Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS DOWN

Down’s Analysis
Down mengklasifikasi wajah menjadi 4 tipe :
Retrognathic : Rahang bawah retrusi
Mesognathic : Rahang bawah memiliki posisi ideal atau rata-rata
Prognathic : Rahang bawah protrusi
True prognathism : Wajah bawah protrusi secara menonjol

Menurut Down, 4 tipe wajah ini dapat memiliki oklusi yang normal
dan profil wajah yang harmonis dalam bentuk dan proporsi
PARAMETER SKELETAL
1. Facial Angle

• Digunakan untuk mengukur derajat retrusi atau protrusi dari rahang

bawah

• Facial angle merupakan sudut dalam inferior yang dibentuk oleh

pertemuan garis fasial (Nasion-Pogonoion) dengan Frankfort Horizontal

(FH) Plane

• Facial angle rata-rata » 87.8° (± 3.6°) dengan range 82°-95°

• Facial angle yang besar » dagu menonjol

• Facial angle yang kurang dari rata-rata » dagu retrusif atau

retropositioned
PARAMETER SKELETAL
2. Angle of Convexity

• Dibentuk oleh pertemuan garis N-titik A dengan titik A- Pogonion

• Mengukur letak maxillary basal arch pada batas anterior (titik


relatif terhadap profil wajah total (Nasion-Pogonion)

• Positif » Bila garis Pogonion-titik A terletak anterior dari garis

• N. Menandakan basis gigi tiruan rahang atas yang menonjol


relatif terhadap mandibula

• Negatif » Prognathic atau profil kelas III

• Range -8.5° sampai +10°, dengan mean 0°


PARAMETER SKELETAL
3. A-B Plane Angle

• Titik A dan B disatukan oleh garis yang bila diperpanjang akan


membentuk sudut dengan garis Nasion-Pogonion, yang disebut A-B
plane angle.

• Merupakan ukuran relasi batas anterior dari basis apikal setiap rahang
relatif terhadap garis fasial.

• Nilai besar dan negatif » Menandakan pola wajah kelas II

• Range -9° sampai 0°. Mean -4.6°


PARAMETER SKELETAL
4. Mandibular
Plane Angle

• Mandibular plane » Garis yang menghubungkan gonion dan


gnathion

• Mandibular plane angle » Sudut yang dibentuk oleh mandibular


plane dan Frankfort-Horizontal Plane

• Mandibular plane angle yang besar dapat terjadi pada wajah


retrusif dan protrusif dan menandakan wajah “long face”

• Range 17°-28°. Mean 21.9°


PARAMETER SKELETAL
5. Y-(Growth)
Axis

• Merupakan sudut lancip yang dibentuk oleh


pertemuan garis dari sella turcica ke gnathion, dengan
Frankfort horizontal plane.

• Menandakan derajat dagu ke bawah, ke belakang,


atau ke depan

• Range 53°-66°. Mean 59.4°


PARAMETER DENTAL
1. Cant of Occlusal Plane
• Garis yang membagi cusp M1 yang tumpang tindih dan
incisal overbite.

• Sudut positif yang besar ditemukan di pola fasial kelas II

• Range +1.5° sampai +9.3°. Mean +9.3°

2. Inter-incisal Angle
• Sudut yang dibentuk oleh garis yang melalui incisal edge dan
apeks akar dari I1 maksila dan mandibula.

• Sudut kecil » bila insisif proklinasi

• Range 130°-150°. Mean 135.4°


PARAMETER DENTAL
3. Incisor Occlusal Plane
Angle
• Sudut ini berkaitan dengan I RB terhadap permukaan
fungsional pada bidang oklusal

• Sisi inferior dari sudut yang bernilai plus atau minus


merupakan selisih dari sudut siku-siku

• Sudut positif meningkat saat gigi condong ke depan


(gigi yang mengalami proklinasi)

• Range +3.5° sampai +20°. Mean 14.5°


PARAMETER DENTAL
4. Incisor Mandibular Plane
Angle
• Sudut yang dibentuk oleh pertemuan mandibular plane
dengan garis yang melewati incisal edge dan apeks akar
dari I1 mandibula.

• Sudut positif  gigi insisif proklinasi

• Range -8.5° sampai +5°. Mean 1.4°

5. Protrusion of Maxillary
Incisors • Merupakan jarak antara incisal edge I1 rahang atas dengan
garis (A-Pog)
• Jarak positif apabila incisal edge berada di depan garis A-Pog
• Jarak negatif apabila incisal edge berada di belakang garis A-
Pog
• Untuk mengindikasi jumlah protusi pada rahang atas
• Range -1.0 sampai +5mm. Mean +2.7mm
ANALISIS STEINER
Steiner’s Analysis

Cecil C. Steiner mengembangkan analisis memperhitungkan tidak


hanya hubungan gigi satu sama lain dan dengan basis gigi masing-
masing tetapi juga pentingnya cover jaringan lunak dan termasuk data
untuk menganalisa hal yang sama
PARAMETER SKELETAL
KETERANGAN GAMBAR

Hubungan antara Maksila dan Kranium • Sudut SNA dibentuk dengan


(SNA) menghubungkan garis S-N dan N- A
• Mean 82°
• Bila sudut lebih dari 82°, menandakan
protrusi maksila

Hubungan antara Mandibula dan • Mean 80°


Kranium (SNB)
• Sudut kurang dari 80° à mandibula
retrusi
• Sudut lebih dari 80° à Prognathic
PARAMETER SKELETAL
KETERANGAN GAMBAR

Hubungan anatara Maksila dan • Mean 2°


Mandibula (ANB) • Sudut lebih dari 2° à Kelas II. Semakin
besar sudut, semakin besar
perbedaan anteroposterior rahang
dan semakin sulit untuk memperbaiki
maloklusi
• Sudut kurang dari 2° à Mandibula
terletak lebih depan daripada
maksila
PARAMETER SKELETAL
KETERANGAN GAMBAR

Occlusal Plane Angle (S-N)


• Sudut yang dibentuk oleh occlusal
plane dan S-N plane
• Mean 14°
• Sudut besar à long face

Mandibular Plane Angel (Go-Gn)


• Mean 32°
• Dibentuk oleh garis yang
menyatukan mandibular plane
dengan anterior cranial base (S-N
plane)
PARAMETER DENTAL
KETERANGAN GAMBAR

Posisi I RA (N-A) • Insisif maksila berhubungan dengan N-A


plane dalam hal sudut dan ukuran linear.
• Sudut : menentukan inklinasi aksial gigi
• Ukuran linear (mm) : menentukan posisi
protrusi atau retrusi gigi
• Tepi insisal yang paling anterior 4mm di
depan garis N-A dan inklinasi aksialnya 22°
• Untuk menentukan posisi anteroposterior
dari insisif, ukur jarak antara permukaan
insisif yang paling labial dengan garis N-A
PARAMETER DENTAL
KETERANGAN GAMBAR

Posisi I RB (N-B) • Sudut : Menentukan inklinasi aksial


gigi
• Ukuran linear (mm) : Menentukan
posisi protrusi atau retrusi gigi
• Bagian mahkota yang paling labial
terletak 4mm di depan garis N-B dan
inklinasi aksialnya 25°
Inter-incisal Angel • Berhubungan dengan posisi relatif I RA
terhadap I RB
• Jika angulasi lebih atau kurang dari
mean (130o) maka gigi anterior dapat
menjadi proklinasi
PARAMETER DENTAL
KETERANGAN GAMBAR

Lower Incisor to Chin • Jarak antara permukaan labial insisif


mandibula dengan garis N-B serta
jarak Pogonion dengan garis N-B harus
sama besar (4mm)
• Perbedaan 2mm : masih normal
• Perbedaan 3mm : kurang diinginkan
tapi masih dapat ditoleransi
• Perbedaan lebih dari 4mm à indikasi
untuk dikoreksi
PARAMETER JARINGAN LUNAK
KETERANGAN GAMBAR

Steiner’s S-Line • Bibir pada wajah yang simetris harus


menyentuh garis yang memanjang dari
kontur jaringan lunak dagu hingga ke
tengah bentuk “S” yang dibentuk oleh
garis bawah hidung. Garis ini disebut
garis S
• Bibir yang melebihi garis S menandakan
protrusi
• Bibir yang tidak mencapai garis S
menandakan profil yang “cekung”

Anda mungkin juga menyukai