Anda di halaman 1dari 6

• Akhirnya, sebuah gong dibunyikan.

Itu pralambang peletakkan Batu Ni-


san yang menutup makam Yesus. Pada saat gong dibunyikan kegaduhan
berhenti total. Suasana menjadi sunyi senyap, menantikan dengan penuh
harap kebangkitan pada hari Paskah.
• Lampu tidak dinyalakan lagi. LA TENEBRAE
D. PENUTUP

M: Saudara-saudari, kita telah mengikuti proses penguburan Yesus dan mere-


nungkan ketujuh sabda terakhir Yesus dari atas kayu salib. Tubuh Yesus
telah dimakamkan dan disambut oleh sepi dan dinginnya pratala. Dunia
gelap dan senyap.
Bumi menerima tubuh Tuhan. Dan kini, kita menantikan kebangki-
tan mulia Kristus yang akan kita rayakan dengan penuh kemuliaan besok
malam.
Saudara-saudari dapat meninggalkan ruangan ini dengan khidmat
tanpa mengeluarkan suara, atau tetap berada di kapel ini untuk menikmati
kekosongan dan kesunyian di sekitar makam Yesus.

Renungan Tujuh Sabda


Dan
Pemakaman Yesus Kristus

Kapel Skolastikat SCJ Yogyakarta


Jumat, 3 April 2015

12 1
TENEBRAE Rm. Bet Van der Heiden, SCJ menulis sebuah doa demikian:
“ya Tuhan, aku bersedia bagiMu untuk apa saja yang Kauinginkan, tanpa ba-
tas. Ambillah waktuku. Seluruhnya tersedia bagiMu. Seluruhnya akan kupakai
TATA LAKSANA : untuk apa saja yang Kauinginkan tanpa minta waktu bagi diriku sendiri. Ambil-
• Gereja dalam keadaan terang. Di panti imam, ditempatkan tujuh lilin yang lah bakatku entah mau dipakai atau tidak dipakai, kalau dari pemimpin atau
besarnya sama dan pada awal ibadat telah dinyalakan. Di bagian tengah, komunitas menuntut bakatku untuk belajar atau bekerja atau apa saja yang
ditempatkan satu lilin besar yang menyala. Altar dan sekitarnya kosong, diperlukan bagi orang lain akan kupakai, kalau tidak, dengan senang hati tidak
dan taplak altar tidak dipasang. akan kupakai. Ambillah kesehatanku, entah Engkau memberikan kesehatan yang
• Koor menyanyikan “Bleibet Heir” (Buku Taize No. 09) secara berulang- baik atau penyakit. Kusediakan tenagaku. Kalau Engkau mau memakai saya
ulang. Setelah koor menyanyikan lagu tersebut beberapa kali, moderator sebagai imam, aku siap dan rela. Kalau Engkau memberikan situasi yang
menyampaikan pengantar tentang “Tenebrae”. Sementara itu, koor men- membingungkan, siaplah aku menghadapi dan menyelesaikannya. Sebab aku
yanyikan lagu dengan suara lembut. menyadari dan tersentuh oleh cinta-Mu yang begitu besar, sampai men-
• Setelah moderator selesai menyampaikan pengantar, suara koor kembali gorbankan hidup-Mu sendiri. Bagaimana hatiku bisa tidak terpikat oleh-Mu
mengeras. Selanjutnya, para petugas ibadat masuk ke kapel. Setelah atau tidak tahu terima kasih? Hanya satu saja terimakasih yang pantas bagiMu:
menghormati altar dengan menundukkan kepala, mereka berjalan menuju menyediakan diri sepenuhnya bagi-Mu……
ke tempat duduk yang telah disediakan di panti imam. Ketika para petugas
ibadat telah menempati posisinya masing-masing, suara koor semakin • Dinyanyikan lagu ”Tenebrae Factae Sunt”.
lembut dan akhirnya hilang. • Misdinar dengan penuh hormat memadamkan satu lilin.
• Lampu kapel dimatikan.
M : (Moderator mengenakan pakaian lektor)
Saudara-saudari yang terkasih,
Ibadat yang akan kita laksanakan pada hari Jumat Agung petang ini C. PROSESI LILIN
merupakan adaptasi dari OFFICIUM TENEBRARUM. OFFICIUM TE-
NEBRARUM adalah suatu ibadat yang biasa dilaksanakan dalam gereja- • Setelah lilin ketujuh dimatikan, semua lampu di dalam kapel dimatikan.
gereja dan biara-biara kuno. Sampai sekarang, ibadat ini masih tetap dilak- Pemimpin ibadat dan misdinar maju ke depan. Setelah hormat dengan me-
sanakan di sejumlah biara kontemplatif. Tujuannya adalah untuk ikut serta nundukkan kepala ke arah lilin, kemudian pemimpin ibadat mengambil
menguburkan Yesus dan merasakan suasana pada saat penguburan itu. lilin besar yang masih menyala. Dengan membawa lilin itu, pemimpin
Selain itu, ibadat ini juga dimaksudkan supaya kita dapat merasa- ibadat, diikuti oleh para misdinar, pergi keluar ruangan sebelah kiri atau
kan kondisi dunia ketika Yesus, Sang Terang Dunia, tidak berada lagi di kanan, dan kemudian berhenti sebentar di sana.
dunia ini. Dengan demikian, ibadat ini sekaligus juga mengarahkan kita • Saat lilin besar mulai diangkat, kegaduhan dimulai. Semakin lilin itu men-
pada perayaan Malam Paskah. jauh dari altar, suara kegaduhan semakin keras, dan memuncak pada saat
Oleh karena itu, marilah kita menggunakan daya dan kemampuan lilin itu sudah ada di luar ruangan.
akal budi kita untuk membayangkan bahwa pada saat ini, diri kita hadir • Lalu pemimpin masuk ruangan kembali dan lilin itu dibawa kembali sam-
mengelilingi jenasah Yesus, bersama Bunda Maria, para perempuan, Yu- pai ke altar. Pada saat itu, kegaduhan mulai berkurang dan kemudian
suf dari Arimatea, dan beberapa murid. hilang.
Marilah kita mengingat apa yang baru saja terjadi di Kalvari dan • Selanjutnya, lilin diangkat kembali dan oleh pemimpin diikuti para misdi-
ikut merasakan apa yang dirasakan Bunda Maria, para perempuan yang nar, lilin itu dibawa keluar dari kapel (ke arah sakristi), sampai cahayanya
setia mengikuti Yesus dan beberapa orang yang ikut memakamkan Yesus. tidak kelihatan lagi dari dalam kapel. Pada saat lilin dibawa keluar, kega-
Lambang-lambang yang akan dipakai dalam ibadat ini dimaksud- duhan mulai lagi. Semakin jauh lilin, semakin kuat kegaduhan itu. Kega-
kan untuk membantu kita merasakan makna Ibadat Taenebrae. Lilin besar duhan ini menandakan keadaan dunia ketika dunia tanpa Sang Cahaya.
yang diletakkan di tengah adalah simbol Yesus sendiri. Sedangkan, ketu- Dunia ada dalam kegelapan dan kekacauan.
juh lilin yang lain adalah simbol dari ketujuh sabda terakhir yang diucap-
2 11
panjang. kan Yesus ketika Ia tergantung di salib. Suara gemuruh pada akhir ibadat
Henry Cloud dan John Townsend dalam buku “Delapan prinsip yang ha- ini melambangkan kekacauan dunia dan gempa bumi yang mengakibatkan
rus dijalankan saat mengalami kebuntuan hidup” mengatakan demikian, kita tabir Kenisah terbelah menjadi dua seperti yang diceritakan dalam Kitab
tidak menciptakan diri kita sendiri untuk memulai sesuatu, atau kita juga tidak Suci. Dan sebagai yang terakhir, bunyi gong melambangkan peletakan
dirancang untuk menemukan jalan hidup kita sendiri dalam hidup ini. Sebali- batu penutup kubur Yesus.
knya Allah justru menghubungkan kita dengan diriNya untuk bergantung
padaNya. Memulai dan mengakhiri perjalanan kita bersama Dia, memampukan A. RITUS PEMBUKA
kita sampai kepada kepenuhan hidup kita. Yang ingin dikatakan dari ungkapan
tersebut adalah bahwa cinta dan kesetiaan akan menuntun kita sampai kepada P: Terpujilah Tuhan yang mengampuni dosa-dosa kita.
tujuan akhir itu. Dengan demikian Tuhan akan menyapa kita satu persatu U: Belaskasih-Nya kekal selama-lamanya.
“Sudah selesai tugasmu”.
Marilah kita membuka hati dan pikiran untuk Tuhan, mendengarkan P: Tuhan Allah yang Mahakuasa, kepada-Mu semua hati terbuka, semua
panggilan dan kehendak Tuhan. Semoga ya Yesus, berkat salib dan sengsara- harapan dinyatakan dan tidak ada sesuatu yang tersembunyi di hadapan-
Mu, Engkau berkenan membebaskan kami. Mu. Bersihkan hati dan pikiran kami dengan Roh Kudus-Mu sehingga
• Dinyanyikan lagu ”Per Crucem” (Buku Taize no. 40) kami dapat mencintai-Mu dengan sepenuh hati dan dengan demikian
• Misdinar dengan penuh hormat memadamkan satu lilin. dapat memuliakan nama-Mu dengan perantaraan Kristus, Tuhan kami.
U: Amin.
SABDA KETUJUH
P: Inilah hari pengadilan Tuhan. Terang telah terbit ke atas dunia, sementara
Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring, kami lebih mencintai kegelapan daripada Terang.
”Bapa ke dalam tangan-Mu, Kuserahkan jiwa-Ku.” (Luk 23:46) U: Tuhan adalah terang dan hilanglah segala kegelapan.

Sebuah doa penyerahan. Dari atas salib, Yesus mengajari kita menghadapi ke- P: Karena Allah telah mengutus Putera-Nya ke dunia, bukan untuk
matian. Yesus melihat kembali hidup-Nya, impian-Nya dan harapan-Nya, karya- menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya.
Nya dan persahabatan-Nya dengan siapa saja semasa hidup-Nya. Hal yang pal- U: Barangsiapa melakukan kejahatan, tidak mencintai Terang dan tidak
ing penting dalam momen akhir menghadapi kematian ini, Yesus melanjutkan datang kepada Sang Terang. Barangsiapa melakukan yang benar datang
berdoa kepada Bapa. Tak seorangpun menginginkan disalibkan, Yesuspun tidak, kepada Terang.
salib merupakan tempat penjahat yang paling keji. Yesus menempatkan misteri
kematian-Nya di salib dalam naungan belas kasih Allah. P: Marilah kita datang menyembah dalam Roh dan Kebenaran.
Dari keadaan tak berdaya, Yesus berdoa kepada Bapa-Nya,” Bapa, ke U: Allah yang penuh belaskasih, pandanglah kami umat-Mu yang berkumpul
dalam tangan-Mu, bukan menurut keinginanku, kehendakku, rencanaku, tetapi di tempat ini. Untuk menyelamatkan jiwa kami, Yesus telah dikhianati,
ke dalam tangan-Mu kuserahkan jiwaku. diserahkan ke tangan orang berdosa, menderita sengsara dan wafat di
Bukankah demikianlah seharusnya hidup kita…? Kita tahu kapan kita kayu salib. Kuatkanlah iman kami dan ampunilah dosa kami. Karena
akan mati…? Kita tidak pernah tahu kapan kita akan mati, dan kita tidak perlu pada saat ini, kami ingin mengenangkan sengsara Yesus Kristus, Tuhan
repot-repot memikirkannya, suatu saat pasti kita akan mati. Namun yang pasti dan Juru Selamat kami.
sekarang kita hidup. Apakah kita juga harus mati di salib. Tidak ada hukuman
salib jaman sekarang ini. Namun Yesus mengajari kita untuk pasrah kepada Dinyanyikan ”Kyrie eleison” buku Taize no. 27
Bapa dan setia memikul salib hidup kita. Pandanglah secara jernih, bahwa salib
hidup kita jauh lebih ringan dibanding dengan salib orang lain apalagi salib Ye- B. RENUNGAN TUJUH SABDA
sus. Salib kita yang ringan saja sudah dibantu Yesus mengangkatnya, itu saja
kita masih merasa satu-satunya orang yang punya salib paling berat di dunia. • Setiap kali satu sabda terakhir Yesus selesai direnungkan, misdinar mema-
Sebuah kepasrahan membawa persembahan yang tulus bagi Bapa. damkan satu lilin secara bergantian sebelah kiri dan sebelah kanan, pada
10 3
saat lagu masih dinyanyikan. siaannya yang sungguh amat dalam. Kehausannya adalah sebuah manifestasi
P: Kata-kata terakhir yang diucapkan seseorang sebelum meninggal, sangat cinta yang sungguh-sungguh nyata dalam pengorbanan.
berharga bagi orang yang akan ditinggalkan. Terlebih lagi, bila orang itu Yesus haus akan cinta kita dan pengorbanan kita. Ia haus akan keberanian
adalah orang yang kita kasihi. Kadang kata-kata itu menjadi ungkapan kita untuk tetap berani mencinta, bahkan bila cinta itu menuntut korban. Ia haus
duka dan derita. Di lain waktu, kata-kata itu bermakna sebagai akan keberanian dan kerelaan kita untuk mencintai sesamaNya yang mengalami
penghiburan. Dan tak jarang, kata-kata itu juga mengandung suatu pesan salib, yang tak punyai pakaian, yang menjadi orang asing, terpenjara, tersingkir,
penting yang pantas diingat. lemah, dan tak berdaya. Yesus menantang kita untuk berani pula mencecap dan
Sejak masa Gereja Purba, umat Kristen mengingat, merenungkan merasakan pahit dan asamnya derita sesama, seperti Yesus sendiri solider den-
dan merefleksikan kata-kata terakhir yang diucapkan oleh Yesus, gan kepahitan manusiawi kita.
menjelang wafat-Nya di kayu salib. Mereka melakukan semua itu untuk Maka, mari kita rasakan kehadiran Yesus yang haus, dalam hidup kita.
menemukan makna yang mendalam dari sabda Yesus itu di tengah Mencinta dan berkorban, membuka keselamatan dan penebusan menjadi lebih
kehidupan mereka sehari-hari. terang bagi sesama di sekitar kita, karena di mana ada cinta kasih di situ hadirlah
Maka, marilah pada saat ini, kita melakukan apa yang sudah sejak Tuhan. Ubi Caritas et Amor...
Gereja Purba dilakukan. Semoga kita pun dapat menemukan makna
terdalam dari jeritan hati Yesus, yang telah diungkapkan menjelang akhir • Dinyanyikan lagu ”Ubi Caritas et Amor” (Buku Taize no. 46)
hidup-Nya. • Misdinar dengan penuh hormat memadamkan satu lilin.

SABDA PERTAMA
SABDA KEENAM
Yesus bersabda: ”Bapa ampunilah mereka,
sebab mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.” Sesudah Yesus meminum anggur asam itu, berkatalah Ia, ”Sudah selesai.”
(Yoh 19:30)
Selain dimahkotai duri, Ia diludahi, disiksa, ditelanjangi dan akhirnya tan-
gan dan kakiNya dipaku di kayu salib. Dalam keadaan yang memprihatinkan Yesus telah melaksanakan tugas dan perutusan Bapa dengan baik. Berat-
menurut ukuran manusia tersebut, Yesus masih bisa mendoakan para serdadu nya beban yang harus dipikul-Nya telah diselesaikan sampai di tujuan. Itulah
yang menyiksa dan mempermalukannya, “Bapa, ampunilah mereka, sebab beban yang kita letakkan pada bahuNya. Yesus menyelesaikan tugas itu pertama
mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan”. Doa ini mengungkapkan betapa -tama adalah karena cinta dan kesetiaanNya kepada Bapa. Ucapan Yesus
dalam relasi-Nya dengan Bapa dan betapa dalam cinta-Nya bagi manusia se- “Selesailah sudah...” dapat dipahami bahwa pekerjaan Bapa yang dipercayakan
hingga Ia memohonkan pengampunan sekalipun bagi mereka yang menganiaya- kepadaNya dilaksanakan dengan cinta dan kesetiaan sampai selesai. Karena cin-
Nya. taNya kepada Bapa ia melakukan tugas itu. Karena kesetiaan itu pula ia men-
Cinta mengatasi penderitaan karena dalam penderitaan tersebut ditemukan jalankan perutusan itu sampai selesai. Karena kesetiaan itu pula ia menjalankan
kebahagiaan. Mencintai berarti rela memberikan diri kita demi orang yang kita perutusan itu sampai akhir. Yesus telah menghantar kita sampai kepada kepenu-
cintai meski menuntut pengorbanan yang besar sekalipun nyawa kita. Yesus han cinta.
sudah menunjukkan teladan sempurna dalam hal cinta dan korban itu. Hal itu Apakah tugas yang dipercayakan Bapa kepada kita sudah selesai?
ditunjukkan oleh-Nya dengan mendoakan orang-orang yang dicintai-Nya, Apakah kita puas dengan yang kita lakukan? Tidak. Tugas kita belum selesai.
sekalipun mereka telah menyakitiNya. Di jaman kita sekarang ini, masih adakah Perjalanan kita belum berakhir. Kini Yesus telah mempercayakan kepada kita
para pengikut-Nya yang mau mencinta sekaligus berkorban bagi sesamanya. untuk melanjutkan perjalanan itu. Kata penutup setiap perayaan Ekaristi biasa
Bagaimana dengan diri kita sendiri? Mari belajar mulai dari hal yang mungkin diakhiri dengan kalimat, perayaan Ekaristi sudah selesai, pergilah kita diutus.
kita anggap sepele dan sederhana. Inilah tugas perutusan yang harus kita jalankan. Kita diutus untuk melanjutkan
Ketika kita merasa begitu dipermalukan dan disakiti oleh orang lain, karya Kristus sampai pada akhir. Dan kelak kita pun akan menyelesaikan per-
beranikah kita konsisten untuk bersikap seperti Yesus yang penuh cinta, yakni jalanan ini. Namun kita juga harus sadar bahwa tanpa cinta dan kesetiaan
memaafkan mereka yang menyakiti dan mendoakan mereka. Karena cinta, kita padaNya perjalanan kita tak akan pernah selesai dan mungkin akan terasa begitu
4 9
kepada manusia, sehingga Ia dengan rela hati mengorbankan nyawa-Nya demi berani mengorbankan keegoisan dalam diri supaya mampu memaafkan sesama
dosa mereka. Demi cinta kepada manusia, Bapa dan Putera harus mengurbankan dan menjadi pribadi yang pemaaf. Karena cinta pula, kita berani berkorban
persatuan mesra mereka sendiri. Dan Ironisnya, cinta Bapa dan Putera yang menanggalkan kesombongan diri untuk datang dengan rendah hati dan meminta
menyelamatkan itu menjadi rahmat cuma-cuma kepada orang-orang berdosa , maaf kepada mereka yang kita sakiti. Sebab dalam kebersamaan hidup dengan
yang seharusnya mendapat hukuman kekal! yang lain, kita juga sering mempermalukan dan menyakiti sesama kita seperti
Apakah kini kita baru menyadari bahwa sebenarnya kita sedang berhada- para serdadu yang menyiksa Yesus itu.
pan dengan sebuah kisah cinta agung Bapa dan Putera demi kita manusia? Bu- Karena kita semua pernah menyakiti sekaligus disakiti, marilah kita
kankah sebenarnya kita telah mengenangkan kisah ini untuk kesekianpuluh ka- bersama-sama memohon pengampunan dari kerahiman Allah: “O…Yesus, O
linya? Atau selama ini kita menjadi penonton dari “drama” itu dan cukup puas Tuhan Yesus …ampunilah aku”.
dengan memberikan tepukan tangan. Selanjutnya? Kita meninggalkan gedung
pertunjukkan tanpa sadar bahwa Sang aktor sedang dalam titik nadir antara • Dinyanyikan lagu ”Christe Domini Jesu” (Buku Taize no. 37)
hidup dan mati demi kita. • Misdinar dengan penuh hormat memadamkan satu lilin.
Maka, jangan takut dan jangan cemas sebab rahmat Tuhan berlimpah.
Janganlah takut, yang penting ialah: ”kita serahkan Tuhan.”
SABDA KEDUA
• Dinyanyikan lagu ”Nada de Turbe” (Buku Taize no. 36)
• Misdinar dengan penuh hormat memadamkan satu lilin. Kata Yesus kepadanya, ”Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya hari ini juga,
engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Luk 23:43)
SABDA KELIMA
Salah satu penjahat yang disalibkan bersama-sama dengan Yesus
Karena Yesus tahu bahwa segala sesuatu telah selesai, meminta pada saat-saat terakhirnya kepada Yesus suatu kebahagiaan abadi. Ke-
berkatalah Dia supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci, bahagiaan abadi bersama dengan Yesus di dalam Firdaus. Tidak hanya kese-
”Aku haus.” lamatan yang akan ia dapat namun sekaligus cinta dan pengorbanan Yesus
sendiri. Sebab Yesus sendirilah satu-satunya yang mampu memberikan cinta
Yesus hampir sampai pada saat akhir-Nya. Segala-galanya telah habis, secara tulus dan pengorbanan yang total kepada manusia hingga wafat di salib.
tanpa sisa. Raga tak lagi kuat menanggung penderitaan yang sedemikian Keterbukaan untuk bertobat dari penjahat ini yang semakin menunjuk-
mengerikan dan menguras tenagaNya. Peluh bercampur darah pun nyaris tak kan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, berdosa dan tak berdaya. Hara-
ada, kering lantaran semuanya telah tercurah di sepanjang perjalanan salibNya, pannya adalah Ia ikut diselamatkan bersama dengan Yesus dan bahagia bersama
menuju tabir keselamatan dan penebusan yang tak lama lagi tersingkap. Posisi -Nya. Manusia yang haus akan cinta yang tulus dari Yesus sendiri ini men-
tubuh yang tergantung amat menyiksa kerongkongannya, hingga ia berseru dorong mereka untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
“Aku Haus...”. Maka tergenapilah apa yang diungkapkan pemazmur ” Seperti Cinta Yesus yang tiada duanya dalam merangkul manusia yang ingin ber-
air aku tercurah dan segala tulangku terlepas dari sandinya; hatiku seperti lilin, tobat nyata dalam kata-kata-Nya, “hari ini juga engkau akan ada bersama-sama
hancur luluh dalam dadaku; kekuatanku kering seperti beling, lidahku melekat dengan Aku di Firdaus. Yesus yang terbuka akan pertobatan manusia ini se-
pada langit-langit mulutku; dan dalam debu maut kau letakkan aku (Mzm 22:15 makin mampu meyakinkan bahwa Ia menjadi tujuan hidup setiap manusia, yang
-16)” tak terbatasi ruang dan waktu. Zaman baru dimulai dengan kebangkitan-Nya.
Musuh-musuhNya pun mencibir dan dengan raut muka mengejek seakan Pengorbanan yang dilakukan oleh Yesus menunjukkan betapa besar cinta-Nya
berkata “Bagaimana mungkin, seorang Yesus yang telah menyatakan diriNya kepada manusia. Yesus menegaskan dengan tanggapan-Nya kepada permintaan
sebagai Air hidup mengalami kehausan? Bukankah ia telah menyatakan diriNya penjahat itu secara langsung. Ajakan dari Yesus itu juga ditujukan kepada kita
sebagai Air hidup yang membawa pada kehidupan kekal? semua bahwa kita akan bersama-sama dengan Dia di dalam Firdaus, jika kita
Seruan “aku Haus..!” di atas palang penghinaan bukan semata-mata rinti- mau bertobat dan menanggapi cinta Yesus dengan sepenuh hati.
han seorang manusia hina yang menderita. Seruan itu mengungkapkan kemanu-
8 5
Pertobatan menuntut sikap totalitas dalam diri kita untuk mau mengakui menurut apa yang Engkau kehendaki.” Maria adalah ibu kita semua,, maka
kelemahan kita. Beranikah kita untuk mengakui kesalahan yang telah kita per- baiklah kita juga memberi tempat kepadanya dan meneladan sikapnya, kesiap
buat di hadapan Yesus? Kita memang lemah, dan tak berdaya. Maka, kita perlu sediaannya. Jelaslah bahwa Maria bagi kita menjadi suatu teladan kesetiaan.
memberanikan diri memohon pengampunan dan belas kasih Allah serta meminta Lalu bagaimana dengan kita? Marilah kita bersama Maria belajar berkata,
Yesus seperti penjahat itu untuk mengingat kita jika Ia memulai kerajaan-Nya. ”Terjadilah.” Let it be.
Dan mempersiapkan diri kita untuk menerima anugrah cinta yang besar dari-
Nya. “Jesus remember me, when You come into Your Kingdom.” • Solis menyanyikan lagu ”Let It Be”.
• Misdinar dengan penuh hormat memadamkan satu lilin.
• Dinyanyikan lagu ”Yesus Remember Me” (Buku Taize no. 77)
• Misdinar dengan penuh hormat memadamkan lilin kedua. SABDA KEEMPAT

Kira-kira jam tiga, berserulah Yesus dengan suara nyaring,


”Eli, Eli, lama sabacthani?”
SABDA KETIGA Artinya, ”Allah-Ku ya Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
(Mat 27:46)
Ketika Yesus melihat ibu-Nya dan murid yang dikasihi-Nya di sampingnya,
berkatalah Ia kepadanya, ”Ibu, inilah anakmu.” Selama Dia hidup, Yesus selalu dalam hubungan erat dengan Bapa.
Kemudian kata-Nya kepada murid-Nya, ”Itu, ibumu.” Bapa selalu menyertai Putera-Nya. Bapa berseru “Engkaulah Anak yang Ku-
kasihi, kepada-Mulah Aku berkenan” (Mark 1: 11) ketika Yesus dibabtis oleh
Sementara langit bertambah hitam, rakyat menjadi cemas karena kejadian Yohanes. Di atas gunung Tabor, kembali Bapa-Nya menyatakan.. “Inilah Anak
yang luar biasa itu dan sebagian dari mereka telah meninggalkan Kalvari sesu- yang Kukasihi, dengarkanlah Dia” (Mark 9: 7). Yesuspun mengasihi Bapa, se-
dah menunjukkan penghinaan yang terakhir kepada Yang Tersalib. hingga Ia selalu melakukan kehendak Bapa. Kepada para murid-Nya, diberitahu-
Serdadu-serdadu juga khawatir atas kejadian itu, maka mereka mulai kan bahwa “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku
berkumpul di puncak Kalvari bersama-sama dengan kawan-kawan dan per- dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh 4, 34). Yesuspun selalu mengajarkan
wiranya, mungkin untuk memberanikan diri sedangkan sahabat-sahabat Yesus bahwa Ia dan Bapa selalu bersama-sama. “Dan Ia yang telah mengutus Aku, Ia
mendekati Dia untuk mendengarkan pesan-Nya yang terakhir dan juga segala menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat
pengorbanan dan cinta yang Ia berikan. Yesus senang dengan pendekatan itu dan apa yang berkenan kepada-Nya” (Yoh 8, 29).
menunjukkan dengan mengucapkan perkataan ketiga yang penuh arti men- Namun apa yang terjadi saat ini? Bapa telah meninggalkan Dia seorang
dalam,” Inilah ibumu” (Yoh 19:25). diri. Bapa tak melakukan sesuatu untuk menolong Putera-Nya. Setuju atau tidak,
Di dalam hati Maria dan Yohanes, muncul perasaan cinta yang mendalam memang inilah yang terjadi dan Yesus sendiri berseru-seru sebagai hamba yang
akan pengorbanan Yesus. Mereka mengerti dengan jelas apa tugas mereka di memanggil Tuan-Nya. Dalam Yesaya 53 ternyata telah dinubuatkan terjadinya
hari-hari ke depan. Dan itu adalah ketetapan Yesus sendiri. Yesus adalah Kepala peristiwa ini. “Tuhan berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan…” (ay
Gereja dan kita tubuh-Nya. Karena Maria yang melahirkan Yesus, maka ia juga 10). Allah telah berpaling dari Anak yang dikasihi-Nya itu. Sang Bapa telah
melahirkan anggota-anggota tubuh-Nya. Yesus menyatakan dari salib bahwa menyengsarakan Putera-Nya sendiri.
Maria adalah ibu kita dan kita adalah anak-anaknya, maka hendaklah kita saling Apa pula ini? Mengapa Bapa tega melakukan semua ini? Cinta macam
mencintai seperti Maria yang mencintai kita serta berani berkorban menyediakan apa yang selama ini terjalin antara Dua Pribadi Ilahi itu jika ternyata kini Bapa
diri bagi Tuhan dalam iman. Kesetiaan Maria dalam iman, menjadi teladan justru mengorbankan Putera? Sulit untuk kita pahami. Tapi satu hal yang dapat
ketaatan kita, sebab Yesus telah menyerahkan Maria menjadi Ibu kita. kita tahu, bahwa balada kisah Bapa dan Anak itu terjadi semata-mata demi cinta
Derita kepiluan, menatap sang Putra terpaku lemah, dirasakan Maria kepada kita Manusia. Karena dosa manusia yang ditanggung oleh Yesus, maka
seakan pedang yangterhujam kembali ke hatinya. Pada saat itu, kendati pasti Allah berpaling dari anak yang dikasihi-Nya itu.
sulit baginya, dengan perlahan-lahan Maria mengucapkan doa yang dulu pernah Balada kisah itu mengungkapkan betapa besar kasih Bapa kepada manusia
dia ucapkan ketika menerima kabar dari Malaikat Tuhan. ”Terjadilah padaku sehingga Ia rela menyengsarakan Anak-Nya. Betapa besar pula kasih Yesus
6 7

Anda mungkin juga menyukai