Anda di halaman 1dari 20

Kromatografi merupakan metode pemisahan dan sekali gus merupakan metode

analisis. Berbeda dengan metode-metode pemisahan lainnya, kromatografi


merupakan metode pemisahan yang paling unggul dalam hal daya pisahnya, yaitu
kemampuan untuk memisahkan campuran ke dalam komponen-komponen
murninya. Metode ini dapat digunakan untuk analisis (analytical chromatography) yang
menangani kuantitas sampel dalam tingkat mikrogram atau lebih kecil, atau untuk
menghasilkan senyawa murni dalam jumlah miligram (preparative chromatoraphy),
atau untuk memproduksi senyawa murni dalam jumlah gram sampai kilo-gram
(industrial- atau process chromatography).

Instrumen kromatograf telah digabungkan dengan spektrometer sebagai


detektor menjadi hypenathed methods seperti Kromatografi Gas-Spektrometri Massa
(KGSM) atau Kromatografi Cair Kinerja Tinggi-Spektroskopi Massa (KCKT-SM).
Dengan menggunakan instrumen-instrumen yang disebut terakhir ini, pemisahan
campuran ke dalam komponen-komponennya dan analisis (kuantitatif dan kualitatif)
dapat dilakukan sekaligus, dan bahkan penentuan (elusidasi) struktur molekul pun
dapat dikerjakan sekali gus.

Sistem Kromatografi

Kromatografi secara umum merupakan suatu sistem yang terdiri atas fasa diam
(stationary phase) dan fasa gerak (mobile phase) yang bergerak di atas fasa diam tersebut.
Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang dibuat “diam” (immobilized) pada
suatu pendukung (support) yang berupa padatan. Sementara itu, fasa gerak adalah
suatu wujud yang secara alamiah dan spontan dapat bergerak, yang dapat berupa
cairan atau gas. Fasa gerak berfungsi untuk menggerakkan zat-zat yang akan
dipisahkan, sedangkan fasa diam berfungsi sebaliknya yaitu untuk menahan atau
menghambat zat-zat yang akan dipisahkan yang bergerak bersama fasa gerak. Karena
setiap zat akan mengalami hambatan oleh fasa diam yang berbeda-beda, maka
resultante dari pergerakkan dan penghambatan ini adalah perbedaan kecepatan
pergerakan atau perbedaan perpindahan (differential migration) diantara zat-zat yang
akan dipisahkan, dengan perkataan lain terjadilah pemisahan diantara zat-zat
tersebut.
Prinsip/Dasar Pemisahan Secara Kromatografi

Kromatografi adalah suatu proses fisik yang digunakan untuk memisahkan


komponen-komponen dari suatu campuran senyawa kimia. Dalam kromatografi,
campuran tersebut dibuat sebagai zone yang sempit (kecil) pada salah satu ujung
media porus seperti adsorben, yang disebut ‘alas’ atau ‘landasan’ (terjemahan dari
bed) kromatografi. Zone campuran kemudian digerakkan, dengan bantuan suatu
cairan atau gas yang bergerak sebagai pembawa (disebut fasa gerak), melalui media
porus tersebut, yang berupa partikel-partikel yang “diam” (tidak bergerak, stasioner,
disebut fasa diam). Sebagai akibatnya, masing-masing komponen dari campuran
tersebut akan terdistribusi (terbagi) secara tidak merata antara alas yang diam dan
cairan (atau gas) yang membawanya itu. Akibat selanjutnya, masing-masing
komponen akan bergerak atau bermigrasi pada kecepatan yang berbeda (differential
migration) dan dengan demikian akan sampai pada ujung lain dari alas tersebut pada
waktu yang berlainan, dan dengan demikian terjadilah pemisahan diantara
komponen-komponen yang ada. Jadi, sistem kromatografi terdiri atas fasa diam dan
fasa gerak. Fasa gerak bergerak melalui fasa diam tersebut. Fungsi fasa diam adalah
“menahan” komponen-komponen, sedangkan fungsi fasa gerak adalah
“menggerakkan” komponen-komponen tersebut. Karena masing-masing komponen
mempunyai koefisien distribusi yang berbeda pada kedua fasa tersebut maka
resultante dari proses “menahan” dan “menggerakkan” itu adalah: komponen-
komponen bergerak dengan kecepatan yang berbeda, dan sebagai hasilnya,
komponen-komponen ter-pisah satu sama lain dari campurannya, seperti diuraikan
tadi di atas.

Proses pemisahan tersebut di atas dapat diterangkan melalui ilustrasi dalam


Gambar 5.1. (a, b, c, d) sebagai berikut:
Gambar 5.1(a,b,c,d,e). Ilustrasi proses pemisahan suatu campuran senyawa kimia
ke dalam komponen- komponennya secara kromatografi.

Sampel yang terdiri atas tiga komponen senyawa, yang masing-masing digambarkan
sebagai , , dan  ditempatkan pada ujung atas dari suatu alas partikel (misalnya
kolom adsorben), membentuk suatu zone atau “pita” (band) yang sempit (Gambar
5.1.a). Bila kemudian kepada alas partikel tersebut dialirkan suatu cairan (atau gas)
pembawa maka sampel tersebut akan terbawa bergerak menuju ujung bawah dari
alas tersebut (Gambar 5.1.b). Molekul-molekul , , dan  akan bergerak dengan
kecepatan yang tidak sama tergantung bagaimana interaksinya (kelarutan, daya
adsorpsi, dan sebagainya) dengan alas partikel. Akibatnya, dalam perjalanannya
melalui media kromatografi, molekul-molekul , , dan  terlihat makin memisah
satu dari yang lainnya (Gambar 5.1.c) sejalan dengan pergerakannya dari posisi awal,
dan kemudian akan menuju ke luar dari alas partikel sebagai komponen-komponen
murni (Gambar 5.1.d). Gambar 5.1.e. mengilustrasikan suatu pemisahan senyawa-
senyawa berwarna dari campurannya (seperti ekstrak bunga-bungaan) dengan
metode kromatografi.

Pengetahuan dasar tentang apa yang terjadi di dalam kolom kromatografi sangat
diperlukan agar dapat menghindari masalah-masalah atau mendiagnosis masalah-
masalahyang mungkin terjadi, atau untuk dapat mengoptimalisasi kondisi-kondisi
percobaan, atau mengevaluasi kembali apa-apa yang dinyatakan oleh suatu pabrik
tentang kualitas suatu bahan pengisi kolom. Pengertian praktis tentang mengapa
pemisahan terjadi dan bagaimana suatu kolom bekerja, juga sangat penting kalau
ingin mencoba mengembangkan sendiri sistem pemisahan yang paling baik.

Pemisahan

Jika suatu campuran yang terdiri atas tiga komponen (A, B, C) disuntikkan kedalam
suatu kolom kromatografi dan kemudian komponen-komponen tersebut digerakkan
dari ujung kolom dimana campuran tersebut disuntikkan,ke ujung kolom lainnya,
bila tidak ada interaksi antarakomponen-komponen dengan kolom tersebut, maka
“pencatat” (recorder) pada alat kromatograf akan menghasilkan kromatogram seperti
Gambar 5.28 (a) di bawah ini:

Gambar 5.28 (a,b,c,d). Retensi zat-zat dan pemisahan oleh kolom kromatografi.

Dalam hal ini ketiga senyawa tersebut keluar dari kolom yang dilewatinya
pada waktu yang bersamaan dengan pelarut fasa gerak yang membawanya, yaitu to.

Bila ketiga komponen tersebut dalam perjalanannya dihambat oleh kolom tapi
dengan hambatan yang sama maka hasilnya seperti Gambar 5.28 (b). Dalam hal ini
retensi telah terjadi tapi kemudian tidak menyebabkan terjadinya pemisahan antara
komponen-komponen A,B, dan C.

Agar terjadi pemisahan seperti pada Gambar 5.28 (c), maka perlu adanya per-
bedaan retensi (retensi diferensial). Ini akan terjadi bila interaksi masing-masing
komponen tidak sama. Komponen A memperlihatkan interaks idengan kolom yang
paling kecil sehingga terelusi paling dulu sedangkan komponen C terelusi paling
akhir karena berinteraksi kuat dengan bahan pengisi kolom.

Sayangnya, setelah komponen-komponen terelusi, pemisahan yang sebenar-


nya tidaklah kemudian setiap komponen masing-masing terkonsentrasi (terpusat-
kan) membentuk pita-pita yang sempit seperti ditunjukkan dalam Gambar 5.28 (c).
Akantetapi yang terjadi adalah apa yang disebut dengan proses “pelebaran puncak”
(peak broadening) yaitu proses yang menyebabkan konsentrasi setiap komponen
dalameluat berubah sehingga plot (kurva) yang diperoleh (disebut kromatogram)
adalah seperti pada Gambar 5.28 (d).

Resolusi

Bila dua puncak kromatogram dari dua senyawa terpisah sempurna maka dikatakan
dua senyawa tersebut terpisah secara sempurna pula. Istilah resolusi bisa bersifat
deskriptif yaitu uraian kualitatifsaja atau terdefinisikan secara absolut yakni diberi
nilai kuantitatif dengan angka melalui perhitungan. Di bawah ini adalah gambar
kromatogram yang memperlihatkan pemisahan dua senyawa pada dua kolom yang
berbeda.
Gambar 5.29. Perbandingan derajat pemisahan (resolusi) dua senyawa pada kolom
dengan efisiensi yangberbeda.

Resolusi (R) pada kedua kolom tersebut didefinisikan secara absolut sebagai
berikut:

1, 18 d
R=
W1 + W2

W1 dan W2 adalah lebar puncak pada setengah tinggi. Simbol d adalah jarak
antara kedua puncak. Meskipun pada kedua kolom tersebut kedua senyawa dapat
dipisahkan secara sempurna tapi jelas terlihat bahwa tingkat (derajat) pemisahaan
pada kolom 2 lebih tinggi.

Dalam Gambar 5.29 kolom 1 mempunyai resolusi 1,5 sedangkan kolom 2


resolusinya kira-kira 6,0. Biasanya resolusi 1,0 sudah cukup. Tapi bila konsentrasi
komponen-komponen dalam sampel sangat bervariasi maka mungkin diperlukan
resolusi yang lebih besar agar dapat menentukan puncak-puncak yang kecil secara
lebih teliti.

Untuk dua puncak yang terpisah 98% sampai ke garis alas (lihatGambar2.30),
bila dihitung akan diperoleh resolusi sebesar 1,0 sedangkan untuk puncak yang
terpisah 99,7% sampai ke garis alas nilai resolusinya 1,5. Untuk keadaan per-tama
(resolusi 1,0), bila luas kedua puncak kita bagi dengan menggambar garis tegak lurus
melalui titik potong “lembah“ kedua puncak yang tumpang asuh itu, maka 2% dari
luas puncak yang satu adalah kepunyaan puncak yang satu lagi.

Gambar 5.30. Dua puncak yang 98% terpisah sampai ke garis dasar.

Selain itu, bentuk puncak akan mempengaruhi tingkat pemisahanyang di-


perlukan untuk memisahkan dua puncak secara sempurna.Bentuk puncak kromato-
grafi yang sempurna adalah suatu kurva Gauss (seperti lonceng).

Molekul-molekul suatu senyawa yang diinjeksikan ke dalamsuatu kolom


kromatografi dapat dibayangkan sebagai pita yang sempitdan rata. Karena molekul-
molekul tersebut bergerak selanjutnya dapat dibayangkan bahwa secara perlahan-
lahan molekul-molekul ini akan terdistribusi membentuk kurva Gauss (Gambar 5.31).

Gambar 5.31. Distribusi molekul (dan kurva Gauss) zat yang mengalami proses kromatografi.
Kurva Gauss menyatakan hasil distribusi statistik dari molekul-molekul di
dalam ruang yang ditempatinya. Jika di dalam kolom terjadi apa-apa yang mem-
pengaruhi bentuk puncak maka biasanya pemisahan akan menjadi jelek. Harus di-
usahakan agar bentuk puncak-puncak tetap simetris.

Gambar 5.32 a,b. Bentuk-bentuk puncak dalam kromatogram: simetris (a), datidak simetris (b).

Bagaimana Memperoleh Resolusi Yang Baik

Resolusi antara dua puncak merupakan fungsi dari tiga faktor yaitu: retensi,
selektivitas, dan efisiensi kolom. Retensi dan selektivitas merupakan fungsi sifat
kimia, fasa gerak, dan fasa diam.

Dalam Gambar 5.29 diperlihatkan bahwa ke dua kolom mem-punyai


selektivitas yang sama. Karena mempunyai selektivitas yang sama maka kemudian
ke dua puncak mempunyai waktu retensi yang sama pada ke dua kolom tersebut,
sedangkan bentuk puncak ditentukan oleh faktor ke tiga yaitu efisiensi kolom, yang
merupakan ukuran seberapa luas pita-pita komponen menyebar dalam
perjalanannya di sepanjang kolom. Suatu kolom yang lebih efisien akan
menghasilkan puncak yang lebih sempitdari kolom yang kurang efisien, untuk waktu
retensi yang sama.

Retensi Dan Faktor Kapasitas

Istilah retensi (dari retention) dalam kromatografi dapat diartikan sebagai hambatan
dari suatu fasa diam terhadap pergerakan suatu senyawa yang dibawa oleh fasa gerak
melalui fasa diam tersebut.. Retensi dapat diukur dan dinyatakan dengan beberapa
istilah yakn iWaktu Retensi Absolut, Waktu Retensi Terkoreksi (Corrected Retention
Time), atau Faktor Kapasitas.

Waktu Retensi Absolut (tR) adalah jangka waktu antara “penyuntikan”suatu

senyawa ke dalam kolom sampai munculnya titik maksimum puncak dari senyawa
tersebut.

Gambar 5.33. Pengertian waktu retensi.

Waktu Retensi Terkoreksi (tR’) adalah Waktu Retensi Absolut dikurangi jangka

waktu dari titik penyuntikan sampai munculnya puncak pelarut (t0).


tR’ = tR–t0

Faktor Kapasitas (k1) didefinisikan sebagai Waktu Retensi Terkoreksi dibagi

dengan Waktu Puncak Pelarut.

tR '
k1 =
t0

Faktor Kapasitas merupakan ukuran lamanya waktu bagi suatu komponen


sampel berada dalam fasa diam. Misalnya bila Faktor Kapasitas suatu zat terlarut
sama dengan 1 (satu) maka artinya zat tersebut telah meluangkan 50% dari waktu-
nya (selama berada dalam kolom)di dalam fasa gerak dan 50% lagi berada dalam
keadaan terlarut atau teradsorpsi pada fasa diam.

Faktor Kapasitas dari suatu zat juga merupakan ukuran KoefisienPartisi dari

zat tersebut antara dua fasa. Untuk pemisahan KromatografiCair nilai k1 harus dalam

rentang 1 sampai 10.

Selektivitas

Selektivitas juga disebut “adsorpsi diferensial”(differential adsorption) atau “kelarutan


diferensial” (differential solubility), merupakan ukuran kemampuan fasa diam untuk
membedakan dua senyawa. Jika kedua senyawa sama-sama larut dalam fasa diam
maka kemudian tidak akan ada perbedaan antara keduanya dan oleh karena itu tidak
akan terjadi pemisahan. Bagaimanapun baiknya efisiensi suatu kolom, jika fasa
diamnya tidak mempunyai selektivitas yang memadai maka pemisahan tidak akan
terjadi.

Secara matematis Selektivitas (α) didefinisikan sebagai perbandingan waktu


terkoreksi dari dua puncak.

t R'2
α=
t R'1
Gambar 2534. Pengukuran Selektivitas.

Selektivitas dalam Kromatografi Cair bisa diatur dengan mengubah-ubah fasa


gerak, tidak perlu mengganti kolom.

Efisiensi Kolom

Kolom yang lebih efisien dapat menghasilkan puncak-puncak yang lebih tajam
(sempit), untuk waktu retensi yang sama. Sebaliknya, kolom-kolom yang kurang
efisien menghasilkan puncak-puncak yang lebih lebar.

Istilah efisiensi kolom sebetulnya berasal dari teknik destilasi dan pada
kenyataannya memang teori destilasi dan kromatografi adalah sama.

Dalam destilasi, efisiensi suatu kolom, yang diperlukan untuk memperoleh


pemisahan dua komponen, dinyatakan dalam jumlah proses penguapan dan
pengembunan kembali, yang terjadi bila komponen-komponen tersebut melewati
kolom.

Suatu kolom destilasi bubble cup yang mempunyai keping-keping (atau piring-
piring ;plate) untuk tempat terjadinya kesetimbangan antara cairandan uap, mem-
perlihatkan dengan jelas proses penguapan dan pengembunan (lihat Gambar 5.35).
Gambar 5.35. Kolom destilasi bubble cup.

Dalam kolom di atas terjadi tiga kali penyeimbangan yang sempurna antara
fasa uapdan fasa cairan. Kemudian, setiap destilasi yang dapat menghasilkan
pemisahanyang sama dengan kolom ini dikatakan mempunyai efisiensi kolom
sebanyak 3 keping atau 3 keping teoritik.

Suatu kolom Kromatografi Cair biasanya mempunyai efisiensi kolom sekitar


10.000 keping teoritik. Nilai ini memberi gambaran tentang daya pisah kolom
Kromatografi Cair yang tinggi. Meskipun kolom tersebut tidak mempunyai keping-
keping yang betul-betul nampak terlihat, suatusenyawa yang melewatinya akan
mengalami proses penyeimbangan antara fasa gerak dan fasa diam kira-kira 10.000
kali.

Secara kuantitatif, efisiensi kolom dinyatakan sebagai jumlah keping teoritik


yang dapat dihitung dengan menggunakan perumusan sebagai berikut:

2
t 
N = 5,54  R 
W

dimana W = lebar puncak pada setengah tinggi; tR = waktu retensi absolut (total).
Gambar 5.36. Parameter-parameter untuk menghitung jumlah keping teoritik dari
puncak kromatogram.

Efisiensi kolom merupakan fungsi panjang kolom, ukuran partikel pengisi


kolom, dan kemerataan pengisi kolom.

Secara singkat, makin tinggi Efisiensi suatu kolom(N) maka makin sempit
puncak-puncak yang dihasilkannya. Dengan perkataan lain, puncak-puncak yang
sempit akan dihasilkan bila pada waktu senyawa tersebut melewati kolom hanya
sedikit terjadi pelebaran pita.

Ada tiga alasan utama terjadinya pelebaran pita, yaitu Difusi Eddy,Difusi
Longitudinal, dan Hambatan Terhadap Pengalihan Massa (resistance to mass transfer).

Difusi Eddy

Idealnya, sampel yang diinjeksikan (dimuatkan) kedalam suatu kolom sedapat


mungkin berupa pita atau zona yang sempit. Dalam “kolom kemasan”
(packedcolumns), salah satu faktor yang menyebabkan menyebarnya molekul-molekul
sampel dalam zona tersebut adalah Difusi Eddy atau disebut juga “Efek Jalan Ganda”
(theeffect of multiple paths).

Difusi Eddyterjadi karena adanya kenyataan bahwa ada molekul-molekul


suatu senyawa yang melalui lintasan yang lebih panjang dalam menembus partikulat
pengisi kolom dan ada molekul-molekul dari senyawa itu yang melintasi jalan yang
lebih pendek. Akibatnya adalah penyebaran pita atau zona itu.

Gambar 537. Difusi Eddy: Pelebaran pita yang disebabkan oleh perbedaan lintasan
yang ditempuh oleh molekul-molekul (senyawa yang sama) dalam
medium kromatografi.

Dalam kolom kemasan, efek Difusi Eddy tidak dipengaruhi oleh kecepatan
aliran fasa gerak tapi sangat tergantung pada kemerataan partikel alas kromatografi.
Oleh karena itu kolom harus diisi partikel-partikel pengisi kolom yang berukuran
sama serta diisikan hati-hati sehingga kerapatannya rata dan maksimum. Dengan
demikian setiap lintasan yang mungkin ditempuh oleh molekul-molekul senyawa
sampel,akan sama.

Difusi Longitudinal

Istilah difusi longitudinal ini berasal dari kenyataan bahwa semakin lama pita suatu
senyawakomponen akan cenderung menyebar kekeduaarah ujung kolom. Makin
lama suatu pita senyawa berada di dalam kolom maka makin besar difusi
longitudinal yang terjadi.
Gambar 5.38. Difusi longitudinal: pelebaran pita yang disebabkan
karenakecenderungan senyawa komponenmenyebar dengan sendirinya

ke kedua arah ujung kolom.

Pada kenyataannya, jika dalam proses kromatografi aliran fasa gerak dihenti-
kansama sekali untuk jangka waktu yang lama (sengaja diamati) maka komponen
tersebut akan menyebar secara merata ke seluruh kolom. Jadi besarnya difusi longi-
tudinal berbanding terbalik dengan kecepatan aliran.

Dalam Kromatografi Cair, efek difusi longitudinal ini kecil dibandingkan


dengan efek longitudinal dalam Kromatografi Gas. Hal ini karena kecepatan difusi
dalam cairan kira-kira 10.000 kali lebih kecil dari pada dalam gas.

Hambatan Terhadap Pengalihan Massa

Faktor “Hambatan Terhadap Pengalihan Massa” bertalian dengan mudah atau tidak-
nya molekul-molekul berpindah dari fasa gerak ke fasa diam, dan sebaliknya.

Keadaan ideal terjadi bila kecepatan fasa gerak sangat rendah karena dengan
demikian molekul-molekul sampel mempunyai cukup banyak waktu untuk
mencapai keadaan kesetimbangan antara fasadiam dan fasa gerak. Bila kecepatan alir
fasa gerak tinggi maka molekul-molekulyang terlarut atau teradsorpsi dalam fasa
diam akan “tertinggal” oleh molekul-molekul dalam fasa gerak dan akibatnya
terjadilah pelebaran pita. Jadi besarnya efek ini berbanding langsung dengan
kecepatan alir fasa gerak.

Gambar 5.39. Pelebaran pita yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi aktual
dalam fasa gerak dengan konsentrasinya dalam kesetimbangan, karena
adanya massa zat yang”ketinggalan”oleh fasa gerak.

Faktor-faktor lain yang mempengaruhi “hambatan terhadap pengalihan


massa” adalah ukuran partikel (makin kecil makin baik) dan ketebalan fasa diam
(makin tipis makin baik) karena dengan demikian akan mempermudah penyeim-
bangan antara fasa diam dan fasa gerak. Selain itu, viskositas pelarut juga akan
mempengaruhi pengalihan massa. Pengalihan molekul antara fasa-fasa akan lebih
cepat bila digunakan pelarut yang mempunyai viskositas yang rendah seperti
asetonitril.

Persamaan Van Deemter

Van Deemter telah menurunkan suatu persamaan yang menghubungkan ukuran


efisiensi suatu kolom, yakni HETP (Height Equivalent to a Theoretical Plate; tinggi yang
setara dengan satu keeping teoritik), dengan gabungan faktor-faktor yang menye-
babkan pelebaran pita tersebut di atas, serta dengan kecepatan fasa gerak, sebagai
berikut:

B
HETP = A + + C

dimana suku A = Difusi Eddy.

B = Difusi Longitudinal (disebut juga Difusi Molekular).

C = Hambatan Terhadap Pengalihan Massa.

µ= Kecepatan linier fasa gerak.

Makin rendah HETP maka akan makin tinggi efisiensi suatuk olom dan akan
makin sempit dan runcing puncak-puncak yang dihasilkannya. Efisiensi suatu kolom
dengan sendirinya dapat pula diukur oleh banyaknya keping teoritik N dari kolom
tersebut karena banyaknya keping teoritik tersebut berhubungan langsung dengan
HETP. Hubungannya adalah sebagai berikut:

L
HETP =
N

dimana L = panjang kolom

Suku A dalam persamaan Van Deemter dipengaruhi oleh kecepatan alir fasa
gerak sehingga kurva antara HETP dengan µ adalah:

Gambar 5.40. Kurva antara kecepatan linier fasa gerak dengan efisiensi kolom,
menyatakan ketidak tergantungan sumbangan pelebaran pita dari Difusi
Eddy pada kecepatan linier fasa gerak.
Sedangkan suku B berbanding terbalik dengan kecepatan alir dan mempunyai
plot sebagai berikut:

Gambar 5.41. Kurva antara kecepatan linier fasa gerak dengan efisiensi kolom,
menyatakan hubungan berbanding terbalik antara sumbangan
pelebaran pita dari Difusi Longitudinal dengan kecepatan linier fasa
gerak.

Sementara itu, suku C berbanding lurus dengan kecepatan fasa gerak. Plot
HETP terhadap µadalah sebagai berikut:

Gambar 5.42. Kurva antara kecepatan linier fasa gerak dengan efisiensi kolom,
menyatakan hubunganlinier antara sumbangan pelebaran pita dari
“Hambatan Terhadap Pengalihan Massa”dengan kecepatan linier fasa
gerak.
Dengan demikian gabungan ke tiga plot tersebut (plot Van Deemeter) adalah
sebagai berikut:

Gambar 5.43. Kurva Van Deemter, menunjukkan adanya kecepatan optimum dari fasa
gerak yang memberikan efisiensi (HETP) optimum.

Dari plot tersebut di atas jelas bahwa ada suatu kecepatan linier optimum
tertentu dimana HETP mempunyai harga minimum (kolom paling efisien). Walau-
pun demikian dalam prakteknya, bekerja padaHETP minimum boleh dikatakan tidak
pernah dilakukan karena artinya kita harus bekerja pada kecepatan alir yang sangat
rendah, yang berarti waktu analisis yang lama.

Faktor yang lebih penting untuk diperhatikan adalah ukuran partike lkarena
ternyata juga bahwa makin kecil partikel maka plot VanDeemter makin landai. Ini
berarti bahwa menaikkan kecepatan alir fasa gerak tidak banyak menyebabkan HETP
naik jauh dari HETP optimumnya. Dengan partikel-partikel yang lebih kecil maka
hambatan terhadap pengalihan massa lebih kecil.

Persamaan Resolusi

Resolusi antara dua komponen dalam suatu pemisahan dapat dinyatakan sebagai
fungsi retensi, selektivitas kolom, dan efisiensi kolom.
1  α-1   k' 
R= N  + 
4  α   k'+1 

efisiensi kolomselektivitas retensi

Nilai R yang diperoleh akan sama betul dengan yang diperoleh dari persamaan
resolusi sebelumnya.

Optimalisasi Pemisahan

Langkah pertama dalam mengoptimalisasi suatu pemisahan dengan metode


Kromatografi Cair adalah memperoleh retensi yang memadai. Kemudian pemisahan
dapat diperbaiki dengan menaikkan retensi darik΄ = 1 sampai kira-kira k΄ = 10.
Retensi (dan dengan sendirinya k΄) dinaikkan dengan menurunkan kekuatan pelarut
dan mungkin perlu mengganti kolomnya sendiri.

Pemisahan dapat pula diperbaiki dengan menaikkan selektivitas. Selektivitas dapat


diubah-ubah, selain dengan mengganti kolom,dengan mengubah komposisi fasa
gerak, menambahkan pelarut modifier, mengubah pH, dan atau suhu. Perbaikan
pemisahan juga dapat diusahakan dengan menaikkan efiseinsi kolom yang dapat
dilakukan dengan mengurangi kecepatan alir fasa gerak, menggunakan pelarut
encer (tidak kental), menaikkan suhu kolom, menurunkan ukuran partikel, atau
menggunakan dua atau lebih kolom yang dipasang berurutan

Anda mungkin juga menyukai