Sistem Kromatografi
Kromatografi secara umum merupakan suatu sistem yang terdiri atas fasa diam
(stationary phase) dan fasa gerak (mobile phase) yang bergerak di atas fasa diam tersebut.
Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang dibuat “diam” (immobilized) pada
suatu pendukung (support) yang berupa padatan. Sementara itu, fasa gerak adalah
suatu wujud yang secara alamiah dan spontan dapat bergerak, yang dapat berupa
cairan atau gas. Fasa gerak berfungsi untuk menggerakkan zat-zat yang akan
dipisahkan, sedangkan fasa diam berfungsi sebaliknya yaitu untuk menahan atau
menghambat zat-zat yang akan dipisahkan yang bergerak bersama fasa gerak. Karena
setiap zat akan mengalami hambatan oleh fasa diam yang berbeda-beda, maka
resultante dari pergerakkan dan penghambatan ini adalah perbedaan kecepatan
pergerakan atau perbedaan perpindahan (differential migration) diantara zat-zat yang
akan dipisahkan, dengan perkataan lain terjadilah pemisahan diantara zat-zat
tersebut.
Prinsip/Dasar Pemisahan Secara Kromatografi
Sampel yang terdiri atas tiga komponen senyawa, yang masing-masing digambarkan
sebagai , , dan ditempatkan pada ujung atas dari suatu alas partikel (misalnya
kolom adsorben), membentuk suatu zone atau “pita” (band) yang sempit (Gambar
5.1.a). Bila kemudian kepada alas partikel tersebut dialirkan suatu cairan (atau gas)
pembawa maka sampel tersebut akan terbawa bergerak menuju ujung bawah dari
alas tersebut (Gambar 5.1.b). Molekul-molekul , , dan akan bergerak dengan
kecepatan yang tidak sama tergantung bagaimana interaksinya (kelarutan, daya
adsorpsi, dan sebagainya) dengan alas partikel. Akibatnya, dalam perjalanannya
melalui media kromatografi, molekul-molekul , , dan terlihat makin memisah
satu dari yang lainnya (Gambar 5.1.c) sejalan dengan pergerakannya dari posisi awal,
dan kemudian akan menuju ke luar dari alas partikel sebagai komponen-komponen
murni (Gambar 5.1.d). Gambar 5.1.e. mengilustrasikan suatu pemisahan senyawa-
senyawa berwarna dari campurannya (seperti ekstrak bunga-bungaan) dengan
metode kromatografi.
Pengetahuan dasar tentang apa yang terjadi di dalam kolom kromatografi sangat
diperlukan agar dapat menghindari masalah-masalah atau mendiagnosis masalah-
masalahyang mungkin terjadi, atau untuk dapat mengoptimalisasi kondisi-kondisi
percobaan, atau mengevaluasi kembali apa-apa yang dinyatakan oleh suatu pabrik
tentang kualitas suatu bahan pengisi kolom. Pengertian praktis tentang mengapa
pemisahan terjadi dan bagaimana suatu kolom bekerja, juga sangat penting kalau
ingin mencoba mengembangkan sendiri sistem pemisahan yang paling baik.
Pemisahan
Jika suatu campuran yang terdiri atas tiga komponen (A, B, C) disuntikkan kedalam
suatu kolom kromatografi dan kemudian komponen-komponen tersebut digerakkan
dari ujung kolom dimana campuran tersebut disuntikkan,ke ujung kolom lainnya,
bila tidak ada interaksi antarakomponen-komponen dengan kolom tersebut, maka
“pencatat” (recorder) pada alat kromatograf akan menghasilkan kromatogram seperti
Gambar 5.28 (a) di bawah ini:
Gambar 5.28 (a,b,c,d). Retensi zat-zat dan pemisahan oleh kolom kromatografi.
Dalam hal ini ketiga senyawa tersebut keluar dari kolom yang dilewatinya
pada waktu yang bersamaan dengan pelarut fasa gerak yang membawanya, yaitu to.
Bila ketiga komponen tersebut dalam perjalanannya dihambat oleh kolom tapi
dengan hambatan yang sama maka hasilnya seperti Gambar 5.28 (b). Dalam hal ini
retensi telah terjadi tapi kemudian tidak menyebabkan terjadinya pemisahan antara
komponen-komponen A,B, dan C.
Agar terjadi pemisahan seperti pada Gambar 5.28 (c), maka perlu adanya per-
bedaan retensi (retensi diferensial). Ini akan terjadi bila interaksi masing-masing
komponen tidak sama. Komponen A memperlihatkan interaks idengan kolom yang
paling kecil sehingga terelusi paling dulu sedangkan komponen C terelusi paling
akhir karena berinteraksi kuat dengan bahan pengisi kolom.
Resolusi
Bila dua puncak kromatogram dari dua senyawa terpisah sempurna maka dikatakan
dua senyawa tersebut terpisah secara sempurna pula. Istilah resolusi bisa bersifat
deskriptif yaitu uraian kualitatifsaja atau terdefinisikan secara absolut yakni diberi
nilai kuantitatif dengan angka melalui perhitungan. Di bawah ini adalah gambar
kromatogram yang memperlihatkan pemisahan dua senyawa pada dua kolom yang
berbeda.
Gambar 5.29. Perbandingan derajat pemisahan (resolusi) dua senyawa pada kolom
dengan efisiensi yangberbeda.
Resolusi (R) pada kedua kolom tersebut didefinisikan secara absolut sebagai
berikut:
1, 18 d
R=
W1 + W2
W1 dan W2 adalah lebar puncak pada setengah tinggi. Simbol d adalah jarak
antara kedua puncak. Meskipun pada kedua kolom tersebut kedua senyawa dapat
dipisahkan secara sempurna tapi jelas terlihat bahwa tingkat (derajat) pemisahaan
pada kolom 2 lebih tinggi.
Untuk dua puncak yang terpisah 98% sampai ke garis alas (lihatGambar2.30),
bila dihitung akan diperoleh resolusi sebesar 1,0 sedangkan untuk puncak yang
terpisah 99,7% sampai ke garis alas nilai resolusinya 1,5. Untuk keadaan per-tama
(resolusi 1,0), bila luas kedua puncak kita bagi dengan menggambar garis tegak lurus
melalui titik potong “lembah“ kedua puncak yang tumpang asuh itu, maka 2% dari
luas puncak yang satu adalah kepunyaan puncak yang satu lagi.
Gambar 5.30. Dua puncak yang 98% terpisah sampai ke garis dasar.
Gambar 5.31. Distribusi molekul (dan kurva Gauss) zat yang mengalami proses kromatografi.
Kurva Gauss menyatakan hasil distribusi statistik dari molekul-molekul di
dalam ruang yang ditempatinya. Jika di dalam kolom terjadi apa-apa yang mem-
pengaruhi bentuk puncak maka biasanya pemisahan akan menjadi jelek. Harus di-
usahakan agar bentuk puncak-puncak tetap simetris.
Gambar 5.32 a,b. Bentuk-bentuk puncak dalam kromatogram: simetris (a), datidak simetris (b).
Resolusi antara dua puncak merupakan fungsi dari tiga faktor yaitu: retensi,
selektivitas, dan efisiensi kolom. Retensi dan selektivitas merupakan fungsi sifat
kimia, fasa gerak, dan fasa diam.
Istilah retensi (dari retention) dalam kromatografi dapat diartikan sebagai hambatan
dari suatu fasa diam terhadap pergerakan suatu senyawa yang dibawa oleh fasa gerak
melalui fasa diam tersebut.. Retensi dapat diukur dan dinyatakan dengan beberapa
istilah yakn iWaktu Retensi Absolut, Waktu Retensi Terkoreksi (Corrected Retention
Time), atau Faktor Kapasitas.
senyawa ke dalam kolom sampai munculnya titik maksimum puncak dari senyawa
tersebut.
Waktu Retensi Terkoreksi (tR’) adalah Waktu Retensi Absolut dikurangi jangka
tR '
k1 =
t0
Faktor Kapasitas dari suatu zat juga merupakan ukuran KoefisienPartisi dari
zat tersebut antara dua fasa. Untuk pemisahan KromatografiCair nilai k1 harus dalam
Selektivitas
t R'2
α=
t R'1
Gambar 2534. Pengukuran Selektivitas.
Efisiensi Kolom
Kolom yang lebih efisien dapat menghasilkan puncak-puncak yang lebih tajam
(sempit), untuk waktu retensi yang sama. Sebaliknya, kolom-kolom yang kurang
efisien menghasilkan puncak-puncak yang lebih lebar.
Istilah efisiensi kolom sebetulnya berasal dari teknik destilasi dan pada
kenyataannya memang teori destilasi dan kromatografi adalah sama.
Suatu kolom destilasi bubble cup yang mempunyai keping-keping (atau piring-
piring ;plate) untuk tempat terjadinya kesetimbangan antara cairandan uap, mem-
perlihatkan dengan jelas proses penguapan dan pengembunan (lihat Gambar 5.35).
Gambar 5.35. Kolom destilasi bubble cup.
Dalam kolom di atas terjadi tiga kali penyeimbangan yang sempurna antara
fasa uapdan fasa cairan. Kemudian, setiap destilasi yang dapat menghasilkan
pemisahanyang sama dengan kolom ini dikatakan mempunyai efisiensi kolom
sebanyak 3 keping atau 3 keping teoritik.
2
t
N = 5,54 R
W
dimana W = lebar puncak pada setengah tinggi; tR = waktu retensi absolut (total).
Gambar 5.36. Parameter-parameter untuk menghitung jumlah keping teoritik dari
puncak kromatogram.
Secara singkat, makin tinggi Efisiensi suatu kolom(N) maka makin sempit
puncak-puncak yang dihasilkannya. Dengan perkataan lain, puncak-puncak yang
sempit akan dihasilkan bila pada waktu senyawa tersebut melewati kolom hanya
sedikit terjadi pelebaran pita.
Ada tiga alasan utama terjadinya pelebaran pita, yaitu Difusi Eddy,Difusi
Longitudinal, dan Hambatan Terhadap Pengalihan Massa (resistance to mass transfer).
Difusi Eddy
Gambar 537. Difusi Eddy: Pelebaran pita yang disebabkan oleh perbedaan lintasan
yang ditempuh oleh molekul-molekul (senyawa yang sama) dalam
medium kromatografi.
Dalam kolom kemasan, efek Difusi Eddy tidak dipengaruhi oleh kecepatan
aliran fasa gerak tapi sangat tergantung pada kemerataan partikel alas kromatografi.
Oleh karena itu kolom harus diisi partikel-partikel pengisi kolom yang berukuran
sama serta diisikan hati-hati sehingga kerapatannya rata dan maksimum. Dengan
demikian setiap lintasan yang mungkin ditempuh oleh molekul-molekul senyawa
sampel,akan sama.
Difusi Longitudinal
Istilah difusi longitudinal ini berasal dari kenyataan bahwa semakin lama pita suatu
senyawakomponen akan cenderung menyebar kekeduaarah ujung kolom. Makin
lama suatu pita senyawa berada di dalam kolom maka makin besar difusi
longitudinal yang terjadi.
Gambar 5.38. Difusi longitudinal: pelebaran pita yang disebabkan
karenakecenderungan senyawa komponenmenyebar dengan sendirinya
Pada kenyataannya, jika dalam proses kromatografi aliran fasa gerak dihenti-
kansama sekali untuk jangka waktu yang lama (sengaja diamati) maka komponen
tersebut akan menyebar secara merata ke seluruh kolom. Jadi besarnya difusi longi-
tudinal berbanding terbalik dengan kecepatan aliran.
Faktor “Hambatan Terhadap Pengalihan Massa” bertalian dengan mudah atau tidak-
nya molekul-molekul berpindah dari fasa gerak ke fasa diam, dan sebaliknya.
Keadaan ideal terjadi bila kecepatan fasa gerak sangat rendah karena dengan
demikian molekul-molekul sampel mempunyai cukup banyak waktu untuk
mencapai keadaan kesetimbangan antara fasadiam dan fasa gerak. Bila kecepatan alir
fasa gerak tinggi maka molekul-molekulyang terlarut atau teradsorpsi dalam fasa
diam akan “tertinggal” oleh molekul-molekul dalam fasa gerak dan akibatnya
terjadilah pelebaran pita. Jadi besarnya efek ini berbanding langsung dengan
kecepatan alir fasa gerak.
Gambar 5.39. Pelebaran pita yang disebabkan oleh perbedaan konsentrasi aktual
dalam fasa gerak dengan konsentrasinya dalam kesetimbangan, karena
adanya massa zat yang”ketinggalan”oleh fasa gerak.
B
HETP = A + + C
Makin rendah HETP maka akan makin tinggi efisiensi suatuk olom dan akan
makin sempit dan runcing puncak-puncak yang dihasilkannya. Efisiensi suatu kolom
dengan sendirinya dapat pula diukur oleh banyaknya keping teoritik N dari kolom
tersebut karena banyaknya keping teoritik tersebut berhubungan langsung dengan
HETP. Hubungannya adalah sebagai berikut:
L
HETP =
N
Suku A dalam persamaan Van Deemter dipengaruhi oleh kecepatan alir fasa
gerak sehingga kurva antara HETP dengan µ adalah:
Gambar 5.40. Kurva antara kecepatan linier fasa gerak dengan efisiensi kolom,
menyatakan ketidak tergantungan sumbangan pelebaran pita dari Difusi
Eddy pada kecepatan linier fasa gerak.
Sedangkan suku B berbanding terbalik dengan kecepatan alir dan mempunyai
plot sebagai berikut:
Gambar 5.41. Kurva antara kecepatan linier fasa gerak dengan efisiensi kolom,
menyatakan hubungan berbanding terbalik antara sumbangan
pelebaran pita dari Difusi Longitudinal dengan kecepatan linier fasa
gerak.
Sementara itu, suku C berbanding lurus dengan kecepatan fasa gerak. Plot
HETP terhadap µadalah sebagai berikut:
Gambar 5.42. Kurva antara kecepatan linier fasa gerak dengan efisiensi kolom,
menyatakan hubunganlinier antara sumbangan pelebaran pita dari
“Hambatan Terhadap Pengalihan Massa”dengan kecepatan linier fasa
gerak.
Dengan demikian gabungan ke tiga plot tersebut (plot Van Deemeter) adalah
sebagai berikut:
Gambar 5.43. Kurva Van Deemter, menunjukkan adanya kecepatan optimum dari fasa
gerak yang memberikan efisiensi (HETP) optimum.
Dari plot tersebut di atas jelas bahwa ada suatu kecepatan linier optimum
tertentu dimana HETP mempunyai harga minimum (kolom paling efisien). Walau-
pun demikian dalam prakteknya, bekerja padaHETP minimum boleh dikatakan tidak
pernah dilakukan karena artinya kita harus bekerja pada kecepatan alir yang sangat
rendah, yang berarti waktu analisis yang lama.
Faktor yang lebih penting untuk diperhatikan adalah ukuran partike lkarena
ternyata juga bahwa makin kecil partikel maka plot VanDeemter makin landai. Ini
berarti bahwa menaikkan kecepatan alir fasa gerak tidak banyak menyebabkan HETP
naik jauh dari HETP optimumnya. Dengan partikel-partikel yang lebih kecil maka
hambatan terhadap pengalihan massa lebih kecil.
Persamaan Resolusi
Resolusi antara dua komponen dalam suatu pemisahan dapat dinyatakan sebagai
fungsi retensi, selektivitas kolom, dan efisiensi kolom.
1 α-1 k'
R= N +
4 α k'+1
Nilai R yang diperoleh akan sama betul dengan yang diperoleh dari persamaan
resolusi sebelumnya.
Optimalisasi Pemisahan