TESIS
Tabah Rizki
1906456401
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu
Akuntansi
Tabah Rizki
1906456401
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI….....................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................ivi
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................ivii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................ivii
ABSTRAK.............................................................................................................ix
ABSTRACT............................................................................................................x
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian.....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian..................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian................................................................................9
1.5 Batasan Penelitian...............................................................................10
1.6 Sistematika Penulisan..........................................................................10
Universitas Indonesia
Perusahaan....................................................................................................25
2.11 Pengembangan Hipotesis......................................................................26
2.11.1 Environmental Responsibility dan Nilai Perusahaan............................26
2.11.2 Green Innovation dan Nilai Perusahaan...............................................27
2.11.3Environmental Investment dan Nilai Perusahaan..................................28
2.11.4 Green Innovation,Environmental Responsibility dan Nilai
Perusahaan.......................................................................................................29
2.11.5 Environmental Investment,Environmental Responsibility dan Nilai
Perusahaan.......................................................................................................31
2.12 Kerangka Konseptual..........................................................................32
Universitas Indonesia
4.3.2 Uji Heteroskedastisitas..........................................................................54
4.3.3 Uji Autokorelasi...............................................................................54
4.4 Pengujian Statistik....................................................................................56
4.4.1 Uji F-statistik.........................................................................................56
4.4.2 Uji Adjusted R-Squared.........................................................................56
4.4.3 Uji t-signifikansi....................................................................................57
4.5 Pengujian Hipotesis.............................................................................57
4.5.1 Variabel Kontrol....................................................................................59
4.6 Pembahasan.........................................................................................61
4.6.1 Environmental Responsibility dan Nilai Perusahaan............................61
4.6.2 Green Innovation dan Nilai Perusahaan...............................................62
4.6.3 Environmental Investment dan Nilai Perusahaan..................................63
4.6.4 Green Innovation memoderasi pengaruh Environmental
Responsibility terhadap Nilai Perusahaan........................................................64
4.6.5 Environmental Investment memoderasi pengaruh Environmental
Responsibility terhadap Nilai Perusahaan........................................................66
4.7 Uji Sensitivitas....................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................74
Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Universitas Indonesia
ABSTRACT
Universitas Indonesia
BAB..1
PENDAHULUAN
1.1 Latar.Belakang.Penelitian
Salah satu agenda penting dalam pencapaian tujuan Sustainable Development Goals
(SDGs) 2030 adalah perlindungan lingkungan hidup. SDGs mempunyai tujuan dalam
memberantas kemiskinan, melindungi.planet dan meyakinkan semua orang dapat merasakan
perdamaian dan kemakmuran. Akan tetapi tantangan lingkungan hidup merupakan kendala
utama untuk mencapai SDGs diseluruh dunia. Hal ini dikarenakan aspek lingkungan hidup
adalah hal yang paling langsung dapat ditindak lanjuti dalam konteks bisnis, didorong oleh
permintaan pasar akan produk yang lebih bersih, peningkatan peraturan lingkungan hidup dan
penghematan biaya, serta ekologi industri (Sullivan et al., 2018). Meskipun pencapaian SDGs
lingkungan hidup terletak pada pemerintah nasional, namun tidak dapat berhasil tanpa adanya
upaya bersama dari pihak bisnis dan pemangku kepentingan lainnya (Adams, 2017).
Berdasarkan data dari UNDP (2018a) perusahaan merupakan salah satu pelaku utama yang ikut
berkontribusi dalam upaya pencapaian SDGs melalui kegiatan pemenuhan perlindungan dan
promosi lingkungan hidup yang sesuai dengan tujuan dari beberapa target SDGs. Perusahaan
yang berinisiatif dan peka terhadap kegiatan permasalahan lingkungan hidup dapat
meningkatkan citra perusahaan dan menciptakan nilai terbesar bagi pemegang saham (Zeng et
al., 2020)
Tidak hanya itu,saat ini topik mengenai isu lingkungan hidup menjadi sangat penting
dalam literatur akademis dan dunia bisnis karena dapat mempengaruhi perkembangan ekonomi
dan keberlanjutan perusahaan (Holtbrügge dan Dögl, 2012; Tseng, Chiu, et al., 2013). Bahkan
dalam beberapa tahun terakhir, konsep perlindungan lingkungan hidup dan pembangunan
ekonomi telah menarik perhatian karena adanya beberapa kasus yang terjadi pada kerusakan dan
pencemaran lingkungan hidup secara terus-menerus seperti aktivitas pertambangan yang tidak
direklamasi, pembukaan lahan,membakar lahan, eksploitasi tambang batu bara yang menjadi
sumber masalah bencana ekologis seperti banjir, longsor, gagal panen, serta krisis air bersih (Xu
et al., 2016). Melihat hal tersebut, para stakeholder telah memberikan tekanan berat bagi
perusahaan untuk dapat meminimalkan pengaruh permasalahan lingkungan hidup yang timbul
dari aktivitas operasional yang dijalankan (Yu et al., 2017). Karena berbagai masalah lingkungan
hidup yang telah dilaporkan,maka perusahaan dituntut harus mengambil langkah untuk ikut serta
bertanggungjawab dan peduli pada lingkungan hidup dan konservasi alam. Dalam rangka
11
12
2
Alasan lain mengapa Asia Tenggara menjadi lokasi penelitian adalah fenomena ini
relevan dengan konteks yang akan diteliti. Pertama adalah karena kawasan ASEAN sedang
mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa namun merupakan kawasan yang tertinggal
dalam mencapai tujuan target SDGs disebabkan masih dihadapkan pada berbagai masalah
ketimpangan, perlindungan,pencemaran dan kerusakan ekosistem dan lingkungan hidup
(ASEAN,2019b). Kedua, penelitian ini dimotivasi karena beberapa literatur masih terbatas yang
mempertimbangkan tantangan yang dihadapi oleh perusahaan yang beroperasi dalam tantangan
ekonomi dan lingkungan hidup khusunya negara di ASEAN-5. Ketiga, Sebagian besar kerangka
ER didasarkan dan berakar dari pasar bebas yang diterapkan di negara maju (Alrazi et al., 2015).
Keempat, mayoritas di negara-negara ASEAN-5 masih minim informasi-informasi mengenai
pengungkapan ataupun pertanggungjawaban dan tingkat transparansi perusahaan (Waworuntu et
al,2014) . Maka dari itu, isu dampak negatif dari kegiatan usaha dalam kerusakan lingkungan
hidup menjadi penting untuk diteliti.
Pengungkapan kerangka kerja di ASEAN-5 masih bersifat sukarela maka dibutuhkan
kondisi kerangka kerja yang baik agar memperoleh kinerja yang mirip dengan pasar luas.
Strategi yang dapat dilakukan haruslah dengan cara yang paling proaktif agar dapat mencapai
pembangunan berkelanjutan sehingga membantu implementasi penciptaan nilai perusahaan.
Salah satu indikator yang dapat menentukan kerangka kerja ER yang paling proaktif adalah
penerapan inovasi yang digunakan perusahaan. Berdasarkan atas teori Resource Based View
(RBV), inovasi yang berbasis sumber daya hijau (green innovation) merupakan suatu teknologi,
produk, layanan, proses atau sistem manajemen yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
lingkungan seperti mencegah polusi atau memungkinkan daur ulang limbah dan mencakup
desain produk hijau dan manajemen lingkungan perusahaan (Chouaibi et al., 2021). GI
bermanfaat dalam mengubah cara produksi dan penggunaan sumber daya lebih efektif serta
mempertahankan siklus hidup bisnis mereka mampu meningkatkan.daya.saing.dan memperoleh
nilai tambah bagi perusahaan (Albort-Morant et al., 2016; Pan et al., 2021). Saat ini, penelitian
yang mengangkat GI masih sangat sedikit, hal ini karena banyak penelitian lebih memilih
meneliti inovasi secara umum, karena inovasi dianggap sebagai strategi yang fundamental secara
keseluruhan dalam proses keberkanjutan (Carvalho et al., 2018). Padahal GI adalah konsep
populer dalam proses produksi untuk mengurangi dampak kerusakan lingkungan hidup
5
peran dari EI pada ER terhadap nilai perusahaan di ASEAN-5. Hal ini dilakukan sesuai dengan
saran dari penelitian Jin & Xu, (2020) yang menjelaskan kedepannya perlu menguji pengaruh EI
dari pengeluaran perusahaan terhadap kegiatan lingkungan dan nilai perusahaan agar
mendapatkan hasil uji yang lebih sistematis. Selain itu, perlunya perluasan tentang objek
penelitian bukan hanya di perusahaan manufaktur,akan tetapi bisa dilihat pada subjek perusahaan
yang mengalami masalah lingkungan hidup. Maka dari itu penelitian ini berkontribusi untuk
menelaah dan melengkapi literatur yang ada secara lebih jauh karena penelitian sebelumnya
belum melihat dan menguji secara langsung hubungan EI pada ER terhadap nilai..perusahaan.
Secara.teoritis semakin tinggi EI yang diterapkan perusahaan maka akan semakin tinggi
penerapan ER dalam perusahaan.
Sampel dalam penelitian ini dilakukan pada perusahaan publik energi dan pertambangan
di negara-negara yang terletak di ASEAN-5. Perusahaan energi dan pertambangan dipilih
sebagai objek penelitian karena perusahaan tersebut memiliki dampak besar terhadap lingkungan
hidup yang menimbulkan sentimen negatif dari aktivitas yang dijalankan,hal lain adalah
perusahaan energi dan pertambangan juga merupakan kontributor utama dalam masalah
lingkungan hidup seperti perubahan iklim, pemborosan, penipisan sumber daya alam, polusi air
dan udara. Kemudian, perusahaan energi dan pertambangan adalah perusahaan yang paling besar
dampaknya terhadap lingkungan hidup karena tergolong industri yang sensitif terhadap
lingkungan hidup dan berkontribusi pada perubahan lingkungan hidup serta struktur sosial,
sehingga cenderung lebih mengungkap informasi lingkungan hidup dibanding perusahaan
industri lain (Trireksani & Djajadikerta, 2016). Selain itu, sektor tambang dan energi tsektor
heavy industry yang memiliki instrumen pelaporan yang banyak digunakan yaitu sebesar 39%
pada 2016 dan termasuk sektor terbesar kedua yang mendominasi di database GRI. Pada
penelitian..ini periode dilakukan selama. 2017-2019. Tahun 2017 digunakan dalam sampel
karena pada tahun tersebut perusahaan mulai berkomitmen dalam upaya mencapai target SDGs
pemerintah terutama dalam kegiatan perlindungan lingkungan hidup. Batasan periode penelitian
hanya dilakukan sampai tahun 2019. Hal ini karena pada tahun 2020 terdapat kasus wabah
COVID-19 yang berdampak pada resesi ekonomi yang kemungkinan akan menyebabkan
penurunan kinerja pada perusahaan. Selain itu, beberapa literatur membuktikan bahwa dengan
adanya COVID-19 membawa dampak perubahan yang signifikan pada pasar keuangan di dunia
8
yang berimplikasi pada efek jangka panjang berupa buruknya posisi kesehatan dan pasar saham
diperusahaan sehingga nilai perusahaan akan mengalami penurunan (Sansa., 2020).
Dari beberapa penjelasan yang telah disebutkan, penelitian ini berguna untuk mengisi
kesenjangan dari penelitian yang sudah ada. Adapun kesenjangan yang ada terkait ER terhadap
nilai perusahaan adalah penelitian ini masih dilakukan di negara maju yaitu di Australia,Amerika
dan China, masih sedikit yang melakukan penelitian di negara berkembang khususnya di
ASEAN-5. Walaupun ada yang melakukan terkait topik ini, penelitian tersebut hanya dilakukan
pada sektor industri manufaktur saja, namun pada penelitian ini akan dilakukan pada sektor
energi dan pertambangan. Selanjutnya, mengenai peran GI dan EI, penelitian yang ada
sebelumnya kebanyakan hanya berfokus inovasi secara umum saja sebagai strategi yang
fundamental. Disamping itu, EI masih mengalami tantangan dalam melihat aspek kualitatif dan
kuantitatif. Sejauh ini belum ditemukan adanya penelitian yang melihat bagaimana hubungan
antara variabel EI dan GI terhadap ER yang diharapkan memberikan pengaruh terhadap nilai
perusahaan. Padahal baik EI dan GI keduanya dapat digunakan sebagai strategi oleh perusahaan
untuk meningkatkan kualitas ER sehingga akan memberikan..dampak yang lebih baik pada..nilai
perusahaan. Maka dari itu, penelitian ini mencoba mengisi kesenjangan yang ada dengan
mengangkat satu bagian penting lain dari internaliasi perusahaan yaitu GI dan EI.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan dari permasalahan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh Environmental Responsibility terhadap nilai perusahaan di ASEAN-
5?
2. Bagaimana pengaruh green innovation terhadap nilai perusahaan di ASEAN-5?
3. Bagaimana pengaruh Environmental Investment terhadap nilai perusahaan di ASEAN-5?
4. Bagaimana pengaruh Environmental.Responsibility terhadap nilai perusahaan yang
dimoderasi green innovation di ASEAN-5?
5. Bagaimana pengaruh Environmental Responsibility terhadap nilai perusahaan yang
dimoderasi Environmental Investment di ASEAN-5?
1.3 .Tujuan..Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk:
9
Bab 2 memaparkan teori-teori, literatur, serta penelitian-penelitian terdahulu yang terkait dengan
topik penelitian ini yang digunakan dalam menyusun dan mengembangkan kerangka
konseptual..penelitian.
BAB 3 METODE PENELITIAN
Bab 3 menjelaskan metode penelitian, sampel, analisis data, dan pengujian statistik
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab 4 membahas hasil analisis data, pengujian data, pengujian hipotesis penelitian, analisis dan
diskusi.penelitian.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
Bab 5 berisi kesimpulan penelitian, implikasi penelitian, keterbatasan..dan saran penelitian.
11
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Resource Based View (RBV)
Teori Resource Based View (RBV) merupakan teori yang membahas tentang sumber
daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan baik dalam bentuk berwujud (tangible) maupun tak
berwujud (intangibel) sebagai nilai atau potensi untuk mendukung proses bisnis dalam mencapai
keunggulan yang tinggi (Kim et al., 2007). Teori RBV sangat penting bagi perusahaan karena
merupakan pokok atau dasar dari kemampuan daya saing serta kinerja perusahaan. Perusahaan
yang mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya dengan baik akan dapat menciptakan
sesuatu yang menjadi kelebihan dari perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan
lainnya. Keunggulan tersebut dapat berupa profitabilitas perusahaan yang baik,kinerja
lingkungan perusahaan yang baik.
Berdasarkan hal tersebut, pendekatan RBV juga dapat disimpulkan sebagai sumber daya
yang dimiliki perusahaan yang berpengaruh terhadap kinerja perusahaan dan pada akhirnya akan
meningkatkan nilai perusahaan. Lebih lanjut, dalam penelitian Hart & Dowell (2011)
menjelaskan teori RBV bahwa perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif merupakan
hasil pengembangan organisasi yang bernilai seperti inovasi berkelanjutan, integrasi semua
pemangku kepentingan dan integrasi tujuan lingkungan secara proaktif yang disertakan dalam
strategi manajemen. Sumber daya dan kemampuan terdapat pada internal perusahaan dapat
dijadikan sebagai pengembangan strategi pada lingkungan eksternal yaitu pelanggan, pemasok,
pendatang baru, produk atau layanan, dan persaingan antar perusahaan
2.1.2 Teori Stakeholder
Teori stakeholder akan berhubungan dengan konsep tanggung jawab lingkungan suatu
perusahaan dimana kelangsungan hidup perusahaan dipengaruhi oleh para stakeholdernya. Lebih
jauh, Freeman & David (1983) menegaskan bahwa teori stakeholder merupakan sekelompok
orang atau individu yang diidentifikasikan dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan ataupun
dapat dipengaruhi oleh kegiatan perusahaan. Perusahaan harus menjaga hubungan
stakeholdernya dengan mengakomodasi keinginan dan kebutuhan stakeholdernya, terutama
stakeholder yang mempunyai power terhadap ketersediaan sumber daya yang digunakan untuk
11
12
12
13
menjadikan perusaaan harus bertanggung jawab dalam setiap proses bisnisnya kepada
masyarakat sehingga perusahaan dalam kegiatan operasionalnya harus patuh pada aturan dan
norma yang ada di masyarakat. Namun, tanggung jawab tersebut juga dapat dicapai dengan
sebuah strategi yang juga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Legitimasi masyarakat kepada
perusahaan menjadi faktor strategis untuk keberlajutan perusahaan yang akan datang, sehingga
legitimasi dianggap penting bagi perusahaan. Teori ini juga menganjurkan perusahaan untuk
meyakinkan bahwa aktivitas dan kinerjanya dapat diterima oleh masyarakat. Kemudian dengan
menggunakan aktivitas berkelanjutan perusahaan akan mendapatkan citra dan pengakuan yang
baik serta akan memiliki daya tarik dalam penanaman modal atau investor dalam negeri maupun
asing. Hal ini dapat diperoleh apabila terdapat kesesuaian antara keberadaan perusahaan tidak
mengganggu atau sesuai dengan eksistensi sistem nilai yang ada dalam masyarakat dan
lingkungan (Deegan et al., 2002).
Dalam penelitian ini, Perusahaan menggunakan annual report ataupun sustainability
report mereka untuk menggambarkan kesan tanggung jawab lingkungan, sehingga mereka
diterima oleh masyarakat. Dalam hal ini, salah satu cara yang dianjurkan untuk mengesankan
dengan aktivitasnya dengan bentuk pengungkapan EI yang dilakukan. EI dapat dilihat sebagai
strategi perusahaan untuk mendapatkan legitimasi dan dukungan dari pemangku kepentingan.
EIberupa biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam upaya pengelolaan lingkungan hidup
yang dapat berdampak pada sustainability perusahaan sehingga dapat menjaga eksistensi dalam
perusahaan
2.2 Environmental Responsibility (ER)
ER merupakan salah satu dari tiga aspek dalam lingkup tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR). ER dianggap sebagai perhatian paling penting dalam upaya tanggung jawab
sosial perusahaan (CSR) bagi para pemangku kepentingan yang berkaitan dengan isu
keberlanjutan perusahaan seperti pencegahan polusi dan produksi bersih (Kassinis & Vafeas,
2006; Wang et al., 2016). Oleh karena itu, Konsep ER menjadi bentuk penerapan tindakan
melalui komitmen untuk bertanggung jawab dalam menargetkan perlindungan dan peningkatan
lingkungan dalam rangka mencapai kinerja ekonomi (Holtbrügge & Dögl, 2012; Wong et al.,
2018). ER merupakan bagian dari aspek CSR yang mendorong perusahaan untuk
mengintegrasikan faktor lingkungan ke dalam operasional dan manajemen sehari-hari
berdasarkan konsep pembangunan berkelanjutan, keuntungan perusahaan dan perlindungan
15
lingkungan (Li et al,2020). Dari penjelasan tersebut, hal ini sesuai dengan pandangan teori RBV
menjelaskan bahwa perusahaan harus memperhatikan dan mendapatkan keuntungan dari
meningkatnya tantangan dan perlindungan lingkungan alam melalui hubungan yang baik antara
sumber daya alam dan keunggulan kompetitif (Hart & Dowell, 2011).
Perusahaan memiliki potensi yang sangat besar untuk mempengaruhi perubahan dalam
komunitas dan lingkungannya dengan berinvestasi dalam inisiatif berbasis pada lingkungan
perusahaan. Manfaat potensial organisasi dari penerapan ER dan praktik ramah lingkungan
termasuk pengurangan konsumsi energi dan sumber daya alam, pengurangan limbah dan emisi
polutan, peningkatan manfaat finansial, peningkatan nilai pasar perusahaan, peningkatan citra
perusahaan, dan daya tanggap yang lebih besar terhadap ekspektasi sosial terhadap lingkungan
(Zhu & Sarkis, 2007). Manfaatnya akan menjadi motivasi bagi organisasi bisnis untuk
mengadopsi ER berbasis pada praktik hijau. Penelitian dari Welford, (2007) menemukan aspek
lingkungan menjadi salah satu perhatian terpenting bagi pemangku kepentingan dalam upaya
CSR perusahaan.
Dalam literatur terkait keberlanjutan perusahaan pada konteks ER,menjelaskan bahwa ER
dapat meningkatkan strategi, dan filantropi, serta kinerja tata kelola dalam perusahaan (Tseng et
al., 2020). Dalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa ER merupakan salah satu aspek dari ESG
dalam menganggapi masalah perlindungan lingkungan hidup,upaya pengelolaan lingkungan
hidup serta membuat penggunaan sumber daya alam secara rasional dan mencegah polusi dari
proses dan operasi. ER bertujuan meningkatkan operasi jangka panjang perusahaan dan
pertumbuhan berkelanjutan dalam rangka mematuhi peraturan lingkungan pemerintah dan
mempromosikan kegiatan agar dapat dekat hubungan dengan masyarakat. Praktik ER yang
digunakan oleh Tseng et al., (2020) menggunakan proxy dari atribut ESG berupa kegiatan
lingkungan yang diukur dengan analisis konten untuk melihat informasi pengungkapan strategi
dan manajemen perusahaan. Namun jika dilihat penggunaan pengukuran yang ada masih sangat
luas dan kompleks, sehingga kemungkinan adanya preferensi yang gagal dalam mengidentifikasi
atribut kegiatan ESG. Lebih jauh Zhang et al (2021) menjelaskan bahwa ER adalah bagian dari
kegiatan CSR sebagai bentuk keunggulan kompetitif yang mengungkapkan informasi lingkungan
sebagai wujud komitmen mereka dalam meningkatkan kinerja dibidang lingkungan. ER pada
penelitian ini diukur dengan menggunakan proxy dari nilai logaritma natural dari skor EID
sesuai dengan pengungkapan lingkungan dari annual report. Dimana setiap indeks pengungkapan
16
diberikan skor yaitu 3 diberikan jika informasinya adalah kuantitatif, 2 diberikan jika
informasinya adalah informasi nonkuantitatif yang terperinci, 1 diberikan jika informasinya
bersifat umum informasi nonkuantitatif, dan 0 diberikan untuk tidak ada pengungkapan. Akan
tetapi, pengukuran dalam penelitian ini mengalami keterbatasan karena hanya melihat informasi
lingkungan yang disajikan dalam annual report dan sistem perhitungan indeks tidak secara
menyeluruh komponen diungkapkan dalam perusahaan. Kemudian Wu et al., (2020)
menjelaskan bahwa ER merupakan komitmen perusahaan untuk melindungi lingkungan hidup
karena dianggap sebagai konteks penting dalam memberikan keputusan yang berkaitan dengan
keberlanjutan tata kelola perusahaan. Pada penelitian tersebut ER diukur dengan menggunakan
proxy dari analisis konten komponen lingkungan dari laporan keuangan tahunan dan laporan
CSR pada perusahaan di China. Akan tetapi pada penerapannya masih sangat sulit untuk
diterapkan setiap perusahaan disetiap negara, karena item penilaiannya hanya melihat informasi
kuantitatif saja, selain itu sistem kategori yang kompleks dalam mengekstrak kegiatan ER dan
tidak semua perusahaan disetiap negara menjelaskan secara rinci dan detail
Selanjutnya lebih jauh penelitian Li et al., (2020) seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, juga mempunyai tujuan dalam mengarah pada efisiensi operasi, nilai perusahaan
lebih tinggi, reputasi lingkungan yang lebih baik dan berpotensi mengurangi biaya hukum. Pada
penelitian ini ER disajikan secara komprehensif dalam perusahaan karena secara langsung bisa
dilihat keterlibatan yang dilakukan melalui analisis konten dari pengungkapan ER terdiri dari 5
dimensi pengungkapan evaluasi yang komprehensif, meliputi : kesadaran hukum, evaluasi sosial,
produksi ramah lingkungan, penggunaan rendah karbon, dan manajemen hijau. Apabila
perusahaan mengungkapkan kegiatan dari 5 dimensi tersebut diberikan nilai 1 dan 0 sebaliknya
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan evaluasi yang
komprehensif dari penelitian Li et al., (2020). Alasan dari menggunakan pengukuran ini karena
penggunaan indikator yang ada merupakan refleksi dari fakta objektif perilaku perusahaan yang
berlaku disetiap negara sehingga dapat menghindari subjektivitas pemberdayaan. Pengukuran ini
berguna untuk mendapatkan perhitungan ER yang lebih masuk akal disebabkan memberikan
semua indikator dengan bobot yang sama. Skor setiap dimensi ER yang disajikan tercermin dari
informasi yang ada dalam laporan tahunan ataupun CSR setiap perusahaan.
GI adalah sebuah teknik dan proses produksi yang baru atau dimodifikasi untuk
mengurangi dampak kerusakan lingkungan, yang mengarah pada efisiensi energi, pengurangan
polusi, daur ulang limbah, dan desain produk ramah lingkungan (Huang et al., 2021). Menurut
Chen, (2008) penerapan GI akan memainkan peran penting dalam mencapai kinerja
berkelanjutan. Didalam perusahaan, GI sebagai bentuk strategi lingkungan yang dapat dilakukan
untuk mengembangkan bisnis tanpa melanggar peraturan pemerintah (Triguero et al., 2013).
Adanya penerapan dari strategi GI akan mendorong perusahaan untuk memiliki kemampuan
khusus yang pada akhirnya akan menjadi sumber daya saing yang penting dalam memperoleh
keuntungan bagi perusahaan (Sezen & Çankaya, 2013). Selain itu, GI dapat mencapai
keunggulan kompetitif yang akan meningkat nilai perusahaan di masa depan. GI dalam
perusahaan merupakan cara penting bagi perusahaan untuk memenuhi kegiatan ER. Dalam
kegiatan ER mengharuskan perusahaan untuk mencapai keseimbangan antara keuntungan dan
perlindungan lingkungan dalam produk mereka, proses produksi, dan perilaku produksi, melalui
peningkatan aplikasi teknologi untuk mencapai inovasi produk ramah lingkungan. Pemenuhan
ER perlu mengadopsi strategi GI dalam proses produksi dan produk untuk meningkatkan
efisiensi sumber daya dan mengurangi konsumsi sumber daya dan pencemaran lingkungan
(Pedersen et al., 2018).
Dalam literatur terkait keberlanjutan perusahaan pada konteks GI, dijelaskan bahwa GI
merupakan salah satu bentuk dari inovasi bidang lingkungan dengan pendekatan penting untuk
mengatasi masalah lingkungan saat ini karena menawarkan eksternalitas ganda untuk
penghematan energi, daur ulang limbah, dan pencegahan polusi (Huang et al.,2021). Penerapan
GI dalam aktivitasnya akan dengan mudah mendapatkan pengakuan dari masyarakat, karena
mereka melibatkan nilai-nilai bersama dalam untuk mencapai pembangunan berkelanjutan. Pada
penelitian tersebut, pengukuran GI menggunakan proxy dari jumlah aplikasi paten hijau dalam
melihat faktor keberhasilan perusahaan untuk mengamankan sumber daya. Walaupun perusahaan
yang menggunakan paten ini diyakini dapat bernilai tinggi, akan tetapi Identifikasi paten masih
sanggat sulit ditemukan pada setiap negara. Hal ini karena Paten hijau hanya bisa ditemukan
pada sistem keluaran inovasi terutama di negara Cina,sehingga hal ini tidak bisa dipakai dinegara
lain.
Disamping itu,penelitian dari Chen et al (2018) menjelaskan bahwa GI sebagai cara
perusahaan untuk mencapai pengurangan polusi melalui pengembangan produk, layanan, proses,
18
dan metode baru, sehingga mengurangi dampak negatif perusahaan terhadap lingkungan. GI
dapat bermanfaat bagi masyarakat dengan mempromosikan konservasi energi dan sumber daya ,
dengan menerapkan alternatif energi bersih dan dengan mengurangi emisi limbah. Dalam
penelitian tersebut pengukuran GI dengan menggunakan proxy dari menggabungkan perbaikan
teknologi yang menghemat energi, mencegah polusi dan paten hijau yang ada. Jika dilihat
penggabungan tersebut masih belum secara menyeluruh dipakai perusahaan hanya perusahaan
yang berada di Cina berhasil menerapkan melalui China Core Newspapers Full-text Database
(CCND). Kemudian, penelitian dari Asni & Agustia (2021) menggambarkan GI sebagai suatu
jenis inovasi yang dilakukan oleh suatu perusahaan dengan tujuan untuk mengurangi risiko
dampak negatif terhadap lingkungan dan sekaligus memberikan manfaat positif bagi lingkungan
itu sendiri. GI bertujuan untuk mengurangi dampak lingkungan, mengurangi biaya,
meningkatkan kualitas dan penyediaan produk atau jasa serta memasukkan perbaikan teknik
dalam kegiatan pendukung tambahan. Pengukuran penelitian ini menggunakan proxy dari green
product innovation dan green process innovation sebagai instrumen yang mewakili GI. GI
diukur melalui melalui analisis konten laporan yang diterbitkan perusahaan dengan
menggunakan delapan item pengukuran; empat item mewakili inovasi proses dan empat item
berikutnya tentang inovasi produk. Akan tetapi dalam penelitian ini hanya menggunakan GI dari
perspektif yang lebih umum: sebagai inovasi yang dikembangkan oleh produsen baik untuk
produk atau proses dengan tujuan meminimalkan risiko kerusakan lingkungan.
Selanjutnya penelitian Chouaibi et al., (2021) menjelaskan bahwa GI merupakan suatu
teknologi, produk, layanan, proses atau sistem manajemen yang dapat digunakan untuk
mengatasi masalah lingkungan seperti mencegah polusi atau memungkinkan daur ulang limbah
dan mencakup desain produk hijau dan manajemen lingkungan perusahaan. GI secara efektif
dapat mengurangi pencemaran lingkungan dan dampak negatif dari proses penggunaan sumber
daya sehingga menciptakan pembangunan berkelanjutan. Penelitian ini menggunakan proxy dari
analisis konten yang ada dalam komponen ASSET4, apabila perusahaan mengungkapkan
pengungkapan dari GI diberikan skor 1 dan 0 jika tidak. ASSET4 melengkapai item pengukuran
dari penelitian sebelumnya karena menyajikan lebih rinci dari masing-masing komponen. Selain
itu, ASSET4 dapat dijadikan sebagai pengembangan produk dan layanan yang etis dan
bertanggung jawab.
19
Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini peneliti menggunakan pengukuran yang
dikembangkan oleh Chouaibi et al., (2021) melalui ASSET4. Alasan dari menggunakan
pengukuran ini karena ada dua alasan. Pertama,pengunaan pengukuran GI ini mewakili tingkat
efisiensi dan kapasitas perusahaan untuk mengurangi penggunaan bahan, listrik, atau air. Ini juga
menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memperoleh hasil yang lebih produktif secara ekologis
dengan menyempurnakan produk dan prosesnya. Kedua, Indikator-indikator ini lebih jauh
mencerminkan komitmen dan kinerja perusahaan dalam mengurangi emisinya ke lingkungan
alam dari proses manufaktur dan fungsinya.
2.4 Environmental Investment (EI)
EI merupakan suatu kegiatan lingkungan dalam bentuk pengeluaran yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mengelola masalah lingkungan untuk mengurangi dampak negatif dari
kegiatan perusahaan (Bhuiyan et al,2021). Kehadiran EI bertujuan untuk mencapai produktivitas
yang maksimum, dan mengejar keuntungan ekonomi. Peningkatan investasi untuk aspek
lingkungan menjadi penting bagi semua perusahaan, serta meningkatkan kinerja lingkungan
(Roy et al., 2013) dan pada kenyataannya, jumlah EI yang dikeluarkan perusahaan merupakan
konkrit manifestasi dari perhatian perusahaan terhadap isu-isu lingkungan (Murovec et al.,
2012). Integrasi aspek lingkungan dalam bentuk EI menjadi persyaratan utama dalam
menyatukan dan mempromosikan aspek bisnis dan perlindungan serta konservasi lingkungan
(Passetti et al., 2014). Integrasi ini dapat mengurangi penggunaan sumber daya dengan
meningkatkan efisiensi, dan melalui integrasi permintaan pemangku kepentingan dapat
dimasukkan dalam kegiatan perencanaan (Testa et al,2017). EI yang dijalankan perusahaan
tentunya dapat bermanfaat dalam mempromosikan pembangunan peradaban ekologis dan
transformasi pembangunan. Penerapan EI juga sejalan dengan tujuan pembangunan lingkungan
hidup seperti perubahan iklim, pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati dan pencemaran
lingkungan, serta penggunaan energi baru dan terbarukan karena berfokus pengembangan
berbasis green economy (Wei et al., 2017;He,et al 2019; Jin & Xu, 2020).
Dalam literatur terkait keberlanjutan perusahaan pada konteks Environmental
Investment, Nakamura (2014) menjelaskan bahwa EI sebagai upaya perusahaan untuk
melestarikan lingkungan dalam bentuk sejumlah pengeluaran. EI bermanfaat dalam membantu
kinerja ekonomi perusahaan, karena dapat mendorong perusahaan untuk menjalankan aktivitas
produksi yang dijalankannya. Penerapan EI pada penelitian Nakamura (2014) menggunakan
20
pengukuran proxy dari nilai estimasi fungsi produksi dari nilai EI karena dapat memperkirakan
dan digeneralisasikan pada perusahaan kecil dan menengah. Fungsi tersebut mencakup ukuran
perusahaan, investasi modal, investasi properti, dan tekanan industri untuk investasi pada EI.
Model ini menunjukkan bahwa EI ditentukan oleh total sumber daya yang dinyatakan dalam
ukuran perusahaan dan investasi lain yang bersaing dengan EI atas sumber daya di perusahaan.
Akan tetapi pada penelitian ini masih menggunakan unsur kategori dari pengeluaran R&D belum
fokus pada kegiatan lingkungan. Kemudian penelitian Chen et al (2021) dengan menggunakan
istilah “green investment” untuk menjelaskan EI, yang menyatakan bahwa EI sebagai bentuk
proses manajemen dan perilaku ekonomi yang kompleks yang melibatkan sejumlah investasi
pada pengembangan teknologi hijau dan sumber daya terbarukan. Adanya praktik EI dalam
perusahaan dapat membuat kinerja ekonomi lebih baik karena memiliki nilai teoretis yang
penting dan signifikansi praktis untuk kebijakan lingkungan dalam tahap implementasi dan
meningkatkan daya saing hijau perusahaan. EI dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan
proxy dari pengeluaran belanja modal dari investasi keuangan teknologi terbarukan, teknologi
hemat energi dan teknologi R&D. Namun,pengukuran EI dalam penelitian ini mengalami
keterbatasan, karena hanya mempertimbangkan sejumlah pengeluaran teknologi yang berkaitan
dengan green investment,sehingga tidak menangkap secara keseluruhan biaya komponen lain
dalam implementasi EI.
Selanjutnya, Penelitian Jiang et al (2018) menjelaskan bahwa EI sebagai bentuk
perwujudan penting dari kegiatan CSR yang dapat berfungsi sebagai alat penting untuk
mengurangi masalah pencemaran lingkungan saat ini. Tentunya EI juga bermanfaat dalam
strategi jangka panjang untuk nilai perusahaan dan berfungsi untuk pembangunan berkelanjutan.
Pengukuran dalam penelitian ini menggunakan proxy dari rasio jumlah total EI dan pendapatan
operasional awal. Pengukuran dalam penelitian ini masih terbatas karena tidak
mempertimbangkan item pengukuran EI yang digunakan sehingga sulit bagi pembaca untuk
melihat perincian dari setiap item yang dimaksud. Penelitian Hu & Yang (2021) yang
mendefinisikan EI sebagai kegiatan pengeluaran biaya ataupun modal yang berfokus kepada
perusahaan atau prospek investasi yang memiliki komitmen kepada pengendalian polusi,
produksi bersih, perlindungan ekologi dan investasi lingkungan. Kegiatan EI yang dikeluarkan
oleh perusahaan bertujuan untuk pengelolaan lingkungan hidup yang dapat berdampak pada
sustainability perusahaan dimasa yang akan datang dalam pencatatan akuntansi lingkungan.
21
Dalam penelitian tersebut pengukuran yang digunakan meliputi jumlah pengeluaran perusahaan
untuk investasi pada kegiatan perlindungan lingkungan, penghijauan dan pencemaran yang dapat
meminimalkan dampak negatif terjadi. Penelitian ini hanya menggunakan nilai mutlak dari
kegiatan EI yang tidak dirasiokan,sehingga sulit bagi peneliti sebelumnya dalam menggunakan
pengukuran ini pada level perusahaan yang besar.
Selain itu, lebih jauh Bhuiyan et al (2021) juga menjelaskan bahwa EI merupakan suatu
kegiatan lingkungan yang dilakukan selama kegiatan bisnis seperti pengeluaran untuk biaya
perbaikan lingkungan, biaya pencegahan polusi, biaya investasi lingkungan/pengembangan
produk lingkungan, biaya daur ulang, serta biaya penerapan lingkungan sistem manajemen untuk
mengurangi dampak negatif dari kegiatan perusahaan. EI bermanfaat dalam strategi jangka
panjang perusahaan karena dapat meningkatkan reputasi dan mempromosikan agenda CSR yang
berguna bagi investor. Pada penelitian ini, EI diukur dengan menggunakan dua proxy yaitu
dengan menggunakan logaritma natural satu ditambah nilai pengeluaran EI dan variabel kontinu
dari pengeluaran EI yang dibagi dengan total aset. Perlunya penerapan ini untuk membangun dan
menjaga citra mereka terhadap kinerja keuangan perusahaan dengan membangun dan menjaga
rekognisi kepada stakeholder. Hal ini secara tidak langsung berhubungan dengan aktivitas
perusahaan dalam kegiatan usahanya. Oleh sebab itu, kinerja lingkungan yang baik adalah
cerminan dari kualitas dan kuantitas EIyang dilakukan perusahaan.
Berdasarkan pernyataan diatas, maka dalam penelitian ini, peneliti mengadopsi
pengukuran dari penelitian Bhuiyan et al (2021) yang mengacu pada perspektif EI yang
dijalankan. Penggunaan pengukuran ini dikarenakan memiliki dua alasan. Pertama, dalam
literatur tersebut, menjelaskan bahwa pengukuran EI yang dilakukan sudah dapat merangkum
kajian dari beberapa peneliti sebelumnya sebagai bentuk antisipasi perusahaan terhadap
kepedulian dan upaya lingkungan yang bermanfaat dalam jangka panjang. Kedua, menegaskan
bahwa dengan adanya penerapan EI tersebut perusahaan dapat meningkatkan legitimasinya
dimata masyarakat dengan menciptakan produk yang ramah lingkungan dan proses produksi
yang bebas dari pengerusakan lingkungan.
2.5 Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan kondisi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai
gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses
kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat
22
ini. Suatu perusahaan dikatakan memiliki nilai yang baik apabila kinerja perusahaan juga baik.
Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak hanya pada kinerja perusahaan
saat ini namun juga pada prospek perusahaan dimasa depan (Noerirawan, 2012). Selain itu, Nilai
perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan
harga saham. Nilai perusahaan yang dibentuk melalui indikator pasar saham, sangat dipengaruhi
oleh peluang-peluang investasi.
Dalam proses penghitungan nilai perusahaan, ada dua hal yang dapat digunakan, nilai
perusahaan yang dihitung berdasarkan akuntansi dan pasar. Nilai perusahaan dengan pendekatan
akuntansi dapat dilakukan dengan melihat rasio-rasio keuangan di dalam laporan keuangan yang
mencerminkan keadaan keuangan dan operasi perusahaan. Dengan menganalisis rasio keuangan,
pengguna laporan keuangan dapat mengartikan hasilnya untuk mengetahui kinerja perusahaan
dan dapat memprediksi nilai perusahaan tersebut (Gitman & Zutter, 2011). Kemudian,nilai
perusahaan dengan pendekatan pasar menggunakan Tobin’s Q yang merupakan rasio nilai pasar
perusahaan terhadap replacement cost (Tobin, 1969). Penggunaan pengukuran ini dapat
menggambarkan kinerja manajemen yang efektif dan efisien pada perusahaan dalam
menggunakan sumber daya seperti aset yang dimilikinya.
Terkait dengan dua pendekatan tersebut, pendekatan berdasarkan pasar dianggap lebih
baik dan lebih akurat daripada berdasarkan akuntansi (Healy & Wahlen, 1999). Ahmad & Jusoh,
2014) juga menyatakan bahwa valuasi berdasarkan pasar lebih baik karena bebas dari manipulasi
yang dapat dilakukan oleh manajemen. Oleh karena itu, didalam penelitian ini, Nilai perusahaan
berdasarkan pasar efektif digunakan dalam penelitian ini karena informasi mengenai kegiatan
lingkungan di dalam laporan keuangan dapat digunakan oleh para investor untuk membantu
menentukan nilai dari perusahaan tersebut.
(2021) dengan studi di perusahaan China menemukan bahwa pemenuhan kegiatan ER dapat
memungkinkan perusahaan untuk memperoleh dampak positif yang signifikan terhadap kinerja
keuangan perusahaan. Penelitian Wu et al (2020) dengan menggunakan analisis konten untuk
mengukur ER dengan menganalisis informasi lingkungan yang diungkapkan dalam laporan
tanggung jawab sosial perusahaan dan laporan keberlanjutan perspektif pada lingkungan dalam
indeks Kinder, Lydenberg, Domini Research and Analytics (KLD). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kegiatan
ER berpengaruh secara positif terhadap kinerja perusahaan baik dalam bentuk inovasi maupun
visibilitas yang mampu meningkatkan nilai perusahaan. Kemudian, Wang et al., (2016) menguji
hubungan antara CSR dan kinerja keuangan perusahaan pada 119 ukuran efek dari 42 studi
dengan menggunakan meta analisis. Hasil menunjukkan bahwa CSR dengan pendekatan
lingkungan dapat memperkuat hubungan CSR dan kinerja perusahaan.
Penelitian Tseng et al., (2020) menguji pengaruh ER terhadap kinerja perusahaan di
Vietnam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ER dapat mendorong kinerja perusahaan
lebih baik. Penelitian Hu et al (2018) menunjukkan hasil ER memiliki pengaruh positif yang
signifikan terhadap kinerja perusahaan efek positif lebih terasa bagi perusahaan di industri yang
sangat berpolusi, dengan aset berwujud yang tinggi. Kemudian Kim et al., (2018) dengan
menggunakan pengukuran sistem skor dari masing-masing item dari laporan keberlanjutan sesuai
dengan GRI. Hasil menunjukkan bahwa perusahaan dengan melaksanakan aktivitas yang tidak
bertanggung jawab secara sosial (CSR negatif) termasuk dalam permasalahan lingkungan
sebenarnya meningkatkan kinerja keuangan perusahaan ketika tingkat tindakan kompetitif
rendah. Akan tetapi, Pada penelitian Zeng et al (2019) menunjukkan bahwa ER yang diterapkan
perusahaan berdampak negatif terhadap efisiensi investasi dalam jangka pendek, namun
dampaknya tidak signifikan. Penelitian Jacobs et al., (2010) dengan menggunakan
pengungkapan pada kegiatan ER berupa kinerja lingkungan yang diukur dengan reaksi pasar
saham yang terkait dengan pengumuman kinerja lingkungan. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan antara reaksi pasar terhadap kategori Environmental Initiatives dan
sertifikasi lingkungan terhadap kinerja lingkungan secara statistik tidak signifikan. Li et al
(2020) juga menunjukkan bahwa ER berpengaruh negatif pada nilai perusahaan ketika
perusahaan mulai mengadopsi peraturan lingkungan
2.7 Green Innovation dan Nilai perusahaan
24
Tinjauan penelitian terdahulu terkait dengan peran GI telah banyak dilakukan akan tetapi
berkaitan dengan nilai perusahaan masih sangat sedikit. Penelitian dari Küçükoğlu & Pınar,
( 2015) mengenai peran GI terhadap kinerja perusahaan yang peka terhadap lingkungan dengan
analisis survei di Industri Instanbul. Dalam penelitian ini, pengukuran GI dilakukan dengan skal
likert melalui kuisioner dengan item meliputi : fasilitas produksi,kualitas lingkungan dan
sertifikat manajemen sistem lingkungan. Hasil penelitian menemukan bahwa kegiatan GI
berpengaruh signifikan terhadap kinerja lingkungan dan keunggulan bersaing perusahaan.
Kemudian penelitian dari (Sezen & Çankaya, 2013) menguji peran green manufacturing dan
eko-inovasi pada kinerja keberlanjutan perusahaan (ekonomi, lingkungan, dan sosial). Data
dikumpulkan melalui survei berbasis kuesioner di 53 perusahaan dari sektor otomotif, kimia, dan
elektronik di Turki. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa aplikasi green manufacturing
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja lingkungan dan kinerja sosial.
Penelitian Ge et al.,(2018) yang menguji dampak strategi GI terhadap keunggulan kompetitif
berkelanjutan di perusahaan china. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan survey dengan
kuisioner dihitung dengan menggunakan skala likert dengan komponen pada perlindungan
lingkungan dan perkembangan transformasi teknologi hijau. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa strategi GI membantu perusahaan untuk mendapatkan keunggulan kompetitif yang
berkelanjutan.
Selanjutnya, penelitian Zhang et al., (2020) yang meneliti terkait GI dan ESG terhadap
nilai perusahaan. Pada penelitian ini GI diukur dengan menggunakan jumlah aplikasi paten hijau
pada tahun berjalan. Hasil menunjukkan bahwa GI dapat mendorong peningkatan nilai
perusahaan tingkat menengah dan tinggi. Kemudian, pengaruh interaksi antara GI dan
pengungkapan sosial dari ESG terhadap nilai perusahaan merupakan efek substitusi yang secara
bertahap akan melemah seiring dengan peningkatan nilai perusahaan. Penelitian Chouaibi et al.,
(2021) melihat peran ESG dan GI terhadap kinerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa GI
dapat mempengaruhi ESG terhadap kinerja yang dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Penelitian Lin et al (2019) dengan menggunakan evaluasi kinerja GI berdasarkan standar ISO
14031 menunjukkan bahwa GI berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Penelitian Tariq
et al (2019) yang menyelidiki pengaruh kinerja inovasi produk hijau (GPIP) pada kinerja
keuangan perusahaan. Hasil penelitian menemukan bahwa GPIP memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan, yaitu semakin tinggi GPIP, semakin tinggi
25
bahwa peran EI yang optimal pada perusahaan akan meningkatkan kinerja ekonomi yang secara
sistematis mendorong perusahaan untuk selalu lebih hijau. Penelitian Wang et al., 2016)
melakukan penelitian mengenai penilaian kinerja energi dan lingkungan, serta strategi investment
dan pengendalian polusi industri (IPC) dari sektor industri China terhadap kinerja. Hasil
penelitian menemukan bahwa perusahaan yang melakukan menggunakan investment pada
lingkungan akan berhubungan negatif dengan kinerja pada perusahaan manufaktur di China.
Hasil tersebut mempengaruhi efisiensi terpadu sedangkan peningkatan tingkat pembangunan
ekonomi terutama bertanggung jawab atas peningkatan efisiensi terpadu.
2.9 Green Innovation, Environmental Responsibility dan Nilai perusahaan
Tinjauan penelitian terdahulu yang menghubungkan GI,ER dan nilai perusahaan sejauh
penelaahan penulis belum pernah dilakukan. Penelitian yang relevan pernah dilakukan (Kraus et
al., 2020) mengenai green dalam menyoroti program CSR lingkungan terhadap kinerja
lingkungan di Malaysia. Penelitian ini menggunakan pendekatan survey melalui kuisoner dengan
skala likert. Item GI yang diuji meliputi green produk dan green proses, sedangkan untuk item
CSR lingkungan meliputi dimensi lingkungan CSR. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR
tidak memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap kinerja lingkungan, tetapi
berhubungan positif pada GI dalam meningkatkan kinerja lingkungan. Penelitian ini memberikan
Implikasi bagi manajemen dan kebijakan perusahaan dalam menentukan dan menetapkan strategi
kegiatan lingkungan. Kemudian Penelitian Chouaibi et al., (2021) bertujuan untuk menguji
pengaruh potensial dari praktik sosial dan etika ke dalam strategi ESG terhadap nilai perusahaan
dengan GI sebagai moderasi. Dalam penelitian ini menggunakan ukuran berdasarkan skor yang
dikembangkan dan ditentukan oleh “ASSET4.” ASSET4 menentukan tingkat GI atau
bertanggung jawab sesuai dengan tanggung jawab penelitian dan pengembanga serta
peningkatan produksi dalam layanan suatu lingkungan. Hasil empiris menunjukkan bahwa
kekuatan sosial dan etika meningkatkan nilai perusahaan dengan efek moderasi dari GI
memperlemah hubungan tersebut. Kemudian penelitian Guo et al., (2020) yang menguji
hubungan antara etika lingkungan perusahaan,GI dan kinerja ekonomi perusahaan. Hasil
penelitian menemukan bahwa GI berhubungan antara etika lingkungan perusahaan dan kinerja
ekonomi perusahaan
2.10 Environmental Investment,Environmental Responsibility dan Nilai Perusahaan
27
Tinjauan penelitian terdahulu yang menghubungkan antara EI,ER dan nilai perusahaan
belum pernah dilakukan. Sejauh penelaahan penulis, Penelitian terdahulu hanya menggunakan
R&D investment sebagai moderasi dalam memainkan peran dari kegiatan CSR terhadap nilai
perusahaan (Guo et al., 2020). Penelitian Guo et al (2020) menguji efek moderasi dari R&D
investment terhadap CSR dan nilai perusahaan. Pada penelitian ini R&D investment diukur
dengan membagi total pengeluaran R&D dengan penjualan. Hasilnya menunjukkan bahwa R&D
investment secara signifikan mengurangi hubungan negatif antara CSR dan nilai perusahaan.
Kemudian penelitian lain dari Lee et al., (2016) juga menggunakan R&D investment sebagai
moderasi. Dimana penelitian ini menyelidiki pengaruh ER berdampak pada kinerja keuangan.
Pengukuran untuk R&D investment dalam penelitian ini berdasarkan jumlah pengeluran untuk
biaya penelitian dan pengembangan dibagi dengan total penjualan sedangkan untuk ER dalam
penelitian ini dilihat dari beberapa item seperti strategi lingkungan,kinerja lingkungan,organisasi.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa R&D investment tidak mempengaruhi baik ER
maupun kinerja keuangan perusahaan. Hasil analisis ini mendorong analisis empiris lebih lanjut
dari industri, serta penggunaan lebih dari satu metode estimasi untuk menentukan ER dan kinerja
keuangan dalam perusahaan.
besar karena dapat mengurangi biaya pembiayaan ekuitas perusahaan dan dapat menggeser
sumber daya inti perusahaan yang menciptakan kerugian relatif dan mendapatkan sedikit insentif
(El Ghoul et al., 2018; Trumpp & Guenther, 2017).
Namun apabila ER dapat dikelola dengan baik,maka perusahaan dapat menjadikan ER
sebagai bentuk keunggulan kompetitif dipasar karena ER dapat menghasilkan reputasi yang baik
diantara karyawan,konsumen maupun organisasi publik lainnya sehingga akan memberikan
dampak dalam bentuk peningkatan nilai perusahaan (Tseng et al., 2020). Sejalan dengan teori
RBV, ER sebagai bentuk kekuatan yang muncul yang dapat menumbuhkan dan meningkatkan
nilai perusahaan dalam mengelola hubungan dengan para stakeholder untuk kepentingan bisnis
(Liu et al,2021). Kepentingan bisnis ini dapat menjadikan ER sebagai investasi untuk
keuntungan dimasa depan. Lebih lanjut, perusahaan yang mengungkapkan kegiatan yang
bertanggung jawab lingkungan (ER) berupa strategi lingkungan yang tepat dapat memberikan
hubungan positif antara kegiatan lingkungan dan kinerja keuangan yang kuat (Clarkson et al.,
2011; Wu et al., 2020). Berdasarkan hal diatas, maka dengan adanya pengembangan kapabilitas
terkait lingkungan dengan penggunaan sumber daya yang efektif beruap ER dapat meningkatkan
nilai perusahaan (Dixon-Fowler et al., 2017). Sehingga ER dapat dijadikan bentuk strategi yang
efektif, yang mengarah pada efisiensi operasi (Cai et al., 2016). Dengan pemanfaatan cara
tersebut, perusahaan akan memperoleh dukungan dari para stakeholder yang akan menawarkan
berbagai fasilitas dan sumber daya yang membantu memaksimalkan nilai perusahaan. Oleh
karena itu,berikut hipotesis yang diajukan :
H1a. ER berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
2.11.2 Green Innovation dan Nilai Perusahaan
Berdasarkan teori RBV, GI merupakan salah satu sumber daya dalam bentuk inovasi
yang terdiri dari proses, praktik, sistem, dan produk baru atau yang dimodifikasi yang
bermanfaat bagi lingkungan dan berkontribusi pada kelestarian lingkungan (Oltra & Saint Jean,
2009). Saat ini, GI semakin ditekankan oleh pembuat kebijakan dan akademisi dalam
menyelesaikan masalah lingkungan karena mampu meningkatkan keberlanjutan perusahaan
(Kallio & Nordberg, 2006). Dalam menyelaraskan dengan kebutuhan perusahaan,GI juga dapat
digunakan sebagai alat yang unik untuk kegiatan pemasaran guna meningkatkan pangsa pasar
secara terus menerus (Küçükoğlu & Pınar, 2015). Hal ini sejalan dengan penelitian (Rezende et
al., 2019) yang menemukan bahwa GI akan menunjukkan peningkatan pada kinerja pada tahun-
29
tahun berikutnya. Akibatnya, GI dapat mempengaruhi secara positif kinerja perusahaan yang
sensitif terhadap lingkungan (Sezen & Çankaya, 2013; Tseng, Wang, et al., 2013).
Selain itu,dalam pandangan teori legitimasi, perusahaan yang ikut berkontribusi dan
berinovasi dalam GI akan dengan mudah menyelaraskan nilai,kebijakan dan strategi dalam
mengembangkan bisnis tanpa melanggar peraturan pemerintah (Mousa, et. al., 2015). Sebagai
strategi, GI akan mendorong perusahaan untuk memiliki kemampuan khusus yang dapat menjadi
sumber daya saing yang penting dalam mencapai keuntungan perusahaan (Ferreira et al., 2010).
Keuntungan tersebut dicapai karena perusahaan mampu memberikan promosi lingkungan dan
mengeksplorasi GI yang dapat menghilangkan ataupun mengurangi kerusakan lingkungan yang
mengarah pada keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif yang dicapai ini akan
meningkatkan nilai perusahaan dimasa depan (Pedersen et al., 2018; Zhang et al., 2019). Bahkan
alokasi dan arah sumber daya yang selalu mengacu pada penciptaan nilai perusahaan dapat
meningkatkan kinerja secara signifikan (Chouaibi et al., 2021; Ge et al., 2018). Hal inilah yang
menyebabkan GI dapat menjadi faktor kunci dalam mencapai strategi daya saing dan
profitabilitas (Gürlek & Tuna, 2018; Harel et al., 2020).Dengan demikian GI menjadi bagian
dalam keputusan yang penting untuk mencapai keberlanjutan perusahaan.
Berdasarkan hal tersebut, GI dapat dijadikan sebagai strategi yang proaktif, efektif dan
teratur dalam penerapannya karena akan membantu perusahaan untuk mencapai dan
mempertahankan nilai perusahaan. Oleh karena itu,berikut hipotesis yang diajukan :
H1b : GI berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.
2.11.3 Environmental Investment dan Nilai Perusahaan
EI adalah bagian dari upaya perusahaan mendapatkan legitimasi dari masyarakat dan
stakeholder dengan cara mengeluarkan sejumlah biaya dalam rangka pengelolaan lingkungan
hidup yang berdampak pada keberlanjutan perusahaan dimasa yang akan datang. Selain
itu,menurut Popp & Newell,(2012) EI sangat penting untuk diterapkan perusahaan dalam rangka
merancang insentif kebijakan dan kinerja perusahaan. Hal ini karena adanya tata kelola
perusahaan yang baik dalam berkontribusi pada upaya perlindungan lingkungan dalam
pengeluaran biaya perlindungan lingkungan sehingga memberikan tindakan lingkungan yang
baik dan meningkatkan reputasi (Hu & Yang, 2021; Wei et al., 2017). Hasil tersebut dipertegas
dengan analisis Yang et al,(2019); Pekovic et al., (2018) juga menemukan bahwa terdapat
korelasi positif dan signifikan antara biaya konservasi lingkungan yang dikeluarkan oleh
30
perusahaan terhadap manfaat ekonomi dari pelestarian lingkungan Hal ini menunjukkan bahwa
perusahaan yang melakukan EIdiyakini dapat memperkuat kepercayaan konsumen dan
pemegang saham.
Selain hal diatas, EI diyakini sebagai strategi yang efektif untuk meningkatkan reputasi
perusahaan di mata stakeholders dan pada akhirnya dapat meningkatkan keunggulan kompetitif
dan nilai perusahaan (Bagur-Femenías et al., 2015). Penelitian Nakamura, (2014) menunjukkan
bahwa EI dapat mempengaruhi kinerja lingkungan setiap perusahaan yang memiliki perbedaan
karakteristik organisasi dan industri. Peran EIdalam praktik produksi lingkungan dapat
memberikan kinerja lingkungan dan efisiensi energi dari waktu ke waktu (Bostian et al., 2016).
Selain itu, menurut Paramita, (2015)menjelaskan bahwa perusahaan yang melakukan EI yang
baik akan meningkatkan kinerja perusahaannya di bidang lingkungan Keberhasilan perusahaan
dalam melakukan EIdalam pengelolaan masalah lingkungan dapat meningkatkan nilai-nilai
perusahaan (Grolleau et al., 2013;Chen et al 2021). Dengan demikian EI yang dilakukan
perusahaan dalam merancang insentif kebijakan yang akan diambil dapat membantu perusahaan
untuk mencapai nilai perusahaan. Oleh karena itu,berikut hipotesis yang diajukan :
H1c : EI berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
ER yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan dapat dijadikan
bentuk keunggulan kompetitif dipasar. Ketika sebuah perusahaan mengembangkan strategi GI,
para manajer dan pemangku kepentingan internal lainnya dapat mengintegrasikan sumber daya
organisasi berupa peningkatan kegiatan ER yang dapat memperkuat identitas organisasi (Song
dan Yu, 2017). Hal ini menunjukkan perusahaan memiliki sumber daya berharga memungkinkan
perusahaan meningkatkan produktivitas sumber daya, dan memperluas pangsa pasarnya menjadi
perusahaan lebih baik (Porter & Van Der Linde, 2017). Maka dari itu, dampak ER pada nilai
perusahaan bergantung pada praktik GI. Dengan ER yang lebih baik karena adanya kehadiran
GI. Hal ini karena praktik green innovation dapat membawa model bisnis ke tingkat kelestarian
lingkungan yang lebih tinggi untuk mempromosikan perlindungan lingkungan dan pembangunan
berkelanjutan (Triguero et al., 2013). Selain itu, kegiatan ER dapat menandakan komitmen
perusahaan untuk melindungi lingkungan dan bertanggungjawab terhadap kegiatan lingkungan
(Belal et al., 2015). Ketika GI yang tinggi, kegiatan ER membantu perusahaan mendapatkan
pandangan yang baik dari para stakeholder (Aravind dan Christmann, 2011). Selain itu, GI
dianggap sebagai sarana program ramah lingkungan yang dapat membangun responsivitas
lingkungan dalam mendukung perusahaan dengan kegiatan ER (DeBoer et al., 2017). Sarana
yang diterapkan perusahaan ini dapat menguntungkan dan mengurangi risiko yang terkait dengan
kegiatan ER.
Berdasarkan hal tersebut, perusahaan dengan tingkat inovasi yang tinggi dapat secara
fleksibel beradaptasi dengan pasar yang selalu berubah dan mempertahankan daya saing pasar
yang stabil, sehingga nilai perusahaan terus ditingkatkan (Guo et al., 2020). Dengan GI dapat
mengoptimalkan produktifitas, efisiensi biaya dan menghasilkan peluang pasar baru melalui
suatu inovasi produk yang terus berlanjut. Oleh karena itu, perlu dipahami mekanisme yang
menghubungkan ER dengan nilai perusahaan terdapat kehadiran GI yang menjadi penguat dan
cara penting bagi perusahaan untuk memenuhi ER dan meningkatkan nilai perusahaan. Dengan
berbagai perkembangan yang ada dalam perusahaan, kegiatan ER mengharuskan perusahaan
untuk menyediakan produk dan layanan berkualitas tinggi kepada konsumen, menjalin kerja
sama dengan pemasok ataupun pelanggan, dan menghasilkan lebih banyak produk ramah
lingkungan melalui penerapan inovasi berbasis sumber daya hijau (Green Innovation) (Chuang
& Huang, 2018; Provasnek et al., 2017)
32
berinvestasi dalam kegiatan yang dianggap bertanggung jawab secara sosial untuk menciptakan
niat baik dapat meningkatkan reputasi perusahaan.
Investasi dalam bentuk EI dapat dijadikan strategi pelaksanaan kegiatan ER pada
efisiensi operasional bisnis yang dapat menghasilkan produk atau layanan baru untuk
mendapatkan atribut kegiatan lingkungan hidup lebih baik (Li et al,2021). Apabila perusahaan
melakukan dan mengeluarkan biaya pelestarian lingkungan perusahaan, pendapatan bersih dan
manfaat ekonomi dari pelestarian lingkungan untuk kegiatan lingkungan dapat meningkatkan
nilai perusahaan (Kuo et al., 2010). Hal ini tentunya tidak hanya meningkatkan keunggulan
kompetitif perusahaan, tetapi juga meningkatkan perlindungan perusahaan terhadap lingkungan.
Sejalan dengan penelitian tersebut, Clarkson et al., (2011) juga menjelaskan bahwa kinerja ER
yang baik adalah cerminan dari kualitas dan kuantitas EI yang dilakukan perusahaan. Oleh
karena itu, EI sebagai strategis pengelolaan lingkungan dapat mempercepat pengembangan
bisnis yang lebih berkelanjutan, yang pada akhirnya berkontribusi pada kesuksesan jangka
panjang perusahaan. Maka dari itu, peran EI dalam praktik produksi lingkungan terkhusunya ER
dapat meningkatkan kinerja lingkungan yang pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan.
Semakin besar dampak lingkungan yang diakibatkan suatu perusahaan, akan semakin
meningkatkan kesadaran perusahaan akan pentingnya pelestarian lingkungan dengan melakukan
investasi lingkungan.
Berkaitan dengan hasil kajian empiris dan merujuk dari konsep implementasi EI oleh
perusahaan, dikembangkan dari teori legitimasi semakin baik citra di mata masyarakat, semakin
mudah institusi tersebut mendapatkan dukungan. Oleh karena itu, semakin baik perusahaan
melaksanakan praktik EI dapat merespon perhatian stakeholder akan tanggung jawab sosial dan
dapat membangun reputasi yang baik. Alasan lainnya adalah dengan EI dapat membantu
organisasi dalam melakukan upaya efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara
berkelanjutan sehingga mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam rangka
memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan sebagai bentuk ketercapaian perusahaan
dalam mewujudkan kegiatan yang bertanggung jawab pada lingkungan. Selain itu, pendekatan
EI dengan pemahaman mendalam mengenai perspektif dalam dapat mengeluarkan sejumlah
biaya untuk kegiatan lingkungan akan mendapatkan kegiatan ER lebih baik, yang membantu
perusahaan perusahaan dapat meningkatkan loyalitas. Ini menandakan bahwa ER yang lebih baik
34
karena adanya kehadiran EI, maka dampaknya akan memperkuat pengaruh positif ER terhadap
nilai perusahaan. Oleh karena itu,berikut hipotesis yang diajukan: