Anda di halaman 1dari 18

PERILAKU ORGANISASI

Dosen Pengampu : Dhita Adriani Rangkuti, S.E., M.M.

Disusun Oleh :

1. Afriliana Tanjung (223304020479)


2. Alisahelga Ivana Meliala (223304020746)
3. Amanda Salsabila Putri (223304020726)
4. Al Muamal (233388020062)
5. Chatrin Amelia Gurusinga (223304020865)
6. Ikhsan Surya Pratama (233388020063)
7. Novita Br Simanjuntak (223304020801)
8. Silvia Yolanda Oktavia (223304020937)
9. Vivian Shinta Sihaloho (223304020760)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA
2023-2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah yang kami buat guna
untuk memenuhi Ujian Akhir Semester di mata perkuliaha perilaku organisasi.

Tidak lupa penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Dhita
Adriani Rangkuti, S.E., M.M. selaku dosen untuk mata kuliah perilaku organisasi
yang telah membantu penulis dalam mengerjakan makalah ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan masukan
dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
saran dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan makalah ini. Penulis juga
berharap agar makalah ini dapat memberikan pengetahuan tentang bagaimana
perilaku disebuah organisasi dan juga mampu memenuhi Ujian Akhir Semester
kami.

Medan, Januari 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Konflik Dalam Pekerjaan

2.2. Masalah Work Dependency

2.3 Peran penting seorang pemimpin organisasi dalam mengambil sebuah


keputusan

2.4 keuntungan dan kerugian bagi pemimpin yang memiliki gaya


kepemimpinan otoriter dan demokrasi

BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era globalisasi ini, dunia bisnis mengalami perubahan yang cepat
dan kompleks. Perusahaan-perusahaan dihadapkan pada tantangan untuk terus
berkembang dan bersaing dalam lingkungan yang dinamis. Salah satu faktor yang
sangat mempengaruhi kesuksesan suatu organisasi adalah perilaku individu di
dalamnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang perilaku organisasi menjadi kunci
dalam mencapai tujuan bisnis dan meningkatkan produktivitas.

Perilaku organisasi mencakup studi mengenai bagaimana individu


berperilaku di dalam suatu kelompok atau organisasi, serta dampaknya terhadap
kinerja perusahaan. Seiring dengan perubahan paradigma manajemen yang
semakin menekankan aspek manusia, pemahaman tentang faktor-faktor yang
memengaruhi perilaku individu dan kelompok menjadi semakin penting.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi perilaku organisasi, antara lain


kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi, konflik, komunikasi, dan struktur
organisasi. Dengan memahami dan mengelola faktor-faktor ini, perusahaan dapat
menciptakan lingkungan kerja yang sehat, meningkatkan kinerja karyawan, dan
pada gilirannya, meningkatkan produktivitas organisasi secara keseluruhan.

Namun, masih banyak perusahaan yang menghadapi tantangan dalam


mengelola perilaku organisasi dengan efektif. Karyawan yang tidak termotivasi,
kurangnya komunikasi yang efektif, dan konflik di tempat kerja dapat menjadi
hambatan dalam mencapai tujuan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian dan
pemahaman lebih lanjut mengenai perilaku organisasi menjadi krusial untuk
mengidentifikasi solusi dan strategi yang dapat meningkatkan kinerja organisasi.

Dalam makalah ini, akan dibahas secara mendalam mengenai konfilik


yang terjadi disuatu organisasi yang mempengaruhi perilaku-perilaku sekitar
organisasi, dan bagaimana cara mengatasi agar konflik tersebut teratasi dengan
baik yang akan membuat suatu organisasi tersebut menjadi lebih baik lagi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apabila Konflik terjadi ketika menentukan skala prioritas dalam pekerjaan,
pembagian kerja yang tidak sesuai beban,serta perbedaan ekspetasi,
Bagaimana cara mengatasinya ?
2. Masalah work depedency dimana ada 2 jenis pekerjaan yang bergantung dari
hasil kerja yang lain akan menghasilkan konflik kerja dimana salah satu kita
akan memaksa pihak lain untuk menyelesaikan tugas nya. konflik terjadi karna
masalah koordinasi, dalam kasus ini koordinasi antar departemen. Bagaimana
cara mengatsinya ?
3. Deskripsikan menurut pendapat kalian peran penting seorang pemimpin
organisasi dalam mengambil sebuah keputusan !
4. Sebutkanlah keuntungan dan kerugian bagi pemimpin yang memiliki gaya
kepemimpinan otoriter dan demokrasi !

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui bagaimana cara yang harus diambil apabila Konflik terjadi
ketika menentukan skala prioritas dalam pekerjaan, pembagian kerja yang
tidak sesuai beban,serta perbedaan ekspetasi, Bagaimana cara mengatasinya ?
2. Untuk mencari tahu apa saja cara yang bisa diambil untuk menyelesaikan
masalah work depedency dimana ada 2 jenis pekerjaan yang bergantung dari
hasil kerja yang lain akan menghasilkan konflik kerja dimana salah satu kita
akan memaksa pihak lain untuk menyelesaikan tugas nya. konflik terjadi karna
masalah koordinasi, dalam kasus ini koordinasi antar departemen. Bagaimana
cara mengatsinya ?
3. Menjelaskan deskripsikan menurut pendapat kami tentang peran penting
seorang pemimpin organisasi dalam mengambil sebuah keputusan !
4. Mejelakan apa saja keuntungan dan kerugian bagi pemimpin yang memiliki
gaya kepemimpinan otoriter dan demokrasi !

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Konflik Dalam Pekerjaan


Dalam konteks lingkungan kerja yang dinamis, manajemen tugas dan
prioritas merupakan aspek kritis dalam memastikan produktivitas dan
keberlanjutan operasional suatu organisasi. Namun, seringkali, ketika tiba pada
penentuan skala prioritas, pembagian kerja, dan ekspetasi, konflik dapat muncul di
antara anggota tim. Konflik ini bisa berakar pada perbedaan persepsi, pengalaman,
atau harapan individu terkait peran dan tanggung jawab mereka di dalam
organisasi.

Pentingnya mengelola konflik dalam konteks pembagian tugas dan


prioritas kerja semakin terasa, terutama karena dampaknya dapat merugikan
produktivitas, meningkatkan tingkat stres, dan menghambat kerja sama tim.
Konflik dapat muncul ketika ada ketidakjelasan dalam pembagian tugas, beban
kerja yang tidak seimbang, atau perbedaan ekspektasi yang tidak terjawab.

Dalam makalah ini, kita akan mengeksplorasi berbagai aspek konflik yang
muncul ketika menentukan skala prioritas, membagi kerja yang tidak merata, dan
adanya perbedaan ekspetasi di lingkungan kerja. Kami akan menganalisis
penyebab umum konflik dalam konteks ini dan mengeksplorasi berbagai strategi
manajemen konflik yang dapat diterapkan untuk mengatasi masalah ini. Selain itu,
kita akan menyoroti pentingnya komunikasi yang efektif, kepemimpinan yang
bijaksana, dan pengelolaan ekspektasi yang transparan dalam mengurangi potensi
konflik dan meningkatkan keseimbangan kerja tim.

Untuk menyelesaikan konflik terkait skala prioritas, pembagian kerja, dan


perbedaan ekspetasi, ada beberapa cara yaitu:

1. Komunikasi Terbuka
Komunikasi terbuka adalah suatu pendekatan dalam berkomunikasi yang
bertujuan untuk menciptakan lingkungan dimana informasi dapat berfluktuasi
secara bebas di antara semua pihak yang terlibat. Dalam konteks pembagian tugas,
penentuan prioritas, dan pengelolaan harapan di lingkungan kerja, komunikasi

3
terbuka menjadi elemen kunci dalam memastikan pemahaman yang saling
mendalam dan menghindari potensi konflik. Contohnya diskusikan secara terbuka
dan jelas mengenai prioritas, pembagian kerja, dan harapan. Pastikan semua pihak
memahami peran masing-masing.
2. Pemetaan prioritas Bersama
Pemetaan prioritas bersama adalah suatu pendekatan kolaboratif yang
melibatkan semua anggota tim dalam proses identifikasi dan penentuan skala
prioritas serta urgensi tugas. Maksudnya adalah menciptakan keterlibatan kolektif
untuk mencapai pemahaman bersama mengenai pentingnya setiap tugas dan
urutan prioritas. Dan dapatkan masukan dari semua anggota tim untuk mencapai
pemahaman Bersama.
3. Pembagian Kerja yang Adil
Pembagian kerja yang adil adalah kunci utama dalam memastikan setiap
anggota tim merasa dihargai dan memiliki kontribusi yang setara dalam mencapai
tujuan bersama. Maksudnya adalah memastikan bahwa beban kerja
didistribusikan dengan adil, mempertimbangkan kemampuan, keahlian, dan
kapasitas kerja masing-masing anggota tim. Pastikan pembagian kerja sesuai
dengan kemampuan dan beban kerja setiap anggota tim. Hindari overloading satu
orang dan pastikan setiap anggota merasa adil.
4. Penetapan Harapan yang Jelas
Penetapan harapan yang jelas adalah langkah penting dalam menciptakan
lingkungan kerja yang produktif dan terhindar dari konflik yang disebabkan oleh
ketidakjelasan. Maksudnya adalah mendefinisikan secara rinci apa yang
diharapkan dari setiap anggota tim, memastikan bahwa setiap individu memiliki
pemahaman yang seragam tentang tujuan, tanggung jawab, dan standar yang
diinginkan.
5. Fleksibel dan Keterbukaan untuk Perubahan
Fleksibilitas dan keterbukaan untuk perubahan merupakan aspek kritis
dalam memastikan bahwa tim mampu menyesuaikan diri dengan dinamika yang
terus berubah dalam lingkungan kerja. Maksudnya adalah membangun
kemampuan tim untuk merespons dan mengatasi perubahan prioritas, tugas, atau
kondisi yang mungkin timbul. Terkadang, perubahan prioritas atau perubahan

4
dalam tugas mungkin diperlukan. Jadi, tim perlu memiliki keterbukaan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut.
6. Kolaboratif
Pendekatan kolaboratif dalam menyelesaikan konflik menjadi kunci untuk
memastikan bahwa perbedaan pendapat atau ketidaksepakatan dapat diatasi
dengan cara yang memuaskan semua pihak yang terlibat. Maksudnya adalah
melibatkan semua anggota tim dalam mencari solusi yang dapat diterima bersama
dan menghindari potensi ketidakpuasan atau ketidaksetujuan yang dapat
berdampak negatif pada kerjasama tim
7. Evaluasi Rutin
Evaluasi rutin menjadi instrumen penting dalam memastikan keberlanjutan
keseimbangan skala prioritas, pembagian kerja, dan ekspetasi di dalam tim.
Maksudnya adalah memberikan kesempatan kepada tim untuk merefleksikan dan
menyesuaikan diri terhadap perkembangan proyek atau tugas, serta
mengidentifikasi perubahan yang mungkin diperlukan dalam manajemen tim.
Dengan adanya beberapa cara ini, diharapkan tim dapat bekerja lebih
efisien dan mengurangi potensi konflik dalam hal skala prioritas dan pembagian
kerja.

2.2. Masalah Work Dependency


Masalah work dependency seperti yang digambarkan pada rumusan
masalah dapat menciptakan konflik dalam koordinasi antar departemen.
Contohnya, jika satu departemen harus menyelesaikan tugas sebelum departemen
lain dapat melanjutkan, hal ini dapat memaksa pihak pertama untuk mempercepat
pekerjaannya, sementara yang kedua mungkin merasa tertekan dengan waktu
yang terbatas. Solusinya bisa melibatkan perbaikan komunikasi antar departemen,
penetapan jadwal yang lebih baik, atau pengembangan strategi untuk mengelola
dependency pekerjaan. Penting untuk memahami kebutuhan masing-masing
departemen dan mencari cara untuk mengoptimalkan alur kerja agar komflik
dapat diminimalkan.

Masalah work dependency terjadi ketika 2 jenis pekerjaan saling


bergantung satu sama lain untuk meyelesaikan tugas mereka. Akar dari konflik ini
adalah masalah koordinasi, baik antar departemen maupun antar individu. Contoh

5
dari konflik ini adalah Ketika satu tugas harus selesai sebelum tugas lain dapat
dimulai, namun keterlambatan dalam menyelesaikan tugas pertama dapat
menghambat kemajuan tugas kedua. Solusi untuk menghindari konflik kerja ini
adalah koordinasi yang baik dengan departemen dan individu yang bekerja sama
dalam suatu proyek, serta komunikasi yang jelas dan terbuka untuk memastikan
pemahaman yang sama tentang prioritas dan jadwal kerja.Solusi bisa melibatkan
perbaikan komunikasi antar departemen, penetapan jadwal yang lebih baik atau
perkembangan strategi unuk mengelola depedensi pekerjaan. Penting untuk
memahami kebutuhan masing-masing departemen.

Cara mengatasi konflik work dependency dapat diselesaikan sebagai berikut:

1. Penentuan Tanggung Jawab Jelas


Tentukan dengan jelas tanggung jawab masing-masing departemen.
Pastikan semua pihak memahami peran dan kontribusi mereka dalam
menyelesaikan work dependency.
2. Pengembangan Sistem Pengingat
Buat sistem pengingat atau pemantauan untuk memastikan bahwa setiap
departemen menjalankan tanggung jawabnya sesuai dengan waktu yang telah
ditetapkan.
3. Evaluasi dan Penyesuaian Berkelanjutan
Lakukan evaluasi berkala terhadap proses kerja dan koordinasi. Lakukan
penyesuaian jika diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi work
dependency yang bersifat konflik.
4. Koordinasi yang baik
Koordinasi yang baik antara departemen atau divisi dapat membantu
mengatasi konflik kerja yang disebabkan oleh work dependency. Koordinasi ini
mencakup perencanaan, alokasi sumber daya, dan pengendalian proyek untuk
memastikan semua pihak yang terlibat dalam proses kerja.
5. Pengembangan sikap dan kerja
Pengembangan sikap dan kerja yang memprioritaskan kerjasama,
penghargaan, dan komunikasi yang transparan dapat membantu mengatasi konflik
kerja yang disebabkan oleh work dependency.

6
2.3 Peran penting seorang pemimpin organisasi dalam mengambil sebuah
keputusan
Pemimpin organisasi memiliki peran yang sangat penting dalam
mengambil keputusan untuk mencapai tujuan dan visi perusahaan. Keputusan
yang diambil oleh seorang pemimpin dapat memengaruhi kinerja, efisiensi, dan
keberlanjutan organisasi. Menurut pendapat kami seorang pemimpin dalam
organisasi memiliki peran penting dalam mengambil keputusan. Berikut adalah
beberapa peran penting seorang pemimpin dalam mengambil keputusan:

1. Pengambilan Keputusan
Seorang pemimpin hadir untuk menjadi pengambil keputusan.
Pengambilan keputusan menjadi bagian terpenting dalam kepemimpinan,
terutama ketika pemimpin sedang melaksanakan fungsi perencanaan untuk
keberlangsungan organisasi.
2. Sebagai pengarah dalam mencapai tujuan
Seorang pemimpin juga menjadi guide dalam mencapai tujuan organisasi.
Dengan adanya kesediaan dari mereka dalam menerima sebuah arahan,
maka tujuan yang ada bisa dicapai.
3. Distribusi kekuasaan
Kepemimpinan harus mencakup distribusi kekuasaan yang tidak sama di
antara pemimpin dan anggota organisasi. Meskipun setiap anggota tetap
memiliki kuasa di dalam organisasi, tetapi kekuasaan dari pemimpin
organisasi cenderung lebih tinggi.
4. Menggunakan kekuasaan dengan bijak
Kepemimpinan harus menggunakan kemampuan mereka dalam
menggunakan kekuasaan dengan bijak. Para pemimpin haruslah memiliki
kewajiban khusus dalam memilah etika ketika akan mengambil keputusan.
5. Meningkatkan kinerja organisasi
Seorang pemimpin harus mampu meningkatkan kinerja organisasi dengan
mengambil keputusan yang tepat dan efektif. Keputusan yang tepat dan
efektif dapat membantu organisasi mencapai tujuan dan visi yang telah
ditetapkan.

7
Secara keseluruhan, peran penting seorang pemimpin dalam mengambil
keputusan adalah sebagai pengambil keputusan, guide dalam mencapai tujuan,
distribusi kekuasaan, menggunakan kekuasaan dengan bijak, dan meningkatkan
kinerja organisasi.

2.4 keuntungan dan kerugian bagi pemimpin yang memiliki gaya


kepemimpinan otoriter dan demokrasi
Gaya kepemimpinan memiliki dampak yang signifikan terhadap budaya
organisasi, produktivitas, dan kepuasan anggota tim. Dua gaya kepemimpinan
yang umumnya dikenal adalah kepemimpinan otoriter dan demokratis. Dalam
makalah ini, akan dibahas keuntungan dan kerugian bagi seorang pemimpin yang
menerapkan masing-masing gaya kepemimpinan tersebut.

Menurut pendapat kami seorang pemimpin yang memiliki gaya


kepemimpinan otoriter dan demokrasi memiliki beberapa keuntungan dan
kerugian bagi mereka sendiri. Berikut adalah beberapa keuntungan dan kerugian
yang terkait dengan gaya kepemimpinan otoriter dan demokrasi :

1. Gaya kepemimpinan otoriter


Kelebihan
1. Menghemat waktu dalam membuat keputusan
Pemimpin otoriter cepat membuat keputusan tanpa berkonsultasi dengan orang
lain.
2. Efektif dalam situasi penuh tekanan
Pemimpin otoriter efektif dalam mengatasi masalah yang memerlukan keputusan
cepat dan tepat.-
3. Mengurangi kebuntuan demokratis
Pemimpin otoriter membuat keputusan sendiri tanpa bergantung pada konsensus
dari anggota tim.

Kekurangan:
1. Kegagalan komunikasi
Pemimpin otoriter mungkin tidak memperhatikan perasaan dan kendala anggota
tim yang mungkin berbeda-beda

8
2. Masalah keamananan
Keputusan yang dibuat oleh pemimpin otoriter dapat mengarah pada kebijakan
transparan dan pendekatan kolaboratif.
3. Tidak mengatasi masalah berkelanjutan
Pemimpin otoriter mungkin tidak mengatasi masalah sebenarnya jika tidak
dipertimbangkan input dari anggota tim5.

2. Gaya kepemimpinan demokrasi


Kelebihan:
1. Mengatasi kebuntuan demokratis
Gaya kepemimpinan demokrasi melibatkan anggota tim dalam proses
pengambilan keputusan, sehingga mereka merasa dilibatkan dan dimengerti.
2. Meningkatkan kesejahteraan dan motivasi karyawan
Gaya kepemimpinan demokrasi menyediakan lingkungan kerja yang lebih open
dan transparan, yang dapat meningkatkan kesejahteraan dan motivasi karyawan.

Kekurangan:
1. Mengambil waktu dalam pengambilan keputusan
Gaya kepemimpinan demokrasi mungkin mengambil lebih lama waktu dalam
pengambilan keputusan karena melibatkan diskusi dan percakapan dengan
anggota tim.
2. Kemungkinan kekelirisan
Gaya kepemimpinan demokrasi mungkin menyebabkan perbedaan yang tidak
seimbang atau kekelirisan antara anggota tim jika ada perbedaan dalam persepsi
dan prioritas.
Secara keseluruhan, gaya kepemimpinan otoriter dan demokrasi memiliki
keuntungan dan kerugian yang berbeda. Gaya kepemimpinan otoriter cepat dan
efektif dalam membuat keputusan dan mengatasi masalah tekanan, tetapi mungkin
menimbulkan kegagalan komunikasi dan kebuntuan demokratis. Gaya
kepemimpinan demokrasi melibatkan anggota tim dalam pengambilan keputusan
dan meningkatkan kesejahteraan karyawan, tetapi mungkin mengambil lebih lama

9
waktu dan menyebabkan kekelirisan antara anggota tim. Seorang pemimpin harus
memahami kelebihan dan kekurangan gaya kepemimpinan ini dan menyesuaikan
kebijakan mereka sesuai dengan situasi dan perluannya anggota tim.

10
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Dalam konteks lingkungan kerja yang dinamis, manajemen tugas dan
prioritas merupakan aspek kritis dalam memastikan produktivitas dan
keberlanjutan operasional suatu organisasi. Namun, seringkali, ketika tiba pada
penentuan skala prioritas, pembagian kerja, dan ekspetasi, konflik dapat muncul di
antara anggota tim. Konflik ini bisa berakar pada perbedaan persepsi, pengalaman,
atau harapan individu terkait peran dan tanggung jawab mereka di dalam
organisasi.

Pentingnya mengelola konflik dalam konteks pembagian tugas dan


prioritas kerja semakin terasa, terutama karena dampaknya dapat merugikan
produktivitas, meningkatkan tingkat stres, dan menghambat kerja sama tim.
Konflik dapat muncul ketika ada ketidakjelasan dalam pembagian tugas, beban
kerja yang tidak seimbang, atau perbedaan ekspektasi yang tidak terjawab.

Masalah work dependency seperti yang digambarkan pada rumusan


masalah dapat menciptakan konflik dalam koordinasi antar departemen.
Contohnya, jika satu departemen harus menyelesaikan tugas sebelum departemen
lain dapat melanjutkan, hal ini dapat memaksa pihak pertama untuk mempercepat
pekerjaannya, sementara yang kedua mungkin merasa tertekan dengan waktu
yang terbatas. Solusinya bisa melibatkan perbaikan komunikasi antar departemen,
penetapan jadwal yang lebih baik, atau pengembangan strategi untuk mengelola
dependency pekerjaan. Penting untuk memahami kebutuhan masing-masing
departemen dan mencari cara untuk mengoptimalkan alur kerja agar komflik
dapat diminimalkan.

Masalah work dependency terjadi ketika 2 jenis pekerjaan saling


bergantung satu sama lain untuk meyelesaikan tugas mereka. Akar dari konflik ini
adalah masalah koordinasi, baik antar departemen maupun antar individu. Contoh
dari konflik ini adalah Ketika satu tugas harus selesai sebelum tugas lain dapat
dimulai, namun keterlambatan dalam menyelesaikan tugas pertama dapat
menghambat kemajuan tugas kedua. Solusi untuk menghindari konflik kerja ini

11
adalah koordinasi yang baik dengan departemen dan individu yang bekerja sama
dalam suatu proyek, serta komunikasi yang jelas dan terbuka untuk memastikan
pemahaman yang sama tentang prioritas dan jadwal kerja.

Pemimpin organisasi memiliki peran yang sangat penting dalam


mengambil keputusan untuk mencapai tujuan dan visi perusahaan. Keputusan
yang diambil oleh seorang pemimpin dapat memengaruhi kinerja, efisiensi, dan
keberlanjutan organisasi. Menurut pendapat kami seorang.

3.2 Saran
dengan adanya makalah yang telah dibuat bermaksud untuk menyongsong
mahasiswa atau individu untuk selalu berperilaku organisasi agar dapat
menginplementasikan tujuan secara bersama sama dan juga tepat dan efisiensi.

12
13
DAFTAR PUSTAKA

https://bitlabs.id/blog/manajemen-konflik/
https://www.impactfirst.co/id/c/konflik-di-tempat-kerja
https://www.researchgate.net/publication/
359730511_PERAN_PENTING_SEORANG_PEMIMPIN_ORGANISASI_DAL
AM_MENGAMBIL_KEPUTUSAN_THE_IMPORTANT_ROLE_OF_AN_ORG
ANIZATIONAL_LEADER_IN_MAKING_DECISIONS
https://myrobin.id/untuk-pekerja/kepemimpinan-demokratis/

iii

Anda mungkin juga menyukai