Disusun Oleh :
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang kami buat guna
untuk memenuhi Ujian Akhir Semester di mata perkuliaha perilaku organisasi.
Tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Dhita
Adriani Rangkuti, S.E., M.M. selaku dosen untuk mata kuliah perilaku organisasi
yang telah membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan masukan
dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah ini. Penulis juga
berharap agar makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana
perilaku disebuah organisasi dan juga mampu memenuhi Ujian Akhir Semester
kami.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apabila Konflik terjadi ketika menentukan skala prioritas dalam pekerjaan,
pembagian kerja yang tidak sesuai beban,serta perbedaan ekspetasi,
Bagaimana cara mengatasinya ?
2. Masalah work depedency dimana ada 2 jenis pekerjaan yang bergantung dari
hasil kerja yang lain akan menghasilkan konflik kerja dimana salah satu kita
akan memaksa pihak lain untuk menyelesaikan tugas nya. konflik terjadi karna
masalah koordinasi, dalam kasus ini koordinasi antar departemen. Bagaimana
cara mengatsinya ?
3. Deskripsikan menurut pendapat kalian peran penting seorang pemimpin
organisasi dalam mengambil sebuah keputusan !
4. Sebutkanlah keuntungan dan kerugian bagi pemimpin yang memiliki gaya
kepemimpinan otoriter dan demokrasi !
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek konflik yang
muncul ketika menentukan skala prioritas, membagi kerja yang tidak merata, dan
adanya perbedaan ekspetasi di lingkungan kerja. Kami akan menganalisis
penyebab umum konflik dalam konteks ini dan mengeksplorasi berbagai strategi
manajemen konflik yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Selain itu,
kita akan menyoroti pentingnya komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang
bijaksana, dan pengelolaan ekspektasi yang transparan dalam mengurangi potensi
konflik dan meningkatkan keseimbangan kerja tim.
1. Komunikasi Terbuka
Komunikasi terbuka adalah suatu pendekatan dalam berkomunikasi yang
bertujuan untuk menciptakan lingkungan dimana informasi dapat berfluktuasi
secara bebas di antara semua pihak yang terlibat. Dalam konteks pembagian tugas,
penentuan prioritas, dan pengelolaan harapan di lingkungan kerja, komunikasi
3
terbuka menjadi elemen kunci dalam memastikan pemahaman yang saling
mendalam dan menghindari potensi konflik. Contohnya diskusikan secara terbuka
dan jelas mengenai prioritas, pembagian kerja, dan harapan. Pastikan semua pihak
memahami peran masing-masing.
2. Pemetaan prioritas Bersama
Pemetaan prioritas bersama adalah suatu pendekatan kolaboratif yang
melibatkan semua anggota tim dalam proses identifikasi dan penentuan skala
prioritas serta urgensi tugas. Maksudnya adalah menciptakan keterlibatan kolektif
untuk mencapai pemahaman bersama mengenai pentingnya setiap tugas dan
urutan prioritas. Dan dapatkan masukan dari semua anggota tim untuk mencapai
pemahaman Bersama.
3. Pembagian Kerja yang Adil
Pembagian kerja yang adil adalah kunci utama dalam memastikan setiap
anggota tim merasa dihargai dan memiliki kontribusi yang setara dalam mencapai
tujuan bersama. Maksudnya adalah memastikan bahwa beban kerja
didistribusikan dengan adil, mempertimbangkan kemampuan, keahlian, dan
kapasitas kerja masing-masing anggota tim. Pastikan pembagian kerja sesuai
dengan kemampuan dan beban kerja setiap anggota tim. Hindari overloading satu
orang dan pastikan setiap anggota merasa adil.
4. Penetapan Harapan yang Jelas
Penetapan harapan yang jelas adalah langkah penting dalam menciptakan
lingkungan kerja yang produktif dan terhindar dari konflik yang disebabkan oleh
ketidakjelasan. Maksudnya adalah mendefinisikan secara rinci apa yang
diharapkan dari setiap anggota tim, memastikan bahwa setiap individu memiliki
pemahaman yang seragam tentang tujuan, tanggung jawab, dan standar yang
diinginkan.
5. Fleksibel dan Keterbukaan untuk Perubahan
Fleksibilitas dan keterbukaan untuk perubahan merupakan aspek kritis
dalam memastikan bahwa tim mampu menyesuaikan diri dengan dinamika yang
terus berubah dalam lingkungan kerja. Maksudnya adalah membangun
kemampuan tim untuk merespons dan mengatasi perubahan prioritas, tugas, atau
kondisi yang mungkin timbul. Terkadang, perubahan prioritas atau perubahan
4
dalam tugas mungkin diperlukan. Jadi, tim perlu memiliki keterbukaan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
6. Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif dalam menyelesaikan konflik menjadi kunci untuk
memastikan bahwa perbedaan pendapat atau ketidaksepakatan dapat diatasi
dengan cara yang memuaskan semua pihak yang terlibat. Maksudnya adalah
melibatkan semua anggota tim dalam mencari solusi yang dapat diterima bersama
dan menghindari potensi ketidakpuasan atau ketidaksetujuan yang dapat
berdampak negatif pada kerjasama tim
7. Evaluasi Rutin
Evaluasi rutin menjadi instrumen penting dalam memastikan keberlanjutan
keseimbangan skala prioritas, pembagian kerja, dan ekspetasi di dalam tim.
Maksudnya adalah memberikan kesempatan kepada tim untuk merefleksikan dan
menyesuaikan diri terhadap perkembangan proyek atau tugas, serta
mengidentifikasi perubahan yang mungkin diperlukan dalam manajemen tim.
Dengan adanya beberapa cara ini, diharapkan tim dapat bekerja lebih
efisien dan mengurangi potensi konflik dalam hal skala prioritas dan pembagian
kerja.
5
dari konflik ini adalah Ketika satu tugas harus selesai sebelum tugas lain dapat
dimulai, namun keterlambatan dalam menyelesaikan tugas pertama dapat
menghambat kemajuan tugas kedua. Solusi untuk menghindari konflik kerja ini
adalah koordinasi yang baik dengan departemen dan individu yang bekerja sama
dalam suatu proyek, serta komunikasi yang jelas dan terbuka untuk memastikan
pemahaman yang sama tentang prioritas dan jadwal kerja.Solusi bisa melibatkan
perbaikan komunikasi antar departemen, penetapan jadwal yang lebih baik atau
perkembangan strategi unuk mengelola depedensi pekerjaan. Penting untuk
memahami kebutuhan masing-masing departemen.
6
2.3 Peran penting seorang pemimpin organisasi dalam mengambil sebuah
keputusan
Pemimpin organisasi memiliki peran yang sangat penting dalam
mengambil keputusan untuk mencapai tujuan dan visi perusahaan. Keputusan
yang diambil oleh seorang pemimpin dapat memengaruhi kinerja, efisiensi, dan
keberlanjutan organisasi. Menurut pendapat kami seorang pemimpin dalam
organisasi memiliki peran penting dalam mengambil keputusan. Berikut adalah
beberapa peran penting seorang pemimpin dalam mengambil keputusan:
1. Pengambilan Keputusan
Seorang pemimpin hadir untuk menjadi pengambil keputusan.
Pengambilan keputusan menjadi bagian terpenting dalam kepemimpinan,
terutama ketika pemimpin sedang melaksanakan fungsi perencanaan untuk
keberlangsungan organisasi.
2. Sebagai pengarah dalam mencapai tujuan
Seorang pemimpin juga menjadi guide dalam mencapai tujuan organisasi.
Dengan adanya kesediaan dari mereka dalam menerima sebuah arahan,
maka tujuan yang ada bisa dicapai.
3. Distribusi kekuasaan
Kepemimpinan harus mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di
antara pemimpin dan anggota organisasi. Meskipun setiap anggota tetap
memiliki kuasa di dalam organisasi, tetapi kekuasaan dari pemimpin
organisasi cenderung lebih tinggi.
4. Menggunakan kekuasaan dengan bijak
Kepemimpinan harus menggunakan kemampuan mereka dalam
menggunakan kekuasaan dengan bijak. Para pemimpin haruslah memiliki
kewajiban khusus dalam memilah etika ketika akan mengambil keputusan.
5. Meningkatkan kinerja organisasi
Seorang pemimpin harus mampu meningkatkan kinerja organisasi dengan
mengambil keputusan yang tepat dan efektif. Keputusan yang tepat dan
efektif dapat membantu organisasi mencapai tujuan dan visi yang telah
ditetapkan.
7
Secara keseluruhan, peran penting seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan adalah sebagai pengambil keputusan, guide dalam mencapai tujuan,
distribusi kekuasaan, menggunakan kekuasaan dengan bijak, dan meningkatkan
kinerja organisasi.
Kekurangan:
1. Kegagalan komunikasi
Pemimpin otoriter mungkin tidak memperhatikan perasaan dan kendala anggota
tim yang mungkin berbeda-beda
8
2. Masalah keamananan
Keputusan yang dibuat oleh pemimpin otoriter dapat mengarah pada kebijakan
transparan dan pendekatan kolaboratif.
3. Tidak mengatasi masalah berkelanjutan
Pemimpin otoriter mungkin tidak mengatasi masalah sebenarnya jika tidak
dipertimbangkan input dari anggota tim5.
Kekurangan:
1. Mengambil waktu dalam pengambilan keputusan
Gaya kepemimpinan demokrasi mungkin mengambil lebih lama waktu dalam
pengambilan keputusan karena melibatkan diskusi dan percakapan dengan
anggota tim.
2. Kemungkinan kekelirisan
Gaya kepemimpinan demokrasi mungkin menyebabkan perbedaan yang tidak
seimbang atau kekelirisan antara anggota tim jika ada perbedaan dalam persepsi
dan prioritas.
Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan otoriter dan demokrasi memiliki
keuntungan dan kerugian yang berbeda. Gaya kepemimpinan otoriter cepat dan
efektif dalam membuat keputusan dan mengatasi masalah tekanan, tetapi mungkin
menimbulkan kegagalan komunikasi dan kebuntuan demokratis. Gaya
kepemimpinan demokrasi melibatkan anggota tim dalam pengambilan keputusan
dan meningkatkan kesejahteraan karyawan, tetapi mungkin mengambil lebih lama
9
waktu dan menyebabkan kekelirisan antara anggota tim. Seorang pemimpin harus
memahami kelebihan dan kekurangan gaya kepemimpinan ini dan menyesuaikan
kebijakan mereka sesuai dengan situasi dan perluannya anggota tim.
10
BAB III
PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Dalam konteks lingkungan kerja yang dinamis, manajemen tugas dan
prioritas merupakan aspek kritis dalam memastikan produktivitas dan
keberlanjutan operasional suatu organisasi. Namun, seringkali, ketika tiba pada
penentuan skala prioritas, pembagian kerja, dan ekspetasi, konflik dapat muncul di
antara anggota tim. Konflik ini bisa berakar pada perbedaan persepsi, pengalaman,
atau harapan individu terkait peran dan tanggung jawab mereka di dalam
organisasi.
11
adalah koordinasi yang baik dengan departemen dan individu yang bekerja sama
dalam suatu proyek, serta komunikasi yang jelas dan terbuka untuk memastikan
pemahaman yang sama tentang prioritas dan jadwal kerja.
3.2 Saran
dengan adanya makalah yang telah dibuat bermaksud untuk menyongsong
mahasiswa atau individu untuk selalu berperilaku organisasi agar dapat
menginplementasikan tujuan secara bersama sama dan juga tepat dan efisiensi.
12
13
DAFTAR PUSTAKA
https://bitlabs.id/blog/manajemen-konflik/
https://www.impactfirst.co/id/c/konflik-di-tempat-kerja
https://www.researchgate.net/publication/
359730511_PERAN_PENTING_SEORANG_PEMIMPIN_ORGANISASI_DAL
AM_MENGAMBIL_KEPUTUSAN_THE_IMPORTANT_ROLE_OF_AN_ORG
ANIZATIONAL_LEADER_IN_MAKING_DECISIONS
https://myrobin.id/untuk-pekerja/kepemimpinan-demokratis/
iii