Rasa
Selama conching, komponen volatil khususnya asam-asam volatil terlepas dari
cokelat. Hilangnya sebagian dari komponen-komponen tersebut merupakan hal
yang dikehendaki. Selain itu, pada suhu relatif tinggi (di atas 70°C) terjadi sangat
banyak reaksi kimia, kesemuanya menyebabkan perubahan-perubahan pada pola
rasa. Sebagai contoh, rasa karamel dalam cokelat susu dapat dibuat menjadi lebih
kuat atau lebih ringan, rasa ‘bulat’ dapat diperoleh dengan ‘pembulatan’ partikel-
partikel gula dan menahan partikel padat dalam lemak. Proses-proses tersebut
secara tradisional dilakukan pada suhu 80-85°C serta memakan waktu pengolahan
yang panjang. Upaya untuk merubah pendekatan ini akan memperlihatkan bahwa
pengembangan rasa cokelat merupakan hal yang sebagian besar tidak diketahui.
Serta, waktu pengolahan yang lebih pendek tidak secara otomatis menghasilkan
hasil akhir yang sama. Contohnya, kelembaban/air dapat berperan dalam
pengembangan rasa dan pelepasan air yang terlalu cepat dapat menghambat
proses pengembangan ini.
Homogenitas
Selama roll refining, pasta ditarik melalui celah yang sangat sempit untuk
menghaluskannya menjadi ukuran partikel yang diinginkan. Selain itu proses ini juga
sedikit banyak meratakan banyak partikel, yang menyebabkan terbentuknya
aglomerat besar. Daya geser yang cukup besar selama conching menyebabkan
aglomerat terpecah dan menyebar selama fasa kontinyu lemak, tanpa terjadi
pengurangan partikel. Hal ini meningkatkan homogenitas produk, juga dalam hal
sifatnya ketika dikonsumsi.
Sifat reologi
Pada proses roll refining, pasta dihaluskan dengan gerakan menguleni namun tidak
sampai ke tahap area permukaan partikel (yang telah diperbesar) tertutup oleh
lapisan lemak; dan lapisan inilah yang penting untuk memberi ciri reologi yang baik
pada cokelat, tetapi dengan menggunakan lemak dalam jumlah serendah mungkin.
Aspek lain yag sangat penting dari conching adalah pelepasan/pembebasan air,
karena kehadiran air akan mempengaruhi viskositas dan nilai yield cokelat; namun,
sering tidak dapat dihindari bahwa kadar air relatif besar yang ada pada bahan
mentah menambah kadar air pasta pada saat memasuki roll refiner.
Langkah penting pertama untuk mempercepat proses conching adalah membuatnya
menjadi proses ‘kering’. Conche khusus telah rancang untuk ini: bubuk dengan
kadar lemak sekitar 25% diputar secara teratur, dengan ruang berventilasi di
atasnya. Produk secara bertahap dipanaskan oleh gaya gesekan, yang
menyebabkan air dan asam-asam volatil terlepas keluar. Kemudian ditambahkan
lemak kakao dengan jumlah yang cukup kecil untuk membuat pasta yang tebal.
Energi tambahan juga dibawa ke dalam produk oleh stirring gear, dan semakin tinggi
kecepatan rotasinya maka semakin banyak energi yang ditambahkan.
Gerakan mengaduk penting untuk memecah aglomerat serta berkontribusi bagi
pelumasan permukaan partikel padat. Ciri reologi akhir pada cokelat ditentukan
selama fasa ‘plastisitas’ ini.
Gambar 5.12: Frisse conche dengan heavy duty kneader
Langkah terakhir dalam pengolahan cokelat adalah penambahan lemak kakao yang
tersisa dan lesitin agar cokelat menjadi sepenuhnya cair. Fasa ini disebut
penghalusan basah (wet-conching). Pada arah yang berlawanan dengan rotasi
pengaduk, cokelat dihempaskan ke dinding dengan kecepatan sangat tinggi, seperti
pada Längsreiber tradisional. Sebelum pengolahan lebih lanjut, cokelat diperiksa
untuk rasa dan sifat reologinya.
Gambar 5.13: Thouet Conche
Gambar 5.14: Carle-Montanari Homega conche
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, ciri akhir cokelat sangat ditentukan oleh
metode conching yang diterapkan. Para produsen cokelat sangat tertutup dalam
metode yang mereka gunakan, juga tentang bahan-bahan yang mereka sertakan di
dalam resep, dan kualitas serta metode pengolahan yang dipilih dalam campuran
kakao massa.
Conching dalam penghalus sentrifugal
Penghalus sentrifugal seperti penghalus conche McIntyre yang dijelaskan
sebelumnya, memiliki sebuah ventilasi yang dipasang pada bagian atas mesin dan
dinyalakan ketika tidak ada lagi bubuk kering yang tersisa. Ventilasi ini memastikan
peredaran uap segar ke seluruh cokelat sehingga dapat melakukan pembuangan
kandungan air dan asam pada produk tetapi pada tingkat yang lebih rendah
dari conche lainnya.
Pengembangan rasa dalam ball mill
Conching juga dapat dilakukan dengan ball mill. Oleh karena sistem ini tidak sesuai
untuk penukaran kelembaban maka tangki menengah seringkali dilengkapi dengan
sebuah ventilator. Terkadang, misalnya dalam sistem seperti Wiener, sebuah cakram
berputar di atas permukaan cairan memproduksi lapisan tipis material, perputaran
cakram tersebut bersama dengan ventilasi akan membantu kelembaban dan
pembuangan asam dari cokelat. Ball mill hanya menawarkan peluang terbatas untuk
mempengaruhi pengembangan rasa.
Kebutuhan conching dapat dikurangi dengan menggunakan kakao massa yang telah
dilucuti, yaitu kakao massa yang telah dibuang asam dan kelembabannya melalui
penguapan di dalam vakum.
Dalam proses conching, beberapa sumber menulis pembentukan flavor akibat dari
reaksi Maillard. Hal tersebut tidak benar karena reaksi Maillard hanya akan terjadi
pada suhu yang relatif lebih tinggi dari pada suhu dalam conche. Suhu dalam reaksi
Maillard berkisar antara 90-110C sehingga tidak mungkin terjadi dalam pembuatan
cokelat dalam Conche. Perubahan flavor dari cokelat selama proses conching tidak
lain disebabkan adanya reaksi antara aroma dari biji kakao dengan partikel gula dan
susu. Adanya gesekan selama proses conching akan menimbulkan panas yang
cukup tinggi sehingga asam-asam amino dan peptida-peptida dalam biji kakao akan
bereaksi dengan gula dan laktosa dalam susu dan menjadi kumpulan bermacam-
macam flavor yang dikenal sebagai aroma cokelat.
Setiap jenis mesin conche yang berbeda akan menghasilkan rasa dan aroma
cokelat yang berbeda pula meskipun resep cokelatnya sama. Hal ini menyebabkan
pabrik cokelat yang besar akan memakai satu jenis conche untuk suatu resep
tertentu dan untuk resep yang lainnya akan memakai jenis conche yang berbeda.
Daftar Pustaka
Awua, P. (2002). Cocoa Processing and Chocolae Manufacture in Ghana: The
Sucsess Story that Demolished a myth. UK: Saffron Walden.
Afoakwa, E. (2010). Chocolate Science and Technology. UK: Wiley Blackwell Oxford.
Beckett, S. (2009). Industrial Chocolate Manufacture and Use 4th Edition. UK:
Blackwell Publishing Oxford.
Minifie, B. (1989). Chocolate, Cocoa and Confectionary-Science and
Technology. London: Chapman dan Hall.
Whitefield, R. (2005). Making Chocolate in the Factory. London: Kennedy’s
Publications.