Anda di halaman 1dari 30

40

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Membaca

a. Pengertian Membaca

Kemampuan membaca menjadi dasar dalam mengidentifikasi cerita

fantasi. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan

oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh

penulis melalui media kata-kata/ Bahasa tulis suatu proses yang menuntut

agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam

suatu pandangan sekilas, agar makna kata-kata secara individual akan dapat

diketahui. Menurut Tarigan (1985: 32) membaca adalah suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/ bahan tulis atau

memetik serta memahami arti yang terkandung di dalam bahan yang tertulis.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan membaca adalah suatu

proses atau suatu aktifitas yang dilakukan pembaca untuk memperoleh

pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis kepada pembacanya.


40

b. Tujuan Membaca

Adapun tujuan dari membaca ini H.G. Tarigan (2008: 9) menyebutkan

beberapa tujuan dari membaca, yaitu :

1) Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan

yang telah dilakukan oleh tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh

tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk

memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh.

2) Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang

menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari

atau yang dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan

oleh tokoh untuk mencapai tujuannya.

3) Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada

setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan

ketiga/seterusnya, setiap tahap dibuat untuk memecahkan masalah,

adeganadegan dan kejadian-kejadian untuk dramatisasi.

4) Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh

merasakan seperti cara mereka, apa yang hendak diperlihatkan oleh

pengarang kepada pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitas-

kualitas yag dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau

gagal.

5) Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak

biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam

cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar.


40

6) Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau dengan

ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang

diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam

cerita itu.

7) Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah,

bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal,

bagaimana dua cerita mempunyai persamaan dan bagaimana tokoh

menyerupai pembaca.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ada beberapa tujuan dari

membaca yang pertama dengan membaca kita dapat mengetahui penemuan-

penemuan apa saja yang sudah dilakukan oleh para tokoh, yang kedua dapat

mengetahui msalah apa saja yang dalam cerita, ketiga membaca untuk

mengetahui jalan dari setiap cerita, keempat untuk mengetahui apa saja yang

ingin disampaikan penulis kepada pembaca, kelima membaca untuk

mengetahui hal apa saja yang tidak masuk akal, keenam dengan membaca

dapat mengetahui berhasil atau tidaknya tokoh, terakhir membaca untuk

menegtahui perubahan dari tokoh.

c. Manfaat Membaca

Membaca adalah sebuah kegiatan yang ringan dan sederhana karena

dengan membaca akan memiliki banyak manfaat. Fajar Rachmawati (2008:

4) menyebutkan manfaat membaca adalah sebagai berikut : 

1) Meningkatkan kadar intelektual. 


40

2) Memperoleh berbagai pengetahuan hidup.

3) Memiliki cara pandang dan pola pikir yang luas.

4) Memperkaya perbendaharaan kata.

5) Mengetahui berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai belahan dunia.

6) Meningkatkan keimanan.

7) Mendapatkan hiburan.

Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan manfaat yaitu dengan

memca kita akan mendapatkan hiburan dari sebuah cerita yang dibaca, dapat

memperluas pengetahuan, dan memperoleh berbagai pengetahuan hidup.

2. Pembelajaran Mengidentifikasi Nilai-nilai Terkandung dalam

Cerpen

a. Pengertian Pembelajaran

Menurut Ahmad Susanto (2016: 19) Kata pembelajaran merupakan

perpaduan dari dua aktivitas belajar dan mengajar. Aktivitas belajar secara

metodologis cenderung lebih dominan pada siswa, sementara mengajar

secara intruksional dilakukan oleh guru. jadi, istilah pembelajaran ringkasan

dari kata belajar dan mengajar. Dengan kata lain, pembelajaran adalah

penyederhanaan dari kata belajar dan mengajar (BM), proses belajar dan

menagajar (PBM), atau kegiatan belajar mengajar (KBM).

Menurut Suyono & Haryanto (M. Andi Setiawan 2014:183)

menyatakan bahwa pembelajaran identik dengan pengajaran, suatu kegiatan

dimana guru mengajar dan mebimbing anak-anak menuju proses


40

pendewasaan diri. Dengan demikian dapat diketahui bahwa pembelajaran

erat kaitannya dengan pengajaran. Huda (2016, 2) mengatakan,

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan

metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi

ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam

kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap

orang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pembelajaran adalah

sebuah proses belajar mengajar guru terhadap siswa seacara intruksional

atau metodologis, dan pembelajaran juga bisa disebut dengan suatu proses

yang dilakukan oleh individu dengan bantuan guru untuk memperoleh

perubahan-perubahan perilaku menuju perubahan diri secara menyeluruh

sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungannya. Pembelajaran

juga adalah suatu proses interaksi siswa dengan pendidik yang berlangsung

dilingkungan belajar, pembelajaran juga bisa disebut proses mengajar dan

membantu siswa dalam pemerolehan pengetahuan.

b. Pengertian Mengidentifikasi

Pengertian Mengidentifikasi Mengidentifikasi bisa diartikan sebagai

keinginan untuk menguraikan unsurunsur yang terkandung dalam sebuah

teks. Berusaha mencari, menelaah, dan meneliti hasil untuk membuktikan

sesuatu mengenai materi pelajaran yang akan dipelajari denan melakukan

penyelidikan.
40

c. Pengertian Cerpen

Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen

dipisahkan sepenggal kehidupan tokoh, yang penuh pertikaian, peristiwa

yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak

mudah dilupakan (Kosasih dkk, 2004: 431). Cerpen atau dapat disebut juga

dengan cerita pendek merupakan suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerpen

cenderung singkat, padat, dan langsung pada tujuannya dibandingkan karya-

karya fiksi lain yang lebih panjang, seperti novelet dan novel.

Sumardjo (Panca Pertiwi Hidayati, hlm. 94) berpendapat, bahwa

cerpen menurut wujud fisiknya adalah cerita yang pendek. Tapi tentang

panjang dan pendeknya orang bisa berdebat. Pendek disini bisa berarti cerita

yang habis dibaca selama sekitar 10 menit, atau sekitar setengah jam. Cerita

yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Atau cerita yang terdiri dari sekitar

500 kata. Bahkan ada “cerpen“ yang terdiri dari 30.000 kata. Jadi, pada

intinya cerpen adalah cerita pendek yang bisa dibaca dalam sekali duduk.

Artinya seorang pembaca cerpen tidak perlu sampai berpindah tempat untuk

menyelesaikan bacaannya. Hal itu dikarenakan ceritanya benar-benar

pendek.

Salah satu definisi yang relatif lengkap menyatakan bahwa cerpen

adalah kisahan pendek (kurang dari 10.000 kata) yang dimasudkan

memberikan kesan tunggal yang dominan; cerita pendek memusatkan diri

pada satu tokoh dalam satu situasi pada satu ketika. Meskipun persyaratan

ini tidak terpenuhi, cerita pendek tetap memperlihatkan kepaduan sebagai


40

patokan. Cerita pendek yang efektif terdiri dari tokoh atau sekelompok

tokoh yang lewat lakuan lahir dan batin terlibat dalam satu situasi. Tikaian

dramatik, yaitu merupakan perbenturan antara kekuatam yang berlawanan,

merupakan inti cerita pendek” (Sudjiman (Ed.) 1984: 15).

Cerpen ialah sebuah cerita yang singkat yang harus memiliki bagian

terpenting yakni perkenalan, pertikaian, serta penyelesaian. Pendapat orang

tentang cerpen sangat berbeda, masing-masing pendapatnya sangat baik dan

memiliki perbedaan untuk itu saya berpendapat cerpen ialah suatu karangan

yang berkisah pendek yang mengandung kisahan tunggal, menurut pendapat

H. B. Jassin (2003: 89).

Sunaryo (2008:112) cerpen adalah cerita yang dapat dibaca dengan

cepat tanpa membutuhkan waktu yang lama. Sedangkan Poe (dalam

Nugiantoro, 2010) mengemukakan bahwa cerpen adalah sebuah cerita yang

selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai

dua jam, suatu hal yang kira nya tak mugkin dilakukan untuk sebuah novel.

Sejalan dengan pendapat di atas Notosusanto dalam Tarigan (2011:180)

mengatakan bahwa cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar

5000 kata atau kira-kira 17 halaman kuarto sepasi rangkap yang terpusat dan

lengkap pada dirinya sendiri.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, bahwa pengertian cerpen yaitu

cerpen adalah sebuah cerita pendek yang terbangun kurang dari 10.000 kata,

cerpen termasuk kedalam karya sastra prosa yang diangkat dari imajinasi
40

pengarang dan di tuangkan menjadi sebuah narasi, cerpen yaitu cerita yang

dibaca dengan cepat dan tidak membutuhkan waktu yang lama.

d. Ciri-ciri Cerpen

Tarigan (2011:180) mengemukakan ciri-ciri khas sebuah cerita

pendek adalah sebagai berikut:

1) Ciri-ciri cerita pendek adalah: singkat, padu, dan intensif (brevity,


vunity, and intensity).
2) Unsur-unsur utama cerita pendek adalah: adegan, tokoh, dan gerak
(scence, character, and action).
3) Bahasa certa pendek harus tajam, sugestif, dan menarik perhatian
(incisive, suggeestive, and alert)
4) Certa pendek harus mengandung interpretasi pengarang tentang
konsepsi mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun tidak
langsung.
5) Sebuah cerita pendek harus menimbulkan satu efek dalam pikiran
pembaca.
6) Cerita pendek harus menimbulkan perasaan pada pembaca bahwa
jalan ceritalah yang pertama menarik perasaan, dan baru kemudian
menarik pikiran.
7) Cerita pendek mengandung detail-detail dan insiden-insiden yang
dipilih dengan sengaja, dan yang bisa menimbulkan pertanyaan-
pertanyaan dalam pikiran pembaca.
8) Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama menguasai
jalan cerita.
9) Cerita pendek harus mempunyai seorang pelaku utama.
10) Cerita pendek harus mempunyai suatu efek atau kesan yang menarik.
11) Cerita pendek bergantung pada satu situasi.
12) Cerita pendek memberikan impresi tungggal.
13) Cerita pendek memberikan suatu kebulatan efek.
14) Cerita pendek menyajikan suatu emosi.
15) Jumlah kata yang terdapat dalam cerita pendek biasanya di bawah
10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata atau kira-kira 33
halaman kuarto spasi rangkap.

Menurut Wicaksono (2005: 55) ciri-ciri cerpen adalah sebagai berikut:


40

1) Jalan ceritanya lebih pendek dari novel.


2) Sebuah cerpen memiliki jumlah kata yang tidak lebih dari 10.000 (10
ribu) kata.
3) Biasanya isi cerita cerpen berasal dari kehidupan sehari-hari.
4) Tidak menggambarkan semua kisah para tokohnya, hal ini karena
dalam cerpen yang digambarkan hanyalah inti sarinya saja.
5) Tokoh dalam cerpen digambarkan mengalami masalah atau suatu
konflik hingga pada tahap penyelesaiannya.
6) Pemakaian kata yang sederhana serta ekonomis dan mudah dikenal
pembaca.
7) Kesan yang ditinggalkan dari cerpen tersebut sangat mendalam
sehingga pembaca dapat ikut merasakan kisah dari cerita tersebut.
8) Biasanya hanya 1 kejadian saja yang diceritakan.

Menurut Sumiati (2020: 9) ada beberapa ciri-ciri cerpen yang mesti

dipahami agar kita dapat membedakannya dengan karya tulis lainnya,

diantaranya adalah:

1) Memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata.


2) Memiliki proporsi penulisan yang lebih singkat dibandingkan dengan
Novel.
3) Kebanyakan mempunyai isi cerita yang menggambarkan kehidupan
sehari-hari.
4) Tidak mencerminkan semua kisah tokohnya. Karena dalam cerpen
yang dikisahkan hanyalah intinya saja.
5) Tokoh yang diceritakan dalam cerpen mengalami sebuah konflik
sampai pada tahap penyelesaiannya.
6) Pemilihan katanya sederhana sehingga memudahkan para pembaca
untuk memahaminya.
7) Bersifat Fiktif.
8) Menceritakan satu kejadian saja dan menggunakan alur cerita tunggal
dan lurus.
9) Membacanya tidak membutuhkan waktu yang lama.
10) Memberikan pesan dan kesan yang sangat mendalam sehingga
pembaca akan ikut merasakan kesan dari cerita tersebut.
Cerpen merupakan salah satu bagian dari prosa fiksi. Dalam cerpen

terdapat ciri-ciri yang dapat membedakan cerpen dengan prosa fiksi lainnya.

Berikut ini adalah ciri-ciri cerpen menurut Hidayati (2009, hlm. 96).

1) Cerita yang pendek.


2) Bersifat naratif.
40

3) Bersifat fiksi.
4) Konfliknya tunggal.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri teks

cerpen yaitu singkat, padat dan jelas, jalan cerita lebih pendek dibanding

novel, memiliki jumlah kata tidak lebih dari 10.000 kata, dan isi dalam

cerpen harus menarik perhatian.

e. Unsur intrinsik cerpen

1) Tema

Tema adalah ide sentral sebuah cerita. Tema cerpen ialah dasar cerita,

yaitu suatu konsep atau ide atau gagasan yang menjadi dasar diciptakannya

sebuah cerpen (Stanton 1965:4; Kenney 1966:88; Perrine

1966:117;.Yudiono 1981: 21). Cerpen harus mempunyai tema atau dasar.

Dasar itu adalah tujuan dari cerpen itu. Dengan dasar ini pengarang dapat

melukiskan watak-watak dari orang yang diceritakan dalam cerpen itu

dengan maksud yang tertentu, demikian juga segala kejadian yang

dirangkaikan berputar kepada dasar itu (Lubis 1978:8-9) Tema (theme),

menurut Stanton dan Kenny (dalam Nurgiyantoro, 1998: 67) adalah makna

yang dikandung oleh sebuah cerita. Tema merupakan gagasan dasar umum

yang menompang sebuah karya sastra dan yang terkandung di dalam teks

sebagai struktur semantis dan yang menyangkut persamaan-persamaan atau

perbedaan-perbedaan.

Dalam sebuah cerpen terkadang terdapat pemecahan persoalan yang

ada. Pemecahan persoalan itu diistilahkan dengan amanat. Amanat juga


40

dapat diartikan sebagai pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca. Tidak mustahil dari beberapa cerpen yang dibangun dari tema

yang kurang lebih sama tersimpul beberapa amanat yang saling berbeda (Ali

(Ed.) 1967:118; Esten 1984:88; Sudjiman (Ed.) 1984:5).

2) Amanat

Amanat dapat disampaikan oleh penulis melalui dua cara. Cara

pertama, amanat disampaikan secara tersurat; maksudnya, pesan yang

hendak disampaikan oleh penulis ditulis secara langsung di dalam cerpen;

biasanya diletakkan pada bagian akhir cerpen. Dalam hal ini pembaca dapat

langsung mengetahui pesan yang disampaikan oleh penulis. Cara yang

kedua, amanat disampaikan secara tersirat; maksudnya, pesan tidak

dituliskan secara langsung di dalam teks cerpen melainkan disampaikan

melalui unsur-unsur cerpen. Pembaca diharapkan dapat menyimpulkan

sendiri pesan yang terkandung di dalam cerpen yang dibacanya.

3) Tokoh dan Penokohan

Tokoh cerita atau charater adalah pelaku yang dikisahkan perjalanan

hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur baik sebagai pelaku maupun

penderita berbagai peristiwa yang diceritakan. Dalam cerpen tokoh cerpen

tidak harus berwujud manusia melainkan juga dapat berupa binatang atau

suatu objek yang lain yang biasanya merupakan bentuk personifikasi

manusia (Stanton 1965; Forster 1954:69-99; Keeney 1966: 24-37; Perrine

1966:83-116; Nurgiyantoro 2005: 222-223).


40

Tokoh-tokoh cerpen hadir sebagai seseorang yang berjati diri yang

kualitasnya tidak semata-mata berkaitan dengan ciri fisik, melainkan

terlebih berwujud kualitas nonfisik. Oleh karena itu, tokoh cerita dapat

dipahami sebagai kumpulan kualitas mental, emosional, dan sosial yang

membedakan seseorang dengan orang lain (Lukens 2003:76).

Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau

berlakuan dalam berbagai peristiwa dalam cerita. Tokoh cerita (character),

menurut Abrams (dalam Nurgiyantoro, 1998: 165), adalah orang-orang

yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama, pembaca

ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan tindakan. Penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah

cerita. Untuk kasus kepribadian seorang tokoh, pemaknaan itu dilakukan

berdasarkan kata-kata (verbal) dan tingkah laku lain (nonverbal). berikut ini

beberapa macam tokoh dalam cerpen:

1) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan

Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam

novel yang bersangkutan, tokoh yang paling banyak diceritakan, baik

sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian. Kadar keutamaan

tokoh-tokoh itu bertingkat: tokoh utama (yang) utama, utama tambahan,

tokoh tambahan utama, tambahan (yang memang) tambahan. Hal ini yang
40

menyebabkan orang bisa berbeda pendapat dalam hal menentukan tokoh-

tokoh utama sebuah cerita fiksi.

2) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis.

Dilihat dari fungsi penampilan tokoh dapat dibedakan dalam tokoh

protagonis dan tokoh antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita

kagumi, yang salah satu jenisnya secara populer disebut hero-tokoh yang

merupakan pengejawantahan norma-norma, nilai-nilai, yang ideal bagi kita

(Altenberd & Lewis dalam Nurgiyantoro, 1998: 179). Tokoh protagonis

menampilkan sesuatu yang sesuai dengan pandangan dan harapan-harapan

pembaca.

3) Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat.

Berdasarkan perwatakannya, tokoh cerita dapat dibedakan ke dalam

tokoh sederhana (simple atau flat character) dan tokoh kompleks atau tokoh

bulat (complex atau round character). Tokoh sederhana adalah tokoh yang

hanya memiliki satu kualitas pribadi tertentu, satu sifat-watak yang tertentu

saja. Tokoh sederhana dapat saja melakukan berbagai tindakan, namun

semua tindakannya itu akan dapat dikembalikan pada perwatakan yang

dimiliki dan yang telah diformulakan itu. Tokoh bulat atau kompleks adalah

tokoh yang memiliki bebagai sisi kepribadian dan jati dirinya dan diungkap

berbagai kemungkinan sisi kehidupannya.

4) Alur
40

Alur merupakan terjemahan dari istilah Inggris plot. Alur adalah

sambung- sinambung peristiwa berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak

hanya mengemukakan apa yang terjadi, tetapi juga menjelaskan mengapa

hal itu terjadi. Dengan sambung-sinambungnya peristiwa ini terjadilah

sebuah cerita. Sebuah cerita bermula dan berakhir, dan antara awal dan

akhir inilah terlaksana alur itu (Stanton 1965; Forster 1954:126-154; Keeney

1966:8-23; Perrine 1966:58-82; Brooks 1984).

5) Latar

Istilah latar adalah terjemahan dari istilah Inggris setting. Suatu cerita

terjadi di suatu tempat dan pada waktu tertentu. Waktu dan tempat itu oleh

Hudson disebut setting (Hudson 1965:158). Karena aksi tokoh-tokoh

terjadilah peristiwa pada suatu waktu dan dalam ruang tertentu. Latar atau

setting yang disebut juga sebagai landas tumpu, menyaran pada pengertian

tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-

peristiwa yang diceritakan. Latar memberikan pijakan cerita secara konkret

dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada

pembaca, menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah sungguh-sungguh

ada dan terjadi. Latar adalah gambaran tentang tempat dan waktu atau masa

terjadinya cerita (Stanton 1965; Keeney 1966:38-45; Perrine 1966:58-82).

6) Pusat Pengisahan / Sudut Pandang

Istilah lain dari pusat pengisahan adalah sudut pandang. Keduanya

merujuk pada istilah dalam bahasa Inggris point of view. Menurut Abrams
40

(1981: 142) point of view adalah cara atau pandangan yang dipergunakan

pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan

berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada

pembaca.

7) Gaya Bahasa Dalam Cerpen

Penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan suatu nada atau

suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu memperlihatkan

hubungan dan interaksi antara sesama tokoh. Kemampuan sang penulis

mempergunakan bahasa secara cermat dapat menjelmakan suatu suasana

yang berterus terang atau satiris

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

intrinsik dari cerpen atau cerita pendek di bago menjadi beberapa bagian

yaitu yang pertama tema adalah sebuah ide, gagasan, dasar dari sebuah

cerita pendek, yang kedua tokoh dan penokohan adalah pelaku atau orang

yang berada dalam cerita pendek penokohan dapat dibagi menjadi beberapa

bagian yaitu ada tokoh utama adalah tokoh yang sangat diutamakan, tokoh

yang sering muncul, atau tokoh yang yang diceritakan dalam cerita pendek,

tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya menjadi penambah dalam sebuah

cerita pendek, tokoh protagonis adalah tokoh yang memiliki watak yang

baik sedangkan protagonis yaitu tokoh yang wataknya jahat selalu membuat

masalah. Ketiga yaitu alur adalah jalan certa dalam cerpen terdapat juga

beberapa alur yaitu alur mundur, alur mau, dan alur campuran. Keempat
40

latar adalah waktu dan tempat kejadian dalam cerita pendek. Kelima sudut

pandang adalah sebuah pengisahan dalam cerita pendek. Keenam adalah

amanat adalah pesan yang terkandung dalam cerita pendek. Ketujuh gaya

bahasa adalah penggunaan bahasa dalam cerita pendek.

Unsur-unsur intrinsik menurut Muhammad (2012: 1-2) yaitu sebagai

berikut:

1) Tema

Tema adalah gagasan pokok yang mendasari sebuah cerita. Tema-

tema yang terdapat dalam sebuah cerita biasanya tersurat (langsung dapat

terlihat jelas dalam cerita) dan tersirat (tidak langsung, yaitu pembaca harus

menyimpulkan sendiri).

2) Alur (Plot)

Pengertian mudah tentang alur adalah jalan cerita sebuah karya sastra.

Secara garis besar urutan tahapan alur dalam sebuah cerita antara lain:

perkenalan, pemunculan masalah (konflik), peningkatan masalah , puncak

masalah (klimaks), penurunan masalah (peleraian) , penyelesaian.

3) Latar (Setting)

Jika membahas tentang latar atau setting ini berarti menyangkut

tentang tempat, waktu, dan suasana dalam sebuah cerita.


40

4) Tokoh

Tokoh adalah pelaku dalam sebuah cerita. Ini berarti tokoh-tokoh

dalam sebuah cerita merupakan unsur pokok karena para tokoh inilah yang

digerakkan dan dikembangkan seorang pengarang dalam cerita yang

dibuatnya. Dalam sebuah cerita kita mengenal tokoh baik-baik (protagonis)

dan tokoh jahat (antagonis) serta tokoh utama dan tokoh tambahan atau

sampingan.

5) Penokohan (Perwatakan)

Penokohan adalah penggambaran watak tokoh dalam sebuah cerita.

Penokohan dikembangkan melalui 2 cara, yaitu secara langsung (analitik)

dan tidak langsung (dramatik). Penggambaran watak tokoh secara langsung

(analitik) berarti watak tokoh tertulis secara jelas di dalam sebuah cerita,

sedangkan dramatik (tidak langsung) berarti watak dari masing-masing

tokoh tidak tetulis secara langsung dalam sebuah cerita. Untuk mengetahui

watak tokoh yang digambarkan secara dramtik bisa dilihat melalui gerak-

gerik (tingkah laku) tokoh, cara berpakaian dan berdandan tokoh, tempat di

mana tokoh itu berada, cara berbicara tokoh, dan lain-lain.

6) Sudut Pandang (Point of View)

Sudut pandang ini macam-macam. Ada sudut pandang orang pertama

pelaku utama, sudut pandang orang pertama pelaku sampingan, sudut

pandang orang ketiga pelaku utama, dan sudut pandang orang ketiga pelaku

sampingan.
40

7) Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembaca.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur

intrinsik teks cerpen diklasifikasikan menjadi bebebrapa bagian yang

pertama yaitu tema adalah ide pokok atau gagasan utama dari cerpen

tersebut, kedua yaitu tokoh adalah orang yang atau pelaku dalam cerita

pendek tersebut, ketiga alur adalah jalan cerita dalam sebuah karya sastra,

keempat latar dalam cerpen juga perlukan adanya latar, latar yaitu

mencakup latar waktu, tempat dan suasana, kelima penokohan adalah

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam cerita,

keenam sudut pandang adalah pandangan yang dipergunakan pengarang

sebagai sarana untuk membentuk sebuah cerita, ketujuh amanat adalah

pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca, dan kedelapan

adalah gaya bahasa adalah Penggunaan bahasa berfungsi untuk menciptakan

suatu nada atau suasana persuasif serta merumuskan dialog yang mampu

memperlihatkan hubungan dan interaksi antara sesama tokoh.

f. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik cerita menurut Dola (2007: 43) adalah faktor luar

yang mempengaruhi pengarang pada saat penciptaan cerita, seperti: kondisi

sosial, ekonomi, ideologi, politik, budaya, agama, dan lain-lain. Unsur


40

ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi

secara tidak langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisasi karya

sastra, seperti dikemukakan oleh Nurgiyantoro (2007: 23).

Menurut Wellek & Werren (1956), unsur ekstrinsik adalah unsur-

unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung

memengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur

ekstrinsik berperan sebagai unsur yang memengaruhi bangunan cerita.

Sebagimana halnya unsur instrinsik, unsur ekstrinsik terdiri atas beberapa

unsur sebagai berikut.

1) Keadaan subjektivitas individu pengarang misalnya: keyakinan, dan

pandangan hidup.

2) Keadaan psikologis, pengarang, pembaca, atau penerapan prinsip

psikologis dalam karya.

3) Keadaan lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.

4) Pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan

sebagainya.

Endraswara (2013: 53) mengemukakan bahwa unsur ekstrinsik karya

sastra lebih memandang kepada adanya nilai ideologi, moral, sosial,

kultural, psikolgi dan agama.

1) Nilai agama adalah hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran yang

terkandung di dalam cerpen yang berkaitan dengan ajaran agama.


40

2) Nilai sosial adalah nilai yang bisa dipetik dari interaksi-interaksi

tokoh-tokoh yang ada di dalam cerpen dengan tokoh lain, lingkungan

dan masyarakat sekitar tokoh.

3) Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita dan

berkaitan dengan akhlak atau etika yang berlaku di dalam

masyarakat . di dalam suatu cerpen, nilai moral bisa menjadi suatu

nilai yang baik maupun nilai yang buruk.

4) Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai

kebiasaan, tradisi, adat istiadat yang berlaku.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bawa unsur ekstrinsik

teks cerpen adalah unsur yang berada diluar sebuah karya sastra, tetapi

unsur intrinsik juga sangat mempengaruhi bangunan dalam sebuah karya

sastra, unsur ekstrinsik yang mempengaruhi pengarang pada penciptaan

sebuah cerita yaitu kondisi sosial, ekonomi, ideologi, politik, budaya,

agama, dan lain-lain.

g. Struktur Teks Cerpen

Struktur cerpen merupakan rangkaian cerita yang membentuk cerpen

itu sendiri. Dengan demikian, struktur cerpen tidak lain berupa unsur yang

berupa alur, yakni berupa jalinan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab

akibat ataupun secara kronologis. Menurut Sumiati (2020: 12) Secara

umum jalan cerita terbagi ke dalam bagian-bagian berikut:


40

1) Pengenalan situasi cerita (exposition,orientation) Dalam bagian ini,


pengarang memperkenalkan para tokoh, menata adegan dan hubungan
antar tokoh.
2) Pengungkapan peristiwa (complication) Dalam bagian ini disajikan
peristiwa awal yang menimbulkan berbagai masalah, pertentangan,
ataupun kesukaran-kesukaran bagi para tokohnya.
3) Pengungkapan peristiwa (risingaction) Terjadi peningkatan perhatian
kegembiraan, kehebohan, ataupun keterlibatan berbagi situasi yang
menyebabkanbertambahnya kesukaran tokoh.
4) Puncak konflik (turning point) Bagian ini disebut pula sebagai
klimaks. Inilah bagian cerita yang paling besar dan mendebarkan.
Pada bagian pula, ditentukannya perubahan nasib beberapa tokohnya.
Misalnya, apakah dia kemudian berhasil menyelesaikan masalahnya
atau gagal.
5) Penyelesaian (ending atau coda) Sebagai akhir cerita, pada bagian ini
berisi penjelasan tentang sikap ataupun nasib-nasib yang dialami
tokohnya setelah mengalami peristiwa puncak itu. Namun ada pula,
cerpen yang penyelesaian akhir ceritanya itu diserahkan kepada imaji
pembaca. Jadi, akhir ceritanya itu dibiarkan menggantung, tanpa ada
penyelesaian.

Kosasih (2014:113) menjelaskan struktur cerita pendek secara umum

dibentuk oleh:

1) Abstrak (sinopsis) merupakan bagian cerita yang menggambarkan

keseluruhan isi cerita.

2) Orientasi atau pengenalan cerita, baik itu berkenaan dengan

penokohan ataupun bibit-bibit masalah yang dialaminya.

3) Komplikasi atau puncak konflik, yakni bagian cerpen yang

menceritakan puncak masalah yang dialami tokoh utama.

4) Evaluasi, yakni bagian yang menyatakan komentar pengarang atas

peristiwa puncak yang telah diceritakannya.


40

5) Resolusi merupakan tahap penyelesaian akhir dari seluruh rangkaian

cerita.

6) Koda merupakan komentar akhir terhadap keseluruhan isi cerita,

mungkin juga diisi dengan kesimpulan tentang hal-hal yang dialami

tokoh utama kemudian.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa cerpen

mempunyai struktur yang menjadikan sebuah cerpen yang teratur. Struktur

cerpen meliputi pengenalan situasi cerita, puncak permasalahan yang ada

dalam cerita, evaluasi atau komentar pengarang atas permasalahan dari

bagian konflik, resolusi bagian dari penyelesaian masalah dalam cerita, dan

yang terakhir koda merupakan komentar akhir dari keseluruhan isi cerita.

h. Kaidah Kebahasaan

Menurut Sumiati (2020: 13) Kaidah kebahasaan teks cerpen adalah

sebagai berikut:

1) Banyak menggunakan kalimat bermakna lampau, yang ditandai oleh


fungsi-fungsi keterangan yang bermakna kelampauan, seperti ketika
itu, beberapa tahun yang lalu, telah terjadi.
2) Banyak menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu (konjungsi
kronologis).
3) Banyak menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu
peristiwa yang terjadi, seperti menyuruh, membersihkan, menawari,
melompat, menghindar.
4) Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tak
langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh oleh
pengarang.
5) Banyak menggunakan kata kerja yang menyatakan sesuatu yang
dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh.
6) Menggunakan banyak dialog. Hal ini ditunjukkan oleh tanda petik
ganda (“….”) dan kata kerja yang menunjukkan tuturan langsung.
40

7) Menggunakan kata-kata sifat (descriptive language) untuk


menggambarkan tokoh, tempat, atau suasana.
i. Langkah-Langkah Mengidentifikasi Teks Cerpen

Dalam kegiatan mengidentifikasi nilai-nilai kehidupan yang

terkandung dalam cerita pendek, langkah-langkah yang harus dilakukan,

sebagai berikut:

1) Memahami isis teks cerita pendek.

2) Menentukan nilai-nilai kehidupan dalam cerita pendek

Berdasarkan uraian di atas bahwa dalam teks cerpen memiliki kaidah

kebahasaan yang mempermudah pengarang menyusun sebuah cerpen.

Kaidah teks cerpen adalah pemilihan, penggunaan serta penempatan untuk

membangun suatu frasa dan kalimat untuk membentuk sebuah karangan,

sering menggunakan kalimat-kalimat lampau atau beberapa tahun yang lalu,

banyak penggunaan dialog, banyak penggunaan kata kerja yang menyatakan

kalimat tak langsung dan penggambaran suatu peristiwa, dan banyak

penggunaan kata sifat.

3. Hakikat Metode Pembelajaran

a. Pengertian Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Round

Table

Terdapat berbagai macam metode belajar dalam dunia pendidikan

yang ada hingga saat ini. Salah satunya adalah metode cooperative learning

atau metode pembelajaran kooperatif. Metode belajar kooperatif adalah

pembelajaran yang terjadi ketika murid bekerja dalam kelompok kecil untuk
40

saling membantu dalam belajar (Sherman, 1996). Metode pembelajaran

kooperatif juga dapat membantu siswa dalam memahami berbagai persoalan

dengan bantuan teman sebayanya. Setiap anggota tim tidak hanya

bertanggung jawab akan apa yang harus dipelajari, namun masing-masing

anggota tim juga harus bertanggung jawab untuk mengajari teman-teman

dalam kelompoknya (Kagan, 1994).

Tujuan dalam cooperative learning adalah untuk saling bekerja sama

ketika dua atau lebih individu untuk mengerjakan tugas dan saling

membantu. Perbedaan peran pada individu dalam pembelajaran kooperatif

adalah teori konstruktivis belajar secara individu (Woolfolk dalam Hall,

1995), hampir semua dari pendekatan teoritis diterapkan atau didasarkan

pada asumsi bahwa peserta didik secara aktif membangun pengetahuannya

sendiri dengan demikian pembelajaran berpusat pada guru tidak begitu

efektif. Seperti yang diungkapkan Vygotsky ( Santrock, 2011) teori

konstruktivis sosial menekankan bahwa guru harus menciptakan banyak

kesempatan bagi murid untuk belajar dengan guru dan teman sebaya dalam

mengkonstruksi pengetahuan bersama.

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah sebuah usaha

untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan

pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok

serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar

bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya (Trianto, 2009). Salah


40

satu metode pembelajaran kooperatif adalah kooperative tipe round table,

round table ada sebuah sistem pembelajaran dengan meja bundar.

Pembelajaran kooperatif tipe round atau rally table merupakan teknik

menulis yang menerapkan pembelajaran dengan menunjuk tiap-tiap anggota

kelompok untuk berpartisipasi secara bergiliran dalam kelompoknya dengan

membentuk meja bundar atau duduk melingkar (Mccafferty, 2006: 191).

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan

menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai

enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis

kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen)”. Sistem penilaian

dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh

penghargaan (Sanjaya, 2008). Model pembelajaran kooperatif tipe round

table dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua usia

anak didik.

Model pembelajaran kooperatif tipe round table dapat digunakan

dalam semua mata pelajaran dan untuk semua usia anak didik. Model

pembelajaran kooperatif tipe round table adalah suatu model pembelajaran

dengan membentuk kelompok-kelompok kecil yang setiap kelompok

mengelilingi sebuah meja dengan kemampuan yang berbeda-beda. Masing-

masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan

kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dari anggota yang lain

(Anita Lie, 2009). Model pembelajaran kooperatif tipe round table sering

juga disebut pembelajaran keliling kelompok atau meja bundar merupakan


40

pembelajaran yang beraktifitas untuk menganalisis, mensintesis dan

mengevaluasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkn bahwa metode round table adalah

sebuah metode yang termasuk ke dalam model pembelajaran kooperative

learning, model pembelajaran kooperative learning ini adalah sebuah usaha

untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, yang sistem

pembelajarannya harus berkelompok, masing-masing kelompok terdiri dari

4-5 orang, round table adalah pembelajaran dengan membentuk meja

bundar. model pembelajaran kooperative tipe round table dapat digunakan

dalam semua mata pelajaran dan untuk semua usia anak didik.

b. Langkah-langkah Metode Round Table

Menurut Mccafferty (2014:46) langkah-langkah model pembelajaran

kooparatif tipe round table, yaitu:

1) Kelompok memiliki ketepatan waktu menulis yang cepat dalam

membuat tugas maupun menjawab pertanyaan.

2) Setiap anggota kelompok menulis ide dan apa yang telah ia terima

dari materi bahan ajar.

3) Setelah menulis idenya atau tanggapannya, siswa memberikan kertas

ke kiri mereka.

4) Kegiatan ini dapat dilakukan dengan menggunakan selembar kertas

perkelompok atau selembar kertas peranggota.


40

5) Salah satu anggota dari kelompok akan diminta untuk berbagi dengan

kelas tentang hasil kerja kelompok yang telah mereka tulis.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan metode pembelajaran round

table mempunyai bebeberapa macam langkah-langkah salah satunya

menurut Mccafferty 2014, setiap anggota harus menuliskan jawaban atau

ide yang dari materi yang telah diberikan, dalam menulis ide atau jawaban

siswa harus menulis dengan cepat, setelah menuliskan ide atau jawaban

siswa memberikan kertas ke teman yang ada di sebelah kiri, alat yang

dibutuhkan selembar kertas perkelompok, dan setelah selesai setiap anggota

kelompok akan membacakan hasil dari kerja kelompok mereka.

c. Keunggulan dan Kelemahan Metode Round Table

Menurut Kagan (2011:34) keunggulan model kooperatif tipe round

table, yaitu:

1) Setiap anggota kelompok mengetahui, menyetujui, dan saling

menyukai. Anggota kelompok saling mendukung, memiliki, dan

bekerja sama dalam memecahkan masalah.

2) Siswa berinteraksi dengan menyenangkan bersama teman-teman

mereka.

3) Siswa saling berinteraksi dengan siswa lain baik anggota siswa

kelompok lain dengan saling membantu, siswa memperoleh

keterampilan sosial, membentuk karakter, dan kecerdasan emosional.


40

4) Siswa menjadi lebih sopan dan bekerja sama. Mereka mampu

menyelesaikan permasalahan menerima dan memahami sudut

pandang yang berbeda dari mereka sendiri. Siswa lebih mengharagai

dan bertanggung jawab.

5) Siswa mengembangkan semua keterampilan akademik bukan hanya

kemampuan menulis saja

6) Siswa berinteraksi bersamaan untuk berbagi ide dan gagasan di dalam

kelompoknya.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe round table menurut

Barkley (dalam Noviasari, 2017) ialah sebagai berikut:

1) Banyak menghabiskan waktu.

2) Sejumlah siswa mungkin bingung karena belum terbiasa dengan

perlakuan seperti ini.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa setiap metode

pembelajaran mempunyai sebuah kekurangan atau kelebihan, termasuk

metode round table ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan,

salah satu kelebihan dari metode round table ini adalah siswa tidak hanya

dapat berinteraksi bersama berbagi ide siswa juga dapat mengembangkan

semua keterampilan akademik bukan hanya keterampilan menulisa saja.

B. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana

teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai


40

masalah yang penting. Kerangka berfikir yang dihasilkan dapat berupa

kerangka berfikir yang assosiatif atau hubungan maupun komparatif atau

perbandingan. kerangka berfikir assosiatif dapat menggambarkan kalimat:

jika begini maka akan begitu, jika komitmen kerja tinggi, maka

produktivitas lembaga akan tinggi pula atau jika pengawasan dilakukan

dengan baik (positif), maka kebocoran anggaran akan berkurang (negatif).

Bagan 1.1

Materi pembelajaran menulis


cerpen

Pembelajaran mengidentifikasi
cerpen tanpa menggunakan metode

Pretest

Pembelajaran mengidentifikasi cerpen


menggunakan metode round table

Posttest

Hasil peningkatan pembelajaran


mengidentifikasi cerpen
menggunakan metode round table
40

C. Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017: 63) Hipotesis merupakan jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang

relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui

pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban

teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik.

Ho: Keterampilan menulis pada peserta didik belum signifikan dalam

pembelajaran menulis teks cerpen menggunakan metode round table pada

siswa kelas IX SMP Negeri 3 Ciasem.

Ha : Terdapat peningkatan keterampilan dalam menulis teks cerpen

yang signifikan dalam pembelajaran menulis teks cerpen menggunakan

metode round table pada siswa kelas IX SMP Negeri 3 Ciasem.

Anda mungkin juga menyukai