Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

ISLAM RAHMATANLIL’ALAMIN
Makalah ini disusun sebagai bahan pada Ujian Tengah Semester 1

Disusun oleh :
Nama : Amelia Rochmahdani
NIM : J1D020004
Mata Kuliah : Pendidikan Agama Islam
Prodi : Pendidikan Bahasa dan
.Sastra Indonesia
Semester : 1 (Satu)

UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN


FAKULTAS ILMU BUDAYA
PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PURWOKERTO
2020

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’allaikum wr.wb.

Puji syukur Alhamdulillah atas segala karunia Allah SWT. Atas izin-Nya lah
saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Tak lupa pula saya kirimkan
shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW. Beserta
keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh ummatnya yang senantiasa istiqomah hingga
akhir zaman.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk Ulangan Tengah Semeester mata kuliah
Pendidikan Agama Islam bertema Islam Rahmatanlil’alamin. Dalam makalah ini saya
menguraikan mengenai pengertian islam, Dakwah Islam Rahmatanlil’alamin, Bentuk-
bentuk Rahmat Dalam Al-Qur’an, Konteks Islam sebagai Rahmatanlil’alamin, dan
Menelaah Gagasan Islam Rahmatanlil’alamin. Dalam penyelesaian makalah ini, saya
mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ulul Huda, S.Pd.I.,M.Si. selaku dosen mata
kuliah Pendidikan Agama Islam diprodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Saya
juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi ilmu serta
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirul kalam, saya menyadari jikalau dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Sehingga untuk itu saya mengharapkan saran dan kritik membangun
demi untuk perbaikan di masa mendatang. Besar harapan saya semoga makalah ini
bermanfaat dan memuaskan juga berguna bagi para pembaca dan penulisnya . Aamiin.

Wassalamu’allaikum wr.wb.
Purwokerto, 08 November 2020

Amelia Rochmahdani

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………...ii
Daftar Isi……………………………………………………………iii
BAB I………………………………………………………………..1
PENDAHULUAN…………………………………………………..1
A. Latar Belakang…………………………………………....1
B. Rumusan Masalah……………………………….………..1
C. Tujuan………………………………………………….....1
BAB II……………………………………………………………....2
PEMBAHASAN…………………………………………………….2
A. Pengertian Islam…………………………………………..2
B. Pengertian Dakwah Islam Rahmatanlil’alamin…………..3
C. Bentuk-bentuk Rahmat dalam Al-Qur’an………….……..4
D. Konteks Islam sebagai Rahmatanlil’alamin……………....5
E. Menelaah Gagasan Islam Rahmatanlil’alamin…………....6
BAB III……………………………………….……………………..8
PENUTUP ……………………………………………………….....8
A. Kesimpulan……………………………………………….8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………..….….….9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua agama memiliki tujuan yang sama, yaitu membentuk moral yang baik bagi para
pemeluknya. Namun demikian dalam kenyataannya di dunia ini tidak pernah sepi dari
perbuatan moral yang dilakukan oleh para pemeluk agama. Demikianpun dengan
agama Islam. Agama ini –melalui kitab sucinya (Al-Quran) dan Hadits Nabi SAW-
menyatakan bahwa kehadirannya adalah untuk mewujudkan akhlak yang mulia.
Namun dalam prakteknya, dalam masyarakat Islam sering kali diwarnai oleh tindakan-
tindakan yangberlawanan dengan klaimnya, yaitu sebagai agama moral.
Padahal semua ajaran Islam sebenarnya sudah diarahkan untuk mewujudkan moral
yang agung. Jadi baik lewat ajaran aqidah, akhlak, ibadah maupun mu’amalah,
semuanya memiliki satu tujuan, yaitu terbentuknya akhlak. Oleh karena itu para tokoh
agama memiliki kewajiban untuk terus mengingatkan umatnya akan pentingnya
mengaitkan setiap aktivitas keagamaan dengan moralitas ini. Jangan sampai ada
kegiatan atas nama Islam tetapi dalam ekspresinya malah menodai keagungan moral
Islam.

B. Rumusan Masalah
a) Pengertian Islam?
b) Apa yang dimaksud dari Dakwah Rahmatanlil’alamin?
c) Berapa bentuk Rahmat dalam Al-Qur’an?
d) Bagaimana konteks islam sebagai Rahmatanlil’alamin?
e) Berapa latarbelakang Islam Rahmatanlil”alamin dikampanyekan ke dunia?

C. TUJUAN
a) Untuk mengetahui sejarah dari pengertian Islam.
b) Untuk mengetahui sejarah dari Dakwah Rahmatanlil’alamin secara luas dan
lengkap.
c) Untuk mengetahui ada berapa banyak bentuk Rahmat dalam Al-Qur’an.
d) Untuk mengetahui seperti apa konteks islam sebagai Rahmatanlil’alamin.
e) Untuk mengetahui latar belakang islam Rahmatanlil’alamin dikampanyekan
ke dunia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN ISLAM

Islam adalah agama yang bersifat universal, humanis, dinamis, kontekstual dan akan
abadi sepanjang masa. Agama terakhir yang memiliki kitab suci resmi, orisinal dari
Allah Swt, dengan rasul terakhir-Nya penutup para nabi-nabi dan tidak ada nabi
setelahnya [Qs. al-Ahzâb/33: 40] Nabi Muhammad Saw. Allah Swt memberikannya al-
Qur’an sebagai panduan hidup umatnya yang bersifat universal, sedangkan ucapan,
tingkah laku dan diam Nabi Muhammad Saw umumnya disebut hadis dan sunnah
adalah panduan hidup kedua umat Muslim.
Islam adalah agama yang menyempurnakan agama-agama sebelumnya. Ibarat
bangunan rumah yang kekurangan satu batu bata, agama Islam menyempurnakan
ajaran-ajaran sebelumnya. Umat Muslim harus menganut ajaran Islam secara totalitas
(Qs. al-Baqarah/2: 208), tidak boleh menduakannya dengan menganut kepercayaan di
luar Islam (Qs. Ali Imrân/3: 85) dan tidak boleh ada keraguan terhadap al-Qur’an (Qs.
al-Baqarah/2: 2).4 Bukti kepercayaan umat Muslim terhadap ajarannya adalah selalu
berlaku sopan-santun, penuh kedamaian, lemah-lembut5 dan tidak saling menganiaya
(Qs. Yûsuf/12: 23), baik antar-agama, antarmanusia, kelompok, etnis dan suku dan
tidak menggunakan kekerasan dan menjustifikasi watak kekerasannya dengan dalil-
dalil al-Qur’an.

Islam diturunkan oleh Allah SWT adalah dengan misi untuk


menyempurnakan akhlak mulia. “Innamaa bu’itstu liutammima
makaarimal- akhlaq” (al-Hadits, riwayat al-Baihaqi. Lihat Yunahar
Ilyas, 2002: 6). Dengan demikian maka akhlak dalam Islam menjadi
tujuan akhir yang hendak diwujudkannya. Jika Islam dibagi menjadi 4 pokok ajaran
yaitu aqidah, akhlak, ibadah dan mu’amalah, sebagaimana dilakukan oleh
Muhammadiyah (Haidar Nashir, 2010: 179-180), maka keempat bidang ajaran Islam
itu semuanya memiliki satu tujuan yang sama dengan induknya, yaitu untuk
membentuk akhlak yang mulia (Yunahar Ilyas, ibid: 9-10).

2
B. PENGERTIAN DAKWAH RAHMATANLIL’ALAMIN

Dakwah rahmatan lil’ alamin adalah dakwah Rasulullah yang mengajak manusia ke
jalan Allah dengan semangat dasar kelembutan dan kasih sayang, dengan cara
berpegang teguh dengan al Quran dan mengikuti jalan hidup Nabi, agar mendapatkan
barokah di dunia dengan rezeki yang cukup, hujan yang cukup, dan tanah yang subur
serta mendapatkan nikmat surga di akhirat kelak. Rumusan di atas diramu dari tujuh
makna rahmat dalam al-Quran:
1. Pertama, kelembutan (riqqah), empati (ta’ aththuf), memberikan maaf
(maghfirah), penyayang (hanan) yang merupakan lawan kata dari azab,
kejahatan, kemudharatan, kekasaran.
2. Kedua, rezeki.
3. Ketiga, kenabian.
4. Keempat, tanah yang subur.
5. Kelima, alQuran.
6. Keenam, hujan
7. Ketujuh, surga.
Dakwah Rahmatan lil‘alamin mengajak manusia untuk menjadi manusia yang utuh
dengan memperhatikan aspek fisik, psikis, akal, maupun fitrah, dan memperhatikan
dengan seksama kehidupan orangorang yang beriman. Untuk mewujudkan Islam
rahmatan lil‘ alamin, al-Quran dan hadis mengajarkan nilai keseimbangan antara
hablun minallah dan hablun minannâ s.
Hablun minallah tergambar dalam duabelas poin, yaitu: 1). Beriman
kepada Allah dan berpegang teguh dengan keimanan; 2). Menaati Allah
dan Rasul-Nya; 3). Mendirikan sholat; 4). Memakmurkan masjid; 5). Mengkaji ayat-
ayat Allah di masjid; 6). Merasa diri banyak memiliki kekurangan dan berdoa supaya
mendapatkan rahmat; 7). Istighfar, taubat, dan memperbaiki diri; 8). Mengikuti al-
Quran dan mendengarkannya dengan seksama; 9). Bertaqwa; 10). Berjihad dengan
harta dan jiwa; 11). Sabar ketika menghadapi musibah; 12). Tawakkal kepada Allah.
Sedangkan ajaran tentang Hablun Minannâ s tergambar dalam duabelas berikut: 1).
Profesional dalam bekerja; 2). Saling berwala’ dengan sesama mukmin; 3). Amr
ma’ruf nahi munkar; 4). Membayar zakat; 5). Berbuat baik kepada orang tua; 6).
Ukhuwwah yang dibangun di atas dasar taqwa; 7). Hijrah; 8). Menjadi orang saleh; 9).
Infaq fi sabilillah untuk mendekatkan diri kepada Allah; 10). Makan harta yang
baik; 11). Berbuat baik kepada orang lemah, orang sakit, dan orang miskin; 12).
Berlomba melakukan kebaikan di antara suami dan istri.

Perbedaan studi ini dengan penelitian dan tulisan yang sebelumnya terletak pada
pendekatan. Perbedaan pendekatan melahirkan hasil yang juga berbeda. Peneliti
dalam tulisan ini mendudukkan makna rahmatan lil‘ alamin di dalam al-Quran dengan
menelusuri kata rahmat yang disebutkan dalam al-Quran. Penelitian yang
menggunakan tafsir maudhu’ i ini diharapkan mampu memberikan makna konseptual
yang utuh tentang rahmatan lil‘ alamin .

3
C. BENTUK-BENTUK RAHMAT DALAM AL-QUR’AN

Mengkaji tentang bentuk rahmat dalam al Quran bertujuan untuk mengetahui tingginya
perhatian Allah terhadap manusia dan untuk mengetahui ruh ajaran Islam secara umum.
Bentuk rahmat Allah dalam al-Quran ada tiga : 1). Rahmat Allah untuk seluruh
manusia; 2).Rahmat Allah yang khusus untuk orang yang beriman; 3). Rahmat Allah
untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.

Pertama, Rahmat Allah untuk Seluruh Manusia. Dalam tataran konsep, Islam
memberikan perhatian tinggi terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal. Semua
manusia mendapatkan rahmat ini, baik dia dekat dengan Allah maupun jauh, mukmin
atau kafir. Menebar rahmat ini menjadi bagian dari tugas Nabi Muhammad saw sebagai
komitmen dirinya untuk menjadi Rasul penebar rahmat buat semesta. Rahmat untuk
manusia bisa dikelompokkan dalam empat kategori: pertama, rahmat yang terkait
dengan fisik; kedua, rahmat terkait dengan batin atau non fisik; ketiga, rahmat yang
terkait dengan fitrah; keempat, rahmat terkait dengan akal. Karena kasih sayang dari
Allah, semua manusia merasakan empat jenis rahmat di atas. Rahmat fisik di antaranya
kesehatan, rezeki, kemampuan berkomunikasi, dll.

Kedua, Rahmat Allah yang spesial untuk orang beriman. Orang mukmin selain
mendapatkan rahmat di atas juga mendapatkan tambahan rahmat karena keimanan
mereka. Tetapi iman yang dimaksud di sini adalah iman yang hidup yang mampu
mewarnai seluruh diri, bukan iman yang beku yang tidak menghasilkan apa-apa.
Dengan iman yang hidup rahmat Allah akan bercucuran, menjadi lebih bermakna dan
bernilai. Secara umum, tambahan rahmat yang diperoleh orang mukmin
terbagi dua : rahmat di dunia, dan rahmat di akhirat. Di antara rahmat dunia untuk orang
yang beriman adalah terjaga dari azab yang membinasakan secara total (QS. Hud:43),
dibekali oleh Allah kecerdasan emosional yang tinggi. Mereka tidak mudah terjebak
dalam pola berfikir pragmatis yang mengedepankan kesenangan sesaat dan masa bodoh
dengan apa yang akan terjadi kemudian. (Al-Hasyr: 18). Rahmat Allah yang lain buat
orang mukmin yang baik adalah tidak mudah takluk di bawah bujuk rayu syetan.
Mereka berasal dari kalangan jin tapi sebagian berasal dari manusia. Kemampuannya
menundukkan manusia sangat tinggi. Mereka bisa melihat manusia tanpa harus
menampakkan dirinya, bahkan mampu menyelinap masuk disetiap gerak darah tanpa
disadari oleh manusia. Rahmat lain yang diturunkan oleh Allah kepada sesama muslim
adalah keinginan yang kuat untuk bersatu, hidup bersama dalam komunitas orang-
orang shalih, tidak menyuburkan budaya saling mendengki, obyektif dalam menilai
permasalahan, mudah memaafkan saudara mereka yang melakukan kesalahan.
Kebersamaan yang dibangun di atas landasan iman membuat mereka unggul , tidak
gampang di intervensi oleh kekuatan musuh, kerusakan bisa ditanggulangi Bersama
sehingga kemurkaan Allah tidak menghinggapi mereka.

Ketiga, Rahmat Allah untuk seluruh makhluk-Nya. Di antara bentuk rahmat Allah
untuk seluruh makhlukNya: mengatur seluruh makhluk dari sejak diciptakan hingga
dimatikan Al-An’ am: 59). Allah juga memerintahkan kita untuk berbuat baik dengan
alam dan segala isinya dan tidak merusaknya (QS. Al-A’ raf: 56).

4
D. KONTEKS ISLAM SEBAGAI RAHMATANLIL’ALAMIN

Konteks Islam sebagai rahmatan lil-alamin. Dalam bagian ini, banyak menyoroti
persoalan seperti terorisme, pluralisme, konflik dan kerjasama lintas agama, dan juga
fundamentalisme Islam. Munculnya semua masalah kemanusiaan ini dipicu oleh
kegagalan pemeluk agama memahami hakikat dari keberagamaan. Budaya kekerasan
terutama lahir karena kekeliruan memahami ajaran-ajaran agama yang banyak
dirumuskan dimasa-masa perang, anggapan orang lain sebagai musuh atau pesaing
kebenaran, dan kegagalan umat manusia menciptakan tatanan kehidupan yang
berkeadilan dan bermartabat. Alih-alih memerangi persoalan bersama seperti
kemiskinan, kebodohan, keserakahan, dan sebagainya, sebagian pemeluk agama malah
saling menyerang satu sama lain dan bahkan terlibat dalam konflik keagamaan.
Pendeknya, mereka tidak lagi berada di “Jalan Tuhan”: tidak lagi menggunakan nalar
sebagai pembeda mereka dari hewan, mengedepankan hawa nafsu, mengejar kehidupan
badaniah ketimbang spiritualitas, gagal mewujudkan keadilan di muka bumi dan
kebahagiaan bagi semua orang.

Di sinilah sebenarnya letak Islam sebagai Rahmatan Lil-‘Alamin, yakni mengantarkan


umat manusia ke “Jalan Tuhan” tersebut. Penulis menekankan perlunya penggunaan
nalar dalam menentukan pilihan-pilihan dalam menyelesaikan persoalan kehidupan, tak
terkecuali ketika manusia harus berhadapan dengan teks-teks keagamaan mereka.
Karena nalar individual memiliki risiko besar untuk keliru, rujukan terhadap nalar
orang lain mutlak diperlukan. Prinsip penggunaan nalar seperti ini dan juga kerjasama
antar pihak penting agar manusia condong pada tindakan-tindakan positif dan terjauh
dari tindakan-tindakan negatif, apalagi dalam konteks majemuk dan plural seperti
Indonesia.

5
E. MENELAAH GAGASAN ISLAM RAHMATAN LIL ‘ALAMIN

Di dalam menelaah gagasan Islam Rahmatan lil Alamin perspektif KH. Hasyim
Muzadi, merujuk kepada sumber primer, yakni Islam Rahmatan lil Alamin menuju
Keadilan dan Perdamaian Dunia (Perspektif Nahdlatul Ulama).26 Konsep ini telah
dikampanyekan ke seluruh belahan dunia, sejak kepemimpinannya di NU, baik
bersama Gerakan Moral Nasional (Geralnas) atau International Conference of Islamic
Scholars [ICIS]. Kampanye ini telah membuat masyarakat di dunia simpati kepada
Islam dan menjadikannya sebagai salah satu presiden dalam World Conference of
Religions for Peace (WCRP) di dalam Pertemuan Pimpinan Agama se-Dunia ke-VIII
di Kyoto, 29 Agustus 2006. Para petinggi agama berjumlah 800 dari 100 negara seluruh
dunia, ikut dan menghasilkan Deklarasi Kyoto.

Beberapa landasan psikologis, historis dan realistis yang melatarbelakangi Islam


Rahmatan lil Alamin dikampanyekan ke dunia :

1. Pertama, NU sebagai organisasi garda depan dan penjaga NKRI telah


berhasil mengimplementasikan ajaran-ajaran Islam dengan baik. Sikap
dan pola dakwah tawassuth (moderat), i’tidal (tegak), tasammuh (toleran)
dan tawazun (seimbang), menjadikan NU memiliki ciri khas dan wajah
yang berbeda dengan organisasi-organisasi lainnya. Pertemuan dua
tautan inilah, pergumulan NU dengan masyarakat Indonesia cair, lentur
dan inklusif. Empat pilar dakwah yang dijalankan secara proporsional,
menjadikan NU kondusif menerima perbedaan di tengah-tengah
pergulatan pemikiran di Indonesia. NU dianggap sebagai organisasi
peyanggah moderasi Islam di Indonesia. Tradisi intelektual dan budaya di
pesantren serta perbedaan-perbedaan dalam kitab kuning, membuat warga NU
dalam menyikapi perbedaan baik masalah akidah, ideologi atau hal-hal
furû’iyah di tingkat nasional dan internasional. Kebiasaan-kebiasaan menerima
sajian yang berbeda inilah menghantarkan NU dewasa dalam menatap masa
depan dan menyebarkan ajaran Islam, dengan visi Islam Rahmatan lil Alamin.
Islam yang memberi rahmat kepada siapa pun, non-Muslim yang ingin masuk
Islam pun tidak ada paksaan dan tekanan apa pun. Konsep ukhuwah Islamiyah
(hubungan sesama orang Islam) yang dideklarasikan Nabi Muhammad,
termaktub dalam Piagam Madinah, menginspirasi lahirnya sikap dewasa dalam
menyikapi perbedaan. Untuk sesama umat Islam berlaku kaidah, “Bagi
kami amalan kami, dan bagi kamu amalan kamu” [Qs. al-Baqarah/2: 139],
sedangkan kepada agama lain berpegang pada, “Untukmu agamamu, dan
untukkulah agamaku” (Qs. al-Kâfirûn/109: 6).29 Artinya, jika di Indonesia
ada pluralisme (al-Ijtimâ’u fi al-Ikhtilâfi atau unity of diversity]30 itu sebuah
keniscayaan. Zaman Nabi Muhammad Saw pun dibolehkan “pluralisme
sosiologis-muamalah”, yang tidak dibolehkan yakni “pluralisme teologis”.
Ini adalah embrio Islam Rahmatan lil Alamin.

6
2. Kedua, merebaknya Islamo-phobia yang merasuki jiwa-jiwa nonMuslim. Di
kancah internasional, khususnya dalam pandangan masyarakat Barat, baik di
Amerika Serikat dan sekitarnya semakin meningkat setelah terjadinya sebuah
tragedi Twin Tower World Trade Center [WTC], 11 September 2001. George
W. Bush menyebut-nyebut pelaku serangan adalah teroris dari al-Qaidah yang
dinahkodai Osama bin Laden,32 seorang pengusaha dari Arab Saudi.33 Di
tingkat nasional, misalnya tragedi 1 Juni 2008 di Monumen Nasional (Monas).
Peristiwa Islam-Kristen dalam konflik Maluku, gerakan Aceh Merdeka yang
diafirmasi oleh kalangan Islam melalui Tengku Syafi’i, penyerangan
Ahmadiyah di Banten, perusakan gereja di Temanggung Jawa Tengah dan
deretan kasus-kasus di Indonesia. Semuanya, bisa meraup kebencian yang
tinggi, baik sesame Islam maupun non-Muslim.

3. Ketiga, perdamaian hakiki tidak akan wujud sebelum kedewasaan beragama,


kesadaran bersama dan keamanan lintas agama dan komunitas terjamin dengan
baik dan benar. Nilai-nilai yang dibawa oleh NU, manifestasi dari ajaran Islam
Rahmatan lil Alamin menjadi upaya memperbaiki wajah baru Islam di mata
dunia. Dengan mengedepankan gagasan ini maka Islam akan menjadi berkah
untuk alam semesta dan menjadi agama rahmat buat semua manusia.
Semangat ketauhidan yang kehilangan panggungnya membuat problem
teologis orang-orang Islam saat ini. Penyegaran ini diperlukan sebagai bentuk
upaya implementasi ajaran Islam secara baik dan benar kontekstual, namun
tidak kehilangan asasnya dan setiap orang mampu membawa Islam dengan
semangat kemanusiaan. Semangat ketauhidan yang berlebihan berpotensi
meninggalkan esensi alam raya dan kehidupan, seperti kemiskinan, kebodohan,
keserakahan dan lainnya. Perdamaian hakiki tidak akan wujud sebelum
penggunaan nalar dalam memahami agama berada pada posisi yang baik. Islam
sebagai Rahmatan lil Alamin dengan sikap ini menghantarkan orang menuju
“jalan Tuhan”.

7
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian Islam
Islam adalah agama yang bersifat universal, humanis, dinamis, kontekstual dan akan
abadi sepanjang masa. Agama terakhir yang memiliki kitab suci resmi, orisinal dari
Allah Swt, dengan rasul terakhir-Nya penutup para nabi-nabi dan tidak ada nabi
setelahnya [Qs. al-Ahzâb/33: 40] Nabi Muhammad Saw. Allah Swt memberikannya al-
Qur’an sebagai panduan hidup umatnya yang bersifat universal, sedangkan ucapan,
tingkah laku dan diam Nabi Muhammad Saw umumnya disebut hadis dan sunnah
adalah panduan hidup kedua umat Muslim.
Pengertian Dakwah Rahmatanlil’alamin
Dakwah rahmatan lil’ alamin adalah dakwah Rasulullah yang mengajak manusia ke
jalan Allah dengan semangat dasar kelembutan dan kasih sayang, dengan cara
berpegang teguh dengan al Quran dan mengikuti jalan hidup Nabi, agar mendapatkan
barokah di dunia dengan rezeki yang cukup, hujan yang cukup, dan tanah yang subur
serta mendapatkan nikmat surga di akhirat kelak.
Bentuk-bentuk Rahmat Dalam al-Quran
Mengkaji tentang bentuk rahmat dalam al Quran bertujuan untuk mengetahui tingginya
perhatian Allah terhadap manusia dan untuk mengetahui ruh ajaran Islam secara umum.
Bentuk rahmat Allah dalam al-Quran ada tiga : 1). Rahmat Allah untuk seluruh
manusia; 2).Rahmat Allah yang khusus untuk orang yang beriman; 3). Rahmat Allah
untuk seluruh makhluk ciptaan-Nya.
Menelaah Gagasan Islam Rahmatanlil’alamin
Di dalam menelaah gagasan Islam Rahmatan lil Alamin perspektif KH. Hasyim
Muzadi, merujuk kepada sumber primer, yakni Islam Rahmatan lil Alamin menuju
Keadilan dan Perdamaian Dunia (Perspektif Nahdlatul Ulama).26 Konsep ini telah
dikampanyekan ke seluruh belahan dunia, sejak kepemimpinannya di NU, baik
bersama Gerakan Moral Nasional (Geralnas) atau International Conference of Islamic
Scholars [ICIS]. Kampanye ini telah membuat masyarakat di dunia simpati kepada
Islam dan menjadikannya sebagai salah satu presiden dalam World Conference of
Religions for Peace (WCRP) di dalam Pertemuan Pimpinan Agama se-Dunia ke-VIII
di Kyoto, 29 Agustus 2006. Para petinggi agama berjumlah 800 dari 100 negara seluruh
dunia, ikut dan menghasilkan Deklarasi Kyoto.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto. (2015). “Mewujudkan Islam Berwawasan


Rahmatanlil’alamin. Jurnal Islamadina 14, (1), 119-137.

Rasyid, Muhammad. (2016). “Islam Rahmatanlil”alamin Prespektif KH. Hasyim Muzadi”. Jurnal
Episteme 11, (1), 93-116.

Machasin. (2012). “Islam Dinamis Islam Historis: Lokalitas Pluralisme, Terorisme”. Jurnal
Kawistara 2, (1), 1-104.

Hefni, Herjani. (2017). “Makna dan Aktualisasi Dakwah Rahmatanlil’alamin di Indonesia”. Jurnal
Ilmu Dakwah: Academic Journal for Hemiletic Studies 11, (1), 1-20.

Hadi dan Umiarso. (2018). “Sistem Pendidikan Islam Berwawasan Rahmatanlil’alamin”. Jurnal
Cendekia 16, (2), 223-244.

Anda mungkin juga menyukai