Sementara itu Zajac, Kraatz & Bresser (2000) menyimpulkan bahwa situasi yang bisa
menimbulkan excessive change adalah (1) manajer melakukan perubahan organisasi ketika
lingkungan atau organisasi itu sendiri sesungguhnya tidak membutuhkan perubahan, (2) manajer
melakukan perubahan bukan untuk mencapai tujuan yang diharapkan tetapi hanya untuk
kepentingan perubahan itu sendiri dan (3) perubahan dilakukan terhadap satu elemen organisasi
tetapi tidak dibarengi perubahan terhadap elemen lainnya secara proporsional.
Selain perubahan berlebihan, persoalan lain yang menyebabkan perubahan organisasi
mengalami kegagalan adalah: ketidaktahuan para manajer tentang prinsip-prinsip perubahan
organisasi; manajer cenderung mencari solusi cepat dalam perubahan organisasi; pentingnya
aspek kepemimpinan dan budaya cenderung diabaikan; dan manajer abai terhadap aspek
manusia dalam mengelola perubahan.
Menurut dia, salah satu langkah awal pemimpin adalah membentuk koalisi yang cukup
kuat di antara orang-orang yang mempunyai wewenang dan kemampuan untuk mendorong
perubahan. Upaya perubahan yang dilakukan tanpa dukungan koalisi yang cukup mungkin akan
mengalami kemajuan untuk sementara waktu. Namun cepat atau lambat, akan muncul
perlawanan-perlawanan yang dapat merusak inisiatif perubahan yang sudah dilakukan. Jelas
Fine-tuning. Tipe perubahan ini bersifat incremental dalam rangka mengantisipasi yang terjadi
pada lingkungan eksternal. Perubahan nya tidak menyeluruh melainkan hanya dilakukan pada
bagian bagian tertentu yang disesuaikan dan dimodifikasi pada masa yang akan datang,
organisasi bisa menyesuaikan dengan perkembangan lingkungan eksternal.
Adaptif. Perubahan adaptif merupakan perubahan yang bersifat Incremental tetapi perubahan
tersebut merupakan reaksi dari perubahan-perubahan yang dilakukan oleh para pesaing. Dalam
bahasa strategi, perubahan seperti ini biasa disebut sebagai "me-to-strategy."
Reorientasi. Organisasi disebut reorientasi jika perubahan tersebut bersifat antisipatif tetapi
diskontinyu, transformasional, dan bersekala besar. Perubahan semacam ini melibatkan apa yang
disebut "frane bending" yaitu melakukan modifikasi besar besaran tetapi perubahan tersebut
masih didasarkan pada kekuatan dan sejarah organisasi masa lalu.
Re-kreasi. Perubahan rekreasi merupakan second order change dan bersifat reaktif. Pada intinya
perubahan rekreasi merupakan perubahan besar besaran yang bersifat di "frame breaking" yaitu
organisasi berusaha memutus hubungan dengan praktik dan arah organisasi masa lalu, seolah-
olah berangkat dari. Untuk menyongsong masa depan.
Kesimpulannya, tidak ada satupun model perubahan yang paling benar, yang ada adalah
setiap model memiliki kelebihan dan kelemahan tersendiri karena model hanyalah sebuah
penyederhanaan dari kompleksitas organisasi. Dengan demikian aplikasinya dalam praktik harus
dilakukan secara hati-hati dengn mempertimbangkan kecocokan model tersebut dengan situasi
yang dihadapi organisasi dan aspek-aspek organisasi yang perlu diulang.
TERIMA KASIH