Anda di halaman 1dari 9

Nama : Alys Prasnadita Anastasya

NIM : 190810201090

UAS METODOLOGI PENELITIAN

1. Tunjukkan secara singkat apa saja yang harus diuraikan dalam latar belakang penelitian,
lengkapi dengan contoh (sesuai proposal individu saudara)

2. Jelaskan secara singkat terkait dengan populasi dan sampel. Lengkapi dengan contoh pada
masing-masing teknik pengambilan sampel.

3. Kumpulkan proposal individu saudara

Jawab

1. Latar Belakang Masalah

Bagian latar belakang masalah merupakan pembenaran (justifikasi) terhadap pemilihan masalah
penelitian. Dalam latar belakang masalah, peneliti harus mampu memaparkan mengapa
penelitian tersebut penting untuk dilakukan. Pada saat menjelaskan mengapa penelitian
penting untuk dilakukan, calon peneliti harus menjelaskan fenomena/masalah yang ada di
lapangan sehingga menyebabkan perlunya untuk dilakukan penelitian. Penyusunan latar
belakang proposal skripsi harus dapat mengemukakan dengan jelas argumentasi tentang
pentingnya melakukan penelitian tersebut. Selain itu, latar belakang masalah penelitian juga
harus dapat menjelaskan tentang hal-hal berikut:

1) proses identifikasi masalah;

2) kejelasan masalah yang akan diteliti;

3) derajat pentingnya masalah;

4) bagaimana keberadaan masalah hingga saat ini;

5) apakah masalah tersebut sudah terpecahkan atau belum; dan

6) bagaimana solusinya.
Pada umumnya, terdapat empat unsur pokok yang tersirat dalam perumusan latar belakang
dalam rangka pengembangan gagasan atau masalah.

1) Unsur Pentingnya Masalah.

Secara umum pentingnya sebuah masalah ini ditulis pada awal gagasan atau

pemikiran pertama yang dapat mengemukakan arti pentingnya sebuah masalah

dan seberapa besar masalah itu penting untuk diteliti.

2) Unsur Skala Masalah

Unsur ini ditulis setelah mengemukakan gagasan adanya masalah dan itu penting

untuk diteliti. Selanjutnya diberikan penegasan atau penguraian tentang derajat

pentingnya masalah itu untuk diteliti atau bila tidak diteliti bagaimana

dampaknya.

3) Unsur Kronologis Masalah.

Merupakan unsur yang menjelaskan proses terjadinya masalah atau relevansi

penelitian yang terdahulu atau telah ada yang harus ditunjang dengan data

empiris dari permasalahan penelitian yang akan diteliti.

4) Unsur Solusi Masalah.

Unsur ni digunakan sebagai alternatif dalam memberikan solusi atas masalah

yang timbul serta alternatif lain yang akan dilakukan dalam penelitian.

Pada bagian akhir latar belakang masalah, peneliti harus mengungkap kaitan

antara isu penelitian dan teori yang ada dengan bukti-bukti empiris yang ada untuk

mendapatkan ide tentang peluang penelitian yang muncul. Jika penelitian yang akan
dilakukan berbentuk studi kasus, peneliti harus menampilkan informasi tambahan dengan
menyajikan sejumlah data yang mendukung isu yang akan diangkat. Data yang disajikan dapat
berasal dari objek penelitian atau sumber-sumber lain yang dapat dipertanggung jawabkan

Contoh :

Kesehatan kulit dan wajah merupakan hal yang paling sering diperhatikan oleh
kalangan wanita, karena kulit dan wajah merupakan bagian yang sangat terlihat dalam
segi penampilan yang harus dirawat dan dijaga.Penampilan sangat mendukung tingkat
kepercayaan diri wanita, dari hal tersebut skin care dan body care menjadi salah satu hal
yang paling sering dicari oleh para kaum wanita.
Skin care dan body care termasuk golongan produk kecantikan. Berdasarkan data
We are Social& Hootsuite (2019) terdapat 8 kategori barang dan jasa yang
pertumbuhannya paling tinggi di bidang e-commerce. Ditingkat global produk kecantikan
dan pakaian menempati posisi pertama (17%) diantara 7 kategori lainnya. Jenis produk
kecantikan di Indonesia menempati posisi kelima tertinggi tingkat pertumbuhannya,
dimulai dari posisi pertama yaitu kategori makanan dan personal care (30%), posisi
kedua kategori mainan dan hobi (25%), posisi ketiga elektronik dan media (24%), posisi
ke empat mebel dan peralatan (23%), posisi ke lima produk kecantikan dan pakaian
(18%) dan diikuti kategori lainnya.
Tingginya pertumbuhan e-commerce produk kecantikan ditingkat global dan
Indonesia membuktikan tingginya minat beli konsumen akan produk kecantikan.
Celebrity endorser, citra merek, dan kepercayaan merek termasuk hal yang
mempengaruhi minat beli konsumen (Suhardi dan Irmayanti 2019:61). Akhir- akhir ini
produk kecantikan yang sangat digemari oleh para remaja sampai dengan wanita dewasa
adalah produk kecantikan lokal scarlett. Menurut Setiawan dan Ihwan, 2004 (dalam
Ambarwati, Sunarti dan Mawardi, 2015:4) ada beberapa pengertian minat beli, salah
satunya adalah: minat beli berhubungan antara perilaku pembelian yang dilakukan secara
terus menerus oleh seseorang. Pernyataan tersebut mendukung bahwa minat beli
setidaknya merupakan proses pembelian minimal satu kali. Dilihat dari data jumlah rata-
rata banyaknya penjualan produk Scarlett yang mencapai >10.000 produk terjual hingga
awal bulan november disebuah online shop pada gambar 1.2 ini. Data ini juga yang
menandakan begitu banyaknya minat beli masyarakat dalam produk kecantikan scarlett.
Media sosial merupakan hal yang sangat sering diakses oleh masyarakat.Kekuatan
media sosial melengkapi kekuatan celebrity endorser untuk mempengaruhi masyarakat
dalam mengenalkan banyaknya merek produk kecantikan tersebut. Menurut Restanti,
Kusumawati dan Devita (2019 : 30) tingginya atribut kredibilitas, daya tarik, keahlian,
kepercayaan yang ada dalam celebrity endorser semakin kuat juga pengaruhnya terhadap
minat beli konsumen. Scarlett telah menggunakan kekuatan celebrity endorser yaitu
Felicya Angelista yang juga merupakan pemilik produk scarlett dan Acha Sinaga sebagai
aktris yang tinggal di luar negeri yang mampu membuat produk kecantikan tersebut
dikenal hingga luar negeri. Scarlett memiliki pemilihan strategi celebrity endorser yang
baik dalam daya tarik fisiknya dengan mencantumkan nama Felicya Angelista di salah
satu produk kecantikannya. Persepsi konsumen akan produk akan baik dengan dukungan
celebrity endorser yang memakai produk tersebut. Dilain sisi produk scarlett juga sudah
mengeluarkan produk body care dan skin carenya, sehingga tidak merepotkan konsumen
ketika ingin membeli kedua produk kecantikan tersebut.
Felicya Angelista dan Acha Sinaga merupakan artis yang memiliki wajah putih
mulus dan memiliki kulit yang cerah. Menurut Kotler, Kertajaya dan Setiawan
(2019:113) Merek harus mempunyai daya tarik fisik yang unik untuk mendapatkan
dampak yang tinggi bagi masyarakat. Citra merek mampu mempengaruhi perilaku
konsumen, konsumen yang merespon positif dalam sebuah merek, maka itu juga yang
membuat citra merek produk tersebut baik dan konsumen lebih memilih merek tersebut
dalam pembeliannya. Citra merek scarlett sudah mulai tertanam dalam pemikiran
masyarakat. Perusahaan scarlett akan tetap menjaga citra merek tersebut.
Banyaknya brand yang mengeluarkan produk kecantikan, sehingga membuat
kaum wanita terlebih dahulu untuk mencocokkan tipe jenis muka dan kulitnya dengan
manfaat yang diberikan oleh hasil pemakaian yang produk berikan hingga sampai
memunculkan kepercayaan merek terhadap sebuah produk. Menurut Sivesan, 2013
(dalam Wulandari dan Nurcahaya 2015 : 3916), karena perusahaan akan sulit
mempertahankan kepercayaan konsumen akan merek serta menarik konsumen baru tanpa
kokohnya sebuah citra merek. Dampak dari celebrity endorser, baiknya citra merek yang
menimbulkan kepercayaan merek dalam masyarakat.
Dalam penelitian Andi, Suyono, Hafis dan Hendri (2020:34) mengatakan bahwa
variabel celebrity endorser tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat beli.
Serta dalam penelitian Lestari, Rusno dan Nurfaraid (2020:4) menyatakan bahwa variabel
brand image atau citra merek secara parsial tidak mempunyai pengaruh signifikan
terhadap minat beli, sedangkan dalam hasil penelitian (Suhardi dan Irmayanti, 2019)
mengatakan bahwa ketiga variabel celebrity endorser, citra merek, dan kepercayaan
merek tersebut terdapat pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen. Oleh karena
adanya perbedaan hasil dari penelitian sebelumnya dan juga disertai latar belakang diatas
maka peneliti tertarik untuk mencari solusi permasalahan tersebut melalui judul
“Pengaruh celebrity endorser, citra merek, dan kepercayaan merek dalam menarik minat
beli produk kecantikan”.
2. Populasi dan Sampel
Menurut saya populasi merupakan seluruh subjek yang ada sudah ditentukan untuk di
teliti karakteristiknya dalam sebuah penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian
perwakilan karakteristik subjek yang akan di teliti sebab apabila jumlah populasi terlalu
banyak maka akan mengeluarkan terlalu banyak tenaga, dan dan waktu yang terbatas itu
sendiri.
Secara garis besar, teknik pengambilan sampel terdiri dari 2 kelas besar yaitu
▪ Probability Sampling (Random Sample) Probability sampling adalah Metode
pengambilan sampel secara random atau acak. Dengan cara pengambilan sampel ini.
Seluruh anggota populasi diasumsikan memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih
menjadi sampel penelitian. Metode ini terbagi menjadi beberapa jenis yang lebih spesifik,
antara lain:
1. Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling) Pengambilan
sampel acak sederhana disebut juga Simple Random Sampling. teknik penarikan
sampel menggunakan cara ini memberikan kesempatan yang sama bagi setiap
anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian. Cara pengambilannya
menggunakan nomor undian.

Contoh Pengambilan Sampel Metode Acak Sederhana: Dalam suatu penelitian


dibutuhkan 30 sampel, sedangkan populasi penelitian berjumlah 100 orang. Selanjutnya
peneliti membuat undian untuk mendapatkan sampel pertama. Setelah mendapatkan
sampel pertama, maka nama yang terpilih dikembalikan lagi agar populasi tetap utuh
sehingga probabilitas responden berikutnya tetap sama dengan responden pertama.
Langkah tersebut kembali dilakukan hingga jumlah sampel memenuhi kebutuhan
penelitian.

2. Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling) Metode


Pengambilan sampel acak berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu.
Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada manajer tingkat atas, manajer tingkat
menengah dan manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari masing-masing
kelompok tersebut.
A. Proportionate Stratified Random Sampling
Proportionate Stratified Random Sampling biasa digunakan pada populasi yang
mempunyai susunan bertingkat atau berlapis-lapis. Teknik ini digunakan bila populasi
mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. diperoleh besar sampel
adalah 95. Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan
penjualan) yang masing- masing berjumlah :
• Marketing : 15
• Produksi : 75
• Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masing bagian tersebut
ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x
jumlah sampel yang ditentukan :
• Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 ≈ 11
• Produksi : 75 / 125 x 95 = 57
• Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 ≈ 27 S
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95 sampel.
B. Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproportionate Stratified Random Sampling digunakan untuk menentukan jumlah
sampel bila populasinya berstrata tetapi kurang proporsional. Misalnya, populasi
karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata berdasarkan tingkat pendidikan
SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak seimbang yaitu :
o SMP : 100 orang
o SMA : 700 orang
o DIII : 180 orang
o S1 : 10 orang
o S2 : 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang (terlalu kecil
dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya ditetapkan
sebagai sampel
3. Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling) Cluster
Sampling adalah teknik sampling secara berkelompok. Pengambilan sampel jenis ini
dilakukan berdasar kelompok / area tertentu. Misalnya, penelitian tentang kepuasan
pasien di ruang rawat inap, ruang IGD, dan ruang poli di RS A dan lain sebagainya.
4. Double sampling Double Sampling adalah suatu teknik sampling di mana pada fase
pertama dilakukan penarikan sebanyak 𝑛’ unit preliminary sample dari 𝑁 unit populasi
untuk pengukuran variabel bantu (yang berkorelasi dengan variabel utama), kemudian
pada fase kedua dilakukan penarikan sebanyak 𝑛 unit final sample dari 𝑛’ unit
preliminary sample untuk pengukuran variabel utama (variabel yang diteliti).
Misalkan kita ingin meneliti sejumlah barang hasil produksi dengan rencana (ketentuan)
sebagai berikut: Sebuah sampel random berukuran 40 diambil dengan ketentuan, kita
nyatakan produksi berhasil baik jika terdapat yang rusak paling banyak satu, dan kita
nyatakan produksi jelek jika terdapat yang rusak 5 atau lebih. Jika dari sampel tersebut
yang rusak terdapat 2, 3 atau 4 buah, maka perlu diselidiki sebuah sampel lain yang
berukuran 70. Dalam hal sampel yang kedua diperlukan, maka kedua sampel itu kita
gabungkan dan dibuat keputusan, produksi dinyatakan baik jika terdapat yang rusak
maksimum 4 buah barang, dan produksi dinyatakan jelek jika terdapat yang rusak 5 buah
barang atau lebih.
▪ Non- Probability Sampling (Non-Random Sample)
1) Purposive Sampling
Metode ini menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih
sampel. Kriteria pemilihan sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria inklusi merupakan kriteria sampel yang diinginkan peneliti berdasarkan
tujuan penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi merupakan kriteria khusus yang
menyebabkan calon responden yang memenuhi kriteria inklusi harus dikeluarkan dari
kelompok penelitian. Misalnya, calon responden mengalami penyakit penyerta atau
gangguan psikologis yang dapat memengaruhi hasil penelitian.

Contoh Purposive Sampling: penelitian tentang nyeri pada pasien diabetes mellitus
yang mengalami luka pada tungkai kaki. Maka kriteria inklusi yang dipakai antara
lain:

1. Penderita Diabetes Melitus dengan luka gangrene (luka pada tungkai kaki)

2. Usia 18-59 tahun

3. Bisa membaca dan menulis

Kriteria eksklusi:

1. Penderita Diabetes Melitus yang memiliki penyakit penyerta lainnya seperti


gangguan ginjal, gagal jantung, nefropati, dan lain sebagainya.

2. Penderita Diabetes Melitus yang mengalami gangguan kejiwaan.

2) Snowball Sampling

Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau


korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk
mendapatkan sampel berikutnya, demikian secara terus menerus hingga seluruh
kebutuhan sampel penelitian dapat terpenuhi. Metode pengambilan sampel Snowball
atau Bola salju ini sangat cocok untuk penelitian mengenai halhal yang sensitif dan
membutuhkan privasi tingkat tinggi, misalnya penelitian tentang kaum waria,
penderita HIV, dan kelompok khusus lainnya.

3) Accidental Sampling

Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti mengambil
sampel yang kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti
jenis kasus penyakit langka yang sampelnya sulit didapatkan. Contoh penggunan
metode ini, peneliti ingin meneliti tentang penyakit Steven Johnson Syndrom yaitu
penyakit yang merusak seluruh mukosa atau lapisan tubuh akibat reaksi tubuh
terhadap antibiotik. Kasus Steven Johnson Syndrome ini cukup langka dan sulit sekali
menemukan kasus tersebut. Dengan demikian, peneliti mengambil sampel saat itu
juga, saat menemukan kasus tersebut. Kemudian peneliti melanjutkan pencarian
sampel hingga periode tertentu yang telah ditentukan oleh peneliti.

4) Quota Sampling

Metode pengambilan sampel ini disebut juga Quota Sampling. Teknik sampling ini
mengambil jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti.
Kelebihan metode ini yaitu praktis karena sampel penelitian sudah diketahui
sebelumnya, sedangkan kekurangannya yaitu bias penelitian cukup tinggi jika
menggunakan metode ini. Teknik pengambilan sampel dengan cara ini biasanya
digunakan pada penelitian yang memiliki jumlah sampel terbatas. Misalnya,
penelitian pada pasien lupus atau penderita penyakit tertentu. Dalam suatu area
terdapat 10 penderita lupus, maka populasi tersebut dijadikan sampel secara
keseluruhan, inilah yang disebut sebagai Total Quota Sampling.

5) Convenience sampling
Convenience sampling adalah pengambilan sampel didasarkan pada ketersediaan
elemen dan kemudahan untuk mendapatkannya. Sampel diambil/terpilih karena
sampel tersebut ada pada tempat dan waktu yang tepat. Cara ini nyaris tidak dapat
diandalkan, tapi paling murah dan cepat dilakukan karena peneliti memiliki
kebebasan untuk memilih siapa saja yamg mereka temui. Penelitian yang dilakukan
oleh seorang dosen mengenai keinginan mahasiswa seluruh perguruan tinggi negeri
dan swasta terhadap pemerintah RI berkaitan dengan langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam menghadapi krisis moneter yang telah berjalan sejak bulan Juli 1997.
Disini dapat lebih tepat (dari segi waktu dan kemudahan mendapatkan data)
menggunakan teknik convenience sampling dengan mengambil sampel mahasiswa
dari setiap kelas pada saat dosen tersebut mengajar.

Anda mungkin juga menyukai