Anda di halaman 1dari 13

KONTRIBUSI HINDU TERHADAP PERKEMBANGAN

BUDAYA JAWA

Sugiarti1, Anggara Putu Dharma Putra2


Sekolah Tinggi Agama Hindu Dharma Sentana Sulawesi Tengah1
Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar2
Email: sugiartigege7@gmail.com1; ankgafdd@uhnsugriwa.ac.id2

ABSTRAK

Hindu adalah agama pertama yang mempengaruhi budaya Jawa. Kedatangannya di awal abad
Masehi memberikan banyak pengaruh terhadap kebudayaan Indonesia khususnya Jawa hingga akhir
abad ke-15. Aliran agama Hindu yang berkembang di Indonesia saat itu adalah Hindu Purana, yaitu
aliran Hindu yang lebih banyak mengadopsi tata cara dan konsep yang diterapkan pada masa Itihasa
Purana di India (200 SM-750 M). Selama mempengaruhi budaya bangsa Indonesia, agama Hindu
telah banyak memberikan kontribusi bagi perkembangan budaya Jawa yang terbagi dalam beberapa
bidang, yaitu: 1) sistem kepercayaan, 2) bahasa, 3) seni, 4) sistem mata pencaharian, 5) organisasi
sosial (bentuk pemerintahan), 6) sistem pengetahuan (perhitungan tahun), dan 7) teknologi (arsitektur
dan pertanian).

Kata Kunci: Sumbangan, Hindu, Kebudayaan Jawa.

HINDU CONTRIBUTION TO DEVELOPMENT JAVANESE CULTURE

ABSTRACT
Hinduism was the first religion to influence Javanese culture. His arrival at the beginning
of the century AD had a lot of influence on Indonesian culture, especially Java until the end
of the 15th century. The Hindu religious style that developed in Indonesia at that time was
Hindu Puranic, namely the Hindu style which adopted more procedures and concepts that
were applied during the Itihasa Purana era in India (200 BC-750 AD). As long as it
influences the culture of the Indonesian nation, Hinduism has contributed a lot to the
development of Javanese culture which is divided into several fields, namely: 1) belief
system, 2) language, 3) art, 4) livelihood system, 5) social organization (form of government)
, 6) knowledge systems (calculation of years), and 7) technology (architecture and
agriculture).
Keyword: Contribution, Hinduism, Javanese Culture.

PENDAHULUAN budaya bangsa Indonesia. Oleh karena itu,


Agama Hindu saat ini hanya selama keberadaannya telah banyak
dianut oleh sebagian kecil masyarakat memberikan kontribusi pada budaya
Jawa. Artinya, Hindu merupakan agama Indonesia.
minoritas di tanah Jawa, walaupun Tidak hanya pada budaya
sebelumnya pernah mendominasi ketika Indonesia, sebagaimana dijelaskan oleh
kerajaan-kerajaan Hindu masih berjaya. Pandit (2005: 355), Hindu juga telah
Hal tersebut terjadi sebelum memberikan kontribusi pada budaya dunia
kemundurannya yang dimulai pada abad yang terbagi dalam semua bidang ilmu
ke-15 dan 16. Hindu menjadi agama yang dan pengetahuan; dengan adanya
terlama dan lebih dulu mempengaruhi penemuan sistem desimal, matematika

101
hingga filsafat ahimsa. Masyarakat Hindu masjid agung; mercu kemenangan India
telah memajukan dirinya sendiri sejak mengilhami menara; kubah tempat suci
dahulu. Lebih dari lima ribuan tahun yang agama Hindu menjadi kubah makam
lalu, ketika orang-orang Eropa masih Muslim. Bahkan lengkungan runcing pada
menghuni hutan secara nomaden, orang- sajadah dan mihrab barangkali diambil
orang Hindu telah mendirikan sebuah dari lengkungan simbolik pada pintu
peradaban yang dikenal dengan budaya gerbang Hindu.
Harapa dalam Lembah Indus, bagian barat Sumbangan Hindu terhadap
Laut India. negara lain, terutama Arab juga
Albert Einstein juga menyatakan disampaikan oleh Soekmono (1981: 19)
bahwa ilmu pengetahuan berhutang bahwa, pada masa pemerintahan Banu
banyak pada orang Hindu. Merekalah Ummayah (661-750 M) orang-orang Arab
yang mengajarkan caranya berhitung. telah berkenalan dan mempelajari
Tanpa itu semua, penemuan ilmu yang berbagai macam kebudayaan yang jauh
bernilai tidak akan dapat dibuat. Cara lebih tinggi dari kebudayaannya. Usaha
berhitung yang dimaksud oleh Einstein tersebut diteruskan hingga ke
adalah penemuan konsep “nol” oleh pemerintahan Banu Abbāsiyah yang
orang-orang Hindu pada zaman dulu. berpusat di Baghdad (750-1258 M). Pada
Orang-orang Hindu menyebut “nol” masa pemerintahan Abbāsiyah ini seni,
dengan sunya. Hal ini terdapat dalam ilmu, dan filsafat dari India (Hindu), Iran,
naskah-naskah kuno Sanskrta, termasuk dan Yunani diselidiki, diterjemahkan dan
dalam Panggala Candra Sutra (200 M). diolah, untuk kemudian dikembangkan
Pada tahun 770 M, konsep sunya ini di sebagai hasil peradaban Islam. Keilmuan
bawah ke Arab dan diterjemahkan ke yang dimaksud juga termasuk matematika
dalam bahasa Arab menjadi Sifir, serta dan astronomi.
Ziffre dalam bahasa Latin. Perkembangan Pendapat senada juga disampaikan
berikutnya, pada tahun 800 M oleh seorang ahli yang menjelaskan
diterjemahkan ke dalam bahasa nggris, kelebihan-kelebihan kaum Muslim klasik
Zero (Ibid, 357). dalam mengolah dan meramu budaya dan
Pendapat mengenai asal-usul ilmu pengetahuan negeri yang ditaklukkan
“angka nol” juga disampaikan oleh guna mempekaya khazanah budaya Islam.
Bobrick (2019: 122) bahwa apa yang Ungkapan tersebut dilukiskan dengan
disebut angka Arab, termasuk “angka nol pernyataan berikut:
yang sangat penting” (yang It is to the credit of the Arabs that
memungkinkan perhitungan lebih tinggi), although they were the victors
diperoleh dari orang Hindu, dan beberapa militarily and politically, they did not
regard the civilization of the
sarjana Arab menempuh perjalanan
vanquished lands with contempt. The
hingga ke Benares untuk mempelajari riches of Syirian, Persian, and Hindu
astronomi dan Sanskerta. Tidak hanya cultures were no sooner discovered
angka Arab dan “angka nol”, Bobrick juga than they were adapted into Arabic.
menjelaskan bahwa kebudayaan India Caliphs, governors, and others
juga menjadi bagian integral dalam patronized scholars who did the work
kehidupan Muslim. Kuil Wisnu of translation, so that a vast body of
non-Islamic learning became
membantu mengilhami pembangunan

102
accessible in Arabic. During the ninth menyatakan bahwa kedatangan Hindu di
and tenth centuries, a steady flow of Indonesia menimbulkan perubahan-
works on Greek medicine, physics, perubahan besar dalam kebudayaan
astronomy, mathematics, and
Indonesia. Pengaruh yang jelas tampak
philosophy, Persian belles-lettres, and
Hindu mathematics and astronomy dalam mengantarkan Indonesia
poured into Arabic. (Merupakan memasuki zaman sejarah, dan
kelebihan orang-orang Arab bahwa dikenalkannya bahasa Sanskerta di
sekalipun mereka itu para pemenang Indonesia. Dalam bidang pemerintahan
secara militer dan politik, mereka tidak mulailah muncul bentuk pemerintahan
memandang hina peradaban negeri- kerajaan, di bidang kepercayaan juga
negeri yang mereka taklukkan.
semakin memperkuat sistem kepercayaan
Kekayaan budaya-budaya Syiria,
Persia, dan Hindu mereka salin ke yang dianut sebelumnya, serta
bahasa Arab segera setelah memperkaya khazanah spiritualnya.
diketemukan. Para khalifah, gubernur, Dalam bidang sastra memberikan
dan tokoh-tokoh yang lain menyantuni inspirasi bagi lahirnya karya-karya sastra
para sarjana yang melakukan tugas lokal, yang ditulis dalam karya sastra
penerjemahan, sehingga kumpulan lontar, dan sebagainya. Walaupun
ilmu bukan Islam yang luas dapat
demikian, berdasarkan sisa-sisa
diperoleh dalam bahasa Arab. Selama
abad kesembilan dan kesepuluh, karya- peninggalan yang ada dapat diketahui
karya yang terus mengalir dalam ilmu bahwa kehidupan masyarakat di
kedokteran, fisika, astronomi, kepulauan Nusantara pada zaman sebelum
matematika, dan filsafat dari Yunani, masuknya agama Hindu telah memiliki
sastra dari Persia, serta matematika dan peradaban yang maju seperti memahat,
astronomi dari Hindu tercurah ke
bahkan sebagai masyarakat maritim yang
dalam bahasa Arab (Madjid, 1998:
204). ulung.
Masuknya agama Hindu ke Sebagai agama pertama yang
Indonesia telah membawa pengaruh- masuk ke wilayah kepulauan Nusantara,
pengaruh dalam kehidupan masyarakat agama Hindu sangat kuat mempengaruhi
Indonesia. Bagi bangsa Indonesia, kehidupan masyarakat Jawa; dan
khususnya Jawa kedatangan Hindu telah kedatangannya tidak mematikan budaya
mengubah masyarakat buta huruf menjadi asli. Hal tersebut karena Hindu seirama
melek huruf. Hal ini disampaikan oleh dan sejalan dengan kepercayaan asli
Simuh (2004: 26) yang menjelaskan nenek moyang bangsa Indonesia.
bahwa Hinduisme memberikan tulisan Keberadaan Hindu justru menyuburkan
yang digubah menjadi huruf Hanacaraka paham religi asli. Patera (1997: 209)
bagi suku Jawa. Hinduisme juga memberi menambahkan, berdasarkan data sejarah
perhitungan tahun Saka, sastra keagamaan dan arkeologi, agama Hindu dan
Ramayana dan Mahabharata; yang kebudayannya merupakan agama yang
digunakan untuk mengembangkan tradisi terlama mempengaruhi bangsa Indonesia
wayang sehingga menjadi nilai seni yang dibandingkan yang lainnya. Selama
adiluhung bagi masyarakat Jawa. perjalanannya, agama Hindu telah banyak
Pendapat tersebut semakin mewariskan benda-benda tinggalan
diperkuat oleh Putra (1987: 35), yang budaya bangsa yang bernafaskan agama
Hindu.

103
Nenek moyang bangsa Indonesia Pendapat ini masuk akal, karena
dengan mudah dapat menerima agama dalam Hindu para Brahmanalah yang
Hindu ke dalam kepercayaan mereka memiliki tugas untuk mengembangkan
karena adanya unsur-unsur persamaan agama; dan kelompok Brahmana juga
antara agama Hindu dengan kepercayaan yang menguasai filsafat, kesusatraan, seni,
mereka yang asli (Nurkancana, 1998: 84). bahasa Sanskerta, dan sebagainya, yang
Pengaruh agama Hindu terhadap dibutuhkan oleh masyarakat. Jelasnya,
kehidupan orang-orang Jawa, terutama hal-hal yang berkaitan dengan agama
Jawa Tengah dan Jawa Timur mengakar merupakan tugas para Brahmana. Peranan
kental. Hal ini, menurut Endraswara ( Brahmana dalam penyebaran dan
2005: 80) karena Hindu memberikan tata pengembangan agama ini juga terlihat dari
tulis, perhitungan tahun Saka, serta sastra sejarah perjalanan Aji Saka dari India ke
yang mengandung filsafat keagamaan Jawa, Rsi Markandeya dari India hingga
beserta ajaran mistik yang cukup halus. ke Bali, Mpu Kuturan dan Dang Hyang
Selain itu, Hinduisme juga telah Nirartha dari Jawa ke Bali. Pada masa
melahirkan kerajaan-kerajaan besar sekarang juga sering ditemui guru-guru
dengan budaya religi asli yang telah spiritual dari India datang ke Indonesia,
mengakar dengan berbagai macam tradisi baik karena panggilan tugas pribadi
dan aturan-aturan (hukum) adatnya. maupun undangan dari lembaga-lembaga
Hindu juga telah meletakkan pondasi seni spiritual di Indonesia untuk memberikan
sebagai bagian dari ritualitas. Hal ini tidak dharma wacana (ceramah agama),
lepas dari akar Hinduisme yang pengenalan yoga dan meditasi, maupun
berkembang di India yang kemudian untuk berdoa bersama.
menjadi pola ritualisme Hindu Indonesia Berikutnya adalah Teori Ksatria,
(Soesilo, 2005: 7). yang diusung oleh Berg. Berdasarkan teori
ini agama dan budaya Hindu di kepulauan
PEMBAHASAN Nusantara dibawa oleh para ksatria.
Orang-orang Ksatria ini datang dengan
1 Masuknya Budaya Hindu ke suatu rombongan. Mereka hidup dengan
Nusantara merampok penduduk asli, kemudian
Masuknya budaya Hindu ke membentuk koloni-koloni dan menetap di
Nusantara terkait dengan 4 (empat) teori sana. Koloni-koloni para Ksatria India
yang diajukan oleh para ahli, antara lain: inilah yang menjadi pusat penyebaran
1) Teori Brahmana, 2) Teori Ksatria, 3) Hindu di Indonesia.
Teori Waisya, dan 4) Teori Pengungsi. Pendapat ini banyak mendapat
Dalam Teori Brahmana sebagaimana kecaman dan bantahan dari para ilmuwan.
dinyatakan oleh Van Leur (dalam Marwati Secara umum para ilmuwan berpendapat,
dan Notosusanto, 1984: 24) bahwa yang jika para Ksatria India ini pernah
membawa pengaruh Hindu ke Indonesia membentuk koloni-koloni di Indonesia
adalah kaum Brahmana. Para Brahmana yang didahului dengan penaklukan-
yang datang adalah atas undangan para penaklukan, maka peristiwa itu pasti
penguasa Indonesia untuk menyelesaikan dicatat dalam prasasti-prasasti di India.
suatu upacara keagamaan. Contohnya, ketika Rajendra Cola I datang
dengan sebuah armada ke Indonesia pada

104
abad ke-11 untuk menaklukkan Sriwijaya, timbulnya kekacauan di India. Kebenaran
peristiwa tersebut diabadikan dalam teori ini perlu digali kembali
sebuah prasasti, walaupun hanya kebenarannya. Persoalannya, penelitian
berlangsung sementara, karena pada tentang sosial, sejarah keberadaan umat
perkembangan berikutnya Sriwijaya Hindu yang ada di Nusantara masih belum
menjadi negara yang merdeka. banyak.
Secara logika, pendapat tersebut Keempat teori ini lebih banyak
jauh dari kenyataan yang ada; jika menekankan pada keaktifan orang-orang
diperhatikan karakter bangsa penjajah India dalam menyebarkan budaya Hindu
lebih agresif, keras, dan cenderung ke Indonesia, padahal nenek moyang
menguasi bangsa yang dijajah. Hal ini bangsa Indonesia merupakan bangsa yang
juga terjadi dalam memasukkan unsur- aktif dan kreatif dalam membangun
unsur keyakinan maupun kebudayaan peradaban. Teori tersebut memberikan
yang dimiliki oleh penjajah terhadap kesan bahwa orang-orang Indonesia
bangsa yang dijajah. Sifat-sifat itu adalah bangsa yang pasif. Oleh karena itu,
tentunya menjadi suatu ciri umum muncullah teori baru yang kebalikan dari
(bahkan permanen) dari bangsa teori tersebut. Teori ini dikemukakan oleh
ekspansionis. Namun yang terlihat F.D.K Bosch, yang menyatakan bahwa
(hingga kini), belum ditemukan bukti orang-orang Indonesia sendiri yang
tentang penjajahan bangsa India atas dengan sengaja datang ke India untuk
nenek moyang bangsa Indonesia, ataupun belajar. Orang-orang inilah yang
bangsa India menjajah bangsa lain, memperkenalkan budaya Hindu ke
termasuk memaksakan agama Hindu masyarakat tanah air. Namun, Bosch juga
untuk dianut oleh bangsa lain di luar tidak mengingkari bahwa yang pertama
bangsanya. Sebaliknya, India justru kali datang ke Indonesia adalah orang-
terjajah hampir 800 tahun oleh Muslim orang India yang memiliki semangat
dan koloni Inggris. untuk menyebarkan agamanya. Teori
Teori selanjutnya adalah Teori Baru Aktif, sejalan dengan kondisi
Waisya, hasil pandangan dari N.J. Krom. sekarang (dekade 1990 hingga awal
Dalam teori ini dijelaskan bahwa agama 2000). Melalui beasiswa maupun upaya
Hindu masuk ke wilayah Nusantara di sendiri, banyak kaum muda Hindu yang
bawa oleh para pedagang India ke belajar ke India. Sepulangnya merekalah
Indonesia. Para pedagang itu kemudian yang mengajarkan pengetahuan yang
menetap di Indonesia, bahkan ada yang didapatkan dari India ke Indonesia.
melakukan perkawinan denga penduduk 2 Hinduisme di Nusantara
setempat. Para pedagang inilah yang Istilah Hindu dipakai di Indonesia
berperanan penting dalam penyebaran sebagai nama agama resmi terjadi pada
budaya Hindu melalui hubungan mereka abad ke-20 M, sedangkan di India pertama
dengan penguasa-penguasa Indonesia. kali dipakai secara resmi pada abad ke-15
Berikutnya adalah teori M, ditemukan dalam sebuah prasasti yang
pengungsi, yang menyatakan bahwa dikeluarkan oleh raja-raja yang
agama Hindu di Nusantara dilakukan oleh memerintah kerajaan Vijayanagar, India
para pengungsi yang datang ke Nusantara Selatan. Istilah ini juga digunakan dalam
dalam rangka menyelamatkan diri karena catatan-catan Raja Achaemenian dari Iran

105
, kemudian umum dipakai oleh sumber hukum sosial India pada zaman itu
pengarang-pengarang Islam pada zaman (Ibid, 38).
itu (Klostermaier dan Chattopadhyaya Agama Hindu di India pada
dalam Phalgunadi, 2011: 1). rentangan waktu 300 M-750 M disebut
Awal abad masehi peradaban ini sebagai agama Purana. Pada masa Purana
disebut sebagai Agama Purana, pada inilah dimulainya penyebaran pengaruh
zaman purana. Penyebutan “Agama agama Hindu keluar India; sekaligus
Purana” dan “zaman purana” bagi merupakan tonggak penyebaran Hindu ke
Hinduisme pada waktu itu karena Indonesia; sehingga ada pendapat jika
dianggap memiliki ciri-ciri penting, corak ke-Hindu-an di Indonesia pada
seperti: 1) munculnya banyak sekte masa ini adalah Hindu Puranic. Berkaitan
(kadangkala saling bertentangan); 2) dengan hal ini, Sastra (2008: 42)
mulai digunakannya sarana patung dalam menyatakan bahwa, agama Hindu yang
pemujaan (arcanam); 3) pemujaan tersebar di Indonesia adalah agama Hindu
Pancayatana, yakni pemujaan terhadap 5 yang lebih banyak mengadopsi tatacara
mazhab besar, antara lain: Shiwa serta konsep-konsep yang diterapkan pada
(pengagungan Dewa Siwa), Waisnawa zaman Purana di India. Namun
(pengagungan Wisnu), Shakta (pemuja belakangan India justru dipengaruhi oleh
terhadap Shakti), Ganapatya (pemujaan konsep ajaran Wedanta. Hal ini yang
terhadap Ganesha), dan Sora (pemujaan menjadi salah satu sebab perbedaan antara
Surya); 4) pendeta mendapatkan agama Hindu di Indonesia dan India pada
kedudukan penting, dan upacara-upacara perkembangan berikutnya.
besar dilaksanakan. (Macmillan dan Selain karena Hindu Indonesia
Mahajan dalam Phalgunadi, 2011: 45-46). yang lebih bercorak Purana dan Hindu di
Zaman sebelumnya, yakni zaman India yang lebih Wedantis, ada hal-hal
Brahmana Ortodoks (Ortodox lain yang melatarbelakangi perbedaan
Brahmanism), agama Hindu yang disebut tersebut. Perlu diketahui bahwa sejak
sebagai agama Brahmana, memiliki ciri- penjajahan dan kekuasaan Islam menguat
ciri penting, antara lain: 1) kitab suci Catur di India (1000 M-1800 M), hubungan
Weda tidak boleh dibaca untuk umum, India dan Indonesia bisa jadi terputus, dan
sebagai penggantinya diperbolehkan India lebih banyak disibukkan dengan
mempelajari Pancama Weda, Itihasa permasalahan dosmetik kaitannya dengan
(Ramayana dan Mahabharata), dan posisinya sebagai negeri terjajah. Hal ini
Purana; 2) Munculnya pemujaan kepada bisa menjadi sebab hilangnya komunikasi
Tri Murti (Brahma, Wisnu, dan Shiwa); 3) dan kontak dengan India, mengingat
Munculnya kitab Kalpasutra (Grihasutra, hubungan Indonesia dan India hanya
Sautrasutra, Dharmasutra, dan Silvasutra); sebatas hubungan dagang dan
4) semua adat istiadat setempat harus tetap persahabatan suatu negara, sehingga
dijalankan. Justru, pada periode ini hukum kejadian dan perubahan-perubahan yang
agama dijadikan hukum sosial, sehingga terjadi di India tidak mempengaruhi
seseorang yang melanggar adat, dianggap Indonesia.
juga melanggar hukum agama. Pada Sekte Waisnawa Wedanta dan
zaman ini kitab Dharmasastra menjadi Saiwa Wedanta yang lahir pada zaman
kitab hukum Hindu yang juga menjadi Sankaracarya pada hakekatnya tidak

106
pernah mempengaruhi agama Hindu di Indonesia lebih mengembangkan sendiri
Indonesia hingga tahun 1952 sebelum sejarah kebudayaannya.
lahirnya organisasi Parisada Hindu
Dharma Indonesia, karena ia lahir setelah 3 Kontribusi Hindu terhadap
abad ke-8 di India (Ibid, 46). Saat itu Budaya Jawa
kontak antara India dan Indonesia 1) Sistem Kepercayaan
terputus. Sebelum masuknya agama Hindu,
Penjelasan Sastra ini sejalan masyarakat di kepulauan Nusantara sudah
dengan temuan Mahajan dan Luniya memiliki kepercayaan bahwa semua
(dalam Phalgunadi, 2011: 55-56), pada benda yang ada di alam ini, termasuk
tahun 712 M, seorang gubernur Arab dari manusia pada dasarnya memiliki roh atau
Basra (Irak) yang bernama Muhammad jiwa; dan benda yang ada didunia ini, baik
Bin Qasim menyerbu daerah Sind di India yang hidup maupun yang mati memiliki
Barat. Dengan kekuatan 6.000 tentara, kekuatan gaib. Kepercayaan ini oleh para
4.000 pasukan unta, dan 100 tentara ahli disebut sebagai animisme dan
cadangan, mereka berhasil menaklukkan dinamisme. Kepercayaan yang tidak kalah
dan menguasai daerah Sind dan meng- penting dalam masyarakat Jawa adalah
Islamkan penduduk di sana. Kemudian, pemujaan kepada leluhur.
dari tahun 1000 M sampai 1026, Sultan Model-model kepercayaan seperti
Mahmud Gazni dan tentara dari Turkhis ini ternyata juga ditemui dalam peradaban
(Turki) menyerbu India sebanyak 17 kali. Sindhu. Selain ditemukan tanda-tanda
Mereka menghancurkan kuil-kuil, adanya pemujaan kepada Mother Goddess
merampas kekayaan kuil, dan dan Male God, sebagai prototipe
menghancurkan kuil Krishna di Mathura, pemujaan Shiwa dan Shakti dalam agama
dan kuil Dwarka di Gujarat. Selanjutnya Hindu, juga ditemukan simbol-simbol
dari tahun 1175 M-1205M, Muhammad pemujaan yang menyerupai kepercayaan
Ghori dari Iran-Afganistan menyerang animisme (Maccmillan dalam Phalgunadi,
India dan mendirikan pusat pemerintahan 2011: 10). Hindu juga mengajarkan
di Delhi. penghormatan kepada leluhur. Hal ini juga
Berdasarkan pendapat-pendapat terdapat pada kepercayaan lembah Sungai
tersebut dapat dikatakan bahwa budaya Sindhu. Berdasarkan penemuan
Hindu dari India mempengaruhi Indonesia arkeologis, ditemukan upacara yang
sejak awal abad masehi hingga abad ke -8 menggunakan dipa (api menyala/ lampu).
dan 9. Pada abad ini memang pengaruh Bukti ini ditemukan berupa sebuah benda
budaya India begitu terasa di Jawa. Hal ini mirip cangkir dengan noda hitam bekas
dapat dilihat dalam arsitektur bangunan jilatan api dipinggirnya (Ibid, 11). Tradisi
candi yang begitu mirip dengan kuil-kuil seperti ini juga masih terdapat dalam
di India, terutama India Selatan; pemujaan masyarakat Jawa. Ketika keluarga Jawa
Siwa-Lingga di Jawa, serta nama-nama melaksanakan upacara yang berkaitan
raja-raja Jawa juga banyak memakai dengan penghormatan pada leluhur, maka
bahasa Sanskerta. Namun, semakin ke akan membuat sandhingan atau cawisan,
depan hingga ke zaman Majapahit, budaya yang didekatnya terdapat lampu menyala.
lokal justru menonjol. Bisa jadi karena Sandhingan atau cawisan
pengaruh India semakin kecil, sehingga merupakan hidangan yang berupa nasi

107
beserta lauk pauknya, kinangan (daun bukanlah bahasa yang dipakai sebagai
sirih, kapur sirih, buah pinang, gambir, bahasa tutur masyarakat sehari-hari pada
dan tembakau), minuman (kopi, teh, dan saat itu, namun keberadaannya banyak
air putih), jajan pasar (kue basah), dan mempengaruhi dan diserap oleh bahasa-
bunga telon (bunga tiga warna). bahasa yang ada di wilayah Nusantara,
Sandhingan ini dipersembahkan kepada termasuk bahasa Jawa.
leluhur dengan menggunakan mantra Pengaruh bahasa Sanskerta terhadap
berbahasa Jawa; sebelumnya diawali bahasa di Nusantara dimulai sejak abad
pembakaran dupa atau kemenyan sebagai pertama tarikh masehi hingga abad ke-15;
sarana pengantar doa. Di samping berkaitan dengan masuk dan
sandhingan, diletakkan dipa (api berkembangnya agama Hindu hingga
menyala) atau di pedesaan Jawa biasanya runtuhnya kerajaan-kerajaan Hindu di
dipakai lampu teplok. Nusantara. Dalam rentangan waktu yang
Kepercayaan terhadap keberadaan lama tersebut, bahasa Sanskerta banyak
dewa-dewa dan bhatara juga merupakan terserap oleh bahasa-bahasa yang
pengaruh dari Hindu. Dewa merupakan berkembang di Nusantara, terutama
sinar suci dari Tuhan (Brahman), bahasa Jawa, baik bahasa Jawa Kuno
sedangkan bhatara merupakan kekuatan maupun bahasa Jawa baru.
(yang bersifat gaib) dari Tuhan atau dewa Bahasa Sanskerta merupakan
sebagai pelindung. Dalam kepercayaan bahasa yang memiliki nilai tinggi dan
Jawa mengenal Bhatara Wisnu, Bhatara terjaga kemurniannya, sehingga disebut
Guru, Bhatari Sri, dan lain-lain. Bahkan, sebagai saṁskṛta. Saṁ artinya berbudaya,
Bhatara/ Dewa Wisnu, Bhatari/ Dewi Sri, baik, sempurna, sedangkan kṛta artinya
dan Bhatara Guru mendapatkan posisi tersusun. Saṁskṛta berarti suatu bahasa
yang sentral dan penting dalam yang tersusun dengan baik, sempurna,
kepercayaan Jawa. Hal ini tidak dapat suci, dan berbudaya. Oleh karena itu,
dilepaskan dari masyarakat Jawa yang dalam bahasa Sankerta tidak ditemukan
bercorak agraris. kata-kata kasar dan cacian. Tristananda
Sistem kepercayaan yang dimiliki (2019: 46) menyatakaan, kata-kata yang
oleh masyarakat Nusantara banyak berasal dari bahasa Sanskerta pada
memiliki kemiripan dan selaras dengan umumnya menjadi kosakata dalam bentuk
ajaran Hindu. Oleh karena itu, keberadaan ragam bahasa halus atau yang bernilai rasa
Hindu justru semakin menyuburkan tinggi.
kepercayaan asli. Perpaduannya justru Bahasa Sankerta berpengaruh
semakin memperkaya khazanah spiritual sangat kuat terhadap bahasa Jawa. Hal ini
dan sistem kepercayaan masyarakat Jawa. karena Bahasa Jawa Kuno secara leksikal
2) Bahasa banyak dipengaruhi dan menyerap bahasa
Bahasa Sanskerta merupakan Sanskerta, dan pada perkembangannya
bahasa yang penting dalam Hindu. Hal ini masih dipakai oleh masyarakat dalam
karena Veda (Catur Veda Samhita), percakapan sehari-hari hingga saat ini.
sebagai kitab suci Hindu, mantra-mantra, Dengan demikian, banyak orang yang
dan susastra Hindu seperti Ramayana dan tidak tahu bahwa bahasa-bahasa yang
Mahabharata banyak ditulis dalam bahasa diucapkan sehari-hari pada dasarnya
Sankserta. Walaupun bahasa Sankserta menyerap dari bahasa Sanskerta. Kata-

108
kata tersebut dapat dilihat pada tabel 1
disamping.
musik (gamelan), seni gerak (tari, drama,
Tabel 1 sendra tari), seni rupa, dan seni sastra.
Bahasa Seni merupakan sesuatu yang sakral yang
Bahasa Bahasa Bahasa
Jawa berakar pada spiritual. Bahkan Veda
Sanskerta Indonesia Jawa
Kuno
Akaśa angkasa akasa angkoso
sendiri merupakan sesuatu yang berirama
Acara acara acara acoro dan dilagukan dalam musik lebih dari
Artha harta artha arto ribuan tahun yang lalu (Pandit, 2005:
Bagya bahagia bagya bagyo
Battara batara batara batoro
366).
Bhaṣa bahasa bahasa boso Pengagungan Hindu terhadap seni
Buddhi budi budi budi inilah yang menyebabkan keberadaan
Bhuṣana busana busana busono
Daya Daya daya doyo
Hindu di Nusantara justru sebagai
Deva dewa dewa dewo pemberi mahkota kepada seni Nusantara
Dupa dupa dupa dupo menjadi lebih bernilai dan mampu
Dosa dosa dosa dosa
menjadi mercusuar dunia tanpa harus
Durjana durjana durjana durjono
Gadā gada gada gada menghilangkan jati diri ke-
Gaja gajah gajah gajah Nusantaraanya. Contoh seni pertunjukkan
Indrya indera indriya indro
wayang wong (wayan orang) di Jawa
Jaya jaya jaya joyo
Jiva jiwa jiwa jiwo justru semakin bernilai tinggi dan
Karana karena karana karono adiluhung karena ceritanya banyak
Kārya karya karya karyo diangkat dari Ramayana dan
Kulavarga keluarga kulawarga keluargo
Maha maha maha moho Mahabharata, yang di dalamnya banyak
Manuṣa manusia manusa menungso mengandung nilai-nilai kehidupan, etika,
Nama nama nama nami dan filsafat. Dalam bidang karya sastra
Nagara negara negara negoro
Naraka neraka naraka neroko juga menghasilkan karya-karya penting
Paduka paduka paduka paduka dan bermutu, seperti Arjuna Wiwaha,
Pañca panca panca ponco Hariwamsa, Bharatayuda, dan lain-lain.
pandita pendeta pandita pendeto
Paribāśa peribahasa paribasa pariboso 4) Sistem Mata Pencaharian Hidup
Pustaka pustaka pustaka pustoko Kerajaan Majapahit merupakan ikon
Putra putra putra putro dari kebesaran dan kejayaan kerajaan
Rāja raja raja rojo
Rasa rasa rasa roso Hindu-Budha di Nusantara. Kerajaan
Stri istri stri stri tersebut berjaya tidak hanya
Upacara upacara upacara upacara
Uttama utama utama utomo
Vārta warta warta warto didukung oleh kekuatan militer yang kuat
Vija biji wija wijo dan besar, tetapi juga didukung oleh
Vidyadari bidadari widyadari widodari sistem perekonomian yang kuat. Selain
dikenal sebagai kerajaan maritim,
Majapahit juga kerajaan agraris yang
3) Kesenian
Agama Hindu sangat lekat dengan mengandalkan pertanian.
seni. Seni sangat berharga karena Masyarakat Majapahit, terutama
merupakan bagian dari ritual dan kaum petani rupanya telah mengenal
persembahan; baik itu seni suara, seni jenis-jenis pertanian, baik pertanian
kering maupun basah. Pertanian kering

109
dilakukan di ladang dan kebun, sedangkan Hasil-hasil pertanian dan industri
pertanian basah dilakukan di sawah. kerajinan inilah yang menjadi komoditi
Bahkan, dalam prasasti Watukura I (902 dalam perdagangan dengan negara asing
M) juga dimuat keterangan mengenai seperti China, India, Arab, dan lain-lain.
jenis tanaman padi gaga yang ditanam. Selain beras, kerajaan Majapahit juga
Subroto (1993: 158) menjelaskan, jenis penghasil rempah-rempah dan buah-
pertanian basah merupakan andalan bagi buahan. Hal ini dapat dilihat pada relief
perekonomian Majapahit. Bukti-bukti dari Candi Penataran. Buah-buahan yang
prasasti dan karya sastra menunjukkan dihasilkan adalah pisang, nanas, tebu,
keterlibatan dan campur tangan kelapa, dan lain-lain.
pemerintah dalam sektor penunjang untuk 5) Organisasi Sosial (bentuk
fasilitas-fasilitas pengairan. Usaha-usaha pemerintahan)
yang dilakukan oleh penguasa dapat Selama zaman perunggu-besi, di
dilihat dari pembuatan kanal-kanal, beberapa daerah pantai kepulauan
tanggul sungai, pembuatan waduk, dam, Indonesia, penduduknya diperkirakan
dan lain-lain. telah mengembangkan sistem-sistem
Selain sektor pertanian, kerajaan politik yang mempersatukan beberapa
Majapahit juga menggerakkan sektor komunitas di atas tingkat desa. Negara-
industri. Pengertian industri dalam hal ini negara pantai yang kecil ini hidup dari
adalah usaha untuk membuat atau perdagangan, masing-masing dengan
menghasilkan barang-barang. Para suatu kota pelabuhan pantai sebagai
pengrajin atau penggarap industri bekerja pusatnya (Soejono dalam
untuk memenuhi kebutuhan raja dan Koentjaraningrat, 1984: 37). Artinya,
rakyat kebanyakan. Berbagai kebutuhan sebelum Hindu masuk ke wilayah
pernak-pernik raja dan bangsawan kepulauan Indonesia, penduduknya sudah
dihasilkan dari kerajinan seperti batik, mengenal sistem politik dan pemerintahan
penjahit, pande logam, pembuat senjata, walaupun masih sederhana.
dan lain-lain (Anwari, 2015: 114). Mengenai kondisi nenek moyang
Beberapa hasil industri lainnya bangsa Indonesia yang telah mengenal
adalah penghasil kapur (manghapu), sistem kemasyarakatan yang teratur juga
pembuat payung bulat (magawai payun dijelaskan oleh Nurkancana (1998: 80)
wlu), penghasil kajang (makajang), bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
penghasil keranjang dari daun palem telah hidup dalam kelompok-kelopok
(magawai kisi) dan lain-lain. Bahkan tertentu, yang di Jawa Tengah disebut
dalam prasasti Medhawapura beberapa wanua. Setiap wanua dipimpin oleh orang
jenis pekerjaan kerajinan juga disebutkan, yang dituakan dan dianggap paling
seperti abhasana (penghasil pakaian), bertuah, yang disebut tuha wanua. Tuha
acaraki (penghasil jamu), tundan wanua dibantu oleh beberapa perangkat
(penghasil perahu), lurungan (penghasil wanua seperti tuha alas, hulu air, hulu
minyak jarak), kletik (penghasil minyak watan, dan sebagainya. Di samping itu
kelapa), acadar (penghasil cadar), terdapat dewan tuha-tuha sebagai
amaranggi (penghasil pewarna pakaian), pendamping tuha wanua.
dan beberapa barang hasil dari pande Kedatangan Hindu ke kepulauan
(Subroto dan Slamet Pinardi, 1993: 212). Indonesia semakin menyempurnakan

110
sistem tatanan masyarakat bangsa (kelima), Kanem (Keenam), Kapitu
Indonesia, terutama dalam bidang (Ketujuh), Kawolu (kedelapan), Kasanga
pemerintahan dengan memperkenalkan (Kesembilan), Kadasa (Kesepuluh), Desta
sistem kerajaan. Jika sebelumnya bersifat (Kesebelas), Sadha (Kedua belas).
kesukuan, namun setelah datangnya Perhitungan tahun ini masih lestari dan
Hindu-Budha berubah menjadi kerajaan dipakai oleh masyarakat Tengger, yakni
(monarki). Awalnya kepemimpinan hanya komunitas Hindu di wilayah pegunungan
bersifat kesukuan dan dalam wilayah yang Gunung Bromo dan Semeru, Jawa Timur.
sempit. Penunjukkan sebagai kepala suku Agama Hindu datang ke
bersifat Primus inter pares (berdasarkan Indonesia, khusunya Pulau Jawa juga
kelebihan yang dimiliki, dituakan dalam membawa perhitungan tahun, yang
kelompok suku tersebut), kedatangan disebut Kalender Saka. Perhitungan
Hindu memberikan referensi yang lebih tahunnya berdasarkan perjalanan matahari
dalam bidang pemerintahan dan (solar system). Walaupun bangsa
ketatanegaraan. Indonesia memiliki kalender, namun
6) Sistem Pengetahuan ( perhitungan kalender Saka diterima, bahkan ditetapkan
tahun) sebagai kalender yang berlaku di
Mengenai perhitungan tahun, Indonesia. Keberadaan kalender Saka
sebelum agama Hindu berkembang di melengkapi kalender yang telah ada. Pada
Indonesia, nenek moyang bangsa perkembangan berikutnya, kalender Saka
Indonesia telah mengenal astronomi. yang berdasarkan perhitungan matahari
Kegunaan astronomi hanya untuk ini, dikembangkan menjadi Luni-Solaire
kepentingan praktis, misalnya untuk System, dan dikenal sebagai Saka Hindu
menentukan letak bintang, untuk atau Saka-Jawa. Kalender ini telah
mengetahui arah angin ketika berlayar. mengalami modifikasi, disesuaikan dan
Kegunaan yang lain adalah untuk masukkan unsur-unsur lokal. Kalender
kepentingan pertanian, sehingga dengan model ini hingga sekarang masih
melihat letak bintang, dapat ditentukan dilestarikan dan dipakai oleh masyarakat
musim (mongso). Bali.
Penentuan musim dengan melihat Sejak kedatangan Hindu, nama-
tata letak bintang, yaitu : musim kemarau, nama mangsa atau perhitungan
musim kering dan tidak ada hujan. Musim musimnya, akhirnya menggunakan nama-
labuh, sudah mendekati musim hujan. nama campuran antara Jawa dan
Musim hujan, atau musim rendeng. Sanskerta. Nama mangsa-mangsa tersebut
Musim mareng, hujan jarang-jarang. adalah Kasa (Sravana), Karo
Musim ditentukan dari banyak sedikitnya (Bhadrapada), Katiga (Asvina), Kapat
hujan. Hujan menjadi ukuran dalam (Kartika), Kalima (Margasira), Kanem
perhitungan karena dipakai untuk (Pausa), Kapitu (Magha), Kawolu
menentukan saat-saat yang baik untuk (Phalguna), Kasanga (Caitra), Kadasa
memulai membajak, menebar benih, saat (Waisakha), Desta (Jyestha), Sadha
panen, dan cara menolak hama. (Asadha).
Nama-nama mangsa tersebut 7) Teknologi (arsitektur dan pertanian)
adalah Kasa (Kesatu), Karo (kedua), Guna kepentingan pemujaan, pada
katelu (katiga), Kapat (keempat), Kalima masa berkembangnya agama Hindu di

111
Jawa, tempat-tempat suci, terutama seperti pacul, kapak, dan bajak. Di daerah-
bangunan candi banyak dibangun. Candi daerah pedalaman Jawa dengan kondisi
merupakan sumbangan Hindu di Jawa alam yang curam dan areal pertanian yang
dalam hal teknologi- arsitektur. Selain sempit tidak memungkinkan untuk
sebagai tempat pemujaan yang berkaitan menggunakan traktor, karena penggunaan
dengan kepercayaan masyarakat, candi traktor membutuhkan biaya yang mahal.
merupakan produk budaya bangsa yang Dengan demikian alat-alat pertanian
adiluhung; menandakan bahwa seperti pacul, ani-ani, bajak, dan kapak
masyarakatnya telah memiliki peradaban masih difungsikan dan dilestarikan hingga
yang tinggi, dan maju dalam teknologi, kini.
terutama bidang arsitektur bangunan.
Selain arsitektur, juga terdapat PENUTUP
teknologi pertanian. Dalam prasasti
Kembangarum (902 M) dijelaskan, bahwa Hinduisme masuk ke wilayah
teknologi pertanian yang digunakan yakni kepulauan Nusantara sejak awal abad
cangkul, bajak, dan garu. Selain itu juga masehi. Corak keberagamaan yang
disebutkan sejumlah alat yang digunakan berkembang adalah agama yang tatacara
untuk upacara penetapan sima yaitu dan konsep-konsepnya seperti zaman
wadung, kapak, petel, alat penusuk, purana di India, dengan ciri-ciri sebagai
linggis, cangkul, trisula, dan pisau berikut: 1) munculnya banyak sekte, dan
(Subroto, 1993: 159). Anwari (2015: 108) kadangkala bertentangan; 2) mulai
menambahkan cangkul terdiri dari dua digunakannya sarana patung dalam
bagian yakni cangkul (pacul), dan tangkai pemujaan (arcanam); 3) pemujaan
(doran). Pacul terbuat dari logam, pancayatana, yakni pemujaan terhadap 5
sedangkan doran dari kayu. Ani-ani juga (lima) mazhab besar, antara lain: Shiwa
menjadi alat yang penting, karena (pengagungan Siwa), Waisnawa
fungsinya untuk memanen padi. Terbuat (pengagungan Wisnu), Shakta (pemujaan
dari bambu sebagai tangkai, papan bilah terhadap Shakti), Ganapatya (pemujaan
dari kayu, dan bilah tipis besi. terhadap Ganesha), dan Sora (pemujaan
Teknologi yang berkaitan dengan Surya); 4) pendeta mendapatkan
pengendalian banjir juga dikembangkan. kedudukan penting, dan upacara-upacara
Dalam beberapa prasasti seperti besar dilaksanakan.
Harinjing, Kamalagyan, Wulig, Sebagai agama pertama dan
Kandangan, dan Trailokyapuri terlama mempengaruhi bangsa Indonesia,
disebutkan tentang usaha pengendalian khususnya Jawa, maka Hindu banyak
sungai Brantas terutama pada musim memberikan kontribusi dalam berbagai
hujan agar tidak terjadi banjir dengan bidang kehidupan, antara lain: 1) sistem
maksud menjauhkan gangguan keruskan kepercayaan, 2) bahasa, 3) kesenian, 4)
pertanian (ibid, 109). sistem mata pencaharian hidup, 5)
Walaupun saat ini teknologi- organisasi sosial (sistem pemerintahan),
teknologi ini, terutama teknologi 6) sistem pengetahuan (perhitungan
pertanian dinilai sederhana dan tahun), 7) teknologi (arsitektur dan
tradisional, namun masih menjadi alat pertanian).
penting dalam dunia pertanian di Jawa,

112
DAFTAR PUSTAKA Indonesia. Pustaka Bali Post:
Denpasar.
Anwari, Ikhsan Rosyid Mujahidul, Juni
Soekmono,1981. Pengantar Sejarah
2015. Sistem Perekonomian
Kebudayaan Indonesia 3.
Kerajaan Majapahit. Verleden,
Yogyakarta: Kanisius.
hlm. 104-115. Print.
Soesilo, 2005. Kejawen: Philosofi &
Bobrick, Benson, 2019. Kejayaan Harun
Perilaku. Yusula: Yogyakarta.
Ar-Rasyid: Legenda Sang
Khalifah dan Kemajuan Peradaban Simuh, 2004. “Interaksi Islam dan Budaya
pada Zaman Keemasan Islam. Jawa”. Dalam Anasom (ed.),
Alvabet: Tangerang. Merumuskan Kembali Interelasi
Islam-Jawa, Semarang: Gama
Endraswara, Suwardi, 2005. Buku Pinter
Media.
Budaya Jawa: Mutiara Adiluhung
Budaya Jawa. Gelombang Pasang: Subroto, 1993. “Sektor Pertanian sebagai
Yogyakarta. penyangga kehidupan
Perekonomian Majapahit”, dalam
Koentjaraningrat, 1984. Kebudayaan
Sartono Kartodirdjo, dkk (ed), 700
Jawa. Jakarta: Balai Pustaka.
Tahun Majapahit (1293-1993):
Marwati dan Notosusanto, 1984. Sejarah suatu Bunga rampai, Surabaya,
Nasional Indonesia Jilid I. Dinas Pariwisata Daerah Jawa
Jakarta: Balai Pustaka. Timur.
Madjid, Nurcholis, 1998. Islam, Doktrin, ______, Pinardi, Slamet. 2005. “Sektor
dan Peradaban. Paramadina: Jakarta. Industri pada Masa Majapahit”,
Nurkancana, Wayan. 1998. Menguak dalam Sartono Kartodirdjo, dkk.
Tabir Perkembangan Hindu. (ed), 700 Tahun Majapahit (1293-
Denpasar: BP. 1993): suatau Bunga Rampai,
Surabaya, Dinas Pariwisata Daerah
Pandit, Bansi. 2005. Pemikiran Hindu: Jawa Timur.
Pokok-pokok Pikkiran Agama
Hindu dan Filsafatnya. Tristananda, Putu Wulandari. Maret
Surabaya: Paramita. 2019.Cultural Borrowing: Bahasa
sanskerta-Bahasa Bali. Maha Widya
Patera, 1997. “Dinamika Agama Hindu di Bhuwana, hlm. 45-56. Print.
Bali pada Abad XV-XVI”.
Dalam Wayan Ardika (ed.),
Dinamika Kebudayaan Bali,
Denpasar: Upada Sastra.
Phalgunadi, I Gusti Putu. 2011. Sekilas
Sejarah Evolusi Agama Hindu.
Denpasar: Program Magister
Ilmu Agama dan Kebudayaan
Universitas Hindu Indonesia.
Putra, dkk., 1987. Sejarah
Perkembangan Agama Hindu di
Bali. Denpasar: Pemerintah
Daerah Tingkat I Bali.
Sastra, Gede Sara. 2008. Bhujangga
Waisnawa dan Sang Trini: Bagian
dari Konsep Saiwa Siddhanta

113

Anda mungkin juga menyukai