Toaz - Info Makalah Koperasi Syariah PR
Toaz - Info Makalah Koperasi Syariah PR
KOPERASI SYARIAH
Di susun oleh :
Kelas :EKIS 3A
TAHUN 2016/2017
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji syukur senantiasa saya panjatkan terhadap kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan segala limpahan rahmat, bimbingan dan petunjuk serta hidayah-Nya, sehingga saya
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi
tugas mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini tidak
mungkin terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak.
Akhir kata saya meminta maaf atas kesalahan serta kekhilafan yang saya perbuat baik
yang disengaja maupun tidak disengaja.Saya berharap semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi
semua pihak. Semoga Allah SWT memberikan petunjuk serta rahmat-Nya kepada kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
i
Kata Pengantar................................................................................................................................................
i
Daftar Isi..........................................................................................................................................................
ii
Bab I Pendahuluan...........................................................................................................................................
1
A.Latar Belakang.............................................................................................................................................
1
B.Rumusan Masalah........................................................................................................................................
2
C.Tujuan .........................................................................................................................................................
2
Bab II Pembahasan..........................................................................................................................................
3
A.Sejarah Koperasi Syariah di Indonesia........................................................................................................
3
B.Perkembangan Peraturan Hukum Koperasi Syariah di Indonesia ..............................................................
4
C.Kedudukan Hukum Koperasi Syariah dalam Sistem Perkoperasian di Indonesia......................................
8
D.Kontruksi Norma Hukum Koperasi Syariah dalam Kerangka Sistem Hukum Koperasi Nasional...........
9
E.Landasan Hukum yang digunakan dalam Koperasi Syariah ......................................................................
11
F.Pengertian Koperasi Syariah........................................................................................................................
14
G.Tujuan, prinsip dan landasan Koperasi Syariah..........................................................................................
15
H.Produk-produk yang menunjang Koperasi Syariah.....................................................................................
18
ii
I.Usaha Koperasi Syariah................................................................................................................................
19
J.Jenis-jenis Koperasi......................................................................................................................................
19
K.Visi dan Misi Koperasi Syariah...................................................................................................................
21
L.Keanggotaan Koperasi Syariah....................................................................................................................
22
M.Kewajiban Anggota Koperasi Syariah........................................................................................................
23
N.Hak Anggota Koperasi Syariah...................................................................................................................
23
O.Modal Koperasi Syariah..............................................................................................................................
23
P.Fungsi dan Peran Koperasi Syariah..............................................................................................................
24
Q.Pengawasan Koperasi..................................................................................................................................
24
R.Pembukuan Koperasi Syariah......................................................................................................................
25
S.Sisa Hasil Usaha Koperasi Syariah..............................................................................................................
25
T.Jangka Waktu Koperasi Syariah...................................................................................................................
26
U.Tanggungan Anggota Koperasi Syariah......................................................................................................
26
V.Sangsi-sangsi Koperasi Syariah...................................................................................................................
26
Bab III Penutup...............................................................................................................................................
27
iii
A.Kesimpulan..................................................................................................................................................
27
B.Saran-saran..................................................................................................................................................
28
Daftar Pustaka.................................................................................................................................................
29
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat yang telah lama dikenal di Indoneia yang
dikenal sebagai Bapak Koperasi ,mengatakan bahwa Koperasi adalah Badan Usaha Bersama
yang bergerak dalam bidang perekonomian.
Berbagai produk layanan syariah di definisikan dan diatur oleh dewan syariah
nasional melalui sejumlah fatwanya .Aplikasinya harus di dukung oleh pemahaman kedua
belah pihak yang bekerja sama,dan hasilnya diwujudkan melalui keputusan yang tercantum
dalam akad keuangan syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana sejarah koperasi syariah di Indonesia ?
2. Perkembangan Peraturan Hukum Koperasi Syariah di Indonesia ?
3. Kedudukan Hukum Koperasi Syariah dalam Sistem Perkoperasian di Indonesia?
4. Kontruksi Norma Hukum Koperasi Syariah dalam Kerangka Sistem Hukum Koperasi
Nasional?
5. Landasan Hukum yang digunakan dalam Koperasi Syariah?
6. Pengertian Koperasi Syariah?
7. Tujuan, prinsip dan landasan Koperasi Syariah?
8. Produk-produk yang menunjang Koperasi Syariah?
9. Fungsi dan Peran Koperasi Syariah?
C. Tujuan
Memberikan informasi dan kontribusi bagi kalangan masyarakat umum yan ingin
mengetahui lebih jauh koperasi syariah
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang koperasi syariah
Mengetahui aturan-aturan koperasi syariah yang sesuai dengan syariat islam
2
koperasi di Indonesia dilatarbelakangi oleh permasalahan yang sama yaitu menentang
individualisme dan kapitalisme secara fundamental (Zulkarnain,2008;8). Pada Tahun 1908
Budi Utomo menganjurkan berdirinya koperasi untuk keperluan rumah tangga, kemudian
untuk menggiatkan pertumbuhan koperasi pada akhir tahun 1930 didirikan jawatan koperasi
yang tugasnya mnerangkan serta menjelaskan seluk beluk mengenai perkoperasian
(Zulkarnain,2008;10). Setelah berdirinya jawatan koperasi tersebut maka angka pertumbuhan
koperasi menunjukkan peningkatan, jika pada tahun 1930 jumlah koperasi hanya 39 buah
dengan jumlah anggota sebanyak 7.848 orang maka pada tahun 1939 jumlahnya menjadi 574
buah dengan jumlah anggotanya mencapai 52.555 orang (Zulkarnain,2008;11). Tonggak
sejarah koperasi berikutnya adalah kongres koperasi pertama yang dilaksanakan pada tanggal
12 Juli 1947 di Tasikmalaya, dimana pada kongres terebut terbentuklah Sentra Organisasi
Koperasi Rayat Indonesia (SOKRI). Momen ini juga membuat tanggal 12 Juli sebgai Hari
Koperasi Nasional (Zulkarnain,2008;13).
Pada tanggal 15 sampai 17 Juli 1953 dilangsungkan kongres koperasi Indonesia
ke-2 di Bandung. Kongres ini menghasilkan keputusan antara lain merubah SOKRI menjadi
DKI (Dewan Koperasi Indonesia), dan mewajibkan DKI membentuk lembaga pendidikan
koperasi dan sekolah menengah koperasi di daerah, serta kongres ini juga mengangkat Bung
Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia (Zulkarnain,2008;13). Selanjutnya pada tanggal 1
sampai 5 September 1956 diselenggarakan kongres koperasi yang ke-3 di Jakarta, keputusan
kongres membahas mengenai hubungan Dewan Koperasi Indonesia dengan International
Cooperative Alliance (ICA) dan sejak 9 Februari 1970, setelah beberapa kali berganti nama,
Dewan Koperasi Indonesia yang disingkat Dekopin dinyatakan sebagai organisasi gerakan
koperasi Indonesia yang berbadan hukum dan mempunyai tingkatan organisasi di tingkat
nasional, wilayah, dan tingkat kabupaten /kota (Zulkarnain,2008;13-14). Pada masa awal
orde baru, pembangunan perkoperasian menitikberatkan pada investasi pengetahuan dan
keterampilan, untuk itu pemerintah membangun Pusat-Pusat Pendidikan Koperasi
(PUSDIKOP) di tingkat pusat dan juga tingkat propinsi, saat ini PUSDIKOP sudah berubah
nama menjadi Pusat Latihan dan Penataran Perkoperasian (PUSLATPENKOP) di tingkat
pusat dan Balai Latihan Perkoperasian (BALATKOP) di tingkat daerah
(Zulkarnain,2008;16).
Memasuki orde reformasi peran koperasi sangat jelas terutama saat krisis
ekonomi berlangsung. Wacana ekonomi kerakyatan kembali tampil ke permukaan, namun hal
ini harus berhadapan dengan kenyataan bahwa pencitraan koperasi berada di titik nadir.
Bulan November 2001 jumlah koperasi di Indonesia mencapai 103.000 unit, dengan
keanggotaan sebanyak 26.000.000 orang. Jumlah koperasi aktif per November 2001
sebanyak 96.180 unit (Zulkarnain,2008;18). Sedangkan untuk koperasi syari’ah tidak
diketahui secara pasti, kapan mulai berkembang di Indonesia, namun secara historis model
koperasi yang berbasis nilai Islam di Indonesia telah diprakarsai oleh paguyuban dagang
yang dikenal dengan SDI (Sarikat Dagang Islam) oleh Haji Samanhudi di Solo Jawa Tengah
yang menghimpun para anggotanya dari pedagang batik yang beragama Islam
(Muhammad,2007;97). Keberadaan Sarikat dagang Islam tidak bertahan lama, karena pada
3
perkembangan selanjutnya Sarikat Dagang Islam berubah menjadi Sarikat Islam yang haluan
pergerakannya cendrung bernuansa politik (Sri Edi Swasono dalam Muhammad,2007;97).
Setelah SDI (Sarikat Dagang Islam) mengkonsentrasikan perjuangannya di bidang
politik, gaung koperasi syari’ah tidak terdengar lagi di Indonesia. Sekitar tahun 1990 barulah
koperasi syari’ah mulai muncul lagi di Indonesia (www.pekasejahtera.go.id), Lebih tepatnya
lagi pasca reformasi semangat ekonomi syari’ah dan koperasi syari’ah muncul kembali di
negeri ini. Menurut data Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah saat ini ada 3020
koperasi syari’ah di Indonesia yang bergerak di berbagai macam kelembagaannya . Kelahiran
koperasi syari’ah di Indonesia dilandasi oleh keputusan menteri (Kepmen) Koperasi dan
UKM Republik Indonesia Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Keputusan
Menteri ini memafasilitas berdirinya koperasi syariah menjadi koperasi jasa keuangan
syariah (KJKS) atau unit jasa keuangan syariah (UJKS), dengan adanya sistem ini membantu
koperasi serba usaha di Indonesia memiliki unit jasa keuangan syariah.
Dengan demikian dalam rangka mempercepat pertumbuhan dan perkembangan
koperasi syari’ah di Indonesia, ke depannya mutlak diperlukan adanya Undang-Undang
Koperasi Syariah tersendiri yang mampu mengakomodir percepatan dari Koperasi Syariah
itu sendiri.1
B. Perkembangan Peraturan Hukum Koperasi Syariah di Indonesia
perkembangan peraturan hukum koperasi syariah dari masa ke masa, maka akan
dibagi dalam beberapa pereode, antara lain: pereode pra kelahiran Undang- undang Republik
Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian; pereode berlakunya Undang undang
Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan; pereode pasca Undang
undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
4
secara bersama-sama menyediakan alat perlengkapan atau bahan-bahan
keperluan mereka, atau secara memberikan uang muka atau kredit”. Dengan
menggunakan asas konkordansi, maka ketentuan yang ada di Belanda dapat
dikatakan sama seperti yang tertuang pada Verordening op de Cooperatieve
Verenigingen. Sistem yang diberlakukan di Belanda ternyata malah
menyusahkan penduduk golongan III yakni Pribumi. Mereka dalam
mendirikan badan usaha koperasi harus memiliki prasyarat mulai dari Akta
Notaris, akta pendirian berbahasa Belanda, materai, hingga pengumuman di
surat kabar Javasche Courant. Biaya yang dikeluarkan oleh pelaku usaha
yang ingin membuat koperasi pada saat itu sangatlah besar, sehingga
Verordening op de Cooperatieve Verenigingen dirasa tidak memberikan
manfaat dan ditentang oleh kaum pergerakan nasional.
b) Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen (Stbl Nomor. 91Tahun 1927)
Pada saat politik balas budi Belanda baru saja didengungkan, perjuangan para
nasionalis berhasil dengan keluarnya “Regeling Inlandsche Cooperatieve
Verenigingen”. Akhirnya, penerapannya Verordening op de Cooperatieve
Verenigingen diperuntukan bagi penduduk golongan I ( Eropa) dan golongan
II (Timur Asing), sedangkan Regeling Inlandsche Cooperatieve Verenigingen
hanya untuk golongan III ( Pribumi) saja. Peraturan Koperasi ini tunduk pada
Hukum Adat dan bukan pada BW( Hukum Perdata Belanada). Desakan
liberalistik dari pasar tanah air atas bentukan Belanda pada saat itu membuat
kemudahan demi kemudahan yang ditawarkan oleh Regeling Inlandsche
Cooperatieve Verenigingen tidak berarti dan masih saja membuat koperasi di
Indonesia sulit berkembang. Hal ini terbukti, dari 172 yang tercatat dan 1540
kopersi tidak tercatat makin hari jumlahnya makin menurun karena tidak puas
dengan hasil yang dicapai kopersi.
c) Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen (Stb Nomor . 108 Tahun
1933) Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen, merupakan
perubahan dari Verordening op de Cooperatieve Verenigingen yang berlaku
bagi penduduk golongan I, II dan III, namun di sisi lain Regeling Inlandsche
Cooperatieve Verenigingen masih diberlakukan untuk Gol. III(pribumi). Pada
masa ini, Departemen Ekonomi atas anjuran dari Jawatan Koperasi
mendirikan gabungan dari pusat-pusat koperasi di Hindia Belanda yang
dinamakan Moeder Centrale. Sedangkan usaha menyuntikan dana segar
sebesar f-25.000.000 untuk koperasi, menjadi gagal dengan keluarnya
Ordonantie op Inlandsche Maatshapji op Aandeelen yang memudahkan
pelaku usaha berkembang dengan menggunakan Maskapai Andil dan bukan
Koperasi yang dicanangkan pada saat adanya Algemene Regeling op de
Cooperatieve Verenigingen.
d) Regeling Cooperatieve Verenigingen (Stb. Nomor 179 Tahun 1949). Regulasi
yang pertama kali dicetuskan sejak kemerdekaan Indonesia ini, muncul karena
5
adanya krisis yang berkepanjangan mulai dari agresi militer Belanda, hingga
pemberontakan PKI. Regulasi ini mengubah definisi koperasi dengan
menambahkan unsur syarat pendiriannya. Pada saat regulasi ini berlaku,
banyak hal yang terjadi mulai dengan adanya Kongres Pertama Koperasi
seluruh Indonesia, yang hari 12 Juli 1947 dijadikan sebagai, “Hari Koperasi”,
adanya Bank Koperasi Provinsi, hingga pembekuan oleh Menteri Kehakiman
atas Algemene Regeling op de Cooperatieve Verenigingen.
e) Undang-Undang Nomor 79 Tahun 1958 Tentang Perkumpulan Koperasi.
Undang undang ini dibuat dengan sangat tergesa-gesa, sehingga tidak
membawa banyak perubahan bagi eksistensi kelembagaan koperasi. UU ini,
mencabut peraturan perundangan sebelumnya tentang koperasi, yang dibuat
oleh pemerintah Belanda dan memodifikai prinsip dengan menyerap prinsip
koperasi Rochdale. Definisi Koperasi dalam UU ini adalah, sebuah
perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan hukum yang
tidak merupakan konsentrasi modal dengan berasaskan kekeluargaan,
bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggotanya, mendidik anggotanya,
berdasarkan kesukarelaan. Istilah saham yang biasa dikenal di Perseroan
Terbatas, diganti menjadi “Simpanan Pokok”, yang memiliki fungsi sosial
yang mengajarkan kehidupan menabung dan kesedian anggotanya untuk
berpartisipasi.
f) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 1959 tentang
Perkembangan Gerakan Koperasi. Peraturan Pemerintah ini, masih mengacu
pada norma peraturan perundang-undangan di atasnya yakni Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 79 tahun 1958 Tentang Perkumpulan Koperasi.
Peraturan Pemerintah ini menyodorkan konsep pengaturan lebih lanjut
mengenai tujuan koprasi atas dorongan, bimbingan, perlindungan serta
pengawasan gerakan koprasi yang lebih terjamin secara serentak, tepat guna,
berencana, dan terpimpin. Peralihan sistem demokrasi menjadi demokrasi
terpimpin, menyebabkan koprasi juga harus menyesuaikan dengan
menjabarkan peranan koperasi untuk menyelenggarakan kegiatan ekonomi,
meningkatkan taraf hidup, serta membina dan mengembangkan swadaya dan
daya kreatif rakyat sebagai perwujudan masyarakat gotong royong.
g) Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 2 dan 3 Tahun 1960. Sebagai
peraturan pelaksana dari Peraturan Pemerintah, maka dibentuk Badan
Penggerak Koperasi sebagai wadah tunggal kerjasama antar jawatan koperasi
dan masyarakat. Campur tangan pemerintah yang terlalu dalam terhadap
perkembangan kelembagaan koperasi. berakibat pada rusaknya mentalitas idiil
koprasi dengan suburnya praktek mencari keuntungan dengan menjual
barang-barang karena adanya kemudahan merendahkan harga kebutuhan
pokok jika dijual oleh koprasi. Pada saat ini, pendidikan kopersi meningkat
secara pesat, dengan memasukkan mataeri Koperasi sebagai mata ajar dalam
6
setiap jenjang pendidikan. Ketentuan Ipres ternyata melanggar ini Pasal 27
ayat (1), dan (2) UUD NRI Tahun 1945, dengan adanya pemecatan atas
pegawai yang tidak bisa mengikuti garis-garis besar perkoperasian dan akibat
lebih lanjut adalah Muhammad Hatta mengundurkan diri dari Wakil Presiden
RI dan koperasi kehilangan tokohnya yang duduk di Pemerintahan.
h) UU Nomor 14 tahun 1965 Tentang Pokok-pokok Perkoperasian. Undang-
undang ini sebagai pengejahwantahan prinsip Nasakom yang mengebiri
prinsip koperasi di Indonesia. Koperasi didefinisikan sebagai organisasi
ekonomi dan Alat Revolusi yang berfungsi sebagai tempat persemaian insan
masyarakat serta wahana menuju sosialisme Indonesia beradasarkan
Pancasila. Dengan disyahkannya UU ini pada saat Musyawarah Nasional
Koperasi, memperlihatkan sensasinya kepada dunia dengan keluarnya
Indonesia dalam keanggotaan International Coperative Allliace (ICA).
i) Undang-Undang RI Nomor 12 tahun 1967 Tentang Pokok-pokok
Perkoperasian. Undang-undang racikan pemerintahan Orde Baru ini,
mendapatkan tanggapan positif dari semua perkumpulan koperasi karena
kembalinya hakikat koperasi itu sendiri. Undang undang yang memurnikan
asas koperasi yang sejati dan menyingkirkan depolitisasi koperasi ini secara
tegas mencabut Undang undang RI Nomor 14 tahun 1965 tentang
perkoperasian. Hubungan baik yang sempat terputus dengan ICA kembali
diperbaiki. Koperasi didefinisikan sebagai organisasi-organisasi rakyat yang
berwatakkan sosial, beranggotakan orang-orang, atau badan-badan hukum
koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama
berdasarkan atas asas kekeluargaan. UU ini merupakan aturan pertama yang
menjadikan koperasi sebagai badan hukum.
D. Konstruksi Norma Hukum Koperasi Syariah dalam Kerangka Sistem Hukum Koperasi
Nasional
Berangkat dari realitas beragamnya peraturan perundangan yang mengatur
tentang kelembagaan koperasi syariah dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2012 sebagai pengganti undang undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian
8
juga belum memberikan jaminan kepastian hukum bagi kelembagaan koperasi syariah,
sebagai lembaga ekonomi dalam tataran masyarakat tingkat bawah di sisi lain, sehingga
berpengaruh pada lemahnya kelembagaan koperasi syariah. Padahal, laju perkembangan
jumlah koperasi syariah seiring dengan laju industri keuangan berbasis syariah semakin hari
semakin meningkat, maka diperlukan tatanan hukum baru sebagai upaya penguatan
kelembagaan koperasi syariah. Hal ini senada dengan pendapat dari Sri Redjeki Hartono
bahwa, setiap lembaga ekonomi yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat
menyebabkan timbulnya berbagai kegiatan baru, sehingga memerlukan adanya tatanan
hukum baru dalam kerangka hukum nasional (Hartono, 2007). Artinya, suatu tatanan hukum
baru sangat diperlukan bagi tumbuh kembangnya lembaga ekonomi yang dalam hal ini
adalah koperasi syariah, sebagai bagjan dari sistem hukum koperasi nasional.
Koperasi syariah memiliki prospek dan potensi yang sangat besar dalam
pembangunan sistem koperasi nasional. Oleh karena itu, konstruksi norma hukum koperasi
syariah menjadi penting dilakukan sebagaimana kasus perbankkan syariah, dengan beberapa
pertimbangan sebagaimana dijelaskan dalam paparan berikut ini.
1. Filosofis
Secara filosofis, Pancasila sebagai landasan ideologi Bangsa Indonesia
mengamanahkan nilai-nilai Ketuhanan yang dilandasi oleh ruh masing-masing agama
dan yang menjiwai seluruh sila dalam Pancasila, dimana masing masing sila menjadi akar
lahirnya demokrasi ekonomi yang berasaskan kekeluargaan. Koperasi syariah sama
dengan koperasi konvensonal, yaitu sama sama untuk mewujudkan demokrasi ekonomi
yang berlandaskan asas kekeluargaan dengan tujuan membangun ekonomi umat menuju
kesejahteraan dan keadilan sosial.
2. Yuridis
Secara yuridis, kedudukan agama dalam konteks hukum dijamin oleh Pembukaan
UUD 1945 dan Pasal 29 UUD 1945 yang menyatakan: "Atas berkat Rahmat Allah Yang
Mahakuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan
yang bebas, maka rakyat Indonesia, menyatakan dengan ini kemerdekaannya" dan.
Negara berdasar atas ke-Tuhanan Yang Maha Esa." Serta “ Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu."
3. Politis
Pertimbangan politik untuk menjadikan koperasi syariah menjadi bagian dari tata
hukum koperasi nasional, terletak pada tujuan pembangunan ekonomi yang akan dicapai
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui sarana hukum untuk
mewujudakan kepastian hukum bagi semua lembaga ekonomi yang bisa menunjang
pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu, kesadaran akan pentingnya hukum
sebagai sarana pembangunan ekonomi menjadi hal utama untuk mewujudkan hal ini.
4. Sosiologis
Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai lebih kurang 90 persen beragama
Islam akan memberikan pertimbangan yang signifikan dalam mengakomodasi
9
kepentingannya. Di sisi lain, perkembangan koperasi syariah yang begitu pesat,
membutuhkan landasan normatif untuk lebih menjamin kepastian hukumnya dalam
konteks hukum nasional. Kedudukan hukum Islam (hukum fiqh) di Indonesia, melibatkan
kesadaran keagamaan mayoritas penduduk yang sedikit banyak berkaitan pula dengan
masalah kesadaran hukum. Hal ini senada dengan Tahir Azhari yang mengatakan bahwa
hukum Islam mengikat setiap individu yang beragama Islam untuk melaksanakannya,
yang implementasinya terbagi dalam 2 perspektif, yaitu : 1) ibadah mahdlah, dan tanpa
campur tangan penguasa kecuali untuk fasilitasnya 2) muamalah, baik yang bersifat
perdata maupun publik, yang melibatkan kekuasaan negara.
5. Ekonomis .
Secara ekonomis, konstruksi norma hukum koperasi syariah ke dalam sistem
hukum koperasi nasional, tentunya akan menjamin kepastian hukum bagi para pelaku
ekonomi koperasi berbasis syariah di satu sisi dan di sisi lain akan semakin memerkuat
kelembagaan koperasi syariah dan selanjutnya menjadikan koperasi syariiah semakin
berkembang dalam rangka mewujudkan kesejahteraan anggotanya sekaligus
meningkatkan pendapatan nasional.
Berdasarkan pada pertimbangan tersebut di atas, maka kontruksi norma hukum
koperasi syariah sebagai satu kesatuan dalam kerangka sistem koperasi Nasional menjadi
hal yang mendesak untuk segera dilakukan. Norma hukum kopersai syariah sebagai satu
kesatuan norma yang tentunya tidak hanya berlandaskan pada prinsip syariah akan tetapi
juga tidak lepas dari nilai nilai Pancasila dan Pasal 33 UUD 1945, sebagai landasan
yuridis konstitusional.
Ada beberapa pendekatan yang bisa digunakan untuk membangun tatanan norma
hukum Koperasi Syariah dalam kerangka sistem hukum koperasi nasional sebagai upaya
penguatan kelembagaan koperasi syariah berasis keseimbangan antara kesejahteraan dan
keadilan sosial, antara lain: pertama, pendekatan keislaman secara formil maupun
material. Artinya, hukum Islam secara materiil maupun formil dijadikan sebagai
peraturan hukum nasional; kedua, pendekatan materi muatan hukum. Hukum Islam
dalam proses taqnin diwujudkan sebagai sumber-sumber materi muatan hukum, di mana
asas-asas dan prinsipnya menjiwai setiap produk peraturan dan perundang-undangan dan;
ketiga, pendekatan persuasive source dan authority source . Hukum Islam yang secara
formil dan material ditransformasikan secara persuasive source dan authority source.
Ketiga pendekatan tersebut harus digunakan secara integral an terpada serta merupakan
satu kesatuan yag tidak terpisahkan.
Pendekatan tersebut digunakan sebagai bangunan norma hukum kopersi syariah
yang merupakan sistem ekonomi Islam yang integral, sebagaimana terdapat dalam Q.S.
Al Baqarah : 208 dan Q.S. Al Maidah : 3 yang artinya: “Wahai orang-orang yang
beriman, masuklah kamu kedalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kamu
mengikuti langkah-langkah syetan. Sesungguhnya Syetan itu adalah musuhmu yang
nyata”. (Q.S. Al Baqarah : 208). “Pada hari ini telah aku sempurnakan untuk kamu
agamamu, dan telah aku cukupkan kepadamu nikmat Ku, dan telah aku ridhoi Islam
10
sebagai agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa[398] Karena kelaparan tanpa sengaja
berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Q.S. Al
Maidah : 3). Kedua ayat tersebut merupakan bagian dari nilai-nilai dan ajaran-ajaran
Islam yang mengatur bidang perekonomian umat yang tidak terpisahkan dari aspek-aspek
lain dari keseluruhan ajaran Islam yang komprehensif dan integral.2
E. Landasan Hukum yang digunakan dalam Koperasi Syariah
Dalam Operasional Koperasi Syariah UU No. 25/1992 tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian menetapkan landasan koperasi di Indonesia sebagai berikut:
1. Landasan Idiil
Sesuai dengan Bab II No. 25/1992,landasan idiil Koperasi Indonesia adalah
Pancasila. Penetapan Pancasila sebagai landasan Koperasi Indonesia ini didasarkan
atas pertimbangan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup dan ideologi bangsa
Indonesia. Pancasila merupakan jiwa dan semangat bangsa Indonesia dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, serta merupakan nilai-nilai luhur yang ingin
diwujudkan oleh bangsa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.Dengan kedudukan
seperti itu makam Pancasila diterima sebagai landasan idiil koperasi ataupun
organisasi-organisasi lainnya di Indonesia. Pancasila, dengan masing-masing silanya,
menjadi pedoman yang akan mengarahkan semua tindakan koperasi dan organisasi-
organisasi lainnya itu dalam mengemban fungsinya masing-masing di tengah-tengah
kehidupan masyarakat.
2. Landasan Struktural
Selain menempatkan Pancasila sebagai landasan idiil koperasi Indonesia, Bab
II UU No. 25 Tahun 1992 menempatkan UUD 1945 sebagai landasan strukturil
Koperasi Indonesia. Sebagaimana diketahui, UUD 1945, merupakan aturan pokok
ketatanegaraan Negara Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Dalam
Undangundang Dasar 1945 terdapat berbagai ketentuan yang mengatur berbagai
aspek kehidupan Bangsa Indonesia dalam bernegara. Dalam UUD 1945 diatur
mekanisme hubungan antar lembaga lembaga negara, kedudukan, tugas, dan
wewenang masing-masing lembaga negara, serta ketentuan-ketentuan lain yang
dipandang perlu keberadaannya sebagai pedoman dasar penyelenggaraan Negara
Republik Indonesia (Baswir, 2000: 30-38). Untuk merealisasikan ketentuan Pasal 33
ayat (1) UUD 1945, pembentuk Undang- Undang telah mengundangkan Undang-
Undang No. 12 Tahun 1967 tentang Pokokpokok Perkoperasian. Setelah
undangundang ini berlaku selama 25 tahun barulah diadakan penyempurnaan dengan
diundangkannya Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Landasan hukum koperasi syariah, landasan idiil dan landasan struktural tidak
berbeda dengan koperasi pada umumnya, namun berkaitan dengan landasan
operasional UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian tidak sepenuhnya dapat
2
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/jhi/article/view/535 di akses pada tanggal 23/12/2017
pukul 10.29
11
digunakan. Karena UU Perkoperasain tidak mengatur tentang koperasi syariah,
beroperasinya koperasi syariah merujuk pada:
(1)Surat Menteri Dalam Negeri RI cq.Direktorat Jenderal Pembangunan Daerah
(BANGDA), tanggal 14 April 1997Nomor 538/PKK/IV/1997 Tentang Status
Badan Hukum untuk Lembaga Keuangan Syariah;
(2) Surat dari Menteri Dalam Negeri RI cq.Direktorat Jenderal PembangunanDaerah
(BANGDA), tanggal 2 Agustus 1997 Nomor 193/2129/Bangda;
(3) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam Oleh Koperasi;
(4) Romawi II angka I Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha Kecil Dan Menengah
Republik Indonesia Nomor :351/Kep/M/XII/1998 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.Mengingat perkembangan
koperasi syariah yang begitu cepat, pada tahun 2004 dikeluarkan Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Koperasi Jasa Keuangan Syariah. Sesuai dengan namanya,Keputusan Menteri ini
bertujuan mengatur kegiatan koperasi jasa keuangan yang beroperasi dengan
menggunakan prinsip syariah.
Beberapa hal yang diatur dalam keputusan ini adalah:
1) Pengertian Koperasi Jasa Keuangan Syariah Menurut keputusan ini Koperasi
Jasa Keuangan Syariah adalah Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di
bidang pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola bagi hasil
( syariah). Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS+adalah unit koperasi yang
bergerak di bidang usaha pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai dengan
pola bagi hasil (syariah) sebagai bagian dari koperasi yang bersangkutan.
2) Tujuan pengembangan KJKS menurut Pasal 2 Keputusan ini adalah:
(1) meningkatkan program pemberdayaan ekonomi, khususnya di
kalangan usaha mikro, kecil,menengah dan koperasi melalui sistem
syariah.
(2) mendorong kehidupan ekonomi syariah dalam kegiatan usaha mikro,
kecil, dan menengah khususnya dan ekonomi Indonesia pada
umumnya.
(3) meningkatkan semangat dan peran serta anggota masyarakat dalam
kegiatan KJKS.Keputusan Menteri Koperasi dan UKM tersebut, antara
lain, mengatur:Tentang Uraian Persyaratan dan Tatacara Pendirian
(Bab III Pasal 3 s.d.Pasal 9).Persyaratan dan Tatacara Pendirian KJKS
dan UJKS pada dasarnya hampir sama dengan Persyaratan dan
Tatacara Pendirian Koperasi pada umumnya, yakni mengacu ke PP
No. 4 tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tatacara Pengesahan Akta
Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi serta Keputusan
Menteri Negara Koperasi dan UKM No. 104.1/Kep/M.KUKM/X/2002
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta Akta
12
Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi Persyaratan
Pembukaan Jaringan Kantor (Bab IV, Pasal 10-Pasal 12) Pembukaan
jaringan kantor dapat dilakukan paling cepat 2 tahun sejak kJKS
berbadan hukum. Permohonan persetujuan diajukan kepada pejabat
koperasi di tempat kedudukan koperasi tersebut ditembuskan ke
pejabat koperasi dimana terletak kantor cabang.Pengelolaan (Bab V
Pasal 14 s.d. Pasal 18) Bagian ini menetapkan tentang Dewan
Pengawas syariah sebagai organ koperas dan persyaratan pengelola
KJKS, antara lain harus mempunyai keahlian di bidangkeuangan atau
pernah mengikuti pelatihan keuangan syariah atau pernah magang di
Lembaga Keuangan Syariah.Produk dan layanan (Bab VIII Pasal
22s.d.) Layanan yang dapat diberikan oleh KJKSadalah penghimpunan
dana dalam bentuk tabungan dan simpanan berjangka,
sertapembiayaan. Selain itu KJKS dapat menjalankan kegiatan
pengumpulan dan penyaluran dana Zakat, Infak, Shadaqah, termasuk
wakaf. Kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana ini harus
mengacu pada Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI.Pembinaan (Bab
XI Pasal 30 s.d. Pasal 32) Pembinaan terhadap KJKS dilakukan oleh
Pemerintah dan Dewan Pengawas Syariah.Dewan Pengawas Syariah
bertugas melakukan pengawasan pelaksanaan kegiatan usaha
KJKS/UJKS berdasarkan prinsip-prinsip syariah dan melaporkan hasil
pengawsnnya kepada pejabat.Sanksi (Bab XIII Pasal 38 s.d.
Pasal)Berkaitan dengan sanksi hanya mengatur sanksi diberikan
kepada KJKS yang tidak memberikan laporan keuangan, tidak ada
sanksi bagi KJKS yang dalam melaksanakan kegiatannya tidak
menggunakan prinsip syariah tetapi menggunakan bunga.Peraturan
Menteri tersebut merupakan peraturan sementara karena tidak
memiliki kekuatan hukum sebagaimana halnya undang-undang. Untuk
itu dalam amandemen Undang-undang Koperasi perlu diatur antara
lain tentang:
(1)Penegasan bahwa koperasi dapat melakukan kegiatan usaha baik
konvensional maupun dengan menggunakan prinsip syariah.
(2)Batasan Prinsip syariah, apa yang dimaksud dengan prinsip syariah
dalam undang-undang ini.
(3) Dewan Pengawas Syariah sebagai salah satu perangkat koperasi yang
berfungsi untuk mengawasi apakah dalam operasionalnya koperasi
telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan prinsip syariah.
(4)Penegasan bahwa koperasi syariah harus melaksanakan kegiatan
dengan menggunakan prinsip syariah.3
3
http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/284/94 di akses pada tanggal 23/12/2017 pukul
10.48
13
F. Pengertian Koperasi Syariah
Koperasi syariah lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan
Syariah) dan UJKS (Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi). Koperasi Jasa Keuangan Syariah
adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan
simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah). Unit Jasa Keuangan Syariah adalah unit usaha
pada Koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, investasi, dan
simpanan sesuai dengan pola bagi hasil (syariah), sebagai bagian dari kegiatan usaha
koperasi yang bersangkutan. Koperasi syariah adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip syariah sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas
kekeluargaan. Koperasi bertujuan untuk mensejahterakan anggotanya, yang meliputi, antara
lain: a.Perorangan, yaitu orang yang secara sukarela menjadi anggota koperasi dan; b. Badan
hukum koperasi, yaitu suatu koperasi syariah yang menjadi anggota yang memiliki lingkup
lebih luas. Umumnya koperasi, termasuk koperasi syariah dikendalikan secara bersama oleh
seluruh anggotanya, di mana setiap anggota memiliki hak suara yang sama dalam setiap
keputusan yang diambil koperasi. Pembagian keuntungan koperasi (biasa disebut Sisa Hasil
Usaha atau SHU) dihitung berdasarkan andil anggota tersebut dalam koperasi.
Secara sosiologis, koperasi syariah di Indonesia sering disebut dengan Baitul
Maal Wa At-Tamwil atau BMT, karena dalam realitasnya Koperasi Syariah banyak yang
berasal dari konversi Baitul Maal Wa At-Tamwil. Namun, sebenarnya ada perbedaan antara
KJKS/UJKS Koperasi dengan BMT, yaitu terketak pada lembaganya. Koperasi syariah hanya
terdiri satu lembaga saja, yaitu koperasi yang dijalankan dengan sistem koperasi simpan
pinjam Syariah. Sedangkan pada BMT terdapat 2 (dua) lembaga yaitu diambil dari namanya
'Baitul Maal Wa At Tamwil' yang berarti 'Lembaga Zakat dan Lembaga Keuangan (Syariah)'.
Baitul Maal berarti Lembaga Zakat dan At-Tamwil berarti Lembaga Keuangan (Syariah).
Artinya, Koperasi Simpan Pinjam Syariah yang dijalankan dengan dua lembaga sebagaimana
di atas berarti disebut BMT dan yang hanya menjalankan Koperasi Simpan Pinjam Syariah
saja tanpa Lembaga Zakat disebut Koperasi Syariah saja.
Kegiatan Usaha Jasa Keuangan Syariah adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menghimpun dana dan menyalurkannya melalui usaha Jasa Keuangan Syariah dari/ dan
untuk anggota Koperasi yang bersangkutan, calon anggota Koperasi yang bersangkutan,
Koperasi lain dan atau anggotanya Jika dibandingkan jenis produk antara koperasi syariah
dan koperasi konvensional, sebenarnya hampir sama yaitu menyangkut produk simpanan dan
produk pinjaman. Tapi bila diperbandingkan pada sistemnya, Koperasi Simpan Pinjam
Syariah sangat jauh berbeda dengan koperasi konvensional, koperasi konvensional
menggunakan sistem bunga sedangkan Koperasi Simpan Pinjam Syariah menggunakan
sistem bagi hasil. Koperasi Simpan Pinjam Syariah juga hampir sama produknya dengan
bank syariah, namun pada produk funding-nya terdapat perbedaan. Produk funding atau
pendanaan pada Koperasi Simpan Pinjam Syariah dinamakan Simpanan, sedangkan pada
Bank Syariah disebut Tabungan. Perbedaan istilah ini didasari pada induk yang menaungi
14
Koperasi Simpan Pinjam Syariah dan Bank Syariah itu sendiri. Koperasi Simpan Pinjam
Syariah berada di bawah naungan Dinas Koperasi sedangkan Bank Syariah dibawah naungan
Bank Indonesia dimana izin pendirian kedua jenis lembaga tersebut dikeluarkan dari masing-
masing induknya.
G. Tujuan, prinsip dan landasan Koperasi Syariah
Tujuan Koperasi Syariah tersebut di atas, sesuai norma dan moral Islam,
sebagaimana yang terdapat dalam Alquran :
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat
dibumi, dan jangalah kamu mengikuti langkah-langkah syetan, karena sesungguhnya syetan
itu musuh yang nyata bagimu”. (Q.S Al Baqarah : 168) “ Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. Dan makanlah makanan yanghalal lagi baik dari apa yang Allah telah
rezkikan kepadamu, dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya”. (Q.S
AL Maidah : 87-88)”.
“ Apa bila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah dimuka bumi; dan
carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung..” (Q.S Al
Jumu’ah : 10)”.
15
perbedaan dalam pendapatan dan kekayaan. Tujuan lainnya adalah, adanya kebebasan
pribadi dalam kemaslahatan sosial yang didasarkan pada pengertian bahwa manusia
diciptakan hanya untuk tunduk kepada Allah. Alquran Surat Ra’ad ayat 36 yang artinya:
“Orang-orang yang telah kami berikan kepada mereka, bergembira dengan Kitab yang
diturunkan kepadamu dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani) yang
bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah : “ Sesungguhnya aku hanya
diperintah menyembah Allah dan tidak untuk mempersekutukan sesuatupun dengan Dia.
Hanya Kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali ”. (Q.S Ar Ra’d
(13) : 36.
Prinsip Koperasi Syariah, antara lain: 1). kekayaan adalah amanah Allah swt
yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun secara mutlak; 2) manusia diberi kebebasan
bermu’amalah selama bersama dengan ketentuan syariah; 3) manusia merupakan khalifah
Allah dan pemakmur di muka bumi dan ; 4) menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap
bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok
orang saja. Prinsip- Prinsip dasar lainnya, antara lain: 1) larangan melakukan perbuatan
maysir, yaitu segala bentuk spekulasi judi (gambling) yang mematikan sektor riil dan tidak
produktif; 2) larangan praktik usaha yang melanggar kesusilaan dan norma sosial; 3)
larangan .gharar yaitu segala transaksi yang tidak transparan dan tidak jelas sehingga
berpotensi merugikan salah satu pihak; 4) larangan haram yaitu objek transaksi dan proyek
usaha yang diharamkan syariah;.5) larangan riba yaitu segala bentuk distorsi mata uang
menjadi komoditas dengan mengenakan tambahan (bunga) pada transaksi kredit atau
pinjaman dan pertukaran/barter lebih antar barang ribawi sejenis. Pelarangan riba ini
mendorong usaha yang berbasis kemitraan dan kenormalan bisnis, disamping menghindari
praktik pemerasan, eksploitasi dan pendzaliman oleh pihak yang memiliki posisi tawar
tinggi terhadap pihak yang berposisi tawar rendah; 6) larangan ihtikar yaitu penimbunan
dan monopoli barang dan jasa untuk tujuan permainan harga dan; 7) larangan melakukan
segala bentuk transaksi dan usaha yang membahayakan individu maupun masyarakat serta
bertentangan dengan maslahat dalam maqashid syari’ah. Selain itu koperasi syariah perlu
memperhatikan beberapa hal seperti: semua kegiatan usaha yang halal, baik dan
bermanfaat (thayyib), Dalam menjalankannya harus dalam sertifikais usaha koperasi, usha-
usahanya sesuai dengan ketentuan dewan syariah nasional MUI dan tidak bertentangan
dengan UU yang berlaku. Dengan demikian, dalam kegiatan usahanya peroduk koperasi
syaria berupa: Investasi/ kerjasama, jual beli, sewa menyewa, jasa hiwalah atau anjak
piutang, jasa gadai dan jasa wadiah(titipan).
i. Produk Pendanaan
a. Simpanan pokok
b. Simpanan Wajib
Seluruh tabungan investasi berjangka waktu 12 bulan dan dapat diperpanjang untuk periode
berikutnya.
17
akan berperan sebagai pengembang (developer) dan pemasaran ke seluruh anggota.
Anggota dapat juga berperan sebagai turn key contractor. Oleh karena itu, kami
mengundang segenap kaum muslimin yang memiliki lahan untuk bekerja sama
mengoptimalkan lahan strategisnya. Besar harapan bahwa lahan-lahan kaum
muslimin akan tetap di tangan kaum muslimin dan tidak lepas ke pihak lain.
Usaha koperasi syariah meliputi semua kegiatan usaha yang halal, baik dan
bermanfaat (thayyib) serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil dan tanpa
riba, judi atau pun ketidakjelasan.
J. Jenis-jenis Koperasi
Koperasi Produksi
5
https://koperasisyariah212.co.id/ di akses pada tanggal 23/12/2017 pukul 11.00
6
http://anniequ.blogspot.co.id/2009/11/makalah-keberadaan-koperasi-syariah.html di akses pada tanggal
23/12/2017 pukul 11.05
18
Koperasi Produksi melakukan usaha produksi atau menghasilkan
barang. Barang-barang yang dijual di koperasi adalah hasil produksi anggota
koperasi.
Koperasi Konsumsi
Koperasi Serba Usaha (KSU) terdiri atas berbagai jenis usaha. Seperti
menjual kebutuhan pokok dan barang-barang hasil produksi anggota,
melayani simpan dan pinjam.
Koperasi Sekolah
1) Koperasi Primer
2) Koperasi sekunder
7
http://eprints.walisongo.ac.id/3607/3/102411034_Bab2.pdf di akses pada tanggal 23/12/2017 pukul 11.25
20
Mensejahterakan anggota khususnya dan mayarakat luas pada
umumnya.
Anggota Koperasi adalah pemilik sekaligus pengguna jasa Kopsyah yang tercatat
di buku anggota Koperasi Syariah
Keanggotaan Koperasi Syariah SMD mulai berlaku dan hanya dapat dibuktikan
dengan catatan dalam buku dafta r anggota.
Seseorang yang akan masuk menjadi anggota Koperasi Syariah SMD harus
mengajukan permohonan secara tertu lis.
Permintaan berhenti sebagai anggota harus diajukan secara tertulis kepada pengurus.
21
Keanggotaan Koperasi Syariah melekat pada diri anggota sendiri dan tidak dapat
dipindah tangankan.
Mematuhi anggaran Dasar dan Rumah Tangga, peraturan khusus dan keputusan
yang telah disep akati dalam rapat anggota.
Membayar simpanan pokok dan simpanan wajib serta simpanan beku yang
diputuskan dalam Rapat Anggota.
Meminta diadakan rapat anggota, rapat anggota luar biasa sesuai dengan
ketentuan pasal 13 dan 14.
Mengemukakan pendapat dan saran kepada pengurus diluar rapat anggota baik
dimin ta maupun tidak diminta.
Memperoleh sisa pembagian SHU sesuai dengan jasa atau trans aksi
Modal Koperasi Syariah SMD terdiri dari modal sendiri dan modal luar/pinjaman.
a. Simpanan Pokok
b. Simpanan Wajib
22
c. Dana Cadangan
d. Hibah
e. Donasi
a. Anggota
Berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan anggota dan
masyarakat muslim pada umumnya.
Q. Pengawasan Koperasi
(1) Pengawas dipilih dari dan oleh Anggota dalam Rapat Anggota.
(2) Pengawas terdi rii atas Pengawas Syariah dan Pengawas Operasional
(4)Yang dipil ih menjadi anggota pengawas adalah anggota Koperasi Syariah SMD yang
memenuhi syarat-syarat :
c.Memiliki sifat jujur dan trampil dan berakhlak / berprilaku baik di dalam
maupun diluar Koperasi Syariah SMD
f. Tidak menjadi anggota organisasi terla rang atau tersangkut perkara pidana baik
dalam proses maupun terpidana.
(5) Pengawas dipil ih untuk masa jabatan 3 (tiga ) tahun dan dapat dipilih kembali.
Tahun buku Koperasi Syariah SMD dimulai dari tanggal 1 Januari s/d 31Desember.
Pembukuan Koperasi Syariah SMD dilakukan oleh Pengelola (Direktur, para manejer
dan karyawan)
Setiap tahun buku dilaporkan oleh pengurus mengenai keadaan rugi/laba usaha.
Pembukuan Koperasi Syariah SMD dapat menggunakan sistem akutansi yang sesuai
dengan ketentuan yang berlaku.
Sisa hasil usaha Koperasi Syariah SMD merupakan pendapatan yang diperoleh dalam
satu tahun buku dikurangi dengan biaya penyusutan dan kewajiban lainnya termasuk
pajak dalam tahun buku yang bersangkutan.
f. 5 % untuk pendidikan
24
T. Jangka Waktu Koperasi Syariah
Koperasi Syariah SMD didi rikan dalam jangka waktu tidak terbatas sesuai dengan
maksud dan tujuan.
Apabila Koperasi Syariah SMD dibubarkan dan pada penyelesaiannya ternyata kekayaan
Koperasi Syariah SMD tidak mencukupi untuk melunasi segala kewajibannya, maka
sekal ian anggota diwaj ibkan menanggung kerugian masing-masing terba tas pada
simpanan Pokok dan simpanan Wajib. Masing-masing anggota menangung kerugian
sama banyaknya.
Kerugian yang diderita oleh Koperasi Syariah SMD pada suatu akhir tahunbuku ditutup
dengan uang cadangan.
Apabila ketentuan-ketentuan terse but tidak ditep ati, dilanggar atau diingkari maka
kepada anggota, pengurus dan pengawas dapat dikenakan sangsi oleh rapat anggota
berupa :
a. Peringatan.
Manajer dan karyawan yang meru gikan Koperasi Syariah SMD akan diselesaikan
menurut ketentuan hukum yang berlaku.8
8
https://thebookee.net/anggaran-dasar-koperasi-syariah-syarikat-madani-depok-pdf-dl3368893 di
akses pada tanggal 23/12/2017 pukul 11.57
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Koperasi syariah lebih dikenal dengan nama KJKS (Koperasi Jasa Keuangan
Syariah) dan UJKS (Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi). Koperasi Jasa
Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya bergerak di bidang
pembiayaan, investasi, dan simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
1). kekayaan adalah amanah Allah swt yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun
secara mutlak;
4) menjunjung tinggi keadian serta menolak setiap bentuk ribawi dan pemusatan
sumber dana ekonomi pada segelintir orang atau sekelompok orang saja.
Produk pendanaan
Produk pembiayaan
B. Saran-saran
27
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/17456/Chapter%20II.pdf?sequence=4
http://e-journal.iainpekalongan.ac.id/index.php/jhi/article/view/535
http://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/view/284/94
https://koperasisyariah212.co.id/
http://anniequ.blogspot.co.id/2009/11/makalah-keberadaan-koperasi-syariah.html
http://eprints.walisongo.ac.id/3607/3/102411034_Bab2.pdf
https://thebookee.net/anggaran-dasar-koperasi-syariah-syarikat-madani-depok-pdf-
dl3368893
28