Anda di halaman 1dari 6

Cerpen mu

Komunitas Penulis Cerpen Indonesia, Kumpulan Cerpen Karya Anak Bangsa


Home 100 Cerpen Terbaru Cerpen Pilihan Cerpen of The Month Top Authors Film
Cerpenmu Kirim Cerpen Kontak Kami
Dingin Diterpa Cahaya Matahari
Cerpen Karangan: Kevin J D Pakpahan
Kategori: Cerpen Perpisahan, Cerpen Persahabatan, Cerpen Sedih
Lolos moderasi pada: 13 March 2019
Bintang-bintang dengan bahagia berpijar dikejauhan. Bahkan mereka sama sekali tidak
mempedulikan manusia yang masih saja beradu mulut tentang bumi datar atau bulat.
Mungkin beberapa bintang jatuh ke bumi untuk turun tangan membantu perdebatan itu.
Ah, aku sama sekali tak peduli. Semua adalah kebohongan. Bahkan diriku sendiri. Ah,
lagi-lagi aku memikirkan hal itu. Hal yang menciptakan luka. Meskipun luka itu
sudah hilang tetapi bekasnya masih sangat nampak.

Kukayuh sepedaku dengan kencang. Pohon-pohon yang berada di sebelah kananku dengan
riang ria menggoyangkan daunnya. Sama sekali mereka tak mempedulikan beberapa dahan
pohon yang mulai berjatuhan karena desakan umur. Kulihat sepasang burung gereja
menyanyikan nada-nada puitis di atas dahan pohon tersebut. Mereka juga seperti
tidak tertarik dalam pergulatan yang ada di bumi. Sungguh sangat nikmat menjadi
seperti mereka. Tidak ada hal yang perlu ditakutkan dan diragukan.

Kembali diriku fokus ke jalanan. Rumah penduduk masih jarang terlihat, hanya
persawahan yang berada di sisi kiri jalan dan pohon karet di sisi kanan jalan.
Sedari tadi pun aku tidak melihat kendaraan bermesin melewati jalan menuju
sekolahku ini. Kulirik jam tanganku, masih menunjukkan pukul 06:30. Artinya aku
masih memiliki waktu setengah jam lagi sebelum pintu gerbang sekolah benar-benar
dikunci.

“Nia, pinjem buku Pr kamu dong.” Seorang gadis menjulurkan tangannya seperti hendak
meminta ke arahku. Bibir merah jambunya dengan berani menunjukkan senyuman termanis
yang dimilikinya.
Kembali aku luluh dibuatnya. Malaikat yang berada di alam sana saja sudah mengerti
mengapa dengan mudah aku luluh dibuatnya. Yah, dia adalah teman dekatku bahkan bisa
dikatakan seorang sahabat.

“Nih,” tanganku yang pendek menjulurkan buku tersebut ke arahnya. Kutatap dirinya
lekat-lekat
Masih saja aku tak percaya aku memiliki sahabat. Sebelumnya aku merasa sendiri, tak
ada yang peduli kepadaku. Demikian pula kedua orangtuaku, masih saja mereka berebut
mencari harta kesenangan dunia. Dengan seenaknya mereka meninggalkanku di desa ini
bersama kakekku. Seseorang yang juga egois, dia berkata di depan ibuku bahwa uang
yang dikirimkan untukku telah kunikmati. Tapi nyatanya, hanya dirinya yang memakai
seluruh hakku tersebut. Dengan bangga dirinya disetiap malam minggu keluar rumah
untuk bermain j*di dengan teman-temannya.

“Bu guru datang,” teriak seorang murid menghancurkan lamunan kekesalanku pada dunia
tempatku berpijak ini.

“Nia, kantin yuk.” Ajak Nita yang merupakan sahabatku itu. Semburat sinar seperti
keluar dari wajah cantiknya. Dirinya begitu baik walaupun terkadang menjengkelkan
karena meminjam tugas-tugasku di pagi hari.
“Oke,” jawabku sambil mengangguk. Kukeluarkan uang sepuluh ribu dari kantong tasku.
Tak lupa kuambil juga tisu untuk berjaga-jaga kalau aku berkeringat deras ketika
memakan bakwan yang ditambah saus merah pedas. Hmmm, sungguh nikmat
membayangkannya.

Nita mengandeng erat tanganku. Kami seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk
asmara. Kehangatan tangan Nita lagi-lagi membuatku berpikir betapa beruntungnya aku
memilikinya sebagai sahabat.

“Kita ke sana yuk,” tunjuk Nita ke arah kedai ‘Agus’, kedai langganan kami berdua.
Selain makanannya yang sesuai dengan lidah kami, pelayannya juga sangat ramah.
Sering kali kami berdua tertawa terbahak-bahak dibuat pelayannya tersebut.

“Nia, aku mau ngomong sesuatu nih,” bisik Nita pelan lalu menundukkan kepalanya.
“Apa Nita?” tanyaku setelah menghabiskan makanan yang ada di mulutku.

Nita masih saja menundukkan kepalanya. Kutunggu dirinya mengatakan sesuatu. Tapi
masih saja dia diam. Kulihat ke arah lehernya butiran-butiran keringat seperti
meluncur halus meninggalkan asalnya. Tak ada senyuman manis yang terpancar, hanya
kulit yang sangat putih meliputi wajahnya saat ini

“Kamu kenapa Nita?” aku kembali bertanya kepadanya. Kugoyang-goyangkan kedua


lenganya dengan maksud agar dia segera memberi tahu hal yang ingin disampaikannya.
“Aku gak bisa lagi menjadi temanmu Nita,” katanya dengan senyuman pahitnya.
“Kenapa?” tanyaku dengan sedih. Aku berusaha melihat ke arah wajah Nita. Berusaha
untuk mengerti dari untaian kalimat yang baru saja dikeluarkan oleh dirinya.
Mengapa, dia sejahat itu kepadaku? Apakah aku memang tidak pantas untuk dicintai?
Ah, lagi-lagi semua pemikirian negatifku keluar. Aku hanya perlu mengerti maksud
dari perkataan Nita tersebut.
“Aku benci kamu Nia,” Nita memiringkan bibirnya seperti seorang psikopat yang baru
saja menghabisi mangsanya. Tapi, senyuman tersebut sangat lain. Nita mengeluarkan
sedikit air mata. Ada apa dengan dirinya. Aku masih mencari-cari arti dari air mata
itu.
“Jangan ganggu aku lagi Nia. Senang menjadi sahabatmu,” ucapnya lalu
meninggalkanku.
Sejuta pertanyaan masih saja timbul di kepalaku. Secepat itukah seseorang
meninggalkanku. Air mataku tak dapat lagi kutahan. Seluruh emosi yang ada
kutumpahkan. Tak peduli lagi siapa yang melihatku.

Mentari kembali keluar dengan riang menyambut hari yang baru. Dirinya terlihat
lebih cerah dibanding kemarin. Aku berharap agar hari ini juga lebih baik dari
semalam.

Hari ini aku kembali lagi melakukan aktivitasku seperti biasa. Walaupun seluruh
sakit masih kutanggung dengan berat di dada tapi aku harus bisa. Aku harus membuat
semua orang kagum kepadaku. Walaupun aku masih sangat merindukan persahabatanku
dengan Nita.

“Selamat pagi pak,” sapaku kepada satpam penjaga sekolah.


“Eh, pagi juga nak,” jawabnya dengan sedikit kaget.
“Nia masuk dulu pak,” kataku setelah memakirkan sepeda kesayanganku.
Pak Siswandy hanya tersenyum membalas pernyataanku tadi. Dengan cepat aku menuju ke
ruang kelasku. Hari ini aku tidak mengerjakan tugas karena semalaman aku menangis
karena Nita mengkhianatiku. Sungguh dia bukan sahabat yang baik.

Langkah kakiku semakin mendekati kelas, beberapa langkah lagi. Seketika semerbak
aroma bunga terlintas di hidungku. Bulu kudukku berdiri dengan tegak ketika aku
tersadar itu aroma bunga kamboja. Mengapa ada bunga itu? Pikiranku lagi-lagi
melayang-layang.
“Nia, turut berduka cita ya atas kepergian sahabatmu.” Nico memberitahuku sebuah
informasi yang asing menurutku.
“Sahabatku? Nita?” tanyaku bingung.
“Iya, Nia.” Nico yang merupakan ketua kelasku itu menjawab dengan mantap. Bulir air
mata juga terlihat keluar di sekitar matanya.
“Ini pasti tipuan kan,” kataku sambil menahan sedikit air mata.
“Enggak Nia, ini kenyataan. Nita terkena kanker otak, sudah sejak lama dia divonis
dokter waktu hidupnya tidak akan lama. Tapi karena ada kau sebagai sahabatnya dia
dapat melewati hari-harinya dan untuk yang semalam Nita memutuskan persahabatan
denganmu agar kau tidak terikat janji yang pernah kalian buat” Nico menjelaskan
segala hal yang tak kuketahui sebagai sahabat Nita.

Air mata keluar dengan kencang dari mataku. Janji, itu yang kembali kuingat. Di
perjanjian itu kami berjanji agar menyusul pergi dari dunia ini jika salah satu
dari kami duluan pergi. Sebuah perjanjian yang sangat aneh menurut orang banyak.
Aku sangat membencimu Nita. Mengapa dengan sengaja kau memutuskan perjanjian itu.
Tangisku semakin menjadi-jadi. Tak ada hal lain yang dapat kukatakan saat itu.

Seberkas cahaya matahari mengantarkan kepergian Nita. Cahaya yang tak lagi panas.
Cahaya yang menjadi dingin karena hembusan uap air mataku. Semoga dengan
mendinginnya cahaya matahari kau dapat tenang di alam sana. Aku akan selalu
merindukanmu

Cerpen Karangan: Kevin J D Pakpahan


Blog / Facebook: kevin jeremy dirgantara pakpahan
Kevin Jeremy Dirgantara Pakpahan lahir 26 september 2001. Kalian dapat memanggilnya
dengan panggilan kevin atau dirga kalau ingin yang lebih romantis. Bersekolah di
Sma Negeri 1 Tebing Tinggi dan memliki cita-cita sebagai dokter. Kalian dapat
menemukannya di Facebook dengan nama akun Kevin Jeremy Dirgantara Pakpahan dan
Instagram dengan nama akun kevin_pakpahan.24

Cerpen Dingin Diterpa Cahaya Matahari merupakan cerita pendek karangan Kevin J D
Pakpahan, kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen
cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

Share ke Facebook Twitter Google+

« Lingkaran yang Akhirnya Berujung (Sebelumnya) | (Selanjutnya) Mengapa Tidak Boleh


Aku Berkarya Ditengah Semarak Dunia Maya Yang Menggila »

" Baca Juga Cerpen Lainnya! "

Daftar Sekarang! Pameran Elektronik Terbesar dan Terlengkap


Powered by GSEI
Yuk datang ke Pameran Elektronik terbesar 5 -7 Desember di JCC, ini wajib buat kami
para pengusaha. Daftar Sekarang di sini. » Baca lanjutan ceritanya...
Semoga Kamu Bahagia Sahabatku
Oleh: Amrina Rosyada
Namaku Carissle Giovani Fernanda, aku biasa dipanggil Carissle (Karisel). Umurku 12
tahun, aku bersekolah di Luxury International High School kelas VI-F. Aku mempunyai
sahabat namanya Rafina, ia sahabatku sejak
Kisah Sepotong Kue Brownies
Oleh: Fenty Mustikasari
Andai kejadian ini tak terjadi, dia pasti tak akan bersikap seperti ini padaku.
Andai dulu kisah ini tak terukir, pasti dia tak kan meninggalkanku berlarut dalam
sepi. Kini kebersamaanku
Mereka Juga Manusia
Oleh: Florince
“Orang gila… Orang gila..” Panggilan-panggilan sejenis itu sudah tidak asing lagi
terdengar di telinga Kak Omas, orang gila kampung kami. Bahkan, ia sudah tak marah
lagi bila anak-anak kampung
Cinta Telepon Genggam
Oleh: Rhey Sang Pemimpi
Siang yang panas memang sepanas otakku ketika pelajaran fisika dimulai. Pelajaran
yang paling sulit kupahami sejak dahulu, ditambah lagi dengan nada suara yang
terdengar sayup seperti kekurangan oksigen dari
Perasaan Ku
Oleh: Flamenia Amalia Cintami
Cinta? Satu kata yang yang dipenuhi dengan ribuan makna, dan sulit untuk
didefinisikan. Banyak orang yang mengatakan bahwa Cinta itu membawa bahagia, tapi
tak sedikit juga orang yang mengatakan

“Hai!, Apa Kamu Suka Bikin Cerpen Juga?”


"Kalau iya... jangan lupa buat mengirim cerpen cerpen hasil karyamu ke kita ya!,
melalui halaman yang sudah kita sediakan di sini. Puluhan ribu penulis cerpen dari
seluruh Indonesia sudah ikut meramaikan cerpenmu.com loh, bagaimana dengan kamu?"

Leave a Reply
Your email address will not be published. Required fields are marked *

Comment

Name *

Email *

Website

Post Comment
“Lebih dari 70 ribu orang suka Cerpenmu, Kamu suka juga kan?”

~ Halaman Utama
~ 100 Cerpen Kiriman Terbaru
~ Cerpen Pilihan Bulan ini
~ Cerpen of the Month
~ Kriteria Penilaian Cerpen
~ Film Cerpenmu
~ Top Authors
~ Kirim Cerpen
~ Aturan dan Kebijakan
Cerpenmu Event:
Cerpenmu Giveaway Event! (Open!)
Cerpenmu Monthly Rewards! (Open!)
Cerpenmu Rewards! (Total Hadiah Rp 600.000,-) (Closed!)
Mini Kontes Cerpenmu Berhadiah Buku Best Seller Favoritmu (Closed!)

Kategori Cerpen
Cerpen Anak (2,212)
Cerpen Bahasa Daerah (20)
Cerpen Bahasa Inggris (112)
Cerpen Bahasa Jawa (79)
Cerpen Bahasa Sunda (43)
Cerpen Budaya (80)
Cerpen Cinta (4,127)
Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam) (919)
Cerpen Cinta Islami (739)
Cerpen Cinta Pertama (269)
Cerpen Cinta Romantis (935)
Cerpen Cinta Sedih (2,185)
Cerpen Cinta Segitiga (918)
Cerpen Cinta Sejati (133)
Cerpen Dongeng (Cerita Rakyat) (127)
Cerpen Fabel (Hewan) (225)
Cerpen Fantasi (Fiksi) (1,447)
Cerpen Fiksi Penggemar (Fanfiction) (54)
Cerpen Galau (1,003)
Cerpen Gokil (166)
Cerpen Horor (Hantu) (904)
Cerpen Inspiratif (319)
Cerpen Islami (Religi) (759)
Cerpen Jepang (330)
Cerpen Kehidupan (1,358)
Cerpen Keluarga (2,797)
Cerpen Kisah Nyata (406)
Cerpen Korea (259)
Cerpen Kristen (45)
Cerpen Liburan (143)
Cerpen Lingkungan (141)
Cerpen Lucu (Humor) (548)
Cerpen Malaysia (8)
Cerpen Mengharukan (146)
Cerpen Misteri (873)
Cerpen Motivasi (538)
Cerpen Nasihat (494)
Cerpen Nasionalisme (66)
Cerpen Olahraga (20)
Cerpen Patah Hati (1,330)
Cerpen Penantian (279)
Cerpen Pendidikan (336)
Cerpen Pengalaman Pribadi (399)
Cerpen Pengorbanan (430)
Cerpen Penyesalan (1,123)
Cerpen Perjuangan (286)
Cerpen Perpisahan (597)
Cerpen Persahabatan (2,972)
Cerpen Petualangan (114)
Cerpen Ramadhan (94)
Cerpen Remaja (3,363)
Cerpen Rohani (60)
Cerpen Romantis (611)
Cerpen Sastra (98)
Cerpen Sedih (2,189)
Cerpen Sejarah (15)
Cerpen Slice Of Life (133)
Cerpen Terjemahan (7)
Cerpen Thriller (Aksi) (195)

PENTING!
"Apabila kamu menemukan hasil karya cerpen mu dipublikasikan di situs ini tanpa
sepengetahuanmu, atau kamu tidak pernah merasa mengirimkannya kepada kami, maka
tidak perlu ragu untuk segera melaporkannya kepada kami!"
Laporkan Pelanggaran Hak Cipta!

"Berikan Dukunganmu Untuk Cerpenmu!"

Kirim Cerpen | Kontak Kami | Aturan dan Kebijakan | Pertanyaan dan Jawaban | Hak
Cipta dan Publikasi Cerpen | Info Iklan dan Sponsorship
Copyright © 2016 Cerpen mu

Anda mungkin juga menyukai