Anda di halaman 1dari 16

DASAR PERHITUNGAN KEBUTUHAN ENERGI DAN ZAT GIZI

I. Pedoman Pengkajian dan Perhitungan Kebutuhan Zat Gizi


I. Perhitungan Berat Badan
A. Perhitungan Berat Badan Ideal
1. Perhitungan Berat Badan Ideal Untuk Anak
Penentuan berat badan ideal untuk anak
 Anak umur ≤5 tahun menggunakan grafik WHO 2005
 Anak umur >5 tahun menggunakan grafik CDC 2000
2. Perhitungan Berat Badan Ideal Untuk Dewasa
a. Berdasar IMT
(Pedoman Pelayanan Dietetik RS, Depkes RI)
BBI perempuandewasa
Pr = TB2 x 21

BBI laki-laki

LK= TB2 x 22,5

*TB : tinggi badan dalam meter

b. Rumus Brocca Modifikasi


(Pedoman Pelayanan Dietetik RS, Depkes RI)
Rumus berat badan perempuan
Pr = (TB-100)- (10%TB-100)
Untuk tinggi badan kurang dari 150 cm atau berumur lebih dari 40 tahun TB-100

Rumus berat badan laki-laki

Lk = (TB-100)- (10% TB-100)

Untuk tinggi badan kurang dari 160 cm atau berumur lebih dari 40 tahun TB-100

*TB : tinggi badan dalam cm

B. Perhitungan Berat Badan Pada Kondisi Khusus


1. Berat Badan Dengan Koreksi Oedema
Untuk Menentukan berat badan dengan odema dikoreksi dengan cara:

BB koreksi = BB saat ini – koreksi oedema/asites

1
Tabel 1 Tingkatan Oedema dan Asites

Tingkatan Oedema Acites


Ringan (bengkak pada tangan -1 kg atau 10% -2,2 kg
atau kaki)
Sedang (bengkak pada wajah, -5 kg atau 20% -6 kg
tangan atau kaki)
Berat ( Bengkak pada wajah, -14kg atau 30% -10 kg
tangan dan kaki)
Sumber : Detaseringh Dietetik 12, Didit Damayanti dalam Adisty

PENURUNAN BERAT BADAN

Penurunan berat badan bisa menjadi indikator Masalah gizi jika memenuhi kriteria, cara menghitungnya :

Berat Badan Biasa – Berat Badan Aktual


_________________________________ x 100

Berat Badan Biasa

Waktu Besar penurunan badan (Ringan) Besar penurunan badan


(Berat)
1 minggu 2% >2 %
1 bulan 5% >5 %
3 bulan 7,5 % >7,5 %
6 bulan 10 % >10 %

SUMBER ADA 2009

2. Perhitungan Berat Badan Ibu Hamil


Untuk menentukan berat badan sebelum hamil ditentukan dengan cara :

BBA – (Penambahan BB sesuai Umur Kehamilan)

Penambahan berat badan ibu hamil per 10 minggu:


0,065/mgg pada 10 mgg pertama
0,335/mgg pada 10 mgg kedua
0,450/mgg pada 10 mgg ketiga
0,400/mgg pada 10 mgg keempat
((Modified form hytten (1991) dalam William obstetric hal (112))

Contoh:
Ibu hamil dengan usia kehamilan 32 minggu berat badan 65 kg. maka berat badan
ibu sebelum hamil adalah :
10 mgg I : 0,065 X 10 = 0,65 kg
10 mgg II : 0,335 X 10 = 3,35 kg
2
10 mgg III : 0,450 X 10 = 4,50 kg
2 mgg IV : 0,400 X 2 = 0,80 kg
Total = 9,30 kg

Jadi berat badan sebelum hamil adalah :


65 kg – 9,3 kg = 55,7 kg
C. Pengukuran Tinggi Badan Estimasi Menggunakan Tinggi Lutut
Digunakan bila px tidak dapat ditimbang (bed rest total) dan dapat digunakan untuk
mencari BB ideal berdasarkan TB estimasi.
Pengukuran tinggi lutut perempuan
Pr = 84,88 + (1,83 TL)- (0,24 U)

Sumber : Chumlae I Equation

LkPengukuran tinggiTL)-
= 64,19 + (2,02 lutut laki-laki
(0,04 U)

Sumber : Chumlae I Equation

Gambar 3 Cara Pengukuran Tinggi Lutut

II. Perhitungan Kebutuhan Gizi


A. Dewasa
1. Perhitungan dengan Harris Benedict (Basal Energi Expenditur (BEE))
BEE untuk perempuan
BEE Pr =655 + ( 9,6 BB) + (1,7 TB) –(4,7 U)
BEE untuk Laki-laki
BEE Lk =66 + ( 13,5 BB) + (5 TB) –(6,8 U)

BB dalam kg

Tb dalam centi meter

3
Umur dalam tahun

Untuk menentukan total kebutuhan energy ditentukan dengan rumus TEE

TEE = BEE x FA x FS
FA= factor aktivitas

FS= factor stress

 Penggunaan berat badan (kg)


a. Berat badan actual, bila status gizi normal (menurut IMT)
b. Berat badan ideal, digunakan bila terjadi :
 Malnutrisi pada kasus combustion ( Handbook Australia), hamil, tumor, cyste, ascites
 Underweight
 Overwight
 Pasien tidak dapat ditimbang
 Pasien pre dan post operasi
 Tinggi badan (cm)
 Umur (Tahun)

FA (Faktor Aktivitas) digunakan di RSSA


1,05 : Total bed rest, CVA-ICH
1,1 : Mobilisasi di tempat tidur
1,2 : Jalan disekitar kamar
1,3 : Aktivitas ringan seperti pegawai kantor, ibu rumah tangga, pegawai toko, dll
1,4 : Aktivitas sedang seperti mahasiswa, pegawai pabrik, dll
1,5 : Aktivitas berat seperti Sopir, kuli, tukang becak, tukang bangunan, dll

FS (Faktor stress) digunakan di RSSA


0,1-1,2 : Gagal jantung, bedah minor
1,13 : Kenaikan suhu tubuh 1oC
1,15-1,35 : Trauma skeletal, curettage, PEB
1,3-1,5 : Operasi besar abdomen/thorax, SCTP
1,35-1,55 : Trauma multiple
1,5 : gagal hati, kanker
1,5-1,8 : Sepsis
1,1-1,5 : Pasca operasi selektif
1,1-1,25 : Luka bakar 10%
1,25-1,5 : Luka bakar 25%
1,5-2 : Luka bakar 50%
(Pegangan Penatalaksanaan Nutrisi Pasien)

FA (dari berbagai sumber)


1,0-1,2 : Operasi elektif
1,2-1,5 : Peritonitis
1,14-1,37 : Trauma jaringan lunak
1,4-1,8 : Sepsis mayor
1,4-2,0 : Cedera kepala mayor dengan steroid

4
1,4 : Cedera kepala mayor tanpa steroid
1,0-1,5 : Luka bakar 0-20%
1,5-1,85 : Luka bakar 20-40%
1,85-2,0 : Luka bakar 40-100%

2. Perhitungan Kebutuhan Gizi Pada Kehamilan


Pada pasien dengn kehamilan dan menyusui mendapat tambahan energy dan protein
sebagai berikut :
Tabel 15 Penambahan Energi dan Protein Pada Ibu Hamil

Kondisi Pasien Penambahan Energi Penambahan Protein


Ibu Hamil 285 kkal/hari 12 gram/hari
Ibu menyusui
 0-6 bulan 700 kkal/hari 16 gram/hari
 7-12 bulan 500 kkal/hari 12 gram/hari

3. Perhitungan Kebutuhan Gizi Pada Pasien Diabetes Mellitus (PERKENI,2002)


BB IDEAL
LK = TB (m)2 x 22,5

PR = TB (m)2 x 21
ENERGI BASAL
LK = BBI X 30 kal

PR = BBI X 25 kal

TOTAL ENERGY EXPENDITURE (TEE)

TEE= Energi Basal + Energi Basal (FA + FS – KU)

Faktor aktivitas
5% : Total bed rest
10% : Mobilisasi di tempat tidur
20% : Jalan disekitar kamar
30% : Aktivitas ringan seperti pegawai kantor, ibu rumah tangga, pegawai took,
dll
40% : Aktivitas sedang ( Mahasiswa, pegawai pabrik)
50% : Aktivitas Berat (sopir, kuli, tukang becak)

Faktor Stress
10% : DM murni
10-20% : CHF, bedah minor, CVA (kasus neuro)
13% : Febris, kenaikan suhu tubuh 1oC
20-40% : Infeksi
50% : CH, Ca
50-80% : Sepsis

5
10-50% : Post operasi elektif
10-25% : Luka bakar 10%
25-50% : Luka bakar 25%
50-100% : Luka bakar 50%

Koreksi umur :
5% : 40-49 tahun
10% : 50-59 tahun
15% : 60-69 tahun
20% : >70 tahun

4. Nepropati Diabetik

Tabel 16 Kebutuhan Energi dan Zat Gizi Pada Nefropatidiabetik

Zat Gizi Kebutuhan


Energi 35 kkal/kg BBI
Protein 0,6-0,8 gram/kg BB, 75% bernilai biologis tinggi
Karbohidrat ± 60% dari total kalori
Lemak ± 30% dari total kalori:
 Lemak jenuh < 10%
 Lemak tak jenuh ganda 6-8%
 Sisanya lemak tak jenuh tunggal
Kolesterol <300 mg/hari dengan asupan serat sampai 40 gram/hari
Natrium 1000-3000 mg/hari, tergantung ada tidaknya oedema &
hipertensi
Kalium Pada penderita ND yang makin berat (LFG<10 ml/menit)
perlu pembatasan kalium. Pada keadaan ini asupan yang
dianjurkan sebanyak 40-70 meq/hari
Kalsium Keadaan hipokalsemia yang ditemukan pada penyakit
ginjal memerlukan suplemen kalsium sebanyak 1200-1600
mg/hari
Fosfor Dengan terjadinya retensi fosfor, diperlukan retriksi fosfor.
Asupan yang dianjurkan adalah 8-12 mg/kg BB
(Pedoman Pelayanan Dietetik Rumah Sakit, 1998)

5. Pasien dengan Gagal Ginjal (MNU,2006)


Tabel 17. Kebutuhan energy dan zat gizi pada gagal ginjal

ZAT GIZI KONSERVATIF HAEMODIALISA CAPD


(CKD St II-V)

6
Energi 35 (<60th) 35 (<60th) 35 (>60th)
Kal/kg BBI/hari 30-35 (>60th) 30-35 (>60th)
Protein 0,6-0,75 1,2 1,2-1,3
Gr/kg BBA/hr
Lemak 20-25 %
% total Energi Pasien cenderung mempunyai resiko terhadap penyakit Cardio
vascular, lebih penting pada pemilihan lemak PUFA dan MUFA
cholesterol 250-300 mg/hari
Karbohidrat Sisa dari perhitungan protein dan lemak berkisar antar 60-70 % total
% total Energi energy
Na (mg/hari) 2000 2000 2000
Ca (mg/hari) 1200 1200-2000 1200-2000
K (mg/hari) Tergantung pada 2000-3000 3000-4000
hasil analisa
elektrolit (lab)
P (mg/hari) Tergantung pada 800-1000 800-1000
hasil analisa
elektrolit (lab)
Cairan Tidak terbatas (500-1000) + 1500-2000
bila produksi Produksi urine (Monitoring)
urine normal

6. Pasien Chirocis Hepatis (MNU 2006 & Espen 2003)

Tabel 18 Kebutuhan energy dan zat gizi pada Chirosis Hepatitis

Kondisi Klinik Non Protein Energi Protein/asam amino


(Kkal/Kg/hr) (g/Kg/hr)
Sirosis Stabil 25-35 1,0-1,2
Komplikasi
- Inadekuat intake 35-40 1,5
- Malnutrition 35-40 1,5
- Encephalopathy I-II 25-35 Diturunkan 0,5 kemudian
dinaikkan 1,5. Jika protein
intoleran digunakan protein
nabati/suplemen BCAA
- Encephalopathy III-IV 25-35 0,5-1,2 diperkaya BCAA

7. Luka Bakar/Combustio
Prosentasi luka bakar pada dewasa menggunakan rules of nine, untuk prosentasi luka bakar
pada dewasa dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 6 Luas Luka Bakar Berdasarkan Rule Of Nine

7
Untuk Kebutuhan gizi luka bakar pada dewasa adalah sbb :
Tabel 19 Kebutuhan Zat Gizi Pada Luka Bakar Dewasa

Energi (CURRERI) (25 kkal X BBI) + (40 kkal X % luas luka bakar)
Protein (R DAVIES & (1 gr/kg BBI) + (3 gr X % luas luka bakar)
LILIJEDAHL)
Atau
Perhitungan lain 20-25% total energi

B. Anak
1. Untuk Pasien Dengan Kegawatan
Perhitungan digunakan untuk pasien yang berada di ruang gawat anak (pasien masih
dalam fase kegawatan ) atau pasien yang belum sadar penuh yang memerlukan
energy basal saja tanpa tambahan energy untuk aktivitas atau koreksi stress lainnya.
Kebutuhan kalori total = BEE X FS
BEE : Basal energy expenditure (Energi basal)
FS : Faktor Stress

Umur 1 mgg-10 bln Umur 11 – 36 bulan Umur 3 – 16 tahun


BB Laju BB Laju metabolik BB Laju metabolik
(Kg) metabolik (Kg) (kkal/hr) (Kg) (kkal/hr)
(kkal/hr) pria wanita pria wanita
pria/wanit
a
3,5 202 9,0 528 509 15 859 799
4,0 228 9,5 547 528 20 953 898
4,5 252 10,0 566 547 25 1046 996
5,0 278 10,5 586 566 30 1139 1092
5,5 305 11,0 605 586 35 1231 1190
6,0 331 11,5 624 605 40 1325 1289
6,5 358 12,0 643 624 45 1418 1387
7,0 384 12,5 662 646 50 1512 1486
8
7,5 410 13,0 682 665 55 1606 1584
8,0 437 13,5 701 684 60 1699 1680
8,5 463 14,0 720 703 65 1793 1776
9,0 490 14,5 739 722 70 1886 1874
9,5 514 15,0 758 741 75 1980 1973
10,0 540 15,5 778 760
10,5 566 16,0 797 782
11,0 593 16,5 816 802

Tabel 21 Menentukan Factor Stress Pada Anak

Kondisi Klinis Faktor Stress


Rumatan tanpa stress 1,0-1,2
Demam 12% perderajat >37oC
Bedah rutin/elektif, sepsis minor 1,1-1,3
Gagal jantung 1,25-1,5
Bedah mayor 1,2-1,4
Sepsis 1,4-1,5
Tumbuh kejar 1,5-2,0
Trauma atau cedera kepala 1,5-1,7

2. Untuk Pasien Di Bangsal Dengan Status Gizi Baik & Kurang


Setelah terdapat perbaikan klinis dan melewati fase kritis dari penyakitnya (setelah
hari ke 7-10), kebutuhan kalori dan protein dihitung kembali menggunakan RDA
karena diperlukan untuk tumbuh kejar ( catch-up growth).
Kebutuhan kalori:

RDA untuk umur TB (height-age)* X BBI**

RDA* = umur dimana TB persentil saat ini berada pada persentil – 50

BBI**= Persentil – 50 BB menurut TB saat ini

Tabel 22 RDA untuk Bayi dan Anak

Kelompok Umur (tahun) Kalori (kkal/kg) Protein (g/kg) Cairan


(ml/Kg)

Bayi 0-0,5 108 2 140-160


0,5-1 98 2 125-145
Anak 1-3 102 1 115-125

9
4-6 90 1 90-110
7-10 70 1 70-85
Pria 11-14 55 1 70-85
15-18 45 1 50-60
Wanita 11-14 47 1 70-85
15-18 40 1 50-60
Untuk kebutuhan protein pada anak berkisar antara 10-15% dari total energi.

Tabel 23 Menentukan Faktor Stress Pada Anak

Kondisi Klinis Faktor Stress


Rumatan tanpa stress 1,0-1,2
Demam 12% perderajat >37oC
Bedah rutin/elektif, sepsis minor 1,1-1,3
Gagal jantung 1,25-1,5
Bedah mayor 1,2-1,4
Sepsis 1,4-1,5
Tumbuh kejar 1,5-2,0
Trauma atau cedera kepala 1,5-1,7
Kebutuhan cairan anak

Berat badan 1-10 kg I kebutuhan cairan = 100 ml/kg/hari

Berat badan 10-20 kg I kebutuhan cairan = 1000 ml + 50 ml/kg di atas 10 kg

Berat badan > 20 kg I kebutuhan cairan = 1500 ml + 20 ml/kg di atas 20 kg

3. Untuk Pasien dengan Status Gizi Buruk (KEP)


Untuk menetukan kebutuhan zat gizi pada anak dengan status gizi buruk dilakukan
melalui 3 fase yaitu sbb :
Tabel 24 kebutuhan zat gizi menurut fase pemberian makanan

Zat gizi Fase pemberian makanan


Stabilisasi (hari ke 1- Transisi ( Hari 3-7) Rehabilitasi
2) (minggu 2-6)
Energi 80-100 kkal/kg BB/hr 100-150 kkal/kg BB/hr 150-220 kkal/kg BB/hr
Protein 1-1,5 gram/kg BB/Hr 2-3 gram/Kg BB/hr 3-4 gram/Kg BB/hr
Cairan 130 ml/kg BB/hr atau 150 ml/Kg BB/hr 150-200 ml/Kg BB/hr
100 ml/kg BB/hr bila
ada edema berat

Tabel 25 Langkah Utama Tatalaksana Gizi Buruk

10
N Tindakan pelayanan Stabilisasi Transisi Rehabilitasi Tindak
o Lanjut
H 1-2 H 3-7 H 8-14 Minggu ke Minggu
2-6 ke 7-26
1 Mencegah dan mengatasi
hipoglikemi
2 Mencegah dan mengatasi
hipotermi

3 Mencegah dan mengatasi


dehidrasi
4 Memperbaiki gangguan
keseimbangan elektrolit
5 Mengobati infeksi
6 Memperbaiki kekurangan
zat gizi mikro Tanpa Fe Dengan Fe
7 Memberikan makanan
untuk stabilisasi dan
transisi
8 Memberikan makanan
untuk tumbuh kejar
9 Memberikan stimulasi
untuk tumbuh kembang
10 Mempersiapkan untuk
tindak lanjut di rumah

4. Untuk Anak gizi lebih/obesitas


Untuk perhitungan kebutuhan energy pada anak dengan gizi lebih/obesitas. Berat
badan yang digunakan harus dikoreksi dahulu dengan rumus sbb :

BB KOREKSI = BBI + ((BBA-BBI ) X 0,25)

Sedangkan untuk perhitungan energinya adalah sbb :

Kebutuhan Energi = RDA X BB Koreksi

5. Untuk Pasien Dengan Diabetes Mellitus

Untuk kebutuhan energi pada pasien anak dengan Diabetes Mellitus sampai umur 12 tahun
menggunakan rumus sebagai berikut :

Kebutuhan Energi

1000 kkal + umur ( tahun ) x 100 kkal

11
Sedangkan pembagian karbohidrat ( KH) 50 – 60 %, lemak 30 %, Protein 10 – 15 %

Untuk anak diatas umur 12 tahun kebutuhan energinya :

√ BB x TB/3600 x 2000

BB dalam kg, TB dalam meter

6. Luka Bakar/Combustio

Prosentasi luka bakar pada bayi dan anak menggunakan kriterian Lund & Browder,
untuk prosentasi luka bakar pada bayi dan anak dapat dilihat pada gambar di bawah
ini.
Tabel 27 Prosentasi Luas Luka Bakar Pada Anak

Area Age 1 5 10 15 Adult


0
A= ½ of Head 91/2 81/2 61/2 51/2 41/2 31/2
B=1/2 of thigh 23/4 31/4 4 41/2 41/2 43/4
C=1/2 of leg 21/2 21/2 21/2 3 31/4 31/2

Untuk Kebutuhan gizi luka bakar pada bayi anak adalah sbb :
Tabel 28 Kebutuhan gizi Luka Bakar Pada Anak

Energi (CURRERI) (Kkal basal/umur X BBI) + (40 kkal X %luas luka


bakar)

Protein (R DAVIES & LILIJEDAHL) (keb. protein/umur X BBI) + (3 gr X % luas luka


Atau bakar)
2,5-3 gr/kg BBI/hari
Perhitungan lain

7. Kebutuhan Energi dan Protein Yang Dianjurkan Pada Anak Dengan GGK

Tabel . Kebutuhan Zat Gizi Pada Anak GGK

Umur Jenis Kelamin BB (kg) Kalori (kkal) Protein (g/kg/hari


GFR : 10-20 GFR : 5-10 GFR : <5
Dibawah 1 tahun
Pria & Wanita
0 – 2 bulan 4 120 1,7 1,5 1,3

12
2 – 6 bulan 7 110 1,6 1,4 1,2
6 – 12 bulan 9 100 1,4 1,2 1,0
Umur >1 tahun
Pria & wanita
1 – 2 tahun 12 91 1,6 1,4 1,2
2 – 3 tahun 14 85 1,3 1,1 1,0
3 – 4 tahun 16 87 1,4 1,2 1,1
4 – 6 tahun 19 84 1.2 1,0 0,9
6 – 8 tahun 23 86 1.2 1,0 0,9
8 – 10 tahun 28 78 1.1 0,9 0,8
Umur > 10 tahun
Pria
10 – 12 35 71 1,0 0,9 0,7
12 – 14 43 62 0,8 0,7 0,6
14 – 18 59 50 0,8 0,7 0,6
Umur > 10 tahun
Wanita
35 64 1,1 0,9 0,7
10 – 12
44 52 0,9 0,7 0,6
12 – 14
52 46 0,8 0,7 0,6
14 – 16
54 42 0,8 0,7 0,6
16 – 18
(Diet Pada Anak Sakit,IKG Suwandi, 1999)

GFR = 0,55 x TB (cm)/Creatinin

PERHITUNGAN CREATININ CLEARANCE TEST /TEST KREATININ KLIREN (CCT/TKK)

CCT/TKK sering digunakan pada pemeriksaan fungsi ginjal dengan rumus :

KK = (140 – U) x BB/KS x 72 )

KK : Kliren kreatinin dalam ml/menit

U : umur dalam tahun

BB : berat badan dalam kilogram

KS : kreatinin serum dalam mg

Klasifikasi Gagal Ginjal Kronik menurut Kreatinin Kliren

KLASIFIKASI KREATININ
KLIREN

13
Kekurangan Cadangan Ginjal 75 – 100
Insufisiensi Ginjal 25 – 75
Gagal Ginjal Kronik < 25
Gagal Ginjal Terminal <5

Cara Perhitungan Pemberian Makanan Parenteral

Berdasarkan cara pemberian nutrisi parenteral dibagi atas (ASPEN, 1995) :

1. Nutrisi Parenteral Sentral

a. diberikan melalui central venous, bila konsentrasi > 10 % glukosa

b. subclavian atau internal vena jugularis digunakan dalam waktu singkat sampai < 4 minngu

c. jika > 4 minggu , diperlukan permanent cateter seperti implanted vascular access device

2. Nutrisi Parenteral Perifer

a. PPN diberikan melalui peripheral vena

b. PPN digunakan untuk jangka waktu singkat 5 – 7 hari dan ketika pasien perlu konsentrasi
kecil dari karbohidrat dan protein

c. PPN digunakan untuk mengalirkan isotonic atau mild hypertonic solution. High hypertonic
solution dapat menyebabkan sclerosis, phlebitis dan bengkak.

Jenis Nutrisi Parenteral

1. Lemak

Lipid diberikan sebagai larutan isotonis yang dapat diberikan melalui vena perifer.Lipid
diberikan untuk mencegah dan mengoreksi defisiensi asam lemak. Sebagian besar berasal dari
minyak kacang kedele, yang komponen utamanya adalah linoleic, oleic, palmitic, linolenic, dan
stearic acids.

Preparat emulsi lemak yang beredar ada dua jenis, konsentrasi 10 % (1 kcal/mlk) dan 20 % ( 2
kcal/ml) dengan osmolalitas 270- 340 mOsmol/L sehingga dapat diberikan melalui perifer.

Kontra indikasi absolut infus emulsi lemak adalah trigliserit 500 mg/l, kolesterol 400 mg/l

Kontraindikasi relatif : trigliserit 300 – 500 mg/l, kolesterol 300 – 400 mg/l , gangguan berat faal
ginjal dan hepar

2. Karbohidrat
14
Beberapa jenis karbohidrat yang lazim menjadi sumber energi dengan perbedaan jalur
metabolismenya adalah glukosa, fruktosa, sorbitol, maltose dan xylitol. Tidak seperti glukosa
bahwa maltosa, fruktosa, sorbitol dan xylitol untuk menembus dinding sel tidak memerlukan
insulin. Namun maltosa untuk menembus intraseluler masih membutuhkan insulin.

Dosis aman untuk masing-masing karbohidrat adalah :

a. glikosa ( dekstrosa) : 6 g/kg BB/hr

b. fruktosa / sorbitol : 3 g/kg BB/hr

c. Xylitol/maltose : 1,5 g/kg BB/hr

Campuran GFX ( glukosa, fruktosa dan xylitol ) yang ideal secara metabolik adalah dengan
perbandingan GFX = 4 : 2 : 1

3. Protein/Asam Amino

Pemberian asam amino dilakukan apabila kebutuhan kalori sudah terpenuhi

Diperlukan perlindungan 150 kkal ( karbohidrat) untuk setiap gram nitrogen atau 25 kkal untuk
tiap gram asam amino.Kalori dari asam amino itu sendiri tidak ikut dalam perhitungan
kebutuhan kalori. Satu gram nitrogen setara dengan 6,25 g asam amino atau protein, jika
diberikan protein 1g/kg BB ( x BB = 50 kg ) berarti 50 g/hr maka diperlukan karbohidrat ( 50 :
6,25) x 150 kkal = 1200 kcal atau 300 gram.

4. Mikronutrien dan Immunonutrien

Pemberian calsium, magnesium, dan fosfat didasarkan kebutuhan setiap hari , masing-masing :

a. Calcium : 0,2 – 0,3 meq/kg BB/hari

b. magnesium : 0,35 – 0,45 meq/kg BB/hari

c. Fosfat : 30 – 40 mmol/hari

d. Zink : 3 – 10 mg/hr

Konsep Yang Perlu Disamakan Mengenai Nutrisi Parenteral

Menggunakan vena perifer untuk cairan pekat

Osmolaritas plasma 300 mOsmol. Vena perifer dapat menerima sampai maksimal 900 mOsmol.
Makin tinggi osmolaritas ( makin hipertonis ) maka makin mudah terjadi tromphlebitis, bahkan
tromboembli . Untuk cairan > 900 – 1000mOsm, seharusnya digunakan vena sentral ( vena

15
cava, subclavia, jugularis) dimana aliran darah besar dan cepat dapat mengencerkan tetesan
cairan NPE yang pekat hingga tidak sempat merusak dinding vena. Jika tidak tersedia kanula
vena sentral maka sebaiknya dipilih dosis rendah ( larutan encer) lewat vena perifer, dengan
demikian sebaiknya sebelum memberikan cairan NPE harus memeriksa tekanan osmolaritas
cairan tersebut ( tercatat disetiap botol cairan). Vena kaki tidak boleh dipakai karena sangat
mudah deep vein trombosis dengan resiko tromboemboli yang tnggi.

TUGAS :

1. Cari beberapa contoh sediaan Nutrisi Parenteral Total

2. Cari beberapa contoh sediaan Nutrisi Enteral Elemental/Komersial

16

Anda mungkin juga menyukai