Anda di halaman 1dari 6

DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Daerah Istimewa Yogyakarta(DIY) adalah provinsi tertua kedua di Indonesia setelah


Jawa Timur, yang dibentuk oleh pemerintah negara bagian Indonesia.Provinsi ini juga
memiliki status istimewa atau otonomi khusus. Status ini merupakan sebuah warisan dari
zaman sebelum kemerdekaan. Kesultanan Yogyakarta dan juga Kadipaten Paku Alaman,
sebagai cikal bakal atau asal usul DIY.

Karakter filosofi kejawaan adalah awang-awang, tidak kasat mata, berorientasi pada


‘rasa’, ‘batiniah’, warisan kultur tutur sastra Jawa yang riskan berpotensi distorsi fakta.
Hal-hal tersebut menjadikan filsafat kejawaan sangat rentan terhadap asumsi musrik,
klenik, gaib, dan mistis. Bukan tidak mungkin nantinya (atau sudah?) akan muncul dalil,
fatwa, pasal, undang-undang yang akan semakin mempersempit ruang gerak budaya
Jawa, jika kita masih mengedepankan pendekatan filsafat Jawa dalam strategi
melestarikan budaya Jawa. Memang salah satu keunggulan budaya Jawa dibanding
budaya lain adalah filsafatnya, filosofinya, ‘rasa’-nya. Saya sangat menyetujui hal
tersebut.

Makna filosofis pakaian adat jawa:


Busana adat Jawa yang kerap disebut juga dengan busana kejawen. Baju Jawa penuh
dengan piwulang sinandhi yang kaya akan ajaran tersirat yang berhubungan dengan
filosofi Jawa. makna filosofis yang dimiliki adalah sebagai berikut:
1. IKET IKET :
Yang pertama adalah makna yang terkandung dalam tali kepala yang dibentuk
sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk penutup kepala.
2. UDHENG UDHENG
dengan memakai udheng berarti tersirat makna manusia akan memiliki pemikiran
yang kokoh terlebih jika sudah memahami tujuan hidupnya.
3. RASUKAN
Rasukan berarti manusia sebagai ciptaan dari Tuhan hendaklah memiliki sifat
ngrasuk ataupun mengikuti sebuah jalan atau agama dan menyembah Tuhannya
dengan penuh kesadaran dan keikhlasan.
4. BENIK
Lambang yang ada dalam benik adalah segala tindakan yang dilakukan manusia
hendaknya selalu diniknik.
5. SABUK
Sabuk memiliki arti manusia yang mengenakannya akan bekerja dengan sungguh-
sungguh dan memastikan pekerjaan yang dilakukan harus menghasilkan.
6. JARIK
 Jarik berarti serik atau tidak mudah iri dengan orang lain.
7. WIRU
Wiru terbuat dari kalimat wiwiren aja nganti kleru, dengan makna segala hal yang
sedemikian rupa hingga menimbulkan keharmonisan dan rasa menyenangkan atau
jangan sampai keliru.
8. BEBED
Bebed adalah ubed yang bermakna tekun serta rajin dalam bekerja dan mencari
rezeki.
9. CENELA
Canela berwujud seperti selop, cripu maupun sandal yang dikenakan pada kaki
dan memiliki maksud supaya si pemakai senantiasa menyembah hanya di kaki-
Nya secara lahir dan batin.
10. CURIGA DAN RANGKA
Curiga yang letaknya berada di belakang memiliki arti ketika menyembah Tuhan,
maka hendaknya manusia bisa ngungkurake godhaning setan yang selalu
menggoda manusia untuk berbuat tidak baik.

Wayang kulit

Seni pertunjukan wayang yang berasal dari Jawa


Wayang kulit adalah seni tradisional Indonesia yang berkembang di Jawa. Wayang
berasal dari kata "Ma Hyang" yang artinya menuju kepada roh spiritual, dewa,
atau Tuhan Yang Maha Esa. Ada juga yang mengartikan wayang adalah istilah
bahasa Jawa yang bermakna "bayangan", hal ini disebabkan karena penonton juga
bisa menonton wayang dari belakang kelir atau hanya bayangannya saja. Wayang
kulit dimainkan oleh seorang dalang yang juga menjadi narator dialog tokoh-tokoh
wayang, dengan diiringi oleh musik gamelan yang dimainkan sekelompok nayaga
dan tembang yang dinyanyikan oleh para pesinden. Dalang memainkan wayang
kulit di balik kelir, yaitu layar yang terbuat dari kain putih, sementara di
belakangnya disorotkan lampu listrik atau lampu minyak (blencong), sehingga
para penonton yang berada di sisi lain dari layar dapat melihat bayangan wayang
yang jatuh ke kelir. Untuk dapat memahami cerita wayang (lakon), penonton harus
memiliki pengetahuan akan tokoh-tokoh wayang yang bayangannya tampil di
layar.

Pagelaran wayang kulit oleh dalang terkemuka di Indonesia, Ki Manteb


Sudarsono.

Bercerita dengan wayang


Secara umum wayang mengambil cerita dari naskah Mahabharata dan Ramayana,
tetapi tak dibatasi hanya dengan pakem (standard) tersebut, ki dalang bisa juga
memainkan lakon carangan (gubahan). Beberapa cerita diambil dari cerita Panji.

Pertunjukan wayang kulit telah diakui oleh UNESCO pada tanggal 7 November
2003, sebagai karya kebudayaan yang mengagumkan dalam bidang cerita narasi
dan warisan yang indah dan berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage
of Humanity). Wayang kulit lebih populer di Jawa bagian tengah dan timur,
sedangkan wayang golek lebih sering dimainkan di Jawa Barat.
JOGLO
Hal ini dibuat karena merupakan warisan dari kolonial Belanda dan arsitektur Jawa. 

Pintu rumah Joglo umumnya berada di tengah ruangan. Filosofinya adalah


menggambarkan tentang keharmonisan dan keterbukaan antar pemilik rumah serta orang
lain. Ada pagar mangkok pada hunian ini berasal dari tanaman perdu.
Bagian bagian joglo:

1) Pendopo (Ruang Jamu Tamu)


Karena ruangan ini digunakan untuk menjamu para tamu saat berkunjung ke
rumah.

2) Pringgitan
 bentuk ruangan ini unik karena atapnya berupa limasan.

3) Omah
 ruangan rumah Joglo untuk berkumpul bersama keluarga yang disebut omah
ndalem. Bentuknya limasan dan lantainya meninggi.

4) Senthong
Senthong merupakan ruang dalam seperti dapur, kamar, kamar mandi, serta
ruangan untuk menyimpan hasil tani. Biasanya senthong ini terbagi atas beberapa
ruangan, seperti kanan, kiri, dan tengah.

5) Padepokan
Ruangan ini dianggap suci karena biasanya dipakai untuk beribadah atau meditasi
pemilik rumah.

6) Saka
Setiap rumah Joglo tidak pernah lepas dari saka. Yaitu tiang-tiang yang berguna
untuk menyangga bangunan, serta mewakili 4 arah mata angin. Yaitu utara,
selatan, timur, dan barat.

7) Gandhok

Ini adalah tambahan bangunan rumah ini yang terletak di kiri dan kanan rumah.
Biasanya dimanfaatkan untuk tempat tidur keluarga dan tamu yang berkunjung ke rumah.

8) Bagian Belakang Rumah

Di bagian belakang rumah ini terdiri atas kamar mandi, sumur, dan dapur.
Biasanya sumurnya dibangun di sebelah timur rumah.

MAKANAN KHAS JOGJA & FILOSOFI

Memasak gudeg dipahami sebagai cerminan sempurna dari filosofi Jawa yang penuh
nilai ketenangan, kesabaran dan teliti, tidak terburu-buru dan anti-sembrono. Gudeg
Yogyakarta kebanyakan hadir dengan rasa yang manis, sehingga sering disebut
sebagai nangka rebus yang manis. Gudeg adalah contoh sempurna dari cara
memasak ala Jawa yang cukup detail dan memakan waktu yang cukup lama.
Gudeg menjadi inspiring product buat ane karena dari proses pembuatannya yang
membutuhkan waktu lama seolah memberikan pesan untuk kita. Dilihat dari bahan
bakunya yang berupa nangka muda, pesan tersirat yang bisa kita petik dari si
nangka ini adalah selagi masih muda maka kita harus mau berproses, digodok oleh
segala tempaan kehidupan yang sebenarnya bertujuan untuk "mematangkan"
mental dan kepribadian kita. Nangka muda yang semula bergetah dan pahit, akibat
proses tersebut bisa terasa lebih sedap karena pahitnya hilang.

Anda mungkin juga menyukai