Anda di halaman 1dari 3

TUGAS

EXECUTIVE SUMMARY
Blake Sports Apparel and Switch Activewear: Bringing the Executive Team Together

(Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Leadership and Organizational Behavior)

Disusun oleh:

Dewantika Furita Sari 21/490092/PEK/28099

Rifki Izzati 21/490139/PEK/28110

MAGISTER MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS GADJAH MADA

2022
A. Ringkasan Kasus

Baker Sports and Apparel adalah produsen pakaian jadi yang berkantor pusat di
Birmingham, Inggris. Perusahaan ini dimulai sebagai perusahaan kecil yang memproduksi
pakaian dan aksesoris olahraga menggunakan logo liga dan kemudian dijual ke pengecer.
Manajemen perusahaan memutuskan untuk memperluas operasinya dengan bermitra dengan
merek menengah bernama Cartlock. Margin perusahaan yang menurun menimbulkan beberapa
kekhawatiran, karena perusahaan itu menguntungkan di awal. Beberapa masalah yang dihadapi
perusahaan antara lain masalah kepemimpinan, komunikasi yang tidak memadai,
ketidakpercayaan, kurangnya transparansi, dan kurangnya keterlibatan karyawan dalam
pengambilan keputusan.

Pada awal studi kasus, Cameron Baker, pendiri dan CEO perusahaan, adalah orang
yang egois bahwa ia terputus dari rekan-rekannya. Ia menghabiskan hampir tidak ada waktu
berinteraksi sosial dengan rekan-rekannya karena dia mengidentifikasi diri sebagai orang yang
tertutup. Karakter Baker yang antisosial ini secara bertahap akan menurunkan kinerja dan hasil
kerja staf junior di perusahaan. Hal yang juga diperlihatkan yaitu masalah komunikasi yang
tidak baik. Permasalahan muncul di antara anggota tim eksekutif yang mempengaruhi
perusahaan, sehingga menggagalkan beberapa keputusan dan langkah yang harus diambil.

Selain itu adanya konflik di mana anggota tim tidak dapat memecahkan masalah
individu pada tahap tertentu yang akhirnya akan menghambat operasi dan merugikan
perusahaan dalam jangka panjang. Untuk mengatasi masalah ini, Barker harus bisa turun
tangan dan memberikan solusi jangka panjang. Selain itu, kurangnya kepercayaan eksekutif
yang terus menerus muncul terutama di departemen keuangan akan berdampak pada
departemen yang lain. Selain itu, terdapat permasalahan lain yaitu kurangnya respon di antara
anggota yang dilihat dari kurang tanggapnya anggota terhadap hal-hal yang mendesak

Sehingga Baker akhirnya harus tetap turun langsung menyelesaikan dengan berdiskusi
menyangkut dua anggota tim manajemen yang gagal menyelesaikan perselisihan mereka,
sehingga memerlukan intervensi dari CEO. Gambaran yang digambarkan dalam skenario ini
yaitu tim yang sangat tidak terorganisir dan manajemen yang gagal tanpa struktur yang sesuai
untuk manajemen konflik. Namun, masalah ini tampaknya menjadi puncak gunung es karena
masalah kronis lainnya terjadi secara terus menerus karena kurangnya kepemimpinan,
miskomunikasi, dan kurangnya keterlibatan dan interaksi.
B. Analisis

Permasalahan pertama dalam kasus ini adalah tentang kepercayaan antar tim, dapat dilihat dari
ketidakpercayaan dari departemen untuk memberikan informasi ke departemen lain karena
takut untuk dijatuhkan . kepercayaan adalah kemauan untuk menjadi terbuka kepada orang lain
tanpa memikirkan dampak dari niat dan perilaku. Selain itu tidak percaya antar karyawan
menyababkan pergantian karyawan yang tinggi.pada buku kinicki dijelaskan bahwa ada 3
bentuk dari kepercayaan, yang pertama adalah contractual trust yaitu percaya pada karakter
individu, hal ini tidak terihat dalam kasus karena tim esekutif tidak percaya satu sama lain.
Yang kedua yaitu communication trust yaitu per dalam komunikasi, hal ini tidak terlihat dalam
perusahaan tersebut karena informasi dibatasi antar departemen, sehingga komunikasi
terhambat dan juga CEO yang memiliki sikap anti sosial yang memperburuk keadaan.
Competence trust adalah kepercayaan pada kemampuan dari individu dalam kasus ini
kurangnya kepercayaan antar individu untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Permasalahan kedua adalah kepemimpinan yang buruk dimulai dari CEO yang bersikap
anti sosial yang menyebabkan jarang berkomunikasi dengan karyawan sehingga karyawan
merasa tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan hal tersebut yang membuat komunikasi
jadi renggang selain itu dalam level ekseskutif juga buruk dalam menjalin hubungan dengan
dibatasinya informasi hingga tidak saling membalas email. Hal tersebut juga merupakan tanda
dari kegagalan kepemimpinan CEO yang gagal membuat ekosistem yang berkolaborasi dengan
baik. Hal tersebut membuat karyawan hanya memementingkan pekerjaan masing-masing. Hal
terbut merupakan budaya yang tidak baik dalam perusahaan karena akan lemah dalam
mencapai tujuan dan informasi tidak terdistribusi dengan baik. Selain itu perselisihan antar
eksekutif membuat antar departemen yang dipimpinnya saling curiga.

Dari permasalahan kepercayaan, beberapa hal dapat dilakukan dengan komunikasi


yang baik antar personalia maupun antar departemen, hal ini dapat dilakukan CEO dengan
sering melakukan pertemuan bersama dan menghargai pendapat antar karyawan, selain itu
perlunya CEO untuk menjadi penyelesai masalah dan memberikan pendekatan individu
terhadap pimpinan departemen. Yang kedua adalah menumbuhkan sikap saling support anta
individu maupun departemen, yang ketiga adalah menghargai terutama CEO dan pimpinan
harus belajar untuk menghargai pendapat orang lain maupun departemen lain. Dan adil dalam
memberikan suatu feedback, selain itu hal tersebut harus dilakukan dengan konsisten sehingga
manjadi budaya dari perusahaan tersebut, yang terakhir yaitu meningkatkan kompetensi dari
setiap karyawan agar kepercayaan dalam mendelegasian tugas dapat terjalin dengan baik
karena kemampuan yang meningkat.

Anda mungkin juga menyukai