Anda di halaman 1dari 8

“Membuat Legal Opinion (Pendapat Hukum) yang Mudah Dipahami”

Oleh : Izra Charistulus Manangi | Vol. 02 | Senin, 28 Februari 2022

Menurut Henry Campbell Black dalam edisi ketujuh Black’s Law Dictionary, Legal
Opinion pada intinya diartikan sebagai sekumpulan dokumen tertulis yang dijadikan
padanan aplikasi bagi para pengacara atau pengertian pendapat hukum yang berkaitan
dengan berbagai masalah hukum dari para pihak terkait, sesuai dengan fakta-faktanya.
Secara umum, Legal Opinion adalah pemberian pendapat hukum kepada klien untuk
mencari titik terang terhadap permasalahan hukum yang mereka alami baik itu tentang
bisnis sampai pada urusan pribadi dari perseorangan.

Terdapat 2 (dua) jenis Legal Opinion yakni Legal Opinion Khusus dan Legal Opinion
Umum. Legal Opinion Khusus biasanya diberikan oleh konsultan hukum yang memiliki
sertifikasi tertentu dan juga format penulisan tertentu. Contohnya, untuk kepentingan
perusahaan yang ingin go public/ IPO maka dipersyaratkan Legal Opinion harus dibuat oleh
Konsultan Hukum Pasar Modal melalui tahap legal audit terlebih dahulu, seperti
melakukan pengecekan terhadap akta pendirian perusahaan beserta perubahannya,
perizinan, utang-piutang perusahaan dengan pihak ketiga, aset dan kekayaan perusahaan,
dan lain sebagainya. Akan tetapi, yang ingin saya bahas dalam artikel ini yakni berkaitan
dengan Legal Opinion Umum.

A. Prinsip-prinsip Membuat Legal Opinion


Dalam membuat suatu Legal Opinion, anda perlu mengetahui prinsip-prinsip dalam
pembuatannya karena nanti akan diberikan kepada klien atau orang-orang yang awam
terhadap hukum sehingga tidak keliru dalam memberikan solusi dan nasihat. Menurut
Dr. M. Idwan Ganie, S.H., SIArb, prinsip-prinsip Legal Opinion yakni sebagai berikut :
1. Pendapat hukum bukan tentang apa yang disukai tetapi tentang apa yang
ditentukan oleh hukum yang berlaku.
2. Pendapat hukum bukan tentang siapa yang benar tetapi tentang apa yang benar.
3. Pendapat hukum bukan saja tentang konklusi tetapi tentang bagaimana sampai
pada konklusi tersebut.
Dalam praktiknya, sering kali konsultan hukum yang membuat Legal Opinion
berdasarkan apa yang diinginkan dan diminta oleh klien, bukan berdasarkan aturan
yang ada sehingga pendapat yang diberikan kurang tepat. Hal ini tentu dapat
menimbulkan dampak yang besar terhadap klien.

B. Struktur dan Metode Membuat Legal Opinion


Struktur dan metode Legal Opinion biasanya tidak diatur sedemikian rupa,
melainkan bebas sesuai dengan seni dari para konsultan hukum. Terdapat beberapa
metode dalam praktik, seperti FIRAC, IRAC, FINAC, dan sebagainya. Dalam artikel ini,
saya akan membahas dengan metode FIRAC yang mana menurut saya metode tersebut
sangat efisien dan efektif dalam membuat Legal Opinion.

F (Facts) – I (Issue) – R (Regulatory) – A (Analyst) – C (Conclusion)

1. Fakta
Membuat Legal Opinion harus berorientasi pada netralitas serta realitas
persoalan yang objektif1. Fakta merupakan bagian yang paling mendasar dalam
membuat Legal Opinion karena pendapat yang anda berikan tersebut haruslah
berdasarkan fakta-fakta yang ada. Untuk memberikan gambaran bagaimana
membangun suatu argumentasi maka memerlukan adanya fakta-fakta hukum yang
sudah dicari kebenarannya dan disusun secara berurutan. Misalnya
menyangkut business practice biasanya memerlukan dokumen-dokumen kontrak
bisnis, akta pendirian perusahaan, sertifikat-sertifikat tanah, dokumen-dokumen
menyangkut gadai saham, dokumen perizinan, data diri para pihak, bukti-bukti
transaksi, dan sebagainya. Fakta juga dapat menggambarkan suatu perbuatan,
misalnya saya mengadakan perjanjian kredit dengan Bank ABCD tertanggal 26

1H.F. Abraham Amos, Legal Opinion – Aktualisasi Teoritis & Empirisme, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2017), hlm. 44.
Februari 2022 kemudian saya tidak melaksanakan kewajiban membayar cicilan
ketiga tertanggal 26 Mei 2022.
Dalam membuat fakta yang tepat sebaiknya diawali dengan keterangan waktu
kemudian menyusun dengan satu kalimat langsung. Perlu diperhatikan bahwa
terdapat limitasi terhadap fakta yang mana apabila fakta berubah maka Legal
Opinion pun akan berubah. Contoh dari fakta adalah sebagai berikut :

1) Bahwa PT EFGH (selanjutnya disebut dengan “Klien”) merupakan Badan Hukum


Indonesia yang berdiri sejak bulan Februari 2022 berdasarkan Akta Pendirian No.
10 dan SK Menkumham No. C3.303.HT.01.01 yang bergerak di bidang
pengangkutan dan berkedudukan di Jakarta Pusat.
2) Bahwa pada bulan Maret 2022, Klien melakukan perjanjian kredit dengan Bank
ABCD sebesar Rp. 500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah) dengan pembayaran
dilakukan secara cicilan selama 36 (tiga puluh enam) bulan.
3) Bahwa pada bulan November 2023, ekuitas Klien tercatat negatif Rp.
600.000.000,- (Enam Ratus Juta Rupiah) dan defisit semakin melebar Rp.
750.000.000,- (Tujuh Ratus Lima Puluh Juta Rupiah) pada bulan Februari 2024.

2. Isu
Dalam Legal Opinion, isu merupakan pertanyaan hukum yang harus
berkesinambungan dengan fakta yang ada serta konklusi pada bagian akhir karena
nanti konklusi harus menjawab isu/ pertanyaan hukum. Biasanya isu disusun
berdasarkan permasalahan yang dialami klien. Dalam hal ini, anda membutuhkan
ketelitian yang kuat serta akurat untuk menemukan masalah hukum lainnya yang
belum atau tidak ditemukan oleh klien. Contoh isu/ pertanyaan hukum adalah
sebagai berikut :

Bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas dan permintaan Pendapat Hukum dari Klien
kepada kami maka terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut :
1) Apakah pandemi Covid-19 dapat dijadikan sebagai dasar Force Majeure bagi
Klien?
2) Apakah Bank ABCD selaku kreditur dapat melakukan penyitaan secara langsung
terhadap aset milik Klien yang bukan merupakan jaminan dari kontrak?
3) Apakah Klien selaku debitur dapat mengajukan suatu Upaya Hukum terhadap
Bank ABCD?

3. Peraturan/ Bahan Hukum


Untuk menjawab pertanyaan hukum maka harus mencari peraturan/ bahan
hukum yang relevan. Dalam hal ini, anda harus menemukan peraturan yang
dilanggar dari fakta kasus yang ada2. Untuk menemukan peraturan/ bahan hukum
yang relevan maka diperlukan kemampuan riset hukum yang baik mengingat
peraturan perundang-undangan di Indonesia sangat banyak dan beragam. Terdapat
3 (tiga) macam bahan hukum yaitu :
a. Bahan hukum primer : peraturan perundang-undangan beserta turunannya
b. Bahan hukum sekunder : yurisprudensi (putusan pengadilan)
c. Bahan hukum tersier : doktrin (pendapat ahli)
Contoh penulisan peraturan/ dasar hukum adalah sebagai berikut :

Bahwa kami akan melakukan analisis yuridis dengan menggunakan dasar hukum
sebagai berikut :
1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut dengan “KUHPer”).
2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus
Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercylical Dampak Penyebaran
Covid-19 (selanjutnya disebut dengan “POJK 11/2020”).
3) Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 285 PK/Pdt/2010
(selanjutnya disebut dengan “Putusan MA 285 PK/Pdt/2010”).

4. Analisis
Bagian paling inti dari pembuatan Legal Opinion adalah melakukan analisis
hukum. Anda perlu mengelaborasi pasal-pasal dari dasar hukum yang ada

2 Ropaun Rambe dan Tandry L.D., Panduan Due Diligence – Legal Audit, Legal Opinion, Legal Reasoning,
(Jakarta : Lembaga Pendidikan Advokat Indonesia, 2018), hlm. 43.
berdasarkan fakta. Tips dalam melakukan analisis yang akurat yakni dengan
menyampaikan isi pasal terlebih dahulu sebagai argumentasi awal (ultimate
probanda). Kedua, temukan unsur-unsur dari pasal tersebut kemudian kaitkan
dengan fakta-fakta yang ada sebagai pembuktian untuk menemukan titik terang
permasalahan (pen ultimate probanda). Dalam hal ini, perlunya kemampuan legal
reasoning untuk memperoleh analisis hukum yang tepat dan akurat. Contoh analisis
hukum yakni sebagai berikut :

Bahwa Pasal 97 ayat (3) UU Perseroan Terbatas menyatakan “Setiap anggota Direksi
bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).”

Bahwa terdapat pengecualian pertanggungjawaban Direksi yakni dengan melihat


Business Judgement Rule yang diatur oleh Pasal 97 ayat (5) dan Pasal 114 ayat (5) UU
Perseroan Terbatas jo. Pasal 13 ayat (2) POJK No. 33/POJK.04/2014. Dalam hal ini,
Klien selaku Direktur Utama tidak dapat dimintakan pertanggungjawaban atas
kerugian yang ada karena hal tersebut didasarkan pada keputusan direksi yang
beritikad baik dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang mana memberikan
keuntungan untuk perusahaan. Akan tetapi, Business Judgement Rule ini harus
dipertanggungjawabkan di depan RUPS yang mana bila diterima maka akan
dibebaskan dari pertanggungjawabannya.

5. Konklusi
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa konklusi/ kesimpulan harus
menjawab isu/ pertanyaan hukum. Jika terdapat 5 (lima) poin isu/ pertanyaan
hukum maka konklusi juga harus 5 (lima) untuk menjawab kesemuanya. Pastikan
bahwa pada bagian konklusi ini, anda tidak mengulang analisis yang sudah dibuat
karena konklusi merupakan hasil akhir dari Legal Opinion. Pada bagian konklusi,
anda juga dapat memberikan solusi-solusi bagi klien berdasarkan analisis yang
sudah dibuat. Adapun contoh konklusi sebagai berikut :
Bahwa berdasarkan analisis yang telah kami berikan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Bahwa berdasarkan Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUHPer dengan fakta-fakta dan
penjelasan analisis yang ada maka terlihat jelas pandemi Covid-19 dapat
dijadikan alasan force majeure bagi Klien dalam melaksanakan kewajibannya.
2) Bahwa sesuai dengan Pasal 1338 ayat (3) KUHPer maka Bank ABCD selaku
kreditur tidak diperbolehkan untuk langsung melakukan penyitaan aset milik
Klien dan hal tersebut secara jelas merupakan perbuatan melawan hukum.
3) Bahwa Klien dalam hal ini dapat mengajukan Upaya Hukum terhadap Bank ABCD
yaitu gugatan perdata Perbuatan Melawan Hukum sesuai dengan Pasal 1365
KUHPer.

C. Pentingnya Asumsi dan Kualifikasi


Dalam memberikan Legal Opinion tentu anda harus bertanggung jawab terhadap
pendapat yang anda berikan. Asumsi dan kualifikasi merupakan bentuk perlindungan
preventif bagi anda yang mana sebaiknya dicantumkan setelah konklusi. Asumsi
menjelaskan keterkaitannya dengan fakta sedangkan kualifikasi adalah batasan-
batasan/ scope dari Legal Opinion anda. Contoh asumsi dan kualifikasi sebagai berikut :

1) Pendapat Hukum ini dibuat terbatas pada Hukum Negara Indonesia.


2) Pendapat Hukum ini dibuat terbatas pada informasi-informasi yang diberikan oleh
Klien baik secara lisan maupun tertulis melalui surat dan/atau dokumen-dokumen.
3) Kami tidak mengetahui adanya informasi-informasi atau dokumen-dokumen atau
pernyataan-pernyataan selain daripada itu.
4) Pendapat Hukum ini tidak mengikat pihak manapun dan kewenangan untuk
menggunakan atau tidak menggunakan Pendapat Hukum ini diserahkan sepenuhnya
kepada Klien.
5) Pendapat Hukum ini tidak dapat dijadikan sebagai suatu janji dan/atau menjamin
suatu hal pasti akan terjadi sehingga Klien menyatakan melepaskan kami dari segala
tuntutan hukum.
Demikianlah pembahasan saya berkaitan dengan pembuatan Legal Opinion bagi
konsultan hukum maupun mahasiswa hukum. Gunakanlah bahasa yang mudah dipahami,
tidak perlu terlalu banyak menggunakan bahasa-bahasa hukum dalam Legal Opinion anda
karena yang meminta untuk dibuatkan Legal Opinion biasanya orang-orang yang tidak
mengerti hukum. Pastikan juga bahwa Legal Opinion anda dibuat secara singkat, padat, dan
jelas yang mana hal ini akan memudahkan klien.
Pada halaman terakhir terdapat lampiran format penulisan Legal Opinion yang dapat
digunakan sewaktu-waktu.
Lampiran Format Legal Opinion

KOP LAW FIRM


Kepada Yth. …(hari/ tanggal)…
…(nama klien/ perusahaan)…
…(alamat klien/ perusahaan)…

U. p. : …(mewakili perorangan/ direktur)…

Perihal : Pendapat Hukum Mengenai …(kasus yang sedang dialami klien)…

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan adanya penunjukkan dari …(klien)… kepada …(nama law firm)… yang
berkedudukan di …(alamat law firm)… untuk melaksanakan pembuatan Pendapat Hukum
(Legal Opinion), setelah kami melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada maka
dengan ini kami hendak menyampaikan Pendapat Hukum sebagai berikut :

A. FAKTA
B. PERMASALAHAN
C. DASAR HUKUM
D. ANALISIS
E. KONKLUSI

ASUMSI & KUALIFIKASI

Demikianlah Pendapat Hukum ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,
…(nama law firm & ttd)…

Anda mungkin juga menyukai