Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Jepang telah melakukan hubungan dengan Hindia-Belanda (sekarang
Hindia Belanda), jauh sebelum tahun 1942. Di mana hubungan yang dibina
merupakan perjanjian dengan perusahaan minyak Inggris Anglo Petroleum.
Mulailah pada tahun 1917, Jepang mengimpor minyak dari Tarakan di
Borneo (sekarang Kalimantan).
Hubungan yang terjalin merupakan tindakan lebih jauh dari kebutuhan
akan minyak yang melanda dunia Internasional. Zaman minyak dinyatakan
secara global sejak Perang Dunia I yang dicirikan oleh “setitik minyak sama
dengan setitik darah”. (Goto, 1998:7) Dengan sumber daya alamnya yang
tidak memadai terutama sumber daya mineral dan minyak bumi sebagai
bahan vital dan strategis untuk industri Jepang yang sedang berkembang,
ditambah lagi lahan pertaniannya sangat sempit dibanding dengan jumlah
penduduknya yang relatif besar sehingga kebutuhan akan bahan pangan
demi mencukupi rakyatnya dirasakan sebagai tekanan ekonomi yang berat,
membuat Jepang melakukan ekspansi ke Selatan.
Para propagandis Jepang sudah melakukan propagandanya jauh dari
kedatangan Jepang ke Hindia Belanda untuk mewujudkan cita-cita Jepang
dalam membentuk Persemakmuran Asia Timur Raya. Secara resmi Jepang
telah mengusai Hindia Belanda sejak 8 Maret 1942, ketika Panglima
Tertinggi Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat di Kalijati,
Bandung. (Perang Dunia II dan Pengaruhnya bagi Hindia Belanda, 2008)
Kedatangan Jepang ke Hindia Belanda yang disambut dengan antusias
tidak terlepas dari usaha-usaha para propagandisnya yang dengan sudah ada
terlebih dahulu di Hindia Belanda. Jepang dengan gencar terus melancar
aksi-aksi propagandanya melalui berbagai media seperti film, sandiwara,
drama, wayang, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Pengajaran bahasa..., Nurdiana, FIB UI, 2009


Propaganda merupakan salah satu bentuk komunikasi massa yang
sering kali digunakan oleh individu ataupun kelompok sebagai media untuk
menyebarluaskan suatu keyakinan atau doktrin. Carl I Hovlan
menambahkan bahwa propaganda merupakan usaha untuk merumuskan
secara tegar azas-azas penyebaran informasi serta pembentukan opini dan
sikap. ( Propaganda, 2007)
Propaganda sering kali digunakan oleh pihak yang berkuasa untuk
merebut atau mempertahankan kekuasaannya serta untuk menanamkan
pemikiran kepada orang lain. Dalam perjalanannya, propaganda mengalami
perkembangan sesuai dengan masa yang sedang berlangsung. Kegiatan
propaganda sendiri sudah dikenal sejak berabad-abad yang lalu. Piramida
dan mumi dipercaya sebagai bentuk propaganda pada zaman Mesir Kuno
yang melambangkan kekuasaan dan kegaiban bila ditinjau dari keyakinan
dan kepercayaan rakyat Mesir Kuno. Dilihat dari segi komunikasi, piramida
merupakan lambang-lambang propaganda baik dari segi kebudayaan-
otoritas maupun kebesaran Mesir Kuno. Piramida, Mumi, dan patung yang
terbuat ribuan tahun lalu merupakan lambang-lambang propaganda, baik
kebudayaan, peradaban maupun kebesaran Mesir Kuno.
Para filsuf pada zaman Yunani Kuno melakukan propaganda dalam
bentuk rhetorica atau seni berpidato sebagai sarana untuk membujuk.
Awalnya Aristoteles hanya menggunakannya dalam sidang-sidang
pengadilan yang berfungsi untuk menghukum dan membela, namun pada
akhirnya seni berpidato ini berkembang dalam dunia politik sebagai alat
untuk melakukan pembujukan terhadap rakyat agar dapat menerima
pandangan dan pendapat pembicara. Kegiatan pidato yang dilakukan oleh
para filsuf pada zaman ini merupakan sarana propaganda yang sangat
penting terutama untuk menyebarkan hasil dari pemikiran-pemikiran
mereka.
Pada zaman Romawi, propaganda dimasukan dalam upacara
penyelenggaraan Trumph. Trumph merupakan sebuah festival arak-arakan
yang bersifat pestaria untuk menyambut kemenangan para panglima Roma
yang kembali dari peperangan di luar negeri dengan membawa hasil

Pengajaran bahasa..., Nurdiana, FIB UI, 2009


kemenangan berupa harta rampasan dan budak-budak sebagai tawanan.
Propaganda yang dimasukan dalam acara ini dimaksudkan untuk
mempengaruhi penduduk Roma tentang kebesaran dan keagungan Imperium
Romawi. Bentuk lain dari propaganda juga dilakukan dalam oleh kaum
nasrani yaitu kegiatan para Apostel1 yang memasuki dan menjelajahi
daerah-daerah diseluruh penjuru angin dengan mengkhotbahkan kebesaran
dan kesucian Tuhan dalam rangka penyebaran agama Nasrani.
Seiring perubahan waktu, maka cara-cara propaganda pun mengalami
perkembangan. Ketika sudah ditemukan alat-alat cetak pada abad ke-17,
media propaganda yang digunakan adalah pamflet dan surat selebaran.
Kemudian pada abad ke-19, kegiatan propaganda yang mendapat perhatian
adalah propaganda yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte (1769-1821).
Propaganda pada masa ini, bertujuan menumbuhkan pendewaan terhadap
Napoleon di wilayah Prancis dan beberapa daerah Eropa lain yang
dikuasainnya. Titik berat kegiatan propaganda ini merupakan penekanan
terhadap penyampaian pemberitaan dan pernyataan pendapat dengan jalan
mengadakan sensor yang keras, suatu bentuk pembatasan terhadap
kebebasan menyatakan pikiran dan pendapat. Peristiwa lain yang patut juga
mendapat sorotan dalam kegiatan propaganda adalah Perang Saudara di
Amerika Serikat(1776-1778), dimana pihak utara dan selatan telah berusaha
untuk membujuk pihak luar khususnya dalam hal ini Inggris, dengan tujuan
untuk mendapatkan simpati dan bantuan yang diperlukan untuk perang
tersebut. Pihak selatan telah menyebarkan desas-desus tentang kekejaman
orang Negro yang bangkit memberontak terhadap orang kulit putih. Hal ini
dimaksudkan untuk membangkitkan sentimen (hate rumor) di kalangan
orang-orang Inggris yang mempunyai keluarga di benua Amerika. Desas-
desus disebarluaskan dengan cara bercerita di rumah-rumah makan dengan
pura-pura merahasiakannya, akan tetapi cukup jelas bisa didengar oleh para
pelayan dan membiarkan cerita yang dibuat-buat itu merembes dan
menyebar keluar. Propaganda pada masa ini berupa rumor yang khas di
benua Amerika pada saat itu. Desas-desus kini menjadi alat propaganda

1
Rasul; pembela; pembawa ajaran baru

Pengajaran bahasa..., Nurdiana, FIB UI, 2009


yang ampuh sebab sebagai pembawaan manusia, sifat suka bercerita
merupakan salah satu motif dasar dari manusia yang oleh P.J. Bouman
dalam bukunya “Ilmu Masyarakat Umum” disebut dengan
mededelingsdrang.
Setelah media massa mengalami perkembangan pada akhir abad ke-19,
media propaganda cenderung lebih menggunakan surat kabar dan gambar-
gambar hidup serta pesawat radio (1920). Media massa baru ini digunakan
untuk berbagai kegiatan komunikasi massa seperti publicity, advertising,
penerangan, purel, propaganda, dan lain-lain. Propaganda perdagangan atau
komersial adalah untuk kepentingan barang-barang industri, yang
berpengaruh luas dalam masa berkembangannya revolusi industri setelah
ditemukannya mesin uap oleh James Watt (1756).
Di Uni Sovyet, pembentukan dan mobilisasi pendapat umum dengan
menggunakan propaganda dan metode serta tehnik persuasi lainnya berada
di bawah Departemen Propaganda dan Agitasi (Agitasi-Propaganda).
Pimpinan dari departemen ini mempunyai kedudukan tinggi dalam hierarki
Sovyet dengan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam hal
pembentukan pendapat umum. Media yang biasa digunakan adalah surat
kabar, radio, televisi, dan sebagainya. Para propagandis Uni Sovyet yang
sudah terlatih, merupakan para pendukung cita-cita marxisme dengan taat
dan berdisiplin untuk mengadakan “person-to-person” technique of
persuasion yang dilakukan secara luas dan memberikan hasil yang cukup
memuaskan di dalam dan di luar Uni Sovyet. Hal ini dikarenakan struktur
organisasi, baik dari partai komunis maupun dari pemerintahan yang erat
kaitannya satu dengan lainnya. Uni Sovyet juga menggunakan media massa
dalam kegiatan propagandanya, akan tetapi hal ini bukan merupakan suatu
kegiatan yang menyendiri, oleh karena itu biasanya diikuti pula oleh
kegiatan para agitator sebagai tindak lanjutnya.
Sejak berlangsung revolusi kebudayaan di Republik Rakyat Cina
(RRC), “TATZEPAO” digunakan sebagai alat propaganda. Tatzepao
(poster-poster dinding yang sangat besar) di tempelkan di pelosok-pelosok
negeri. Poster-poster ini sangat berpengaruh terhadap sikap, pandangan,

Pengajaran bahasa..., Nurdiana, FIB UI, 2009


pendapat, dan tingkah laku masyarakat. Tatzepao berasal dari masa
kekaisaran Cina berupa poster dinding untuk berbagai pengumuman
mengenai keputusan raja. Sejak Cina dikuasai oleh pemerintahan komunis,
tatzepao digunakan untuk melaksanakan persuasi massa, menggerakan
massa secara masal agar timbul perubahan sesuai dengan yang diinginkan
oleh pemerintahan yang berkuasa.
Di Hindia Belanda, propaganda dikenal dengan istilah penerangan.
Dewasa ini berbagai media massa dimanfaatkan dalam rangka mengubah
pandangan, sikap, pendapat, dan tingkah laku masyarakat Hindia Belanda
agar menyesuaikan diri secara sadar dengan usaha atau kiprah pemerintah
RI dalam melaksanakan pembangunan untuk menuju kepada kesejahteraan
dan kemakmuran masyarakat yang adil dan makmur. Propaganda
kemerdekaan di zaman penjajahan Belanda, pada umumnya menggunakan
istilah propaganda bagi salah satu bagian dari struktur organisasi yang diberi
tugas dalam persuasi.
Propaganda dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara, sesuai
dengan apa yang ingin dicapai oleh propagandis. Propaganda yang
dilakukan oleh pemerintahan Jepang pada masa pendudukan di Hindia
Belanda pun dilakukan dengan berbagai cara. Dengan giat para propagandis
Jepang menyebarkan semboyan-semboyan seperti “Nippon-Hindia Belanda
sama2” dan “Asia untuk orang Asia”, serta yang tidak kalah pentingnya
adalah semboyan Gerakan 3A dan pengakuan sebagai “saudara tua” yang
telah mempengaruhi kaum muda dan kaum tua Hindia Belanda.
Maksud kedatangan Jepang ke Hindia Belanda adalah untuk mencari
sumber alam dan mengusai seluruh aspek bidang kehidupan yang ada di
Hindia Belanda seperti ekonomi, sosial, politik, keamanan dan pertahanan,
ideologi, dan kebudayaan. Untuk itulah mereka berusaha untuk
menjepangkan penduduk Hindia Belanda, terutama kaum muda. Salah satu
usaha yang dilakukan oleh Jepang untuk mewujudkan hal tersebut adalah
dengan menanamkan nilai-nilai Jepang dalam kehidupan sehari-hari
penduduk Hindia Belanda. Salah satu cara yang dipakai dalam usaha
menanamkan nilai-nilai tersebut adalah dengan mengadakan pelajaran

Pengajaran bahasa..., Nurdiana, FIB UI, 2009


bahasa Jepang sehingga diharapkan nantinya, penduduk Hindia Belanda
dapat menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa percakapan sehari-hari.
Pada masa itu banyak sekali penggunaan istilah bahasa Jepang. Propaganda
yang dilakukan Jepang melalui bahasa tersebut meskipun tergolong cukup
sebentar dilakukan namun kedudukannya tidak kalah pentingnya dengan
aksi-aksi propaganda lainnya yang dilakukan oleh Jepang. Untuk itulah
penulis tertarik untuk menguraikan mengenai propaganda yang dilakukan
pada masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda (1942-1945) khususnya
propaganda mengenai pengajaran bahasa Jepang sebagai langkah awal
dalam terciptanya komunitas masyarakat yang mampu berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari dimana
sebuah bahasa mampu menguasai opini publik sehingga dapat berpengaruh
dalam pembentukan atau terciptanya sebuah masyarakat yang menjalankan
nilai-nilai kejepangan. Betapa pentingnya penggunaan bahasa dalam
membentuk identitas bangsa, sehingga propaganda penggunaan bahasa
Jepang patut mendapatkan perhatian yang lebih.

1.2 Permasalahan
Bahasa memiliki peranan penting dalam menunjukkan identitas
bangsa. Dalam perkembangannya, bahasa memiliki misi didalamnya. Ketika
zaman Yunani kuno, bahasa digunakan untuk keperluan penyebaran agama
dengan cara berkhutbah. Dalam perkembangan selanjutnya, bahasa sudah
bersifat sekuler (tidak hanya digunakan untuk kepentingan agama saja).
Orang Belanda mempelajari ilmu bahasa bukan hanya untuk mempelajari
atau membawa bahasa tetapi juga untuk kepentingan berdagang di wilayah
Hindia Belanda.
Pada saat bahasa mengalami perkembangan yang sedemikian pesat,
bahasa digunakan untuk tujuan-tujuan yang lebih kompleks sehingga
melebihi fungsinya yang hakiki sebagai alat komunikasi. Orang-orang yang
mengetahui kekuatan bahasa, memanfaatkan kemampuan bahasanya untuk
melaksanakan dan mencapai tujuan-tujuan tertentu. Tujuan tertentu yang
dimaksud khususnya adalah melalui propaganda. Berdasarkan hal tersebut,

Pengajaran bahasa..., Nurdiana, FIB UI, 2009


maka dapat dipahamami jika Jepang mengharapkan bahasanya digunakan di
dalam daerah jajahannya. Melalui propaganda pengajaran bahasa Jepangnya,
Jepang sedikit demi sedikit berusaha mewujudkan keinginannya itu.
Kemudian muncul pertanyaan mengenai bagaimana cara dan media yang
digunakan Jepang dalam melakukan propaganda? Apakah propaganda
tersebut berhasil atau tidak berhasil? Serta mengapa pengajaran bahasa
Jepang ini dikatakan sebagai propaganda?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan ini dimaksudkan untuk mengetahui cara dan media
penyebaran yang digunakan penyebaran propaganda, untuk mengetahui
apakah propaganda tersebut berhasil atau tidak berhasil, serta untuk
mengetahui apakah pengajaran bahasa Jepang merupakan propaganda.

1.4 Metode Penulisan


Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode sejarah
yaitu, tahap pertama heuristic dimana penulis mengumpulkan data, bahan,
dan sumber dari berbagai tempat seperti Perpustakaan FIB UI, Perpustakaan
FISIP UI, dan Perpustakaan Pusat UI. Selain di UI, penulis juga mengambil
data dari Perpustakaan Nasional, Arsip Nasional, dan Japan Foundation.
Tahapan ini dinamakan heuristic. Setelah memperoleh data yang
dibutuhkan, data tersebut dikritik apakah data tersebut cukup kredibel untuk
dipakai dalam penulisan. Tahapan yang ketiga adalah interpretasi terhadap
data-data yang sudah dikritik, selanjutnya menggambarkan fakta yang
terkait dengan peristiwa tersebut. Terakhir adalah tahapan penulisan berupa
skripsi. Sehingga sifat penulisan skripsi ini adalah deskripsi analistis. Selain
itu penulis juga menggunakan metode kepustakaan.

1.5 Sumber Data

Pengajaran bahasa..., Nurdiana, FIB UI, 2009


Fakta-fakta yang direkonstruksi dalam penulisan ini dikumpulkan
melalui studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan terhadap referensi
yang berhubungan dengan topik yang dibicarakan dalam penulisan ini.
Penulis menggunakan bahan literatur seperti buku-buku yang menunjang
penulisan, dan media massa seperti surat kabar dan majalah yang terbit pada
masa pendudukan Jepang di Hindia Belanda.

1.6 Sistematika penulisan


Secara keseluruhan skripsi ini dibagi menjadi empat bab. Bab 1
merupakan pendahuluan yang menguraikan mengenai alasan penulis dalam
pemilihan topik. Kemudian juga dijelaskan mengenai perumusan masalah,
tujuan penelitian, metode penelitian, lingkup penelitian, sumber data, dan
sistematika penulisan.
Bab 2 membahas mengenai propaganda, yaitu mengenai pengertian
propaganda dan teknik-teknik propaganda.
Kemudian pada Bab 3 akan dijelaskan mengenai propaganda Jepang
dalam penggunaan bahasa Jepang yang akan diturunkan dalam subbab
mengenai awal mula kedatangan Jepang ke Hindia Belanda, Departemen
propaganda Jepang, teknik dan media dalam menyebarkan pengajaran
bahasa Jepang, dan penggunaan bahasa Jepang dalam kehidupan sehari-hari,
serta analisis mengapa pengajaran bahasa Jepang masuk ke dalam jenis
kegiatan propaganda.
Selanjutnya, Bab 4 dituliskan kesimpulan hasil pembahasan bab-bab
sebelumnya.

Pengajaran bahasa..., Nurdiana, FIB UI, 2009

Anda mungkin juga menyukai