Anda di halaman 1dari 67

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran sastra mempunyai peranan penting dalam mencapai berbagai

aspek dari tujuan pendidikan dan pengajaran secara umum. Aspek-aspek yang di

maksud adalah aspek pendidikan, sosial, perasaan, sikap penilaian, dan

keagamaan. Untuk mencapai aspek-aspek itu, sudah barang tentu pembelajaran

sastra haruslah memperhatikan hal-hal yang terkait dengan pengajaran sastra itu

sendiri.

Standar kompetensi pembelajaran bahasa Indonesia merupakan kualifikasi

kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan

pengetahuan, keterampilan berbahasa, sikap positif terhadap bahasa dan sastra

Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk

memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional, dan global. Hal ini

menunjukkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia secara baik dan benar, serta

menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan.

Salah satu bentuk karya sastra yang diajarkan pada siswa pada jenjang

SMA adalah pembelajaran tentang cerita pendek (Cerpen). Cerpen sebagai prosa

yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang berisi pertikaian-pertikaian,

peristiwa yang mengharukan, atau menyenangkan, dan mengandung pesan yang

tidak dapat dilupakan. Cerpen sebagai cerita rekaan tentunya ditulis oleh

pengarang tidak terlepas dari realita yang terjadi di sekeliling pembaca. Realita

1
2

inilah yang dapat dipelajari oleh siswa dan mengetahui hikmah yang terkandung

di dalam cerpen tersebut untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Cerpen dibuat

dengan memperhatikan atau mengedepankan arti dan nilai yang cukup penting

bagi pembaca.

Mengingat pentingnya arti, nilai, dan fungsi kemampuan memahami cerita

pendek (cerpen), maka sudah sewajarnya pembelajaran sastra di sekolah perlu

dibina dan ditingkatkan agar siswa memiliki kemampuan memahami cerpen

dengan lebih baik. Hal ini penting dilakukan untuk mengembangkan diri siswa,

baik untuk melanjutkan pendidikan maupun kembali kemasyarakat. Dengan

berbekal pengetahuan dan kemampuan memahami karya sastra, khususnya

cerpen, siswa dengan mudah menghayati, mengambil manfaat dari peristiwa

kehidupan serta semakin arif dan bijaksana dalam berpikir dan bertindak. Siswa

akan mampu mengkomunikasikan isi jiwanya, menghayati kehidupan dengan

mengapresiasikannya dalam bentuk karya sastra khususnya dalam bentuk cerita

pendek (cerpen).

Dalam kegiatan pembelajaran cerpen, siswa tidak hanya diarahkan untuk

memahami teori seperti mengetahui ciri-ciri cerpen, unsur intrinsik karya sastra

(cerpen), tetapi pembelajaran sastra ini diarahkan untuk bagaimana siswa mampu

menemukan unsur instrinsik yang terkandung dalam cerpen seperti, alur, latar,

sudut pandang, tema, amanat, dan penokohan. Artinya pembelajaran sastra

umumnya, dan cerpen khususnya siswa diharapkan dapat memahami teori dan

tidak mengabaikan praktik dan aplikasi (kajian analisis).


3

Penelitian ini penulis menggunakan model pembelajaran yang dapat

memotivasi siswa dalam belajar. Model pembelajaran yang digunakan yaitu

model pembelajaran talking stick. Talking stick adalah metode pembelajaran

yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib

menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya.

Berdasarkan uraian diatas, untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa

kelas X SMA Negeri 16 OKU di dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen

dengan menggunakan model pembelajaran talking stick, maka penulis melakukan

penelitian lebih jauh.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimanakah proses belajar mengajar siswa kelas X SMA Negeri 16 OKU

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking

stick?

2. Bagaimanakah kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 16 OKU memahami

unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick?

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka

tujuan penelitian ini sebagai berikut.


4

1. Untuk mendeskripsikan proses belajar mengajar siswa kelas X SMA Negeri

16 OKU memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 16 OKU

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking

stick.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan

praktis. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat lebih memberikan

gambaran mengenai kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 16 OKU memahami

unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick.

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut.

1. Bagi Guru, diharapkan dapat dijadikan alternatif untuk

menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan dalam melaksanakan

proses belajar mengajar.

2. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa

dalam memahami unsur-unsur intrinsik dan memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bekerja sama dalam mencari solusi atas permasalan yang terjadi.

3. Bagi penelitian, diharapkan dapat menambah wawasan,

pengetahuan dan pemahaman mengenai unsur-unsur intrinsik cerpen dengan

menggunakan model pembelajaran talking stick.


5

4. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan pertimbangan atau bekal penelitian yang sejenis pada masa yang akan

datang.

5. Bagi pembaca, diharapkan dapat menambah pengetahuan

mengenai model pembelajaran talking stick


6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Literatur

1. Cerita Pendek (Cerpen)

a. Pengertian Cerpen

Cerpen adalah salah satu karya rekaan (fiksi), merupakan satu kesatuan

yang terdiri dari beberapa unsur. Menurut Tarigan (2011:178) menerangkan

bahwa “bukan cerita pendek jika tidak ada sesuatu yang akan diceritakan, suatu

cerita pendek yang terjadi adalah suatu ketidakmungkinan sama sekali”.

Sedangkan menurut Notosusanto dalam Tarigan (2011:179) menyatakan bahwa

“cerita pendek adalah cerita yang panjangnya sekitar 5000 kata atau kira-kira 17

halaman kuarto spasi rangkap yang terlengkap pada dirinya sendiri”. Sementara

itu, Sumarjo dan Saini (1997:37) mengatakan bahwa “cerita pendek adalah cerita

atau parasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar terjadi

tetapi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja, serta relatif pendek)”.

Dari beberapa pendapat di atas penulis simpulkan bahwa yang dimaksud

dengan cerita pendek adalah karangan nasihat yang bersifat fiktif yang

menceritakan suatu peristiwa dalam kehidupan pelakunya relatif singkat tetapi

padat.
7

b. Ciri-Ciri Cerita Pendek

Menurut Tarigan (2011:180), ciri-ciri khas sebuah cerita pendek adalah


6
sebagai berikut.

1) Ciri-ciri utama cerita pendek adalah: singkat, padu, dan intensif


(brevity, unity, and intensity).
2) Unsur-unsur utama cerita pendek adalah: adegan, tokoh, dan
gerak (scene, character, and action).
3) Bahasa cerita pendek haruslah tajam, sugestif, dan menarik
perhatian (incisive, suggestive, and alert)
4) Cerita pendek harus mengandung interprestasi pengarang tentang
konsepsinya mengenai kehidupan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
5) Sebuah cerita pendek harus menimbulkan satu efek dalam
pikiran pembaca.
6) Cerita pendek harus menimbulkan perasaan pada pembaca
bahwa jalan ceritalah yang pertama menarik perasaan dan baru
kemudian menarik pikiran.
7) Cerita pendek mengandung detail-detail dan insiden-insiden
yang dipilih dengan sengaja dan yang bisa menimbulkan
pertanyaan-pertanyaan dalam pikiran pembaca.
8) Dalam sebuah cerita pendek sebuah insiden yang terutama
menguasai jalan cerita.
9) Cerita pendek harus mempunyai seorang pelaku utama.
10) Cerita pendek harus mempunyai satu efek atau kesan yang
menarik
11) Cerita pendek bergantung pada (satu) situasi.
12) Cerita pendek memberikan impresi tunggal.
13) Cerita pendek memberikan suatu kebulatan efek.
14) Cerita pendek menyajikan satu emosi
15) Jumlah kata-kata yang terdapat dalam cerita pendek biasanya di
bawah 10.000 kata, tidak boleh lebih dari 10.000 kata (atau kira-
kira 33 halaman kuarto spasi rangkap).

Sedangkan menurut pendapat Sumarjo dan Saini (1997:36), ciri-ciri cerita

pendek) sebagai berikut.

1) Bersifat rekaan (fiction)

2) Bersifat naratif
8

3) Memiliki kesan tunggal.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa cerita pendek atau

sering disingkat cerpen adalah suatu bentuk prosa naratif fiktif. Cerita pendek

cenderung padat dan langsung pada tujuannya dan mengingat batas-batasnya

maka cerita pendek termasuk bentuk yang paling sederhana dari fiksi. Akan tetapi,

berbeda dengan buku roman, cerita pendek kurang tepat untuk memecahkan suatu

keadaan yang ruwet. Penulis menyimpulkan bahwa cerpen adalah prosa yang

mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian dan peristiwa

yang mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kisah yang tidak mudah

dilupakan.

c. Unsur Intrinsik Cerpen

Menurut Nurgiyantoro (2005:23), bahwa “unsur intrinsik adalah isi dari

sebuah karya sastra yang berkaitan dengan kenyataan-kenyataan di luar karya

sastra itu sendiri yang menyebabkan karya sastra itu hadir”. Jadi unsur intrinsik

adalah unsur yang membangun suatu karya sastra dari dalam. Unsur–unsur

intrinsik cerpen mencakup.

1) Tema

Menurut Nurgiyantoro (2005: 74), “tema adalah gagasan utama atau pikiran

pokok sebuah cerita.” Tema adalah sebuah inti atau pokok pikiran

pengarang di dalam karya sastra tersebut (Atmaja, 2010:75).

Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

tema merupakan gagasan utama atau pokok pikiran pengarang yang

dituangkan ke dalam sebuah cerita.


9

2) Latar(setting).

Nurgiyantoro (2005: 75), mengatakan “latar atau setting adalah tempat,

waktu dan keadaan sosial yang menjadi wadah tempat tokoh melakukan dan

dikenai sesuatu kejadian”. Atmaja (2010: 76), mengemukakan “bahwa latar

atau setting adalah tempat terjadinya peristiwa tersebut diceritakan”.

Menurut Abrams dalam Nurgiyantoro (1994: 216) “Latar atau setting

menyaran pada pengertian tempat,hubungan waktu dan lingkungan sosial

tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan”.

Penulis menyimpulkan bahwa latar adalah tempat, waktu dan lingkungan

sosial terjadinya peristiwa dalam suatu cerita.

Unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu

dan sosial.

a) Latar tempat

“Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang di

ceritakan dalam sebuah karya fiksi” (Nurgiyantoro, 1994: 227). Unsur

tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama

tertentu misalnya Magelang, Yogyakarta, tempat dengan inisial tertentu

misalnya kota M, Y, S dan juga lokasi tertentu tanpa nama jelas misal

desa, sungai, rumah, jalan, hutan, kota dan sebagainya.

b) Latar waktu

Menurut Nurgiyantoro (1994: 230) “latar waktu berhubungan dengan

masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam


10

sebuah karya fiksi, biasanya dihubungkan dengan waktu faktual, waktu

yang ada kaitannya atau dapat dikaitkan dengan peristiwa sejarah”.

Misalnya keadaan tangsi militer magelang zaman kekuasaan Belanda,

semasa pendudukan Jepang di tanah air.

c) Latar sosial

Nurgiyantoro (1994: 233) mengemukakan bahwa “latar sosial menyaran

pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial

masyarakat di suatu tempat yang di ceritakan dalam karya fiksi,

mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks”.

Misalnya kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan

hidup dan lain-lain. Disamping itu latar sosial juga berhubungan dengan

status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah atau

atas.

Contoh latar :

Seperti malam-malam yang telah lalu, sendiri sepi selalu


menemani ragaku. Hanya airmata yang menetes dipipi yang bisa
mengungkapkan perasaanku. ” praaaaaaang...!!!” suara gelas pecah
yang terdengar dari luar kamarku.

Latar/setting yang terdapat pada penggalan cerpen diatas terdiri dari

latar waktu yaitu malam hari dan juga latar tempat yaitu kamar.

3) Alur (plot)

Aminuddin (2010: 83) mengemukakan bahwa “alur pada umumnya adalah

rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga

menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita”.
11

Sedangkan Atmaja (2010:75) “alur atau plot adalah hubungan cerita dari

awal sampai akhir secara runtut sehingga menimbulkan cerita yang runtut”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa alur /

plot adalah susunan peristiwa atau urutan kejadian dalam sebuah cerita.

Alur dibagi menjadi 3 yaitu:

a) Alur maju adalah rangkaian peristiwa yang urutannya sesuai dengan

urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak ke depan terus.

b) Alur mundur adalah rangkaian peristiwa yang susunannya tidak sesuai

dengan urutan waktu kejadian atau cerita yang bergerak mundur

(flashback).

c) Alur campuran adalah campuran antara alur maju dan alur mundur.

Contoh:

Berbulan-bulan berjalan. Aku sengaja menyembunyikan hal ini


dari teman-temanku. Sampai sekarang belum ada yang mengetahui
penyakitku ini. Tahun ketiga penyakitku ini, kondisi tubuhku
semakin melemah, segala cara agar aku bisa sembuh sudah aku
lakukan. Tapi apa daya sang kuasa sudah menakdirkanku seperti ini.

Penggalan cerita pendek di atas menggunakan alur maju.

4) Penokohan

Peristiwa dalam karya fiksi seperti halnya peristiwa dalam kehidupan

sehari-hari, selalu di emban oleh tokoh atau pelaku-pelaku tertentu. “Pelaku

yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu

menjalin suatu cerita disebut dengan tokoh, sedangkan cara pengarang

menampilkan tokoh atau pelaku disebut dengan penokohan” (Aminuddin,

2004: 79). Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1994: 165) mengemukakan


12

“penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita”.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut penulis menyimpulkan bahwa

penokohan adalah gambaran secara rinci tentang tokoh dalam sebuah cerita.

Menurut Aminuddin (2004: 79-80), dilihat dari segi peran dalam cerita,

tokoh dibagi menjadi dua, yaitu

a) Tokoh utama atau inti, yakni tokoh tokoh yang memiliki peranan

penting dalam suatu cerita.

b) Tokoh pembantu atau tambahan, yakni tokoh yang memiliki peranan

tidak penting karena pemunculannya hanya melengkapi, melayani,

mendukung pelaku utama.

Berdasarkan perwatakan yang dimiliki, tokoh dalam cerita dapat dibedakan

menjadi dua, yaitu

a) Protagonis, yaitu pelaku yang memiliki watak yang baik sehingga di

senangi pembaca,

b) Antagonis, yaitu pelaku yang tidak di senangi pembaca karena memiliki

watak tidak baik (Aminuddin, 2004: 80).

Contoh:

Pagi pun tiba, seprti biasa aku sudah siap berangkat ke


sekolah. Terlihat meja makan yang kosong. Yang biasanya aku
gunakan bersama mama dan papa sarapan sebelum beraktifitas.
Tapi akhir-akhir ini seperti tidak ada komunikasi diantara kita.
Rumah terasa sangat sepi, yang ada hanya Mbok Jum yang sedang
sedang membersihkan pecaha-pecahan gelas sisa pertengkaran
kemarin.
13

Tokoh dalam penggalan cerpen diatas terdiri dari “aku”; tokoh utama /

protagonis, mama dan papa; tokoh tambahan / antagonis, dan juga Mbok

Jum; tokoh tambahan / antagonis.

5) Nilai (amanat)

Menurut Atmaja (2010:77) “amanat merupakan pesan yang akan

disampaikan pengarang lewat sebuah penceritaaan tersebut”. Biasanya

menggunakan bahasa yang tersirat atau tersembunyi. Jadi dapat disimpulkan

bahwa nilai / amanat adalah pesan atau nasihat yang ingin disampaikan oleh

pengarang melalui cerita.

6) Sudut pandang

Menurut Nurgiyantoro (1994: 248), “sudut pandang merupakan strategi,

teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan

gagasan dan ceritanya. Sedangkan Abrams dalam Nurgiyantoro (1994: 248)

“sudut pandang adalah cara sebuah cerita di kisahkan. Ia merupakan cara

dan atau pandangan yang di pergunakan pengarang sebagai sarana untuk

menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk

cerita dalam sebuah karya fiksi pada pembaca.

Sudut pandang secara umum dibedakan menjadi tiga

a) Sudut pandang persona ketiga: “Dia”

Pengarang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau

kata gantinya; ia, dia, mereka (Nurgiyantoro, 1994: 256).

Sudut pandang “Dia” di bagi kedalam dua golongan, yaitu :

(1) “Dia” Mahatahu


14

Dalam sudut pandang ini cerita dikisahkan dari sudut “dia” namun

pengarang dapat menceritakan apa saja yang menyangkut tokoh “dia”

tersebut (Nurgiyantoro, 1994: 256).

(2) “Dia” Terbatas, “Dia” Pengamat

Pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir dan

dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh

saja (Staton dalam Nurgiyantoto, 1994: 259).

b) Sudut pandang persona pertama: “Aku”

“Pengarang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang

berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, self consciousness,

mengisahkan peristiwa dan tindakan yang diketahui, dilihat, didengar,

dialami, dan dirasakan, serta sikapmya terhadap tokoh lain kepada

pembaca” (Nurgiyantoro, 1994: 262). Menurut Meredith & Fitzgerald

dalam Nurgiyantoro (1994: 262), “persona pertama adalah sudut pandang

yang bersifat internal, maka jangkauannya terbatas”.

Jadi dalam sudut pandang “aku” pengarang hanya bersifat mahatahu bagi

diri sendiri dan hanya sebagai pengamat terhadap tokoh-tokoh lain.

Sudut pandang persona pertama dibedakan kedalam dua golongan

(1) “Aku” Tokoh Utama.

Dalam sudut pandang ini tokoh mengisahkan berbagai peristiwa dan

tingkah laku yang dialaminya, baik yang bersifat batiniah, dalam diri

sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan sesuatu yang diluar dirinya

(Nurgiyantoro, 1994: 263).


15

Si “aku” menjadi fokus, pusat kesadaran, pusat cerita,. Segala sesuatu

yang diluar diri si “aku”, peristiwa, tindakan, dan orang diceritakan

hanya jika berhubungan dengan dirinya atau di pandang penting.

(2) “Aku” Tokoh Tambahan

Dalam sudut pandang ini tokoh “aku” muncul bukan sebagai tokoh

utama melainkan tokoh tambahan, first-person peripheral. Tokoh

“aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca, sedang tokoh

cerita yang dikisahkan itu kemudian dibiarkan untuk mengisahkan

sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan berkisah

sendiri itulah menjadi tokoh utama (Nurgiyantoro, 1994: 264).

c) Sudut pandang campuran

Berupa penggunaan dua sudut pandang sekaligus, mungkin berupa sudut

pandang persona ketiga dengan teknik “dia” mahatahu dan “dia” sebagai

pengamat, persona pertama dengan teknik “aku” sebagai tokoh utama dan

“aku” tokoh tambahan, bahkan dapat berupa campura antara persona

pertama dan ketiga, antara “aku” dan “dia” sekaligus.

Contoh:

Suatu hari, tiba-tiba mereka datang kerumah sakit, aku begitu


terkejut melihat mereka. Dari mana mereka tahu kalau aku ada di sini.
“kenapa kamu gak cerita sama aku Dha?” suara Lina sambil menangis.
“maaf teman, aku gak mau kalian khawatir sama aku, aku gak apa-apa.
Jangan menangis” jawabku. Mereka memelukku dengan hangat. Ingin
menangis rasanya aku. Begitu besar persahabatan ini, rasanya tak ingin
berpisah dari mereka.Setiap hari mereka mengunjungiku bergantian, aku
merasa terhibur dengan kedatangan mereka.
16

Sudut pandang yang digunakan didalam penggalan cerpen diatas

adalah sudut pandang campuran antara persona pertama “aku” dan

persona ketiga: “dia”.

2. Model Pembelajaran Talking Stick

a Pengertian Model pembelajaran Talking Stick

Sugiyanto (2010:42) mengungkapkan bahwa “talking stick (tongkat

berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli

Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat

dalam suatu forum (pertemuan antarsuku)”. Tongkat berbicara telah digunakan

selama berabad-abad oleh suku–suku Indian sebagai alat menyimak secara

adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan

untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan

rapat mulai berdiskusi dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat

berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain apabila ia ingin berbicara atau

menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah dari satu

orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya.

Apabila semua mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan

lagi ke ketua/pimpinan rapat. Sedangkan menurut Aqib (2013:26), “dalam bidang

pendidikan talking stick termasuk salah satu metode pembelajaran yang

dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib

menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya”.


17

Penulis menyimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda

seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran

atau bergantian. Pembelajaran talking stick sangat cocok diterapkan bagi siswa

SD, SMA, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini

akan menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif.

b Langkah-Langkah Pembelajaran Model pembelajaran Talking Stick

Adapun langkah-langkah dalam menggunakan --model pembelajaran

talking stick menurut Aqib (2013:26) adalah sebagai berikut:

1) Guru menyiapkan sebuah tongkat

2) Guru menjelaskan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian guru

memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membaca dan

mempelajari materi pada pegangannya / buku paketnya

3) Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya guru mempersilahkan

peserta didik untuk menutup bukunya

4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu peserta didik,

setelah itu guru memberi pertanyaan dan peserta didik yang memegang

tongkat tersebut harus menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya

5) Ketika tongkat bergulir dari peserta didik ke peserta didik lainnya sebaiknya

diiringi musik atau lagu

6) Guru memberikan kesempatan peserta didik untuk refleksi terhadap materi

yang telah dipelajarinya

7) Guru memberikan ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan peserta

didik
18

8) Merumuskan kesimpulan

9) Evaluasi

Sedangkan langkah-langkah model pembelajaran talking stick menurut

Sugiyanto (2010:40) sebagai berikut.

1) Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.

2) Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm

3) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian

memberikan kesempatan para kelompok untuk membaca dan mempelajari

materi pelajaran

4) Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana

5) Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya,

guru mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.

6) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota

kelompok, setelah itu guru memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang

memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai

sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari

guru.

7) Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya

tidak bisa menjawab pertanyaan.

8) Guru memberikan kesimpulan.

c. Kelebihan dan Kekurangan Model pembelajaran Talking Stick

Sugiyanto (2010:43) menggambarkan kelebihan model pembelajaran

talking stick sebagai berikut.


19

1) Kelebihan metode talking stick yaitu.

(a) Meningkatkan kepekaan dan kesetia kawanan sosial

(b) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan,

informasi, perilaku sosial, dan pandangan-pandangan

(c) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

(d) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan

komitmen

(e) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

(f) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa

(g) Berbagai keterampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara hubungan

saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan

(h) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

(i) Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan

lebih baik

(j) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan

kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, dan

agama.

(k) Menguji kesiapan siswa

(l) Melatih membaca dan memahami dengan cepat

(m)Agar siswa lebih giat lagi belajar.

Sedangkan Sugiyanto (2010:43) mengemukakan kelemahan dari proses

belajar model ini.

2) Kelemahan metode talking s-tick.


20

(a) Siswa yang memiliki kelebihan akan merasa terhambat oleh siswa yang

dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, dapat mengganggu

kerjasama dalam kelompok.

(b) Ciri utama dari pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa saling

membelajarkan. Oleh karena itu, dibandingkan dengan pengajaran

langsung dari guru, biasanya cara belajar yang demikian membuat siswa

merasa sulit dalam memahami materi yang di pelajari.

(c) Keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan

kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup

panjang, dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali

atau sekali-kali penerapan strategi ini.

(d) Membuat senam jantung.

Apabila kita lihat dari pernyataan di atas terdapat berbagai kelebihan

dan kekurangan metode talking stick mungkin hal ini lumrah terjadi bahwa

setiap metode pembelajaran pun mempunyai beberapa keunggulan dan

kelemahan tergantung bagaimana proses pembelajaran itu sendiri dan seorang

guru sebagai pembimbing agar metode talking stick ini berhasil diterapkan

pada siswa sesuai dengan harapan dalam tujuan pembelajaran talking s-tick itu

sendiri.

B. Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan memahami unsur-unsur intrinsik

cerpen pernah dilakukan oleh Rini Widayati selaku mahasiswa Fakultas Keguruan
21

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sriwijaya tahun 2012 dengan judul

“Kemampuan Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Palembang dalam memahami

unsusr-unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam Cerpen melalui Model snowball

throwing”.

Persamaan dalam penelitian adalah sama-sama meneliti tentang

kemampuan memahami unsur-unsur intrinsik cerpen. Sedangkan perbedaannya

adalah penelitian terdahulu kemampuan siswa memahami unsur-unsur intrinsik

dengan model snowball throwing, sedangkan penelitian sekarang meneliti

kemampuan siswa memahami unsur-unsur intrinsik dengan menggunakan strategi

talkings stick. Penelitian terdahulu objeknya siswa kelas X SMK Negeri 2

Palembang sedangkan penelitian sekarang objeknya siswa kelas X SMA Negeri

16 OKU.
22

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi Operasional Istilah

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan dan kesanggupan

yang dimaksud adalah kesanggupan yang memahami, menguasai dan menghargai

(Depdiknas, 2008:869); Siswa adalah peserta didik yang melakukan tugas belajar

pada jenjang tertentu; Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra

yang meliputi alur, tokoh, tema, latar cerita, sudut pandang, dan amanat ; Cerita

pendek adalah karangan yang bersifat fiktif yang menceritakan suatu peristiwa

dalam kehidupan pelakunya, relatif singkat tetapi padat.

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka

mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adaptif maupun generatif.

Ramadhan (2010) “talking stick adalah salah satu metode pembelajaran yang

dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib

menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya”.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

siswa kelas X SMA Negeri 16 OKU memahami unsur-unsur intrinsik cerita

pendek melalui model pembelajaran talking stick ialah kesanggupan siswa dalam

memahami unsur-unsur yang membangun suatu cerpen dari dalam dengan

24
23

menggunakan model pembelajaran talking stick yaitu suatu metode pembelajaran

dengan menggunakan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib

menjawab pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari berlebih dahulu materi

pokoknya.

B. Metode Penelitian

Menurut Arikunto (2010:103) “metode penelitian adalah cara yang

digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Dalam

penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Menurut Dantes (2012:51),

“penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu

fenomena/peristiwa secara sistematis sesuai dengan apa adanya”.

Dengan menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini, maka

peneliti akan mendeskripsikan untuk menggambarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan peneliti berdasarkan fakta-fakta yang ada mengenai kemampuan siswa

kelas X SMA Negeri 16 OKU memahami unsur-unsur intrinsik cerita pendek

melalui model pembelajaran talking stick..

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2010: 173), “Populasi adalah seluruh subjek

penelitian”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA

Negeri 16 OKU yang berjumlah 110 siswa. Jumlah total dari populasi penelitian

ini bisa dilihat pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Populasi Penelitian


No Kelas Jumlah
24

1 X.A 38
2 X.B 35
3 X.C 37
JUMLAH 110
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 16 OKU

2. Sampel Penelitian
Menurut Arikunto (2010:174), “Sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti”. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan teknik sampel rumpun. Menurut Dantes (2012:43), “Sampel

rumpun adalah teknik penarikan sampel dengan menjadikan rumpun-rumpun yang

merupakan kelompokan individu-individu sebagai unit-unit dalam populasi

sebagai sampel penelitian”. Cara penarikan sampel rumpun ini, yaitu dengan

mengambil sampel secara kelompok, misalnya kelas tertentu dalam satu sekolah.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penarikan sampel rumpun (cluster

sample) sebagai berikut.

a. Siswa yang dijadikan obyek penelitian adalah siswa kelas X yang terdiri dari

tiga kelas.

b. Dari ketiga kelas tersebut, kemudian ditentukan secara acak kelompok siswa

yang akan dijadikan sampel rumpun (cluster sampel).

c. Penentuan sampel rumpun (cluster sample) dilakukan dengan cara menuliskan

nama ketiga kelas tersebut pada masing-masing secarik kertas kemudian

diundi.

d. Dari pengundian tersebut, didapatlah kelas X.B sebagai sampel penelitian ini.
25

Berdasarkan pendapat di atas, sampel dalam penelitian ini adalah siswa

kelas X.B SMA Negeri 16 OKU yang berjumlah 35 orang siswa. Sampel

penelitian dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa


1 X.B 35
Jumlah 35 Siswa
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 16 OKU

D. Teknik Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini

adalah observasi dan tes. Menurut Arikunto (2010:199), “observasi adalah

meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan

selurut alat indra”. Dari pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan teknik

observasi dilakukan oleh peneliti pada saat pembelajaran berlangsung dengan

memperhatikan semua kegiatan pembelajaran, khususnya yang berkaitan dengan

aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran unsur-unsur intrinsik cerpen

dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran talking stick di

kelas X SMA Negeri 16 OKU.

Menurut Arikunto (2010:193), “tes adalah serentetan pertanyaan atau

latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,

intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”. Tes
26

yang diberikan kepada siswa adalah tes objektif. Tes objektif dilaksanakan untuk

melihat kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 16 OKU memahami unsur-unsur

intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick. Tes yang digunakan

dalam penelitian ini adalah tes objektif sebanyak 20 soal. Waktu yang dibutuhkan

untuk mengerjakan tes adalah 2 x 45 menit.

2. Hasil Ujicoba Instrumen

Sebelum instrumen digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu peneliti

mengujicobakan instrumen tersebut pada sekolah lain. Peneliti menetapkan SMA

Negeri 10 OKU kelas X.D yang berjumlah 34 siswa sebagai tempat untuk ujicoba

instrumen. Soal yang diujicobakan berjumlah 25 soal pilihan ganda. Alasan

pemilihan SMA Negeri 10 OKU sebagai tempat ujicoba instrumen sebagai

berikut.

a. SMA Negeri 10 OKU dan SMA Negeri 16 OKU memiliki karakteristik yang

sama sebagai sekolah negeri.

b. Lokasi SMA Negeri 10 OKU lumayan mudah dijangkau oleh peneliti.

Selanjutnya, setelah ujicoba dilakukan, peneliti menganalisis hasil ujicoba

tersebut. Teknik yang digunakan untuk mengetahui layak atau tidaknya instrumen

digunakan dalam penelitian, peneliti melakukan penghitungan sebagai berikut.

a. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu

instrumen (Arikunto, 2010: 211). Cara menghitung validitas soal tes dalam

penelitian ini dilakukan dengan cara mengkorelasikan skor total dengan

menggunakan rumus product moment, yaitu :


27

Keterangan:

rxy = Validtas tes

∑xy = Jumlah dari hasil perkalian antara x dan y

∑x = Jumlah dari x

∑y = Jumlah dari y

N = Jumlah siswa

Menurut Arikunto (2011:75) hasil validitas dapat diinterprestasikan

sebagai berikut.

0,800 – 1,00 = sangat tinggi

0,600 – 0,800 = tinggi

0,400 – 0,600 = cukup

0,200 – 0,400 = rendah

0,00 – 0,200 = sangat rendah

Langkah perhitungannya adalah


Tabel 3. Analisis Validitas Instrumen
No Kode Sampel X Y Xy x2 y2
1. AAR 7 7 49 49 49
2. AW 9 6 54 81 36
3. ASF 10 8 80 100 64
4. AS 7 7 49 49 49
5. AD 10 11 110 100 121
6. BB 7 7 49 49 49
7. BP 7 4 28 49 16
8. DK 7 5 35 49 25
9. DE 13 9 117 169 81
28

10. DAB 5 4 20 25 16
11. DA 10 11 110 100 121
12. EK 4 7 28 4 49
13. ER 10 8 80 100 64
14. EA 7 7 49 49 49
15. EMP 7 7 49 49 49
16. EM 5 7 35 25 49
17. EJ 7 6 42 49 36
18. HA 3 7 21 9 49
19. IW 8 4 32 64 16
20. JA 4 4 16 16 16
21. KPA 13 8 104 169 64
22. KA 5 4 20 25 16
23. NS 7 6 42 49 36
24. MO 4 4 16 16 16
25. MSa 6 4 24 36 16
26. MSu 9 4 36 81 16
27. NS 6 6 36 36 36
28. RP 7 6 42 49 36
29. Ri 11 9 99 121 81
30. SN 3 1 3 9 1
31. SW 7 7 49 49 49
32. Sa 3 3 9 9 9
33. SAT 12 9 108 144 81
34. SU 4 1 4 16 1

Jumlah 244 208 1645 2006 1462


Dari tabel di atas dapat diketahui N = 34, x = 244, y = 208, x2 =

2006, y2 = 1462, xy = 1645. Selanjutnya dapat dihitung validitasnya dengan

rumus.

rxy =

=
29

= 0.69

Dari pencarian dengan menggunakan rumus korelasi product moment

dapat diketahui bahwa nilai validitas butir soal memahami unsur – unsur intrinsik

cerpen memiliki validitas tinggi karena mendapat nilai 0,69 terletak antara 0,600

sampai dengan 0,800 dengan interprestasi valid.

b. Realibilitas Instrumen

Realibilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument

cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data

karena:instrument tersebut sudah baik (Arikunto, 2006 : 178).

Untuk mengatasi kesulitan memenuhi persyaratan nilai realibilitas butir

soal yang dikemukakan oleh Kuder dan Richardson, yaitu K-R 20, sebelum

mencari koefisien tes (rn) terlebih dahulu mencari varian total ( ) dari butir soal

tersebut.

Kemudian, setelah nilai rn diperoleh maka dihitung koefisien korelasi realibilitas

tes, rumus yang digunakan untuk menghitung realibilitas soal tes adalah sebagai

berikut :

rn =

Keterangan:

r11 = Realiabilitas tes


30

n = Jumlah soal

1 = Bilangan konstan

= Varians total

P = Proporsi tes yang jawabannya benar

q = Proporsi tes yang jawabannya salah

pq = Jumlah perkalian antara p dan q

Langkah perhitungan realibilitas nilai siswa, terlebih dahulu peniliti

menjumlahkan skor-skor yang telah dimiliki setiap siswa. Untuk mempersiapkan

perhitungan dalam rangka mengetahui xt, xt2 , p, q, dan pq, maka dibuat

table berikut ini :

Tabel 4. Daftar nilai siswa persiapan butir soal

Nama No Butir Soal Jumlah


No
Siswa
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1. DE 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
2. KPA 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21
3. DA 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 21
4. AD 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 21
5. SAT 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 21
6. Ri 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 20
7. ER 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 18
8. SF 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 18
9. AW 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15
10 AAR 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 14
11 AS 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 14
12 SW 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 14
13 BB 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 14
14 EMP 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 14
15 EA 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 14
16 MSU 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 13
17 MS 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 13
18 EJ 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 13
19 RP 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 13
20 DK 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 12
21 EM 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 12
22 IW 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 12
23 NS 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 12
24. EK 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 11
25 BP 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 11
26 HA 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 10
27 MSa 1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 10
31

28 KA 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 9
29 DA 1 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 9
30 JA 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 8
31 MO 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 8
32 Sa 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 6
33 SU 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5
34 SN 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4
JUMLAH 29 12 23 9 17 7 28 13 28 20 18 16 23 23 11 20 21 23 19 23 12 17 15 17 8 452

Tabel 5. Perhitungan mencari xt, p, q, dan pq

Kode Jumlah Jumlah


No P Q Pq Xt
Sampel Benar Salah
1. DE 22 3 0,64 0,08 0,0512 484
2. KPA 21 4 0,61 0,11 0,0671 441
3. DA 21 4 0,61 0,11 0,0671 441
4. AD 21 4 0,61 0,11 0,0671 441
5. SAT 21 4 0,61 0,11 0,0671 441
6. Ri 20 5 0,58 0,14 0,0812 400
7. ER 18 7 0,52 0,20 0,104 324
8. SF 18 7 0,52 0,20 0,104 324
9. AW 15 10 0,44 0,29 0,1276 225
10. AAR 14 11 0,41 0,32 0,1312 196
11. AS 14 11 0,41 0,32 0,1312 196
12. SW 14 11 0,41 0,32 0,1312 196
13. BB 14 11 0,41 0,32 0,1312 196
14. EMP 14 11 0,41 0,32 0,1312 196
15. EA 14 11 0,41 0,32 0,1312 196
16. MSU 13 12 0,38 0,35 0,133 169
17. MS 13 12 0,38 0,35 0,133 169
18. EJ 13 12 0,38 0,35 0,133 169
19. RP 13 12 0,38 0,35 0,133 169
20. DK 12 13 0,35 0,38 0,133 144
21. EM 12 13 0,35 0,38 0,133 144
22. IW 12 13 0,35 0,38 0,133 144
23. NS 12 13 0,35 0,38 0,133 144
24. EK 11 14 0,32 0,41 0,1312 121
25. BP 11 14 0,32 0,41 0,1312 121
26. HA 10 15 0,29 0,44 0,1276 100
27. MSa 10 15 0,29 0,44 0,1276 100
28. KA 9 16 0,26 0,47 0,1222 81
29. DA 9 16 0,26 0,47 0,1222 81
32

30. JA 8 17 0,23 0,50


0,115 64
31. MO 8 17 0,23 0,50
0,115 64
32. Sa 6 19 0,17 0,55
0,0935 36
33. SU 5 20 0,14 0,58
0,0812 25
34. SN 4 21 0,11 0,61
0,0671 16
Jumlah 452 3,8214 6758
Cari perhitungan skor-skor butir soal berdasarkan K-R 20, maka indeks

koefisien korelasi rn dapat dilihat dari perhitungan berikut :

xt2 =

= 6758 –

= 6758 – 6008,9

= 749,1

Menghitung St2 terlebih dahulu

Dari perolehan tersebut, maka dapat diperoleh indeks r11

rn =

= (1,04) (0,82)

= 0,85
33

Dari hasil perhitungan yang diperoleh koefisien realibilitas tes (rn) sebesar

0,85. Berdasarkan interprestasi terhadap koefisien tes (r 11), bahwa apabila r11 sama

dengan atau lebih besar dari pada 0,60 berarti tes butir soal yang sedang di uji

reliabilitasnya rendah. Apabila r11 sama lebih kecil dari 0,85 maka tes hasil belajar

yang sedang di uji reabilitasnya dinyatakan belum memiliki reliabilitas yang

tinggi (un-reliabel).

Dari hasil pengujian tingkat kepercayaan tes dengan mempergunakan

rumus Kuder Richardon (K-R) 20, dilakukan dengan membandingkan skor butir-

butir tes, maka ternyata nilai r tabel 0,60 jauh lebih kecil dari pada r 11 (0,85),

sehingga dengan demikian tes butir soal unsur-unsur intrinsik cerpen kelas X

SMA Negeri 10 OKU dinyatakan sebagai tes terpercaya, karena tes tersebut sudah

benar menunjukkan tingkat keterpercayaan yang tinggi.

c. Analisis Tingkat Kesulitan Butir Soal

Rumus menghitung Tingkat Kesulitan Butir Soal (IF) sebagai berikut.

IF = FH + FL
N

Keterangan :
IF = Indeks tingkat kesulitan yang dicari
FH = Jumlah jawaban betul kelompok tinggi
FL = Jumlah jawaban betul kelompok rendah
N = Jumlah siswa kedua kelompok (Nurgiyantoro, 2010: 139).

Oller dalam Nurgiyantoro (2010:138) menyatakan bahwa butir soal

dinyatakan layak jika tingkat kesulitan berkisar antara 0,15 sampai dengan 0,85.

Indeks yang di luar itu berarti soal terlalu mudah atau terlalu sulit maka soal

tersebut perlu direvisi atau diganti.


34

Sebelum melakukan penghitungan Tingkat Kesulitan Butir Soal (IF),

ditentukan dulu kelompok tinggi dan kelompok rendah seperti dapat dilihat pada

tabel 5 berikut ini.

Tabel 6. Data Tes Uji Coba Kelompok Tinggi


Kode BUTIR SOAL
NO JLH
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1. 9 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 22
2. 21 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 21
3. 11 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 21
4. 5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 21
5. 33 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 21
6. 29 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 20
7. 13 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 18
8. 3 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 18
9. 2 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 15
JUMLAH 9 6 8 7 6 4 8 5 9 8 8 5 7 8 6 6 8 8 8 6 8 8 7 8 6 177
FH

Tabel 7. Data Tes Uji Coba Kelompok Rendah

Kode BUTIR SOAL


NO JLH
Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
1. 18 0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 0 0 10
2. 25 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 10
3. 22 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 9
4. 10 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 9
5. 20 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 8
6. 24 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 8
7. 32 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 6
8. 34 1 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 5
9. 30 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 4
JUMLAH FL 4 2 3 2 1 3 4 1 4 5 1 4 1 3 1 2 3 3 7 1 4 1 2 5 2 69

Setelah data kelompok tinggi dan kelompok rendah di dapat, selanjutnya

dilakukan penghitungan Tingkat Kesulitan Butir Soal berikut ini.

FH + FL 9+4
Butir Soal Nomor 1 : IF = = = 0,72
N 18
FH + FL 6+2
Butir Soal Nomor 2 : IF = = = 0,44
N 18
FH + FL 8+ 3
Butir Soal Nomor 3 : IF = = = 0,61
N 18
FH + FL 7+2
Butir Soal Nomor 4 : IF = = = 0,50
N 18
35

FH + FL 6+1
Butir Soal Nomor 5 : IF = = = 0,39
N 18
FH + FL 4+3
Butir Soal Nomor 6 : IF = = = 0,39
N 18
FH + FL 8+4
Butir Soal Nomor 7 : IF = = = 0,67
N 18
FH + FL 5+1
Butir Soal Nomor 8 : IF = = = 0,33
N 18
FH + FL 9+4
Butir Soal Nomor 9 : IF = = = 0,72
N 18
FH + FL 8+5
Butir Soal Nomor 10 : IF = = = 0,72
N 18
FH + FL 8+ 1
Butir Soal Nomor 11 : IF = = = 0,50
N 18
FH + FL 5+4
Butir Soal Nomor 12 : IF = = = 0,50
N 18
FH + FL 7+1
Butir Soal Nomor 13 : IF = = = 0,44
N 18
FH + FL 8+3
Butir Soal Nomor 14 : IF = = = 0,61
N 18
FH + FL 6+1
Butir Soal Nomor 15 : IF = = = 0,39
N 18
FH + FL 6+2
Butir Soal Nomor 16 : IF = = = 0,44
N 18
FH + FL 8+3
Butir Soal Nomor 17 : IF = = = 0,61
N 18
FH + FL 8+3
Butir Soal Nomor 18 : IF = = = 0,61
N 18
FH + FL 8+7
Butir Soal Nomor 19 : IF = = = 0,83
N 18
FH + FL 6+1
Butir Soal Nomor 20 : IF = = = 0,39
N 18

FH + FL 8+4
Butir Soal Nomor 21 : IF = = = 0,67
N 18
FH + FL 8+1
Butir Soal Nomor 22 : IF = = = 0,50
N 18
FH + FL 7+2
Butir Soal Nomor 23 : IF = = = 0,50
N 18
FH + FL 8+5
Butir Soal Nomor 24 : IF = = = 0,72
N 18
FH + FL 6+2
Butir Soal Nomor 25 : IF = = = 0,44
N 18
36

d. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Rumus menghitung Daya Pembeda Butir Soal (ID) sebagai berikut.

ID = FH - FL
n
Keterangan:
ID = Indeks daya pembeda yang dicari
FH = Jumlah jawaban betul kelompok tinggii
FL = Jumlah jawaban betul kelompok rendah
n = Jumlah subjek kelompok tinggi atau rendah (Nurgiyantoro, 2010: 140).

Oller dalam Nurgiyantoro (2001: 141) menyatakan bahwa daya pembeda

setiap butir soal yang baik apabila terdapat pada kisaran 0,25 ke atas. Butir soal

yang indeks daya pembedanya kurang dari 0,25, dianggap tidak layak dan harus

direvisi atau diganti. Daya pembeda butir soal dapat dilihat pada penghitungan

berikut ini.

FH - FL 9–4
Butir Soal Nomor 1 : ID = = = 0,56
n 9
FH - FL 6–2
Butir Soal Nomor 2 : ID = = = 0,44
n 9
FH - FL 8–3
Butir Soal Nomor 3 : ID = = = 0,56
n 9
FH - FL 7–2
Butir Soal Nomor 4 : ID = = = 0,56
n 9
FH - FL 6–1
Butir Soal Nomor 5 : ID = = = 0,56
n 9
FH - FL 4–3
Butir Soal Nomor 6 : ID = = = 0,11
n 9
FH - FL 8–4
Butir Soal Nomor 7 : ID = = = 0,44
N 9
FH - FL 5–1
Butir Soal Nomor 8 : ID = = = 0,44
N 9
FH - FL 9–4
Butir Soal Nomor 9 : ID = = = 0,56
N 9
FH - FL 8–5
Butir Soal Nomor 10 : ID = = = 0,33
N 9
37

FH - FL 8–1
Butir Soal Nomor 11 : ID = = = 0,78
N 9
FH - FL 5–4
Butir Soal Nomor 12 : ID = = = 0,11
N 9
FH - FL 7–1
Butir Soal Nomor 13 : ID = = = 0,67
N 9
FH - FL 8–3
Butir Soal Nomor 14 : ID = = = 0,56
N 9
FH - FL 6–1
Butir Soal Nomor 15 : ID = = = 0,56
N 9
FH - FL 6–2
Butir Soal Nomor 16 : ID = = = 0,44
N 9
FH - FL 8–3
Butir Soal Nomor 17 : ID = = = 0,55
n 9
FH - FL 8–3
Butir Soal Nomor 18 : ID = = = 0,56
n 9
FH - FL 8–7
Butir Soal Nomor 19 : ID = = = 0,11
n 9
FH - FL 6–1
Butir Soal Nomor 20 : ID = = = 0,56
n 9
FH - FL 8–4
Butir Soal Nomor 21 : ID = = = 0,44
n 9
FH - FL 8–1
Butir Soal Nomor 22 : ID = = = 0,78
n 9
FH - FL 7–2
Butir Soal Nomor 23 : ID = = = 0,56
n 9
FH - FL 8–5
Butir Soal Nomor 24 : ID = = = 0,33
n 9
FH - FL 6–2
Butir Soal Nomor 25 : ID = = = 0,44
n1 9
Berdasarkan hasil analisis Tingkat Kesulitan Butir Soal dan Daya

Pembeda Butir Soal tersebut, kemudian dimasukkan ke dalam tabel 6 berikut ini.

Tabel 8. Penghitungan Tingkat Kesulitan Butir Soal


dan Daya Pembeda Butir Soal

NO BUTIR SOAL FH FL IF ID INTERPRETASI


1 1 9 4 0,72 0,56 Layak
2 2 6 2 0,44 0,44 Layak
3 3 8 3 0,61 0,56 Layak
4 4 7 2 0,50 0,56 Layak
5 5 6 1 0,39 0,56 Layak
6 6 4 3 0,39 0,11 Tidak Layak
38

7 7 8 4 0,67 0,44 Layak


8 8 5 1 0,33 0,44 Layak
9 9 9 4 0,72 0,56 Layak
10 10 8 5 0,72 0,33 Layak
11 11 8 1 0,50 0,78 Layak
Tabel 8. Penghitungan Tingkat Kesulitan Butir Soal
dan Daya Pembeda Butir Soal
NO BUTIR SOAL FH FL IF ID INTERPRETASI
12 12 5 4 0,50 0,11 Tidak Layak
13 13 7 1 0,44 0,67 Layak
14 14 8 3 0,61 0,56 Layak
15 15 6 1 0,39 0,56 Layak
16 16 6 2 0,44 0,44 Layak
17 17 8 3 0,61 0,56 Layak
18 18 8 3 0,61 0,56 Layak
19 19 8 7 0,83 0,11 Tidak Layak
20 20 6 1 0,39 0,56 Layak
21 21 8 4 0,67 0,44 Layak
22 22 8 1 0,50 0,78 Layak
23 23 7 2 0,50 0,56 Layak
24 24 8 5 0,72 0,33 Layak
25 25 6 2 0,44 0,44 Layak

Dari 25 butir soal yang diujicobakan, ternyata ada 3 butir soal yang tidak

layak untuk dijadikan instrumen penelitian, yaitu butir soal nomor (6), (12), dan

(19). Berarti ada 22 soal yang layak untuk dijadikan instrumen penelitian. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan 20 soal untuk instrumen penelitian. Alasan

digunakannya 20 soal sebagai instrumen penelitian adalah demi kepraktisan dan

kelaziman dalam penghitungan dan pembuatan soal tes.

3. Teknik Penganalisisan Data


a. Observasi

Teknik analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode observasi

dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil observasi yang berupa lembar

observasi yang telah diberi tanda chek list (√) terhadap aktivitas guru dan aktivitas
39

siswa dalam menentukan unsur-unsur intrinsik cerpen berdasarkan tema yang

telah ditentukan oleh guru, lalu hasil dari pengamatan yang telah dilakukan

diinterprestasikan dan dideskripsikan secara terperinci.

b. Tes

Teknik penganalisisan data dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama

dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa sampel per individu. Perhitungan

tahapan ini dilakukan berdasarkan rumus Syah (2009: 220) sebagai berikut.

Jumlah Jawaban Benar


Nilai = x 100
Jumlah Butir Soal

Tahap kedua dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan

siswa sampel secara klasikal (keseluruhan siswa). Perhitungan tahapan ini

dilakukan dengan rumus sebagai berikut.

F
P = x 100 %
N

Keterangan:
P = Persentase hasil yang diperoleh
f = Frekuensi.
N = Jumlah sampel penelitian (Sudijono, 2010: 43).

Untuk menentukan mampu atau tidaknya siswa dalam memahami unsur-

unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick, penulis

menggunakan penghitungan persentase (Sudijono, 2011: 35). Nilai yang dijadikan

batas lulusan dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 9. Kriteria Penilaian

Nilai Angka Nilai Huruf Predikat


80-100 A Baik Sekali
66-79 B Baik
56-65 C Cukup
40

46-55 D Kurang
00-45 E Gagal
Sumber: Sudijono (2011: 35)

Langkah-langkah dalam penganalisisan data sebagai berikut.

a. Hasil tes diperiksa kemudian diberi nilai.

b. Setelah semua hasil tes didapat, kemudian diberi nilai dengan rentang 10-100.

c. Setelah masing-masing pekerjaan siswa dinilai lalu dipersentasekan untuk

mencari nilai rata-rata kelas.

d. Menginterpretasikan hasil analisis.

e. Membuat simpulan.
41

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Data
a. Deskripsi Data Observasi

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 16 OKU dengan subjek

penelitian kelas X.B sebanyak 35 orang siswa. Pengumpulan data penelitian

dilakukan dengan cara tes pada 23 Agustus 2013. Adapun tes yang digunakan

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik

cerpen melalui model pembelajaran Talking Stick adalah tes objektif. Jumlah soal

secara keseluruhan adalah 20 butir yang harus diselesaikan siswa selama 45

menit. Data observasi dapat dilihat pada tabel 5 dan 6 berikut

Tabel 10. Data Aktivitas Guru


No. Urutan Kegiatan Ya Tidak
1 Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 
2 Apersepsi 
3 Memotivasi siswa dengan menyampaikan tujuan

pembelajaran/kompetensi yang hendak dicapai
4 Menyampaikan kepada siswa kegiatan yang akan dilakukan

dalam pembelajaran
5 Menjelaskan materi pembelajaran cerpen dan unsur-unsur

intrinsik cerpen.
6 Mengarahkan siswa untuk antusias mengikuti pembelajaran 
42

cerpen dan unsur-unsur intrinsik cerpen menggunakan


model pembelajaran Talking Stick.
7 Guru mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok,

setiap kelompok berjumlah 4-5 orang
Tabel 11. Data Aktivitas Guru
No. Urutan Kegiatan Ya Tidak
41
8 Mengarahkan siswa untuk bekerjasama mencari solusi

atas suatu permasalahan
9 Mengawasi tiap-tiap kelompok 
10 Mengadakan evaluasi 
11 Menyimpulkan pelajaran 
12 Menutup pelajaran 

Tabel 12. Data Aktivitas Siswa


No Urutan Kegiatan Ya Tidak
1 Memperhatikan penjelasan guru 
2 Menjawab pertanyaan guru 
3 Antusias dalam menerima pelajaran 
4 Bekerjasama mencari solusi atas suatu masalah 
Mengerjakan tes memahami unsur-unsur intrinsic
5 cerpen berdasarkan suatu permasalahan yang 
diberikan guru
6 Mengumpulkan tugas atau latihan 
7 Melakukan evaluasi bersama-sama 
8 Menyimpulkan pelajaran bersama-sama 

b. Deskripsi Data Skor Siswa

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 16 OKU dengan subjek

penelitian kelas X.B sebanyak 35 orang siswa. Pengumpulan data penelitian

dilakukan dengan cara tes pada 11 September 2013. Adapun tes yang digunakan
43

untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik

cerpen melalui model pembelajaran talking stick. Jumlah soal secara keseluruhan

adalah 20 butir yang harus diselesaikan siswa selama 2 x 45 menit.

Bahan yang dicakup dalam tes objektif merupakan bahan yang berkaitan

dengan materi unsur-unsur intrinsik, proses belajar mengajar guru menerapkan

model pembelajaran talking stick. Setelah siswa selesai mengerjakan soal-soal,

hasil pekerjaan siswa tersebut diperiksa dan diberi skor berdasarkan kunci

jawaban yang telah tersedia. Berikut ini data skor siswa kelas X.B SMA Negeri

16 OKU dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

Tabel 13. Data Kemampuan Siswa

No SISWA JAWABAN BENAR JAWABAN SALAH


1 AZ 12 8
2 ADH 12 8
3 AI 17 3
4 AW 18 2
5 CW 14 6
6 DO 14 6
7 ES 15 5
8 EL 16 4
9 EE 15 5
10 IPE 17 3
11 KWS 8 12
12 KW 14 6
13 LS 15 5
14 Ma 16 4
15 MR 15 5
16 Mu 11 9
17 MY 16 4
18 NMS 15 5
19 PN 18 2
20 RS 16 4
21 RH 13 7
44

22 RPU 16 4
23 RL 11 9
24 RA 14 6
25 SI 17 3
26 Si 15 5
27 SW 16 4
Tabel 13. Data Kemampuan Siswa

No SISWA JAWABAN BENAR JAWABAN SALAH


28 VAI 15 5
29 Wi 14 6
30 WS 15 5
31 YS 11 9
32 YD 14 6
33 ZZ 7 13
34 ZN 14 6
35 ZU 14 6

c. Deskripsi Frekuensi Skor Siswa

Berdasarkan data skor siswa kelas X.B SMA Negeri 16 OKU dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick,

kemudian ditabulasikan untuk mengetahui jumlah siswa yang mendapat nilai

terbesar sampai nilai yang terkecil. Hasil tabulasi data frekuensi skor siswa

tersebut sebagai berikut.

Tabel 14. Data Frekuensi Skor Tes

Jawaban
No. Frekuensi Persentase
Benar Siswa Skor
1 18 2 5.71
2 17 3 8.58
3 16 6 17.15
4 15 8 22.85
5 14 8 22.85
6 13 1 2.85
7 12 2 5.71
8 11 3 8.58
45

9 8 1 2.85
10 7 1 2.85
Jumlah 35 100

Berdasarkan data tersebut, dari 20 soal yang diajukan, siswa yang

menjawab benar 18 soal sebanyak 2 orang atau 5,71 %, siswa yang menjawab

benar 17 soal sebanyak 3 orang atau 8,57 %, siswa yang menjawab benar 16 soal

sebanyak 6 orang atau 17,14 %, siswa yang menjawab benar 15 soal sebanyak 8

orang atau 22,85 %, siswa yang menjawab benar 14 soal sebanyak 8 orang atau

22,85 %, siswa yang menjawab benar 13 soal sebanyak 1 orang atau 2,85 %,

siswa yang menjawab benar 12 soal sebanyak 2 orang atau 5,71 %, siswa yang

menjawab benar 11 soal sebanyak 3 orang atau 8,57 %, siswa yang menjawab

benar 8 soal sebanyak 1 orang atau 2,85 %, dan siswa yang menjawab benar 7

soal sebanyak 1 orang atau 2,85.

2. Analisis Data

a. Analisis Data Observasi

Berdasarkan tabel 5 aktivitas guru selama proses pembelajaran berlangsung

dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Guru menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran sebelum

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Guru mengadakan apersepsi

dengan mengulas materi yang telah dipelajari dan menjelaskan unsur-unsur

intrinsik cerpen. Guru memberikan motivasi kepada siswa dengan menyampaikan

tujuan pembelajaran/kompetensi yang hendak dicapai, dengan tujuan

pembelajaran yaitu agar siswa dapat memahami dan mampu menentukan unsur-
46

unsur intrinsik dalam cerpen dan kompetensi yang hendak dicapai yaitu

menghasilkan pengetahuan yang sempurna bagi siswa. Selanjutnya guru

menyampaikan kepada siswa kegiatan yang akan dilakukan dalam pembelajaran,

yaitu setelah guru menjelaskan materi mengenai unsur-unsur intrinsik cerpen

menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Guru mengarahkan siswa untuk

lebih bersemangat atau antusias dalam mengikuti pembelajaran unsur-unsur

intrinsic cerpen. Guru mengelompokkan siswa dalam beberapa kelompok, setiap

kelompok berjumlah 3-4 orang. Guru meminta setiap kelompok untuk

bekerjasama mencari solusi atas suatu permasalahan, tema pelajaran yang

diberikan oleh guru mengenai cerpen. Guru sebagai fasilitator bertugas

mengawasi tiap-tiap kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan,

selanjutnya guru mengadakan evaluasi menulis paragraf argumentasi yang telah

disiapkan. Kemudian guru bersama-sama menyimpulkan pelajaran unsur-unsur

intrinsik cerpen menggunakan model pembelajaran Talking Stick. Guru mengakhiri

kegiatan belajar di kelas.

Berdasarkan data pada tabel 6 aktivitas siswa selama kegiatan belajar

mengajar berlangsung dapat dideskripsikan sebagai berikut.

Seluruh siswa penuh perhatian mendengarkan penjelasan guru mengenai

materi unsur-unsur intrinsik cerpen menggunakan model pembelajaran Talking Stick.

Pada saat guru mengajukan pertanyaan siswa antusias dalam menjawab

pertanyaan guru tentang materi yang dipelajari. Pada saat proses belajar mengajar

berlangsung seluruh siswa antusias mengerjakan tugas memahami unsur-unsur

intrinsik. Siswa bekerjasama untuk mencari solusi atas suatu masalah. Siswa
47

mengerjakan tes unsur-unsur intrinsik cerpen berdasarkan suatu permasalahan yang

diberikan oleh guru. Setelah siswa mengerjakan tugas, siswa mengumpulkan

tugas atau latihan. Siswa bersama guru melakukan evaluasi bersama-sama hasil

tugas unsur-unsur intrinsik cerpen. Setelah selesai melakukan evaluasi, siswa

bersama guru menyimpulkan pelajaran.

b. Analisis Kemampuan Siswa

Setelah seluruh data hasil penelitian didapat, kemudian dilakukan analisis

untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 16 OKU memahami

unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick. Berikut ini

analisis data kemampuan siswa kelas X SMA Negeri 16 OKU memahami unsur-

unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick.

Tabel 15. Analisis Data Kemampuan Siswa

No Siswa Skor Nilai Predikat Penilaian


1 AZ 12 60 Cukup
2 ADH 12 60 Cukup
3 AI 17 85 Baik Sekali
4 AW 18 90 Baik Sekali
5 CW 14 70 Baik
6 DO 14 70 Baik
7 ES 15 75 Baik
8 EL 16 80 Baik Sekali
9 EE 15 75 Baik
10 IPE 17 85 Baik Sekali
11 KWS 8 40 Sangat Kurang
12 KW 14 70 Baik
13 LS 15 75 Baik
14 Ma 16 80 Baik Sekali
15 MR 15 75 Baik
16 Mu 11 55 Kurang
17 MY 16 80 Baik Sekali
18 NMS 15 75 Baik
19 PN 18 90 Baik Sekali
20 RS 16 80 Baik Sekali
48

21 RH 13 65 Cukup
22 RPU 16 80 Baik Sekali
23 RL 11 55 Kurang
24 RA 14 70 Baik
Tabel 15. Analisis Data Kemampuan Siswa

No Siswa Skor Nilai Predikat Penilaian


25 SI 17 85 Baik Sekali
26 Si 15 75 Baik
27 SW 16 80 Baik Sekali
28 VAI 15 75 Baik
29 Wi 14 70 Baik
30 WS 15 75 Baik
31 YS 11 55 Kurang
32 YD 14 70 Baik
33 ZZ 7 35 Sangat Kurang
34 ZN 14 70 Baik
35 ZU 14 70 Baik
JUMLAH 550 2750
RATA-RATA 14,10 70,51 Baik

Berdasarkan tabel 10 tersebut, diperoleh nilai siswa kelas X.B SMA

Negeri 16 OKU dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran Talking Stick. Nilai tes objektif tersebut dianalisis satu per satu

sebagai berikut.

1) AZ

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, AZ mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 12 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 12/20 x

100 = 60.
49

Hal tersebut berarti AZ tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

cukup dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

2) ADH

ADH mampu menjawab benar soal sebanyak 12 soal dari 20 soal yang

diberikan. Nilai yang diperoleh ADH adalah 12/20 x 100 = 60.

Jadi ADH tergolong siswa yang mendapat kategori penilaian cukup dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick.

3) AI

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal objektif. Dari 20 soal yang diberikan, jawaban yang benar

sebanyak 17 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah jumlah jawaban benar dibagi

jumlah keseluruhan soal dikali seratus atau 17/20 x 100 = 85.

AI termasuk kedalam siswa yang mendapat kategori penilaian baik sekali

dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

4) AW

Dari 20 soal pilihan ganda yang diberikan, AW mampu menjawab benar

soal tersebut sebanyak 18 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 18/20 x 100 =

90.
50

AW tergolong siswa yang mendapat kategori penilaian baik sekali dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick.

5) CW

CW termasuk siswa yang memperoleh kategori penilaian baik dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

karena CW mampu menjawab benar Soal yang diberikan sebanyak sebanyak 14

soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 14/20 x 100 = 70.

6) DO

Dari 20 Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

, DO mampu menjawab benar soal sebanyak 14 soal. Nilai yang diperoleh adalah

14/20 x 100 = 70.

Hal tersebut berarti DO tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

7) ES

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. ES mampu menjawab benar soal tersebut sebanyak

15 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 15/20 x 100 = 75.

Hal tersebut berarti ES tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.
51

8) EL
Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami unsur-unsur

intrinsik cerpen melalui model pembelajaran Talking Stick diberikan soal 20

berupa pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, EL mampu menjawab benar

soal tersebut sebanyak 16 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 16/20 x 100 =

80.

Hal tersebut berarti EL tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik sekali dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

9) EE

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, EE mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 15 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 15/20 x

100 = 75.

Hal tersebut berarti EE tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

10) IPE

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, IPE mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 17 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 17/20 x

100 = 85.
52

Hal tersebut berarti IPE tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik sekali dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

11) KWS

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, KWS mampu

menjawab benar soal tersebut sebanyak 8 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah

8/20 x 100 = 40.

Hal tersebut berarti KWS tergolong siswa yang termasuk kategori

penilaian sangat kurang dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui

model pembelajaran talking stick.

12) KW

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, KW mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 14 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 14/20 x

100 = 70.

Hal tersebut berarti KW tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.
53

13) LS
Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, LS mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 15 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 15/20 x

100 = 75.

Hal tersebut berarti LS tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

14) Ma

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, Ma mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 16 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 16/20 x

100 = 80.

Hal tersebut berarti Ma tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik sekali dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

15) MR

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, MR mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 15 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 15/20 x

100 = 75.
54

Hal tersebut berarti MR tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

16) Mu

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, Mu mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 11 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 11/20 x

100 = 55.

Hal tersebut berarti Mu tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

kurang dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

17) MY

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, MY mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 16 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 16/20 x

100 = 80.

Hal tersebut berarti MY tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik sekali dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.


55

18) NMS

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, NMS mampu

menjawab benar soal tersebut sebanyak 15 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah

15/20 x 100 = 75.

Hal tersebut berarti NMS tergolong siswa yang termasuk kategori

penilaian baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

19) PN

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, PN mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 18 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 18/20 x

100 = 90.

Hal tersebut berarti PN tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik sekali dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

20) RS

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, RS mampu menjawab
56

benar soal tersebut sebanyak 16 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 16/20 x

100 = 80.

Hal tersebut berarti RS tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik sekali dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

21) RH

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, RH mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 13 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 13/20 x

100 = 65.

Hal tersebut berarti RH tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

cukup dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

22) RPU

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, RPU mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 16 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 16/20 x

100 = 80.

Hal tersebut berarti RPU tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik sekali dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.


57

23) RL

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran Talking

Stick adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, RL mampu

menjawab benar soal tersebut sebanyak 11 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah

11/20 x 100 = 55.

Hal tersebut berarti RL tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

kurang dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

24) RA

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran Talking

Stick adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, RA mampu

menjawab benar soal tersebut sebanyak 14 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah

14/20 x 100 = 70.

Hal tersebut berarti RA tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

25) SI

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, SI mampu menjawab
58

benar soal tersebut sebanyak 17 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 17/20 x

100 = 85.

Hal tersebut berarti SI tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik sekali dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

26) Si

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, Si mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 15 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 15/20 x

100 = 75.

Hal tersebut berarti Si tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

27) SW

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, SW mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 16 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 16/20 x

100 = 80.

Hal tersebut berarti SW tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik sekali dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick..


59

28) VAI

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, VAI mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 15 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 15/20 x

100 = 75.

Hal tersebut berarti VAI tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

29) Wi

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick.

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, Wi mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 14 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 14/20 x

100 = 70.

Hal tersebut berarti Wi tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

30) WS

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, WS mampu menjawab
60

benar soal tersebut sebanyak 15 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 15/20 x

100 = 75.

Hal tersebut berarti WS tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

31) YS

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, YS mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 11 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 11/20 x

100 = 55.

Hal tersebut berarti YS tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

kurang dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

32) YD
Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, YD mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 14 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 14/20 x

100 = 70.

Hal tersebut berarti YD tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

33) ZZ
61

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, ZZ mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 7 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 7/20 x 100

= 35.

Hal tersebut berarti ZZ tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

sangat kurang dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick.

34) ZN

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, ZN mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 14 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 14/20 x

100 = 70.

Hal tersebut berarti ZN tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

35) Zu

Soal yang diberikan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam

memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick

adalah 20 soal pilihan ganda. Dari 20 soal yang diberikan, Zu mampu menjawab

benar soal tersebut sebanyak 14 soal. Jadi, nilai yang diperoleh adalah 14/20 x

100 = 70.
62

Hal tersebut berarti Zu tergolong siswa yang termasuk kategori penilaian

baik dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick.

b. Analisis Kategori Penilaian Kemampuan Siswa

Berdasarkan analisis data yang dilakukan terhadap hasil pekerjaan siswa

kelas X.B SMA Negeri 16 OKU dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen

melalui model pembelajaran talking stick., nilai siswa kemudian dikelompokkan

berdasarkan predikat penilaian sebagai berikut.

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Siswa

No Nilai Predikat Frekuensi Persentase


1. 80-100 Baik Sekali 11 31.42
2. 66-79 Baik 16 45.71
3. 56-65 Cukup 3 8.58
4. 46-55 Kurang 3 8.58
5. 00-45 Sangat Kurang 2 5.71
Jumlah 35 100%

Dari tabel 11 di atas, terlihat siswa kelas X.B SMA Negeri 16 OKU yang

mampu memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick. yang mendapat nilai antara 80-100 atau mendapat predikat penilaian

sangat baik terdapat 11 orang atau 31.42 %. Siswa yang mendapat nilai antara 66-

79 atau mendapat predikat penilaian baik terdapat 16 orang atau 45.71%. Siswa

yang mendapat nilai antara 56-65 atau mendapat predikat penilaian cukup terdapat
63

3 orang atau 8.58%. Siswa yang mendapat nilai antara 46-55 atau mendapat

predikat penilaian kurang terdapat 3 orang atau 8.58 %. Siswa yang mendapat

nilai antara 00-45 atau mendapat predikat penilaian sangat kurang terdapat 2

orang atau 5.71 %.

B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai kemampuan siswa kelas X.B SMA

Negeri 16 OKU dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick sudah tergolong baik. Berdasarkan predikat penilaian

kemampuan siswa memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick, untuk predikat penilaian sangat baik sebanyak 11

orang atau 31,42 % dan yang mendapat predikat penilaian baik sebanyak 16 orang

atau 45,71 %. Berdasarkan data tersebut, siswa yang mendapat nilai ≥ 66

sebanyak 27 orang atau 77,13 % (27/35 x 100 %) atau lebih dari 60 % sebagai

batas lulusan.

Berdasarkan pembahasan tersebut maka kriteria penilaian kemampuan

siswa dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick terbukti kebenarannya sebab secara klasikal siswa yang mendapat

nilai ≥ 66 mencapai 77,13 %. Hal itu berarti siswa kelas X.B SMA Negeri 16

OKU mampu memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick dengan baik. Kedelapan siswa yang mendapat nilai di

bawah standar tersebut disebabkan mereka tidak menguasai materi unsur-unsur

intrinsik. Selain hal itu, keenam siswa itu memang memiliki tingkat kecerdasan di
64

bawah temannya yang lain. Hal tersebut terlihat dari nilai mereka pada ulangan

harian pada materi pelajaran sebelumnya.

Berdasarkan realitas pengajaran unsur-unsur intrinsik di sekolah, guru

masih sering menjejali siswa dengan teori-teori yang berkaitan dengan materi

unsur-unsur intrinsik. Sebaiknya guru lebih banyak memberikan praktik kepada

siswa untuk menganalisis unsur-unsur intrinsik atau menulis unsur-unsur intrinsik.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan

bahwa secara klasikal, rata-rata persentase kemampuan siswa kelas X.B SMA

Negeri 16 OKU dalam memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model

pembelajaran talking stick mendapat nilai di atas 66 sebanyak 27 orang atau 77,13

%. Sementara itu, siswa yang mendapat kategori penilaian sangat baik sebanyak

11 orang atau 31,42 %, baik sebanyak 16 orang atau 45,71 %, cukup sebanyak 3

orang atau 8,57 %, kurang sebanyak 3 orang atau 8,57 %,dan sangat kurang

sebanyak 2 orang atau 5,71 %.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas X.B SMA Negeri 16 OKU

mampu memahami unsur-unsur intrinsik cerpen melalui model pembelajaran

talking stick dengan baik.

B. Saran
65

Berdasarkan simpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Guru, dapat melaksanakan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia,

khususnya pembelajaran materi unsur – unsur intrinsik cerpen dengan

menerapkan berbagai metode agar pemahaman siswa terhadap unsur-unsur

intrinsik cerpen semakin meningkat.

2. Siswa, dapat meningkatkan kemampuan dalam memahami unsur-unsur

intrinsik cerpen melalui model pembelajaran talking stick dengan sebanyak

mungkin menyerap informasi yang berkaitan dengan itu dari berbagai sumber.
66
3. Pembaca, dapat memanfaatkan hasil penelitian ini dalam kegiatan berbahasa,

terutama mengenai unsur-unsur intrinsik.

4. Peneliti lain, untuk melakukan penelitian serupa dengan objek yang lain, yaitu

di sekolah dan kelas yang lain.


66

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan, dkk. 2001. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.

Aqib, Zainal. 2013. Model-Model, Media dan Strataegi Pembelajaran


Kontekstual (Inovatif). Bandung: Yrama Widya.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Renika Cipta.

Aminudin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Algensindo.

Atmaja, Jati. F. 2010. Buku Lengkap Bahasa Indonesia dan Peribahasa.


Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Depdiknas. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta. Depdiknas.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis


Kompetensi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rusman. 2011. Seri Manajemen Sekolah Bermutu Model-Model Pembelajaran


Mengembangkan Profesionalisme Guru Edisi Kedua. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada.

Ramadhan. 2010. Jurnal Model Pembelajaran Talking Stick.


www.model_pembelajaran_kooperatif.com diakses pukul 20.00 Wib pada
hari Jum’at tanggal 22 Februari 2013.
67

Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja


Grafindo Persada.

Sugiyanto. 2010. Jurnal Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.


www.model-pembelajaran-kontekstual (inovative).com diakses pukul 20.00
Wib pada hari Jum’at tanggal 22 Februari 2013.

Sumarjo dan Saini. 1997. Jurnal Unsur-Unsur Interinsik Cerita Pendek (Cerpen).
www.journal-cerita-pendek-cerpen.com diakses pukul 20.30 Wib pada hari
Jum’at tanggal 22 Februari 2013.
Tarigan, Henry Guntur. 2011. Prinsip Prinsip Dasar Sastra.Bandung: Angkasa.

Zaenal, Arifin. 2010. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi,


Akademika Pressindo.

Anda mungkin juga menyukai