Menurut Henry Campbell Black dalam edisi ketujuh Black’s Law Dictionary, Legal
Opinion pada intinya diartikan sebagai sekumpulan dokumen tertulis yang dijadikan
padanan aplikasi bagi para pengacara atau pengertian pendapat hukum yang berkaitan
dengan berbagai masalah hukum dari para pihak terkait, sesuai dengan fakta-faktanya.
Secara umum, Legal Opinion adalah pemberian pendapat hukum kepada klien untuk
mencari titik terang terhadap permasalahan hukum yang mereka alami baik itu tentang
bisnis sampai pada urusan pribadi dari perseorangan.
Terdapat 2 (dua) jenis Legal Opinion yakni Legal Opinion Khusus dan Legal Opinion
Umum. Legal Opinion Khusus biasanya diberikan oleh konsultan hukum yang memiliki
sertifikasi tertentu dan juga format penulisan tertentu. Contohnya, untuk kepentingan
perusahaan yang ingin go public/ IPO maka dipersyaratkan Legal Opinion harus dibuat oleh
Konsultan Hukum Pasar Modal melalui tahap legal audit terlebih dahulu, seperti
melakukan pengecekan terhadap akta pendirian perusahaan beserta perubahannya,
perizinan, utang-piutang perusahaan dengan pihak ketiga, aset dan kekayaan perusahaan,
dan lain sebagainya. Akan tetapi, yang ingin saya bahas dalam artikel ini yakni berkaitan
dengan Legal Opinion Umum.
1. Fakta
Membuat Legal Opinion harus berorientasi pada netralitas serta realitas
persoalan yang objektif1. Fakta merupakan bagian yang paling mendasar dalam
membuat Legal Opinion karena pendapat yang anda berikan tersebut haruslah
berdasarkan fakta-fakta yang ada. Untuk memberikan gambaran bagaimana
membangun suatu argumentasi maka memerlukan adanya fakta-fakta hukum yang
sudah dicari kebenarannya dan disusun secara berurutan. Misalnya
menyangkut business practice biasanya memerlukan dokumen-dokumen kontrak
bisnis, akta pendirian perusahaan, sertifikat-sertifikat tanah, dokumen-dokumen
menyangkut gadai saham, dokumen perizinan, data diri para pihak, bukti-bukti
transaksi, dan sebagainya. Fakta juga dapat menggambarkan suatu perbuatan,
misalnya saya mengadakan perjanjian kredit dengan Bank ABCD tertanggal 26
1H.F. Abraham Amos, Legal Opinion – Aktualisasi Teoritis & Empirisme, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
2017), hlm. 44.
Februari 2022 kemudian saya tidak melaksanakan kewajiban membayar cicilan
ketiga tertanggal 26 Mei 2022.
Dalam membuat fakta yang tepat sebaiknya diawali dengan keterangan waktu
kemudian menyusun dengan satu kalimat langsung. Perlu diperhatikan bahwa
terdapat limitasi terhadap fakta yang mana apabila fakta berubah maka Legal
Opinion pun akan berubah. Contoh dari fakta adalah sebagai berikut :
2. Isu
Dalam Legal Opinion, isu merupakan pertanyaan hukum yang harus
berkesinambungan dengan fakta yang ada serta konklusi pada bagian akhir karena
nanti konklusi harus menjawab isu/ pertanyaan hukum. Biasanya isu disusun
berdasarkan permasalahan yang dialami klien. Dalam hal ini, anda membutuhkan
ketelitian yang kuat serta akurat untuk menemukan masalah hukum lainnya yang
belum atau tidak ditemukan oleh klien. Contoh isu/ pertanyaan hukum adalah
sebagai berikut :
Bahwa berdasarkan fakta-fakta di atas dan permintaan Pendapat Hukum dari Klien
kepada kami maka terdapat beberapa permasalahan sebagai berikut :
1) Apakah pandemi Covid-19 dapat dijadikan sebagai dasar Force Majeure bagi
Klien?
2) Apakah Bank ABCD selaku kreditur dapat melakukan penyitaan secara langsung
terhadap aset milik Klien yang bukan merupakan jaminan dari kontrak?
3) Apakah Klien selaku debitur dapat mengajukan suatu Upaya Hukum terhadap
Bank ABCD?
Bahwa kami akan melakukan analisis yuridis dengan menggunakan dasar hukum
sebagai berikut :
1) Kitab Undang-undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut dengan “KUHPer”).
2) Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/POJK.03/2020 tentang Stimulus
Perekonomian Nasional Sebagai Kebijakan Countercylical Dampak Penyebaran
Covid-19 (selanjutnya disebut dengan “POJK 11/2020”).
3) Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 285 PK/Pdt/2010
(selanjutnya disebut dengan “Putusan MA 285 PK/Pdt/2010”).
4. Analisis
Bagian paling inti dari pembuatan Legal Opinion adalah melakukan analisis
hukum. Anda perlu mengelaborasi pasal-pasal dari dasar hukum yang ada
2 Ropaun Rambe dan Tandry L.D., Panduan Due Diligence – Legal Audit, Legal Opinion, Legal Reasoning,
(Jakarta : Lembaga Pendidikan Advokat Indonesia, 2018), hlm. 43.
berdasarkan fakta. Tips dalam melakukan analisis yang akurat yakni dengan
menyampaikan isi pasal terlebih dahulu sebagai argumentasi awal (ultimate
probanda). Kedua, temukan unsur-unsur dari pasal tersebut kemudian kaitkan
dengan fakta-fakta yang ada sebagai pembuktian untuk menemukan titik terang
permasalahan (pen ultimate probanda). Dalam hal ini, perlunya kemampuan legal
reasoning untuk memperoleh analisis hukum yang tepat dan akurat. Contoh analisis
hukum yakni sebagai berikut :
Bahwa Pasal 97 ayat (3) UU Perseroan Terbatas menyatakan “Setiap anggota Direksi
bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang
bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2).”
5. Konklusi
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa konklusi/ kesimpulan harus
menjawab isu/ pertanyaan hukum. Jika terdapat 5 (lima) poin isu/ pertanyaan
hukum maka konklusi juga harus 5 (lima) untuk menjawab kesemuanya. Pastikan
bahwa pada bagian konklusi ini, anda tidak mengulang analisis yang sudah dibuat
karena konklusi merupakan hasil akhir dari Legal Opinion. Pada bagian konklusi,
anda juga dapat memberikan solusi-solusi bagi klien berdasarkan analisis yang
sudah dibuat. Adapun contoh konklusi sebagai berikut :
Bahwa berdasarkan analisis yang telah kami berikan maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1) Bahwa berdasarkan Pasal 1244 dan Pasal 1245 KUHPer dengan fakta-fakta dan
penjelasan analisis yang ada maka terlihat jelas pandemi Covid-19 dapat
dijadikan alasan force majeure bagi Klien dalam melaksanakan kewajibannya.
2) Bahwa sesuai dengan Pasal 1338 ayat (3) KUHPer maka Bank ABCD selaku
kreditur tidak diperbolehkan untuk langsung melakukan penyitaan aset milik
Klien dan hal tersebut secara jelas merupakan perbuatan melawan hukum.
3) Bahwa Klien dalam hal ini dapat mengajukan Upaya Hukum terhadap Bank ABCD
yaitu gugatan perdata Perbuatan Melawan Hukum sesuai dengan Pasal 1365
KUHPer.
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan adanya penunjukkan dari …(klien)… kepada …(nama law firm)… yang
berkedudukan di …(alamat law firm)… untuk melaksanakan pembuatan Pendapat Hukum
(Legal Opinion), setelah kami melakukan penelitian terhadap permasalahan yang ada maka
dengan ini kami hendak menyampaikan Pendapat Hukum sebagai berikut :
A. FAKTA
B. PERMASALAHAN
C. DASAR HUKUM
D. ANALISIS
E. KONKLUSI
Demikianlah Pendapat Hukum ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.
Hormat Kami,
…(nama law firm & ttd)…