Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN

REKAYASA IDE
MK. KEPEMIMPINAN
PRODI S1 TEK. SIPIL

Skor

REFLEKSI FAKTA-FAKTA PERMASALAHAN


KEPEMIMPINAN ORGANISASI DAN MASYARAKAT YANG
BERBASIS DATA

NAMA MAHASISWA : HENDRIKUS HERIAWAN PARBUNAN SAGALA


NIM : 5213250004
DOSEN PENGAMPU : Dr. NATHANAEL SITANGGANG, S.T., M.Pd.
MATA KULIAH : KEPEMIMPINAN

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
OKTOBER 2021
ABSTRAK
Makalah laporan ini mengangkat tema pendelegasian wewenang. Delegasi pada
umumnya adalah pihak individu yang dipercaya sebagai perwakilan untuk bisa
mewakili sebuah organisasi. Dalam ruang lingkup perusahaan,kegiatan
pendelegasian bisa diserahkan langsung kepada bawahan atau kepada mereka
yang tingkatannya lebih rendah. Penyaluran wewenang dan juga tanggung jawab
kepada orang lain ini adalah suatu kegiatan dasar dalam sebuah perusahaan.
Tujuannya adalah agar upaya pengambilan kebijakan dan proses operasional di
dalam perusahaan bisa berjalan sebagaimana mestinya. Dalam penerapannya
banyak permasalahan yang terjadi saat melakukan pendelegasian wewenang.
Sehingga dibutuhkan ide-ide atau rekayasa manajer agar terlaksananya
pendelegasian wewenang yang efektif dan optimal.
Kata Kunci : Pendelegasian Wewenang, Manajer, Organisasi

ABSTRACT
This report paper raises the theme of authorized delegation. Delegates are
generally trusted parties as representatives to represent an organization. Within
the scope of the company, delegation activities can be handed over directly to
subordinates or to those at lower levels. The transfer of authority as well as
responsibility to others is a basic activity in a company. The goal is that policy-
making efforts and operational processes within the company can run as they
should. In its application, there are many problems that occur when delegating
authorities. So it takes ideas or engineering managers to carry out effective and
optimal delegation of authorities.
Keywords: Delegation of Authority, Manager, Organization

i
DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................... ii
Kata Pengantar ............................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Rasionalisasi permasalahan TRI ..................................................... 1
B. Tujuan TRI ............................................................................. 1
C. Manfaat TRI ............................................................................ 1
BAB II IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KEPEMIMPINAN ................................... 2
A. Permasalahan Umum Kepemimpinan .............................................. 2
B. Identifikasi Permasalahan sesuai tema yang dibahas : .......................... 2
1. Permasalahan Pendelegasian Wewenang Oleh Camat kepada Pegawai Di
Kecamatan Cimerak ................................................................... 2
2. Permasalahan Implementasi Kebijakan Wewwnang Bupati Keoada Camat
Di Kecamatan Sengah Temila ........................................................ 3
3. Pengaruh Pendegledasian Wewenang Pelimpahan Kewenang-wenangan
Bupati dalam Otonomi daerah. ...................................................... 4
BAB III SOLUSI DAN PEMBAHASAN ......................................................... 5
A. Solusi Pembahasan Permasalahan Pendelegasian Wewenang Oleh Camat Di
Kecamatan Cimerak ................................................................... 5
B. Solusi Pembahasan Permasalahan Implementasi Kebijakan Wewwnang
Bupati Keoada Camat Di Kecamatan Sengah Temila.............................. 6
C. Solusi Pembahasan Pengaruh Pendegledasian Wewenang Pelimpahan
Kewenang-wenangan Bupati dalam Otonomi daerah. ............................ 7
BAB IV PENUTUP ............................................................................ 8
A. Kesimpulan ............................................................................. 8
B. Rekomendasi ........................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 9

ii
Kata Pengantar
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas segala
kasih dan berkat-Nya yang senantiasa menuntun penulis untuk menyelesaikan
laporan tugas rekayasa ide yang bertema pendelegasian wewenang ini, tepat pada
waktunya. Saya mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Nathanael Sitanggang,
S.T., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Kepemimpinan yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan
penulis. Saya juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menulis makalh ini.
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah
Kepemimpinan. Selain itu, tugas ini bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Kepemimpinan bagi para pembaca dan juga penulis.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini, baik dari segi isi maupun tata bahasa. Oleh sebab itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifast membangun dari semua pihak
demi terciptanya makalh selanjutrnya yang lebih baik lagi.

Bandung, 7 Oktober 2021


Penulis

Hendrikus Heriawan P. Sagala

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi permasalahan TRI


Pembuatan Tugas Rekayasa Ide ini yaitu memberikan gambaran
tentang berbagaimasalah yang bertema pengambilan keputusan dan kebijakan
serta mengetahui bagaimanasolusi dan pembahasan dari permasalahan tersebut.
B. Tujuan TRI
• Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Kepemimpinan
• Untuk memberikan gambaran mengenai rekayasa ide memimpin
yang benardengan berbagai permasalahan dan solusi yang di bahas yang
bertema pengambilankeputusan dan kebijakan
• Mengetahui bagaimana penerapan rekayasa ide ini dalam kehidupan
sehari-harisehingga dapat diambil manfaatnya
C. Manfaat TRI
1. Manfaat Bagi Penulis
Rekayasa ide ini diharapkan dapat melatih penulisa dalam mengeluarkan
ide dan sisi kreatifnya sehingga menymbang suatu manfaat bagi pengembangan
ulmu pengetahuan khususnya mengenai permasalahan yang bertemakan
pendelegasian wewenang.
2. Manfaat Bagi Pembaca
Rekayasa ide ini diharapkan dapat memberikan sebuah informasi dan
masukan bagi masyarakat pada umumnya, khususnya demi mengetahui
masalah kepemimpinan tentang pendeleasian wewenang dan bagaimana
merekayasa kepemimpinan itu agar lebih efektif diterapkan bagi diri masing-
masing dan dalam berbagai kegiatan organisasi maupun masyarakat.

1
BAB II
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN KEPEMIMPINAN

A. Permasalahan Umum Kepemimpinan


Agar suatu organisasi dapat menggunakan sumber daya-sumber dayanya
dengan lebih efisien, maka tanggung jawab untuk tugas-tugas tertentu diberikan
(didelegasikan) kepada tingkatan organisasi dibawahnya atau yang paling bawah, di
mana ada cukup kemampuan dan informasi untuk menyelesaikan tugas-tugas
dimaksud. Konsekuensi wajar dari pemberian atau pendelegasian tugas-tugas
tertentu kepada bawahan tersebut adalah bahwa setiap individu dalam organisasi
akan melaksanakan tugas yang dilimpahkan kepadanya tersebut dengan lebih
efektif, karena adanya kewewenang yang cukup yang turut juga diberikan
kepadanya.
Bagian penting dari pendelegasian tanggung jawab dan wewenang kepada
bawahan adalah individu (bawahan) yang bersangkutan telah setuju untuk
menerima tuntutan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas yang dibebankan
kepadanya. Sedangkan bagi manajer berkaitan dengan pendelegasian tugas
tersebut, selain harus mempertanggungjawabkan tugas-tugasnya sendiri, manajer
juga harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas bawahan yang menerima
pendelegasian darinya.
Permasalahan Umum Penyebab dari gagalnya manajer dalam melakukan
pendelegasian antara lain adalah :
• Manajer merasa lebih bila mereka tetap mempertahankan hak pembuatan
keputusan.
• Manajer tidak bersedia menghadapi resiko bahwa bawahan akan
melaksanakan wewenangnya dengan salah atau gagal.
• Manajer tidak atau kurang mempunyai kepercayaan akan kemampuan
bawahannya.
• Manajer merasa bahwa bawahan lebih senang tidak mempunyai hak
pembuatan keputusan yang luas.
• Manajer takut bahwa bawahan akan melaksanakan tugasnya dengan efektif
sehingga posisinya sendiri akan terancam.
• Manajer tidak mempunyai kemampuan menajerial untuk mendelegasikan
tugasnya.

B. Identifikasi Permasalahan sesuai tema yang dibahas :


1. Permasalahan Pendelegasian Wewenang Oleh Camat kepada Pegawai Di Kecamatan
Cimerak

Penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi


efektivitas organisasi. Dalam hal ini seorang pimpinan mengalokasikan
wewenang kepada bawahannya untuk melapor kepadanya. Namun dalam
pendelegasian wewenang maka pimpinan harus menciptakan terjadinya
keselarasan antara tugas dan pekerjaan yang dilakukan oleh pegawai. Dengan

2
adanya pendelegasian wewenang yang baik maka akan tercipta keselarasan
kerja antara anggota organisasi sehingga tidak terjadi kesimpang siuran dan
tumpang tindih pekerjaan.
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, terlihat bahwa kerja pegawai
masih rendah dan masih belum efektif. Permasalahan tersebut diduga
disebabkan oleh pendelegasian wewenang yang dilakukan oleh camat masih
belum optimal.
Camat dalam mendelegasikan wewenangnya kurang memperhatikan
kesatuan komando. Serangkaian pekerjaan meskipun dikerjakan oleh beberapa
bawahan apabila senantiasa diberikan komando bahwa pekerjaan harus selesai
pada hari H, maka akan adanya kerjasama dalam menyelesaikan pekerjaan.
Camat juga kurang memperhatikan kesibukan dan kewenangan kepada para
petugas PBB, padahal apabila adanya pendelegasian wewenang terhadap
seorang bawahan yang erat hubungannya dengan pekerjaan tersebut maka
pemungutan PBB akan lebih lancar karena kesibukan akan dapat dikurangi dan
tak pernah lagi menunggu keputusan atasan. (kebijakan atasan).
2. Permasalahan Implementasi Kebijakan Wewwnang Bupati Keoada Camat Di
Kecamatan Sengah Temila

Implementasi kebijakan pelimpahan kewenangan Bupati kepada Camat di


Kecamatan Sengah Temila kurang terlaksana sesuai dengan tujuan yang
diharapkan. Dikeluarkannya Peraturan Bupati ini tentu dengan semangat untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan dan
peningkatan pelayanan publik, akan tetapi hak tersebut belum terwujud dan
masyarakat belum merasakan pelayanan publik yang lebih baik. Kondisi ini
memberikan gambaran bahwa Bupati selaku pihak yang memberikan
kewenangan terkesan masih setengah hati dalam memberikan kewenangan
penuh kepada Camat selaku penerima mandat dengan melihat kenyataan di
lapangan beberapa kewenangan yang seharusnya dilimpahkan kepada Camat
masih diambil alih oleh Bupati melalui Badan, Dinas dan Kantor terkait. Atau
mungkin saja isi kebijakan tersebut belum memiliki kejelasan sehingga
implementasinya tidak sesuai dengan harapan.
Belum efektifnya implementasi kebijakan pelimpahan wewenang Bupati
kepada Camat di Kecamatan Sengah Temila Kabupaten Landak disebabkan oleh
beberapa faktor sebagai berikut :
a. Faktor komunikasi, Peraturan Bupati Landak Nomor 3 Tahun 2005 belum
sepenuhnya dikomunikasikan secara baik kepada camat selaku penerima
wewenang maupun dengan instansi terkait lainnya. Sehingga belum ada
kejelasan terkait tehnik pelaksanaan kewenangan dan menimbulkan
keraguraguan oleh Camat selaku penerima wewenang.
b. Faktor sumber daya, untuk melaksanakan kewenangan tersebut, Camat
selaku penerima wewenang belum sepenuhnya didukung dengan aparatur
yang memadai, sumber pendanaan yang sesuai, sarana dan prasarana yang
lengkap, serta informasi dan kewenangan yang jelas.
c. Faktor disposisi, masih terdapat beberapa kewenangan yang sudah
dilimpahkan oleh Bupati tetapi masih tetap enggan diberikan sepenuhnya

3
kepada Camat seperti dalam Pelantikan Kepala Desa.
d. Faktor struktur birokrasi, belum terdapat mekanisme koordinasi dan SOP
(standart operational procedur) sehingga masih sering terjadi overlapping
telaksanaan tugas Camat dengan instansi teknis di tingkat pemerintahan
kabupaten.
3. Pengaruh Pendegledasian Wewenang Pelimpahan Kewenang-wenangan Bupati dalam
Otonomi daerah.

Kondisi selama ini menunjukan institusi Kecamatan maupun pemerintah


daerah Kabupaten Parigi Moutong Propinsi Sulawesi Tengah belum maksimal dalam
melaksanakan kewenangan tersebut. Kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong
mengalami kendala. Hal ini disebabkan kewenangan yang diatur masih bersifat
umum (kewenangan atributif) dan sangat sedikit sesuai dengan UU 32/2004, pasal
126 ayat 3, serta belum terinci dengan jelas bidang dan jenis kewenangan yang
diberikan kepada Kecamatan. Kewenangan Camat yang dilimpahkan oleh Bupati
lebih terfokus pada aspek tugas dan tanggung jawabnya daripada aspek
kewenangannya itu sendiri. Kendala tersebut terjadi karena Kabupaten Parigi
Moutong adalah kabupaten pemekaran baru dari daerah induk Kabupaten Donggala
melalui UU No. 10 tahun 2002, sehingga masih perlu banyak penataan dalam
manajemen, institusi maupun perangkat personilnya.
Selain itu, karena kewenangan yang didistribusikan bersifat general, maka
pengaruhnya terhadap format pendelegasian kewenangannya berlaku seragam
untuk semua kecamatan. Tidak ada kewenangan spesifik/kondisional kepada
kecamatan berdasarkan kondisi objektif/karakteristik kecamatan. Karena pada
dasarnya 20 kecamatan yang berada di Kabupaten Parigi Moutong mempunyai
perbedaan karakter satu dan lainnya, meskipun sangat tipis perbedaannya karena
letak geografis kabupaten Parigi Moutong ini yang berada di pesisir pantai teluk
Tomini.
Dalam pelaksanaan pelimpahan sebagian kewenangan dari Bupati kepada
camat sebagai titik awal menata organisasi kecamatan di kabupaten Parigi
moutong mengahadapi berbagai masalah krusial, yaitu masih kurangnya kesamaan
persepsi antar Perangkat Daerah tentang pentingnya sebagian kewenangan bupati,
yaitu masih terdapatnya ego sektoral pada sebagian perangkat daerah, sehingga
enggan untuk menyerahkan sebagian kewenangan yang dimilikinya

4
BAB III
SOLUSI DAN PEMBAHASAN

A. Solusi Pembahasan Permasalahan Pendelegasian Wewenang Oleh Camat Di


Kecamatan Cimerak

Pendelegasian wewenang dalam organisasi merupakan alat berhubungan


dalam satuan-satuan kerja yang diberikan kepada orang-orang yang ditempatkan
dalam struktur wewenang, sehingga pekerjaan yang akan dilaksanakan dapat
dikoordinasikan oleh perintah para atasan kepada bawahan dari bagian puncak
manajemen sampai ke bawah dari seluruh unit atau bagian. Pendelegasian
wewenang yang baik dan sesuai kemungkinan besar tidak akan mengalami
hambatan-hambatan bagi pegawai dalam mengerjakan tugasnya dengan efektif
karena dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang diberikan oleh pimpinan
pegawai memiliki kejelasan.
Menurut Handoko (2003: 212), menyatakan bahwa : Delegasi dapat
didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab formal kepada
orang lain untuk melaksanakan kegiatan tertentu”. Delegasi wewenang adalah
proses dimana para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada orang-
orang yang melapor kepadanya. Pendelegasian wewenang merupakan sesuatu yang
vital dalam organisasi.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui adanya pengaruh pendelegasian
wewenang oleh Camat terhadap efektivitas kerja pegawai artinya bahwa selama
ini camat telah melaksanakan pendelegasian wewenang kepada pegawainya cukup
baik sehingga efektivitas kerja pegawai cukup baik sehingga hal ini membuktikan
bahwa efektif tidaknya hasil kerja pegawai ditentukan oleh kejelasan pimpinan
dalam mendelegasikan wewenangnya kepada pegawai.
Uraian tersebut sejalan dengan pendapat Hasibuan, (2007 :75) menyatakan
bahwa: Pendelegasian wewenang adalah memberikan sebagian pekerjaan atau
wewenang oleh delegator (pemberi wewenang) kepada delegate (penerima
wewenang) untuk dikerjakannya atas nama delegator. Manajer hendaknya
memberikan kebebasan, kesempatan kepada bawahan untuk mengambil keputusan
demi lancarnya pelaksanaan tugas yang didelegasikan itu. Karena jika manajer
terlalu sering mencampuri urusan yang telah didelegasikan, maka dapat
menghambat kelancaran tugas bawahan. Sehingga dapat menyebabkan
ketidakefektivan pegawai dalam bekerja.
Oleh karena itu, pimpinan perlu melakukan pendelegasian wewenang agar
pegawai bisa menjalankan operasional organisasi dengan baik. Selain itu,
pendelegasian wewenang adalah konsekuensi logis dari semakin meningkatnya
aktivitas dalam organisasi. Bila seseorang pimpinan tidak mau mendelegasikan
wewenangnya, maka sesungguhnya organisasi itu tidak butuh siapa-siapa. Bila
atasan menghadapi banyak pekerjaan yang tidak dapat dilaksanakan olehnya, maka
ia perlu melakukan pendelegasian wewenang. Pendelegasian wewenang dilakukan
agar pimpinan dapat mengembangkan bawahan sehingga lebih memperkuat
organisasi, terutama di saat terjadi perubahan susunan pimpinan.

5
B. Solusi Pembahasan Permasalahan Implementasi Kebijakan Wewwnang Bupati Keoada
Camat Di Kecamatan Sengah Temila

Implementasi kebijakan merupkan suatu proses pelaksanaan keputusan


kebijakan yang biasanya dalam bentuk perundang-undangan, peraturan
pemerintah, keputusan peradilan, keputusan/perintah eksekutif dan lain-lain.
Menurut Williams (dalam Jones 1994:295) menegaskan bahwa masalah yang paling
penting dalam penerapan kebijakan adalah hal memindahkan suatu keputusan ke
dalam kegiatan atau pengoperasian dengan cara tertentu dan cara tersebut adalah
bahwa apa yang dilakukan memiliki kemiripan nalar dengan keputusan tersebut,
serta berfungsi dengan baik di dalam lingkup lembaganya. Hal terakhir
mengandung pesan yang lebih jelas dibandingkan dengan kesulitan dalam
menjembatani jurang pemisah antara keputusan kebijakan dan bidang kegiatan
yang dapat dikerjakan. Perlu disadari bahwa tidak semua kebijakan dapat
terimplementasi dengan baik. Bilamana program dibuat tidak sesuai dengan
sumberdaya yang tersedia, maka implementasi akan mengalami kendala (Wahab
2002:68) Rencana implementasi program yang tersusun dengan baik akan
menyumbang sebesar 45% dari 100% keberhasilan (Nugroho, 2003 : 18). Oleh
karena itu, selain memerlukan rencana kerja yang matang, sebuah kebijakan juga
memerlukan dukungan sumber (Mazmanian and Sabatier, 1998:23).
Berdasarkan faktor yang meyebabkan tidak efektifnya implementasi
wewenang maka disajikan cara/strategi untuk mengatasinya, sebagai berikut.
1. Perlu dilakukan evaluasi terhadap Peraturan Bupati Landak Nomor 3 Tahun
2005, dan kemudian Bupati merevisinya dengen terlebih dahulu menyusun dan
inventarisasi kewenangan yang mungkin dapat dilimpahkan yang sesuai dengan
kebutuhannya melalui koordinasi dengan Dinas dan lembaga teknis daerah lainnya
guna mendapatkan kewenangan yang mungkin dapat dilimpahkan kepada
pemerintah kecamatan, dan dengan pola yang disesuaikan dengan kebutuhan
wilayahnya.
2. Agar Bupati memberikan kewenangan-nya kepada Camat tidak dengan setengah
hati serta adanya kemauan politik untuk memberikan pendelegasian wewenang
kepada Camat.
3. Perlu dilakukan sosialisasi lebih intens mengenai wewenang yang dilimpahkan
oleh Bupati Kepada Camat, sosialisasi itu bertujuan untuk menumbuhkan
pemahaman dan pengertian kepada Camat beserta unit organisasi Kecamatan
selaku penerima wewenang, agar wewenang tersebut dapat dilaksanakan dengan
tepat dan konsisten.
4. Perlu dilakukan peningkatan koordinasi antara Camat selaku penerima
wewenang dengan instansi teknis terkait di tingkat Kabupaten seperti
Dinas/badan/Kantor yang memiliki keterkaitan dengan pelaksanaan kewenangan
tersebut.
5. Hal yang penting lagi adalah Sumber Daya Manusia (pegawai) yang akan
melaksanakan pendelegasian wewenang tersebut sehingga evaluasi secara
menyeluruh terkait dengan SDM dan menyusun perkiraan kebutuhan personil
dengan melihat dari jumlah dan kualitasnya. Memperkirakan kebutuhan anggaran
untuk kecamatan dalam pelaksanaan pendelegasian wewenang dari Bupati kepada

6
Camat secara cermat dan minimalisasi kebutuhan anggaran yang tidak perlu
dengan memperhatikan APBD tahun berjalan dan tahun-tahun yang akan datang.
C. Solusi Pembahasan Pengaruh Pendegledasian Wewenang Pelimpahan
Kewenang-wenangan Bupati dalam Otonomi daerah.
Pendelegasian atau pelimpahan kewenangan (delegation of authority) dapat
dilihat dari beberapa aspek, yakni aspek tugas, tanggung jawab dan wewenang.
Pada prinsipnya, pendelegasian atau pelimpahan sama dengan penyerahan, jadi
pendelegasian atau pelimpahan kewenangan berarti penyerahan sebagian hak
untuk mengambil tindakan yang diperlukan agar tugas dan tanggung jawabnya
dapat dilaksanakan dengan baik dari pejabat satu kepada pejabat lainnya.
Menurut Hodge dan Anthony (1998), menyebutkan pendelegasian dapat
diartikan sebagai (responsibility dan authority) Penjelasan tersebut
menggambarkan bahwa bentuk pendelgasian kewenangan adalah pemberian tugas
dan pemberian hak berupa tanggung jawab dan kewenangan. Sedangkan menurut
Sutarto (2002), mengatakan bahwa pelimpahan kewenangan itu bukan penyerahan
hak dari atasan kepada bawahan, melainkan penyerahan hak dari pejabat kepada
pejabat. Format pendelegasian wewenang dapat dilakukan oleh pejabat yang
berkedudukan lebih tinggi (superior) kepada pejabat yang berkedudukan rendah
(subordinate) atau pejabat atasan kepada pejabat bawahan, di samping itu
pelimpahan wewenang dapat pula dilakukan di antara pejabat yang berkedudukan
pada jenjang yang sama atau antara pejabat yang sederajat.
Maka dari itu, solusi yang saya tawarkan untuk pendelegasian wewenang
harus diawali dengan melakukan penilaian (assessment) terhadap tugas pokok,
fungsi dan kewenangan kedua belah pihak yang terlibat daalam proses
pendelegasian kewenangan pemerintah daerah, mulai dari Bupati sampai ke
Camat. Langkah ini berguna untuk institutional assessment (penilaian
kelembagaan). Selanjutnya dilakukan inventarisasi secara umum kewenangan yang
dilimpahkan serta dampak implementasinya kepada pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat, khususnya dalam kerangka mengatasi atau
mengantisipasi persoalan yang muncul. Terungkapnya pola-pola umum
pendelegasian yang dilakukan Bupati serta degree of achiefment (tingkat
pencapaian) Camat dipandang bermanfaat untuk analisis manajemen mengenai
kewenangan minimal yang dilimpahkan Bupati/Walikota kepada Camat.
Pelaksanaan pelimpahan kewenangan pemerintahan di Kabupaten Parigi
Moutong, sebaiknya diberikan dengan pola kondisional (heterogen) kepada masing-
masing kecamatan, karena cakupan wilayah, kepadatan penduduk, jarak dari
Ibukota Kabupaten dan potensi ekonominya yang berbeda. Di samping itu,
pelimpahan kewenangannya agar dilakukan secara bertahap dan diikuti dengan
monitoring dan evaluasi pelaksanaannya. 2. Untuk mewujudkan program
pelimpahan kewenangan tersebut, selain dibutuhkan prasyarat utama dan kesiapan
sumber daya berupa kelembagaan, sumber daya manusia, dana dan fasilitas, maka
dibutuhkan pula langkah persiapan teknis yang mantap dan terintegrasi dari semua
pihak untuk mewujudkannya.

7
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masalah dalam organisasi itu sebenarnya berasal dari diri mereka masing
masing yang menciptakan masalah itu sendiri dan juga dikarenakan manusia
merupakan manusia yang mempunyai akal dan pikiran yang berbeda beda. Dalam
sebuah organisasi ada beberapa hal yang harus dipelajar oleh setiap pemimpin
maupaun para anggotanya seperti:
• Sebagai pemimpin atau anggota harus mau nenerima masukan dari orang
lain dan berani untuk menerima jika pendapatnya atau idenya itu ditolak
oleh orang lain
• Dalam berorganisasi antar ketua dan anggotanya harus saling mempercayai,
jika kepercayaan itu tercipta maka akan mudah dalam melaksanakan tugas –
tugasnya
• Sebagai ketua harus tegas dan jangan pernah lelah untuk mengingatkan para
anggotanya dalam tugas tugas yang diberikan
• Berkerja sama / saling bahu membahu untuk mendapat tujuan bersama
• Mau berkorban untuk organisasi
B. Rekomendasi
Kepemimpinan merupakan aspek penting yang harus dikuasai oleh seorang
pemimpin dalam mengatur suatu organisasi atau bentuk lainnya. Kepemimpinan
yang baik akan sangat berpengaruh bagi kelangsungan suatu organisasi yang
dipimpinnya. Sebagai seorang pemimpin kita harus cermat dalam bertindak agar
tidak menimbulkan suatu permasalahan dalam suatu organisasi maupun masyarakat

8
DAFTAR PUSTAKA

Andrew Gormico, Redatin Parwadi, dan Endang Indri Listiani. 2013. “Implementasi
Wewenang Bupati Kepada Camat Di Kecamatan Sengah Temila”. Jurnal.
Pontianak : Universitas Tanjungpura.
Asmana, Abi. 2016. “Hambatan-Hambatan Dalam Pendelegasian dan
Mengatasinya”. Diakses pada 8 Oktober 2021 melalui
https://legalstudies71.blogspot.com/2016/06/hambatan-hambatan-dalam-
pendelegasian.html
Fahruzi, Andri. 2014. “Pengaruh Pendelegasian Wewenang oleh Camat terhadap
Efektivitas Kerja Pegawai di Kecamatan Cimerak Kabupaten Pangandaran”.
Jurnal. Ciamis : Universitas Galuh.
Ismail, Ibnu. 2020. “Arti Delegasi: Pengertian Menurut Ahli, Tujuan, dan Manfaat
Delegasi” Diakses pada 8 Oktober 2021 melalui
https://accurate.id/marketing-manajemen/arti-delegasi/
Magdalena. 1985. Efektivitas Organisas. Jakarta : Erlangga.
Mardani, Moh. Iskandar. 2011. “Pelimpahan Kewenangan Bupati Dalam Otonomi
Daerah”. Jurnal. Sulawesi Tengah : Universitas Tadulako.
Wasistiono, Imail dan Fahrurozi. 2009. Perkembangan Organisasi Kecamatan Dari
Masa ke Masa. Fokus Media : Bandung
Yuki, Gary A. 1998. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Prenhallindo : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai