Anda di halaman 1dari 6

Senja dan Kenangan

Hamparan pasir putih yang terbentang luas terlihat di mataku, dengan birunya laut
ditambah semburat jingga langit yang begitu indah. Semburat jingga langit yang lebih dikenal
dengan nama senja, banyak orang menyukai senja dan aku adalah salah satu diantara mereka.
Senja yang dilihat di pantai dengan ditemani suara desiran ombak merupakan hal yang begitu
menenangkan hati , disini di pantai ini tempat aku menikmati keindahan senja dalam beberapa
tahun terakhir ini.

Tempat yang penuh dengan kenangan persahabatan kami, pantai yang dulu penuh
canda tawa kebahagiaan saat kami berkumpul tapi kini berubah menjadi penuh kenangan
setelah kepergian salah satu diantara kami. Masih segar dalam ingatanku, semua kenangan itu
ketika masih bersama sama dengannya. Tentang dirinya yang selalu tersenyum bahagia, dia
yang selalu tertawa ceria , yang selalu mendengarkan curhatan sahabat-sahabatnya, dan dia
yang bahkan tanpa mengeluh bersahabat dengan kami. Walaupun dia yang paling pendiam
diantara kami ,tapi dia punya sesuatu yang membuat kami para sahabatnya nyaman
dengannya. Gadis yang penuh dengan kata bijaknya itu telah membuatku sadar, seseorang
yang terlihat baik baik saja itu sebenarnya dia yang paling terluka.

Kami para sahabatnya tidak pernah tahu jika Zeva sahabat yang paling kami sayangi
punya luka yang membuatnya menjadi depresi, aku tahu jika keluarga Zeva berantakan dengan
kedua orangtuanya yang sudah berpisah, tapi semua cerita itu terjadi ketika aku dan Zeva
masih kecil. Selama ini Zeva tidak pernah memperlihatkan rasa sakit dan depresinya, dia begitu
handal memakai topeng seolah dirinya baik baik saja.
"Va kenapa kamu meninggalkan aku secepat itu? Ini sudah 4 tahun tanpa dirimu Va." Tanpa
terasa air mataku menetes, aku rindu Zeva.

Aku teringat kenangan terakhirku dengan Zeva, sebelum berita itu aku dapatkan. Di
pantai ini , juga pemandangan yang sama dengan yang aku lihat saat ini. Waktu itu, aku dan
Zeva baru pulang belajar bersama. Dia mengajakku kemari.

"Ini sudah sore Va,tidak dicari bBunda mu?"

"Tidak Vi, bBunda masih kerja di Bandung. Apa kamu lupa?" Aku lupa bunda ibu Zeva yang
bekerja sebagai seorang desainer itu, pasti beberapa bulan sekali akan meninggalkan Zeva
bekerja ke luar kota ataupun ke luar negeri. Sore itu kami berdua duduk dipinggir pantai,
memandangi keindahan senja.

"Vi aku rindu Kak Nicko." Kak Nicko yang merupakan kakak satu satunya Zeva telah
meninggalkan Zeva untuk selamanya saat Zeva masih SMP.

"Kak Nicko udah bahagia di sana Va, dia juga pasti merindukan kamu."

"Jika suatu saat nanti aku menyusul Kak Nicko, gimana Vi?"

"Hush kamu ini bilang apa sih,jangan aneh aneh Va. Iya memang benar kematian seseorang
tidak ada yang tahu, tapi setidaknya kita yang masih diberikan kesempatan oleh Tuhan
harusnya menikmati hidup dan jangan lupa bersyukur." Aku tidak tahu jika saat itu perkataan
Zeva benar - benar menjadi kenyataan.

Setelah pembicaraan itu, sikap Zeva menjadi aneh. Dia seringkali tidak masuk sekolah
dengan alasan sakit, namun diantara kami tidak ada yang tahu Zeva sakit apa. Siang itu setelah
pulang sekolah, kami memutuskan untuk pergi ke rumah Zeva. Setelah sampai disana, kami
tidak menemukan Zeva bahkan dengan bunda nya sekalipun. Di rumah Zeva hanya ada
pembantunya, yang mengatakan kalau dia tidak tahu Zeva dan bunda nya kemana atau
bagaimana keadaan Zeva. Pembantunya malah menyuruh kami segera pergi seolah dia
menyembunyikan sesuatu tentang Zeva , disitulah kami merasa aneh dengan sikap pembantu
rumah Zeva.

Saat kami akan pulang, Kayla mendapatkan telepon dari kakak perempuannya. Kak Hani, yang
merupakan kekasih Kak Nico sebelum kecelakaan itu terjadi.

"Dik kalau kamu sama sahabat- sahabat mu masih mencari kabar Zeva, kakak punya kabar
tentang Zeva."

"Apa kak?"

"Zeva sekarang berada di rumah sakit, kemarilah kakak juga disini. Nanti kakak jelaskan."
Setelah mendengar kata rumah sakit, pikiran kami sudah kemana-mana. Sebenarnya apa yang
terjadi dengan Zeva?.

Setelah sampai dirumah sakit, bukan sebuah penjelasan yang kami dapatkan. Di sana Bu
Airin, bunda Zeva menangis di pelukan Kak Hani. Dimana Zeva sahabatku? aku tak sanggup
untuk melangkah masuk ruangan yang ditunjuk Kak Hani, begitu pula Cherry, Imelda dan Kayla.
Perasaan kami sudah tak mengenakkan, dan benar yang ada dalam benak kami. Disana didepan
mata kami Kak Brian yang merupakan tunangan Zeva, menangis memeluk tubuh kaku Zeva
yang kini berwajah pucat. Disitulah dunia kami terasa runtuh, hari itu Zeva meninggalkan kami
tanpa sebuah penjelasan yang keluar dari mulutnya. Hari itu kami kehilangan salah satu sahabat
yang paling kami sayangi, hari itu sahabat yang paling dekat denganku meninggalkan kenangan
kami.

Setelah pemakaman Zeva, akhirnya kami mendapatkan penjelasan dari Kak Brian.

"Zeva menderita depresi setelah kematian Kak Nicko, kalian pasti sudah paham terlebih dengan
latar belakang Zeva. Dia mungkin terlihat kuat, tapi sebenarnya Zeva adalah gadis yang lemah.
Seharusnya depresi Zeva sudah sembuh, namun ada sesuatu yang membuat depresinya
kembali. Dokter mendiagnosa Zeva terkena kanker otak stadium tiga, itulah yang membuatnya
dirinya kembali depresi. Segala cara telah kami tempuh untuk pengobatan Zeva, tapi dia selalu
menolak kemoterapi karena tak ingin kalian tahu dengan keadaan dirinya yang sebenarnya. Dia
sangat pintar menyembunyikannya rasa sakit, bahkan dengan diriku ataupun dengan bunda
nya. Akhir-akhir ini sakit Zeva sering kambuh dan sering bolak-balik ke rumah sakit, beberapa
hari yang lalu saat sakitnya kambuh kami membawa Zeva ke rumah sakit. Tapi mau bagaimana
lagi, semua ini sudah menjadi takdir Tuhan. Aku sendiri tidak percaya, perempuan yang aku
cintai meninggalkan aku duluan. Karena itu, aku dan keluarga minta maaf sebesar-besarnya
jika selama ini Zeva punya salah pada kalian. Kalian harus kuat, Zeva sudah tenang di sana dan
tak merasakan rasa sakit lagi." Kak Brian berkata seperti itu dengan senyuman yang sangat jelas
dipaksakan, kami mengerti perasaan terpukul Kak Brian.

"Iya Kak,kami kaget saat mendengar berita ini. Tapi kami bahagia jika Zeva tak lagi merasakan
rasa sakit dan tekanan, kami juga minta maaf jika kami telat menyadari bagaimana penderitaan
Zeva selama ini. Saya mewakili sahabat-sahabat mengucapkan belasungkawa sebesar-
besarnya, semoga arwah Zeva diterima disisi Yang Maha Kuasa dan dilapangkan kuburnya."
Cherry yang memiliki kontrol diri yang lebih baik ketimbang kami,mewakili untuk berbicara
pada Kak Brian. Kami bertiga tak sebaik Kak Brian atau Cherry yang masih berpura pura tegar.
Saat itu aku melihat Bu Airin adalah sosok yang sangat terpukul dengan kepergian Zeva, aku
paham itu apalagi beliau jarang ada untuk Zeva dan kini beliau malah harus kehilangan dua
anaknya.

Aku menangis mengingat semua penjelasan Kak Brian dan bagaimana keadaan Bu Airin
saat itu, ini sudah empat tahun tapi semua kisah menyakitkan itu tak bisa aku lupakan. Bahkan
yang paling aku saluti sampai sekarang, cinta sejati antara Kak Brian dan Zeva yang begitu kuat.
Kak Brian memutuskan akan tetap mencintai satu perempuan yakni Zeva, dia mengatakan tak
akan pernah pacaran atau bahkan sampai menikah dengan perempuan lain. Bu Airin juga
memutuskan mundur dari pekerjaannya dan memilih di rumah saja, mungkin beliau menyesali
semua yang terjadi selama ini.
Aku kaget ketika seseorang menepuk pundak ku.

"Astaga Cherry membuatku kaget, kamu disini?"

"Maaf Vi, menurutmu. Aku sudah mencari mu ke rumah, tapi tidak ada. Aku ingat hari ini hari
apa, aku yakin kamu disini jadi aku kemari. Ini udah menjelang malam lho,kamu ngga pulang?"
Hari ini memang peringatan kematian Zeva dan ini kebiasaan ku selama ini. Asik melamun, aku
sampai tak sadar jika waktu bahkan sudah menjelang malam.

"Bentar lagi Cher, aku masih rindu Zeva."

"Zeva pasti sudah bahagia disana Vi, ini sudah 4 tahun aku pun rindu padanya. Zeva yang selalu
memotivasi diriku meraih cita citaku sekarang, aku tak ingin para remaja terutama korban
broken home merasakan hal seperti Zeva. Mereka yang selalu terlihat baik baik saja, tapi
nyatanya mereka menyembunyikan luka mental yang begitu menyakitkan." Aku tersenyum,
itulah Cherry yang kini kuliah jurusan Psikiater karena alasan yang mulia.

"Cher ayo selamanya kita wujudkan permintaan Zeva." Aku dan Cherry saling menatap
sebentar.

"Jangan pernah melupakan persahabatan ini sampai selamanya. Ingatlah bahwa senja bukan
hanya tentang keindahan alam, tapi juga mengajarkan tentang arti sebuah persahabatan yang
indah dan pasti akan dikenang selamanya." Kami berdua mengucapkan secara bersamaan, yang
membuat kami saling mengumbar senyuman.

Aku pulang dengan rasa lega, rasa rindu ku dengan Zeva sudah terobati. Zeva
terimakasih sudah mengajarkanku banyak hal tentang kehidupan ini, terimakasih sudah
membuatku tahu arti sebuah persahabatan sejati. Terimakasih juga untuk senja yang telah
menjadi saksi persahabatan kami. Senja dan kenangan tidak akan pernah bisa terpisahkan,
karena dibawah senja itulah sebuah kenangan dibuat.

Anda mungkin juga menyukai