Anda di halaman 1dari 28

Pengertian Komunikasi Bisnis

Komunikasi bisnis merupakan salah satu hal yang penting dalam menjalankan suatu
bisnis atau perusahaan. Komunikasi ini bisa diartikan sebagai suatu komunikasi yang
dilakukan secara verbal maupun non verbal. Dimana dalam komunikasi ini berisi
pendapat, ide, gagasan, maupun informasi. Komunikasi ini dapat dilakukan secara
personal maupun impersonal.

Untuk memahami pengertian komunikasi bisnis lebih jauh, berikut adalah pengertiannya
menurut beberapa ahli :

Komunikasi Bisnis adalah pertukaran informasi, gagasan, pendapat, intruksi yang punya target tertentu
yang dihidangkan secara personal maupun impersional melalui lambang atau sinyal.

William Albig

Definisi komunikasi bisnis adalah suatu tindakan pertukaran informasi, ide/ opini, intruksi, dan
sebagainya, yang disampaikan secara personal maupun non-personal melalui lambang dan sinyal untuk
mencapai target perusahaan.

Rosenbalt

Arti komunikasi bisnis adalah komunikasi yang dipakai di dalam dunia bisnis yang termasuk berbagai
macam bentuk komunikasi, baik itu verbal maupun non-verbal untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Djoko Purwanto

Unsur Dalam Berkomunikasi


Komunikasi meliputi 5 unsur, yang dikenal dengan formula 5 W + 1 H, yaitu:

 Komunikator = who [communicator, source, sender]


 Pesan = says what [message]
 Media = in which channel [channel, media]
 Komunikan = to whom [communicant, communicatee, reciever, recipient]
 Efek [effect, impact, influence]

Sedangkan aktivitas komunikasi di dalam kegiatan bisnis harus terdapat unsur-unsur


tertentu. Adapun unsur-unsur komunikasi bisnis adalah sebagai berikut:

 Terdapat tujuan, setiap komunikasi tersebut memiliki tujuan yang telah


ditentukan dan sejalan dengan tujuan organisasi.
 Ada pertukaran, setiap  komunikasi melibatkan setidaknya dua orang atau lebih
(komunikator dan komunikan).
 Berisi informasi, gagasan, opini, instruksi, ini adalah isi dari pesan yang terdapat
dalam komunikasi dimana bentuknya bisa beragam tergantung situasi, kondisi,
dan tujuannya.
 Memanfaatkan saluran personal atau impersonal, setiap komunikasi dapat
dilakukan dengan bertatap muka, memanfaatkan media khusus, atau media
massa jika ingin menjangkau banyak orang.
 Memakai simbol atau sinyal, maksudnya adalah metode atau alat yang
digunakan untuk berkomunikasi sehingga dapat dimengerti oleh penerima
pesan.
 Pencapaian target atau tujuan organisasi, dimana tujuan tersebut telah
ditetapkan sebelumnya oleh manajemen.

Tujuan Komunikasi Bisnis


Secara umum, ada empat fungsi dari komunikasi di dalam bisnis, yaitu; yaitu memberi
informasi (informing), melakukan persuasi (persuading),  melakukan kolaborasi
(collaborating), dan melakukan integrasi (intgrative) dengan audiens.

Memberi Informasi (informing)


Tujuan pertama dalam komunikasi bisnis adalah memberikan informasi yang berkaitan
dengan dunia bisnis kepada pihak lain.

Sebagai contoh, seorang pimpinan suatu perusahaan membutuhkan beberapa pegawai


baru yang akan ditempatkan sebagai staf administrasi di kantor-kantor cabang yang
ada. Untuk memperoleh pegawai yang diharapkan, ia dapat memasang iklan lowongan
kerja melalui media surat kabar, majalah, radio, dan internet.

Masing-masing media informasi tersebut tentu saja mempunyai kelebihan dan


kekurangan satu sama lain. Jadi tergantung manajer untuk memilih media mana yang
akan dipilih dengan mempertimbangkan kemampuan internal yang dimiliki oleh
perusahaan.

Melakukan Persuasi (persuading)


kedua dari sebuah komunikasi bisnis adalah melakukan persuasi kepada pihak lain agar
apa yang disampaikan dapat dipahami oleh audiens dengan baik dan benar. Hal ini
sering dilakukan terutama yang berkaitan dengan negoisasi antara seseorang dengan
orang laian dalam bisnis.

Untuk dapat memperoleh hasil yang optimal dalam bernegosiasi, setiap pihak perlu
memahami prinsip win-win solution.
Melakukan Kolaborasi (collaborating) 
Tujuan ketiga dalam komunikasi bisnis adalah melakukan kolaborasi atau kerjasama
bisnis antara seseorang dengan orang lain. Melalui jalinan komunikasi bisnis,
seseorang dapat dengan mudah melakukan kerjasama bisnis baik antara perusahaan
dosmetik maupun dengan perusahaan asing.

Saat ini kerjasama antar perusahaan di berbagai belahan dunia relatif mudah dilakukan
seiring dengan semakin pesatnya kemajuan teknologi komunikasi dewasa ini.
Seseorang dapat menggunakan beberapa media telekomunikasi yang ada seperti
telepon biasa, faksmili, telepon genggam, internet, email dan telekomferensi. Teknologi
komunikasi tersebut sangat penting artinya dalam memperat kerjasama dalam dunia
bisnis.

Teknik dalam Komunikasi Bisnis


Dalam komunikasi bisnis, terdapat 3 teknik utama dalam komunikasi bisnis. Perpaduan
dari ketiga teknik tersebut akan membuat setiap orang dapat menangkap dan
memahami pesan yang kamu sampaikan dengan jelas. berikut ini tiga tipe teknik
komunikasi :

Teknik komunikasi verbal


Teknik ini digunakan untuk mendiskusikan sebuah gagasan atau ide, mengekspresikan
opini, menjawab pesanan dan pendengar yang baik. Komunikasi verbal yang efektif
yaitu tentang pesan yang disampaikan dapat diterima dan berani untuk mendapat
sanggahan atau tanggapan terhadap pesan yang telah disampaikan.

Sehingga, hal ini sangat penting untuk mengolah nada suara dan ekspresi wajah ketika
menyampaikan pesan secara tatap muka(face to face) atau melalui telephone yang
hanya mengolah nada suara.

Berikut ini beberapa kegiatan  yang membutuhkan komunikasi secara verbal:

1. Rapat
2. Telepon resmi
3. Meeting proyek
4. Presentasi

Teknik Komunikasi non-verbal


Menurut data laporan psikologi komunikasi bahwa lebih dari 90% pesan disampaikan
melalui komunikasi non-verbal, yaitu 55% bahasa tubuh, 38% nada bicara, dan 7%
adalah kata yang disampaikan, data ini menunjukkan bahwa bahasa tubuh adalah hal
penting ketika berinteraksi dengan rekan bisnis.

Berkomunikasi menggunakan bahasa tubuh termasuk gerakan, gestur, dan postur, dan
kontak mata merupakan hal penting dalam aspek komunikasi non-verbal. Kontak mata
menunjukkan apakah kamu tertarik dengan apa yang di bicarakan dan di dengarkan,
tetap menjaga durasi selama kontak mata, karena jika terlalu lama bisa menimbulkan
arti agresivitas.

Sedangkan jika terlalu sebentar bisa menimbulkan arti kalau pembicaraan yang sedang
terjadi kurang menarik. Dan masih banyak lagi komunikasi non-verbal dari gestur tubuh
lainnya.

Komunikasi tertulis
Email adalah salah satu contoh komunikasi tertulis paling mudah ditemui dalam
komunikasi tertulis. Kebanyakan perusahaan menggunakan email atau media pesan
elektronik lainnya untuk berkomunikasi dengan timnya.

Meskipun email tampil lebih santai daripada surat biasa, email masih memiliki bobot
yang sama tergantung bagaimana kamu menyampaikannya dan perusahaanmu
rasakan.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan ketika berkomunikasi secara tertulis :

 Audience

Pikirkan tentang target audience yang akan membaca emailmu sebelum kamu kirim.
Mengetahui audience akan membantumu untuk menambah nada pesanmu agar
pesanmu lebih efektif.

 Formalitas

Tingkat formalitas harus mengikuti sesuai dengan tingkat audience kamu, misalnya
surat bisnis maka harus ditulis secara formal daripada email dengan teman atau
keluarga. Kamu juga harus mempertimbangkan pemformatan dalam menulis email,
karena hal tersebut menentukan jenis formalitasnya.

 Gaya

Jenis gaya yang kamu gunakan dalam komunikasi tertulis tergantung keinginan yang
kamu gunakan. Misalnya, email harus sesingkat mungkin.
Jenis Komunikasi Bisnis
Dalam komunikasi bisnis juga terdapat jenis – jenis komunikasi. Untuk memperlancar
komunikasi dalam suatu bisnis maka karyawan maupun staf lainnya harus memahami
setiap jenis komunikasi ini

Terdapat lima jenis komunikasi bisnia yang tentu sangat penting untuk dipelajari. Agar
lebih memahami setiap jenis komunikasi tersebut maka akan dibahas contoh dari
masing  – masing komunikasi tersebut.

Komunikasi Internal
Komunikasi internal ini merupakan salah satu komunikasi bisnis yang bersifat internal.
Dalam hal ini dimaksudkan bahwa komunikasi ini terjadi di dalam sebuah organisasi
atau perusahaan. Jadi, yang terlibat dari komunikasi ini hanyalah anggota dari
organisasi atau perusahaan tersebut.

Dalam komunikasi ini dapat saling bertukar gagasan melalui tatap muka langsung,
telepon, maupun email atau fax. Namun, di era teknologi yang semakin canggih ini
sudah banyak media sosial yang memudahkan dalam berkomunikasi.

Contoh dari komunikasi internal ini, yaitu komunikasi antar sesama karyawan atau
atasan dan lainnya. Dalam komunikasi ini tidak memperhatikan tingkatan. Jadi
komunikasi internal ini dapat dilakukan oleh siapapun asalkan masih dalam satu
organisasi atau perusahaan.

Komunikasi Vertikal
Dalam komunikasi vertikal ini biasanya dilakukan antar tingkatan. Jadi, jika dalam
perusahaan terdapat tingkatan jabatan atau posisi. Komunikasi vertikal ini harus terjadi
timbal balik dari komunikasi yang telah dilakukan.

Dalam komunikasi ini, contohnya komunikasi yang dilakukan antar direksi tanpa
melibatkan bawahan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya bahwa dalam komunikasi
ini harus terdapat timbal balik atau komunikasi dua arah.

Komunikasi dari atasan pada bawahan


Jenis komunikasi ini juga termasuk komunikasi internal. Akan tetapi juga
memperhatikan tingkatan atau jabatan pada sebuah organisasi tersebut. Komunikasi ini
merupakan salah satu jenis komunikasi bisnis yang sangat penting. Dimana komunikasi
ini dilakukan oleh seorang pimpinan kepada karyawannya. Bentuk komunikasi ini
biasanya dilakukan secara umum.
Komunikasi dari bawahan ke atasan
Jenis komunikasi bisnis ini bisa dianggap tidak sepenting komunikasi atasan pada
bawahan. Bisa diartikan, komunikasi ini merupakan kebalikan dari komunikasi dari atas
ke bawah. Dalam komunikasi ini contohnya memberikan laporan rutin dari karyawan
kepada atasan atau pimpinannya.

Komunikasi Horizontal
Komunikasi horizontal ini dilakukan pada tingkatan atau jabatan yang sama.
Komunikasi ini biasanya bersifat lebih santai atau nonformal. Komunikasi ini tidak perlu
memperhatikan kaidah dan bisa dilakukan dalam bahasa sehari- hari.

Jenis komunikasi ini contohnya yaitu komunikasi yang dilakukan oleh sesama
karyawan. Bentuk komunikasi ini biasanya tidak begitu serius. Bahkan dapat diselipkan
gurauan atau candaan. Pada dasarnya komunikasi ini dilakukan pada tingkatan yang
sama. Sehingga hal ini memuncukan obrolan yang sederhana.

Nah itulah pembahasan mengenai pengertian, jenis, dan contoh dari komunikasi bisnis.
Tentunya, jenis-jenis komunikasi dan skill dalam berkomunikasi untuk bisnis sangat
penting. Terutama ketika seseorang ingin fokus dalam organisasi dalam suatu bisnis.

Kesimpulan
Setiap bisnis harus memiliki strategi komunikasi bisnis yang efektif dan baik yang
diterapkan untuk setiap anggota karyawan Anda. Dalam pembukuan misalnya, Anda
harus memetakan dan memberikan komunikasi yang jelas tentang hak akses laporan
keuangan dan proses pencatatan pembukuan bisnis. Jika hal tersebut tidak dilakukan,
tentunya laporan keuangan Anda, bisa saja digunakan oleh pihak yang
bertanggungjawab.

Dengan Accurate Online, Anda dapat meminimalisir hal ini dengan fitur approval. Fitur
approval atau persetujuan transaksi adalah fitur pada Accurate Online yang berguna
memeberikan hak akses berbeda untuk setiap karyawan yang berbeda.

8 Contoh Kesalahpahaman Dalam Komunikasi Bisnis


 Post authorBy Ambar
 Post dateAugust 19, 2018
Menurut Kumar (2014), komunikasi bisnis adalah proses mengirimkan dan
memahami informasi atau gagasan antara orang-orang atau setiap divisi yang berada
dalam organisasi bisnis.

Sebagaimana bidang atau konteks komunikasi lainnya, dalam komunikasi bisnis pun


terdapat beberapa unsur atau komponen-komponen komunikasi yang mendukung
jalnnya proses komunikasi bisnis seperti pesan, pengirim, encoding, saluran
komunikasi, penerima, decoding, dan umpan balik.
Sebagai sebuah proses, komunikasi bisnis berjalan melalui tahap-tahap komunikasi.
Diawali dengan adanya ide atau gagasan yang dimiliki oleh pengirim pesan dan
diakhiri dengan umpan balik yang diberikan penerima pesan kepada pengirim pesan.

Dalam proses ini tak jarang ditemui berbagai hambatan komunikasi bisnis yang


menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi bisnis.

Hambatan-hambatan ini umumnya merujuk pada adanya ketidaksesuaian antara


pesan-pesan yang diterima dengan pesan-pesan yang dikirimkan hingga mengarah
atau berujung pada terjadinya konflik internal atau ketidakpuasan karyawan.

Ketidaksesuaian antara pesan yang diterima dengan pesan yang dikirimkan dalam
komunikasi bisnis dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti struktur organisasi yang
kompleks, perbedaan status, kurangnya rasa percaya, pemilihan saluran komunikasi
yang tidak tepat, iklim komunikasi yang tertutup, membludaknya informasi,
kompleksnya pesan yang disampaikan, adanya persaingan pesan, komunikasi yang
tidak etis, dan gangguan fisik.

Dari berbagai faktor yang menyebabkan kesalahpahaman dalam komunikasi bisnis


tersebut, kita dapat mengetahui beberapa contoh kesalahpahaman yang kerap terjadi
dalam komunikasi bisnis. Berikut adalah beberapa contoh kesalahpahaman yang
terjadi dalam komunikasi bisnis, di antaranya adalah :

1. Pesan berantai

Organisasi yang memiliki beberapa komunikasi vertikal  membuat pesan harus


melewati beberapa titik untuk dapat sampai ke penerima pesan. Pesan berantai seperti
ini dapat memicu terjadinya distorsi pesan yang mengakibatkan pesan yang diterima
oleh bawahan berbeda dengan pesan saat pertama kali disampaikan oleh atasan.

2. Adanya gangguan atau hambatan fisik


Gangguan atau hambatan fisik yang terjadi dalam proses komunikasi bisnis dapat
mengganggu proses penyampaian pesan dan menimbulkan kesalahpahaman dalam
komunikasi bisnis.

Misalnya, sambungan kabel yang kuang baik pada sound system, kualitas suara sound
system yang kurang baik, lampu yang tiba-tiba padam, terhalangnya khalayak oleh
tembok atau penghalang lainnya, salinan surat yang tidak terbaca, dan lain-lain.
3. Pesan bermakna ganda

Selain karena adanya gangguan atau hambatan fisik yang terjadi dalam proses
komunikasi bisnis, pesan yang bermakna ganda juga dapat mengganggu proses
penyampaian pesan dalam komunikasi bisnis. Hal ini juga dapat memicu terjadinya
kesalahpahaman dalam komunikasi bisnis.

4. Menggunakan saluran komunikasi yang tidak tepat

Kesalahan dalam memilih dan menggunakan saluran komunikasi yang tepat dapat
mendistrosi pesan dan menghilangkan makna pesan yang dimaksud.

Dalam komunikasi bisnis, kita harus jeli melihat situasi dan memilih saluran
komunikasi yang tepat. Pemilihan saluran komunikasi harus disesuaikan dengan sifat
pesan dan khalayak sasaran. Misalnya, penyampaian informasi mengenai kegiatan
perusahaan kepada khalayak di luar organisasi atau perusahaan dilakukan
melalui press release dan bukan secara tatap muka.
5. Kurang memperhatikan pesan

Adakalanya saat rapat, kita tidak sepenuhnya menyimak apa yang disampaikan oleh
atasan atau rekan kerja lainnya. Hal ini dipicu oleh adanya persaingan antara proses
penerimaan pesan dengan lingkungan sekitar seperti lampu mati, suara yang berisik,
atau hal-hal lain yang menggangu konsentrasi.

Perhatian dan konsentrasi menjadi terpecah dan pesan pun tidak dapat diterima
dengan utuh dan kesalahpahaman pun tak terhindarkan.

6. Komunikasi yang tidak etis

Atasan maupun bawahan yang tidak mengindahkan etika komunikasi bisnis ketika


berkomunikasi dapat memicu kesalahpahaman dalam komunikasi bisnis. Misalnya,
bawahan yang tidak memberikan informasi yang utuh dan sesuai fakta tentang kondisi
di lapangan kepada atasan. Hal ini berdampak pada kesalahan organisasi atau
perusahaan dalam mengambil keputusan.
7. Informasi yang membludak

Dalam dunia bisnis, jenis-jenis informasi berseliweran akibat banyaknya cara untuk


berkomunikasi seperti komunikasi tatap muka atau komunikasi bermedia.

Akibat tekanan pekerjaan, karyawan kerapkali mengabaikan panggilan telepon atau


pesan yang dikirimkan melalui surat elektronik. Pengabaian ini berakibat pada
lolosnya berbagai pesan-pesan penting yang harus ditindaklanjuti dengan segera
seperti pesan tentang rapat, data informasi, atau pesan-pesan penting lainnya. Pesan-
pesan itu hanya dapat dikirimkan atau diterima tetapi tidak pernah dilihat untuk
ditindaklanjuti. Inilah contoh membludaknya informasi.

8. Kesalahan dalam menafsirkan pesan

Kesalahan dalam menafsirkan pesan dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam


komunikasi bisnis.  Kesalahan ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya
perbedaan budaya, perbedaan latar belakang, perbedaan bahasa, perbedaan dalam
menafsirkan kata, dan perbedaan reaksi emosional.

Misalnya, orang Medan yang berbicara dengan nada suara yang keras kerap
disalahartikan oleh orang yang berasal dari suku lain. Mereka menganggap orang
Medan marah-marah sehingga pesan yang diterima pun menjadi salah.

Demikianlah ulasan singkat tentang contoh kesalahpahaman dalam komunikasi bisnis.


Semoga dapat menambah wawaan dan pengetahuan kita tentang komunikasi bisnis
dan hal-hal yang menimbulkan kesalahpahaman dalam komunikasi bisnis disertai
dengan contoh.

Tips Mengatasi Kesalahan Presepsi

Setelah kita mengetahui beberapa penyebab terjadinya kesalahan


persepsi, kini saatnya kita mengupas cara mengatasi kesalahan persepsi.
Berikut adalah ulasan singkatnya.

1. Empati

Kesalahan persepsi dapat menyebabkan kegagalan komunikasi. Salah


satu cara mengatasi kesalahan persepsi adalah dengan meningkatkan
kemampuan untuk berempati. Empati adalah kemampuan untuk
menciptakan kembali perspektif orang lain, mengalami dunia dari sudut
pandang orang lain. Dengan menempatkan diri dalam perspektif orang
lain akan membuat kita tidak gegabah dalam memberikan persepsi
sehingga kesalahapahaman dapat dihindari.

2. Mengembangkan sikap toleran

Mengembangkan sikap empati dapat mengembangkan sikap toleran.


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Online, bersikap toleran adalah
bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,
membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan,
kelakukan, dan sebagainya) yang berbeda atau bertentangan dengan
pendirian sendiri.

3. Memeriksa persepsi

Memeriksa persepsi adalah suatu keterampilan yang menyuguhkan cara


terbaik untuk menangani interpretasi. Pemeriksaan persepsi memiliki
tiga bagian, yaitu deskripsi perilaku yang diperhatikan, minimal terdapat
dua interpretasi yang mungkin dari perilaku, dan permintaan klarifikasi
terkait bagaimana menafsirkan perilaku.

4. Mengevaluasi persepsi

Beberapa kesalahan persepsi atau persepsi negatif dapat mendatangkan


kerugian bagi diri sendiri. Bila terjadi kesalahan persepsi, maka kita
harus mempertimbangkan sejauh mana persepsi negatif atau kesalahan
persepsi tersebut dapat mempengaruhi diri. Dengan melakukan evaluasi
dan memprioritaskan kesalahan persepsi dapat mengarah pada langkah
yang harus diambil selanjutnya.

5. Menemukan akar masalah

Jika terjadi kesalahan persepsi maka cobalah untuk menentukan apa


yang menjadi dasar orang lain memberikan persepsi. Hal ini mungkin
terjadi akibat adanya kesan pertama yang negatif atau menerima
informasi yang salah dari seseorang. Jika kita dapat menemukan apa
yang menjadi sumber masalah maka hal tersebut dapat membantu kita
menghentikan masalah yang terjadi akibat kesalahan persepsi.

6. Mengembangkan strategi untuk mengubah persepsi

Mungkin kita perlu mengembangkan sebuah strategi yang berbeda untuk


orang yang berbeda. Jangan mengembangkan strategi yang sama ketika
terjadi kesalahan persepsi karena setiap orang memiliki cara tersendiri
dalam menghadapi persepsi.

7. Bersedia mengakui dan menerima adanya masalah

Setiap permasalahan yang terjadi ada baiknya tidak selalu menyalahkan


pihak lain. Jika survey yang kita lakukan mengkonfirmasikan bahwa ada
persepsi negatif yang terjadi, maka kita harus terima hasilnya hanya
sebagai sebuah kebenaran.

8. Jangan bersikap defensif

Ketika terjadi kesalahan persepsi hendaknya kita berhati-hati untuk tidak


menolak adanya kesalahan persepsi. Cobalah untuk mencari kebenaran
dari apa yang dikatakan oleh orang lain. Bersikap jujur kepada diri
sendiri menjadi hal penting karena dibalik kesalahan persepsi selalu
terdapat setitik realitas bahkan tanpa kita sadari.

9. Memberi waktu

Kesan pertama terbentuk seketika karena itulah kesalahan persepsi dapat


terjadi. Yang dapat kita lakukan adalah memberi waktu agar kesan
pertama tersebut hilang dan melanjutkan ke arah yang baru dengan
mulai mecari perubahan dalam sikap.

10. Berkomunikasi

Kesalahan persepsi dapat diatasi dengan berkomunikasi. Merubah


persepsi tidaklah mudah, diperlukan beberapa pendekatan untuk
melakukannya. Misalnya, dalam konteks organisasi, langkah yang
diperlukan adalah mengadakan pertemuan untuk membicarakan situasi
dengan tenang dan kepala dingin serta menjelaskan persepsi dan
langkah-langkah yang telah dilakukan untuk mengubah persepsi
tersebut.

mangnya apa saja caranya? Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

1. Klarifikasi langsung

Salah satu cara mengatasi kesalahan persepsi dalam komunikasi adalah


dengan melakukan klarifikasi langsung ketika proses komunikasi
tersebut masih berjalan. Hal ini bisa dilakukan apabila kita memiliki
kepekaan terhadap adanya kesalahan persepsi yang dimiliki oleh sang
komunikan. Dengan kata lain, kita memerlukan suatu kemampuan untuk
mengidentifikasi bagaimana suatu komunikan mempersepsi komunikasi
yang kita lakukan dengan cepat. Baca juga Penggunaan Komunikasi
dalam Hubungan Negara.

2. Klarifikasi paska komunikasi

selain melakukan klarifikasi secara langsung, seorang komunikator juga


bisa melakukan klarifikasi paska sebuah komunikasi dilakukan. Hal ini
bisa dilakukan untuk mengatasi masalah kesalahan persepsi yang baru
dideteksi paska komunikasi selesai dilakukan. Tentunya hal ini sangat
diperlukan khususnya apabila kesalahan persepsi tersebut memberikan
dampak negatif yang besar bagi kepentingan seseorang atau suatu
organisasi tertentu.

3. Menjelaskan ulang

Salah satu teknik atau cara yang bisa dilakukan untuk membenarkan
persepsi seseorang tentunya adalah dengan cara menjelaskan kembali
gagasan komunikasi yang sebelumnya telah disampaikan. Penyampaian
kembali ini bisa dilakukan dengan teknik yang berbeda, oleh orang yang
berbeda, dan berbagai cara yang lainnya. Dengan melakukan hal ini
maka persepsi seorang komunikator bisa diperbaiki dengan lebih tepat.
Baca juga tentang Fungsi Gatekeeper dalam Komunikasi Massa

4. Menggunakan bahasa tubuh yang sesuai

Salah satu cara atau upaya penjelasan kembali ketika berusaha untuk
memperbaiki persepsi yang dimiliki oleh komunikator adalah dengan
menggunakan bahasa tubuh yang sesuai. Bahasa tubuh yang sesuai atau
mendukung maksud dari komunikasi yang kita lakukan, bisa sangat
membantu komunikan dalam memahami pesan kita yang sebenarnya.
Tentunya hal ini bisa sangat berguna apabila kita melakukan klarifikasi
secara langsung.

5. Melakukan jumpa pers

Bagi pihak pemerintah, perusahaan, organisasi ataupun kelompok


tertentu, jumpa pers adalah salah satu di antara berbagai cara yang bisa
dilakukan untuk memberikan informasi yang bisa mengatasi kesalahan
persepsi yang timbul terhadap suatu peristiwa tertentu yang menyangkut
kepentingan dari sang komunikator. Sering kali hal ini dilakukan untuk
menyampaikan klarifikasi, penyampaian informasi perkembangan
mengenai suatu peristiwa tertentu, atau untuk menyampaikan sebuah
fenomena baru yang ditemukan oleh subjek yang sedang berbicara. Baca
juga tentang Gangguan Emosional Dalam Komunikasi

6. Memberikan press release

Selain melakukan jumpa pers, kamu juga bisa memberikan press release
yang bisa berguna untuk memberikan keterangan terhadap masyarakat
melalui media massa seperti koran ataupun yang lainnya. Dengan
melakukan press release, maka kita bisa memberikan informasi pada
khalayak luas dengan cepat.

7. Empati
Empati adalah salah satu hal penting yang bisa membantu suatu proses
komunikasi. Salah satu hal yang bisa dibantu dengan adanya empati
adalah dalam hal memahami komunikan ataupun komunikator. Dengan
adanya persepsi, kita berusaha untuk menyelami alam pikiran
komunikator dan komunikan sehingga kita bisa mengurangi tingkat
kesalahan komunikasi yang mungkin terjadi. Walaupun hal ini bisa saja
tidak mudah untuk dilakukan, terutama pada mereka yang masih awal
dalam melakukan atau berlatih empati, akan tetapi kemampuan untuk
melakukan empati adalah suatu hal penting yang bisa membantu dalam
mengatasi kesalahan persepsi dalam komunikasi. Ketahui
tentang Empati dalam Komunikasi Interpersonal

8. Memeriksa persepsi

Salah satu cara yang bisa berperan sebagai cara mengatasi kesalahan
persepsi dalam komunikasi ataupun dalam mencegah agar persepsi kita
tidak salah adalah dengan cara melakukan pemeriksaan dan evaluasi
terhadap persepsi yang kita miliki. Pemeriksaan persepsi ini bisa
dilakukan dengan cara mempertanyakan atau tidak langsung
mempercayai persepsi yang saat itu sedang kita miliki. Dengan cara ini,
kita bisa menjaga atau setidaknya mengurangi potensi terjadinya
kesalahan persepsi. Baca juga tentang Cara Mempersatukan Persepsi
dalam Bahasa Komunikasi

9. Tidak mempercayai kesan pertama sebagai kesan final

Senada dengan cara di atas, langkah berikutnya yang bisa kita gunakan
sebagai salah satu cara untuk mengatasi kesalahan persepsi adalah
dengan tidak mempercayai kesan pertama sebagai kesan final. Cara ini
adalah penerapan lanjutan mengenai bagaimana cara untuk memeriksa
persepsi di atas. Dengan melakukan hal ini, kamu bisa mengurangi
risiko munculnya persepsi yang salah atas komunikasi yang kamu
lakukan. Hal ini terutama sangat berguna untuk komunikan dalam suatu
komunikasi satu arah.

10. Mengembangkan strategi untuk mengubah persepsi


Cara berikutnya adalah cara mengatasi persepsi yang keliru dalam
komunikasi berikutnya. Cara ini bisa digunakan untuk membuat kita
lebih waspada terhadap komunikasi yang mungkin akan kita alami di
masa depan dan hal tersebut sering kali membuat kita salah dalam
memahami maksud pesan yang hendak disampaikan oleh komunikator.
Baca juga tentang  Pengaruh Persepsi dalam Komunikasi Interpersonal

11. Bersedia mengakui dan menerima adanya masalah

Cara berikutnya dalam mengatasi kesalahan persepsi yang mungkin


terjadi dalam suatu komunikasi adalah dengan memiliki sikap lapang
dada, dalam arti bersedia mengakui bahwa persepsi yang dimiliki keliru
dan siap mendapatkan persepsi baru yang lebih sesuai dengan
komunikasi yang dilakukan oleh komunikator.

12. Memberi jeda waktu

Selain melakukan beberapa hal di atas, cara lain yang bisa dilakukan
sebagai salah satu car untuk mengatasi kesalahan persepsi adalah dengan
cara memberikan jeda waktu. Maksudnya adalah, komunikator bisa
memberikan jeda waktu selama beberapa saat bagi komunikan untuk
bertanya atau menyampaikan pendapat, atau memberikan respons
terhadap apa yang disampaikan oleh komunikator. Komunikan juga bisa
memberikan jeda waktu bagi komunikator dalam komunikasi yang
dilakukan supaya mereka bisa mengetahui lebih pasti terhadap apa yang
disampaikan oleh komunikator dengan menunggu kata-kata apa yang
akan disampaikan olehnya pada komunikasi yang berjalan.

13. Tidak defensif

Selain beberapa cara di atas, cara berikutnya yang bisa dilakukan untuk
mengatasi kesalahan persepsi dalam komunikasi adalah dengan memiliki
sikap yang tidak defensif. Sifat ini akan membuat komunikasi yang kita
lakukan jadi lebih baik karena kita tidak berupaya untuk
mempertahankan pendapat atau persepsi masing-masing secara ekstrem.
b. Gaya-Gaya Kepemimpinan
1. Gaya Kepemimpinan OtokratisGaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri
pemimpin atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang datangnya dari
pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya peran serta anak buah dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan. 
Pemimpin secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana berbagai tugas
harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian perintah.
Pemimpin otokratis adalah seseorang yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia memerintah
berdasarkan kemampuannya untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman. 
Gaya kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerjasama
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala kegiatan yang akan dilakukan semata-
mata diputuskan oleh pimpinan.
Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan otokratis adalah sebagai berikut:

Wewenang mutlak terpusat pada pemimpin;

Keputusan selalu dibuat oleh pemimpin;

Kebijakan selalu dibuat oleh pemimpin;

Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan;

Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahannya dilakukan secara
ketat;

Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran pertimbangan atau pendapat;

Lebih banyak kritik dari pada pujian, menuntut prestasi dan kesetiaan sempurna dari bawahan tanpa
syarat, dan cenderung adanya paksaan, ancaman, dan hukuman.

2. Gaya Kepemimpinan DemokratisGaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi


orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.
Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat pada anak buah, kepemimpinan
dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak
buah untuk merumuskan tindakan keputusan bersama.
Adapun ciri-cirinya sebagai berikut:a. Wewenang pemimpin tidak mutlak;b. Pimpinan bersedia
melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan;c.  Keputusan dan kebijakan dibuat bersama antara
pimpinan dan bawahan;d. Komunikasi berlangsung secara timbal balik, baik yang terjadi antara
pimpinan dan bawahan maupun sesama bawahan;e. Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku,
perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara wajar;f.  Prakarsa dapat datang dari pimpinan
maupun bawahan;g.  Banyak kesempatan bagi bawahan untuk menyampaikan saran, pertimbangan
atau pendapat; Tugas-tugas kepada bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan dari pada
intruksi;h. Pimpinan memperhatikan dalam bersikap dan bertindak, adanya saling percaya, saling
menghormati.
3. Gaya Kepemimpinan DelegatifGaya Kepemimpinan delegatif dicirikan dengan jarangnya pemimpin
memberikan arahan, keputusan diserahkan kepada bawahan, dan diharapkan anggota organisasi dapat
menyelesaikan permasalahannya sendiri (MacGrefor, 2004). 
Gaya Kepemimpinan adalah suatu ciri khas prilaku seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya
sebagai pemimpin. Dengan demikian maka gaya kepemimpinan seorang pemimpin sangat dipengaruhi
oleh karakter pribadinya. 
Kepemimpinan delegatif adalah sebuah gaya kepemimpinan yang dilakukan oleh pimpinan kepada
bawahannya yang memiliki kemampuan, agar dapat menjalankan kegiatannya yang untuk sementara
waktu tidak dapat dilakukan oleh pimpinan dengan berbagai sebab. 
Gaya kepemimpinan delegatif sangat cocok dilakukan jika staf yang dimiliki memiliki kemampuan dan
motivasi yang tinggi. dengan demikian pimpinan tidak terlalu banyak memberikan instruksi kepada
bawahannya, bahkan pemimpin lebih banyak memberikan dukungan kepada bawahannya.
4. Gaya Kepemimpinan BirokratisGaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan
peraturan”. Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku bagi
pemipin dan anak buahnya. 
Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada
secara kaku tanpa adanya fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan sedikit saja
kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas dari ketentuan yang ada.
Adapun karakteristik dari gaya kepemimpinan birokratis adalah sebagai berikut:a. Pimpinan
menentukan semua keputusan yang bertalian dengan seluruh pekerjaan dan memerintahkan semua
bawahan untuk melaksanakannya;b.  Pemimpin menentukan semua standar bagaimana bawahan
melakukan tugas;c. Adanya sanksi yang jelas jika seorang bawahan tidak menjalankan tugas sesuai
dengan standar kinerja yang telah ditentukan.
5. Gaya Kepemimpinan Laissez FaireGaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil
inisiatif. Kurang interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bias
berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan akan mengejar tujuan dan
sasaran cukup tinggi.
Dalam gaya kepemimpinan ini, pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali
membiarkan anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya. Adapun ciri-ciri gaya kepemimpinan Laissez
Faire adalah sebagai berikut:

1. Bawahan diberikan kelonggaran atau fleksibel dalam melaksanakan tugas-tugas, tetapi dengan
hati-hati diberi batasan serta berbagai produser;
2. Bawahan yang telah berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya diberikan hadiah atau penghargaan,
di samping adanya sanksi-sanksi bagi mereka yang kurang berhasil, sebagai dorongan;
3. Hubungan antara atasan dan bawahan dalam suasana yang baik secara umum manajer bertindak
cukup baik;
4. Manajer menyampaikan berbagai peraturan yang berkaitan dengan tugas-tugas atau perintah, dan
sebaliknya para bawahan diberikan kebebasan untuk memberikan pendapatannya.

6. Gaya Kepemimpinan Otoriter / AuthoritarianAdalah gaya pemimpin yang memusatkan


segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala
pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut,
sedangkan para bawahan hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.
Tipe kepemimpinan yang otoriter biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang
diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini
akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar kebijaksanaan
tersebut dapat tercapai dengan baik. 
Di sini bawahan hanyalah suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya
sendiri, inisiatif yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.

7. Gaya Kepemimpinan Demokratis / DemocraticGaya kepemimpinan demokratis adalah


gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam gaya
kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi tentang tugas serta
tanggung jawab para bawahannya.
Tipe kepemimpinan demokratis merupakan tipe kepemimpinan yang mengacu pada hubungan.
Di sini seorang pemimpin selalu mengadakan hubungan dengan yang dipimpinnya. Segala
kebijaksanaan pemimpin akan merupakan hasil musyawarah atau akan merupakan kumpulan ide
yang konstruktif. Pemimpin sering turun ke bawah guna mendapatkan informasi yang juga akan
berguna untuk membuat kebijaksanaan-kebijaksanaan selanjutnya.

8. Gaya Kepemimpinan KarismatisKelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah


mampu menarik orang. Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan
semangat. Biasanya pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat
menyenangi perubahan dan tantangan.

Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model ini bisa di analogikan dengan
peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka mampu menarik orang untuk datang
kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang – orang yang datang ini akan kecewa karena
ketidak-konsisten-an. Apa yang diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta
pertanggungjawabannya, si pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.

9. Gaya Kepemimpinan DiplomatisKelebihan gaya kepemimpinan diplomatis ini ada di


penempatan perspektifnya. Banyak orang seringkali melihat dari satu sisi, yaitu sisi keuntungan
dirinya. Sisanya, melihat dari sisi keuntungan lawannya. Hanya pemimpin dengan kepribadian
putih ini yang bisa melihat kedua sisi, dengan jelas! Apa yang menguntungkan dirinya, dan juga
menguntungkan lawannya.
Kesabaran dan kepasifan adalah kelemahan pemimpin dengan gaya diplomatis ini. Umumnya,
mereka sangat sabar dan sanggup menerima tekanan. Namun kesabarannya ini bisa sangat
keterlaluan. Mereka bisa menerima perlakuan yang tidak menyengangkan tersebut, tetapi
pengikut-pengikutnya tidak. Dan seringkali hal inilah yang membuat para pengikutnya
meninggalkan si pemimpin.
10. Gaya Kepemimpinan OtoriterTipe kepemimpinan yang otoriter biasanya berorientasi
kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan oleh suatu lembaga atau suatu organisasi,
maka kebijaksanaan dari lembaganya ini akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah
kepada bawahannya agar kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan
hanyalah suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif yang
datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.
Kelebihan model kepemimpinan otoriter ini ada di pencapaian prestasinya. Tidak ada satupun
tembok yang mampu menghalangi langkah pemimpin ini. Ketika dia memutuskan suatu tujuan,
itu adalah harga mati, tidak ada alasan, yang ada adalah hasil. 
Langkah – langkahnya penuh perhitungan dan sistematis. Dingin dan sedikit kejam adalah
kelemahan pemimpin dengan kepribadian merah ini. Mereka sangat mementingkan tujuan
sehingga tidak pernah peduli dengan cara. Makan atau dimakan adalah prinsip hidupnya.

11. Gaya Kepemiminan MoralisKelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah


umumnya Mereka hangat dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi
terhadap permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan ada
dalam diri pemimpin ini. 
Orang – orang yang datang karena kehangatannya terlepas dari segala kekurangannya.
Kelemahan dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat tidak
stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat menyenangkan dan
bersahabat.
Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih memilih gaya kepemimpinan demokratis.Karena
melalui gaya kepemimpinan seperti ini   permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama
antara atasan dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.

12. Gaya Kepemimpinan AdministratifGaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif


dan telalu kaku pada aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil
resiko dan mereka cenderung  mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini jika mengacu
kepada analisis perubahan yang telah  kita bahas sebelumnya, hanya cocok pada
situasi Continuation, Routine change, serta Limited change.
13. Gaya kepemimpinan analitis (Analytical)Dalam gaya kepemimpinan tipe ini,  biasanya
pembuatan keputusan didasarkan pada proses analisis,  terutama analisis logika pada setiap
informasi yang diperolehnya. 
Gaya ini berorientasi pada hasil dan menekankan pada rencana-rencana rinci serta berdimensi
jangka panjang. Kepemimpinan model ini sangat mengutamakan logika dengan menggunakan
pendekatan-pendekatan yang masuk akal serta kuantitatif.

14. Gaya kemimpinan   asertif (Assertive)Gaya kepemimpinan ini sifatnya lebih agresif dan
mempunyai perhatian yang sangat besar pada pengendalian personal dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan lainnya. 
Pemimpin tipe asertif lebih terbuka dalam konflik dan kritik. Pengambilan keputusan muncul
dari proses argumentasi dengan beberapa sudut pandang sehingga muncul kesimpulan yang
memuaskan.

15. Gaya kepemimpinan entrepreneurGaya kepemimpinan ini sangat menaruh perhatian


kepada kekuasaan dan hasil akhir serta  kurang mengutamakan  pada kebutuhan akan kerjasama.
Gaya kepemimpinan model ini biasannya selalu mencari pesaing dan menargetkan standar yang
tinggi.

16. Gaya Kepemimpinan VisionerKepemimpinan visioner, adalah pola kepemimpinan yang


ditujukan untuk memberi arti pada kerja dan usaha yang perlu dilakukan bersama-sama oleh para
anggota perusahaan dengan cara memberi arahan dan makna pada kerja dan usaha yang
dilakukan berdasarkan visi yang jelas.  Kepemimpinan Visioner memerlukan kompetensi
tertentu. Pemimipin visioner setidaknya harus memiliki empat kompetensi kunci sebagaimana
dikemukakan oleh Burt Nanus (1992), yaitu: 1. Seorang pemimpin visioner harus memiliki
kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dengan manajer dan karyawan lainnya dalam
organisasi. Hal ini membutuhkan pemimpin untuk menghasilkan “guidance, encouragement, and
motivation.” 2. Seorang pemimpin visioner harus memahami lingkungan luar dan memiliki
kemampuan bereaksi secara tepat atas segala ancaman dan peluang. Ini termasuk, yang plaing
penting, dapat "relate skillfully" dengan orang-orang kunci di luar organisasi, namun memainkan
peran penting terhadap organisasi (investor, dan pelanggan). 3. Seorang pemimpin harus
memegang peran penting dalam membentuk dan mempengaruhi praktek organisasi, prosedur,
produk dan jasa. Seorang pemimpin dalam hal ini harus terlibat dalam organisasi untuk
menghasilkan dan mempertahankan kesempurnaan pelayanan, sejalan dengan mempersiapkan
dan memandu jalan organisasi ke masa depan (successfully achieved vision). 4.  Seorang
pemimpin visioner harus memiliki atau mengembangkan "ceruk" untuk mengantisipasi masa
depan. Ceruk ini merupakan ssebuah bentuk imajinatif, yang berdasarkan atas kemampuan data
untuk mengakses kebutuhan masa depan konsumen, teknologi, dan lain sebagainya. Ini termasuk
kemampuan untuk mengatur sumber daya organisasi guna memperiapkan diri menghadapi
kemunculan kebutuhan dan perubahan ini. 
Dalam era turbulensi lingkungan seperti sekarang ini, setiap pemimpin harus siap dan dituntut
mampu untuk melakukan transformasi terlepas pada   gaya kepemimpinan apa yang mereka anut.

Pemimpin harus mampu mengelola perubahan, termasuk di dalamnya mengubah budaya


organiasi yang tidak lagi kondusif dan produktif. Pemimpin harus mempunyai visi yang tajam,
pandai mengelola keragaman  dan mendorong  terus proses pembelajaran   karena dinamika
perubahan lingkungan serta persaingan yang semakin ketat.

17. Gaya Kepemimpinan SituasionalKepemimpinan situasional adalah “a leadership


contingency theory that focuses on followers readiness/maturity”. Inti dari teori kepemimpinan
situational adalah bahwa gaya kepemimpinan seorang pemimpin akan berbeda-beda, tergantung
dari tingkat kesiapan para pengikutnya.
Pemahaman fundamen dari teori kepemimpinan situasional adalah tentang tidak adanya gaya
kepemimpinan yang terbaik. Kepemimpinan yang efektif adalah bergantung pada relevansi
tugas, dan hampir semua pemimpin yang sukses selalu mengadaptasi gaya kepemimpinan yang
tepat.
Efektivitas kepemimpinan bukan hanya soal pengaruh terhadap individu dan kelompok tapi
bergantung pula terhadap tugas, pekerjaan atau fungsi yang dibutuhkan secara keseluruhan.   Jadi
pendekatan kepemimpinan situasional fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu
situasi yang unik.
Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya
terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada
dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai
pengikut dan gaya kepemimpinan.

18. Kepemimpinan (Traits model of ledership)Kepemimpinan ini pada tahap awal mencoba


meneliti tentang watak individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti
misalnya: kecerdasan, kejujuran, kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam
bergaul, status sosial ekonomi mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran,
kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi
mereka dan lain-lain.  
Terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu
kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi
yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan pengikut dalam
satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi yang lain. 
Disamping itu, watak pribadi bukanlah faktor yang dominant dalam menentukan keberhasilan
kinerja manajerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah
dilakukan untuk mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin
yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik watak
dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat rendah.
19. Kepemimpinan MiliteristikTipe pemimpin seperti ini sangat mirip dengan tipe pemimpin
otoriter yang merupakan tipe pemimpin yang bertindak sebagai diktator terhadap para anggota
kelompoknya. 
Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan
sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2)
menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacara-
upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-
kritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah

Kepemimpinan (leadership) merupakan proses dalam memengaruhi, memotivasi, dan membuat


orang lain untuk berkontribusi terhadap kesuksesan dan efektivitas suatu organisasi atau
perusahaan dalam mencapai tujuan-tujuannya. Ada empat jenis kepemimpinan yang paling sering
diterapkan, yaitu kepemimpinan yang demokratis, kepemimpinan yang otokratis, kepemimpinan
yang bersifat afiliatif, dan kepemimpinan yang visioner.
Kepemimpinan demokratis adalah suatu jenis kepemimpinan dimana seorang pemimpin
mendelegasikan otoritasnya dan mengajak para pengikutnya untuk berpartisipasi dalam proses
pengambilan keputusan. Seorang pemimpin yang demokratis merupakan seorang pendengar yang
baik bagi para pengikutnya dan seorang pekerja tim yang baik, serta mampu memengaruhi dan
berkolaborasi dengan tim yang dipimpinnya. Dengan adanya gaya kepemimpinan seperti ini, tiap
masukan dari anggota tim dihargai dan komitmen dalam kerja tim dapat dirasakan melalui adanya
partisipasi yang aktif dari tiap anggota. Dalam hal ini, seorang pemimpin bisnis dapat menerapkan
gaya kepemimpinan ini untuk mendapatkan saran yang berguna dari para pekerjanya.
Gaya kepemimpinan yang kedua adalah kepemimpinan otokratis, yaitu suatu gaya kepemimpinan
dimana seorang pemimpin memiliki kekuasaan absolut dan tanggung jawab penuh dalam memimpin
timnya. Seorang pemimpin yang autokratis memimpin dengan memberikan perintah kepada
anggotanya, memberikan ancaman kepada para bawahannya, dan memiliki kontrol yang ketat
terhadap organisasi yang dipimpin. Selain itu, pemimpin yang otokratis selalu memonitor
berjalannya aktivitas kerja secara terus-menerus. Dengan gaya kepemimpinan yang otokratis,
seorang pemimpin bisnis dapat mengontrol perusahaannya dengan ketat. Gaya kepemimpinan ini
layak digunakan ketika perusahaan sedang menghadapi krisis.
Gaya kepemimpinan lainnya adalah kepemimpinan afiliatif, yaitu jenis kepemimpinan dimana
seorang pemimpin memberikan saran-saran yang efektif dan mendorong anggota timnya untuk lebih
aktif dalam memberikan ide dan pendapat. Pemimpin seperti ini memiliki beberapa karakteristik,
yaitu mementingkan harmoni antar para anggota timnya, berempati terhadap sesama,
meningkatkan semangat para anggotanya, dan membantu dalam menyelesaikan konflik antar
anggota tim. Pemimpin yang memiliki gaya kepemimpinan seperti ini menciptakan harmoni dalam
tim dengan membantu membangun hubungan anta para anggotanya. Seorang pemimpin
perusahaan dapat menerapkan gaya kepemimpinan seperti ini untuk memotivasi tim saat berada di
saat sulit maupun untuk mempererat hubungan antar anggotanya.
Jenis kepemimpinan yang terakhir adalah kepemimpinan visioner, yaitu jenis kepemimpinan dimana
pemimpin menginspirasi dan memotivasi para anggota timnya, berpegang teguh pada visi yang
ditetapkan, dan mendorong para anggotanya untuk menjalankan tugas-tugasnya sejalan dengan
tujuan besar yang ingin dicapai bersama. Seorang pemimpin yang visioner menginspirasi
sesamanya dan percaya terhadap visi yang ingin dicapainya dan memiliki empati terhadap anggota
tim. Seorang pemimpin yang visioner mengomunikasikan secara jelas mengenai bagaimana untuk
mencapai visi tersebut dan mengapa semua usaha dalam tim (baik perusahaan maupun organisasi
lainnya) diperlukan dalam mencapai visi tersebut. Gaya kepemimpinan ini diperlukan ketika bisnis
atau perusahaan membutuhkan suatu visi yang baru atau perubahan drastis yang memberikan
pengaruh besar terhadap perusahaan.

Apapun jenis kepemimpinan yang diterapkan dalam bisnis, pemimpin yang efektif memiliki sifat-sifat
yang dapat berkontribusi terhadap berkembangnya suatu bisnis. Ada lima sifat yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin. Pertama, seorang pemimpin yang efektif harus terus berinovasi dalam
membangun suatu nilai dan penerapan dalam bisnis, tidak terus berpaku pada cara-cara yang
konvensional. Kedua, seorang pemimpin yang efektif harus menginspirasi dan memotivasi semua
orang dalam perusahaan untuk mencapai visi yang ingin dituju bersama. Ketiga, seorang pemimpin
harus bisa menjadi teladan yang baik bagi para pekerjanya. Hal ini memotivasi para karyawan untuk
ingin terus meningkatkan kemampuan dan kinerja dalam diri mereka. Keempat, seorang pemimpin
yang efektif harus memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinggi dan mampu memahami
perasaan dalam diri tiap pekerjanya. Pemimpin yang efektif harus menghargai perasaan para
anggotanya dan membangun hubungan yang baik dengan mereka. Kelima, pemimpin yang efektif
memungkinkan para anggotanya untuk bertindak dengan memberikan akses terhadap informasi dan
memberdayakan para pekerjanya untuk bekerja dengan seluruh kemampuan yang mereka miliki.
Maka dari itu, untuk membangun dan mempertahankan suatu bisnis yang sukses, seorang
wirausahawan (entrepreneur) harus memiliki dan menerapkan kepemimpinan yang efektif dalam
menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan meningkatkan kinerja para pekerjanya untuk
mengembangkan bisnisnya.

ELEMEN – ELEMEN UMUM DALAM ORGANISASI


1.    The operating core
unsur pelaksana yaitu pegawai yang melakukan pekerjaan dasar berhubungan dengan
produksi & jasa.
2.    The strategic apex
unsur strategis pimpinan puncak yg bertanggung jawab terhadap keseluruhan
organisasi.
3.    The middle line
unsur kelompok menengah para pimpinan yang menjadi penghubung kelompok
pelaksana dengan kelompok strategis.
4.    The techno structure
unsur kelompok analis yg bertanggung jawab pada adanya SOP (standard operating
prosedure )
5.    The support staff
unsur kelompok orang-orang yang mengisi unit staff yang memberi jasa pendukung
tidak langsung pada organisasi

. Struktur organisasi

Setiap organisasi memiliki struktur organisasi masing-masing. Struktur


organisasi ini menggambarkan spesialisasi pekerjaan,
departementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan
desentralisasi pengambilan keputusan, dan formalisasi. Berdasarkan
teori organisasi klasik, komunikasi mengalir melalui jalur formal dari
tingkat yang paling atas ke tingkat paling bawah. Biasanya, komunikasi
digunakan oleh pihak manajemen untuk membagi tugas dan melakukan
pengawasan terhadap kinerja pegawai.

2. Arah komunikasi

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa menurut teori


organisasi klasik, komunikasi merupakan alat manajemen untuk
mengkomunikasikan pembagian kerja dan melakukan pengawasan. Dan
karena itu, pihak manajemen menggunakan saluran komunikasi formal
dan vertikal dari atas ke bawah atau downward communication untuk
melakukan pembagian kerja dan pengawasan. Sementara itu, menurut
teori organisasi transisional, komunikasi tidak hanya digunakan untuk
pembagian tugas atau kerja melainkan juga untuk membina hubungan
dengan anggota organisasi maupun dengan pihak-pihak di luar
organisasi. Karenanya, komunikasi tidak hanya mengalir dari atas ke
bawah melainkan juga dari bawah ke atas dan ke samping atau
komunikasi horisontal.
3. Isi komunikasi

Adapun isi komunikasi menurut teori organisasi klasik lebih


menitikberatkan pada hal-hal yang berkaitan dengan tugas atau
pekerjaan. Sementara itu, menurut pandangan teori transisional, isi
komunikasi tidak hanya menekankan pada hal-hal yang berkaitan
dengan pekerjaan melainkan juga komunikasi inovasi dan komunikasi
sosial. Komunikasi inovasi lebih menitikberatkan pada interaksi tentang
bagaimana sebuah pekerjaan dapat diselesaikan dengan  lebih baik.
Sedangkan komunikasi sosial dalam organisasi lebih menitikberatkan
pada peran komunikasi dalam membina hubungan antar anggota
organisasi serta pihak-pihak di luar organisasi.

4. Kepuasan pegawai

Kepuasan pegawai dalam organisasi merupakan hal yang sangat penting.


Namun, dalam teori organisasi klasik, hal ini tidaklah menjadi perhatian.
Berbeda dengan teori transisional dalam komunikasi organisasi dan teori
organisasi modern yang memandang bahwa kepuasan pegawai adalah
hal penting yang berpengaruh pada peningkatan kinerja. Karena itu,
interaksi yang terjadi di dalam organisasi tidak hanya bersifat vertikal
dari atas ke bawah melainkan juga dari bawah ke atas, ke samping,
diagonal, dan ke banyak arah. Hal ini dimaksudkan agar tujuan
organisasi dapat tercapai dengan baik.

5. Fungsi organisasi

Teori-teori seperti teori X dan Y dalam komunikasi organisasi memiliki


asumsi bahwa manajemen memiliki peran dalam menjalankan fungsi
organisasi seperti memberikan motivasi dan melakukan pengawasan
terhadap pegawai. Teori X yang berakar dati teori organisasi klasik
berasumsi bahwa organisasi bertanggungjawab dalam mengatur
keuangan, materi, dan sumber daya manusia dengan tujuan ekonomi.
Karena itu, menurut teori X, pegawai harus diberikan motivasi dan
diawasi agar sesuai dengan tujuan organisasi. Di sini, pihak manajemen
harus melakukan intervensi dan arahan terhadap pegawai yang pasif agar
tujuan organisasi dapat tercapai. Komunikasi yang terjadi adalah
komunikasi vertikal dari atas ke bawah.

Sementara itu, teori Y memandang bahwa seharusnya pihak manajemen


mengkonsptualisasikan pegawai yang termotivasi oleh berbagai
kebutuhan mengacu pada hierarki kebutuhan Maslow dan memiliki
kapabilitas untuk bekerja secara mandiri. Karena itu, manajer tidak perlu
melakukan intervensi serta arahan yang terlalu mendalam kepada
pegawai karena pegawai memiliki motivasi tersendiri untuk bekerja dan
meningkatkan kinerjanya. Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi
vertikal dari bawah ke atas.

6. Pengambilan keputusan

Tujuan penerapan komunikasi dalam organisasi salah satunya adalah


untuk mengambil keputusan. Agar dapat mengambil keputusan terbaik,
adakalanya, pihak manajemen mengetahuiterlebih dahulu informasi
mengenai produksi, pemasaran, keuangan dan lain sebagainya dengan
lebih rinci sebelum mengambil keputusan. Dala situasi ini, pegawai
memberikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan tersebut
melalui komunikasi vertikal dari bawah ke atas dan proses pengambilan
keputusan dapat diambil dengan cepat dan mudah. Di sini, dapat
dikatakan bahwa proses pengambilan keputusan melibatkan semua
tingkatan dalam organisasi sebagaimana dijelaskan dalam teori
integratif atau teori integratif dalam komunikasi organisasi.

7. Kepemimpinan

Satu di antara fungsi komunikasi bisnis yang utama adalah


kepemimpinan. Fungsi ini berkaitan dengan kemampuan pihak
manajemen dalam menjelaskan instruksi kepada pegawai serta perilaku
tertentu yang meungkinkan pegawai untuk mengikuti instruksi tersebut
tanpa kesulitan. Untuk memberikan instruksi semacam ini, pihak
manajemen menerapkan komunikasi vertikal dari atas ke bawah. Salah
satu teori yang mengkaji masalah kepemimpinan khususnya gaya
kepemimpinan dalam organisasi adalah teori Likert.

8. Saluran komunikasi

Tidak sedikit saluran komunikasi dalam organisasi yang digunakan


yakni komunikasi tertulis, komunikasi tatap muka, maupun komunikasi
bermedia. Dalam teori organisasi klasik, saluran komunikasi yang
banyak digunakan dalam organisasi adalah komunikasi tertulis seperti
pamflet, memorandum, buku pegangan, surat-surat, pernyataan
kebijakan, prosedur, dan penyajian berita secara elektronik. Saluran
komunikasi tertulis ini biasanya digunakan untuk menyebarluaskan
keputusan-keputusan serta kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
organisasi. Karena menyangkut keputusan, kebijakan serta aturan yang
dibuat organisasi khususnya pihak manajemen, maka jenis
komunikasinya pun berupa komunikasi vertikal dari atas ke bawah
dalam bentuk tertulis.

Sementara itu, dalam teori organisasi modern, komunikasi lebih banyak


menggunakan saluran komunikasi tatap muka atau komunikasi
interpersonal. Saluran komunikasi ini memungkinkan terjadinya umpan
balik yang sifatnya segera serta adanya lebih banyak petunjuk
nonverbal. Karena itu, komunikasi tatap muka lebih sesuai untuk
memuaskan kebutuhan manusia, dalam hal ini pegawai.

9. Gaya komunikasi

Teori-teori organisasi klasik lebih menekankan komunikasi formal


sebagai standar profesionalisme dan birokrasi. Hal ini berbanding
terbalik dengan teori organisasi modern yang lebih menekankan pada
komunikasi informal atau komunikasi nonformal antara manajer dan
pegawai. Mengacu pada teori organisasi modern, komunikasi jenis ini
tidak hanya bertujuan untuk membentuk efektivitas organisasi
melainkan juga untuk memenuhi kebutuhan manusia.

10. Pengawasan dan evaluasi

Pihak manajemen kerap menerapkan komunikasi vertikal dari atas ke


bawah untuk mengawasi kinerja pegawainya. Pengawasan yang
dilakukan oleh pihak manajemen umumnya terkait dengan instruksi
yang dilakukan melalui komunikasi dan hal ini  membuat pegawai
menaruh perhatian yang lebih pada tugas dan kegiatannya. Komunikasi
vertikal dari atas ke bawah juga kerap digunakan oleh pihak manajemen
untuk mengevaluasi kinerja pegawainya. Dalam teori-teori organisasi
klasik, masalah pengawasan dan evaluasi pihak manajemen terhadap
kinerja pegawai banyak dikupas.

11. Efektivitas komunikasi

Menurut beberapa teori organisasi yang termasuk dalam teori integratif,


efektivitas komunikasi dalam organisasi berkaitan erat dengan tidak
hanya apa yang terjadi di dalam organisasi melainkan juga bagaimana
suatu organisasi berkomunikasi dengan lingkungannya yakni dengan
konsumen atau masyarakat. Dalam arti, efektivitas komunikasi dalam
organisasi bergantung pada komunikasi internal dan komunikasi
eksternal yang dilakukan oleh organisasi.

12. Budaya organisasi

Hal lain yang menunjukkan hubungan teori organisasi dengan tipe


komunikasi adalah berkaitan dengan budaya organisasi. Dalam hal ini,
komunikasi internal dan komunikasi eksternal yang dilakukan oleh
organisasi berperan besar dalam membawa pesan-pesan tentang budaya
dan memengaruhi perilaku setiap anggotanya. Teori organisasi yang
menjelaskan hal ini adalah teori formasi budaya organisasi yang
dikemukakan oleh Edgar Schein.

13. Hubungan organisasi dan sosial

Teori organisasi yang termasuk teori-teori  kritis menekankan pada inti


komunikasi organisasi untuk memahami hubungan organisasi dan
membentuk hubungan sosial yang lebih luas. Di sini, komunikasi
dipandang sebagai sarana yang membentu organisasi, dimana melalui
proses komunikasi yang berlangsung didalamnya kita dapat memahami
kekuasaan yang ada dalam organisasi, termasuk didalamnya adalah
berbagai macam suara dominan yang memarjinalkan kaum perempuan
dan lainnya. Teori-teori ini mengusulkan sebuah nilai untuk
meningkatkan partisipasi dan demokrasi di kalangan pekerja.

Anda mungkin juga menyukai