Jam 08.00
RR 24X/mnt=1
Nadi 110x/mnt= 1
SpO2 96%, = 0
O2 = Canule 3 Lpm = 2
Temp,38.1 = 1
09.30 Am ISDN sudah Extra 2x, pasien menyatakan nyeri kembali dan dada terasa berat dan
terlihat gelisah, kesadaran stupor.
RR 28X/mnt=3
Nadi 125x/mnt= 2
SpO2 98%, = 0
O2 = Canule 3 Lpm = 2
Temp,37.0 = 0
Konsul DPJP dan dan TME, dianjurkan pindah iccu, Monitor EKG terlihat SVT Nadi 170x/mnt
sementara pasang Amidarone 150mg dalam pump habis dalam 10 Menit. Sebelum di pasang
pump pasien menunjukan VT,
kesadaran Koma.
RR 5 X/mnt=
O2 = Canule 3 Lpm = 2
Temp,36.2 = 1
RM.
Sianotik PJB
Temp. 38°C,
RR. 35
Nadi. 120, SpO2, 80% NRM terpasang 10 Liter, Kes. CM, CM, Mur(+)
KU = Somenolent = 1
KV = Tampak Sianotik = 2
RR = 22 = 2
Ny. M, G2, P1, A0, umur 35 Tahun, Hamil 7 Bulan, dengan HT,
N 90 =0
RR 18 = 0
TDS 170/80 =2
SpO2 98%= 0
Temp. 37.8 = 0
GSC = CM= 0
Nyeri = 0
Lochea normal = 0
Proteinuria = ++> = 3
Total = 5. Warna Kuning
Temp,36.2 = 1
RM.
Sianotik PJB
Temp. 38°C,
RR. 35
Nadi. 120, SpO2, 80% NRM terpasang 10 Liter, Kes. CM, CM, Mur(+)
KU = Somenolent = 1
KV = Tampak Sianotik = 2
RR = 22 = 2
Ny. M, G2, P1, A0, umur 35 Tahun, Hamil 7 Bulan, dengan HT,
N 90 =0
RR 18 = 0
TDS 170/80 =2
SpO2 98%= 0
Temp. 37.8 = 0
GSC = CM= 0
Nyeri = 0
Lochea normal = 0
Proteinuria = ++> = 3
Total = 5. Warna Kuning
Ny. M, G2, P1, A0, umur 35 Tahun, Hamil 7 Bulan, dengan HT,
N 90 =0
RR 18 = 0
TDS 170/80 =2
SpO2 98%= 0
Temp. 37.8 = 0
GSC = CM= 0
Nyeri = 0
Lochea normal = 0
Proteinuria = ++> = 3
Pelayanan kesehatan merupakan indikator utama dalam penilaian bagi suatu rumah sakit. Pelayanan
yang komprehensif meliputi bio, psiko, sosio dan spiritual harus mampu diberikan oleh rumah sakit
sesuai dengan kebutuhan pasien mulai dari masuk sampai kepada perencanaan pasien pulang.
Asuhan keperawatan sebagai inti dari praktik keperawatan merupakan suatu kegiatan interaksi
perawat dengan pasien dan lingkungannya untuk mencapai pemenuhan kebutuhan dan pemantauan
kondisi pasien sebelum mengalami perubahan kondisi. Salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
henti jantung adalah dengan deteksi lebih awal terhadap perburukan kondisi pasien sebelum
terjadinya henti jantung, dimana salah satu peran perawat adalah memeriksa kondisi pasien dan
melakukan pencegahan terhadap cedera dan kesalahan atau kelainan. 1
Early Warning System Score (EWSS) atau disebut juga Early Warning Score (EWS) adalah sebuah
sistem pemantauan dengan skoring fisiologis umum yang digunakan di unit pelayanan medikal bedah
sebelum pasien mengalami kondisi kegawatan. Alat ini sederhana dan mudah digunakan disamping
tempat tidur, sehingga perawat akan lebih siap mengevaluasi perubahan kondisi pasien dan
melakukan intervensi dengan tepat. Sistem Nasional Akreditas Rumah Sakit (SNARS) edisi satu telah
memasukkan sistem EWS dalam penilaian akreditasi, sehingga dengan adanya regulasi ini, rumah
sakit di Indonesia dituntut untuk dapat menerapkan alat deteksi dini ini dalam menentukan pasien
mana yang perlu dipantau dengan lebih intensif.2
Perawat melakukan pengkajian EWS pada semua pasien IGD dan rawat inap didokumentasikan
pada form EWS.
Hasil yang telah didapat di nilai sesuai dengan skor yang telah ditetapkan.
Tuliskan hasil yang didapat untuk parameter frekuensi nafas, saturasi oksigen, suhu, tekanan
darah sistolik dan denyut jantung.
Untuk parameter alat bantu nafas, jika pasien menggunakan alat bantu nafas ditulis “ya” dan
diberi skor 2, jika tidak memiliki alat bantu ditulis “tidak” dan diberi skor 0.
Untuk parameter kesadaran digunakan metode AVPU, pasien sadar (Awakeness) diberi skor 0.
Jika pasien mengalami penurunan kesadaran dan harus menggunakan rangsangan suara (Verbal)
atau nyeri (Pain). Jika pasien sama sekali tidak sadar (Unresponsive) diberi skor 3.
Untuk parameter kesadaran digunakan metode AVPU, pasien sadar (Awakeness) diberi skor 0. Jika
pasien mengalami penurunan kesadaran dan harus menggunakan rangsangan suara (Verbal) atau
nyeri (Pain). Jika pasien sama sekali tidak sadar (Unresponsive) diberi skor 3.
Pemantauan EWS disertai dengan tatalaksana tindakan berdasarkan hasil skoring pengkajian pasien
akan mampu mendukung kemampuan perawat dalam mengenali dan mengintervensi secara tepat
waktu dalam mengatasi tanda-tanda perburukan kondisi pasien. Dengan adanya EWS akan mampu
mendukung perawat untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. EWS juga dapat digunakan
pada pasien dewasa maupun pasien anak (bayi sampai dengan remaja) dengan memasukkan
anatomi dan fisiologi anak-anak kedalam alat EWS tersebut. 1
Dengan adanya deteksi dini perburukan ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi
pelayanan kesehatan, khususnya perawatan kesehatan di rumah sakit dalam mencegah dan
mendeteksi lebih awal akan terjadinya perburukan pada kondisi pasien. Pengetahuan dan
kompetensi perawat serta kemampuan kolaborasi yang baik dengan dokter akan memberikan hasil
yang maksimal dalam penanganan pasien serta kemajuan dari pelayanan di rumah sakit.
Sumber:
Sudjiati, E., Hariyati, Rr., (2019). Efektifitas Penggunaan Teknologi Early Warning Scoring System
(EWSS) dalam Keperawatan. Jurnal Online Keperawatan Indonesia Vol 2 No.2 (34-39). Diakses pada
28 April 2021, dari http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Keperawatan/article/download/
892/806/
Pertiwi, D., Kosasih, C., Nuraeni, A., (2020). Tinjauan sistematis faktor-faktor yang mempengaruhi
implementasi early warning score (EWS) oleh perawat di rumah sakit. Jurnal Kesehatan Vol. 11 No.2,
diakses pada 29 April 2021 dari http://jurnal.stikescirebon.ac.id/index.php/kesehatan/article/
download/223/pdf
Jamal, N., (2020). Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Perawat tending Early Warning Score
(EWS) Di RSUP H. Adam Malik Medan. Diakses pada 29 April 2021,
dari http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28921/161101136.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
Royal College of Physicians. (2017). National Early Warning Score (NEWS) 2: Standardising the
assessment of acute-illness severity in the NHS. London: RCP. Diakses pada 29 April 2021,
dari https://www.rcplondon.ac.uk/projects/outputs/national-early-warning-score-news-2
Rekan sejawat pasti sudah tidak asing mendengar istilah EWS kan?
Sebenarnya apa sih EWS itu?
Yup, EWS adalah singkatan dari Early Warning System.
Selain Early Warning System di rumah sakit yang diperuntukkan bagi pasien, Early Warning System juga digunakan
oleh bidang lain seperti Badan Penanggulangan Bencana, yang akan berguna untuk mendeteksi adanya suatu kejadian
yang terkait dengan tanda-tanda akan terjadinya bencana alam maupun bencana lainnya.
Untuk dapat memberikan Penilaian EWS, seseorang harus memiliki kemampuan khusus yang bisa diperoleh
dari pelatihan early warning system rumah sakit, karena jika kita salah dalam menentukan EWS maka akan
berakibat fatal.
EWS Score
Di dalam EWS terdapat beberapa poin penilaian yang wajib kita isi, berupa score-score yang nantinya
menentukan tindakan kegawatdaruratan terhadap pasien, dan apakah pasien perlu dirawat di ruangan khusus
seperti di ICU atau tidak.
1. Respirasi,
2. Saturasi oksigen,
3. Tekanan Darah,
4. Laju Jantung,
5. Kesadaran,
6. Temperatur,
7. Kemudian ada poin tambahan yaitu Nyeri.
2. Detail Waktu
Dan jika pasien menggunakan oksigen bantuan silakan isi di suplemen oksigen dengan angka pada
baris suplemen O2 angka “2” yang berada pada garis berwarna coklat.
Jika kita mendapatkan perhitungan laju jantung dalam satu menit adalah 80x/menit maka kita
tuliskan angka “0” pada kotak berwarna coklat.
7. Data Kesadaran
Berikutnya kita mengisi tingkat kesadaran pasien yang kita kaji. Pada saat kita mengkaji pasien, jika
pasien kita harus dibangunkan dengan menggunakan teknik nyeri/verbal maka angka yang kita isi
adalah “3” pada kotak berwarna merah.
8. Data Temperatur
Jika pada saat kita mengkaji data yang adalah 37°C, maka angka yang kita isi adalah “0” pada kotak
berwarna putih.
Selanjutnya adalah menghitung total score yang telah kita dapatkan berdasarkan score penilaian
yang sudah kita isi di atas.
Setelah memperoleh scorenya, langkah berikutnya kita mengisi data parameter tambahan yang
mendukung dari hasil perhitungan score tadi, seperti hasil Gula Darah Sewaktu (GDS), Nyeri, Urine
output.
dan Penilaian akhirnya adalah dengan melihat total skor yang kita dapatkan yang kemudian kita
masukkan ke dalam “Total Skor” dan kita akan melihat hasil akhirnya beserta artinya.
dengan melihat score yang telah kita hitung totalnya, kita akan menentukan tindakan selanjutnya.
Memiliki arti bahwa setelah data yang kita dapatkan, perlu dilakukan assesment atau pengkajian
ulang oleh perawat senior maksimal 5 menit setelah kita melaporkannya, dan jika masih diperlukan
assesment oleh dokter jaga bangsal juga.
Skor 5-6 (Resiko Sedang) berwarna Coklat
Dengan penjelasan: Assessment segera oleh dokter jaga (respon segera, maksimal 5 menit),
Konsultasi DPJP dan spesialis terkait, Eskalasi perawatan dan monitoring tiap jam, pertimbangkan
perawatan dengan monitoring yang sesuai (HCU).
Pada skor ini kita sudah mulai memantau ketat kondisi pasien, karena dapat sewaktu-waktu
mengalami perburukkan jika tidak kita pantau.
Skor 7 atau lebih. 1 parameter kriteria Blue (Resiko Tinggi) berwarna Merah
Dengan penjelasan: resutasi dan monitoring secara kontinyu oleh dokter jaga dan perawat senior.
Aktivasi code blue kegawatan medis, respon tim emergency (TME) segera, maksimal 10 menit,
informasikan dan konsultasikan ke DPJP.
Pasien yang berada pada kriteria merah ini wajib dan segera dilakukan pemantauan ketat, dan
biasanya akan berlanjut dilakukan perawatan di ruangan Intensive Care Unit untuk pemantauan
selanjutnya.