OLEH:
NI PUTU JASMITA KARISMAYANI
2102621058
1. Pengertian
Gastritis atau dikenal dengan penyakit radang lambung (maag) merupakan
peradangan atau perdarahan pada mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor
iritasi, infeksi, dan ketidakteraturan dalam pola makan (Huzaifah, 2017). Gastritis
didefinisikan sebagai peraddangan yang mengenai mukosa lambung yang dapat
mengakibatkan pembengkakan mukosa hingga terlepasnya epitel mukosa supersial
dan menyebabkan inflamasi (Sukarmin dalam Megawati & Nosi, 2014). Gastritis
merupakan inflamasi yang mengenai daerah dinding lambung terutama mukosa gaster
yang dapat bersifat akut dan kronik (Ndruru et al., 2019). Gastritis akut merupakan
kelainan klinis akut yang jelas penyebabnya dengan tanda gejala yang khas.
Sedangkan gastritis kronis merupakan gastritis dengan penyebab yang tidak jelas,
multifaktor dengan perjalanan klinik yang bervariasi (Rahmi dalam Megawati &
Nosi, 2014).
2. Klasifikasi
Berdasarkan sifat penyakitnya, gastritis dibedakan menjadi dua (Diyono & Mulyanti,
2016) yaitu
a. Gastritis Akut, inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar merupakan
penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk gastritis akut yang
manifestasi klinisnya adalah: - Gastritis akut erosif, apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam dari pada mukosa muscolaris (otot-otot pelapis lambung). - Gastritis
akut hemoragic, dijumpai perdarahan mukosa lambung dalan berbagai derajat dan
terjadi erosi 15 yang berarti hilangnya kontunuitas mukosa lambung pada beberapa
tempat, menyertai inflamasi pada mukosa lambung tersebut
b. Gastritis Kronis, peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun.
Gastritis kronik diklasifikasikan dengan tiga perbedaan sebagai berikut
- Gastritis superfisial, dengan manifestasi kemerahan ; edema , serta perdarahan dan
erosi mukosa.
- Gastritis atrofik, dimana peradangan terjadi di seluruh lapisan mukosa pada
perkembanganya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung, serta anemia
pernisiosa. Hal ini merupakan karakteristik dari penurunan jumlah sel parietal dan sel
chief.
- Gastritis hipertrofik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada mukosa
lambung yang bersifat iregular, tipis, dan hemoragik.
3. Etiologi
Inflamasi pada lambung penderita gastritis disebabkan oleh bakteri helicobacter plyori
yang masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan (Megawati & Nosi, 2014).
Menurut Fatmaningrum dalam (Rizky et al., 2019), penyebab gastritis dapat
dibedakan menjadi faktor internal atau kondisi yang memicu pengeluaran asam
lambung berlebih dan faktor eksternal atau kondisi yang menyebabkan infeksi dan
iritasi. Selain karena infeksi bakteri, gastritis dapat disebabkan oleh beberapa hal
seperti waktu makan yang tidak teratur, kebiasaan konsumsi makanan yang terlalu
berbumbu, minuman iritatif, konsumsi alkohol atau kopi, stres emosional ataupun
penggunaan obat-obatan tertentu seperti NSAID atau aspirin (Uwa et al., 2019).
4. Faktor Risiko
Penyakit gastritis dapat menyerang semua tingkat usia maupun jenis kelamin.
Menurut Rahma (dalam Nirmalarumsari & Tandipasang, 2020) terdapat beberapa
faktor risiko individu mengalami gastritis:
a. Usia, seseorang dalam usia produktif memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami
gastritis karena tingkat kesibukan dan gaya hidup yang kurang memperhatikan
kesehatan
b. Stres, individu dengan tingkat stres yang tinggi rentan mengalami gastritis karena
peningkatan produksi asam lambung yang menyebabkan ketidaknyamaman lambung
c. Pola makan, mencakup jenis makanan, frekuensi makan, kebiasaan konsumsi kopi
atau alkohol. Individu yang sering mengonsumsi makanan terlalu berbumbu (pedas,
asam) atau berminyak, pengaturan jam makan yang tidak teratur (sering terlambat
makan), sering mengonsumsi kopi atau alkohol cenderung berisiko tinggi mengalami
gastritis. Hal tersebut akan meningkatkan asam lambung dan memengaruhi
kekambuhan gastritis
d. Penggunaan obat NSAID seperti aspirin, ibuprofen, naproxen dan piroxicam secara
terus menerus ataupun berlebihan dapat menyebabkan peradangan pada lambung
dengan mengurangi prostaglandin yang bertugas melindungi dinding lambung –
gastritis dan peptic ulcer.
5. Tanda dan Gejala
Tanda gejala yang muncul pada individu dengan gastritis akan berbeda sesuai dengan
jenis gastritis yang dialami. Menurut Mulat (2016) terdapat beberapa tanda gejala
gastritis
a. Nyeri epigastrium (ulu hati)
b. Mual dan muntah
c. Kembung
d. Perdarahan saluran cerna – hematemesis dan melena
e. Anemia pasca perdarahan f. Anoreksia atau kehilangan nafsu makan
Menurut Bruner dan Suddarth (2013), tanda gejala gastritis dapat dibedakan
berdasarkan jenisnya
a. Gastritis akut, tanda gejala berlangsung cepat seperti nyeri ulu hati, sakit kepala,
lesu, mual dan muntah, cegukan, anoreksia hingga perdarahan saluran cerna
b. Gastritis kronis, kadang muncul tanpa gejala namun pada beberapa kasus muncul
anoreksia, nyeri ulu hati, nyeri tekan epigastrium, anemia, rasa asam di mulut, mual
dan muntah hingga malabsorbsi vit B12 pada gastritis kronis defisiensi vitamin.
6. Patofisiologi
Pada gastritis akut, ketika terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi
lambung dengan meningkatkan sekresi mukosa berupa HCO3. Di dalam lambung,
HCO3 akan berikatan dengan NaCL dan kemudian menghasilkan HCl dan NaCO3
yang meningkatkan asam lambung. Peningkatan asam lambung ini akan
menyebabkan mual muntah dan gangguan nutrisi serta cairan & elektrolit. Iritasi
mukosa lambung akan menyebabkan inflamasi. Proses inflamasi menyebabkan edema
lambung dan peningkatan permeabilitas mukosa lambung sehingga dapat
meningkatkan diffuse balik (back difusion) asaam hidrklokrik ke dalam mukosa
lambung. Jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung maka akan
terjadi hemostatis dan kemudian sembuh. Namun, jika mukus gagal melindungi
mukosa lambung maka akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi
sampai pada lapisan pembuluh darah maka akan terjaid perdarahan yang
menimbulkan nyeri dan hipovolemik. Pada kejadian gastritis kronik, terjadi iritasi
mukosa lambung yang berulang-ulang dan penyembuhan yang tidak sempurna. Hal
tersebut kemudian mengakibatkan terjadinya atopi kelenjar epitel dan hilangnya sel
pariental dan sel chief sehingga menurunkan produksi HCl, Pepsin dan lainnya serta
penipisan dinding lambung (Diyono & Mulyanti, 2013).
7. Pemeriksaan fisik dan diagnostik
Pada pemeriksaan fisik pasien dengan gastritis, biasanya akan ditemukan beberapa hal
seperti konjungtiva anemis, peningkatan bising usus dan nyeri tekan pada epigastrium
(Ndruru et al., 2019). Menurut Mohammed (2015) terdapat beberapa pemeriksaan
diagnostik atau penunjang untuk menentukan diagnosa pasien
a. Pemeriksaan darah, dilakukan untuk memeriksa adanya antibodi H. Pylori dalam
darah. Hasil tes positif menunjukkan bahwa pasien memiliki riwayat kontak dengan
bakteri, namun tidak bisa digunakan untu memastikan apakah pasien terkena infeksi.
Pemeriksaan darah dapat dilakukan untuk memeriksa anemia akibat perdarahan
lambung.
b. Pemeriksaan urea breath test dan sampel feses, dilakukan untuk mengetahui infeksi
bakteri H. Pylori. Hasil positif mengindikasikan terjadinya infeksi dan perdarahan
pada lambung jika ditemukan darah
c. Endoskopi pada saluran cerna bagian atas, pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat
adanya ketidaknormalan pada saluran cerna dengan memasukkan selang kecil melalui
mulut hingga esophagus, lambung dan bagian usus kecil. Pada pemeriksaan ini, jika
ditemukan jaringan yang mencurigakan pada salurna cerna akan langsung dilakukan
pengambilan sampel (biopsi)
d. Rontgen, dilakukan untuk melihat tanda-tanda gastritis atau gangguan pencernaan
lainnya. Pada awal pemeriksaan, klien akan diminta menelan cairan barium untuk
melapisi saluran cerna dan memperjelas hasil rontgen.
8. Penatalaksanaan
Pengobatan dan penatalaksanaan pada pasien gastritis dapat dibedakan menjadi
pengobatan, penatalaksanaan medis dan penatalaksanaan keperawatan.
a. Pengobatan pada pasien gastritis dilakukan dengan pemberian terapi per oral, antara lain
1) H2 blocker (Ranitidin, Famotidin, atau Simetidin) untuk menangani kelebihan asam di
lambung, menghambat pembentukan asam lambung dan menurunkan iritasi lambung
2) PPI atau proton pump inhibitor (Omeprazol atau Lansoprazol) digunakan untuk
mencegah dan mengobati luka pada lambung yang terjadi pada pengguna NSAID
3) Antasida digunakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala
mereda
b. Penatalaksanaan medis pada gastritis dapat dilakukan dengan beberapa tindakan, antara
lain (Bruner & Suddarth, 2013)
1) menginstrusikan pasien untuk menghindari konsumsi alkohol dan makanan yang dapat
memicu peningkatan asam lambung hingga gejala mereda.
2) Jika terjadi perdarahan terus menerus, dilakukan penatalaksanaan untuk hemoragi GI
saluran atas
3) Memberikan terapi suportif – intubasi nasogastrik, agens analgesik dan sedatif, antasida
dan cairan IV
4) Endoskopi fiberoptik
5) Pembedahan darurat untuk mengangkat jaringan yang mengalami perforasi 6) Reseksi
lambung untuk mengatasi obstruksi pilorik
c. Penatalaksanaan secara keperawatan dapat dilakukan dengan tirah baring, edukasi pasien
untuk mengelola stres dengan baik serta mengatur diet dengan pasien (Dermawan &
Rahayuningsih, 2010)
9. WOC
KONSEP KEPERAWATAN GERONTIK
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas klien meliputi: Nama, no. rekam medis, tempat/tanggal lahir, umur, jenis
kelamin, pendidikan terakhir, pekerjaan, alamat, tanggal masuk RS/panti werdha,
dan diagnosa medis.
Identitas penanggungjawab: nama, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir,
pekerjaan, alamat.
Identitas care giver (jika ada): nama, jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir,
pekerjaan, alamat.
b. Keluhan Utama
Mengidentifikasi gejala yang muncul saat pengkajian. Pada klien dengan stroke
umumnya mengeluhkan kelemahan atau sulit untuk menggerakan ekstremitas,
nyeri kepala, ataupun mual muntah
c. Genogram
Mengidentifikasi susunan atau silsilah keluarga dalam tiga generasi untuk
mengetahui adanya kemungkinan munculnya masalah kesehatan secara genetik
d. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Mengidentifikasi perjalanan penyakit yang dialami pasien saat ini, berapa lama
onset penyakit sudah dialami, gejala yang dialami selama menderita penyakit saat
ini dan perawatan yang sudah dijalani untuk mengobati penyakit saat ini.
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
Mengidentifikasi status kesehatan anggota keluarga yang lain, apakah ada keluarga
yang mengalami sakit serupa atau penyakit lainnya seperti hipertensi, diabetes
melitus ataupun stroke
f. Riwayat Lingkungan Hidup
Mengidentifikasi pengaruh lingkungan terhadap kesehatan pasien, faktor
lingkungan yang ada keterkaitanya dengan sakit yang dialami pasien saat ini dan
kemungkinan masalah yang dapat terjadi akibat pengaruh lingkungan. Data
pengkajian dapat meliputi kebersihan dan kerapian ruangan, penerangan, sirkulasi
udara, kondisi kamar mandi, pembuangan air kotor, sumber air minum,
pembuangan sampah, sumber pencemaran, penataan halaman, dan resiko jatuh.
g. Riwayat Kesehatan Dahulu
Mengidentifikasi perjalanan penyakit yang sebelumnya pernah dialami oleh pasien.
Data yang dapat dikaji berupa penyakit yang pernah diderita seperti hipertensi,
stroke sebelumnya, penyakit jantung, riwayat diabetes melitus ataupun riwayat
trauma kepala, riwayat alergi, riwayat kecelakaan, riwayat dirawat di RS, riwayat
pemakaian obat. Apakah klien memiliki kebiasaan yang buruk misalnya merokok,
minum kopi, alkohol, atau sering makan daging.
h. Riwayat Rekreasi
Mengidentifikasi kegiatan yang sering dilakukan klien untuk menghilangkan
kejenuhan.
i. Sumber/Sistem Pendukung yang Digunakan
Mengidentifikasi sistem penunjang pada kien, misalkan asuransi kesehatan yang
dimiliki.
j. Deskripsi Hari Khusus
Mengidentifikasi hari tertentu yang memiliki makna lebih bagi lansia, misalnya
hari khusus untuk puasa atau meditasi
k. Tinjauan Sistem
1) Keadaan umum
Mengidentifikasi kondisi seperti tingkat ketegangan/kelelahan, tingkat
kesadaran secara kualitatif ataupun dengan GCS, pemeriksaan tanda-tanda
vital (tekanan darah, suhu, nadi dan pernapasan), mengukur tinggi badan dan
berat badan, serta postur tulang belakang lansia (tegap, membungkuk, kifosis,
skoliosis dan lordosis)
2) Kepala
Mengidentifikasi kesimetrisan bentuk kepala, kebersihan dan kerontokan
rambut, serta keluhan seperti sakit kepala, nyeri dan sebagainya
3) Mata
Mengidentifikasi adanya kelainan atau penurunan fungsi penglihatan.
Identifikasi kemungkinan adanya konjungtiva anemis, sklera ikhterik,
strabismus, pengelihatan kabur, peradangan, katarak, penggunaan kacamata,
serta keluhan yang dirasakan
4) Telinga
Mengidentifikasi kelainan atau penurunan fungsi pendengaran, kebersihan
telinga atau keluhan lainnya
5) Hidung dan Sinus
Mengidentifikasi fungsi penciuman pasien, kesimetrisan hidung, adanya lesi,
luka tekan, fraktur pada hidung serta keluhan lainnya
6) Mulut dan Tenggorokan
Mengidentifikasi kondisi mukosa mulut, gigi berlubang atau hilang (ompong),
penggunaan gigi palsu, kotoran gigi dan mulut, adanya luka pada mulut,
pembengkakan, kesulitan menelan makanan atau minuman, dan radang
tenggorokan.
7) Leher
Mengidentifikasi kondisi leher, ada tidaknya pembesaran kelenjar tiroid,
distensi vena jugularis, nyeri pada tengkuk dan keluhan lainnya.
8) Payudara
Mengidentifikasi kesimetrisan payudara atau dada, adanya benjolan, adanya
lesi dan luka tekan serta cairan yang keluar dari payudara pasien.
9) Jantung dan Paru-paru
Mengidentifikasi kondisi dada secara umum, suara nafas tambahan, suara
jantung tambahan, ictus cordis atau keluhan lainnya.
10) Abdomen
Mengidentifikasi kondisi abdomen (distended/flat/lainnya), nyeri tekan pada
perut pasien, adanya lesi, luka tekan, massa pada abdom dan keluhan nyeri
perut pasien.
11) Muskuloskletal
Mengidentifikasi kondisi otot dan tulang klien meliputi skala kekuatan otot,
rentang gerak, deformitas, edema, penggunaan alat bantu, nyeri persendian,
dan paralisis
12) Sistem Saraf
Mengidentifikasi kelainan pada sistem saraf seperti gerakan yang tidak stabil,
tremor, pemeriksaan patella dan refleks.
13) Integumen
Mengidentifikasi kondisi kulit, rambut, dan kuku. Data yang dapat dikaji
meliputi keluhan (misalnya gatal / benjolan kulit). Lakukan inspeksi terhadap
kebersihan, warna kulit (pucat/tidak), kelembaban kulit, jaringan parut, lesi,
kondisi vaskularisasi superficial. Palpasi suhu kulit, tekstur (halus/kasar)
mobilitas/turgor. Inspeksi dan palpasi warna kuku, bentuk, rambut (jumlah,
distribusi, dan tekstur), warna pucat pada kulit.
14) Reproduksi
Mengidentifikasi organ reproduksi pasien, seperti adanya cairan berbau busuk
yang keluar dari organ reproduksi, adanya lesi, adanya keluhan nyeri, ada
tidaknya hemoroid ataupun hernia.
l. Pemenuhan Kebutuhan Dasar
1) Pernafasan
Mengidentifikasi nilai RR pasien, penggunaan otot bantu nafas, dan nafas
cuping hidung.
2) Nutrisi (Makan dan Minum)
Mengidentifikasi pola makan pasien, meliputi porsi makan, jenis makanan,
berapa kali makan sehari dan berapa banyak makanan dihabiskan, kaji nafsu
makan, kemampuan menelan dan mengunyah. Identifikasi berapa banyak
pasien minum dalam sehari (dalam hitungan gelas) dan jenis minuman yang
dikonsumsi
3) Eliminasi (IWL, BAB dan BAK)
Mengidentifikasi pola BAB, BAK pasien, berapa kali sehari BAB dan BAK,
konsistensi feses, warna feses dan urine, ada darah atau tidak, ada rasa sakit
atau tidak, kaji IWL pasien melalui keringat dan sebagainya.
4) Mobilisasi dan Keseimbangan Tubuh
Mengidentifikasi adanya kesulitan dalam mobilisasi pasien, adanya deformitas
ekstremitas bawah, adanya luka pada kaki dan kaji gaya berjalan pasien.
5) Istirahat dan Tidur
Mengidentifikasi pola istirahat dan tidur pasien, jam tidur dan bangun,
kesulitan memulai tidur, terbangun ketika tidur dan kenyamanan tidur.
6) Berpakaian
Mengidentifikasi cara berpakaian pasien, apakah bisa dilakukan mandiri atau
dibantu. Kaji kebersihan pakaian pasien.
7) Temperatur Tubuh dan Sirkulasi
Mengidentifiaksi suhu tubuh pasien dan capillary refill time
8) Personal Hygiene
Mengidentifikasi kemampuan dan kebiasaan mandi, keramas, keberihan kuku,
gosok gigi pasien.
9) Kebutuhan Rasa Aman dan Nyaman
Mengidentifikasi suhu tubuh dan nyeri yang dirasakan pasien.
10) Berkomunikasi
Mengidentifikasi kemampuan pasien dalam berkomunikasi, kaji pola interaksi
pasien dan komunikasi yang dilakukan.
11) Kebutuhan Spiritual
Mengidentifikasi adanya gangguan pemenuhan kebutuhan spiritual pasien.
12) Kebutuhan Bekerja
Mengidentifiaksi kemampuan pasien dalam bekerja
13) Kebutuhan Bermain dan Rekreasi
Mengidentifkasi pemenuhan kebutuhan pasien untuk menghilangkan lelahnya.
14) Kebutuhan Belajar
Mengidentifikasi kebutuhan belajar pasien, misal pendidikan.
m. Masalah Kesehatan Kronis
Mengidentifikasi keluhan atau gejala yang dirasakan klien dalam 3 bulan terakhir
meliputi keluhan pada fungsi pengelihatan, fungsi pendengaran, fungsi paru, fungsi
jantung, fungsi pencernaan, fungsi pergerakan, fungsi persyarafan, dan fungsi
saluran perkemihan dengan 4 kategori penilaian yaitu selalu (3), sering (2), jarang
(1), dan tidak pernah (0)
n. Pengkajian Psikososial dan Spiritual
Mengidentifikasi kondisi psikososial, emosional dan spiritual lansia meliputi
kemampuan sosialisasi, harapan terhadap sosialisasi, kesulitan tidur, merasa gelisah
dan khawatir, kegiataan keagamaan, keyakinan tentang kematian dan sebagainya
o. Pengakjian Fungsional Klien
Mengidentifikasi status fungsional klien atau kemandirian klien dalam pemenuhan
kebutuhan harian menggunakan index katz dalam 7 kategori – mandiri sampai
dengan ketergantungan penuh
p. Pengkajian Status Mental Gerontik
Mengidentifikasi tingkat intelektual dengan short portable mental status questioner
(SPSMQ) dan aspek kognitif dan fungsi mental dengan menggunakan Mini Mental
Status Exam (MMSE)
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera ditandai dengan laporan mengenai
intensitas nyeri dengan skala nyeri, ekspresi wajah meringis
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebuthan tubuh b.d asupan nutrisi tidak
adekuat
c. Ketidakefektifan manajemen kesehatan b.d kurang pengetahuan tentang program
terapeutik d.d kegagalan melakukan tindakan untuk menurangi faktor resiko
3. Perencanaan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Nyeri akut berhubungan Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3x24 jam NIC Label : Manajemen nyeri
NOC Label : Kontrol nyeri
dengan agens cedera a. Observasi petunjuk nonverbal
a. Mampu menyebutkan faktor yang menambah dan mengurangi
ditandai dengan laporan ketidaknyamanan terhadap nyeri b. Gali
rasa nyeri
bersama pasien mengenai faktor yang
mengenai intensitas nyeri b. Pasien menerima terapi pengurangan nyeri analgesik sesuai memberat dan meringankan
rekomendasi c. Kolaborasi pemberian terapi analgesik
dengan skala nyeri, ekspresi c. Mampu menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa d. Ajarkan pasien teknik pengurangan
analgesik nyeri non farmakologi dengan relaksasi
wajah meringis.
d. Mampu menggunakan tindakan pengurangan nyeri dengan nafas dalam
analgesik secara tepat e. Evaluasi keefektifan terapi yang
e. Melaporkan rasa nyeri yang terkontrol diberikan
NOC Label : Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah , nadi, suhu dan status pernapasan pasien dalam
rentang normal
2. Ketidakseimbangan nutrisi Setelah diberikan Intervensi keperawatan selama 1 x 7 jam, maka NIC Label: Manajemen Mual
diharapkan mual pasien berkurang dengan kriteria hasil : 1. Lakukan penilaian lengkap terhadap
kurang dari kebuthan tubuh
NOC Label : Mual & Muntah Efek yang Mengganggu mual, termasuk frekuensi, durasi, tingkat
b.d asupan nutrisi tidak 1. Pasien tidak mengalami kehilangan nafsu makan keparahan, dan faktor-faktor pencetus
adekuat NOC Label :Keparahan Mual &Muntah 2. Ajarkan teknik non farmakologi untuk
1. Frekuensi mual menjadi ringan mengatasi mual (misalnya dengan
2. Intensitas mual menjadi ringan aromaterapi lemon, atau mengkonsumsi sari
NOC label : Status Nutrisi jahe/apel/biskuit)
1. Asupan makanan adekuat 3. Tingkatkan istirahat dan tidur yang
2. Asupan cairan adekuat cukup untuk memfasilitasi pengurangan
mual
4. Dorong pola makan dengan porsi
sedikit tetapi sering
5. Kolaborasi pemberian obat anti-emetik
3. Ketidakefektifan manajemen Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan NIC Label: Pengajaran : Proses
kesehatan b.d kurang resiko jatuh klien berkurang dengan kriteria hasil: Penyakit
pengetahuan tentang program NOC Label: Perilaku Patuh : Diet yang disarankan 1. Kaji pengetahuan klien terkait dengan
terapeutik d.d kegagalan 1. Menunjukkan dalam menetapkan tujuan diet yang bisa dicapai penyakit Gastritis
melakukan tindakan untuk 2. Memilih makanan dan cairan yang sesuai dengan diet yang 2. Review pengetahuan klien mengenai
menurangi faktor resiko disarankan kondisinya
3. Memilih porsi yang sesuai dengan diet yang ditentukan 3. Eksplorasi tindakan yang telah
4. Mengikuti rekomendasi jumlah makan per hari terhadap jenis dilakukan klien terkait manajemen
makanan tertentu penyakit Gastritis
4. Jelaskan pentingnya
manajeman/terapi/penanganan Gastritis
yang tepat- terutama gaya hidup dan
pola makan
5. Jelaskan komplikasi yang mungkin
muncul
NIC Label : Modifikasi Perilaku
1. Tentukan motivasi pasien terhadap
perubahan
2. Dukung untuk mengganti kebiasaan
yang tidak diinginkan menjadi kebiasaan
yang diinginkan
3. Pilah perilaku menjadi bagian kecil
untuk diubah (misal : frekuaensi minum
kopi, makan makanan pedas dan
berlemak)
4. Berikan umpan balik positif terhadap
perubahan kecil yang telah dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Abbott, A. L., Silvestrini, M., Topakian, R., Golledge, J., Brunser, A. M., de Borst, G. J., …
Wardlaw, J. M. (2017). Optimizing the definitions of stroke, transient ischemic attack,
and infarction for research and application in clinical practice. Frontiers in Neurology,
8(OCT), 1–14. https://doi.org/10.3389/fneur.2017.00537
Affandi, I. G., & Panggabean, R. (2016). Pengelolaan Tekanan Tinggi Intrakranial pada
Stroke. Cermin Dunia Kedokteran, 43(3), 180–184.
Alharbi, A. S., Alhayan, M. S., Alnami, S. K., Traad, R. S., & Aldawsari, M. A. (2019).
Epidemiology and Risk Factors of Stroke. 10(4), 60–66.
Alrabghi, L., Alnemari, R., Aloteebi, R., Alshammari, H., Ayyad, M., Al Ibrahim, M., …
Aljuwayd, H. (2018). Stroke types and management. International Journal Of
Community Medicine And Public Health, 5(9), 3715. https://doi.org/10.18203/2394-
6040.ijcmph20183439
Boehme, A. K., Esenwa, C., & Elkind, M. S. V. (2017). Stroke Risk Factors, Genetics, and
Prevention. Circulation Research, 120(3), 472–495.
https://doi.org/10.1161/CIRCRESAHA.116.308398
Firmawati, E. (2015). Abstract Post Stroke Nursing Care [Abstrak]. One Day Seminar:
Stroke, 119-120
Kabi, G. Y. C. R., Tumewah, R., & Kembuan, M. A. H. N. (2015). Gambaran Faktor Risiko
Pada Penderita Stroke Iskemik Yang Dirawat Inap Neurologi Rsup Prof. Dr. R. D.
Kandou Manado Periode Juli 2012 - Juni 2013. E-CliniC, 3(1), 1–6.
https://doi.org/10.35790/ecl.3.1.2015.7404
Kumar, S. (2017). Hypertension and Hemorrhagic Stroke. Hypertension Journal, 3(2), 89–
93. https://doi.org/10.5005/jp-journals-10043-0077
Kuriakose, D., & Xiao, Z. (2020). Pathophysiology and treatment of stroke: Present status
and future perspectives. International Journal of Molecular Sciences, 21(20), 1–24.
https://doi.org/10.3390/ijms21207609
Mahendra, B. & Rachmawati, E. (2015). Atasi Stroke dengan Tanaman Obat. Jakarta:
Penebar Swadaya
Maryam, RS., Ekasari, MF., Rosidawati., Jubaedi, A., Batubara, I. (2008). Mengenal Usia
Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika
Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Mondal, P. (2016). Family: The Meaning, Features, Types and Functions. Available on
http://www.yourarticlelibrary.com/family/family-themeaning-features-types-and-
functions-5230-words/8588/
Putri, N. N., Islam, M. S., & Subadi, I. (2018). Comparison of Acute Ischemic Stroke
Functional Outcome in Smokers and Nonsmokers Measured By Canadian Neurological
Scale (Cns) and Nihss. MNJ (Malang Neurology Journal), 4(2), 65–71.
https://doi.org/10.21776/ub.mnj.2018.004.02.4
Sari, W., Indrawati, L. & Dewi, C., S. (2016). Stroke: Cegah dan Obati Sendiri. Jakarta:
Penebar Plus
Scottich Intercollegiate Guidelines Network. (2008). Management of Patients with Stroke or
TIA: Assesment, Investigation, Immediate Management and Secondary Prevention A
National Clinical Guideline. http://www.sign.ac.uk
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (8th ed.). Jakarta : EGC
Suwaryo, P. A. W., Widodo, W. T., & Setianingsih, E. (2019). Faktor Risiko yang
Mempengaruhi Kejadian Stroke. Jurnal Keperawatan, 11(4), 251–260.
https://doi.org/10.32583/keperawatan.v11i4.530
WHO (World Health Organization). (2016). Health statistics and information systems.
Available on https://www.who.int/healthinfo/survey/ageingdefnolder/en
Faktor yang tidak dapat Faktor yang dapat dirubah:
dirubah: usia, jenis kelamin gaya hidup tidak sehat, DM,
dan riwayat keluarga hipertensi, obesitas, merokok
Penyumbatan pembuluh
darah
Risiko ketidakefektifan
perfusi jaringan otak Nyeri akut
Kurangnya pasokan O2 ke
otak
Syok Metabolisme Produksi asam laktat↑
TIK↑
Iskemik jaringan otak neurologik anaerob↑ terjadi penumpukan
Gangguan area premotor Gangguan area brocha’s Gangguan area Gangguan area visual
motorspeech gustatory
Diplopia Gg. Pengelihatan atau
Kerusakan neuromuskular
pergerakan bola mata
Disatria, afasia, amourasis Disfagia Refleks batuk↓
fulgaks
Hemiplegia Hemiparesis Penumpukan Gangguan persepsi
Risiko ketidakseimbangan sputum sensori pengelihatan
Risiko kerusakan Hambatan Hambatan nutrisi kurang dari
integritas kulit mobilitas fisik komunikasi verbal kebutuhan tubuh
Ketidakefektifan pola
nafas
Resiko Jatuh