81
BAB IV.
SISTEMATIKA ANALISIS KATION MENURUT
SISTEM H2S

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Materi
Analisis kualitatif kation dan anion menurut sistem H 2S
digunakan untuk menentukan kation dan anion dalam suatu
sampel yang berbentuk padat atau cair. Jika sampel berbentuk
padat maka harus dicari pelarutnya sehingga semua reaksi yang
digunakan adalah reaksi basah. Analisis kation menurut sistem
H2S dapat memisahkan ke dalam golongan I sampai V dengan
menggunakan pereaksi tertentu. Setiap golongan dapat dianalisis
dan diidentifikasi untuk tiap kation-kation. Pada umumnya ion-
ion yang umum dianalisis terdiri atas kation yang tersebar dalam
lima golongan yaitu Ag+, Pb2+, Hg22+, Hg2+, Bi3+, Cu2+, Cd2+, Sn2+,
Sn4+, Sb3+, As3+, Fe2+, Fe3+, Al3+, Cr3+, Mn2+, Zn2+, Ni2+, Co2+, Ba2+,
Ca2+, Mg2+, Na+, K+, NH4+. Anion yang meliputi Cl-, Br-, I-, NO3-,
C2H3O2- (asetat), S2-, SO42-, SO32-, CO32-, BO33-, CrO42-, PO43-,
AsO43-.
Masing-masing kation dalam satu golongan dapat dianalisis
dan diidentifikasi setiap kationnya menggunakan pereaksi-
pereaksi tertentu. Demikian juga untuk setiap anion dapat
ditunjukkan identifikasinya secara khusus.

2. Tujuan Pembelajaran
a. Mahasiswa memahami sistematika analisis kation.
b. Mahasiswa mampu membuat skema analisis kation masing-
masing golongan.
c. Mahasiswa terampil menganalisis kation dalam sampel.

B. Materi
1. Analisis Kation Secara Umum
Analisis kation sistem basah menggunakan sistem H 2S,
sampe perlu dipersiapkan dalam keadaan larutan. Analisis kation

82
bergantung pada reaksi ion-ion, dengan cara melarutkan zat
kedalam air dingin kemudian dipanaskan. Jika dengan
menggunakan pelarut air tidak dapat larut, dapat menggunakan
pelarut lain dengan urutan: asam klorida encer, asam klorida
pekat, asam nitrat encer, asam nitrat pekat masing-,masing mulai
dari larutan yang dingin kemudian yang panas, dan pelarut
terakhir digunakan air raja (volume HCl pekat dan HNO3 pekat
dengan perbandingan 3:1). Kebanyakan zat akan larut dalam air
dan asam klorida encer. Jika menggunakan asam klorida pekat,
larutan harus diencerkan cukup banyak, apabila tidak kation-
kation tertentu, seperti kadmium dan timbel, tidak akan
diendapkan oleh hidrogen sulfida. Jika asam nitrat pekat atau air
raja digunakan sebagai pelarut, larutan harus diuapkan samai
hampir kering, kemudian ditambahkan sedikit asam klorida, dan
larutan diuapkan kembali dan diencerkan dengan air untuk
melarutkan nitrat (atau klorida). Penguapan perlu dilakukan
karena asam nitrat dapat bereaksi dengan hidrogen sulfida yang
digunakan dalam analisis Golongan.
Pemisahan kation ke dalam golongan-golongan pada skala
semimikro, dapat dilakukan dengan beberapa tahapan. Tahap
pertama dilakukan dengan menambahkan 2 tetes HCl encer pada
1 mL larutan jernih dalam tabung sentrifuge 3 ml atau tabung uji
4 mL. Jika terbentuk endapan, aduk dan tambahkan 1-2 tetes
untuk memastikan pengedapan yang sempurna. Selanjutnya, cuci
endapan dengan beberapa tetes air dingin, dan tambahkan pada
filtrat. Endapan yang dihasilkan dapat mengandung: PbCl 2
(putih), Hg2Cl2 (putih), AgCl (putih) yang menunjukkan adanya
kation Golongan I (golongan perak) dan filtrat sisa dari endapan.
Fitrat tersebut selanjutnya diuji untuk memisahkan kation
Golongan II dengan cara menambahkan 1 tetes HCl encer pada
filtrat yang tidak mengandung endapan, tambahkan 4 tetes
larutan H2O2 3%dan panaskan pada penangas air selama 2-3
menit. Sesuaikan konsentrasi HCl menjadi 0,3M. Alirkan H 2S
melalui larutan panas, dan dilakukan setrifuge dan pencucian
endapan. Dihasilkan endapan dan filtrat yang termasuk kation

83
Golongan II. Endapan yang dihasilkan dapat mengandung: HgS
(hitam), PbS (hitam), Bi2S3 (hitam atau coklat tua), CuS (hitam),
CdS (kuning), SnS2 (kuning), Sb2S3 (jingga), As2S3 (kuning) yang
menunjukkan kation golongan IIA dan IIB (golongan tembaga
dan arsenik) dan filtrat sisa dari endapan.
Fitrat dari kation golongan II diuji untuk memisahkan
golongan III dengan cara memindahkan filtrat ke dalam tabung
didih semimikro dan menghilangkan H2S dengan cara
mendidihkan. Tambahkan 3 tetes HNO3 pekat dan di didihkan
untuk mengoksidasi besi (II) yang mungkin terdapat dalam filtrat
menjadi besi (III). Tambahkan NH4Cl dan NH4OH dalam susasan
basa. Endapan yang dihasilkan mengandung: Fe(OH)3 (coklat-
kemerahan), Cr(OH)3 (hijau), Al(OH)3 (putih), MnO2.xH2O
(coklat) yang merupakan kation Golongan IIIA (golongan besi)
dan filtrat sisa dari endapan.
Filtrat dari pemisahan golongan IIIA dilakukan uji
berikutnya untuk memisahkan golongan IIIB dengan
menambahkan 1-2 tetes larutan NH3 encer, lalu dipanaskan dan
di aliri H2S selama 1 menit. Selanjutnya disentrifuge dan dicuci.
Hasil sentrifuge didapatkan endapan berupa endapan dan filtrat.
Endapan dapat mengandung: CoS (hitam), NiS (hitam), MnS
(merah muda), ZnS (putih) yang termasuk kation golongan IIIB
(golongan besi) dan filtrat dari endapan kation golongan IIIB.
Filtrat golongan III ditambahkan perekasi NH4Cl, NH4OH
dan (NH4)2CO3 untuk menghasilkan endapan. Endapan dari
endapan dapat mengandung: BaCO3 (putih), SrCO3 (putih),
CaCO3 (putih) yang merupkan kation golongan IV (golongan
kalsium) dan filtrat yang dihasilkan mengandung Mg2+, Na+, dan
K+. Hasil akhirnya berupa endapan putih yang menunjukkan
adanya kation golongan V (golongan alkali). Kation NH4+
termasuk kation golongan V, namun untuki mengidentifikasi
NH4+ harus diambil dari sampel asli. Hal tersebut disebabkan
karena selama pemisahan banyak ditambahkan pereaksi yang
mengandung kation NH4+ seperti NH4Cl, NH4OH dan (NH4)2CO3.

84
2. Analisis Kation Golongan I
Endapan Golongan I yang mungkin mengandung PbCl2,
AgCl, dan Hg2Cl2. Pemisahan kation Golongan I dapat dilakukan
dengan cara menambahkan endapan dengan 1 ml air panas,
panaskan tabung reaksi dalam penangas air mendidih selama 1-2
menit, dan diaduk terus-menerus. Sentrifuge dengan cepat;
pisahkan larutan dari endapan dengan pipet kapiler dan
pindahkan larutan jernih ke dalam tabung sentrifuge. Hasil
sentrifuge adalah endapan dan filtrat. Filtrat dari pemisahan
pertama ini dapat mengandung PbCl2 dan ditambahkan 2 tetes
larutan amonium asetat dan 1 tetes larutan K2Cr2O7, dan
dihasilkan endapan kuning PbCrO4 yang menunjukkan adanya
timbal dalam filtrat tersebut. Berbeda dengan endapan yang
dihasilkan dapat mengandung Hg2Cl2 dan AgCl, dan juga
sebagian PbCl2 yang tidak larut. Pemisahan PbCl2 dilakukan
dengan cara meletakkan tabung dalam penangas air mendidih
selama 1 menit, sentrifuge dan buang larutan. Endapan yang
dihasilkan ditambahkan dengan 0,5 ml NH4OH encer dan panas,
diaduk dan disentrifuge. Hasil sentrifuge didapatkan endapan
dan filtrat. Endapan yang dihasilkan berwarna hitam yang
mungkin mengandung Hg ditambah Hg(NH 2)Cl yang
menunjukkan adanya merkurium, sedangkan filtrat dapat
mengandung [Ag(NH3)2]+ ditambahkan HCl encer atau HNO3
encer hingga bersifat asam, dan didapatkan hasil berupa endapan
putih AgCl yang menunjukkan adanya perak.
Penggunaan larutan dingin bertujuan untuk memaksimalkan
pengendapan. Penggunaan HCl pada kation golongan I
membentuk endapan dengan asam klorida encer. Hal tersebut
didasarkan pada kelarutannya. Penggunaan HCl yang sedikit
berlebih dimaksudkan untuk memperkecil kelarutan, tetapi
kelebihan yang terlalu banyak akan dapat menyebabkan
pembentukan kompleks yang larut.

85
3. Analisis Kation Golongan II
Pemisahan kation golongan II dapat dilakukan melalui
endapan yang diperoleh dengan H2S dengan adanya HCl encer
0,3M dan mengahasilkan endapan yang mengandung sulfida,
seperti HgS, Bi2S3, CuS, CdS, As2S3, Sb2S3, dan SnS2. Endapan
yang dihasilkan diuji dengan menambahkan 1,5 ml larutan KOH
2M, dan dipanaskan dalam penangas air mendididh selama 3
menit dan sambil diaduk. Tambahkan 4 tetes air H 2S jenuh,
diaduk dan di sentrifuge. Hasil yang didapatkan berupa endapan
dan filtrat yang dibagi lagi menjadi golongan IIA dan IIB. Analisis
kation pada golongan IIA dihasilkan filtrat yang mengandung
logam Golongan IIB, sedangkan endapan dapat mengandung
HgS, PbS, Bi2S3, CuS, dan CdS. Cuci endapan dengan 0,5 ml air
dan tuangkan air cucian dengan filtrat. Tambahkan 1 – 1,5 ml
HNO3 encer ke dalam endapan, letakkan dalam penangas air
mendidih, dan panaskan selama 2-3 menit dan sambil diaduk.
Selanjunya di sentrifuge dan dihasilkan endapan dan filtrat.
Endapan yang dihasilkan berwarna hitam (HgS), lalu di cuci
dengan 0,5 ml air dan buang air hasil cucian. Endapan yang
dihasilkan dianalisis kembali dengan cara menambahkan tetes
laruan NaOCl dan 1 tetes HCl encer. Panaskan pada penangas air
selama 1 menit. Pada larutan jernih tambahkan 1-2 tetes larutan
SnCl2 dan dihasilkan endapan putih menjadi abu-abu atau hitam
yang menunjukkan adanya Hg(II) di dalamnya.
Filtrat hasil pemisahan kedua dapat mengandung Pb2+, Bi2+,
Cu2+, dan Cd2+. Tambahkan larutan NH3 pekat berlebih ke dalam
filtrat, dan dilakukan sentrifuge untuk memisahkan endapan dan
filtrat. Filtrat dapat mengandung [Cu(NH 3)4]2+ dan [Cd(NH3)4]2+.
Jika filtrat yang dihasilkan tidak berwarna, menandakan bahwa
tidak ada Cu. Dilanjutkan pada uji Cd dengan mengalirkan H 2S
selama 10 detik ke dalam larutan amoniakal. Hasilnya didapatkan
endapan kuning CdS yang menunjukkan adanya Cd. Jika filtrat
yang dihasilkan berwarna biru menunjukkan bahwa ada Cu.
Kemudian, bagi larutan menjadi 2 dengan volume yang berbeda.
Pada volume yang berukuran kecil, diasamkan dengan

86
menggunakan asam asetat dan tambahkan setetes larutan
K4[Fe(CN)3]. Hasilnya berupa endapan coklat kemerahan setelah
didiamkan selama 2-3 menit, menunjukkan bahwa adanya Cu
didalam filtrat. Volume yang belih banyak diteteskan larutan KCN
dengan diaduk, hingga warna biru pada filtrat hilang.
Selanjutnya, aliri H2S selama 30-40 detik. Hasil yang didapatkan
berupa endapan kuning CdS yang menunjukkan adanya Cd.
Pemisahan dan identifikasi kation Golongan IIB pada skala
semimikro dilakukan dengan cara memisahkan filtrat dari
golongan IIA. Filtrat dari golongan tembaga (Golongan IIA) dapat
mengandung AsO33-, AsS33-, SbO2-, SbS2-, [Sn(OH)6]2-, SnS32- dan
sedikit HgS22-. Pindahkan filtrat ke dalam labu Erlenmeyer kecil,
tambahkan HCl pekat setetes demi setetes dengan diaduk
campuran bersifat asam. Selanjutnya, aliri dengan H 2S selama
30-60 detik untuk memastikan pengendapan yang sempurna dari
sulfida-sulfida. Pembentukan endapan menyatakan kemungkinan
adanya HgS, As2S3, Sb2S3, dan SnS2. Sentrifuge sekitar 2,5 ml
campuran, buang cairan supernatan dengan menggunakan pipet
tetes. Pindahkan sisa campuran dalam labu ke dalam tabung
sentrifuge, dan dilakukan sentrifuge, buang hasil larutan: cuci
endapan dengan sedikit air, air hasil cucian dibuang. Endapan
yang terbentuk selanjutnya ditambahkan 0,5 – 1 ml HCl pekat,
letakkan pada penangas air panas selama 2-3 menit dan
seringkali diaduk. Sentrifuge hingga terbentuk endapan dan
filtrat. Pindahkan filtrat ke tabung uji 4 ml, cuci endapan degan
0,3 ml HCl encer dan tambahkan air cucian ke dalam tabung uji
tersebut.
Hasil endapan dan filtrat, dimana filtrat yang mungkin
mengandung Sb3+ dan Sn4+ dibagi menjadi dua bagian. Bagian
pertama dibuat dalam keadaan tepat basa dengan larutan NH 3
pekat, tambahkan 0,3 g asam oksalat, dan alirkan H 2S selaam 20-
30 detik hingga terbentuk endapan jingga dari Sb2S3 yang
menunjukkan adanya Sb. Selain cara tersebut, dapat dilakukan
dengan cara mengambil 2 tetes larutan yang diteteskan pada
lempeng bercak, tambahkan kristal kecil NaNO2, aduk dan

87
tambahkan 2 tetes reagensia Rhoamina-B yang menghasilkan
warna lembayung yang menunjukkan adanya Sb dalam filtrat
tersebut. Pada bagian kedua masukkan 2 cm kawat besi yang
bersih atau 20 mg kikiran besi, dan panaskan pada penangas air
selama 3-5 menit. Sentrifuge hingga terbentuk endapan,
tambahkan 2 tetes larutan HgCl2 pada endapan dan terbentuk
kembali endapan putih Hg2Cl2 atau endapan abu-abu Hg yang
menunjukkan adanya Sb. Cara lain yang dapat dilakukan pada
bagian filtrat yang kedua dengan menambahkan 0,2-0,3 ml
larutan dengan 5-10 mg bubuk Mg, tambahkan 2 tetes larutan
FeCl3, 2-3 tetes larutan asam tartarat 5%, 1-2 tetes reagensia
dimetilglioksima, dan kemudian larutan NH3 encer sampai basa
dan terbentuk warna merah yang menunjukkan adanya Sb.
Endapan berupa endapan yang mungkin mengandung HgS
dan As2S3. Jika kemungkinan, hanya ada As2S3 dapat dilakukan
dengan cara mencuci endapan dengan 5 tetes air, buang air hasil
cucian dan tambahkan endapan dengan 0,5 ml NH3 encer, aduk,
dan sentrifuge. Hasil sentrifuge didapatkan endapan dan filtrat.
Endapan yang dihasilkan jika berwarna gelap (HgS) menandakan
adanya Hg dalam endapan tersebut. Pada filtrat ditambahkan
HNO3 encer sampai asam dan terbentuk endapan kuning As2S3
yang menunjukkan adanya As. Sentrifuge dan buang air cucian.
Larutan endapan dalam 0,5 ml NH3 encer panas, tambahkan 0,5
ml H2O2 3% dan panaskan pada penangas air selama 3 menit
(untuk mengoksidasi arsenit menjadi arsenat). Tambahkan 4
tetes reagensia Mg(NO3)2, dan aduk hingga terbentuk endapan
putih dari Mg(NH4)AsO4. Sentrifuge dan buang filtrat.
Tambahkan 2 tetes larutan AgNO3 dan 1 tetes asam asetat encer,
terbentuk endapan merah kecoklatan dari Ag3AsO4.
Sulfida golongan II memiliki Ksp yang sangat rendah
sehingga konsentrasi ion sulfida dijaga relatif rendah, untuk
menghindari pengendapan sulfida golongan III dan IV.
Konsentrasi ion sulfida dikontrol dengan mengatur konsentrasi
H+. Larutan H2O2 ditambahkan dengan tujuan untuk
mengoksidasi Sn2+ menjadi Sn4+ sehingga dihasilkan endapan

88
SnS2. Kelebihan H2O2 diuraikan dengan mendidihkan sebelum
dialiri H2S. Konsentrasi H+ dibuat 0,3 M, karena dengan
konsentrasi asam yang lebih tinggi Pb(II), Cd(II), dan Sn(II)
mengendap tidak sempurna dan jika terlalu rendah sulfida
golongan IIIB ikut mengendap.

4. Analisis Kation Golongan III


Hasil sentrifuge dari Golongan II didapatkan endapan yang
digunakan untuk pemisahan dan identifikasi kation Golongan III
yang dibedakan lagi menjadi 2 yaitu Golongan IIIA dan IIIB.
Pemisahan kation Golongan IIIA dimulai dari endapan yang
dihasilkan dengan mencuci endapan dengan menambahkan
sedikit NH3 encer. Endapan mungkin mengandung Fe(OH)3,
Al(OH)3, Cr(OH)3, dan sedikit MnO2.xH2O. Pindahkan endapan
ke sebuah tabung didih semimikro dengan mengunakan 2 ml
larutan NaOH, tambahkan 1 ml larutan H2O2 3% atau 0,2 g
natrium peroksoborat (NaO3.4H2O). Didihkan secara perlahan
sampai pembebasan O2 berhenti dibutuhkan waktu sekitar 1
menit. Pindahkan campuran dengan menggunakan sedikit air ke
dalam sentrifuge dan di sentrifuge. Hasil sentrifuge didapatkan
endapan dan filtrat. Endapan mungkin mengandung Fe(OH) 3 dan
MnO2.xH2O. Selanjutnya, cuci endapan dengan beberapa tetes air
panas atau larutan NH4NO3 2% dan tambahkan cucian ke A.
Larutkan endapan dalam 0,5 ml HNO3 encer dan jika perlu
tambahkan 2 tetes larutan H2O2 3% atau setetes larutan H2SO3
jenuh. Hangatkan pada penangas air untuk menguraikan H 2O2
berlebih. Bagi larutan menjadi dua. Pada bagian pertama
tambahkan 1 tetes larutan K4[Fe(CN)6] dan terbentuk endapan
biru yang menunjukkan adanya Fe. Larutan atau zat asli harus
diuji dengan K4[Fe(CN)6] atau KSCN untuk menentukan apakah
Fe2+ atau Fe3+. Bagian kedua diencerkan dengan 1 ml air,
dinginkan dan tambahkan 10 mg NaBiO3, kocok dan biarkan zat
padat turun terbentuk larutan lembayung MnO4- yang
menunjukkan adanya Mn.

89
Filtrat hasil sentrifuge mungkin mengandung [Al(OH) 4]- dan
CrO4- yang keduanya ditandai oleh warna kuning pada larutan.
Bagi larutan menjadi dua bagian. Bagian pertama di buat dalam
keadaan asam dengan menambahkan asam asetat encer dan
tambahkan 1 tetes larutan timbel asetat dan terbentuk endapan
kuning PbCrO4 yang menandakan adanya Cr. Cara lain yang
dapat dilakukan untuk membuat filtrat dalam keadaan asam yaitu
dengan menambahkan HNO3 encer, dinginkan dan tambahkan
0,3-0,5 ml amil alkohol dan 2 tetes larutan H 2O2 3%. Kocok dan
biarkan kedua larutan terpisah, dan terbentuk warna biru
kromium pentoksida di lapisan atas yang menandakan adanya Cr.
Pada bagian dua diasamkan dengan HCl encer dan buat larutan
basa dengan menggunakan larutan NH3 encer dan tambahkan 1
tetes berlebih di atas penangas air selama 1 menit, terbentuklah
endapan putih mirip gelatin dari Al(OH)3 yng menunjukkan
adanya Al. Guna memastikan endapan tersebut mengandung Al
dapat dilakukan dengan cara sentrifuge, cuci dengan beberapa
tetes air, larutkan endapan dalam HCl encer, tambahkan 0,3 ml
larutan amonium asetat dan 1 tetes reagensia “aluminon”.
Campur, biarkan selama 30 detik, buatlah basa dengan larutan
amonium karbonat amoniakal, endapan merah yang terbentuk
menunjukkan adanya Al.
Endapan dari hasil sentrifuge yang mungkin mengandung
Fe(OH)3 dan MnO2.xH2O dicuci dengan beberapa tetes air panas
dan larutan NH4NO3 2% dan tambahkan cucian ke A. Endapan
yang terbentuk dilarutkan ke dalam 0,5 ml HNO3 encer dan jika
perlu tambahkan 2 tetes larutan H2O2 3% atau 1 tetes larutan
H2SO3 jenuh. Hangatkan pada penangas air untuk menguraikan
H2O2 berlebih. Larutan selanjutnya dibagi menjadi 2 bagian.
Bagian pertama tambahkan 1 tetes larutan K 4[Fe(CN)6] hingga
terbentuk endapan biru yang menunjukkan adanya Fe. Larutan
atau zat asli harus diuji dengan K4[Fe(CN)6] atau KSCN untuk
menentukan apakah Fe2+ atau Fe3+. Bagian kedua diencerkan
dengan menambahkan 1 ml air, dinginkan dan tambahkan 10 mg

90
NaBiO3, kocok dan biarkan hingga terbentuk endapan. Larutan
lembayung MnO4- menunjukkan adanya Mn.
Pemisahan kation golongan IIIB dimana endapan yang
mengandung CoS, NiS, MnS, dan ZnS. Jika endapan yang
terbentuk tidak berwarna hitam berarti endpan tersebut tidak
mengandung CoS dan NiS. Aduk endapan dalam keadaan dingin
dengan 1 ml HCl encer selama 1-2 menit. Lalu sentrifuge untuk
memisahkan endapan dan filtrat. Endapan yang terbentuk jika
berwarna hitam dapat mengandung CoS dan NiS. Uji endapan
dengan menggunakan manik boraks dan menghasilkan manik
biru yang menunjukkan adanya Co. Selanjutnya, tambahkan 10-
15 tetes HCl encer dan 5 tetes larutan NaOCl, aduk dan letakkan
dalam penangas air panas selama 1-2 menit. Pindahkan cairan
tersebut dengan menggunakan 1 ml air ke tabung didih
semimikro dan didihkan untuk menghilangkan Cl 2 dan bagi
larutan menjadi 2 bagian. Bagian pertama tambahkan 0,5-1 ml
amil alkohol dan 50 mg NH4SCN padat dan kocok hingga
terbentuk warna biru dalam lapisan alkohol yang menunjukkan
adanya Co. Pada bagian kedua tambahkan 1 tetes larutan NH 4Cl
dan buat larutan dalam keadaan basa lemah dengan
menambahkan larutan NH3 dan tambahkan 3-5 tetes reagensia
dimetilglioksima dan terbentuk endapan merah yang
menunjukkan adanya Ni.
Filtrat dapat mengandung Mn2+ dan Zn2+ dan beberapa Co2+
dan Ni2+, pindahkan filtrat tersebut ke dalam tabung didih
semimikro, didihkan untuk menghilangkan H2S (uji dengan
kertas timbel asetat), pindahkan kembali cairan ke tabung
sentrifuge semimikro, dinginkan dan tambahkan larutan NaOH
berlebih (0,5-1 ml) dan 4 tetes larutan H2O2 3%, panaskan pada
penangas air selama 3 menit dan sentrifuge. Hasil sentrifuge
didapatkan endapan dan filtrat. Endapan yang dihasilkan
berwarna gelap dapat mengandung MnO 2.xH2O dan beberapa
Co(OH)3 dan Ni(OH)2. Larutkan endapan dalam 0,5 ml HNO3
encer dan 1-2 tetes larutan H2O2 3%. Panaskan pada penangas air
selama 2-3 menit untuk menguraikan H2O2 berlebih, dinginkan

91
dan tambahkan 50 mg NaBiO3, kocok dan biarkan mengendap.
Terbentuk larutan ungu MnO4- yang menunjukkan adanya Mn.
Cara lain, larutkan endapan dalam 0,5 ml HNO3 encer dengan
penambahan 1-2 tetes larutan H2O2 3%. Pindahkan ke tabung
didih semimikro dengan menggunakan 0,5 ml air, dan didihkan
untuk menguraikan kelebihan H2O2. Dinginkan dan tambahkan
0,5 ml HNO3 pekat dan 250 mg PbO 2.didihkan selama 1 menit
dan biarkan hingga terbentuk larutan ungu MnO 4- yang
menunjukkan adanya Mn.
Filtrat dari sentrifuge dapat mengandung [Zn(OH)4]2- bagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama aliri H 2S dan terbentuk
endapan putih ZnS yang menunjukkan adanya Zn. Pada bagian
kedua dibuat dalam keadaan asam dengan menambahkan H 2SO4
encer, tambahkan 5 tetes larutan CuSO4 0,1% dan 5 tetes
reagensia amonium tetratiosianatomerkurat (II) dan aduk hingga
terbentuk endapan lembayung. Pada bagian dua asamkan dengan
menambahkan H2SO4 encer, tambahkan 1 tetes larutan kobalt
asetat encer atau nitrat, 0,5 ml reagensia amonium, aduk dan
terbentuk endapan biru muda yang menunjukkan adanya Zn.
Larutan dimulai dengan dididihkan untuk menghilangkan
sisa sulfida dalam bentuk H2S. Sulfida golongan III memiliki Ksp
lebih besar dibandingkan golongan II. Diperlukan konsentrasi S2-
yang lebih tinggi yang dipenuhi oleh larutan H 2S dalam suasana
basa. Suasana basa dilakukan dengan penambahan buffer
amonia-amonium klorida. Penambahan amonia-amonium
klorida Fe, Al, Cr dan Mn diendapkan dalam bentuk hidroksida
(IIIA) sedang logam-logam yang lain dari golongan ini
diendapkan dalam bentuk sulfida (IIIB).

5. Analisis Kation Golongan IV


Kation golongan IV tidak dapat diendapkan langsung dari
filtrat golongan IIIB, karena tingginya konsentrasi ion amonium
dalam larutan. Ada 2 metode yang digunakan untuk pemisahan
kation golongan IV, dengan metode sulfat dan metode nitrat.
Pemisahan kation golongan IV dengan metode sulfat, pada skala

92
semimikro. Endapan mungkin mengandung BaCO3, SrCO3, dan
CaCO3. Endapan ditambahkan 0,5 ml asam asetat encer dan
aduk. Letakkan pada penangas air panas sampai endapan larut.
Encerkan dengan 0,5 ml air. Uji 3-4 tetes larutan panas kan
adanya barium dengan menambahkan 1-2 tetes larutan K2CrO4.
Endapan kuning yang terbentuk menyatakan adanya Ba.
Pada larutan panas sisanya tambahkan larutan K2CrO4
sedikit berlebih dan pisahkan endapan BaCrO4 dengan cara
sentrifuge. Buat filtrat yang terbentuk dalam keadaan basa
dengan menambahkan larutan NH3, dan tambahkan larutan
(NH4)2CO3 berlebih atau dengan sedikit Na2CO3 padat. Letakkan
tabung dalam penangas air panas. Endapan putih menyatakan
SrCO3 dan/atau CaCO3. Sentrifuge dan cuci dengan sedikit air
panas. Larutkan endapan dalam 0,5-1 ml asam asetat encer dan
taruh tabung dalam penangas air panas untuk menghilangkan
CO2 berlebih, sebagai larutan A.
Larutan yang tidak mengandung Ba, bagian yang digunakan
untuk menguji barium dibuang dan gunakan sisanya (larutan B)
untuk menguji adanya strontium dan kalsium setelah
memanaskan pada penangas air selama beberapa menit untuk
menghilangkan CO2. Endapan yang dihasilkan berwarna kuning
yang mengandung BaCrO4. Cuci dengan menggunakan air panas.
Larutkan dalam beberapa tetes HCl pekat, uapkan sampai hampir
kering sebuah cawan kecil dan dilakukan uji nyala. Nyala yang
dihasilkan berwarna hijau (atau hijau-kekuningan) menandakan
adanya Ba.
Larutan A atau larutan B jadikan volume menjadi 2 ml
(larutan D) dengan menguapkan atau mengencerkan seperlunya.
Larutan D yang mengandung 1 ml ditambahkan 1 ml larutan
(NH4)2SO4 jenuh dan 0,1 natrium tiosulfat, panaskan pada
penangas air selama 5 menit dan biarkan sejenak lalu sentrifuge.
Larutan 1 ml lainnya ditambahkan dengan 1 ml trietanol amina
dan 1 ml larutan (NH4)2SO4 jenuh, panaskan pada penangas air
dengan diaduk selama 5 menit dan biarkan selama 1-2 menit dan
sentrifuge. Hasil sentrifuge dihasilkan endapan dan filtrat.

93
Endapan yang dihasilkan kebanyakan SrSO4 lalu cuci
menggunakan sedikit air. Aduk endapan dengan 3-4 tetes air,
pindahkan suspensi dengan penetes kapiler ke kertas saring
kuantitatif seluas 1 cm2 yang diletakkan dalam cawan 5 ml.
Pijarkan hingga kertas menjadi arang, tambahkan 1-2 tetes HCl
pekat, dan lakukan uji nyala. Hasil nyala yang dihasilkan
berwarna merah darah yang menunjukkan adanya Sr. Filtrat
munkin mengandung kompleks Ca (jika Sr tidak ada, gunakan 1
ml larutan D) dan tambahkan beberapa tetes larutan
(NH4)2(COO)2 dan panaskan pada penangas air. Hasilnya adalah
endapan putih Ca(COO)2 yang menunjukkan adanya Ca, serta
pastikan dengan menggunakan uji nyala dan dihasilkan nyala
merah bata.
Pemisahan kation Golongan IV dengan metode nitrat,
dimana endapan mungkin mengandung BaCO3, SrCO3, dan
CaCO3. Selanjutnya tambahkan 0,5 ml asam asetat encer ke
dalam endapan, letakkan dalam penangas air panas dan aduk
hingga larut. Encerkan dengan 0,5 ml air, kemudian uji 3-4 tetes
larutan panas yang mengandung barium dengan menambahkan
1-2 tetes larutan K2CrO4, terbentukklah endapan kuning (BaCrO4)
menyatakan adanya Ba. Larutan yang mengandung Ba, sisa
larutan panas tersebut tambahkan larutan K2CrO4 sedikit berlebih
(yakni sampai larutan tepat berona jingga) dan sentrifuge
endapan BaCrO4. Pindahkan filtrat (larutan A) dengan suatu
penetes kapiler ke tabung sentrifuge lain, cucilah endapan dengan
0,5 ml air dan gabung cucian dalam larutan A. Larutan yang tidak
mengandung Ba, buang bagian yang digunakan untuk menguji
adanya barium dan gunakan sisa larutan (B) dalam menguji
adanya strontium dan kalsium setelah dipanasi pada penangas air
selama beberapa menit untuk menghilangkan CO2.
Endapan berwarna kuning yang mengandung BaCrO4
dilarutkan dalam beberapa tetes HCl encer, uapkan sampai kering
dalam sebuah cawan kecil dan lakukan uji nyala. Hasil uji nyala
berwarna hijau (hijau-kekuningan) yang menunjukkan adanya
Ba. Pada larutan A atau larutan B dibuat dalam keadaan basa

94
dengan menambahkan NH3 dan tambahkan larutan (NH4)2CO3
berlebih dan sedikit Na2CO3 padat. Letakkan tabung dalam
penangas air panas. Endapan putih yang terbentuk menyatakan
adanya SrCO3 dan/atau CaCO3, lalu sentrifuge dan filtrat yang
dihasilkan dibuang. Cuci dengan 0,5 ml air panas dan sentrifuge,
buang cairan supernatan dengan menggunakan penetes kapiler.
Tambahkan 4 tetes HNO3 83% dan dinginkan dalam aliran air
dingin dari kran. Tambahkan lagi 4-5 tetes HNO3 83%, dengan
diaduk, dari botol tetes sampai dimasukkan 2 ml. Aduk selama 3-
4 menit dan sentrifuge.
Hasil dari sentrifuge yaitu endapan dan filtrat. Endapan
putih Sr(NO3)2 menyatakan adanya Sr. Pastikan degan uji nyala
dan nyala yang dihasilkan berwarna merah darah. Filtrat dapat
mengandung Ca2+. Pindahkan sebanyak mungkin cairan ke
tabung didih semimikro atau cawan kecil, dan uapkan sampai
hampir kering. Pindahkan ke tabung sentrifuge dengan
menggunakan 0,5-1 ml air, buat basa dengan larutan NH3dan
tambahkan larutan (NH4)2(COO)2 berlebih. Biarkan selama 2-3
ment dalam penangas air. Terbentuk endapan putih Ca(COO) 2
yang menunjukkan adanya Ca. Sentrifuge dan pastikan adanya Ca
dalam endapan uji nyala, nyala yang dihasilkan berwarna merah
bata.
Reagen yang digunakan adalah amonium karbonat. Sebelum
ditambah amonium karbonat perlu dididihkan untuk
menghilangkan amonium hidrogen karbonat (NH4HCO3)dan
amonium karbamat (NH4O(NH2)CO) yang terkandung dalam
ammonium karbonat. Penambahan amonia untuk mencegah Mg
mengendap dan membentuk buffer amonia-amonium klorida.
Sifat senyawa klorida, sulfida dan hidroksida dari logam-logam
golongan IV bersifat larut sehingga bisa dipisahkan dari golongan
sebelumnya dan dapat diendapkan sebagai karbonat dengan
adanya buffer amonia-amonium klorida.

95
6. Analisis Kation Golongan V
Selain pemisahan sebagian magnesium, tidak mungkin
memisahkan kation golongan V, namun uji-uji satu demi satu
dapat dilakukandengan sederhana karena telah dipakai amonia
dan garam amonium dalam pemisahan sebelumnya, ion
amonium tidak dapat diuji dalam filtrat kation golongan IV. Uji
ion amonium haruslah dilakukan dari cuplikan asli. Endapan
kering diletakkan dalam cawan kecil dengan 1 ml air, aduk selama
1 menit dan pindahkan dengan menggunakan 0,5 ml air
masukkan ke dalam tabung semimikro dan sentrifuge. Hasil
sentrifuge didapatkan endapan dan filtrat. Endapan berupa
endapan dilarutkan dalam beberapa tetes HCl encer dan
tambahkan 1 ml air. Bagi dua bagian dengan tak sama besar,
biarkan bagian yang lebih kecil dalam tabung sentrifuge. Bagian
yang lebih besar tambahkan 0,25 ml larutan oksina 2% dalam
asam asetat 2M dengan 1 ml larutan amonia 2M. Tambahkan
sedikit NH4Cl ke larutan uji dan tambahkan reagensia oksina
amoniakal, dan panaskan dalam penangas air selama 1-2 menit
(bau NH3 harus terasa) dan terbentuk endapan kuning muda Mg
oksinat yang menunjukkan adanya Mg. Bagian yang lebih kecil
diambil 3-4 tetes tambahkan 2 tetes reagensia magneson dan
beberapa tetes larutan NaOH sampai bereaksi basa hingga
terbentuk endapan biru untuk memastikan adanya Mg.
Filtrat yang dihasilkan dibagi menjadi dua bagian. Pada
bagian pertama tambahkan 5-10 tetes reagensia uranil
magnesium asetat, aduk dan kocok dan biarkan selama 5 menit
hingga terbentuk endapan kristalin kuning yang menunjukkan
adanya Na serta dipastikan dengan menggunakan uji nyala
dengan hasil nyala yang dihasilkan berwarna kuning. Pada bagian
kedua tambahkan 3 tetes reagensia natrium heksanitritokobaltat
(III) (atau 5 mg reagensia padat) dan 2 tetes asam asetat encer,
panaskan dengan perlahan dan biarkan selama 3 menit hingga
terbentuk endapan kuning K3[Co(NO2)6] yang menunjukkan
adanya K serta pastikan dengan uji nyala dan diamati melalui

96
kaca kobalt rangkap dan didapatkan hasil uji nyala berwarna
merah darah dalam sekejap.
Kation golongan V tidak bereaksi dengan HCl, H2S, atau
(NH4)2CO3. Senyawa kation golongan V memiliki derajat
kelarutan yang sangat tinggi sehingga untuk melakukan
identifikasi tidak cukup diterapkan dengan satu pereaksi yang
spesifik. filter kaca kobalt untuk memperjelas warna nyala
digunakan yang menyerap warna kuning

7. Latihan
a. Sebutkan pereaksi utama pada tiap-tap golongan!
Penyelesaian
Golongan I (Golongan Klorida) dengan pereaksi utama HCl,
Golongan II (Golongan Sulfida) dengan pereaksi utama gas
H2S, Golongan III (Golongan Hidroksida) dengan pereaksi
utama NH4Cl, NH4OH dan (NH4)2S, Golongan IV (Golongan
Karbonat) dengan pereaksi utama NH4Cl, NH4OH dan
(NH4)2CO3, dan Golongan V (Golongan Sisa) yang dapat
mengandung Mg2+, Na+, K+.
b. Tuliskan reaksi identifikasi kation Ag+, Cu2+, Al3+, Zn2+
Penyelesaian
Identifikasi kation Ag+
Ag+ + Cl-  AgCl (putih)
AgCl + 2NH3  Ag(NH3)2 + Cl-
Ag(NH3)2 + Cl- + HNO3  AgCl (s) + NH4NO3
Identifikasi kation Cu2+
Cu2+ + H2S  CuS (endapan hitam) + 2H+
3CuS + 8H+ + 2NO3-  3Cu2+ + 3S (endapan kuning) + 2NO
+ 4H2O
Cu2+ + NH3  [Cu(NH3)4]2+ (biru)
[Cu(NH3)4]2+ + 4CH3COOH  Cu2+ + 4NH4+ + 4CH3COO-
2Cu2+ + [Fe(CN)6]4-  Cu2[Fe(CN)6] (endapan biru)
Identifikasi Kation Al3+
Al(OH)3 + OH-  [Al(OH)4]-
[Al(OH)4]- + NH4+  Al(OH)3 + NH3 + H2O

97
Identifikasi Kation Zn2+
ZnS + 2H+  Zn2+ + H2S
[Zn(OH)4]2- + H2S  ZnS + 2OH- + 2H2O
Zn2+ + Co2+ + 2[Hg(SCN)4]2-  Zn[Hg(SCN)4] +
Co[Hg(SCN)4]
Zn2+ + 4OH-  [Zn(OH)4]2-

8. Rangkuman
Sistematika analisis kation dengan sistem H2S dipisahkan
dalam beberapa golongan menggunakan pereaksi tertentu.
Identifikasi setiap kation dalam setiap golongan memerlukan
pereaksi tertentu dan diperoleh hasil yang khas.

C. Evaluasi
1. Tugas Teoritis
a. Buatlah skema analisis kation secraa umum dan tuliskan
reaksi yang menyertainya!
b. Buatlah skema kation Golongan I dan tuliskan reaksi yang
menyertainya!
c. Buatlah skema kation Golongan II dan tuliskan reaksi yang
menyertainya!
d. Buatlah skema kation Golongan III dan tuliskan reaksi yang
menyertainya!
e. Buatlah skema kation Golongan IV dan tuliskan reaksi yang
menyertainya!
f. Buatlah skema kation Golongan V dan tuliskan reaksi yang
menyertainya!
g. Lakukan analisis untuk sampel Hg22+!
h. Lakukan analisis kation dalam campuran Pb(NO 3)2,
Cd(NO3)2, Hg(NO3)2!
i. Lakukan analisis kation dalam campuran FeCl3, NiSO4, dan
Cr2(SO4)3!
j. Lakukan analisis kation dalam campuran Sr(NO 3)2 dan
CaCl2!

98
k. Lakukan analisis kation dalam campuran NH4Cl dan
Na2CO3!

2. Tugas Praktis
a. Lakukan analisis kation golongan I untuk sampel yang telah
disediakan!
b. Lakukan analisis kation golongan II untuk sampel yang telah
disediakan!
c. Lakukan analisis kation golongan III untuk sampel yang
telah disediakan!
d. Lakukan analisis kation golongan IV untuk sampel yang
telah disediakan!
e. Lakukan analisis kation golongan V untuk sampel yang telah
disediakan!

D. Daftar Bacaan
Briggs, J. G. R. 2000. Science in Focus Chemistry for GCE ‘O’
Level. Singapore: Pearson Education Asis Pte Ltd
Sawyer, Heineman, and Beebe.1984. Chemistry Experiments for
Instrumental Methods. New York: John Wiley & Sons
Sorum, Clarence Harvey, and Lagowski, J. J. 1977. Introduction
to Semimicro Qualitative Analysis. United State of
America: Prentice-Hall Inc
Svehla, G, 1979. Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro
Qualitative Inorganic Analysis. Fifth ed. London:
Longman Group Limited

99
BAB V.
SISTEMATIKA ANALISIS ANION

A. Pendahuluan
1. Deskripsi Materi
Analisis anion secara eksplisit sulit dibagi dalam tiap-tiap
golongan namun ada beberapa sifat dari anion yang dapat
menunjukkan spesifikasi anion tersebut. Identifikasi dalam
sampel dapat dilakukan dengan membuat larutan persiapan
selanjutnya menggunakan reaksi khusus untuk masing-masing
anion.

2. Tujuan Pembelajaran
a. Mahasiswa memahami analisis kualitatif anion.
b. Mahasiswa terampil menentukan anion dalam sampel.

B. Materi
Analisis anion diawali uji pendahuluan untuk memperoleh
gambaran ada tidaknya anion. Uji pendahuluan sudah
dipaparkan pada bab sebelumnya. Pemisahan secara fisik dari
anion umumnya tidak dilakukan karena uji spesifik anion hanya
peka terhadap anion tertentu dan tidak peka pada anion lainnya.
Hanya bila terjadi interferensi atau gangguan dalam suatu
analisis anion oleh anion lainnya maka diperlukan langkah
pemisahan.
Beberapa uji pendahuluan dan uji identifikasi terhadap
anion dapat dilakukan dalam fasa padatan, tetapi untuk
memperoleh validitas pengujian yang tinggi biasanya dilakukan
dalam keadaan larutan. Tentang kelarutan telah dipelajarai pada
bab sebelumnya. Pada uji pendahuluan anion dapat dideteksi
dalam (1) anion pengoksidasi dan pereduksi, (2) sifat anion
terhadap asam perklorat dan ion perak, (3) sifat-sifat anion
terhadap asam sulfat pekat, dan (4) tes khusus untuk identifikasi
anion dalam sampel.

100
Berikut akan dipaparkan masing-masing tehnik mendeteksi
anion.
1. Deteksi Anion dengan Sifat Pengoksidasi dan
Pereduksi
Jika sampel mengandung anion pengoksidasi maka kecil
kemungkinannya mengandung anion pereduksi, terutama bila
dilakukan pengujian dalam keadaan asam. Anion pereduksi
hanya dapat berada bersama-sama jika perlakuannya dilakukan
dalam keadaan basa atau netral.

Anion: NO2- ; NO3- ; S2- ; SO32- ; CrO42- ; CrO72- ; CO32-; SO42- ; Cl- ; I- ;
Br- ; PO43-

MnCl2 FeCl3, H+ H2SO4


HCl K3[Fe(CN)6 pekat
]]
Warna hitam coklat Perubahan warna:
Endapan biru prusi
anion pengoksidasi: CrO42-; Cr2O72-
anion pereduksi: S2-;
NO2-; NO3-; CrO42- SO32-; I-; NO2- Gas tak berwarna & tak
berbau: CO32-
Gas tak berwarna &
Anion pengoksidasi Anion pereduksi berbau menyengat:
SO32-; S2-; Cl-
Gas berwarna: NO2-; I-;
Br-

Gambar 5.1. Analisis Anion dengan Sifat Pengoksida dan


Pereduksi

2. Deteksi Anion dengan Sifat Reaksi terhadap Asam


Perklorat dan Ion Perak
Pendeteksian anion menggunakan asam perklorat dan ion
perak memberikan hasil adanya pengelompokan anion dalam
empat golongan. Klasifikasi tersebut merupakan informasi awal
tentang ada tidaknya anion-anion dan bukan untuk proses

101
pemisahan. Pengelompokan ini penting karena untuk
mengurangi interferensi dari anion kelompok lain. Masing-
masing anion golongan I, II, III, IV, dan V memiliki sifat yang
berbeda jika dilarutkan dan sifat endapan yang dihasilkan
berbeda. Anion golongan I terurai dalam larutan asam kuat
membebaskan gas bila larutannya dipanaskan. Anion golongan II
stabil pada HClO4 encer dan mudah mengendap sebagai garam
nitrat dalam suasana asam. Anion golongan III stabil pada HClO4
encer dan mudah mengendap sebagai garam nitrat dalam suasana
basa. Anion golongan IV stabil pada HClO4 encer dan mudah
mengendap sebagai garam nitrat dalam suasana netral. Anion
NO2- akan terlihat di golongan I dan III jika konsentrasi pada
analit tinggi. Anion S2- ; SO32-; CO32- ; dan NO2- tidak stabil dalam
HClO4 encer jika larutan dipanaskan.

102
Anion : NO2- ; NO3- ; S2- ; SO32- ; CrO42- ; Cr2O72- ; CO32- ; SO42- ;
Cl- ; I- ; Br- ; PO43-

HClO4

Anion golongan I : NO3-; CrO42-; Cr2O72-; SO42-


H2S (g) dihasilkan dari S2- ; Cl-; I-; Br-; PO43-
SO2 (g) dihasilkan dari SO32-
CO2(g) dihasilkan dari CO32-
NO2(g) , NO(g) dihasilkan dari
NO2- [AgNO3
(Ag+)]

Anion golongan II : NO3-; CrO42-; Cr2O72-


AgI (s) kuning pucat dihasilkan dari I- ; SO42-; PO43-
AgBr (s) kuning coklat dihasilkan dari
Br-
AgCl(s) putih dihasilkan dari Cl-
Ag2S(s) hitam dihasilkan dari S2-
[NH4OH 6M / NH3 +
AgNO3]

Anion golongan III : Anion golongan IV:


Ag3PO4 (s) kuning dihasilkan dari PO43- NO3-; SO42-
Ag2CrO4 (s) coklat kemerahan dihasilkan dari
CrO42-
Ag2SO4(s) putih dihasilkan dari SO42-
{Ag2CO3(s) kuning pucat dihasilkan dari CO32-
AgNO2 kuning pucat dihasilkan dari NO2- }

Gambar 5.2. Analisis Anion dengan Sifat Pengoksida dan


Pereduksi

3. Deteksi Anion dengan Sifat terhadap Asam Sulfat


Pekat
Penggunaan larutan asam sulfat pekat dalam analisis anion
tergantung pada kemampuan anion sebagai bahan pengoksidasi
dan sifat keasamannnya. Tabel 5 menunjukkan hasil pengamatan
yang dibuat dari penambahan asam sulfat pada sampel yang diuji.
Sampel uji menggunakan H2SO4 harus menggunakan sampel
dalam bentuk padatan. Jika sampel yang diuji adalah campuran

103
garam, hasil dari uji tidak selalu mudah untuk diinterpretasikan,
karena gas yang terbentuk mungkin terperangkap. Demikian pula
dengan garam yang sulit larut dan garam yang mengandung
karakter kovalen yang hanya bereaksi lambat dengan asam.
Tabel 5.1. Sifat-sifat Anion Terhadap Asam Sulfat Pekat
Interpretasi
Pengamatan
Keadaan dingin Keadaan panas
Tak ada PO43- ; NO3- ; SO42- SO42- ; PO43-
perubahan
Perubahan warna CrO42- (kuning) Sama
Cr2O72- (oranye) CrO3
(merah)
Membebaskan CO32- CO2 Sama
gas tak berwarna ,
tak berbau
Membebaskan SO32- SO2 Sama
gas tak berwarna , S2- H2S
berbau Cl- HCl
menyengat
Membebaskan NO2- NO2 coklat NO2- NO2
gas berwarna Br- Br2 merah coklat Sama (dari uap
I- I2 ungu panas)

4. Tes Identifikasi Anion dalam Sampel


a. Membuat larutan persiapan
Zat yang akan dianalisis anionnya dimasak dengan
Na2CO3 jenuh. Endapan disaring, filtrat digunakan untuk
analisis selanjutnya.
b. Pembuktian ion sulfat (SO42-)
Larutan persiapan ditambahkan dengan HCl 6 M sampai
asam, kemudian didihkan. Menambahkan larutan BaCl 2.
Endapan putih menunjukkan adanya ion sulfat.
c. Pembuktian ion nitrat (NO3-)
Larutan persiapan ditambah dengan H2SO4 pekat,
kemudian tambahkan larutan FeSO4 jenuh perlahan-lahan

104
lewat dinding tabung. Terbentuknya cincin coklat
menunjukkan adanya ion nitrat.
d. Pembuktian ion klorida (Cl-)
Larutan persiapan ditambah dengan larutan AgNO 3.
Endapan putih yang larut dalam ammonia menunjukkan
adanya ion klorida.
e. Pembuktian ion bromida (Br-)
Larutan persiapan ditambah dengan larutan AgNO3.
Endapan kuning muda yang larut dalam ammonia pekat
menunjukkan adanya ion bromida.
f. Pembuktian ion iodida (I-)
Larutan persiapan ditambahkan dengan CuSO 4. Terjadi
endapan coklat yang merupakan campuran dari tembaga (I)
iodida dan iodium. Warna coklat yang hilang dengan
penambahan natrium thiosulfat menunjukkan adanya ion
iodida.
g. Pembuktian ion sulfida (S2-)
Larutan persiapan ditambah dengan larutan Pb-asetat.
Terjadi endapan hitam dari timbal (II) sulfida menunjukkan
adanya ion sulfida.
h. Pembuktian ion sulfit (SO32-)
Larutan persiapan ditambah dengan larutan perak nitrat.
Terjadi endapan putih yang larut dalam natrium sulfat
berlebiih menunjukkan adanya ion sulfit. Jika larutan
dididihkan terjadi endapan abu-abu dari Ag.
i. Pembuktian ion tiosulfat (S2O3)
Larutan persiapan ditambahkan dengan larutan I2 yang
berwarna coklat. Hilangnya warna coklat menunjukkan
adanya ion thiosulfat.
j. Pembuktian ion karbonat (CO32-)
Larutan persiapan ditambah dengan kalsium klorida.
Endapan putih yang terjadi menunjukkan adanya ion
karbonat.

105
k. Pembuktian ion fosfat (PO43-)
Larutan persiapan ditambah dengan MgCl2, NH4Cl,
NH4OH. Terjadinya endapan putih MgNH4PO4 menunjukkan
adanya ion fosfat.
l. Pembuktian ion asetat (CH3COO-)
Larutan persiapan ditambah dengan FeCl3. Larutan
berwarna coklat. Encerkan dan panaskan. Terbentuk
endapan coklat dari Fe(OH)2CH3COO.

5. Latihan
a. Berdasarkan skema berikan contoh anion yang termasuk
golongan I, II, III, dan IV!
Penyelesaian
Anion Golongan I
S2-; SO32-; CO32-; NO2-
Anion golongan II
I-; Br-; Cl-; S2-
Anion golongan III
PO43-; CrO42-; SO42-; CO32-; NO2-
Anion golongan IV
NO3-; SO42-
b. Bagaimana membuat larutan persiapan untuk analisis
anion?
Penyelesaian
Zat yang akan dianalisis anionnya dimasak dengan
Na2CO3 jenuh. Endapan disaring, filtrat digunakan
untuk analisis selanjutnya
c. Tulislah reaksi identifikasi anion Cl -, SO42-, CrO42-, NO3-!
Penyelesaian
Cl- + AgNO3(aq)  AgCl(s) putih
SO42- + BaCl2(aq)  BaSO4(s) putih
CrO42- + Pb(NO3)2  PbCrO4(s) kuning
NO3- gunakan reaksi cincin coklat

106
6. Rangkuman
Analisis anion dapat digolongkan menjadi: (1) anion
pengoksidasi dan pereduksi, (2) sifat anion terhadap asam
perklorat dan ion perak, (3) sifat-sifat anion terhadap asam sulfat
pekat, dan (4) tes khusus untuk identifikasi anion dalam sampel.
Identifikasi anion secara khusus dalam sampel dapat
dilakukan dengan membuat larutan persiapan kemudian
dianalisis dengan pereaksi yang khusus untuk masing-masing
anion.

C. Evaluasi
1. Tugas Teoritis
a. Bedakan identifikasi anion:
1) Cl-, Br-, dan I-
2) NO2- dan NO3-
b. Lakukan analisis anion dalam campuran K2CrO4, Hg(NO3)2,
Na2S, dan KI!
2. Tugas Praktis
Lakukan analisis anion untuk sampel yang telah disediakan!

107
LEMBAR KERJA MAHASISWA
Analisis Kation dan Anion

Lakukan analisis teoritis Kation dan Anion dalam


sampel:
1. CuSO4 dan KNO3
2. NiSO4 dan CaCO3
3. HgNO3 dan Cu(NO3)2

Contoh Analisis Kation dan Anion dalam Sampel


I
Uji Fisik Putih, Kristalin, Heterogen
II
Kelarutan Larut dalam air panas, larutan tidak
berwarna, tidak menghasilkan gas
III
Analisis untuk Kation (a) Kation dieliminasi oleh warna dari
larutan: tidak ada Cu2+, Fe3+, Co2+,
Ni2+, Cr3+, dan CrO4+.
(b) Kation dieliminasi oleh analisis
anion: tidak ada.
(c) Kation dieliminasi oleh kelarutan:
tidak ada.
(d) Hasil uji nyala: Na+ ada, K+ tidak
ada.
(e) Hasil uji yang berkaitan: Uji
dengan NaOH dan dengan NH4OH
ditunjukkan tidak adanya kation
kecuali Na+, K+, NH4+, Ba2+, Ca2+,
Mg2+, dan Zn2+.
(f) Hasil analisis kation: Zn2+ dan Na+
ada.
IV
Analisis untuk Anion (a) Anion dieliminas oleh warna
larutan: CrO42-.

108
(b) Anion dieliminasi dalam analisis
kation: AsO43-, CrO42-.
(c) Anion dieliminasi oleh kelarutan:
SO32-, CO32-, PO43-, BO33-, S2-,
CrO42-, AsO43-.
(d) Hasil dengan perlakuan H2SO4:
gelembung; gas tidak berwarna,
memiliki bau yang tajam, dan asap
dalam udara lembab; diindikasi Cl -,
Br- dan I- tidak ada, NO3-
kemungkinan tidak ada.
(e) Hasil dengan perlakuan AgNO3:
putih, endapan yang bagus, tidak
larut dalam HNO3. Cl- ada.
(f) Hasil dengan perlakuan BaCl2:
endapan putih, tidak larut dalam
HCl. SO42- ada.
(g) Hasil dengan uji spesifik: Uji
spesifik digunakan untuk NO3- dan
C2H3O2-. NO3- dan C2H3O2- tidak
ada.
V
Kesimpulan Kation yang ada: Zn2+, Na+
Anion yang ada: SO42-, Cl-.

Fenomena 1:
Sebuah sampel padatan berwarna kuning dilarutkan dalam air,
ternyata sampel tersebut melarut. Jika larutan tersebut
ditambahkan beberapa tetes larutan Na2CO3, tidak ada endapan
yang terbentuk. Begitu juga, jika larutan ditambahkan 8 M
NaOH, larutan tersebut tetap tidak mengalami pengendapan. Jika
dilakukan uji nyala pada padatan tersebut maka timbul sebuah
nyala api yang berwarna khas. Selain itu, jika sampel padatan
tersebut direaksikan dengan H2SO4 pekat dingin, warna padatan
berubah menjadi orange. Larutan sampel tersebut jika diasamkan

109
dengan asam asetat, kemudian ditambah larutan timbal (II) nitrat
ternyata menghasilkan endapan berwarna kuning.
Fenomena 2:
Sebuah sampel lain berupa padatan berwarna kuning dilarutkan
dalam air, ternyata sampel tersebut juga melarut. Jika larutan
tersebut ditambahkan beberapa tetes larutan Na2CO3, ada
endapan yang terbentuk. Begitu juga, jika larutan ditambahkan 8
M NaOH, larutan tersebut ternyata mengalami pengendapan.
Jika dilakukan uji nyala pada padatan tersebut maka timbul
sebuah nyala api yang berwarna khas. Selain itu, jika sampel
padatan tersebut direaksikan dengan H2SO4 pekat dingin, warna
padatan berubah menjadi orange dan jika larutan sampel
ditambahkan perak nitrat ternyata menghasilkan endapan
berwarna putih.
Prediksi anion dan kation yang terkandung dalam masing-masing
sampel untuk fenomena 1 dan 2 di atas dengan menggunakan
langkah-langkah pemecahan masalah meliputi analisis
masalah, menyelidiki, merencanakan, dan
implementasi!
Analisis masalah
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Gambaran
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................

110
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Pertanyaan
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
a. Menyelidiki (pengetahuan aktif)
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
b. Merencanakan
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
c. Implementasi
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
.............................................................................................................
Merencanakan
I. Karakteristik Fisik (Warna dan Wujud)
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................

111
II. Kelarutan
.....................................................................................................
.....................................................................................................
.....................................................................................................

III. Analisis untuk Kation


a. Kation yang tereliminasi (tidak terkandung) berdasarkan
warna
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
b. Kation yang tereliminasi (tidak tergantung) berdasarkan
analisis anion
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
c. Kation yang tereliminasi berdasarkan kelarutan
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
d. Hasil uji nyala
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
e. Hasil blanket test
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................

IV. Analisis untuk Anion


a. Anion yang tereliminasi (tidak terkandung) berdasarkan
warna
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................

112
b. Anion yang tereliminasi (tidak tergantung) berdasarkan
analisis kation
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
c. Anion yang tereliminasi berdasarkan kelarutan
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
d. Hasil uji dengan H2SO4
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
e. Hasil uji dengan AgNO3
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
f. Hasil uji dengan BaCl2
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................
g. Hasil uji khusus
...............................................................................................
...............................................................................................
...............................................................................................

Implementasi
V. Kesimpulan
Kation yang mungkin terkandung:
.....................................................................................................
.....................................................................................................
Anion yang mungkin terkandung:
.....................................................................................................
.....................................................................................................

113
D. Daftar Bacaan
Briggs, J. G. R. 2000. Science in Focus Chemistry for GCE ‘O’
Level. Singapore: Pearson Education Asis Pte Ltd
Sawyer, Heineman, and Beebe.1984. Chemistry Experiments for
Instrumental Methods. New York: John Wiley & Sons
Sorum, Clarence Harvey, and Lagowski, J. J. 1977. Introduction
to Semimicro Qualitative Analysis. United State of
America: Prentice-Hall Inc
Svehla, G, 1979. Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro
Qualitative Inorganic Analysis. Fifth ed. London:
Longman Group Limited

114
KUNCI JAWABAN

A. BAB I. TEORI-TEORI PENDUKUNG


1. Persamaan Reaksi
a. Reaksi Molekul
2NaOH(aq) + H2SO4(aq)  Na2SO4(aq) + 2H2O(l)
Reaksi Ion
2OH- + 2H+  2H2O(l)
b. Reaksi Molekul
NH4NO3(aq) + KOH(aq)  NH3(g) + H2O(l) + KNO3(aq)
Reaksi Ion
NH4+ + OH-  NH3(g) + H2O(l)
c. Reaksi Molekul
Na2CO3(s) + 2CH3COOH(aq)  2CH3COONa(aq) + H2O(l) +
CO2(g)
Reaksi Ion
CO32-(s) + 2H+  H2O(l) + CO2(g)
d. Rumus Molekul
BaCl2(aq) + Na2SO4(aq)  BaSO4(s) + 2NaCl(aq)
Rumus Ion
Ba2+ + SO42-  BaSO4(s)

2. Larutan dalam Pelarut Air


a. Biner : KCl K+ + Cl-
Terner : Ba(NO3)2 Ba2+ + 2NO3-
Kuarterner : (NH4)3PO4 3NH4+ + PO43-
b. HCl, KOH, NaOH, KCl, NaCl, CH3COONa, CH3COOH

3. Teori Asam Basa


a. Tetapan disosiasi hidrogen sulfida adalah
[ ] [ ]
[ ]
(i)
dan

115
[ ] [ ]
[ ]
(ii)
Karena tetapan disosiasi ke dua sangat kecil, nilai [S2-] kecil.
Jadi hanya tingkat disosiasi pertama yang perlu
diperhitungkan.
[H+] = [HS-] (iii)
Karena kecilnya derajat disosiasi, konsentrasi total (0,1 mol l-
1) dapat dianggap sama dengan konsentrasi hidrogen sulfida

yang tak berionisasi:


[H2S] = 0,1 (iv)
Berdasarkan persamaan-persamaan (i), (iii), dan (iv), maka
diperoleh
[ ] √ [ ] √
dan gabungan (ii) dan (iii) menghasilkan nilai [S2-]:
[ ]
[ ]
[ ]
Jika kita kalikan persamaan (i) dan (ii)

[ ]
[ ]
Jadi didapatkan bahwa konsentrasi ion sulfida berbanding
terbalik dengan pangkat dua dari konsentrasi ion-hidrogen.
Maka, dengan menyesuaikan konsentrasi ion-hidrogen
dengan menambahkan asam atau basa pada suatu larutan,
konsentrasi ion sulfida dapat disesuaikan sampai mencapai
nilai yang dikehendaki dan ditentukan terlebih dulu.

b. Tetapan kesetimbangan disosiasi:


[ ] [ ]
[ ]
Dalam larutan amonia murni, konsentrasi ion-ion amonium
dan hidroksida adalah sama.
[NH4+] = [OH-]

116
Konsentrasi yang tak diketahui, c, dari amonia adalah sama
dengan jumlah konsentrasi ion-ion amonium dan amonia
yang tak berdisosiasi
c = [NH4+] + [NH4OH]
Terakhir, kita mempunyai korelasi
[H+] x [OH-] = 10-14
yang berlaku untuk seua larutan encer-air encer.
Dari definisi pH
pH = - loh [H+]
kita dapat menghitung konsentrasi ion-hidrogen sebagai
berikut:
pH = 10,81 = - loh [H+] = - (0,19 - 11)
[H+] = 1,55 x 10-11
Dari persamaan (v), konsentrasi ion-hidroksida dapat
dihitung

[ ]
[ ]
Persamaan (ii), (iii), dan (iv) daapt digabung menjadi
[ ]
[ ]
Dari mana c dapat dinyatakan sebagai
[ ] [ ]

[ ]
[ ]

Jadi, konsentrasi didapatkan 0,025 molar.

c. pKb = - log Kb = 3,24 = 4 – 0,76 = - (0,76 – 4)


log Kb = 0,76 – 4
Kb = num log (0,76 – 4) = 5,76 x 10-4

117
d. Tetapan disosiasi untuk hidrogen sulfida adalah Ka1 = 9,1 x
10-8; pKa1 = 7,04 dan Ka2 = 1,2 x 10-15; pKa2 = 14,92.
Hidrolisis ion-ion sulfida berjalan dalam 2 tingkat:
S2- + H2O HS- + OH- (Kh1)
HS- + H2O H2S + OH- (Kh2)
Kedua tetapan hidrolisis untuk kedua tingkat dihitung
berdasarkan persamaan berikut:

dan

Karena Kh1 > Kh2, tingkat hidrolisis ke dua dapat diabaikan


dalam perhitungan-perhitungan.
Derajat hidrolisis dihitung berdasarkan persamaan:

√ √

x = 0,988 atau 99%

4. Reaksi Pengendapan
a. Maka kelarutan

Disosiasi
Ag2CrO4 2Ag+ + CrO42-
adalah sempurna; 1 mol Ag2CrO4 menghasilkan 2 mol Ag+
dan 1 mol CrO42-. Maka, konsentrasi dari kedua ion adalah
sebagai berikut:
[Ag+] = 2S = 2,152 x 10-4
[CrO42-] = S = 1,076 x 10-4
Hasilkali kelarutan
Ks = [Ag+]2 x [CrO42-] = (2,152 x 10-4)2 x 1,076 x 10-4
= 5,0 x 10-12 (mol l-1)3

118
b. Persamaan disosiasi adalah
Pb3(PO4)2 3 Pb2+ + 2 PO43-
Bila S adalah kelarutan (dalam mol l-1), kita peroleh
[Pb2+] = 3 S
dan
[PO43-] = 2 S
atau
Ks = 1,5 x 10-32 = [Pb2+]3 x [PO43-]2 = (3 S)3 x (2 S)2
atau
1,5 x 10-32 = 108 S5
Jadi

Massa molekul relatif Pb3(PO4)2 adalah 811,5. Jadi jumlah


zat yang larut per limer (m) adalah
m = 811,5 x 1,68 x 10-7 = 1,37 x 10-4 g l-1
c. Persamaan disosiasi
Mg(OH)2 Mg2+ + 2OH-
dianggap [Mg2+] = x dan [OH-] = 2x. Maka hasilkali
kelarutan dapat ditulis sebagai
Ks = [Mg2+] x [OH-]2 = x (2x)2 = 4x3 = 3,4 x 10-11
Jadi

dan karena [OH-] = 2x, dapat kita hitung


[OH-] = 2 x 2,04 x 10-4 = 4,08 x 10-4 mol l-1
d. Hasilkali kelarutan AgCl adalah
Ks = 1,5 x 10-10 = [Ag+] x [Cl-]
Dalam larutan akhir [Cl-] = 5 x 10-2 mol l-1. Jadi

[ ]
[ ]

119
e. Hasilkali kelarutan CuS dan MnS masing-masing adalah 1 x
10-44 dan 1,4 x 10-15
1) pada nilai pH = 0, nilai pS adalah 23, yakni [S 2-] = 10-23
mol l-1. Karena konsentrasi ion logam adalah 10 -1 mol l-1
untuk kedua zat, hasilkali konsentrasi ion adalah 10 -24 untuk
kedua ion. Karena 10-24 > 1 x 10-44, tembaga sulfida akan
diendapkan, sedangkan karena 10-24 < 1,4 x 10-15, mangan
sulfida tak akan diendapkan sama sekali. Jadi kita bisa
memisahkan tembaga dan mangan pada pH = 0.
2) Ketika pH = 10, nilai pS adalah 4, sama halnya dengan [S 2-
] = 10-4 mol l-1. Hasilkali konsentrasi ion adalah 10-5 untuk
kedua ion logam. Karena 10-5 > 1,4 x 10-15 > 1 x 10-44, CuS dan
MnS keduanya akan mengendap pada kondisi demikian.
f. Nilai dari hasilkali kelarutan adalah
Ks = [Fe3+] [OH-]3 = 3,8 x 10-38
1) Dengan [Fe3+] = 10-2, konsentrasi ion-hidroksida

[ ] √ √
[ ]
Konsentrasi ion-hidrogen adalah

[ ]
[ ]
dan pH adalah
pH = - log [H+] = - log (6,41 x 10-3) = 2,19
Jadi, Fe(OH)3 akan mulai mengendap pada pH = 2,19.
2) Dengan [Fe3+] = 10-5, konsentrasi ion-hidroksida

[ ] √ √
[ ]
Konsentrasi ion-hidrogen

[ ]
[ ]
dan pH
pH = - log [H+] = - log (6,41 x 10-4) = 3,19
Jadi, pada pH = 3,19 Fe(OH)3 telah mengendap sempurna.

120
5. Reaksi Pembentukan Kompleks
a. 1) Cu2+ + 4NH3 [Cu(NH3)4]2+
2)

3) Fe3+ +SCN- [FeSCN]2+


[FeSCN]2+ + SCN- [Fe(SCN)2]+
[Fe(SCN)2]+ + SCN- [Fe(SCN)3]
[Fe(SCN)3] + SCN- [Fe(SCN)4]-
[Fe(SCN)4]- + SCN- [Fe(SCN)5]2-
[Fe(SCN)5]2- + SCN- [Fe(SCN)6]3-
b. 1) [ ] heksaakuoaluminat
[ ] tetraakuozinkat (II)
2) [ ] diaminaargentat (I)
[ ] heksaaminakobaltat (II)
3) [ ] tetrahidroksoplumbat (II)
[ ] tetrahidroksostanat (II)
4) [ ] heksaflouroaluminat
[ ] heksaflouroferat(III
5) [ ] disianorgentat
[ ] heksasianoferat(II)
6) [ ] tetrahidroksostanat (II)
[ ] tetraaminakuprat (II)
c. Dengan membandingkan massa molekul relatif AgCl (143,2)
dan AgI (234,8), bahwa jumlah masing-masing endapan
yang terdapat adalah 10-3 mol. Jika mereka melarut
sempurna dalam 100 ml larutan itu, konsentrasi ion-ion
klorida dan iodida akan menjadi 10-2 mol l-1. Dari stokiometri
reaksi disosiasi, yang menghasilkan pembentukan ion
kompleks [Ag(NH3)2]+ dan [Ag(CN)2]-, akibatnya adalah

121
bahwa konsentrasi ion-ion ini juga akan menjadi 10-2 mol l-1
dalam larutan-larutan ini. Tetapan ketidakstabilan ion-ion
kompleks, yaitu
[ ][ ]
[ ]
(iii)
dan
[ ][ ]
[ ]
(iv)
Hasilkali kelarutan AgCl dan AgI adalah:
Ks(AgCl) = 1,5 x 10-10
dan
Ks(AgI) = 0,9 x 10-16
(a) Jika amonia ditambahkan, maka diperoleh konsentrasi-
konsentrasi
[NH3] = 2 mol l-1
{[Ag(NH3)2]+} = 10-2 mol l-1
Konsentrasi ion perak bebas dapat dihitung dari persamaan
(iii)
[ ]
[ ]
[ ]

Jika endapan telah melarut sempurna, konsentrasi ion-ion


klorida dan iodida akan menjadi
[Cl-] = 10-2 mol l-1
[I-] = 10-2 mol l-1
Membandingkan hasilkali konsentrasi-konsentrasi ini
dengan hasilkali kelarutan, diperoleh
[Ag+] x [Cl-] = 1,7 x 10-10 x 10-2 = 1,7 x 10-12 < Ks(AgCl)
Jadi, endapan perak klorida akan melarut dalam amonia.
[Ag+] x [I-] = 1,7 x 10-10 x 10-2 = 1,7 x 10-12 > Ks(AgI)
Hasil ini menunjukkan bahwa perak iodida tak akan melarut
dalam amonia.

122
6. Reaksi Reduksi-Oksidasi (Redoks)
a. 1) 2HgCl2 + Sn2+ Hg2Cl2 + Sn4+ + 2Cl-
2) Hg2Cl2 + Sn2+ 2Hg + Sn4+ + 2Cl-
3) Fe + Cu2+ Fe2+ + Cu
4) Zn + 2H+ Zn2+ + H2
5) 2MnO4- + 5H2O2 + 6H+ 2Mn2+ + 5O2 + 8H2O
b. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Diketahui bahwa produk reaksi ini adalah ion bromida,
ion dan mungkin air.
2) Jadi, reaksi setengah-selnya adalah
BrO3- + 6H+ + 6e- Br- + 3H2O
(iii)
dan
2I- I2 + 2e- (iv)
3) Menjumlahkan (iii) + 3 x (iv) diperoleh:
BrO3- + 6H+ + 6e- + 6I- Br- + 3H2O + I2 + 6e-
yang setelah penyederhaan menjadi:
BrO3- + 6H+ + 6I- Br- + 3H2O + I2 + H2O
c. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Produk reaksi adalah endapan mengan dioksida.
2) Reaksi setengah-sel dari reduksi permanganat adalah
proses tiga-elektron:
MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2O
(viii)
sedangkan pada oksidasi mangan (II) dibebaskan 2
elektron:
Mn2+ + 2H2O MnO2 + 4H+ + 2e-
3) Dengan menggabungkan 2 x (viii) + 3 x (ix) diperoleh 6
elektron pada masing-masing ruas:
2MnO4- + 8H+ + 6e- + 3Mn2+ + 6H2O 2MnO2 + 4H2O
+ 3MnO2 + 12H+ + 6e-
Persamaan ini dapat disederhanakan menjadi
2MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2 + 4H+
Ion hidrogen dibentuk selama reaksi, dan jika bertumbuh
ke konsentrasi yang lebih tinggi, reaksinya dapat terbalik.

123
d. Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Produk reaksinya adalah: CO2, H2O maupun ion Cr3+.
2) Persamaan setengah-sel dari reduksi dikromat adalah
Cr2O72- + 14H+ + 6e- 2Cr3+ + 7H2O
(x)
Sedangkan oksidasi tiap molekul gliserol menghasilkan 14
elektron:
C3H8O3 + 3H2O 3CO2 + 14H+ + 14e-
(xi)
3) Karena (x) melibatkan 6 elektron dan (xi) melibatkan 14,
maka kelipatan sekutu terkecil adalah 42.
4) Jadi, 7 x (x) + 3 x (xi) menghasilkan 42 elektron pada
masing-masing ruas:
7Cr2O72- + 98H+ + 42e- + 3C3H8O3 + 9H2O 14Cr3+ +
49H2O + 9CO2 + 42H + 42e+ -

Setelah penyederhanaan akan diperoleh persamaan:


7Cr2O72- + 3C3H8O3 + 56H+ 14Cr3+ + 9CO2 + 40H2O
e. Potensial standar untuk sel-setengah
Fe3+ + e- Fe2+
adalah; Eo = 0,76 V.
Bentuk yang sesuai untuk persamaan Nernst (n = 1):
[ ]
[ ]

f. Potensial elektrode dapat dinyatakan sebagai

[ ]
Disini Eo = 1,23 V. Untuk pH = 8, [H+] adalah 10-8. Tekanan
oksigen di atas larutan adalah
po2 = 0,21 atm
pada kondisi udara. Jadi, potensialnya adalah

124
B. BAB II. TEKNIK EKSPERIMEN ANALISIS
ANORGANIK KUALITATIF
1. Pemanasan secara langsung dilakukan dengan cara
meletakkan tabung reaksi yang telah berisi larutan diatas
nyala api Bunsen / pembakar spiritus. Pemanasan dengan
menggunakan penangas yaitu dengan cara memasukkan
tabung reaksi ke dalam wadah yang berisi air yang telah
mendidih.
2. Cara mengendapkan supaya diperoleh endapan yang
sempurna yaitu digunakan alat sentrifuge dimana larutan
yang telah dimasukkan dalam tabung sentrifuge diputar
selama 30 detik lalu di diamkan hingga terbentuk dua
lapisan antara filtrate dan endapan.
3. Mencuci endapan dilakukan untuk menghilangkan pengotor
yang masih tercampur dengan endapan. Cairan pencuci
adalah pelarut yang tidak melarutkan endapan tetapi
mengencerkan larutan yang menempel pada endapan.
4. Cara menyiapkan gas H2S yaitu dengan memanaskan
senyawa thioacetamide dalam air. Senyawa organik
thioacetamide, CH3CSNH2, dihidrolisis dalam air pada suhu
yang lebih tinggi, untuk menghasilkan H 2S berdasarkan
persamaan reaksi
CH3CSNH2 + 2 H2O = CH3COOH + NH3 + H2S

5. Supaya nyala yang terjadi menunjukkan ciri khas dari suatu


unsur.

125
C. BAB III. ANALISIS PENDAHULUAN
1. CaCO3
L2CO3 (s) + HCl (aq)  L+ + H2O (l) + CO2 (g)
CO32- (aq) + HCl (aq)  Cl- + H2O (l) + CO2 (g)
CO2 + Ca(OH)2  CaCO3 (s) + H2O (l)
Endapan putih
Uji nyala
Warna merah bata berarti kation kalsium (Ca2+)
2. CuSO4.5H2O (s)  CuSO4 (s)

D. BAB IV. SISTEMATIKA ANALISIS KATION SECARA


UMUM MENURUT SISTEM H2S
1. Tugas Teoritis
(contoh jawaban)
b. Skema analisis kation Golongan I
Larutan mengandung kation Golongan I-V

+ HCl 6M

Endapan Golongan I: Filtrat Kation Golongan II-V


AgCl (putih), PbCl2(putih),
Hg2Cl2(putih)

+ air panas

Endapan Hg2Cl2 Filtrat


dan AgCl Pb2+ tidak berwarna
+ NH4OH
+ H2SO4 + K2Cr2O4

Endapan Hg Filtrat Endapan Endapan


+ HgNH2Cl Ag(NH3)2Cl PbSO4 (putih). PbCrO4
warna hitam. tidak berwarna Menunjukkan (kuning).
Menunjukkan adanya Pb2+ Menunjukkan
+ HNO3 adanya Pb2+.
adanya Hg22+.
Endapan
AgCl (putih).
126
Menujukkan
adanya Ag+.
Contoh Reaksi Endapan Golongan I
Ag+ + Cl-  AgCl(s) putih
Pb2+ + 2Cl-  PbCl2(s) putih
Hg22+ + Cl-  Hg2Cl2(s) putih, dan seterusnya.

E. BAB V. SISTEMATIKA ANALISIS ANION


1. Tugas Teoritis
a. 1) Dengan AgNO3 menghasilkan endapan AgCl, AgBr,
AgI yang warnanya berbeda.
2) NO3- membentuk cincin coklat

127
GLOSARIUM

Analisis kation sistem H2S : proses pemisahan cara basah


berdasarkan pengendapan kation dalam tiap-tiap
golongan dengan pereaksi tertentu.
Analisis kualitatif : proses dalam mengidentifikasi keberadaan
kation, anion, senyawa kimia dalam suatu
sampel.
Anion : atom atau gugus atom yang bermuatan negatif.
Asam : spesies yang menghasilkan ion H+ atau H3O+
dalam larutan berair (Teori Arhenius). Asam
adalah spesies penerima/akseptor pasangan
elektron (Teori Lewis) dan asam adalah spesies
pemberi/donor proton (Teori Bronsted-Lowry).
Basa : spesies yang menghasilkan ion OH- dalam
larutan berair (Teori Arhenius), Basa adalah
spesies pemberi/donor pasangan elektron (Teori
Lewis) dan Basa adalah spesies
penerima/akseptor proton (Teori Bronsted-
Lowry).
Daya hantar listrik : ukuran seberapa kuat suatu larutan dapat
menghantarkan listrik.
Dekantasi : proses yang dilakukan untuk memisahkan
campuran larutan dan padatan yang paling
sederhana yaitu dengan menuangkan cairan
secara perlahan sehingga endapan tertinggal
dibagian dasar bejana.
Endapan : yang memisah dari fase padat keluar dari
larutan berupa kristal atau koloid dan bisa
dikeluarkan dari larutan melalui penyaringan
atau pemusingan (centrifuge).
Filtrat : substansi yang telah melewati penyaring.

128
Hasilkali kelarutan : Suatu larutan jenuh berupa garam
merupakan zat yang tidak terlarut.
Kation : ion bermuatan positif, terjadi apabila atom
unsure melepaskan satu atau lebih elektron
Kation golongan I : kation yang diendapkan sebagai garam
kloridanya yaitu Pb2+, Hg+ dan Ag+
Kation golongan II : kation yang tidak bereaksi dengan asam
klorida tetapi membentuk endapan dengan
hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral
encer. Kation golongan ini terdiri dari merkurium
(II), timbale (II), bismuth (III), tembaga (II),
kadnium (II), arsenic (III), arsenic (V), stibium
(III), stibium (V), timah (II) dan timah (IV).
Kation golongan III : kation yang membentuk sulfide yang lebih
larut dibandingkan dengan golongan II dan tidak
bereaksi dengan asam klorida encer namun
membentuk endapan dengan ammonium sulfide
dalam suasana netral (amoniakal). Kation
golongan III terdiri dari Aluminium (III),
Kromium (III), Besi (II) dan besi (III), Mangan
(II), Zink (II), dan Cobalt(II)
Kation golongan IV : kation yang tidak bereaksi dengan asam
klorida, hydrogen sulfide ataupun ammonium
sulfida; tetapi ammonium karbonat (jika ada
ammonia atau ion amonium dalam jumlah yang
sedang) membentuk endapan-endapan putih.
Kation golongan IV terdri dari barium (II),
stronsium (II) dan kalsium (II)
Kation golongan V : kation yang tidak mengendap dengan reagen-
reagen sebelumnya. Kation golongan V terdiri
dari magnesium (II), kalium (I), natrium (I),
ammonium (NH4+).

129
Kelarutan atau solubilitas : kemampuan suatu zat kimia tertentu,
zat terlarut (solute), untuk larut dalam suatu
pelarut (solvent).
Larutan elektrolit : larutan yang dapat menghantarkan listrik.
Larutan non-elektrolit : larutan yang tidak dapat menghantarkan
listrik.
Memanaskan : zat dimasukkan dalam tabung reaksi yang tahan
panas dan panaskan diatas nyala
Bunsen/pembakar spiritus atau di dalam
penangas air.
Reaksi pengendapan : jenis reaksi yang dapat berlangsung dalam
cairan, misalnya air, dapat dikatakan reaksi
pengendapan apabila reaksi tersebut
menghasilkan endapan.
Mereaksikan : memasukkan zat yang akan direaksikan ke
dalam tabung reaksi dengan volume sepertiga
tabung dan ditambahkan pereaksi sedikit demi
sedikit.
Organoleptik : analisis organoleptik adalah analisis
pendahuluan dengan melihat fasa, bentuk, warna,
dan kelarutannya dalam suatu pelarut.
Persamaan reaksi : penulisan simbolis dari sebuah reaksi kimia
atau lambang-lambang yang menyatakan suatu
reaksi kimia.
Reaksi pembentukan kompleks : dibentuk dari suatu ion (atau
molekul) kompleks terdiri dari satu atom (ion)
pusat dan sejumlah ligan yang terikat erat dengan
atom (ion) pusat itu.
Reaksi pengendapan : reaksi yang dilihat berdasarkan kelarutan
zat sehingga dapat terbentuk suatu endapan.

130
Redoks : reaksi yang didasarkan pada penangkaan dan
pelepasan elektron.
Residu : zat yang tertahan oleh kertas saring
Sentrifuge : pemisahan endapan dari suatu cairan.
Uji nyala : identifikasi suatu senyawa khususnya kation
berdasarkan nyala yang ditunjukkan.

131
INDEKS

Aluminium 60, 62, 64, 70, 71, 77, 129,


Ammonia 21, 22, 77, 105, 129
Ammonium karbonat 95, 129
Amonium 31, 36, 37, 62, 63, 64, 72, 73, 77, 85, 90, 92, 95, 96, 116, 117,
126, 135, 136
Anion 1, 7, 9, 10, 12, 14, 16, 22, 23, 35, 36, 59, 61, 62, 64, 66, 69, 70, 76,
79, 82, 100, 101, 102, 103, 104, 106, 107, 108, 109, 112, 113, 127, 128
Arsenik 75, 84
Asam 1, 3, 4, 5, 6, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 17, 18, 23, 24, 25, 26, 28, 28, 31, 34,
35, 36, 37, 38, 39, 45, 49, 50, 52, 53, 65, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 76,
77, 78, 80, 81, 85, 86, 87, 88, 90, 92, 93, 94, 96
Asam klorida
Asam nitrat
Asam pospat
Asam sulfat
Barium
Basa
Besi
Bilangan oksidasi
Bismuth
Cadmium
Dekantasi
Elektroda
Elektrolit
Endapan
Filtrat
Garam
Hasilkali kelarutan
Hidrolisis
Indikator
Ion kompleks
Kalsium

132
Kation
Kation
Kation golongan I
Kation golongan II
Kation golongan III
Kation golongan IV
Kation golongan V
Kelarutan
Kobal
Kompleks
Kromium
Ksp
Kualitatif
Larutan buffer
Larutan jenuh
Magnesium
Mangan
Massa atom relatif
Natrium
Nikel
Non-elektrolit
Nyala
Oksidasi
Oksidator
Organoleptik
Pelarut
Perak
Perak klorida
Perak nitrat
Pereaksi
Persamaan kimia
pH
Potensial elektroda
Reagen

133
Reaksi gas
Reduksi
Reduksi
Reduktor
Residu
Rumus empiris
Rumus molekul
Sentrifuse
Strontium
Tabung reaksi
Tembaga
Tetapan hidrolisis
Tetapan kesetimbangan
Timah
Timbal
Uji nyala
Zat terlarut
Zink

134
APPENDIX

A. Pembuatan Pereaksi
Asam
Asetat Diencerkan asam asetat glasial sebanyak 287
(encer 5M) ml dengan penambahan air hingga volume 1
liter.
Hidroklorit sp. g. 1,18 – 1,20, 12 M.
(pekat)
Hidroklorit (pekat Pengenceran HCl 12 M ditambahkan air
6M) dengan perbandingan volume 1 : 1.
Hidroklorit (encer Pengenceran asam 12 M ditambahkan air
2M) dengan perbandingan volume 1 : 5.
Nitrat (pekat) sp. g. 1,42, 16 M.
Nitrat Pengenceran asam 16M sebanyak 188 ml
(encer 3M) dengan penambahan air hingga volume 1
liter.
Sulfat (pekat) sp. g. 1,84, 18 M.
Sulfat Asam 18M ditambahkan air dengan
(encer 2M) perbandingan volume 1 : 8.

Basa
Amonium sp. g. 0,90, 15 M.
hidroksida
(pekat)
Amonium Pengenceran NH4OH 15 M ditambahkan air
Hidroksida (encer dengan perbandingan volume 1 : 2.
5M)
Barium Larutan jenuh
Hidroksida
Natrium Melarutkan 356 g padatan NaOH dalam air
Hidroksida (8M) dan diencerkan hingga volume 1 liter.

135
Garam dan Reagen yang lain
Aluminon 1 g garam amonium dari asam
aurintrikarboksilat dalam 1 liter air.
Amonium Asetat 77 g per liter dari larutan
(NH4C2H3O2 1M)
Amonium Klorida 107 g per liter dari larutan
(NH4Cl 2M)
Amonium Molibdate Dilarutkan MoO3 sebanyak 20 g dalam
(NH4)2MoO4 campuran 60 ml air suling dan 30 ml
NH4OH 15M. Tambahkan larutan ini
perlahan dan dengan pengadukan
konstan dalam sebuah campuran 230
ml air dan 100 ml HNO3 16M.
Amonium Oksalat 25 g per liter dari larutan
{(NH4)2C2O4 0,2M}
Amonium Sulfat 26 g per liter dari larutan
{(NH4)2SO4 0,2M}
Amonium Sulfit Tambahkan 1 volume dari reagen cair
{(NH4)2S} grade amonium sulfit yang dibuat oleh
pabrik kimia timbal ke dalam dua
volume dari air atau NH4OH 5M jenuh
dengan gas H2S.
Amonium Tiosianat Larutan jenuh dalam etil alkohol.
(NH4SCN)
Barium Klorida 49 g per liter dari larutan.
(BaCl2.2H2O 0,2M)
Air Klor Larutan jenuh
Dimetilglioksim Dilarutkan 10 g dalam 1000 ml dari
{(CH3)2C2(NOH)2} alkohol 95%.
Kertas Kertas saring soak dengan larutan pekat
Dipeniltiokarbazone dari dipeniltiokarbazone dalam aseton
or etil alkohol. Biarkan hingga kering;
selanjutnya potong menjadi bentuk
persegi panjang yang kecil.

136
Hidrogen Peroksida Larutan 3%.
(H2O2)
Besi (III) Nitrat 48 g per liter dari larutan.
(Fe(NO3)3 0,2M)
Besi (II) Sulfat 278 g per liter dari larutan. Tempatkan
(FeSO4.7H2O 1M) besi tua yang bersih dari besi di dalam
larutan dan diasamkan dengan
beberapa mililiter dari H2SO4 2M.
Timbal Asetat 78 g per liter dari larutan. Tambahkan
(Pb(C2H3O2)2.3H2O 10 ml dari asam asetat 5M tiap liter dari
0,2M) larutan.
Campuran magnesia Dilarutkan 55 g dari MgCl2.6H2O dan
140 g dari NH4Cl dalam 500 ml air.
Tambahkan 131 ml dari NH4OH 15M
dan dilarutkan dalam air hingga volume
1000 ml.
Reagen Magnesium Dilarutkan 0,1 g dari p-
nitrobenzeneazoresorcinol [dikenal juga
sebagai 4-(p-nitrophenylazo)resorcinol
atau 2,4 dihydroxy-4-nitroazobenzene]
dalam 1000 ml NaOH 0,025M.
Merkuri (II) Klorida 27 g per liter dari larutan.
(HgCl2 0,1M)
Kalium Kromat 38 g per liter dari larutan.
(K2CrO4 0,2M)
Kalium Sianida 13 g per liter dari larutan.
(KCN 0,2M)
Kalium 66 g per liter dari larutan.
Heksasianoferrate
(III)
(K3Fe(CN)6 0,2M)
Kalium 84 g per liter dari larutan.
Heksasianoferrate
(II)
(K4Fe(CN)6.3H2O

137
0,2M)
Kalium Nitrit 17 g per liter dari larutan.
(KNO2 0,2M)
Kalium Permanganat 3,2 g per liter dari larutan.
(KMnO4 0,02M)
Kalium Tiosinat 19 g per liter dari larutan.
(KSCN 0,2M)
Perak Nitrat 34 g per liter dari larutan.
(AgNO3 0,2M)
Natrium Asetat 27 g per liter dari larutan.
(NaC2H3O2.3H2O
0,2M)
Natrium Karbonat Larutan jenuh.
(Na2CO3)
Natrium Dilarutkan 10 g Co(NO3)2.6H2O dalam
Heksanitritokobaltat campuran yang terdiri dari 200 ml air
(III) suling dan 52 ml HC2H3O2 5M.
(Na3Co(NO2)6) Selanjutnya tambahkan 100 g NaNO2,
campurkan dengan baik, dan biarkan
selama 24 jam sebelum digunakan.
Dinatrium Fosfat 28 g per liter dari larutan.
(Na2HPO4 0,2M)
Natrium Tiosulfat 496 g er liter dari larutan.
(Na2S2O3.5H2O 2,0M)
Tioasetamida 75 g per liter dari larutan air. Siapkan
(CH3CSNH2 1M) dalam jumlah kecil saat dibutuhkan.
Reagen padat dan larutan harus
didinginkan.
Tin (II) Klorida Dilarutkan 45 g dari garam dalam 500
(SnCl2.3H2O 0,2M) ml HCl 6M dan diencerkan ke dalam 1
liter. Simpan dalam botol tertutup yang
mengandung beberapa butir tin.
Seng Uranil Asetat Tambahkan 10 g uranyl asetat
(UO2(C2H3O2)2.2H2O) ke dalam 5 ml
asam asetat 5M. Panaskan sebentar

138
selama 5 menit atau sampai padatan
larut. Selanjutnya diencerkan ke dalam
50 ml air dan jika dibutuhkan,
panaskan sampai padatan larut
seluruhnya. Tambahkan 30 g dari Seng
asetat (Zn(C2H3O2)2.2H2O) ke dalam 5
ml asam asetat 5M dan panaskan
sebentar selama 5 menit. Diencerkan
dengan menggunakan air sebanyak 50
ml dan jika diperlukan, panaskan
hingga garam larut sepenuhnya. Kedua
larutan tersebut dicampurkan untuk
menghasilkan larutan yang jernih.
Tambahkan sekitar 0,2 g NaCl dan
biarkan selama 24 jam. Tuangkan
larutan jernih jika digunakan.

B. Tetapan Hasilkali Kelarutan


Tabel 1. Hasilkali Kelarutan Endapan-Endapan pada
Suhu Kamar
Hasilkali Hasilkali
Zat Zat
Kelarutan Kelarutan
AgBr 7,7 x 10-13 FeS 4,0 x 10-19
AgBrO3 5,0 x 10 -5 Hg2Br2 5,2 x 10-23
AgCNS 1,2 x 10-12 Hg2Cl2 3,5 x 10-18
AgCl 1,5 x 10 -10 Hg2I2 1,2 x 10-28
Ag2C2O4 5,0 x 10-12 Hg2S 1 x 10-45
Ag2CrO4 2,4 x 10 12 HgS 4 x 10-54
AgI 0,9 x 10 -16 K2[PtCl6] 1,1 x 10-5
AgIO3 2,0 x 10-8 MgCO3 1,0 x 10-5
Ag3PO4 1,8 x 10 -18 MgC2O4 8,6 x 10-5
Ag2S 1,6 x 10-49 MgF2 7,0 x 10-9
Ag2SO4 7,7 x 10 -5 Mg(NH4)PO4 2,5 x 10-13
Al(OH)3 8,5 x 10 -23 Mg(OH)2 3,4 x 10-11
BaCO3 8,1 x 10-9 Mn(OH)2 4,0 x 10-14

139
Hasilkali Hasilkali
Zat Zat
Kelarutan Kelarutan
BaC2O4 1,7 x 10-7 MnS 1,4 x 10-15
BaCrO4 1,6 x 10-10 Ni(OH)2 8,7 x 10-19
BaSO4 9,2 x 10-11 NiS 1,4 x 10-24
Bi2S3 1,6 x 10-72 PbBr2 7,9 x 10-5
CaCO3 4,8 x 10-9 PbCl2 2,4 x 10-4
CaC2O4 2,6 x 10-9 PbCO3 3,3 x 10-14
CaF2 3,2 x 10-11 PbCrO4 1,8 x 10-14
CaSO4 2,3 x 10-4 PbF2 3,7 x 10-8
CdS 1,4 x 10-28 PbI2 8,7 x 10-9
Co(OH)2 1,6 x 10-18 Pb3(PO4)2 1,5 x 10-32
Co(OH)3 2,5 x 10-43 PbS 5 x 10-29
CoS 3 x 10-26 PbSO4 2,2 x 10-8
Cr(OH)3 2,9 x 10-29 SrCO3 1,6 x 10-9
CuBr 1,6 x 10-11 SrC2O4 5,0 x 10-8
CuCl 1,0 x 10-6 SrSO4 2,8 x 10-7
CuI 5,0 x 10-12 TlCl 1,5 x 10-4
CuS 1 x 10-44 TlI 2,8 x 10-8
Cu2S 2 x 10-47 Tl2S 1 x 10-22
CuSCN 1,6 x 10-11 Zn(OH)2 1 x 10-17
Fe(OH)2 4,8 x 10-16 ZnS 1 x 10-23
Fe(OH)3 3,8 x 10-38

C. Konstanta Asam dan Basa


Tabel 2. Tetapan Disosiasi dari Asam-Asam dan Basa-
Basa
Tingkatan
Asam ˚C K pK
disosiasi
Asam Berbasa Satu
HCl 25 1 ~ 107 ~–7
HBr 25 1 ~ 109 ~–9
HI 25 1 ~ 3 x 10 9 ~ – 9,48
HF 25 1 6,7 x 10-4 3,17

140
Tingkatan
Asam ˚C K pK
disosiasi
HCN 18 1 4,79 x 10-10 3,32
HCNO 25 1 2,2 x 10-4 3,66
HCNS 25 1 1,42 x 10-1 0,85
HClO 15 1 3,2 x 10-8 7,49
HClO2 25 1 4,9 x 10-3 2,31
HIO 25 1 2 x 10-10 9,70
HNO2 20 1 7 x 10-4 3,15
HNO3 30 1 22 – 1,34
CH3COOH 20 1 1,75 x 10-5 4,76
HCOOH 20 1 1,77 x 10-4 3,75
CH2Cl – COOH 20 1 1,39 x 10-3 2,86
CHCl2 – COOH 25 1 5,1 x 10-2 1,29
C6H5OH 20 1 1,05 x 10-10 9,98
C6H5COOH 20 1 6,24 x 10-5 4,20
C2H5COOH 20 1 1,34 x 10-5 4,87
Asam Berbasa Dua
H2CO3 25 1 4,31 x 10-7 6,37
25 2 5,61 x 10-11 10,25
H2S 20 1 9,1 x 10-8 7,04
20 2 1,2 x 10-15 14,92
H2SO3 18 1 1,66 x 10-2 1,78
18 2 1,02 x 10-2 1,99
H2SO4 20 1 ~ 4 x 10-1 0,4
2 1,27 x 10-2 1,9
(COOH)2 20 1 2,4 x 10-2 1,62
20 2 5,4 x 10-5 4,27
C4H6O6 1 9,04 x 10-4 3,04
(asam tartarat) 2 4,25 x 10-5 4,37
Asam Berbasa Tiga
H3AsO4 18 1 5,62 x 10-3 2,25
18 2 1,70 x 10-7 6,77
18 3 2,95 x 10-12 11,53

141
Tingkatan
Asam ˚C K pK
disosiasi
H3BO3 20 1 5,27 x 10-10 9,28
20 2 1,8 x 10-13 12,74
20 3 1,6 x 10-14 13,80
H3PO4 20 1 7,46 x 10-3 2,13
20 2 6,12 x 10-8 7,21
20 3 4,8 x 10-13 12,32
C6H8O7 20 1 7,21 x 10-4 3,14
(asam sitrat) 20 2 1,70 x 10-5 4,77
20 3 4,09 x 10-5 4,39
Basa
NaOH 25 1 ~4 – 0,60
LiOH 25 1 6,65 x 10-1 0,18
NH4OH 20 1 1,71 x 10-5 4,77
Ca(OH)2 25 1 4 x 10-2 1,40
25 2 3,74 x 10-3 2,43
Mg(OH)2 25 2 2,6 x 10-5 2,58
CH3 – NH2 20 1 4,17 x 10-4 3,38
(CH3)2 NH 20 1 5,69 x 10-4 3,24
(CH3)3 N 20 1 5,75 x 10-5 4,24
C2H5 – NH2 20 1 3,02 x 10-4 3,52
(C2H5)2 NH 25 1 8,57 x 10-4 3,07
(C2H5)3 N 25 1 5,6 x 10-4 3,25
C6H5 – NH2 20 1 4 x 10-10 9,40
(anilina)
C5H5N 20 1 1,15 x 10-9 8,94
(piridina)
C9H7N 20 1 5,9 x 10-10 9,23
(kuinolina)

142
D. Konstanta Ketidakstabilan Kompleks
Tabel 3. Tetapan Ketidakstabilan Ion-Ion Kompleks
[Ag(NH3)2]+ Ag+ + 2NH3 6,8 x 10-3
[Ag(S2O3)2] 3- Ag + 2S2O3
+ 2- 1,0 x 10-18
[Ag(CN)2] - Ag + 2CN
+ - 1,0 x 10-21
[Cu(CN)4]3- Cu+ + 4CN- 5,0 x 10-28
[Cu(NH3)4] 2+ Cu + 4NH3
2+ 4,6 x 10-14
[Cd(NH3)4] 2+ Cd + 4NH3
2+ 2,5 x 10-7
[Cd(CN)4]2- Cd2+ + 4CN- 1,4 x 10-17
[CdI4]2- Cd + 4I
2+ - 5 x 10-7
[HgCl4]2- Hg2+ + 4Cl- 6,0 x 10-17
[HgI4]2- Hg2+ + 4I- 5,0 x 10-31
[Hg(CN)4] 2- Hg + 4CN
2+ - 4,0 x 10-42
[Hg(SCN)4]2- Hg2+ + 4SCN- 1,0 x 10-22
[Co(NH3)6] 3+ Co2+ + 6NH3 2,2 x 10-34
[Co(NH3)6] 2+ Co + 6NH3
2+ 1,3 x 10-5
[I3]- I- + I2 1,4 x 10-2
[Fe(SCN)] 2+ Fe + SCN
3+ - 3,3 x 10-2
[Zn(NH3)4]2+ Zn2+ + 4NH3 2,6 x 10-10
[Zn(CN)4]2- Zn2+ + 4CN- 2 x 10-17

143
DAFTAR PUSTAKA

Briggs, J. G. R. 2000. Science in Focus Chemistry for GCE ‘O’


Level. Singapore: Pearson Education Asis Pte Ltd
Sawyer, Heineman, and Beebe.1984. Chemistry Experiments for
Instrumental Methods. New York: John Wiley & Sons
Sorum, Clarence Harvey, and Lagowski, J. J. 1977. Introduction
to Semimicro Qualitative Analysis. United State of
America: Prentice-Hall Inc
Svehla, G, 1979. Vogel’s Text Book of Macro and Semimicro
Qualitative Inorganic Analysis. Fifth ed. London:
Longman Group Limited

144
BIODATA PENULIS

Prof. Dr. Sri Poedjiastoeti, M.Si. dosen Jurusan


Kimia, FMIPA, Unesa sejak 1973 - sekarang.
Pendidikan yang ditempuh Sarjana Muda
Pendidikan Kimia (1969) Sarjana Pendidikan Kimia
(1977) IKIP Negeri Surabaya. S2 Kimia Analitik
(1995) Pascasarjana UGM, Yogyakarta. S3
Pendidikan IPA, (2010) UPI, Bandung. Mengajar
mata kuliah Kimia Analitik dan Kependidikan. Guru
Besar di bidang Pembelajaran Kimia Sekolah. Buku
yang pernah ditulis Rekonstruksi Pendidikan (2011),
Pembelajaran Kimia untuk Siswa Tunarungu (2014).
Email: sripoedjiastoeti@yahoo.com

Dra. Maria Monica. SBW, M.Si. dosen jurusan


Kimia, FMIPA, Unesa. Pendidikan S1 Pendidikan
Kimia dari IKIP Negeri Surabaya. S2 Kimia analisis
Fakultas Farmasi, Unair. Saat ini sedang menempuh
S3 IPA di Unair. Mengajar Kimia Analitik. Buku
yang pernah ditulis Bahasa Inggris bidang Kimia dan
Kimia Dasar.
Email: mariamonicasianita@yahoo.com

Drs. Sukarmin, M.Pd. dosen Jurusan Kimia, FMIPA


Unesa sejak Desember 1994 – sekarang. Mata kuliah
yang diampu Pembelajaran Inovasi, Kimia Analitik,
dan Pengembangan Media. Bidang keahlian yang
digeluti adalah Pengembangan Media Pembelajaran
Kimia. Saat ini sedang menempuh S3 Pendidikan
Sains Pascasarjana Unesa.
Email: sukarmin@unesa.ac.id

Rusmini S.Pd., M.Si. dosen Jurusan Kimia FMIPA,


Unesa sejak tahun 2005 -sekarang. Pendidikan S1
Pendidikan Kimia (2002) Unesa, S2 Kimia Analitik
(2005) Pascasarjana UGM, Yogyakarta. Mengampu
mata kuliah Kimia Analitik, Analisis Pangan, Kimia
Lingkungan dan Kepustakaan Kimia. Buku ajar yang
pernah ditulis berjudul Kepustakaan Kimia yang
diterbitkan oleh Absolut Media. Saat ini sebagai
Lektor Kepala.
Email: rusminiadjis@yahoo.com

Anda mungkin juga menyukai