Anda di halaman 1dari 20

NAMA DAN SIFAT ALQURAN, PERBEDAAN

ALQURAN,WAHYU, DAN HADIST

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Ulumul Qur’an

Dosen Pembimbing:
Edi Sahputra Siregar M,Ag

Oleh: KELOMPOK 1

1. Nurkholijah
2. Dina Khairani

PROGRAM STUDI TADRIS BAHASA INGGRIS

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

MANDAILING NATAL

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan makalah ini
tepat waktu.

Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang
pembinaan kancah umat dalam kehidupan.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Panyabungan, Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian AlQur’an, Hadits dan Wahyu ................................................2


B. Cara Turun dan Penyampaian Wahyu......................................................4
C. Nama-nama Lain dari Al-Qur’an .............................................................10
D. Cara Turunya Al-Qur’an dan Sifat-sifat Al-Qur’an..................................12
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam. Di dalam Al-Qur’an
terdapat banyak sekali pelajaran yang dapat diambil. Al-Qur’an diturunkan secara
berangsur-angsur melalui perantara malaikat Jibril. Keistimewaan Al-Qur’an
dibandingkan dengan kitab-kitab suci yang lain ialah kemurnian atau keaslian Al-
Qur’an dijaga langsung oleh Allah, agar tidak ada satupun ayat-Nya yang
berubah. Sebagaimana ditgaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman :
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan Kami pula-lah yang
menjaganya”
Dari Al-Qur’an pula ilmu-ilmu pengetahuan berkembang, baik ilmu
pengetahuan umum maupun ilmu pengetahuan agama. Sedangkan Hadis adalah
sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an. Fungsi hadis itu sendiri ialah sebagai
penjelas apa yang ada dalam al-Qur’an. Jadi, kedudukan Hadis dalam bidang studi
keislaman ialah menjelaskan secara terperinci apa yang ada di dalam al-Qur’an.
Merupakan fungsi hadis lainnya ialah sebaga bukti atas ke-Rasulan Nabi
Muhammad SAW .Pada makalah ini kami tidak menjelaskan kedudukan hadis
dalam studi keIslaman, karena sudah sama-sama diketahui bahwa fungsi hadis itu
sendiri ialah menjelaskan secara lebih terperinci dari ayat-ayat al-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Al-Qur’an, Wahyu dan Hadits?
2. Apakah perbedaan Al-Qur’an, Wahyu dan Hadits?
3. Apa saja nama-nama lain dari Al-Qur’an?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an, Hadits dan Wahyu


1. Pengertian Al-Qur’an
Qara’a memiliki arti mengumpulkan dan menghimpun. Qira’ah berarti
merangkai huruf-huruf dan kata-kata satu dengan yang lainnya dalam satu
ungkapan kata yang teratur. Al-Qur’an asalnya sama dengan Qira’ah, yaitu akar
kata (masdar-infinitif) dari Qara’a, Qira’atan, waqur’anan. Allah menjelaskan,
)18(ُ‫) فَِإ َذا قَ َرْأ نَهُ فَتَّبِ ْع قُ ْر َءا نَه‬17( ُ‫ِإنَّ َعلَ ْينَا َج ْم َعهُ َوقُ ْر َءانَه‬
“Sesungguhnya Kami-lah yang bertanggung jawab mengumpulkan
(dalam dadamu) dan membacakannya (pada lidahmu). Maka apabila Kami telah
menyempurnakan bacaannya (kepadamu, dengan perantaraan jibril), maka
bacalah menurut bacaannya itu.” (Al-Qiyamah: 17-18)
Qur’anah disini berarti qira’ah( bacaan atau cara membacanya). Jadi kata
itu adalah akar kata (masdar) menurut wazan (tasrif) dari kata fu’lan seperti
“ghufran” dan “syukron”. Al-Qur’an adalah kitab yang berisi firman Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab dan sampai kepada kita
melalui periwayatan yang tidak terputus atau tawattur.
Secara khusus, Al-Qur’an menjadi nama bagi sebuah kitab yang
diturunkan kepada Muhammad SAW. Maka jadilah ia sebagai sebuah identitas
diri. Dan sebutan Al-Qur’an tidak terbatas pada sebuah kitab dengan seluruh
kandungannya, tapi juga bagian daripada ayat-ayatnya juga dinisbahkan
kepadanya. Maka jika mendengar satu ayat Al-Qur’an dibaca misalnya, maka
dibenarkan mengatakan bahwa si pembaca itu membaca Al-Qur’an.1
“Dan apabila Al-Qur’an itu dibacakan, maka dengarlah bacaannya dan
diamlah, supaya kamu mendapat rahmat.”(Al-A’raf: 204)
Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat islam memiliki banyak fungsi
antara lain, sebagai bukti atas kerasulan Muhammad SAW, Sebagai pedoman

1 As-Shalih , Subhi.  Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an: Jakarta, 1990. Hal. 41

2
hidup manusia untuk membedakan yang hak dan yang batil (Al-Furqan). Dapat
menjadi peringatan (Al-Dzikr) manakala manusia lalai dalam menjalankan syariat
yang dititahkan Tuhan, dapat menjadi pemberi keterangan penjelasan (bayyin)
ketika manusia mengalami kebuntuan dalam menghadapi segala persoalan yang
dihadapi, dan sebgai petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariat, dan
akhlak.
Al-Qur’an adalah risalah Allah untuk seluruh umat manusia. Banyak dalil-
dalil yang secara mutawatir diriwayatkan berkaitan dengan masalah ini, baik dari
al-Qur’an maupun dari hadis, di antaranya,
“Katakanlah (hai Muhammad); Hai sekalian manusia! Sesungguhnya Aku
adalah pesuruh Allah kepada kamu semua, (diutus oleh Allah) yang menguasai
langit dan bumi, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang
menghidupkan dan mematikan. Oleh sebab itu, berimanlah kamu kepada Allah
dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalmat-
kalimatNya (kitab-kitabNya); ikutilah dia, supaya kamu mendapat hidayah.”(Al-
A’raf: 158)
Allah telah menetapkan untuk memelihara Al-Qur’an dengan cara
penyampaian yang mutawatir sehingga tidak terjadi penyimpangan atau
perubahan apapun. Di antara gambaran tentang Jibril yang membawanya turun
ialah, “Ia dibawa turun oleh Malaikat Jibril yang amanah.” (Asy-Syu’ara’: 193).
Gambaran lainnya juga tentang Al-Qur’an,
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar Kalamullah (yang
disampaikan oleh Jibril) Utusan yang mulia. Yang kuat, gagah, lagi
berkedudukan tinggi disisi Allah yang mempunyai Arasy. Yang ditaati disana
(dalam kalangan malaikat), dan dipercaya. Sebenarnya sahabat kamu (Nabi
Muhammad) itu (wahai golongan yang menentang Islam), bukanlah orang gila
(seperti yang kamu tuduh); Dan (Nabi Muhammad yakin bahwa yang
disampaikan kepadanya ialah wahyu dari Tuhan). Sesungguhnya Nabi
Muhammad telah mengenal dan melihat Jibril di kaki langit yang nyata. Tidaklah
patut Nabi Muhammad seorang yang bisa dituduh dan di sangka buruk, tentang
penyampaiannya mengenai perkara-perkara yang gaib.” (At-Takwir: 19-24)

3
“Bahwa sesungguhnya (yang dibacakan kepada kamu) itu ialah Al-
Qur’an yang mulia, (yang senantiasa memberi ajaran dan pimpinan), yang
tersimpan dalam kitab yang cukup terpelihara, yang tidak disentuh melainkan
oleh makhluk-makhluk yang diakui bersih dan suci.”(Al-Waqi’ah: 77-79).
2. Pengertian Hadis
Hadis atau al-hadits menurut bahasa al-jadid yang artinya sesuatu yang baru –
lawan dari al-Qadim (lama) – artinya yang berarti menunjukkan kepada waktu
yang dekat atau waktu yang singkat seperti (orang yang baru masuk/memeluk
agama islam). Hadis juga sering disebut dengan al-khabar yang berarti berita,
yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada orang
lain, sama maknanya dengan hadis. Hadis dengan pengertian khabar sebagaimana
tersebut diatas dapat di lihat pada beberapa ayat al-qur’an, seperti QS. Al-Thur
(52) : 34, QS. Al-Kahfi (18) : 6, dan QS. Al-Dhuha (93) : 11. Demikian pula dapat
dilihat pada hadis berikut:
‫ست َْحلَ ْلنَاهُ َو َما َو َج ْدنَا فِ ْي ِه ِمنْ َح َر ٍام‬
ْ ‫َاب أهَّلل ِ َما َو َج ْدنَا فِ ْي ِه ِمنْ َحالَ ٍل ا‬ُ ‫ش ُك َأ َح ُد ُك ْم َأنْ يَقُو َل َه َذا ِكت‬ِ ‫يُو‬
َ ‫س ْولَهُ َوالَّ ِذي َحد‬
‫َث ِب ِه‬ ُ ‫ هَّللا ُ َو َر‬,ً‫ث فَ َك َذ َب ِب ِه فَقَ ْد َك َذ َب بِ ِه ثَالَثَة‬ٌ ‫َح َّر ْمنَاهُ َأالَ َمنْ َبلَ َغهُ َعنِّي َح ِد ْي‬
“Hampir-hampir ada seseorang diantara kamu yang akan mengatakan “ini kitab
Allah” apa yang halal didalamnya kami halalkan dan apa yang diharamkan
didalamnya kami haramkan. Ketahuilah barang siapa yang sampai kepadanya
suatu hadis dariku kemudian dia mendustakannya, berati ia telah mendustakan
tiga pihak, yakni Allah, Rasul, dan orang yang menyampaikan hadis tersebut”. 
Secara umum fungsi Hadis adalah untuk menjelaskan makna kandungan Al-
Qur’an yang sangat dalam dan global atau li al-bayan (menjelaskan). Hanya
penjelasan itu kemudian oleh para ulama diperinci ke berbagai bentuk penjelasan.2
3. Pengertian Wahyu
Arti wahyu dari segi bahasa adalah petunjuk yang di sampaikan secara
sembunyi, atau dengan kata lain wahyu tersebut menggunakan metode sembunyi-
sembunyi dalam penyampaiannya. Pengertian wahyu menurut syara' wahyu

2 Al-Zalrqani, Syeikh Muhammad Abdul Adzim.  Manahil Al-Qur’an Fi Ulumil

Qur’an : Jakarta Selatan : 2002. Hal. 33

4
adalah pemberitahuan Allah SWT kepada orang yang dipilih dari beberapa
hamba-Nya mengenai beberapa petunjuk dan ilmu pengetahuan yang hendak
diberitahukannya tetapi dengan cara yang tidak biasa bagi manusia, baik dengan
perantaraan atau tidak dengan perantaraan.

Arti lain dalam segi bahasa berarti suara, tulisan, isyarat, bisikan, paham
dan juga berarti api. Wahyu menurut istilah adalah setiap apa yang disampaikan
kepada orang lain agar diketahuinya, namun lebih terkenal dengan arti apa yang
disampaikan oleh Allah kepada nabi-Nya. Wahyu adalah kata masdar yang berarti
berita, baik berita itu disampaikan secara tertulis atau lisan.
 Lafazh "wahyu'' ini menunjukkan bahwa penyampaian berita dari Allah
Swt kepada Rasulullah SAW menggunakan metode khusus. Hal itu dapat
dibuktikan dengan digunakannya metode sembunyi-sembunyi, keakuratan, dan
tidak memungkinkannya orang lain untuk dapat mengetahui atau bahkan untuk
sekedar merasakannya.
Metode wahyu ini bukanlah satu-satunya cara yang digunakan oleh Allah
Swt untuk menyampaikan kalimat-Nya kepada penutup para nabi Muhammad
saw. Akan tetapi selain itu terdapat metode-metode lain yang lebih umum
sebagaimana yang pernah dijalani oleh para utusan-Nya yang lain dalam
memperoleh kitab dari-Nya.
Menurut bahasa, wahyu mempunyai beberapa arti, antara lain sebagai
berikut:3
a. Berarti ilham gharizi atau instink yang terdapat pada manusia atau
binatang.  
      Contohnya, seperti kata wahyu yang terdapat firman Allah SWT:

ِ َ‫ك ِإلَى ٱلنَّحْ ِل َأ ِن ٱتَّ ِخ ِذى ِمنَ ْٱل ِجب‬


ِ ‫ال بُيُوتًا َو ِمنَ ٱل َّش َج ِر َو ِم َّما يَع‬
‫ْر ُشون‬ َ ُّ‫ َوَأوْ َح ٰى َرب‬                   ,
               Artinya:   

3 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006. Hal.


65

5
            "Dan Tuhanmu telah mewahyukan (memberi instink) kepada
lebah,  supaya membuat (sarang-sarang) di bukit-bukit, di pohon-pohon, kaydan
di (rumah-rumah) yang didirikan (manusia)."  (Q.S. An-Nahl: 68)
b. Berarti ilham fitri atau firasat yang hanya ada pada manusia dan tidak
pada   
           binatang. Contohnya seperti kata wahyu dalam firman Allah SWT:

ِ ْ‫وَأوْ َح ْينَٓا ِإلَ ٰ ٓى ُأ ِّم ُمو َس ٰ ٓى َأ ْن َأر‬                                                                                


‫ض ِع ِه‬ َ
Artinya:
            "Dan kami ilhamkan (berfirasat) kepada ibu nabi musa supaya menyusui
dia (Musa)."   (Q.S. Al-Qashash: 7) 

c. Berarti tipu daya dan bisikan setan, seperti arti kata wahyu dalam firman
Allah  
          SWT:

                                                                            ‫ٓاِئ ِه ْم‬xxَ‫ونَ ِإلَ ٰ ٓى َأوْ لِي‬xx‫َوِإ َّن ٱل َّش ٰيَ ِطينَ لَيُو ُح‬
‫لِي ٰ َُج ِدلُو ُك ْم‬           
          Artinya:
"Dan sesungguhnya setan-setan itu membisikkan kepada kawan-kawan
mereka agar mereka membantah kalian."  (Q.S. Al-An'am: 121)

d. Berarti isyarat yang cepat secara rahasia, yang hanya tertuju pada Nabi/
Rasul  
           saja. Contohnya seperti arti kata wahyu dalam firman Allah SWT:
                                                        
ٍ ُ‫ِإنَّٓا َأوْ َح ْينَٓا ِإلَ ْيكَ َك َمٓا َأوْ َح ْينَٓا ِإلَ ٰى ن‬
                                                          ‫وح َوٱلنَّبِ ِّيۦنَ ِم ۢن بَ ْع ِد ِه‬
            Artinya:
"Sesungguhnya kami telah memberikan wahyu kepadamu, sebagaimana
kami telah memberikan wahyu kepada Nabi Nuh dan nabi-nabi sesudahnya."
(Q.S. An-Nisa: 163)

6
Disebutkan dalam kitab al-masyariq bahwa wahyu itu pada asalnya adalah
sesuatu yangdiberitahukan dalam keadaan tersembunyi dan cepat. Yang dimaksud
diketahui dengan cepat ialah dituangkan suatu pengetahuan ke dalam jiwa
sekaligus dengan tidak lebih dahulu timbul pikiran dan muqoddimah.
Wahyu Allah kepada nabi-nabinya ialah pengetahuan-pengetahuan yang
Allah tuangkan ke dalam jiwa nabi dan disampaikan kepada manusia untuk
menunjukkan dan memperbaiki mereka didalam kehidupan dunia serta
membahagiakan mereka diakhirat.sesudah menerima wahyu itu, nabi mempunyai
kepercayaan yang penuh bahwa yang diterimanya itu adalah dari Allah.
Muhammad abduh dalam bukunya Risalah at-tauhid berkata :’’wahyu itu
suatu irfan (pengetahuan)yang didapat oleh seorang didalam dirinya serta diyakini
olehnya bahwa yang demikian itu dari jihad Allah,baik dengan perantaraan
ataupun dengan tidak perataraan.yang dengan perantaraan bersuara dan dapat
didengar atau dengan tidak bersuara.
B. Cara Turun dan Penyampaian Wahyu
Dari keterangan al-Qur'an jelaslah bagi kita bahwa wahyu merupakan
hubungan ghaib yang tersembunyi antara Allah Swt dan para utusan-Nya. Secara
umum wahyu diturunkan, seperti yang diidentifikasikan Alqur'an.
Berdasarkan Al-qur’an mengenai proses turunnya wahyu kepada Nabi
dapat disimpulkan sebagai berikut:4
1. Wahyu yang turunkan melalui mimpi yang hakiki (terbayang dengan
jelas). Ini dicontohkan pada beberapa permulaan wahyu yang turun kepada
Nabi Shallallaahu ‘Alayhi Wasallam. Cara ini sering disebut dengan
cara Ra'yu ash-shalihah atau impian nyata diperolehnya dengan jalan
mimpi dalam tidur, tetapi kemudian menjadi kenyataan. Contohnya,
seperti impian Nabi Ibrahim AS  ketika menerima wahyu yang
memerintahkan supaya menyembelih puteranya Ismail. Peristiwa ini
diabadikan Allah swt: "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup)
berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku

4 Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadis, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2000. Hal. 38

7
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". [QS.Ash Shaffat/37:102].
2. Wahyu disampaikan kepada Nabi Muhammad s.a.w dengan cara
dibisikkan ke dalam jiwanya. (Qs. Asy-Syura: 51-52) dengan cara
menambatkan makna isi al-Qur'an tersebut ke dalam hati Rasulullah saw,
atau dengan cara menghembuskannya ke dalam jiwanya, sehingga ia
merasakan sendiri bahwa apa yg diterimannya itu berasal dari Allah Swt.
3. Wahyu disampaikan dengan cara kedatangan malaikat yang
menyerupai seorang laki-laki, sebagaimana Jibril pernah datang
kepada Nabi sebagai seorang laki-laki yang bernama Dihyah Ibn
Khalifah, seorang laki-laki yang tampan. Malaikat mengucapkan kata-
kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar kata-kata
tersebut. Sebagaimana sabda Nabi SAW:
‫وحي في‬xx‫ ولقد رأيته ينزل عليه ال‬:‫ قالت عائشة‬,‫ أحيانا يتمثل لي الملك رجال فيكلمني فأعي ما يقول‬:‫قال‬
)‫ فيفصم عنه وإن جبينه يتفصد عرقا (رواه البخاري‬,‫اليوم الشديد البرد‬
Artinya:
Dan kadang-kadang malaikat menyamar kepadaku sebagai laki-laki,
lalu mengajak berbicara denganku. Maka aku kuasai apa yang dikatakannya.
"Aisyah lalu berkata: "Saya pernah melihat beliau menerima wahyu pada
hari yang sangat dingin, tetapi begitu selesai wahyu itu dari beliau, maka
bercucuranlah keringat di pelipis beliau SAW. (H.R. al-Bukhari).
Cara ini terasa berat bagi Nabi, sehingga seolah-olah beliau seperti mengigau
atau pingsan, melainkan karena sedang penuh konsentrasi dalam menghadapi
malaikat dalam alam rohani. Hal ini sesuai dengan keterangan Al-Qur'an:

                  َ xxxxxْ‫نُ ْلقِى َعلَي‬xxxxx‫ِإنَّا َس‬


                                                               ‫وْ اًل ثَقِياًل‬xxxxxَ‫ك ق‬

8
Artinya:
  " Sesungguhnya kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang
berat." (Q.S. Al-Muzammil: 5)
4. Wahyu datang kepada Nabi s.a.w., melalui Jibril yang memperlihatkan
rupanya yang asli dengan enam ratus sayap yang menutup langit. Hal
tersebut terdapat dalam surat al-Qur'an surat An-Najm ayat 13 DAN 14
yang artinya "Sesungguhnya Muhammad telah melihatnnya pada kali
yang lain, ketika ia berada di Sidratil Muntaha"
5. Wahyu disampaikan oleh Allah dengan cara membicarakannya secara
langsung kepada Nabi s.a.w., di belakang hijab atau tabir, baik dalam
keadaan Nabi sadar atau sedang terjaga, sebagaimana di malam Isra’, atau
Nabi sedang tidur

‫ب َأوْ يُرْ ِس َل َر ُسواًل فَيُو ِح َى بِِإ ْذنِ ِهۦ َما يَ َشٓا ُء ِإنَّهۥُ َعلِ ٌّى‬
ٍ ‫َو َما َكانَ لِبَ َش ٍر َأن يُ َكلِّ َمهُ ٱهَّلل ُ ِإاَّل َوحْ يًا َأوْ ِمن َو َرٓاِئ ِح َجا‬
‫َح ِكي ٌم‬
Artinya:
" Dan tidak ada bagi seseorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata
dengan dia, kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir
atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat), lalu diwahyukan
kepadanya dengan seizin-Nya apa yang dia kehendaki. Sesungguhnya dia
maha tinggi lagi maha bijaksana".  (Q.S. Asy-Syura: 51)
6. Israfil turun membawa beberapa kalimat dan wahyu sebelum Jibril datang
membawa wahyu Al-qur’an. Menurut ‘Amir Asy-Sya’by, Israfil
menyampaikan kalimat dan beberapa ketetapan kepada Nabi s.a.w.,
selama tiga tahun, sesudah itu, barulah Jibril datang membawa wahyu Al-
qur’an.
7. Ketika Nabi Muhammad s.a.w., berada di atas langit pada malam Mi’raj,
Allah s.w.t., menyampaikan wahyu-Nya kepada beliau tanpa perantara
malaikat sebagaimana Allah pernah berfirman secara langsung kepada
Nabi s.a.w.
8. Wahyu disampaikan dengan menyerupai suara lebah.

9
9. Wahyu disampaikan dengan menyerupai suara gemercikan lonceng, yakni
Nabi mendengar suara lonceng sangat keras sehingga beliau tidak kuat
menahan gemercingannya. Menurut riwayat-riwayat yang shahih, Nabi
s.a.w., menerima wahyu yang datang dengan suara keras menyerupai suara
lonceng. Dengan sangat berat, ke luar peluh dari dahi Nabi s.a.w.,
meskipun ketika itu hari sangat dingin. Bahkan unta yang sedang
ditunggangi beliau menderum ke tanah. Pernah pula Nabi menerima
wahyu dengan cara yang sama, ketika itu karena beratnya, beliau letakkan
pahanya di atas paha Zaid bin Tsabit dan Zaid pun merasakan betapa
beratnya paha Nabi s.a.w.

‫ كيف يأتيك الوحي؟ فقال رسول‬,‫ يا رسول هللا‬:‫ان الحارث بن هشام سأل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقال‬
‫ا‬xx‫ه م‬xx‫ فيفصم عني وقد وعيت عن‬,‫ أحيانا يأتيني مثل صلصلة الجرس وهو أشده علي‬:‫هللا صلى هللا عليه وسلم‬
 .‫قال‬

Artinya: Sesungguhnya al-Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah SAW


seraya berkata: "Wahai Rasulullah bagaimana wahyu itu datang kepadamu?
Maka Rasulullah SAW menjawab, bersabda: Kadang-kadang datang kepadaku
seperti gemuruhnya bunyi lonceng, dan itu yang paling berat bagiku. Maka
begitu berhenti bunyi itu dariku, aku telah menguasai apa yang sudah diucapkan-
 .Nya
 (Subhi Shahih, 1985: 25).
C. Nama-nama Lain Al-Qur’an
Menurut Muhammad Aly Ash-Shabuny, Al-qur’an mempunyai bebearapa
nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya yang sangat tinggi dan
luhur, dan secara mutlaq Al-Qur’an adalah kitab samawi yang paling mulia. Di
antara nama-nama tersebut ialah :5

1.      Al-Qur’an, berdasarkan firman Allah dalam suroh al-isra’ : 9 :

5 Al-Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an : Jakarta Timur, 2006.

Hal. 26

10
...‫ِإ َّن هَـ َذا ْالقُرْ آنَ يِ ْه ِدي لِلَّتِي ِه َي َأ ْق َو ُم‬
“Sesungguhnya al-Qur’an ini memberi petunjuk pada jalan yang amat
lurus...”
2.      Al-Furqon, berdasarkan firman Allah dalam suroh al-furqon : 1 :
ً‫ك الَّ ِذي نَ َّز َل ْالفُرْ قَانَ َعلَى َع ْب ِد ِه ِليَ ُكونَ لِ ْل َعالَ ِمينَ نَ ِذيرا‬
َ ‫تَبَا َر‬
                “Maha suci Allah yang telah menurunkan al-Furqan kepada hamba-
Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam.”
3.      At-Tanzil, berdaasarkan firman Allah dalam suroh Asy-Syu’aro : 192-193 :
ُ‫ نَ َز َل بِ ِه الرُّ و ُح اَأْل ِمين‬- َ‫َنزي ُل َربِّ ْال َعالَ ِمين‬
ِ ‫َوِإنَّهُ لَت‬
                “Dan sesungguhnya al-Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan
semesta alam. Ia dibawa turun oleh Ar-ruh Al-Amin (Jibril as)”
4.      Adz-Dzikr, berdasarkan firman Allah dalam suroh Al-Hijr : 9 :
َ‫ِإنَّا نَحْ نُ نَ َّز ْلنَا ال ِّذ ْك َر وَِإنَّا لَهُ لَ َحافِظُون‬
            “Sesungguhnya kamilah yang menurunkan al-Qur’an, dan sesungguhnya
kami benar-benar memeliharanya.”

5.      Al-Kitab, berdasarkan firman Allah dalam suroh Ad-Dukhan : 2 :


ِ ِ‫ب ْال ُمب‬
‫ين‬ ِ ‫َو ْال ِكتَا‬
                “Demi kitab (al-Qur’an)  yang menjelaskan.”
            Adapun mengenai sifat-sifat al-Qur’an sungguh tertera dalam ayat-ayat al-
Qur’an, bahkan sedikit sekali (jarang) surat-surat dalam al-Qur’an yang tidak
menyebutkan sifat-sifat yang sangat indah dan mulia terhadap kitab yang
diturunkan oleh Tuhan yang Maha Mulia yang dijadikan mu’jizat (tiada
tanding)yang abadi bagi seorang Nabi yang terakhir.[9] Di antara sifat-sifat al-
Qur’an ialah :
1.      Nur
‫َان ِم ْن َربِّ ُك ْم َوَأ ْنز َْلنَا ِإلَ ْي ُك ْم نُورًا ُمبِينًا‬
ٌ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ُك ْم بُرْ ه‬
“Hai manusia sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari
Tuhanmu (Muhammad dengan mukjizatnya) dan telah kami turunkan kepada
kamu cahaya yang terang ebnderang (al-Qur’an).”

11
2.      Syifa dan Rahmat
‫َونُن َِّز ُل ِمنَ ْالقُرْ آ ِن َما ه َُو ِشفَا ٌء َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِينَ َواَل يَ ِزي ُد الظَّالِ ِمينَ ِإاَّل خَ َسارًا‬
“Dan kamu turunkan dari al-Qur’an sesuatu yang menjadi penawar
(obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan A-Qur’an itu tidaklah
menambal kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”
3.      Huda
...‫قُلْ ه َُو لِلَّ ِذينَ آ َمنُوا هُدًى َو ِشفَا ٌء‬...
“...Katakanlah, Al-Quran itu adalah petunjuk dan penawar bagi orang-
orang yang beriman...”
4.      Mau’izoh
َ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِ ْل ُمْؤ ِمنِين‬
ِ ‫يَا َأيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُك ْم َموْ ِعظَةٌ ِم ْن َربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء ِل َما فِي الصُّ د‬
“Hai manusia ! sungguh telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu
dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk
serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”
            Apapun nama-nama Al-Qur’an yang jelas dan pasti ialah yang berasal dari
Kalam Ilahi yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. dan tertulis di dalam
mushaf berdasarrkan sumber-sumber mutawatir yang bersifat pasti kebenarannya,
dan yang dibaca oleh umat islam dalam rangka ibadah. Penamaan Al-Qur’an yang
demikian itu ttelah disepakati bulat oleh semua ulama ahli ilmu kalam, ulama ahli
ilmu fiqh dan ulama ahli bahasa arab.
D. Cara Turun Al-Qur’an dan Sifat-sifat Al-Qur’an
Al-Qur’an itu diturunkan secara berangsur-angsur bukan sekaligus
semuanya. Memang sudah diperoleh kenyataan dari dari pemeriksaan yang
lengkap, bahwa Al-Qur’an diturunkan menurut keperluan: lima ayat, sepuluh ayat,
kadang-kadang lebih dan kadang-kadang hanya setengah ayat.

Ayat-ayat yang sepuluh ayat turunnya, ialah ayat-ayat yang mengkisahkan


tentang tuduhan terhadap ’Aisyah dalam surat An-Nur dan ayat-ayat yang
dipermulaan surah Al-mu’minun. diantara yang setengah saja diturunkan, ialah
firman Allah SWT :
“Yang selain dari orang yang mempunyai kemelaratan (halangan)”.(QS
An-Nissa :95)

12
 “Dan jika kamu takut kepapaan, maka kelak Allah akanmengayakan
kamu dari keutamaanNya, jika iya kehendaki bahwasanya Allah sangat
mengetahui dan sangat bijaksana”.(QS At-Taubah: 28)
Kata An Nakhrawy dalam kitab Al Waqaf adalah Al Qur’an diturunkan
secara bercerai-cerai,satu ayat, dua ayat, tiga ayat, empat ayat dan lebih banyak
dari itu. Diriwayatkan oleh Baihaqy dari Khalid Ibn Dinar, ujarnya ; “Abul aliyah
berkata : pelajarilah Qur’an lima ayat- lima ayat, karena Nabi menerimanya  dari
Jibril, lima ayat- lima ayat. Yakni Jibril  lebih menyampaikannya kepada Nabi
sejumlah itu, sesudah Nabi menghafalnya, barulah di sampaikan yang lain.
Kata setengah ‘ulama diantara ayat-ayat Al Qur’an, ada yang diturunkan
bercerai-bercerai, ada yang diturunkan secara berkumpul-kumpul. Bagian pertama
surah itu lebih banyak. Contohnya dalam surah-surah pendek, Iqra’bismi
rabbika. Pada permulaan diturunkan hanya sampai kepada Ma lam ya’lam.
Wadldluha pada permulaan diturunkan hanya sampai kepada Fatardla. Di antara
contoh yang diturunkanberkumpul, ya’ni sepenuh surat diturunkan sekaligus
ialah surat Al-Fatihah, Al Ikhlas, Al Kautsar, Tabbat,Lam yakun, An Nasr dan Al
Mu’auwidzatani. Di antara surat yang panjang yang diturunkan sekaligus
ialah surah Al Mursalat.
Berikut ini adalah firman Allah SWT yang menunjukkan sifat-sifat
Al-Qur’an:
1. Nuur (cahaya)

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari


Tuhanmu dan telah kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al
Quran).    (Q. S. An-Nisaa’ (4) : 174)
2. Hudan  (petunjuk), Syifa’ (obat), Rahmah (rahmat)
dan Mau’idhoh (nasihat).

13
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari
Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada
dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.   (Q. S. Yunus (10) :
57)
3. Mubin (yang menerangkan)

“Hai ahli kitab, sesungguhnya telah datang kepadamu Rasul kami,


menjelaskan kepadamu banyak dari isi Alkitab yang kamu sembunyi kan, dan
banyak (pula yang) dibiarkannya. Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya
dari Allah, dan kitab yang menerangkan“.   (Q. S. Al-Maidah (5) : 15)
4.  Mubaarok (yang diberkati)

“Dan  (Alqur’an) ini adalah kitab yang diberkati yang kami turunkan yang


membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya”.    (Q. S. Al-An’am  (6) :
92)
5.  Busyro (kabar gembira)

“Yang membenarkan apa (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi


petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang yang beriman”.   (Q. S. Al-
Baqoroh (2) : 97)
6. ‘Aziiz (yang mulia)

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Alqur’an ketika Alqur’an


itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya
Alqur’an itu adalah kitab yang mulia“.   (Q. S. Fushshilat (41) : 41)
7.  Majiid (yang dihormati)

“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Alqur’an yang dihormati‘.  (Q.


S. Al-Buruuj ( 85) : 21)

14
8.  Basyiir (pembawa kabar gembira) dan Nadziir (pembawa peringatan)

“Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab,


untuk kaum yang mengetahui, Yang membawa berita gembira  dan
yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling, tidak mau
mendengarkan”.    (Q. S. Fushshilat (41) : 3-4)

BAB III
PENUTUP

15
A. KESIMPULAN
Al-Qur'an ditinjau dari segi etimologi adalah "bacaan", dalam tata bahasa
Arab disebut masdar atau pokok kata yang berarti bacaan, namun kata tersebut
diartikan lebih dekat pada sesuatu yang dikerjakan (isim maf'ul) sehingga artinya
menjadi yang dibaca. Sedangkan ditinjau dari segi terminologi,
terdapat pandangan dari beberapa ulama, Menurut quraish shihab Al-Qur’an
biasa didefinisikan sebagai “firman-firman Allah yang
di sampaikan oleh malikat jibril As. kepada Nabi Muhammad Saw. Dan
diterima oleh umat secara mutawatir.
Nama nama Al-Quran;  Al-Kitab, Al-Furqan, Adz-Dzikr, Al-Mau'idhah,
Asy-Syifa', Al-Hukm Al-Hikmah, Al-Huda, At-Tanzil, Ar-Rahmat, r-Ruh, Al-
Bayan, Al-Kalam, Al-Busyra, An-Nur, Al-Basha'ir, Al-Balagh, Al-Qaul.
Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat Islam mengandung implikasi
kependidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan manusia kearah yang
lebih bernilai menjadi seorang muslim yang sejati setelah melalui proses tahap
demi tahap. Al-Qur’an banyak mengandung nilai di mana proses pendidikan
Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten untuk mencapai suatu
tujuan. Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir
pedagogis muslim maka sistem nilai itu ke mudian dijadikan dasar bangunan
(struktur) pendidikan Islam yang fleksibel menurut kebutuhan dan ke majuan
masyarakat dari waktu ke waktu.

DAFTAR PUSTAKA

16
As-Shalih , Subhi.  Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an: Jakarta, 1990
Al-Zalrqani, Syeikh Muhammad Abdul Adzim.  Manahil Al-Qur’an Fi Ulumil
Qur’an : Jakarta Selatan : 2002
Al-Qaththan, Syaikh Manna’. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an : Jakarta Timur,
2006
Abuddin Nata, Al-Qur’an dan Hadis, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2000
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2006

17

Anda mungkin juga menyukai