Anda di halaman 1dari 36

“Pengantar Ilmu Jurnalistik”

Karya Prof. Dr. Asep Saeful Muhtadi, M. A. Tahun 2016

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Dasar - dasar Jurnalistik
Dosen Pengampu : Maria Fitriah, S.Sos., M.Si.

Oleh : Kelompok 7
Agung Prasetio S (G.2010096) M.Maulana Rizik Sihabudin (G.2010729)

Annisa Qonita H (G.2010586) Muhamad Azhari (G.2010760)

Dedy Ardiansyah R (G.2010713) Nur Fitriani Rachman (G.2010513)

Dewi Rahayu Islamiati (G.2010606) Sekar Trikesumawardani (G.2010116)

Elfan Indi Asrofi (G.1910129) Sitti Sakinah Noviyati Hamid (G.2010208)

JURUSAN SAINS KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS DJUANDA BOGOR

2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

Begitu pentingnya pers dalam membangun peradaban sebuah bangsa, James Russel Wiggin
pernah ingat bahwa peradaban tidak dapat muncul Jika tidak ada fasilitas bagi penyebaran
berita. Peradaban Islam di Baghdad, peradaban Mesir Kuno, paradaban Arya di sepanjang
aliran Sungai Indus di India, dan scbagainya, berkembang karena didukung oleh fasilitas
penyebaran berita, khususnya tentang lmu dan kebudayaan yang dikembangkannya.
Pada tahun 1998, untuk pertama kalinya peristiwa ibadah haji ditampilkan stasiun televisi
Amerika, Cable News Network (CNN). Tayangan tersebut dilarang berbagai reaksi, khususnya
dari para pengelola televisi Amerika. Riz Khan, seorang reporter CNN yang meliput ibadah
haji, memberikan gambaran positif mengenai orang-orang Islam saat haji, sekaligus kesan
negatif yang sudah lama mengkristal dalam pikiran bangsa Amerika. Berkumpulnya umat Islam
di Makkah, gambaran persahabatan yang ditampilkan di sekitar lembah Mina, Padang Arafah,
dan Muzdalifah, dilihat secara apik, objektif, serta menarik. Khan, yang juga mengenakan baju
ihram, berusaha mengambil gambar seluruh keriatan ibadah haji saat itu dengan mencoba
mengambil posisi di puncak Bukir Arafah sehingga tampak hamparan tenda wukuf jutaan umat
manusia dalam nuansa yang menakjubkan. Khan berhasil menyajikan gambaran nyata dari
semangat religiusitas umat manusia yang masuk dalam peristiwa haji dan dalam ibadah umat
Muslim. Harian berbahasa Inggris yang terbit di Arab, Saudi Gazette, edisi 17 April 1998,
menyebut inisiatif Khan tersebut sebagai usaha dakwah untuk memperkenalkan Islam kepada
Barat secara objektif. Menurut Omar Bagabas, dalam Saudi Gazette, Khan telah berhasil
menyajikan gambaran yang sebenarnya tentang Islam dan umatnya kepada masyarakat
Amerika, yang bertolak belakang dengan film-film yang sengaja disajikan untuk memberikan
kesan negatif tentang Islam sebagai agama terorisme dan sistem kepercayaan yang sangat
terbelakang. Menurut salah seorang freelancer Arab, Fozail Aqdas Ghazali, hal yang dilakukan
oleh CNN telah membuat kecewa besar orang-orang Yahudi di Amerika.
Lalu, apa yang menarik dari peristiwa tersebut? Peristiwa tersebut hanya untuk melukiskan
begitu strategisnya media massa dalam membangun citra (image) suatu objek dari proses
bentukan opini publik. Karena posisi strategisnya, media massa sekarang sudah menjadi salah
satu kebutuhan primer, bukan bagi kepentingan pribadi dan keluarga saja, melainkan bagi
bangsa dan negara. Televisi, misaluya, berfungsi sebagai berfungsi sebagai saluran informasi,
juga dibu- tuhkan sebagai media hiburan keluarga yang cukup murah. Televisi dapat dinikmati
setiap saat dengan tidak meninggalkan pekerjaan rumah lainnya. Karena itu, untuk
menyampaikan pesan-pesan agama, penyebar-sebuah ilmu pengetahuan dan teknologi, atau
kampanye politik partai, media massa pada umumnya telah memainkan perannya yang cukup
besar bagi kehidupan manusia.
Riz Khan telah berusaha membentuk citra baru tentang Islam yang berbeda dari citra
sebelumnyta. Melalui permainan kata, gambar, dan suara, media telah berhasil membangun
opini baru sehingga terbentuk citra baru tentang Islam dan para pemeluknya. Selain berfungsi
sebagai alat untuk menyampaikan pesan, seperti dinyatakan McLuhan, media telah menjadikan
dirinya sendiri sebagai pesan.
Penemuan dan perkembangan teknologi komunikasi serta informasi telah memberikan
peluang besar bagi berkembangnya media massa. Istilah pers yang pada awalnya sangat terbatas
hanya pada kegiatan-kegiatan penerusan media cetak, kini telah berkembang menjadi kegiatan
yang lebih luas sehingga fungsi dan perannya pun terus berkembang mengikuti kebutuhan para
penggunanya. Kegiatan ekonomi, politik, dan dakwah agama hampir tidak ada yang tidak
memanfaatkan media massa. Masuk akal jika dunia pers kini diperalat untuk mencapai
kepentingan-kepentingan tertentu.
BAB II
PENGERTIAN DAN PERKEMBANGAN PERS DAN JURNALISTIK
Pers lahir dari sejarah perjuangan manusia tentang kebebasan berbicara dan berpendapat.
Sejarah pers membuktikan begitu besarnya peranan media dalam menjunjung tinggi hak dan
kebebasan berbicara setiap anggota masyarakat. Pada perjalanan selanjutnya, hingga saat ini
pers tetap di pandang sebagai kekuatan moral yang mampu menggerakan semangat demokrasi,
mendukung atau menumbangkan kekuasaan, memenangkan atau mengalahkan kepentingan-
kepentingan. Kebebasan pers pada akhirnya menjadi fasilitas untuk menunjukan adanya
keterkaitan yang kuat antara kebebasan tersebut dan kebebasan lainnya, seperti kebebasan
berbicara, berkumpul dan berpendapa. Pengabdian Bucher dalam dunia pers terus berlanjut,
hingga pada 1892 nama Bucher selalu melekat hampir dalam setiap perbincangan tentang pers
dan jurnalistik, khususnya dalam kerangka ilmu yang dikembangkan melalui lembaga-lembaga
pendidikan maupun lembaga-lembaga pelatihan. Dalam dunia jurnalistik dapat disebutkan
beberapa jasa monumental Bucher, diantaranya:
1. Melakukan penyelidikan historis untuk pertama kalinya dalam bidang jusnalistik.
2. Mengajarkan pengetahuan jurnalistik di kalangan masyarakat akademik.
3. Salah seorang pendiri sebuah lembaga persuratkabaran yang pertama di Eropa
Kontinental di Leipzig.
4. Memperjuangkan diselenggarakannya pendidikan kewartawanan di tingkat perguruan
tinggi.
Tercatat juga nama Max Weber seorang sosiolog yang pertama kali melakukan penelitian
sosiologis terhadap masalah persuratkabaran. Melalui analisis sosiologis yang digunakannya,
Weber berhasil membuat generalisasi yang sangat signifikan dalam pengembangan teori dan
praktik jurnalistik. Dari karyanya terdapat dua pokok masalah yang dapat menarik perhatian
para peminat pers dan jurnalistik, yaitu:
1. Berkaitan dengan masalah modal dan pengaruh para pemilik modal kepada redaksi.
2. Menyangkut soal sifat kelembagaan dari surat kabar.
Pada fase ini sebutan terhadap ilmu jurnalistik berubah menjadi zeitungswissenchaf,
peningkatan kualitas jurnalistik sebagai suatu ilmu dipengaruhi oleh kiprah para ilmuwan yang
terus mencoba menyistemasikan ilmu jurnalistik melalui penelitian-penelitiannya dengan
meminjam teori-teori dari ilmu-ilmu yang berdekatan, seperti sosiologi, psikologi, ekonomi dan
politik. Jika diterjemahkan secara bebas, kata zeitungswisschaft memiliki arti “ilmu
persuratkabaran”. Misalnya, pers sangat terbatas hanya pada media cetak surat kabar sehingga
ilmu yang mempelajari dimensi- dimensi media massa lebih dikenal dengan ilmu
persuratkabaran. Alasan utama mengapa disebut ilmu persuratkabaran karena memang media
yang tersedia baru surat kabar. Ilmu tersebut membatasi diri hanya pada lingkup media cetak,
yaitu surat kabar.
Peran sosialnya mulai dimainkan sesuai dengan karakteristik media dengan segala
kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya. Publisistik dinilai pihak berkepentingan sebagai
media yang dapat memainkan peran politik massa. Fungsinya dieksploitasi untuk kepentingan
memepertahankan kekuasaan, sekaligus untuk menindas kekuatan-kekuatan yang bersebrangan
dengannya. Pada awal pertumbuhannya di Jerman, publisistik sebagai ilmu “harus” berhadapan
dengan ideologi Nazisme yang memang sangat menguasai peran-peran tersebut.
Pada fase berikutnya, setelah Perang Dunia II berakhir, publizistik mulai dibersihkan dari
unsur-unsur politik yang hanya meningkatkan sepihak. Misi politik Hitler yang telah lama
merusak citra publisistik mulai dibersihkan, sekaligus dikembalikan ke tempat dan citranya
yang semula, baik sebagai ilmu maupun sebagai media pelayan masyarakat. Sedangkan sebagai
medianinformasi, publisistik kembali membangun citra, memainkan peran dan mewujudkan
misi utamanya, yaitu menyebarkan informasi untuk kepentingan masyarakat.
Jika di Eropa dikenal publisistik, di Amerika semua jenis kegiatan yang berhubungan
dengan kegiatan penyebaran berita disebut dengan jurnalistik. Sejak saat itu jurnalistik mulai
populer, baik di negara tempat kelahirannya maupun di negara-negara lainnya. Karena itu
jurnalistik semakin berkembang pesat, terutama karena didukung oleh adanya lembaga
pendidikan profesi secara khusus.
Jika dilihat dari segi program yang dikembangkannya, secara garis besar terdapat tiga
orientasi pendidikan jurnalistik: Education about Jurnalism, Education for Jurnalistik, dan
Education in Journalism.
Pada bentuk Education about Journalism (pendidikan mengenai jurnalistik), jurnalistik
hanya dianggap sebagai objek studi ilmiah. Para peserta didik dibekali dengan teori, konsep,
dan generalisasi ilmiah yang berkaitan dengan pengembangan jurnalistik. Penelitian juga
dilakukan dengan maksud mengembangkan dan menemukan fakta-fakta ilmiah yang baru
untuk dikembangkan menjadi teori. Praktikum tidak dianggap sebagai komponen pendidikan
yang penting, bahkan terkadang ditiadakan.
Pada Education of Journalism (pendidikan untuk jurnalistik), selain menekan orientasi
pendidikannya pada aspek teoretis, juga memberikan bekal praktik bagi mereka yang
mempelajarinya. Karena itu, disini tersedia kesempatan untuk melakukan secukupnya.
Sebaliknya dari tipe yang pertama, Education in Journalism (pendidikan dalam jurnalistik)
menitikberatkan program pendidikannya hanya pada aspek-aspek praktis dan teknis yang
terjurus pada pekerjaan jurnalistik. Para peserta didik diarahkan pada upaya menguasai teknik
pembuatan karya jurnalistik, mulai dari teknik penulisan berita, pengaturan ruang advertasi
pengelolaan manajemen pers, sampai pada penguasaan aspek bisnisnya.
Di Indonesia sejarah persuratkabaran sebetulnya telah berlangsung sejak zaman penjajahan.
Percobaan pertama penerbitan pers pada zaman Hindia-Belanda terjadi pada pertengahan Abad
ke-17. Walaupun demikian, berita yang masih ditulis tangan tersebut belum bisa disebut. Koran
pertama yang terbit di Indonesia. Sebab pada abad ke-18 muncul Bataviasche Nouvelles yang
terbit dalam bentuk koran. Pada abad ke-19 baik pada masa penjajahan Inggris maupun
Belanda, koran harus terbit silih berganti. Ketika Inggris berhasil mencaplok kawasan Hindia
Timur pada tahun 1811, terbit koran berbahasa Inggris, Java Government Gazatte pada awal
1812.
Untuk mengimbang koran-koran yang terbit dalam bahasa Belanda pada paruh kedua abad
ke-19 muncul koran-koran berbahasa Melayu dan Jawa. Meskipun pada umumnya redaktur
koran-koran yang terbit pada saat itu masih Belanda, seperti Bintang Timoer , Bromartani ,
Bianglala , dan Pemberita Betawie . Sayangnya koran ini hanya bertahan 5 tahun. Medan Prijaji
mampu memberikan kesan yang menyegarkan. Perkembangan surat kabar terus tumbuh
berbarengan dengan arus kehidupan pergerakan nasional. Di antara beberapa koran Indonesia
yang bersifat nasional dan dinilai radikal yang terbit di Jawa saat itu.
Jurnalistik mulai memasuki dunia perguruan tinggi setelah Indonesia merdeka. Pada tahun
1950-an mulai dibuka jurusan publisistik pada Fakultal Sosial Politik di Universitas Gadjah
Mada dan Fakuktas Hukum di Universitas Indonesia. Di Bandung Universitas Padjajaran mulai
membuka Fakultas Jurnalistik dan Publisistik pada tahun 1960-an. Sekarang bidang kajian
publisistik telah berubah menjadi salah satu jurusan pada Fakultas Ilmu Komunikasi yaitu
jurusan jurnalistik.
HUBUNGAN PERS DAN JURNALISTIK
Jika dilihat dari sejarah persuratkabaran, istilah pers berawal dari bahasa Belanda. Dalam
pengertian lebih operasional pers berarti publikasi atau pemberitahuan secara cetak. Pers
merupakan sarana untuk menyebarkan hasil olahan jurnalistik, pers bersifat teknis sebagai
saluran dari produk jurnalistik.
Jurnalistik berasal dari bahasa belanda yaitu Journalistiek masih berdekatan juga dengan
istilah Journalistic dan Journalism dalam bahasa inggris yang berarti harian atau setiap hari.
Jurnalistik merupakan keterampilan atau kegiatan mengolah bahan berita, mulai dari peliputan
sampai penyusunan yang layak disebarluaskan kepada masyarakat.
Keterampilan reporter dan editor dalam menerjemahkan setiap peristiwa sekaligus
menuangkannya ke dalam bentuk berita dengan menggunakan bahasa yang lincah dan
memesona, akan mampu melarutkan suasana mental para pembacanya. Misalnya untuk
menyembunyikan fakta kemiskinan yang memalukan, pihak penguasa dapat menunjukannya
lewat media dengan meminjam istilah prasejahtera, kelaparan menjadi kekurangan gizi, atau
kampanye menjadi konsolidasi. Dua prinsip yang menjadi pakaian pers tersebut perlu
dipertimbangkan secara seimbang. Sebab jika pers hanya mengutamakan aspek ideal, pers tidak
akan mampu bertahan untuk hidup lama.
Jurnalistik bukan saja mengelola dan mengolah berita, melainkan mengelola bahan-bahan
lain diluar berita untuk keperluan isi surat kabar, majalah, atau media cetak dan elektronik.
Beberapa fungsi jurnalistik diantaranya:
1. Fungsi Menyiarkan Informasi
2. Fungsi Mendidik
3. Fungsi Menghibur
4. Fungsi mempengaruhi
JURNALISTIK SEBAGAI PROFESI
Sebagai profesi, jurnalistik terikat dengan kode etik dan kriteria. Kode etik dimaksudkan
sebagai norma yang mengikat pekerjaan yang ditekuninya, sedangkan kriteria dimaksudkan
sebagai alat seleksi karena tidak setiap orang dapat dengan bebas memasuki lingkaran suatu
profesi. Jurnalis pun terikat pada kode etik jurnalistik.
Suatu profesi tidak mudah diperoleh, diklaim secara bebas oleh setiap orang, atau diberikan
kepada sembarangan orang hanya karena alasan-alasan nonprofessional. Suatu profesi juga
memerlukan semangat dan kesungguh-sungguhan. Masyarakat melihat profesi wartawan
sebagai salah satu perjuangan penegak keadilan, wartawan sangat terikat pada etika kejujuran,
kebebasan dan objektivitas.
Jika dilihat dalam kerangka jurnalistik sebagai profesi, penerbitan beberapa media massa
dapat dipandang sebagai salah satu bentuk dari penjelasan universal profesi wartawan. Media
itu terbit untuk kepentingan komersial, melainkan juga untuk memenuhi tuntutan ideal.
BAB III
MASALAH-MASALAH POKOK DALAM PERS
Masalah-Masalah Pokok dalam Pers dan Jurnalistik Media massa memiliki kekuatan
raksasa dalam memengaruhi dan menggerakkan massa. Kekuatan tersebut masuk melalui
proses interaksi antara media dan manusia. Pesan- pesannya ikut mewarnai kesadaran setiap
individu melalui cara-cara yang amat halus. Media mampu menggerakkan perilaku massa
sesuai dengan arah yang dikehendakinya.
Pada 1988,Monitor dipandang bersalah karena salah satu tulisan yang dimuatnya dianggap
telah merendahkan martabat agama Islam dengan menempatkan Nabi Muhammad urutan ke-
11 setelah beberapa tokoh dunia lainnya, termasuk Arswendo, sehaesi tokoh yang berpengaruh.
Akibatnya, surat izin terbit (SIUPP) tabloid itu dicabut. Selain itu, kejadian tersebut berakibat
pula pada media massa lainnya yang berada di bawah perusahaan tersebut. Arswendo diseret
ke pengadilan atas desakan massa yang menuduh pimpinan redaksi tabloid tersebut telah
menghina Islam dan umatnya. Tindakan pencabutan SIUPP pada saat itu dianggap banyak
orang, khususnya insan pers, sebagai kisah pahit bagi dunia pers.
Pravda dan Monitor menjadi penting dibahas hanya untuk menunjukkan sekurang-
kurangnya dua hal. Pertama, media massa memiliki kekuatan raksasa dalam memengaruhi dan
menggerakkan massa, Kekuatan tersebut masuk melalui proses interaksi antara media dan
manusia. Pesan-pesannya ikut mewarnai kesadaran setiap individu melalui cara-cara yang amat
halus. Media mampu menggerakkan perilaku massa sesuai dengan arah yang dikehendakinya.
Karena kekuatan pengaruh ini pula, banyak kalangan mengkhawatirkan efek negatif media
massa bagi pertumbuhan kepribadian anak-anak. Berbagai tudingan ditujukan kepada media
massa berkenaan dengan semakin meningkatnya frekuensi kenakalan remaja. Menurutnya,
perilaku anak dan remaja kini telah dipengaruhi dan dibentuk oleh pesan-pesan yang mereka
serap melalui media.
Kedua, realitas yang disajikan media massa sebetulnya hanyalah realitas bentukan. Media
berfungsi sebagai penerjemah. Media juga berfungsi sebagai jembatan antara peristiwa dan
publik pembaca. Peristiwa-peristiwa dunia yang sulit dipahami dapat diterjemahkan oleh media
sesuai dengan bahasa dan logika yang 1 oleh masyarakatnya. Dengan demikian, masyarakat
akan dengan mudah-dan hanya dengan logika sederhana saja dapat menangkap setiap pesan
komunikasi yang sulit dipahami. Karena kekuatannya sebagai alat penerjemah, media dapat
menampilkan realitas kedua (the second reality), yakni realitas bentukan yang belum tentu
sesuai dengan realitas apa adanya (the first reality). Film, televisi, radio, teater, dan komik
merupakan media yang dapat menampilkan situasi sosial tertentu di luar situasi yang
sebenarnya. Apa yang kita terima dari media adalah gambaran kenyataan yang telah dibentuk
menjadi realitas kedua, bukan realitas yang sesungguhnya. Media merupakan hasil rekayasa
para peliput dan penulis berita, serta editor yang menerima laporan hasil liputan. 66Menurut
Neil MacNeil, dalam buku Without Fear of Favor, berita adalah kompilasi fakta dan peristiwa
yang menimbulkan perhatian atau kepentingan bagi para pembaca surat kabar yang
memuatnya" - Bond, 1978: 102. Pesan-pesan penulis yang dituangkan dalam bentuk tajuk dan
artikel merupakan jenis tulisan yang telah dibumbui oleh hasil interpretasi, sesuai dengan visi
dan kepentingannya, serta dibuat dengan bahasa pilihan yang dapat menarik perhatian para
pembacanya. Bila dibandingkan dengan jenis berita biasa, straight news misalnya, kedua jenis
tulisan tersebut memiliki daya persuasi yang lebih besar.
Sesungguhnya pers dapat digunakan untuk berbagai kepentingan karena kekuatannya. Pers
bisa menjadi alat penegak keadilan,pembela demokrasi, atau bisa juga sebaliknya, menjadi alat
untuk melakukan penindasan dan mempertahankan kekuasaan.
PERS SEBAGAI KEKUATAN KEEMPAT
Pers, sebagai media informasi, merupakan kekuatan yang mampu memengaruhi sekaligus
mengubah perilaku masyarakatnya. Pers, sesuai dengan sifat yang dimilikinya, selalu
menyajikan informasi yang terbaru bagi para pembacanya. Di samping mengandung unsur
kebaruan (aktualitas), informasi juga mengandung dan sekaligus menyebarkan ide-ide atau
opini yang dianggap baru dan relevan dengan kondisi masyarakat. Ide-ide baru disajikan,
misalnya, dalam artikel-artikel pilihan atau tajuk rencana yang sengaja dibuat oleh seorang
redaktur tetap. Artikel senantiasa menyajikan hasil analisis para pakar yang berkaitan dengan
isu- isu terbaru. Sedangkan tajuk rencana merupakan tulisan yang mengulas berita utama yang
sedang terjadi pada saat media itu terbit. Rogers (1981: 26), dalam Communication of
Innovations, menyebut ide-ide baru itu sebagai suatu inovasi, yakni gagasan, tindakan, atau
harang yang dianggap baru.
Di sinilah pers, sebagai agen informasi, memainkan perannya daləm membangun suatu
opini tertentu di masyarakat. Pada tahap berikutnya, pembentukan opini terjadi secara masal,
yang pada akhirnya berubah menjadi opini publik (public opinion). Menurut Newcomb (1985:
121), informasi memiliki hubungan langsung dengan sifat-sifat objek penerima informasi.
Sikap seseorang terhadap suatu objek dapat berubah bila objeknya berubah, baik karena
memang objek itu telah berubah maupun hanya karena informasi menge- nai objek itu yang
berubah tanpa adanya perubahan yang sesungguhnya. Bisa saja terjadi perubahan pada
keduanya. Berkenaan dengan perubahan tersebut, pers kembali memainkan peranannya secara
signifikan. Pers dapat membentuk kesan tertentu untuk bisa diterima atau ditolak publik. Pada
kegiatan kampanye politik, misalnya, pers dimanfaatkan untuk melaku- kan proses pengelolaan
kesan (impression management) yang dapat meng- untungkan satu pihak.
Relevansi antara media dan publik, salah satunya dapat dilihat dari tingkat pemikiran atau
pola-pola kebudayaan yang dianutnya. Dari beberapa bentuk media yang mungkin dapat
diguna- kan, khususnya untuk kepentingan pemahaman dan perubahan, menurut Watson (1984:
182), media tulis merupakan media yang paling efektif. Pesan komunikasi tertulis (printed and
written messages), pada umumnya memberi- kan kesempatan yang lebih leluasa kepada
komunikan untuk melakukan penelaahan serta penerimaan, baik kognitif, afektif, maupun
psikomotorik. Misalnya, komunikan itu adalah Anda. Apa yang dapat Anda lakukan, atau sikap
apa yang muncul ketika Anda sedang mendengarkan radio atau duduk di depan layar televisi
untuk menerima pesan-pesan keagamaan lewat program mimbar Agama Islam? Bandingkan
dengan ketika pesan-pesan itu Anda nikmati melalui media cetak, seperti surat kabar dan
majalah. Pers merupakan salah satu kekuatan sosial yang menjalankan kontrol secara bebas dan
bertanggung jawab, baik terhadap masyarakat maupun terhadap kekuatan-kekuatan sosial
lainnya.
Efektivitas pengaruhnya dapat dilihat pada bukti-bukti yang menyiratkan terjadinya
peristiwa luar biasa sebagai akibat dari perilaku pers, baik positif maupun negatif. pers
digunakan dalam kegiatan propaganda partai-partai politik selama masa kampanye Pemilu
1992 dan Pemilu 1997 di Indonesia. Pers telah, dan tampaknya akan tetap, dijadikan media
untuk menyampaikan pesan-pesan politik, khususnya dalam memengaruhi publik. Karena itu,
tidak heran jika tiga lembaga kekuasaan-eksekutif, legis- latif, dan yudikatif-dalam memainkan
perannya, kerapkali menggunakan pers setagai alat yang efisien. Atau mungkin lembaga-
lembaga tersebut memiliki media massa sendiri yang secara bebas dapat membawakan his
master's voice. Media tersebut dimanfaatkan untuk membantu menyampaikan pesan-pesan
politik tertentu, menyebarkan informasi pembangunan sesuai dengan visi dan misinya sendiri
untuk menggairahkan partisipasi masyarakat, serta melakukan perubahan sosial dalam setiap
sektor kehidupan.
PERS SEBAGAI PEMBENTUK PENDAPAT UMUM
Pers memang memiliki kekuatan yang tidak kecil dalam membentuk pendapat umum
(public opinion) sebab tidak ada gagasan pribadi yang dapat berubah menjadi pendapat umum
tanpa melalui proses publikasi. Seperti ditunjukkan dalam contoh kasus sebelumnya, andai saja
Indonesią Raja saat itu tidak memublikasikan gagasan Cak Nur, mungkin ceritanya akan
berbeda. Secara teknis mungkin tidak akan terjadi polemik di antara pihak-pihak yang berbeda
pendapat. Sedangkan secara substansial, mungkin juga nasib pembaruan pemikiran Islam di
Indonesia tidak akan sedewasa seperti yang kita lihat saat ini. Lalu, pertanyaannya adalah: apa
sesungguhnya “pendapat umum" itu? Bagaimana proses terbentuknya? Mariam D. Irish dan
James W. Prothro, dalam The Politics of American Democracy (1955), memberikan definisi
bahwa pendapat umum adalah "The expression of attitudes on a social issue" (Astrid S. Susanto,
1975: 91). Jika rumusan definisi tersebut kita analisis secara perinci, terdapat tiga unsur pokok
yang menjadi bahan dasar pendapat umum, yaitu pernyataan (expression), sikap (attitude), dan
masalah masyarakat (sociał issue). Hal tersebut berarti bahwa suatu gagasan, pendapat pribadi,
atau sikap yang belum dinyatakan secara terbuka tidak akan membentuk pendapat umum. la
belum tersosialisasi sehingga belum menjadi bahan pemikiran dan perbincangan orang banyak.
Ia belum menjadi alat pergaulan melalui proses interaksi sosial dan belum mengalami proses
komunikasi secara intensif. Ia masih menjadi milik pribadi dan merupakan suatu proses yang
hanya berlangsung dalam diri individu yang bersangkutan.
Jelaslah bahwa yang dimaksud dengan pendapat umum (public opinion) dalam dunia
jurnalistik merupakan suatu pendapat yang dinyatakan, atau pendapat yang telah “dibuat
umum" sehingga diketahui oleh masyarakat ramai. Hampir sama dengan pengertian tersebut,
dalam buku Essentials of Public Opinion (1975: 1), Bernard Ilennessy mendefinisikan opini
publik sebagai suatu kompleksitas pilihan-pilihan yang dinyatakan oleh banyak orang berkaitan
dengan suatu isu yang dipandang penting oleh umum.
Menurut Bernard Hennessy, seperti digambarkan dalam rumusan se- belumnya, ada lima
faktor penting yang menyebabkan terbentuknya opini publik, antara lain:
1. Adanya isu Secara sederhana opini publik dapat diilustrasikan semacam konsensus yang
terbentuk dalam suatu arus perbincangan tentang suatu isu. Dalam rumusan yang berbeda, opini
publik kerapkali disebut sebagai suatu generalisasi yang menggambarkan adanya semacam
sikap kolektif atau kesadaran publik. Sedangkan yang dimaksud dengan isu dalarn konteks yang
sedang kita bicarakan adalah suatu persoalan kekinian yang sedang diperbincangkan dalam
situasi ketidaksepakatan. Karena itu, dalam suatu isu terdapat elemen-elemen yang mendorong
munculnya kontroversi pendapat
2. Adanya publik Adanya kelompok yang jelas dan tertarik dengan isu tersebut. Menurut
John Dewey, dalam buku The Public and Its Problems, dalam suatu sistem sosial, terdapat
banyak publik yang masing-masing terdiri atas individu-individu yang secara bersama-sama
dipengaruhi oleh suatu aksi dan gagasan. Dengan demikian, menurut Dewey, setiap isu dapat
memunculkan publiknya masing-masing.
3. Adanya kompleksitas pilihan dalam publik Kompleksitas pilihan tersebut merujuk pada
totalitas opini yang berkaitan dengan isu yang menjadi perhatian seluruh anggota suatu publik.
Pada setiap isu, perhatian publik akan dibagi menjadi dua atau lebih pandangan yang berbeda.
Banyaknya pandangan pada setiap isu akan sangat bergantung pada sikap setiap anggota publik,
pengalaman sebelumnya, dan kompleksitas isu tersebut. Artinya, muatan isu yang relatif
sederhana tidak akan melahirkan pandangan yang sangat beragam.
4. Pernyataan opini Pandangan yang dapat membentuk opini publik adalah pandangan yang
dinyatakan secara terbuka. Terdapat banyak cara yang hisa digunakan untuk menyatakan opini.
Tetapi, bahasa, baik dinyatakan secara lisan maupun tertulis, merupakan bentuk yang paling
umum digunakan untuk menyatakan suatu opini. Pernyataan dimaksud juga mensyaratkan
keterbukaan schingga mengundang banyak respons. Karena itu, pada tahap menyatakan opini
secara terbuka, media massa merupakan alat yang relatif paling efektif juga efisien
5. Banyaknya individu yang terlibat Faktor terakhir yang ikut menentukan proses
pembentukan opini publik adalah banyaknya publik yang tertarik dengan isu. Terdapat
beberapa norma yang digunakan: (a) besarnya publik tidak selalu ditentukan oleh jumlah
mayoritas yang terlibat dalam perbincangan tentang isu; (b) publik yang terlibat tidak harus
yang memiliki gagasan awal atau mereka yang melahirkan isu; (c) signifikansi publik
ditentukan oleh efektivitas komunikasi yang berlangsung dalam proses pembentukan opini
sampai pada pertimbangan dalam penetapan bahwa suatu opini telah menjadi opini publik.
Senada dengan uraian tersebut, Astrid (1975: 94) menjelaskan beberapa unsur yang
terkandung dalam suatu pendapat umum: (1) memung- kinkan terjadinya pro dan kontra,
terutama sebelum tercapainya suatu konsensus; (2) melibatkan lebih dari seorang, atau dalam
istilah Hennessy disebut ukuran publik; (3) dinyatakan, yakni opini yang dikomunikasikan
secara terbuka; (4) memungkinkan atau mengundang adanya tanggapan.
PERS SEBAGAI PERUSAHAAN
Media massa harus dilihat sebagai satu entitas bisnis, bukan semata-mata entitas politik.
Kebijakan yang hanya mengutamakan stabilitas politik, misalnya, cenderung menempatkan
posisi, fungsi, dan peran media massa semata-mata pada dimensi politik. Wujud ideal media
massa sebagai alat kontrol dan sarana bisnis akan terabaikan. Perhatian besar pada media massa
sebagai entitas bisnis baru muncul pada saat orang mulai mempermasalahkan soal
konglomerasi, persaingan antarmedia dalam merebut porsi iklan, serta berubahnya orientasi
pemberitaan yang lebih mengutamakan aspek komersial daripada aspek ideal.
Ketertarikan para pengusaha dalam memanfaatkan jasa media massa untuk memublikasikan
produksinya telah meningkatkan dimensi bisnis dalam dunia pers dan jurnalistik. Misalnya,
sampai saat ini, hampir tidak ada satu bentuk media jurnalistik yang luput dari kolom iklan.
Meski- pun dalam persaingan "bisnis iklan" media elektronik telah mampu menyerap lebih
banyak sumber income dibanding media cetak, media cetak tetap tidak kehilangan peminatnya
sebab ada bentuk iklan yang hanya bisa dilakukan oleh media cetak, tetapi tidak oleh media
elektronik.
PERS DAN PROSES POLITIK
Pers dan proses politik memiliki kedekatan fungsional bukan saja karena sejarahnya yang
sangat "akrab" satu sama lain, melainkan karena fakta zaman yang seolah-olah memaksa proses
politik untuk semakin cerdas memanfaatkan media. Proses politik saat ini hampir tidak
mungkin melepaskan jasa media. Hampir semua sektor kehidupan memanfaatkan jasa media,
termasuk politik. Bahkan, gagasan political marketing menjadi strategi dalam proses kampanye
politik pun lahir karena semakin maraknya fasilitas media yang memungkinkan aktivitas politik
dilakukan dengan menggunakan paradigma marketing. Media kebanjiran pesanan agenda
politik, terutama untuk kepentingan pemasaran banyaknya suara pada setiap kali kompetisi
pemilihan umum nasional atau pemilihan kepala daerah. Kampanye politik nyaris tidak ada
bedanya dengan iklan suatu produk, terutama untuk kebutuhan sosialisasi partai politik atau
pencitraan seorang kandidat. Di Amerika, fenomena seperti ini telah berlangsung lama.
Di Indonesia, ketika pesta demokrasi Pemilihan Umum 1992 akan digelar, berkembang isu
untuk tidak melakukan acara kampanye rally. Bukan hanya isu, lembaga-lembaga terkait
bahkan mengeluarkan himbauan untuk tidak berkampanye rally. Kampanye lebih banyak
dilakukan dengan meng- gunakan media massa. Musim kampanye saat itu memang menjadi
awal kebangkitan pers dalam proses politik di Indonesia. Organisasi-organisasi peserta pemilu
yang memiliki media massa sendiri yang lebih banyak punya kesempatan untuk berkampanye.
Walaupun demikian, banyaknya media massa yang dimiliki belum tentu dapat memberikan
jaminan pasti pihaknya akan unggul. Efektivitas komunikasi dalam kegiatan kampanye tidak
hanya ditentukan oleh kuantitas dan frekuensi kehadiran media, tetapi juga dipengaruhi oleh
kualitas bagaimana media digunakan. Untuk itu, terdapat beberapa metode dan strategi dalam
usaha menyiasati publik, sesuai de- ngan bentuk atau jenis media yang digunakannya. Potret
sederhana tersebut menunjukkan betapa strategisnya peran media di tengah masyarakat
kontemporer, khususnya berkaitan dengan keterlibatannya dalam proses politik dan
pemerintahan. Setiap hari jutaan mata tertuju pada tabung televisi, jutaan telinga mendekati
radio, dan jutaan orang melahap berita lewat surat kabar. Kenyataan tersebut menggambarkan
bagaimana sesungguhnya masyarakat semakin bergantung pada media untuk mendapatkan
informasi tentang berbagai peristiwa yang terjadi dipusat-pusat kekuasaan dan seluruh jagat
pada umumnya.
Pers dan politik kini menjadi dua senyawa yang saling membutuhkan dengan alasannya
masing-masing. Fenomena yang paling tampak pada era media saat ini, yaitu proses dan
kepentingan politik nyaris tidak bisa menghindari media, baik sebelum, selama, maupun
sesudah proses politik dilaksanakan. Di era politik pencitraan seperti yang terjadi di Indonesia
saat ini, medialah yang memiliki peranan signifikan. Pers adalah "politikus baru" di ranah
perebutan kekuasaan yang masih cenderung mengandalkan kekuatan pencitraan.
BAB IV
SEPUTAR MEDIA JURNALISTIK
Ketika pertama kali harian Republika menyajikan beritanya lewat hompage, banyak kalang
mengkhawatirkan masa depan media cetak, khususnya surat kabar. Lewat homepage, para
pembacanya tidak perlu lagi berlangganan surat kabar, berita bisa dibaca tanpa harus
membelinya. Homepage juga dapat menyajikan majalah, lengkap dengan gambarnya. Terutama
sejak berkembangnya media online, dirambah dengan berkembangnya jenis media, sepertu
laptop, handphone, tablet, berbagai informasi dapat diakses dengan simpel, mudah, dan murah.
Zaman ini disebut era informasi, salah satu ciri menarik dari zaman ini adalah mulai hadirnya
sejumlah bentuk media komunikasi informasi, sekaligus menjadi konsumsi penting bagi
masyarakat. Ini dapat dilihat, antara lain pada pertumbuhan dan perkembangan media massa,
baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Jumlah stasiun televisi di Indonesia pada sepuluh
tahun terakhir tampak meningkat pesat. TVRI kini tidak lagi bermain sebagai pemeran tunggal
yang menghibur dan membagi-bagikan informasi. Bersamaan dengan terus meningkatnya
kualitas layanan media elektronik, media cetakpun terus berkembang pesat. Bisnis produksi
“kata atau gambar”, menurut George Fox Mott kini telah berkembang dan menjadi suatu
aktivitas yang semakin jelimet, baik dalam aspek teknologis maupun sosiologis.
STRATEGI KOMUNIKASI MEDIA MASSA
Media massa, atau dalam hal ini disebut pula media jurnalistik, merupakan alat bantu utama
dalam proses komunikasi massa. Komunikasi massa, secara sederhana, berarti dalam kegiatan
komunikasi yang menggunakan media (communicating with media). Menurut Bittner (1986:
12), komunikasi masssa dipahami sebagai “messages communicated through a mass medium
to a large number of people”, suatu komunikasi yang dilakukan melalui media kepada sejumlah
orang yang tersebar di tempat yang tidak ditentukan. Jadi, media masssa, menurutnya adalah
suatu alat transmisi informasi, seperti koran, majalah, buku, film, radio, dan suatu kombinasi
dari bentuk-bentuk media tersebut. Jika dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya,
komunikasi massa memiliki beberapa ciri penting. Pertama, komunikasi berlangsung satu
arah. Ketika menyampaikan ceramah keagamaan lewat televisi, Anda tidak akan mengetahui
respons pemirsa secara langsung; apakah mereka memperhatikan atau yang disampaikan atau
merasa jengkel atau bahkan merka mematikan televisinya. Pemirsa juga tidak akan bisa
menginterupsi pembicara atau sekadar ingin bertanya secara langsung tentang hal-hal yang
kurang dipahaminya. Kedua, komunikator bersifat melembaga. Sifat kelembagaan inilah.
Kedua, komunikator bersifat melembaga. Sifat kelembagaan komunikator dalam proses
komunikasi massa disebabkan oleh melembaganya media yang digunakan dalam
menyampaikan pesan komunikasinya. Mereka berbicara atas nama lembaga tempat di mana
mereka berkomunikasi sehingga pada tingkat tertentu. Kelembagaan tersebut dapat berfungsi
sebagai fasilitas sosial yang dapat ikut mendorong komunikator dalam menyampaikan pesan-
pesannya. Dalam menyampaikan pesan-pesannya, komunikator media massa bertindak atas
nama lembaga atau organisasi. Wartawan surat kabar, penyiar radio, dan televisi, baik
mencantumkan namanya dengan jelas maupun tidak. Semuanya berbicara atas nama lembaga
yang diwakilinya. Karena itu, suatu pesan dapat terpublikasikan dengan terlebih dahulu
melibatkan sejumlah orang yang memiliki peran dalam merumuskan pesan itu hingga dapat
dipublikasikan. Suatu berita, misalnya, muncul dalam media massa setelah melalui proses
penyusunan kata oleh seorang wartawan dan atau redaktur sehingga menjadi lambang informasi
tentang suatu peristiwa. Dalam konteks komunikasi, wartawan dan redaktur biasa disebut
gatekeepers, yakni kelompok orang yang berperan dalam menerjemahkan peristiwa atau
kejadian suatu rangkaian kata yang enak didengar atau pas untuk dibaca. Bahkan masih banyak
personil yang ikut terlibat dalam proses penyampaian pesan. Seorang fotografer, misalnya, ia
berperan dalam membangun kesan komunikator melalui permainan kamera sehingga dapat
mempermudah penyampaian pesan yang akan diterima. Ketiga, pesan yang disampaikan
bersifat umum. Dikatakan umum karena memang ditujukan kepada umum serta mengenai
persoalan-persoalan yang bersifat umum. Ciri yang ketiga berkaitan dengan sifat universalitas
media massa. Media massa, baik cetak maupun elektronik, tidak bisa memilih bahan berita atas
pertimbangan spesifikasi tema dan publik sasaran. Meskipun ia telah menetapkan segmen
pembaca, Tetap saja tidak ada larangan bagi publik di luar segmen tersebut untuk
membaca. Artinya, ketika media massa menyajikan suatu program atau berita, hal itu tidak
dimaksudkan hanya untuk sekelompok orang tertentu, tetapi ditujukan kepada umum. Sehingga
dapat dikonsumsi oleh siapa pun dan di mana pun. Keempat, Media yang digunakan
menimbulkan keserempakan. Audiens dapat menikmati pesan yang disebarluaskan lewat media
massa secara serempak, tanpa harus menunggu waktu secara bergiliran. Tidak ada antrian
kesempatan untuk mendapatkan giliran menerima pesan-pesan yang disajikan media
massa. Kelima, aplikasi bersifat heterogen. Khalayak atau audiens yang terlibat dalam
kegiatan komunikasi massa, di samping secara geografis tersebar di berbagai daerah, serta tidak
terjadi kontak pribadi antara yang satu dan yang lain. Mereka juga memiliki karakteristik
masing-masing, seperti usia, agama, jenis kelamin, pendidikan, kultur, harapan, atau cita-
cita. Tidak ada ciri-ciri yang secara pasti dapat disepakati untuk dijadikan Ukuran oleh media
dengan ciri-ciri itu dapat dirumuskan pesan-pesan yang lebih relevan. penentuan segmen
pembaca atau pendengar dilakukan hanya untuk memperkecil perbedaan-perbedaan yang
melekat pada audiens. dengan cara-cara itupun, tetap saja tidak bisa dihindari dengan adanya
keterlibatan publik yang ada di luar dari garis segmen tersebut.
Dari kelima ciri tersebut, dan karena pers juga terbingkai oleh ciri-ciri tersebut, dapat
dipahami bila dalam melakukan kegiatannya pers harus ditempatkan dalam kerangka proses
komunikasi massa. Model Laswell, “who-says what-in which channel-to whom-with what
effect”, dijadikan salah satu kerangka yang digunakannya. Dengan menggunakan model
tersebut, dilihat dari sisi komunikannya, akan melibatkan masyarakat yang bersifat heterogen
dan anonim. Seorang wartawan yang menulis sebuah berita pada suatu kolom, misalnya, tidak
akan tahu siapa pembaca berita itu, di mana domisilinya, dan bagaimana kondisi sosiokultural
yang dianutnya, semuanya abstrak. Karena itu, pers lokal atau pers daerah merupakan salah
satu upaya untuk menyiasati keadaan publik sekaligus berusaha memenuhi kebutuhan (needs)
dan keinginan (wants) secara spesifik.
Media Jurnalistik memiliki ciri dan sifatnya masing-masing. Meskipun pada umumnya
memiliki kesamaan, diantara surat kabar, majalah, radio, dan televisi, memiliki beberapa
perbedaan. Surat kabar, misalnya, memiliki ciri-ciri antara lain, pertama, publisitas, yakni surat
kabar diperuntukan untuk masyarakat umum. Tidak ada batasan siapa yang boleh atau siapa
yang tidak boleh membaca. Karena itu berita, artikel, tajuk rencana, dan rubrik-rubrik lainnya
harus bersifat umum dan menyangkut kepentingan umum. Redaktur akan menyeleksi setiap
tulisan yang masuk. Baik dari para reporter nya, freelance, maupun dari para penulis
lepas. Tulisan yang akan dibuat adalah tulisan-tulisan yang memiliki ciri-ciri
publisitas. Sedangkan jika sewaktu-waktu kita menemukan suatu tulisan atau berita
menyangkut perorangan, hal itu dapat dimuat oleh perusahaan surat kabar karena diasumsikan
bahwa secara umum berita itu dianggap mengandung unsur-unsur human interest sekaligus
berisi pesan-pesan yang dapat memberikan manfaat bagi umum.
MEDIA JURNALISTIK
Secara umum, media, baik cetak maupun elektronik, memiliki fungsi yang sama, yaitu: (1)
Menyiarkan informasi. ini merupakan fungsi utama media massa sebab masyarakat membeli
media tersebut karena memerlukan informasi tentang berbagai hal yang terjadi di dunia; (2)
mendidik, media massa menyajikan pesan-pesan atau tulisan-tulisan yang mengandung
pengetahuan sekaligus dapat dijadikan media pendidikan masa; (3) Menghibur, media massa
biasanya menyajikan rubrik-rubrik atau program-program yang bersifat hiburan
tersebut bertujuan untuk mengimbangi berita berat (hard news) serta artikel-artikel yang dapat
menguras perhatian dan pikiran pembaca; Serta (4) Mempengaruhi, Pers fungsi ini, memegang
peranan penting dalam tatanan kehidupan masyarakat. Melalui fungsi-fungsi tersebut,
khususnya fungsi mempengaruhi, pers dapat melakukan kontrol sosial (social control) secara
bebas dan bertanggung jawab. Karena itu, untuk memenuhi fungsinya tersebut, pers
memasukkan opini pentingnya lewat berita secara implisit, dan pemasukannya pada kolom
editorial serta artikel-artikel secara eksplisit.untuk memainkan fungsinya. Setiap media massa
memiliki strategi komunikasi masing-masing. Media massa cetak memiliki pendekatan yang
berbeda dengan media massa elektronik. Perbedaan itu dapat dilihat dari strategi penyusunan
pesan yang akan disampaikan kepada khalayak. Masing-masing media mengembangkan pola
perumusan pesan sesuai dengan situasi interaksi yang berlangsung antara media dan khalayak.
Pada Media elektronik,seperti televisi, pesan-pesan diterima kalayak hanya sekilas, dan sayap
harus selalu berada di depan televisi. Sedangkan media cetak, pesan-pesan yang diterima
khalayak dapat dikaji ulang dan dipelajari serta disimpan untuk dibaca kembali pada setiap
kesempatan saat diperlukan nanti.
Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin pesat,
media massa memiliki peluang yang semakin besar pula untuk dapat hampir setiap kebutuhan
dan keinginan manusia. Di samping jumlah stasiunnya yang semakin banyak, jam tayang
televisi kini semakin bertambah lama dengan sajian-sajian acara yang sangat bervariasi. Surat
kabar dahulu terbit tidak setiap hari, oplah yang terbatas, serta tata letak yang amat
sederhana; kini tampil dengan tata letak yang semakin menarik, jumlah halaman bertambah,
serta terbit dengan oplah yang amat besar.
JURNALISTIK MEDIA CETAK
Sekurang-kurangnya terdapat 3 jenis media cetak yang beredar di masyarakat, antara lain
surat kabar, majalah, dan buku. Sejak awal masa perkembangannya hingga saat ini, ketiga jenis
media cetak tersebut telah mengalami berbagai perubahan yang amat besar, dari sisi
perwajahan, bahasa, kualitas pesan, semuanya telah berubah sejalan dengan perubahan
masyarakat dan kemajuan teknologi yang mendukungnya.
JURNALISTIK MEDIA ELEKTRONIK
Penemuan baru dibidang teknologi komunikasi dan informasi telah mendorong
berkembangnya media elektronik. Berbagai kemajuan dan perubahan terjadi dalam percepatan
yang semakin meningkat. Sejak ditemukannya radio sampai televisi hitam putih, dibutuhkan
waktu yang cukup lama. Tetapi, pada perkembangan berikutnya, mulai dari TV berwarna
sampai penemuan teknologi komunikasi interaktif lewat internet, perubahannya menjadi sangat
cepat.
JURNALISTIK FOTO
Foto pertama kali ditemukan oleh Joseph Nicephone yang memulai pekerjaannya di bidang
ini pada tahun 1813. Pada awalnya, Niepce masih mencoba-coba dengan menggunakan
peralatan tradisional, dan baru pada tiga tahun berikutnya sistem film negatif, seperti apa yang
lama digunakan masyarakat kita hingga digunakannya model digital seperti sekarang. Jauh
sebelum itu, banyak orang yang sudah mencoba melakukan kegiatan dalam bentuk penggunaan
suatu alat semacam kamera yang mereka sebut camera obscura. Alat ini digunakan untuk
menggambar pemandangan alam. Mereka membuat boks besar lalu diberi lubang kecil, dan
lewat lubang itulah mereka melihat batas batas alam yang bisa tergambar dalam lukisan. Foto
jurnalistik dalam koran dan majalah mulai berkembang pada tahun 1930-an. Perkembangannya
sangat cepat sehingga pada gilirannya teknologi foto dapat mendorong perkembangan media
jurnalistik.
JURNALISTIK ONLINE
Media online pada era globalisasi ini telah menambah perbendaharaan media baru untuk
menolong para pembacanya. Inilah salah satu produk teknologi informasi yang telah berhasil
merambah dunia baru melalui jaringan internet. Akses jaringannya yang cepat, murah, dan
mudah, seolah telah menghipnotis publik untuk bergantung pada media ini, khususnya untuk
memperluas jaringan serta referensi bagi para penggunanya. Kebutuhan masyarakat sangat
tertolong melalui media online ini.
BAB V
MENULIS BERITA
Berita merupakan substansi media jurnalistik, berita menjadi seperti barang dagangan yang
di jajakan di setiap media elektronik, apa sih ang di sebut berita? Membuat definisi berita
memang tidak semudah memahami beritanya, seseorang bisa dengan mudah membedakan
artikel dengan berita,tapi tidak dengan mendefinisikan berita, bahkan para ahli pun sulit untuk
mendefinisikan berita, maka dari itu berita di definisikan seseuatu yang di anggap berbeda di
kalangan masyarakat lalu di beritakan atau di kabarkan. Agar memperoleh berita yang menarik
atau suskses dalam memberitakan suatu objek, seorang reporter harus mempertimbangkan
terlebih dahulu berita nya sebelum di serahkan ke editor, dalam buku Evan Hill Dan John J.
Breen, dalam buku reporting and writing the news, memberikan beberapa kriteria berita yang
baik dan menarik antara lain :
1.Apakah berita itu merupakan laporan peristiwa baru,fakta atau opini?
2.Apakah berita itu memberikan informasi tentang sesuatu yang belum pernah di ketahui
pembaca sebelumnnya?
3.Apakah berita itu menarik perhatian pembaca dalam jumlah yang signifikan bukan hanya
sekedar menarik menurut penulis dan teman temannya?
4.Apakah berita itu dapat menambah pengetahuan pembaca tentang apa yang sesungguhnya
terjadi?
Selain itu faktor jarak juga bisa menentukan daya Tarik berita, jauh dekatnya dilngkungan
yang menjadi sumber berita merupakan unsur yang ikut berpengaruh terhadap kualitas berita.
Jarak masih bisa di ukur secara pisik,psikis, atau kejadiannya yangmasih dekat atau termasa.
Dalam terminology komunikasi, unsur jarak di sebut proximity atau kedekatan.
Dan Suatu berita di klasifikasikan berat karena ia berusah,a sedapat mungkin memaparkan
secara singkat aspek aspek siapa,apa,dimana,kapan,mengapa, dan bagaimana dari dari suatu
peristiwa yang layak menjadi berita.
Seangkan berita yang di klasifikasikan ringan biasanya hanya merupakan paparan singkat
tentang apa,siapa, dan di mana yang dapat memberikan kesan hidup tentang suatu
masyarakat,bangsa,atau bukan dunia. Berita berat biasanya melibatkan lebih banyak orang
sehingga media merasa perlu menginformasikan seperti apa yang persis denga napa yang
terjadi. Sedangkan berita ringan melibatkan populasi terbatas, baik karena alasan peristiwa nya
maupun tempat kejadiannya. Oleh karna itu, berita berita yang di bentuk dalam feature, bila di
lihat dari sisi peristiwa nya, biasanya termasuk pada soft news events.Contoh berita berat yaitu
berita internasional,berita yang ringan yaitu berita lokal.
SUMBER DAN MACAM-MACAM BERITA
Setiap hari jurnalis selalu mencari berita, tentunya dengan memilah memilih juga berita
mana yang relevan yang menarik untuk di suguhkan ke pembaca,penonton maupun pendengar.
Dalam proses seperti itu,tidak ada formula ilmiah yang dapat di jadikan standar berita, tetapi
lebih di pengaruhi oleh pengalaman lapangan selama menjadi reporter, kelompok reporter, baik
media cetak maupun elektronik merupakan orang orang penting. Secara pisik reporter di kenal
memiliki “the strong fair off legs” yang bisa di mainkan dalam memainkan kata dan huruf untuk
membuat orang orang yang tidak tahu menajdi tahu. Dan yang bisa memberikan informasi
kepada wartawandi sebut sumber beita (news source). Sumber berita inilah yang biasanya
melakukan hubungan langsung dengan reporter, baik untuk kepentingan Lembaga itu sendiri
dalam menginformasikan sesuatu yang di anggap pentingumtuk public maupun untuk
kepentingan reporter itu sendiri dalam memperoleh informasi yang valid dan termasa, oleh
kerena itu yang dapat di jadikan sumber berita bukan semata mata semabarang tempat.
Dalam melaksanakan tugas pengejaran berita , para reporter biasanya menemui sumber
sumber berita dengan menggunakan cara yang paling singkat melalui jalan intas yang sudah
biasa di lalui nya (BEATEN PATH). Ibarat seorang detektif yang sedang membuntuti rute
kawanan penjahat yang berada di tempat tempat yang belum pasti, atau seorang peneliti yang
sedang mengejar fakta dari sumber sumber informasi secara holistic dan objektif. Itulah
sebabnya sumber berita nya, di sebut oleh miller news beats atau news runs, oleh karena itu
terdapat beberapa persamaan Teknik yang di gunakan dalam mendapatkan informasi,fakta, atau
bahan berita. Seorang reporter yang baik adalah yang seorang penanya yang penuh metode
(artful quisioner). Ketika menjumpai sumber berita seorang reporter yang baik tidak serta merta
bertanya tentang informasi yang sedang di cari, tetepi terlebih dahulu mengidentifikasi dirinya
sendiri untuk memulai memasuki proses komunikasi dengan mencoba menyosialisasikan tema
tema yang di anggap menarik oleh kedua belah pihak.
Seorang reporter yang baik, ketika bertanya kepada kepada sumber berita, harusnya
menghindari munculnya kesan mengintrogasi. Ajukan pertanyaan yang jelasa dan spesifik, dan
tidak membuat sumber berita merasa terpojokan karena adanya pertanyaan pertanyaan yang
terlalu pribadi.
Dalam mencari dan menghimpun bahan bahanberita, para reporter biasa nya berpegang
pada pedoman 5W+1H dengan pola pertanyaan seperti ini reporter akan bia mendapatkan
informasi baru dalam ke adaan terdesak.
Berikut yang harus di siapkan ketika mendengar kan informasi dari narasumber
1.Gunakan alat tulis lainnya di atas catatan kecil (seperti banyak di gnakan para wartawan),
atau di atas kertas yang di lipat sehingga ukurannya menjadi kecil,mudah di buka dan di bawa,
2.Tulislah poin poin yang memang sulit di ingat, seperti nama atau kata kata kunci,
khususnya untuk kepentingan langsung.
3.Fokuskan pada apa yang sedang di bicarakan oleh sumber berita. Terkadang ada seorang
sumber berita yang suka memberikan fakta fakta singkat dan menarik jika melihat banyak
reporter yang membuat catatan berlebihan
4.Buatlah sumber berita yang to the point berikan kesan kepada nara sumber bahwa
andareporter yang cerdas dan terampil.
JENIS-JENIS BERITA
1.BERITA AGAMA
Persoalan agama pada dasar nya merupakan persoalan seluruh umat manusia. Bagi
masyarakat Indonesia yang “berdasarkan” kehidupannya pada agama, dan secacara politis juga
di nyatakan harus memeluk salah satu dari lima agama besar yang ada, agama merupakan satu
di antar aspek-aspek human interest. Artinya agama akan selalu menarik menarik perhatian
pembaca, sebab berdekatan dengan dalam psikologis manusia itu sendiri.
2.BERITA PENDIDIKAN
Seperti hal nya agama Pendidikan merupakan Pendidikan yang tidak terpisahkan dari
kehidupan masyarakat. Mereka yang tidak pernah sempat mengikuti Pendidikan sekolah, belum
tentu tidak tertarik pada sekolah. Berita Pendidikan tidak selalu mengangkat masalah
Pendidikan pada Lembaga formal semacam sekolah,madrasah dll
3.BERITA ILMU PENGETAHUAN
Berita ilmu pengetahuan atau lazim di sebut berita ilmiah,merupakan segala berita yang
menyangkut kemajuan ilmu pengetahuan, baik berupa penemuan penemuan baru,konsep
konsep atau teori baru, hasil hasil penelitian ilmiah maupun pertemuan pertemuan para ahli
dalam bidang tertentu, seperti seminar, symposium ilmu pengetahuan dan sebagainya.
Meskipun tidak semua masyarakat suka dengan keilmuan namun sacara ilmiah manusia suka
dengan kemajuan
4.BERITA POLITIK
Situasi politik dalam suatu negara atau masyarakat, baik secara langsung ataupun tidak
langsung, tidak akan mempengaruhi kehidupan masyarakatnya. Karna itu terlepas dari tingkat
apresiasi yang di milikinya, setiap orang akan tertarik setiap orang akan tertarik dengan berita
berita politik.
5.BERITA EKONOMI
Akhir 1997 dan awal 1998, mungkin berita ekonomi merupakan berita yang paling laku di
baca masyarakat Indonesia. Pasalnya, situasi ekonomi yang di tandai oleh krisis moneter yang
sulit di kendalikan telah menguras perhatian seluruh lapisan masyarakat,mulai dari rakyat biasa
sampai para pemilik modal
6.BERITA HUKUM DAN PENGADILAN
Hukum dan pengadilan merupakan pojok kehidupan yang tidak kalah menariknya di
bandingkan masalah masalah ekonomi dan politik karena berita itu menyangkut hukum dan
pengadilan hampur selalu menarik perhatian masyarakat di manapun.
7.BERITA KEJAHATAN
Mengapa berita kejahatan bisa menarik perhatian orang? Jawaban nya sederhana, karna
orang ingin mengetahui kejadian sebuah peristiwa itu terjadi, dan menjadikan nya pelajaran
agar dirinya bisa menghindari kejahatan serupa. Banyaknya berita kejahatan tentunya bukan
karna mreka suka dengan kejahatan, tetapi berita itu menjadi menarik karna menyangkut
persoalan hidup.
8.BERITA OLAHRAGA
Salah satu unsur penting yang bisa menarik perhatian pembaca dai peristiwa olahraga
adalah adanya unsur pertentangan atau konflik. Pertentangan antara siapa yang menang siapa
yang kalah salah satu pendorong kuat untuk pembaca mencari tau di media masa.
9.BERITA MANUSIA DAN PERISTIWA
Macam-macamberita yang di uraikan sebelumnyajuga merupakan berita tentang manusia
dalam kaitannya dengan aneka peristiwa. Sedangkan pengukhususan berita di sini mengenai
human interest yang tinggi.
10.BERITA WANITA
Sepanjang sejarah pemebritaan, dunia wanita adalah berita yang sangat khas dan menarik
perhatian setiap individu.
UNSUR DAYA TARIK BERITA
Topik-topik berita yang memiliki hubungan dekat dan intim dengan pembaca atau
pendengarnya secara individual akan lebih disukai dan dapat membangkitkan semangat yang
kuat untuk menarik perhatian mereka,membaca berita-berita yang berhubungan dengan kisah
sukses seorang pengusaha muda,semakin bengkaknya angka pengangguran atau informasi
lowongan kerja dari pada berita terror di paris.selain factor keterkaitan individual,cara atau gaya
penuturan pun ikut menentukan apakah berita itu menarik atau tidak atau bisa juga
sebaliknya,berita itu menjadi menarik bukan karena faktanya,tetapi karena gaya penuturannya
yang dapat memengaruhi minta pembacanya,kata juga bisa digunakan untuk memanipulasi
kesan.besar kecilnya peristiwa yang muncul dalam berita,misalnya ,bukan hanya ditentukan
oleh keadaan objektif suatu kejadian,melainkan oleh bangunann kesan yang dirumuskan lewat
kata dan kalimat.karena kesan bisa dibentuk,konon kemenangan keennedy pada pemilihan
presiden amerika pada 1960 pun adalah karena jasa media dalam membentuk pesan massa
Jadi,dalam perpektif jurnalistik,pesan-pesan berita yang berkaitan dengan ukuran peristiwa
seperti berita kebakaran di sumatera dan Kalimantan,terror di paris serta Gerakan ekstremis
ISSIS , di rumuskan dan di informasikan media massa kepada khalayak bukan saja sebagai
retorika untuk membangun kesan,melainkan sebagai unsur daya Tarik berita.selain
pembentukan kesan besar kecilnya peristiwa,melalui permainan kata juga dapat dibentuk kesan
penting dan tidak penting atau kesan actual dan tidak actual, yang kesemuanya merupakan
unsur daya Tarik berita. Sebagai contoh,berita-berita yang disajikan majalah bulanan,dari sisi
aktualitas,banyak diantaranya yang tidak memenuhi kriteria actual.
KETERMASAAN ATAU KETEPATAN WAKTU (timeliness)
Sifat kebaruan memang dapat memberikan nilai tersendiri bagi kualitas berita sebab
pembaca selalu menginkan berita-berita baru oleh karena itu,untuk menyiasati sifat aktualitas
berita,kini terus dikembangkan penemuan-penemuan baru teknologi komunikasi dan informasi
yang dapat melaporkan berita dengan sangat cepat sehingga penyiaran berita,khususnya pada
media elektronik,dapat berlangsung hamper bersamaan dengan saat kejadiannya.berkenaan
dengan sifat ketermasaan,media massa baik cetak maupun elektronik,membutuhkan kepekaan
yang tinggi dari para reporternya mencari bahan-bahan berita yang relevan sekaligus menjadi
milik pembaca dan pemirsa,misalnya pada 1998,Ketika seseorang tokoh karismatik,Abdul
Rahman Wahid, Diketahui menderita sakit,sebuah harian ibu kota memberitakan ia dirawat di
rumah sakit karena menderita penyakit stroke dan harus menjalani bedah pada bagian syaraf
otak kecilnya.ketika mendengar kondisinya membaik,beberapa hari berikutnya harian kompas
memberitakan “Gus dur telah mampu berkomunikasi”.seorang reporter dapat dengan cepat
menangkap informasi actual,termassa,yang di inginkan masyarakat karena kepekaan yang
dimilikinya.
KEDEKATAN (Proximity)
Peristiwa-peristiwa yang berdekatan dengan rumah atau tempat kedudukan pembaca
cenderung menarik untuk dibaca.untuk koran koran terbitan bandung , misalnya kehilangan
sendal jepit di salah satu masjid jami akan lebih menarik perhatian daripada kebakaran besar di
Afrika selatan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh masyarakat Amerika, seperti dikutip Fraser
Bond . Faktor kedekatan secara umum merupakan faktor yang ikut mempererat proses
komunikasi . Para pelaku komunikasi akan memperoleh atraksi yang lebih efektif apabila
berada pada posisi geografis yang saling berdekatan dalam kerangka proximity,berita berita
yang secara geografis dekat dengan para pembacanya akan lebih menarik dan banyak dibaca
daripada berita berita yang jauh dari lokasi dimana pembaca itu berada.
PERTENTANGAN (conflict)
Konflik itu melibatkan banyak orang,suatu pergolakan memang selalu menimbulkan
perhatian masyarakat karena itu,berita-berita tentang peperangan,rebutan pengaruh masa antar
organisasi peserta pemilu(OPP)selama musim kampanye,kompetisi antar club olahraga,dan
sebagainya ,merupakan berita-berita besar.ketika pemilu 2014,misalnya berbagai opini,baik
negative maupun positif,mengenai calon presiden dan wakil presiden seperti itu isu pelanggaran
HAM,sara dan capres boneka,beredar di masyarakat.persoalan tersebut kemudian diangkat
menjadi tema menarik berita-berita berbagai media massa cetak maupun elektronik.
KEUNGGULAN DAN KEUTAMAAN (Eminence and Prominence)
Peristiwa sederhana dan tidak luar biasa,jika di dalamnya terlibat orang-orang penting bisa
berubah menjadi sesuatu yang layak menjadi berita seperti pernah di ungkap pada contoh
sebelumnya,pelaksanaan sholat jumat merupakan hal yang biasa.akan tetapi,Ketika
pelaksanaan solat jumat dihadiri oleh seorang presiden bisa jadi merupakan sesuatu yang
istimewa jadi yang dianggap penting dalam berita seperti itu tentu saja bukan
peristiwanya,Tetapi siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut.
KONSEKUENSI DAN PERNGARUH (conseence and Impact)
Dijelaskan pada bab sebelumnya,selain bertujuan memberikan informasi , media massa
juga dimaksudkan untuk perubahan sikap dan perilaku para pembaca atau penontonnya.seorang
reporter yang akan menulis hasil liputannya harus bisa memperkirakan efek yang akan
diakibatkan oleh tulisan yang akan dipublikasikannya.jadi,berita yang baik adalah berita yang
memiliki sasaran dan target tertentu,untuk siapa berita itu dilaporkan,serta perubahan apa yang
akan dicapai oleh berita tersebut.
MONAT INSANI (Human Interest)
Berita yang mengandung aspek minat insani tidak selalu harus tampil seperti berita pada
umumnya,ia bisa saja ditulis dalam pola pemaparan berita lansung,ataupun tajuk.bahan
bahanya bisa diperoleh melalui peliputan biasa,dari hasil investigasi,ataupun interpretasi
seseorang.jadi,aspek human interest lebih berhubungan denga nisi pesan berita daripada dengan
cara pengungkapannya.
TEKHNIK PENULISAN BERITA
Pagi-pagi ,sebelum kerja dimulai ,seorang eksekutif membuka koran yang baru saja
diterimanya dari penjual eceran yang dating setap hari.ada berita melonjaknya harga-harga
Sembilan bahan pokok di pasaran.pada saat yang sama,berita pagi yang disiarkan televisi juga
datang menemani sang eksekutif .isi beritanya sama.akan tetapi,selain medianya berbeda,ia
juga dipaparkan dalam struktur kata dan kalimat yang berbeda.dalam waktu singkat dia dapat
menangkap pesan utama berita itu lewat televisi,tetapi dia tidak mendapatkan uraian
argumentative yang agak lengkap,urain yang dicarinya itu ternyata segera dapat di temukan
lewat media koran.setelah menikmati pesan yang sama lewat dua media yang berbeda,sang
eksekutif itu ternyata masih akan menunggu majalah bisnis dan ekonomi yang baru akan terbit
pekan depan.ilustrasi tersebut menunjukan bahwa fakta yang sama bisa dipaparkan dalam gaya
dan cara pemberitaan yang berbeda.menulis berita,baik untuk media cetak maupun
elektronik,pada dasarnya merupakan proses pengungkapan fakta-fakta kedalam bentuk
tulisan.tulisan tersebut kemudian dicetak untuk dipublikasikan melalui koran atau dibacakan
oleh seorang penyiar radio berita radio atau televisi.
MENULIS NASKAH RADIO DAN TELEVISI
Penulisan naskah radio dan televisi ditunjukan kepada audiens yang jumlahnya
sedikit,audiens yang memiliki sifat yang sama dan sifatnya berbeda,kelompok audiens yang
mudah diidentifikasi dan sulit diidentifikasi,Ribuan massa dengan latar belakang
pendidikan,agama,sosial,dan budaya yang berbeda dengan bebas dapat memilih setiap program
yang disukainya.Jadi audiens teater dan film relative lebih selektif daripada pemirsa
televise,pada umumnya menyediakan kolom review khusus acara-acara pertunjukan dan tema-
tema film yang akan diputar.para penulis radio dan televise harus mampu lebih cepat
menangkap keterkaitan dan imajinasi audiens,di sisi lain banjirnya sajian televise asing pada
gilirannya akan mengubah dan membentuk selera baru masyarakat dan para penulis buku cerita
bergambar tentang kisah para nabi,akhirnya dipaksa harus menerima kenyataan rendahnya
minat anak-anak membaca buku-buku tersebut,demikian halnya dengan radio yang efek
suaranya telah menarik perhatian para pendengarnya mengapa demikian?apakah hal itu
sepenuhnya ditentukan oleh budaya masyarakat?bagaimana radio dan televise menyiasati
kenyataan seperti itu,serta bagaimana hubungan anatara radio dan televise dengan audiensnya?
Radio pada dasarnya merupakan kegiatan penyampaian informasi yang tidak disajikan
secara virtua,efek suara,music,dan dialog merupakan “alat-alat” yang digunakan untuk
meningkatkan efektivitas penyajian,dalam menentukan program radio yang disajikan pada
umumnya pendengar tidak melakukan seleksi secara ketat,jadi radio pada dasarnya merupakan
seni memainkan imajinasi melalui perantara kata dan suara,dan tulisan-tulisan untuk radio pada
tahap lebih bersifat spesifik dengan memahami ciri-ciri tersebut,seseorang penulis radio dapat
merumuskan pesannya dalam struktur penyajian yang lebih spesifik,misalnya naskah radio
dokumentasi.akan tetapi pada umumnya,ia selalu mengacu pada salah satu dari tiga kategori
berikut ini.
1.Nama : (nama pembicara)
Dialog : (wawancara atau narasi)
2.Nama : Efek suara : Dialog:
3.Narasi: Wawancara:
Dari format pertama sudah termasuk narasi dan efek suara,seperti yang ada pada format
kedua dan ketiga,pentingnya efek suara pada radio sama pentingnya seperti gambar pada
televisi.
Hampir sama dengan radio sebagai media audio-visual,televise juga mensyarakatan
kesegeraan,untuk memegang sifat kesegaraan,bila dibandingkan dengan radio,produksi siaran
televisi tentu saja membutuhkan bahan suara (audio).pada saat yang sama juga harus
menghimpun bahan gambar atau film.karena itu,para penulis televise harus memperhitungkan
pertimbangan-pertimbangan ekonomi secara keseluruhan,khusus dalam penulisan berita
televise Idris(1987) mengisyaratkan pentingnya mempertimbangkan beberapa factor yang ikut
menentukan kualitas berita.
MENULIS BERITA MEDIA CETAK
Dewasa ini,berbagai peristiwa yang terjadi di belahan dunia mana pun hampir selalu
terekam dalam ribuan,atau bahkan mungkin jutaan lembar koran yang tersebar pada setiap
lapisan masyarakat,jawabannya karena setiap bentuk media memiliki gaya dan caranya sendiri
dalam mengungkap peristiwa yang sama dalam rangkaian kata,struktur kalimat,serta
kedalaman pesan yang berbeda,Penulisan berita media cetak secara umum dibuat dengan
mengacu pada rumusan 5 W+1 H artinya,berita yang baik adalah berita yang
komprehensif,yakni berita yang mencangkup semua jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
who,what,when,where,why dan how.dari keempat pertanyaan yang paling umum
digunakan,para reporter terkadang masih merasa sulit dalam menentukan pertanyaan mana
yang terlebih dahulu dijawab,khusus untuk penulisan berita majalah selain pemilihan bagian
informasi yang akan ditonjolkannya jawaban-jawaban tersebut ditulis dalam susunan seperti
piramida terbalik,merupakan desain dasar yang banyak digunakan terutama dalam penulisan
berita langsung (straight news stories).dengan teknik penulisan piramida terbalik para pembaca
tidak akan kehilangan informasi utama meskipun tidak sempat membaca isi keseluruhan berita
dan bagi penulisnya,juga tidak akan hilang informasi yang menurutnya paling penting ketika
berita yang ditulisnya dipotong oleh redaktur karena dianggap terlalu panjang,sesudah baris
tanggal barulah menulis isi berita yang diawali dengan teras berita atau lead,dikarenakan sifat
dan fungsinya sebagai ringkasan berita,teras berita harus mencangkup keseluruhan isi
berita.Jadi penulisan berita dapat diawali dengan apa,siapa,kapan,dimana,mengapa, atau
bagaimana tergantung pada unsur mana yang dianggap paling penting atau paling menarik.Jika
melihat kecenderungan wartawan dalam menulis teras berita,teras berita “siapa” merupakan
bentuk yang paling banyak digunakan.
BAB VI
EDITORIAL
Editorial atau tajuk rencana merupakan bagian penting dari sebuah media, baik cetak
maupun elektronik, biasanya memperlihatkan pandangan subjektifnya dengan tegas terhadap
suatu keadaan secara objektif, argumentatif, dan rasional. Hal ini biasanya dilakukan oleh
redaktur atau pemilik media yang bertujuan untuk mempengaruhi pembaca, biasanya ditulis
di kolom editorial. Selain dari itu, editorial yang ada di koran juga dimanfaatkan untuk
memelihara dan menyalurkan ideologi yang dianutnya, sosialisasi untuk menjaga konsistensi,
bahkan sebagai alat perjuangan.
Dalam perjalanan peristiwa seorang jurnalistik adalah salah satu bukti fisik yang dapat
merekam segala jejak dan kisah pada masanya tersebut, oleh karena itu karyanya tersebut
dapat memberikan informasi. Seorang reporter New York World, Joseph Pulitzer,
mengucapkan bahwa "A newspaper should seek what is original, distinctive, dramatic,
romantic, thrilling, unique, curious, quaint, humorous, odd, apt to be talked about... " Jadi,
agar mampu memilih dan menyajikan informasi yang dianggap penting dan menarik oleh
publik, surat kabar harus mampu menemukan segala peristiwa yang orisinal, khusus,
dramatis, romantis, menggetarkan rasa, unik, mengundang rasa penasaran, pelik, lucu, aneh,
dan cocok untuk dibicarakan.
Dalam editorial yang ditulis bukanlah hal menarik untuk publik saja, akan tetapi haruslah
yang unik serta penting untuk media itu sendiri meskipun publik merasa itu tidak istimewa.
Sebab hanya melalui kolom editorial suatu media dapat dengan leluasa dan apik mengungkap
dan memengaruhi massa sesuai visi dan cita-citanya. Editorial ini pada dasarnya adalah
identitas sebuah media yang digunakan sebagai sarana untuk mewujudkan sikap serta visi
yang dibangunnya, terlebih yang berkaitan dengan permasalahan aktual yang sedang terjadi
di masyarakat.
A. Kriteria Editorial
Menurut Joseph Pulitzer editorial merupakan ekspresi hati nurani, keberanian, dan
keyakinan. Dari paparan Pulitzer, ketika memberikan anugerah Pulitzer prize untuk penulisan
editorial, Effendy (2003:135) menyadur kriteria penulisan editorial sebagai berikut: (1) jelas
dalam gaya (clearness of style), (2) tujuan yang bermoral (moral purpose), dan (3)
pertimbangan yang jelas (sound reasoning). Ketiga kriteria tersebut yang hingga kini yang
masih dipegang para penulis editorial sehingga tetap memiliki daya tarik sendiri bagi para
pembacanya.
B. Fungsi dan Bentuk Editorial
Tulisan editorial terikat pada fungsi yang diperankan redaksi melalui media yang
dikelolanya. Editorial menjadi suatu identitas kehidupan suatu media, yang apabila tidak ada
identitas media itu akan tampak seperti benda mati. Namun tidak hanya sebagai identitas saja
akan tetapi editorial ini pun kerap memperlihatkan gambaran ideologis pemilik media.
Menurut Rivers. et. al. (1994:24), secara umum editorial bertujuan menjelaskan,
meyakinkan, dan menilai. Akan tetapi setiap editorial tidak selalu memerankan ketiganya.
Melalui kolom editorial yang ditulisnya, mungkin ia hanya ingin memberikan penilaian (to
evaluate) atas suatu keadaan, tanpa bermaksud memersuasi (to persuade) para pembacanya.
Atau melalui paparan editorial yang ditulisnya, ia hanya ingin menjelaskan (to explain) suatu
keadaan peristiwa.
C. Tempat Kolom Editorial
Beberapa koran menempatkan kolom editorial di halaman depan, bersamaan dengan berita
utama. Dengan menempatkan di halaman pertama, pembaca dapat langsung menduga,
menebak, atau bahkan memahami orientasi dan ideologi suatu koran. Namun, ada juga yang
menempatkannya di halaman lain seperti bersamaan dengan kolom opini publik. Secara
bersamaan dengan melihat pandangan yang lain, para pembaca menjadi dapat
mempertimbangkan pendirian koran tersebut mengenai suatu situasi, meskipun belum tentu
isu yang disorot editorial sama dengan isu yang disorot oleh para penulis lainnya.
Tema yang diangkat dalam suatu editorial tidak selalu sama dengan tema-tema yang
ditulis pada artikel bebas yang muncul pada hari dan edisi yang sama, meskipun ditempatkan
di halaman yang sama pula. Hal ini dapat menyebabkan pembaca menjadi bisa menimbang
kesamaan dan perbedaan antara redaktur yang mewakili koran tersebut dengan para penulis
lainnya. Subjektivitas para penulis juga dapat dilihat, baik pada kecenderungan pemilihan
tema maupun pada sudut pandang yang ditulisnya.
Selain fungsi menyampaikan pertimbangan moral (passing moral judgement), editorial
juga mengungkap sebuah "ramalan" Masa depan (forecasting the future) yang lebih baik.
Untuk tujuan tersebut, editorial tersebut ditutup dengan sebuah paragraf yang bernada saran
dengan muatan prediktif untuk keadaan yang lebih baik.
D. Siapa Penulis Editorial?
Editorial adalah kolom khusus, tulisan yang sarat muatan subyektif seorang redaktur,
sekaligus menjadi identitas ideologis suatu surat kabar sehingga penulisnya pun dipilih secara
khusus. Selain memiliki keterampilan menulis yang dianggap sudah piawai, para penulis
editorial juga dipercaya memiliki ikatan ideologis yang sama dengan "pemilik" koran
tersebut, atau sekurang-kurangnya dapat mengamankan kepentingan ideologis tersebut.
Namun, jika memang tidak ada yang terpilih biasanya pihak pemiliknya tersebutlah yang
biasanya turun langsung untuk menulis.
Para penulis editorial, kata Rivers (1994:7), tidak bekerja untuk dirinya sendiri, melaikan
bekerja untuk sebuah media. Ia menulis pesan untuk dan atas nama media tempat dan kepada
siapa ia bekerja. Jika ingin mengekspresikan pikiran subjektifnya diluar kehendak pemilik
media, ia dapat menulis sebuah opini lepas dan ditempatkan pada kolom artikel, bukan pada
kolom editorial.
Sebelum menulis biasanya para penulis menunggu instruksi-intruksi dari pemilik media,
dan ia harus mengamankan pesan apa yang dikehendaki oleh pimpinan atau pemilik media
itu. Terkadang pemilik media meminta para penulis untuk menyerahkan tulisannya untuk
dicek apakah terdapat pengalihan tanggung jawabnya sebagai salah seorang penjaga identitas
ideologis suatu media, jika memang dinyatakan aman barulah tulisan tersebut dipublikasikan.
Seorang penulis biasanya perlu memelihara wawasan dan pengetahuannya. Karena jika
ditemukan beragam opini pada suatu tema, seorang penulis harus mampu mengakomodasi
pikiran-pikiran itu dengan jelas dan tajam, lalu memasukkan opini subjektif yang menjadi
garis kebijakan media, dan mengungkapkannya dengan elegan sehingga tanpa disadari
perbedaan itu terasa terakomodasi dan publik tetap terkendali sesuai visi media.
Media biasanya memiliki tim penulis editorial yang terdiri atas beragam minat dan
keahlian sehingga setiap isu yang dianggap penting dan menarik dapat dikomentari secara
tajam sesuai dengan latar belakang keahlian penulisnya. Selain itu, para penulis juga tidak
boleh berhenti menambah wawasan, dan harus mengikuti perkembangan dengan berbagai
cara dan keahlian. Para penulis juga dituntut memilik ketajaman analisis, dan tidak lebih
rendah dibanding kualitas analisis pembacanya.
Bagi penulis editorial pemula, ada beberapa saran positif seperti terungkap dalam banyak
referensi. Para penulis pemula dianjurkan untuk tidak merasa cukup memiliki pengetahuan
tentang bidang yang diminati utamanya. Penulis pemula juga dianjurkan membaca dan
mempelajari karya para penulis editorial yang profesional dan kemudian mencoba
menganalisis dan mempelajari trik-trik yang digunakan penulis lainnya. Ketika menemukan
kesulitan ide untuk editorial, lakukan inventarisasi isu yang sedang hangat, lalu baca secara
komprehensif, dan diskusikan dengan banyak orang terutama para pakar dibidangnya dan
catat apabila ada gagasan-gagasan baru.
BAB VII
MENEMUKAN BAHAN KHUSUS
Dalam usaha menghimpun bahan yang akan diberitakannya, para reporter tidak selalu harus
mencari dan mengejar peristiwa-peristiwa yang belum tentu terjadi. Mereka juga bisa hadir di
tempat dan pada saat terjadinya suatu peristiwa karena sejak awal telah mengetahui bahwa
peristiwa itu bakal terjadi.
MELIPUT PIDATO DAN PERTEMUAN
Pidato meskipun kadang sangat menarik, ada diantaranya yang disampaikan dalam tempo
yang sangat panjang. Sebagiannya lagi sering membosankan, dan bahkan ada pula yang sama
sekali sulit ditangkap pesan utamanya. Merupakan salah satu tugas wartawan untuk menyerap
pesan-pesan dan menyampaikannya kepada pembaca. Seorang wartawan harus mau dan
mampu mendengarkannya dengan teliti, membuat catatan yang akurat, mengeliminasi hal-hal
yang sifatnya sepele, serta menuliskan bagian-bagian dari isi pidato yang dianggap penting dan
menarik. Dilihat dari waktu kejadiannya, menurut Hill dan Breen (1997), ada tiga jenis
pelaporan pidato dan pertemuan yaitu an advance story, a cover story, dan a follow-up story.
- Advance Stories
Advance stories adalah melaporkan kepada para pembaca tentang tema apa yang akan
dibicarakan dan dalam pertemuan apa pidato itu disampaikan, sekaligus menginformasikan
kepada para pembacanya berkenaan dengan atribusi--siapa yang akan berbicara atau kelompok
apa yang akan bertemu, dan mengapa orang semacam itu dianggap memiliki kompetensi untuk
berbicara dalam tema yang dimaksud. Selain itu, advance stories juga akan melaporkan kapan
dan dimana acaranya akan berlangsung. Seperti dalam penulisan berita-berita lainnya, teras
beritanya harus mampu menyajikan informasi yang diperlukan pembaca, mengungkapkan
fakta-fakta yang dipandang paling penting dan menarik.
- Cover Stories
Cover Stories adalah melaporkan kepada para pembaca tentang apa yang telah disampaikan
pembicara—bukan sekadar judul makalah atau tema pembicaraannya. Cover story untuk
pertemuan juga melaporkan apa yang telah terjadi—bukan sekadar kelompok apa yang telah
bertemu. Baik pidato maupun pertemuan, teras berita cover story harus mampu memaparkan
tentang siapa pembicaranya, identitasnya, bukan sekedar namanya. Ia juga harus menjelaskan
berapa jumlah hadirin yang datang, serta kapan dan dimana pertemuan itu telah dilaksanakan.
- Follow-up Stories
Follow-up stories adalah melaporkan kepada para pembacanya mengenai reaksi atau
respons yang muncul berkenaan dengan suatu pidato atau pertemuan, dan menyampaikan siapa
yang memberikan reaksi itu. Ia juga umumnya sekaligus menyajikan tieback dari pelaporan
sebelumnya. Tieback adalah ringkasan pendek atau tajam tentang fakta-fakta yang relevan
dengan peristiwa yang pernah terjadi sehingga pembaca menjadi paham mengapa reaksi itu
muncul.
MENULIS PROFIL
Profil dalam media massa ditulis bukan sekadar untuk menginformasikan (to inform)
perjalanan hidup seseorang melainkan dimaksudkan untuk memberikan nilai pendidikan (to
educate) bagi para pembacanya. Sebelum suatu profil menarik ditulis, perlu dipertimbangkan
profil siapa yang layak dan bermanfaat untuk dipublikasikan. Suatu subjek yang dianggap
“layak dan bermanfaat” bukan berarti bahwa subjek itu memang menarik sehingga banyak
pembaca yang berminat mempelajarinya, juga bukan berarti bahwa subjek itu memiliki pretasi
kerja, atau latar belakang kehidupan yang unik, tetapi karena hal itu memang dianggap “layak
dan bermanfaat” untuk ditulis dan dibaca orang. Untuk memudahkan pekerjaan reporter dalam
memilih profil yang dipandang layak dan bermanfaat, Hill dan Breen memberikan daftar posisi,
status, atau prestasi yang banyak dimiliki seseorang (tetapi tidak setiap orang memilikinya)
1. Kandidat pejabat, baik jabatan pada lembaga pemerintahan atau nonpemerintahan.
2. Seseorang yang baru dipilih atau diangkat dalam jabatan tertentu.
3. Pemimpin agama, ulama, kiai yang karena pengabdiannya.
4. Penulis buku, editor, atau kolumnis.
5. Atlet atau olahragawan, terutama ketika masih aktif.
6. Tokoh yang baru saja meninggal dunia.
Orang yang memiliki perbedaan-perbedaan bila dibandingkan dengan orang pada
umumnya, seperti orang yang memiliki hobi yang unik, pemenang pada lomba tertentu,
pemakan bahan makanan tertentu, atau orang-orang yang cacat fisik, tidak termasuk yang layak
dan bermanfaat untuk diangkat sebagai profil. Untuk kasus-kasus seperti itu sebaiknya diangkat
dalam bentuk feature. Secara umum urutan tentang penulisan profil dapat disederhanakan
kedalam struktur penulisan seperti berikut:

LEAD 2 atau 3 paragraf ringkasan, eksposisi, deskripsi, atau


anekdot
Transisi

PRESTASI-PRESTASI 2 atau 3 paragraf tentang prestasi, tanggung jawab, atau


SUBJEK (Perjalanan
deskripsi fisik
hidup yang menarik)

Transisi

PEDOMAN DAN PERENCANAAN WAWANCARA (Guidelines)


- Membuat janji.
- Mengidentifikasi diri sendiri sebagai seorang reporter dan lembaga tempat dimana
ia bekerja.
- Mempertimbangkan kesiapan sumber berita, kapan dan dimana wawancara
dianggap cocok olehnya.
- Menjelaskan permasalahan yang akan ditanyakan.
MELAKUKAN WAWANCARA
Wawancara (interview) merupakan kegiatan komunikasi melalui proses pertukaran
informasi antara reporter dan sumber berita. Dilihat dari pokok persoalan (subject matter) dan
tipe orang yang diwawancarai, menurut Bruce D. Itule, terdapat dua pola wawancara. Pertama,
funnel interview, yaitu pola wawancara yang disusun seperti bentuk corong atau cerobong
(funnel). Funnel interview merupakan pola yang paling banyak digunakan dan yang paling
rileks dirasakan, baik oleh sumber maupun oleh reporter. Kedua, interval-funnel interview,
yaitu pola wawancara yang disusun seperti cerobong terbalik. Disini seorang reporter langsung
menanyakan masalah-masalah pokok tanpa harus memulainya dengan pertanyaan-pertanyaan
umum dan ringan.
HAL-HAL PENTING SESUDAH WAWANCARA
- Semakin lama sumber dan reporter berbicara, semakin lengkap informasi yang
bisa diperoleh dan akan lebih baik pula berita yang ditulis.
- Hindari keadaan dimana reporter kehabisan pertanyaan pada saat sumber masih
ingin berbicara.
- Sampaikan ucapan penghargaan atau terima kasih kepada sumber.
- Tidak lupa pula tanyakan kepada sumber "Kemana bisa menghubingi bapak atau ibu
jika sewaktu-waktu saya membutuhkan konfirmasi atau informasi pada saat penulisan berita
nanti?".
Off-The-Record: Apa Artinya?
Menurut Hill dan Breen, sekurang-kurangnya ada 3 makna off-the-record jika digunakan
pada kesempatan wawancara untuk menghimpun bahan berita, antara lain:
1. Secara harfiah, off-the-record mengandung arti bahwa sumber berita tidak menghendaki
reporter untuk menulis dan mempublikasikan pernyataan-pernyataan yang disampaikan
sumber.
2. Off-the-record bisa berarti juga reporter dapat menulis dan mempublikasikan pernyataan-
pernyataan jika reporter dapat menyandarkan kepada orang lain.
3. Dari sisi waktu, kemungkinan istilah tersebut digunakan kurang tepat oleh sumber berita.
Banyak reporter yang tetap saja menulis dan mempublikasikan pernyataan-pernyataan yang
oleh sumbernya sendiri dinyatakan sebagai informasi off-the-record karena reporter merasa
informasi itu penting diketahui publik. Sumber berita memiliki hak dan kebebasannya sendiri
untuk memberikan atau tidak memberikan informasi termasuk membatasi informasi yang bisa
atau tidak bisa dipublikasikan. Karena itu, jika sumber membatasi informasi bahkan tidak
memberikan fakta informasi, salah satu jalan keluarnya adalah dengan mencari sumber lain
yang memberikan kebebasan kepada reporter untuk memberitakannya.
Kutipan pernyataan seseorang dianggap penting dalam penulisan berita karena dapat
menarik perhatian pembaca terhadap suatu cerita. Berkenaan dengan teknik pengutipan,
terdapat 3 tipe kutipan yang biasa digunakan baik dalam penulisan berita maupun karya tulis.
Diantaranya yaitu:
1. Pada kutipan langsung dan lengkap (complete direct quotations), seorang reporter dapat
menyusun kedua kalimat kedalam susunan yang hidup. Semua kata dan kalimatnya dibuat
persis sama dengan apa yang diungkapkan oleh sumber.
2. Tipe pengutipan yang diambil sebagian (partial quotations), reporter mengambil
sebagian dari paragraf tersebut yang dianggap paling penting.
3. Tipe kutipan tidak langsung (indirect or paraphrased quotations), reporter dapat lebih
bebas merumuskan kalimat sendiri untuk memaparkan pesan-pesan seperti yang diungkapkan
oleh sumber.
Terdapat 4 etika secara konvensional berlaku di dunia pers yang perlu diketahui oleh
sumber berita, antara lain:
1. On the record, artinya semua materi dapat digunakan sebagai bahan berita untuk
dipublikasikan.
2. Off the record, artinya materi yang disampaikan oleh sumber tidak dapat digunakan
sebagai bahan berita dan tidak boleh dipublikasikan.
3. On background, artinya semua materi dapat digunakan sebagai bahan berita untuk
dipublikasikan.
4. On deep background, artinya materi tersebut dapat dipublikasikan tetapi dalam gaya
kutipan tidak langsung.
INTERPRESTASI STATISTIK
Data statistik dapat diperoleh dimana saja, hampir disetiap tempat atau pusat-pusat kegiatan.
Data seperti itu dimaksudkan untuk memudahkan dalam menyajikan informasi sehingga akan
mudah pula diketahui oleh setiap orang yang memerlukannya. Berikut ini jenis-jenis statistik
yang pada umumnya dipakai:
1. Tabel harapan hidup
2. Laporan kejahatan
3. Data pendaftar ke perguruan tinggi
4. Perokok dan pengguna obat terlarang
5. Pengunjung taman nasional atau kebun binatang
6. Angka pengangguran
7. Laporan kesejahteraan masyarakat atau pelayanan umum
8. Rata-rata pertumbuhan dan perlindungan hutan
9. Angka kematian dengan cara bunuh diri
10.Laporan badan hukum
MELIPUT BERITA DUKA CITA
Seperti dikutip oleh Itule dan Anderson (1991: 302) dari The Washington Post. Contoh
berita kematian seorang aktor terkenal, Ray Bolger, ditulis oleh seorang reporter The
Washington Post, Tom Shales.

Dua paragraf berita itu sengaja dikutip karena dua hal. Pertama, berita tersebut pernah
dinyatakan sebagai tulisan berita kematian terbaik di Amerika Serikat. Kedua, kualitas
penulisannya merupakan salah satu contoh cara menulis berita duka cita.
Berita kematian hampir selalu menarik banyak perhatian pembaca, perhimpunan para editor
surat kabar di Amerika, The American Society of Newspaper Editors (ASNE), secara khusus
memberikan penghargaan "Distinguished Writing Award" kepada para penulis berita duka cita
terbaik (Itule dan Anderson 1991: 302).
Secara perinci aspek-aspek yang diperlukan dalam berita duka cita adalah sebagai berikut:
1. Nama, nama orang yang meninggal ditulis secara lengkap.
2. Usia, informasi yang dapat diperoleh dengan mudah mengenai usia almarhum biasanya
hanya berupa tanggal kelahiran dan tanggal kematian.
3. Alamat, setiap media pemberitaan memiliki masing-masing cara dalam menuliskan
alamat, bisa secara lengkap ataupun hanya menyebutkan nama kotanya saja karena tidak ada
ketentuan khusus dalam penulisan alamat ini.
4. Penyebab kematian, tidak seluruh media pemberitaan menjelaskan penyebab
kematiannya seseorang, misalnya di Amerika 9% surat kabar menjelaskan penyebab kematian
seseorang, 78% kadang-kadang menjelaskan penyebab kematian seseorang, dan 13% tidak
menjelaskan penyebab kematian seseorang (Itule dan Anderson 1991: 306), jika almarhum
adalah seorang tokoh terkenal, media massa biasanya selalu menjelaskan penyebab
kematiannya.
Latar Belakang
Berita duka cita pada umumnya mencakup tempat tanggal lahir, nama orang tua, pendidikan
yang ditempuh, pengalaman kerja, penghargaan-penghargaan dan prestasi.
Hal lain yang perlu diperhatikan reporter dalam menulis berita duka cita adalah tentang
fakta-fakta yang sensitif berkenaan dengan kehidupan almarhum.
Upacara Penguburan
Hal ini dimaksudkan sebagai informasi bagi yang berkepentingan, baik yang sempat datang
pada saat upacara penguburan maupun yang baru bisa datang beberapa hari berikutnya.
Keluarga Yang Ditinggal
Nama-nama keluarga yang ditinggalkan, seperti istri atau suami, anak, menantu, cucu, adik,
kakak dan sebagainya. Adapula beberapa media massa hanya menyebutkan jumlah nya saja
bukan nama-namanya karena terlalu banyak jika harus menyebutkan nama-namanya.

KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan bahwasanya Pers lahir dari sejarah
perjuangan manusia tentang kebebasan berbicara dan berpendapat. Pers juga memiliki Sejarah.
sejarah pers membuktikan begitu besarnya peranan media dalam menjunjung tinggi hak dan
kebebasan berbicara setiap anggota masyarakat. Dalam perkembangannya pers mempunyai
dua pengertian, yakni pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Dalam
pengertian luas, pers mencakup semua media komunikasi massa, seperti radio, televisi, dan film
yang berfungsi memancarkan atau menyebarkan informasi, berita, gagasan, pikiran, atau
perasaan seseorang atau sekelompok orang kepada orang lain.Maka dikenal adanya istilah
jurnalistik radio, jurnalistik televisi, jurnalistik pers. Dalam pengertian sempit, pers hanya
digolongkan produk-produk penerbitan yang melewati proses percetakan, seperti surat kabar
harian, majalah mingguan, majalah tengah bulanan dan sebagainya yang dikenal sebagai media
cetak.Pers mempunyai dua sisi kedudukan, yaitu: pertama ia merupakan medium komunikasi
yang tertua di dunia, dan kedua, pers sebagai lembaga masyarakat atau institusi sosial
merupakan bagian integral dari masyarakat, dan bukan merupakan unsur yang asing dan
terpisah daripadanya. Dan sebagai lembaga masyarakat ia mempengaruhi dan dipengaruhi oleh
lembaga- lembaga masyarakat lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Anonimous, t.t. Peraturan Dasar Peraturan Rumah Tangga, Kode Etik Jurnalistik dan
Sepuluh Pedoman Penulisan Berita bagi Wartawan, Jakarta: PWI Pusat.
Allan, Ron R. dan McKerrow, Ray E. 1985. The Pragmatics of Public Communication.
Dubuque: Kendall/Hunt Publishing Company.
Assegaf, Dja’far H. 1985. Jurnalistik Masa Kini: Pengantar Praktik Kewartawanan.
Jakarta: Ghalia Indonesia.
Atmakusumah. 1981. Kebebasan Pers dan Arus Informasi di Indonesia, Jakarta:
Lembaga Studi Pembangunan.
Atwan, Robert(et.al). 1982. American Mass Media: Industries and Issues. New York:
Random House.
Bagdikian, Ben H. 1990. The Media Monopoly, Boston: Beacon Press.
Benjamin, Peter and Andreson, David. 1990. Investigative Reporting. Ames: Iowa
State University Press.
Bittner, John R. 1986. Mass Communication: An Introduction, Fourth Edition. New
Jersey, USA: Prentice-Hall, Englewood Cliefs.
Bond, F.Fraser. 1987. “An Introduction to Journalism”, alih bahasa oleh Justadi
Suhandang, Pengantar Jurnalistik, Jilid I. Bandung: PT. Karya Nusantara.
CasaBianca, Lou (ed.). 1992. The New Tv: A Comprehensive Survey of High Definition
Television. London: Meckler.
Cater, Douglass dan Nyhan, Michael J. (ed.) 1976. The Future of Public Broadcasting.
New York: Praeger Publishers..
Creedon, Pamela J. 1989 Women in Mass Communication, Challenging Gender
Values. London: Sage Publications.
Dancyger, Ken. 1991. Broadcast Writing: Dramas, Comedies and Documentaries.
Boston: Focal Press.
DeFluer, Melvin L.(et.al). 1993. Fundamentals of Human Communication. California:
Mayfield Publishing Company.
DeFluer, Melvin L. dan Dennis Everette E. 1991. Understanding Mass
Communication. Boston: Houghton Mifflin Company.
Dye, Thomas R. 1987. Understanding Public Policy. Englewood Cliffs, N.J: Prentice-
Hall Inc.
Effendi, Onong Uchjana. 1986. Dinamika komunikasi, Bandung Remaja Karya.
Effendi, Onong Uchjana. 1985. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Effendi, Onong Uchjana. 2003. Ilmi, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.
Citra Aditya Bakti
Emery, Edwin (editor). 1971. Introduction to Mass Communication, Third Edition.
New York: Dodd, Mead & Company.
Fisher, B. Aubrey, 1986. “Perspective on Human Communication” alih bahasa oleh
Soejono Trimo, Teori-teori Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Francios, William E.1977. ntroduction to Mass and Mass Media. Columbus, Ohio:
Grid Inc.
Friedman, Sharon M. et.al. 1986. Scientists and Journalism: Reporting Science as
News. New York: Free Press.
Gerungan, W.A. 1984. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Eresco.
Ghiglione, Loren (ed.).1982. Improving Newswriting. Washington D.C. American
Society of Newspapers Foundation.
Graber, Doris A. 1984, Mass Media and American Politics, Second
Edition.Washington D.C: Congressional Quarterly Inc.
Hamelink, Cees J. 1994. Trends in World Communication on Disempowerment and
Self-Empowerment. Penang, Malaysia: Southbound.
Hill, Evan dan Breen, John J. 1977. Reporting and Writing the News. Boston: Little,
Brown and Company.
Hilliard, Robert L. 1976. Writing for Television and Radio. New York: Hastings House
Publishers.
Hutchins, Robert M. at.al. 1969. A Free and Responsible Press. Chicago, USA: The
University of Chicago Press.
Itule, Bruce D. dan Anderson Douglas A. 1987. News Writing and Reporting for Today
a Media. New York: McGraw-Hill Inc.
Jalaludin Rakhmat. 1986. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kertopati, Ton.1987. Dasar-dasar Publisistik. Jakarta: Bina Aksara.
Klein, Ted dan Danzig, Fred. 1985. Publicity: How to Make the Media Work for You.
New York: Charles Scribner’s Sons.
Madjid, Nurcholis. 1988. Isu Modernisasi di kalangan Muslim Indonesia: Pandangan
Seorang Pertisipan. Jakarta Lapmi HMI & Formaci.
Merril, John C. 1991. Global Journalism Survey of International Communication. New
York: Longman.
Miarso, Yusufhadi (ed.).1977.Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali.
Miller, Carl G. 1962. Modern Journalism. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.
Newcomb, Theodore M.(et.al).1985 “Social Psychology: The Study of Human
Interaction”. Alih bahasa oleh Joesoef Noesyirwan (ed.), Psikologi Sosial, Bandung:
Diponegoro.
Pennybacker, John H.and Braden, Waldo W. (ed.).1969. Broadcasting and the Public
Interest. New York: Random House.
Rivers William R.(et.al). 1994. “Writing Opinion”, dalam Dedy Djamaluddin Malik
(Penyunting), Editorial. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Rogers, Everett M. and Shoemaker Floyd. 1987. “Communication Of Innovations” alih
bahasa oleh Abdillah Hanafi, Memasyarakatkan Ide-ide Baru. Surabaya: Usaha Nasional.
Romli, Asep Syamsul M. 2012. Jurnalistik Online: Panduan Praktis MEngelola Media
Online. Bandung: Nuansa Cendekia.
Schmidt, Benno C. 1976. Freedom of the Press Vs. Public Access. New York: Praeger
Publishers.
Siregar, Ashadi. 2003. Politik Editorial Media Indonesia. Jakarta: Pustaka LP3ES
Indonesia.
Soewardi Idris. 1987. Jurnalistik Televisi. Bandung: CV.Remaja Karya.
Susanto, Astrid S. 1975. Pendapat Umum. Bandung: Binacipta.
Tubbs, Stewart L. And Sylvia Moss. 1991. Human Communication. New York:
McGraw-Hill,Inc.
Verderber, Rudolph F. 1984. Communicate. 4th Edition. Belmont, California, USA:
Wadsworth Publishing Company.
Wright, Charles Robert. 1978. “Mass Communication: A Sosiological Perspective”
(Second Edition), alih bahasa Laliwati Trimo dan Jalaludin Rakhmat, Sosiologi
Komunikasi Massa. Bandung: Remaja Karya.
ARTIKEL:
Ahmad Tafsir. 1992. “Peningkatan Profesi Mengajar di Perguruan Tinggi,” dalam
Warta Kopertais,NO.1 tahun 1992.
Anonimous. 1993. “Bercermin pada Pers Masa Silam,”dalam Republika, edisi 7
Februari 1993.
Asep Saeful Muhtadi. 1992. “Film Memperlicin Jalan Dakwah.” Dalam Pikiran
Rakyat, edisi 5 Juni 1992.
Asep Saefuk Muhtadi. 1992, “Pers dan Kampanye Pemilihan Umum 1992,” dalam
pikiran rakyat, edisi 6 Febuari 1992.
George Girbner and Larry gross. 1976. “The Scary World of TV’s Heavy Viewers,” in
Psychology Today, edisi April 1976.
HASIL PENELITIAN:
Widyawati. 2013. Tajuk Rencana dan Ideologi Media.Skripsi Sarjana Jurusan
Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati.
Yufi Vinditya Serlinda. 2014. Citizen Journalism di Media Sosial. Skripsi Sarjana
Jurusan Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati.
Amarulloh Hadoyono. 2014. Foto Jurnalistik Surat Kabar Tribun Jabar. Skripsi
Sarjana Jurusan Jurnalistik, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, UIN Sunan Gunung Djati.
MAJALAH/KORAN:
Bandung Pos (Harian terbit di Bandung)
Basis (Majalah Dua Bulanan terbit di Yogyakarta)
Hikmah (Terbit setiap Jum’at di Bandung)
Kompas (Harian terbit di Jakarta)
Mandala (Harian terbit di Bandung)
Pikiran Rakyat (Harian terbit di Bandung)
Republika (Harian terbit di Jakarta)
Saudi Gazette (Harian berbahasa Inggris terbit di Saudi Arabia)
The Jakarta Post (Harian berbahasa Inggris terbit di Jakarta)
Tiras (Majalah Mingguan Berita terbit di Jakarta)
INTERNET:
www.pikiran-rakyat.com
www.kompas.com
www.republika,co,id

Anda mungkin juga menyukai