Anda di halaman 1dari 39

Modul Transfusi Darah

Pada Kucing dan


Anjing
BAGIAN I
TRANSFUSI DARAH PADA HEWAN

Sama seperti manusia, hewan juga membutuhkan


transfusi darah dalam pengobatannya. Metode transfusi
darah ini sudah dilakukan sejak zaman dahulu dalam
dunia kedokteran termasuk kedokteran hewan. Transfusi
darah dari hewan ke hewan ini sudah dilakukan sejak
tahun 1600-an, karena itu ada perbedaan konsep
transfusi darah versi kuno dan versi modern.

Pada versi atau konsep kuno, transfusi darah dilakukan


untuk terapi darah lengkap. Sedangkan untuk versi
modern saat ini, menggunakan terapi komponen darah
tergantung kebutuhan pada pasien. Baik itu pRBC,
platelet, atau plasma. Karena sesuai dengan kebutuhan
pasien, transfusi darah versi modern bisa menurunkan
resiko alergi pada resipien dibandingkan saat
menggunakan konsep kuno. Konsep pengambilan darah
versi modern juga jauh lebih efektif dan optimal karena
satu donor bisa memberikan banyak kegunaan darah dan
aman untuk digunakan.

Transfusi darah sendiri merupakan terapi cairan dengan


memberikan sel darah merah ke dalam tubuh hewan
yang kekurangan darah. Biasanya bisa karena penyakit
anemia akut atau kronis, terkena gangguan koagulasi dan
albumin suplementasi, hingga penanganan operasi untuk
kondisi kritis. Meskipun begitu, melakukan transfusi
darah tidak bisa sembarangan karena resipien harus
didiagnosa terlebih dahulu apakah transfusi darah
tersebut memang diperlukan atau tidak. Karena bisa
terjadi alergi atau efek samping berbahaya yang bisa
terjadi setelah pemberian transfusi darah.

Dalam kedokteran hewan, transfusi darah terdiri dari


crossmatching atau metode pengujian kecocokan
golongan darah antara pendonor dan resipien,
monitoring, dan treatment apabila terjadi komplikasi
setelah dilakukan transfusi darah. Bank darah veteriner
saat ini sudah mulai memperhatikan dimana minimal ada
pengujian kompatibilitas pra-transfusi seperti
pengumpulan, penyimpanan, dan pemrosesan darah.
Untuk transfusi darah sendiri hanya akan dilakukan pada
penerima yang sesuai untuk menghindari terjadinya
komplikasi setelah transfusi darah.
Sebelum melakukan donor darah, pemahaman mengenai
pemeriksaan darah sangat penting untuk membantu
diagnosa penyakit. Hewan yang bisa memberikan donor
darah juga memiliki beberapa syarat yang harus dipatuhi.
Cara donor darah pada hewan juga hampir sama dengan
cara donor darah pada manusia. Perhatikan juga tentang
golongan darah hewan yang melakukan donor. Anjing
memiliki 13 golongan darah, sedangkan kucing memiliki
tiga golongan darah yaitu A, B dan AB.

Biasanya hewan yang diberikan transfusi darah adalah


mereka yang terkena penyakit seperti anemia akut dan
kronis, Gejala klinis dari anemia adalah tachycardia
(tachypnoe, dyspnoe), membran mukosa pucat, tidak
nafsu makan, lemas.

Anemia (regenerative): Hemolysis (penyakit infeksi,


immune mediated) parasit darah. Hemorrhage (trauma,
pendarahan, ulcer di saluran cerna (kronis). Anemia
(non-regeneratif): primer (gangguan sumsum tulang),
sekunder (CRF, inflammatory disease).

Kapan diperlukan transfusi darah? Pada saat darah


pasien menggambarkan anemia dengan PCV (Hct) pada
anjing <20% dan <15% pada kucing disertai gejala
klinis. Perlu diperhatikan transfusi darah bukanlah
sebagai pengobatan penyakit namun sementara mampu
membuat kondisi pasien stabil, memberikan tambahan
waktu dan treatment pada pasien (saving life).

A. Pendonor Darah

Butuh kesadaran dari seorang owner untuk bisa


membiarkan hewannya menjadi salah satu pendonor
darah, karena itu sangat penting untuk memilih owner
yang memang tertarik dengan donor darah hewan dan
paham bahwa melalui kontribusi dari hewan mereka
untuk program donor darah ini bisa menyelamatkan
hidup hewan lainnya. Selain itu, owner yang peduli pada
hewannya akan sangat membantu dalam menjaga dan
memonitoring kesehatan hewan sebelum donor dan
pasca donor darah.

● Anjing

Untuk anjing, yang bisa menjadi pendonor adalah


anjing laki-laki dan anjing perempuan yang tidak
hamil. Berada di usia 1-8 tahun dan belum
pernah mendapatkan transfusi darah adalah
syarat untuk pendonor yang ideal. Normalnya
anjing bisa mendonorkan darah antara 15-22 ml
dari keseluruhan darah per kilogram (kg) berat
badan setiap 4-6 minggu tanpa harus diberikan
suplemen untuk zat besi (Brown and Vap, 2012;
Gibson and Abrams‐Ogg, 2012; Schneider,
1995). Pendonor juga tidak boleh sedang
menerima pengobatan apapun, meskipun
beberapa anjing harus diberikan treatment untuk
mengontrol flea dan bagi anjing yang tinggal di
daerah endemik heartworm harus menerima
profilaksis.

● Kucing

Untuk kucing syarat utama saat ingin mendonor


adalah kucing harus sehat, umur antara 1-8 tahun,
berat badan kurang lebih 4 kg, diberikan
vaksinasi rutin, bebas dari endo dan entoprasit,
bebas dari penyakit infeksius dan belum pernah
mendapatkan transfusi darah sebelumnya.
Kucing pendonor yang rumahan sangat
diharuskan mengingat bisa mengurangi transmisi
penyakit lewat darah. Karena kucing biasanya
lebih panik daripada anjing, biasanya dilakukan
anestashia untuk melakukan pengambilan donor
darah pada kucing.

Untuk memeriksa kesehatan hewan donor, biasanya


dokter hewan akan melakukan pemeriksaan yang
meliputi pemeriksaan fisik, hematologi, kimia darah,
parasit darah, dan FIV/FeLv/FIP (kucing). Uji
kecocokan darah bisa dilakukan dengan crossmatching
dan blood typing.

B. Hal yang Harus Diperhatikan Pada Pendonor

Kualifikasi dari pendonor harus sesuai dengan yang


diuraikan di atas. Dokter hewan harus mengevaluasi
pemeriksaan fisik & pengujian ulang, hingga mencari
temuan lanjutan apabila kucing & anjing ingin menjadi
pendonor kembali. Pengujian ulang biasanya lebih sering
dilakukan untuk beberapa blood-borne pathogens di area
endemik yang memungkinkan pendonor terkena
paparan.

Saat pendonor telah sesuai dengan kualifikasi yang


diberikan, jangan lupa untuk mencatat status vaksinasi,
pemeriksaan tahunan terakhir, dan tanggal flebotomi
terakhir. Setelah semua diyakinkan telah sesuai, baru
dokter hewan melakukan schedule dengan klien atau
pendonor untuk melakukan donor darah. Pastikan untuk
selalu bertanya ulang tentang apakah ada perubahan
kesehatan hingga perubahan berat badan pada pendonor.
C. Crossmatching

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan saat


melakukan crossmatching untuk pencocokan darah di
antara lainnya adalah metode crossmatching ini harus
dilakukan ketika status transfusi pasien tidak diketahui,
pasien memiliki riwayat reaksi transfusi, pasien telah
melakukan transfusi sel darah merah (whole blood atau
red blood cells) selama 4 hari atau lebih.

● Anjing

Anjing dengan DEA 1.1 positif bisa menerima


dengan baik darah dari DEA 1.1 positive maupun
negative. Sedangkan DEA 1.1 negative hanya
bisa menerima DEA 1.1 negative saja. Untuk
transfusi pertama kali, tidak perlu melakukan
crossmatch dan bagi beberapa golongan darah
tertentu masih bisa ditolerir karena
alloantobodies dapat diproduksi dalam waktu 4
hari setelah transfusi. Selanjutnya crossmatch
bisa dilakukan untuk transfusi berikutnya 4 hari
kemudian setelah transfusi yang pertama.
● Kucing

Kucing yang memiliki golongan darah tipe B


biasanya memiliki antibodi anti-A yang sangat
kuat dan bisa menyebabkan penyakit serius
hingga fatal. Reaksi transfusi hemolitik terjadi
ketika setidaknya ketika 1 ml darah tipe A
ditransfusikan ke kucing tipe B. Karena itulah,
sel darah merah dengan tipe yang spesifik harus
dikeluarkan dari daftar yang bisa ditolerir untuk
first transfusion atau transfusi pertama. Transfusi
berikutnya membutuhkan membutuhkan metode
crossmatching. Terlebih lagi untuk transfusi
plasma yang cocok untuk tipe AB pada kucing.

Metode crossmatching ini digunakan untuk menentukan


kecocokan antara darah hewan pendonor dan hewan
resipien berdasarkan reaksi aglutinasi yang terjadi.
Prinsip dari crossmatching adalah:
Jika terjadi ketidakcocokan antara donor dengan resipien
maka bisa dilihat dengan adanya penggumpalan darah
atau formasi aglutinasi / hemolysis. Untuk melakukan
tipe crossmatching bisa menggunakan dua metode.
Metode slide (object glass) atau metode tabung.

Alat dan bahan yang dibutuhkan:


● Tabung EDTA 3 cc
● Tabung Plain 3 cc
● Centrifuge
● Larutan NaCl 0.9%
● Pippet
● Object glass + cover glass
● Tusuk Gigi
● Mikroskop

Cara melakukan crossmatching menggunakan metode


slide (object glass):

1. Koleksi 0.5 - 1 cc darah di tabung EDTA, beri


label nama untuk membedakan antara donor dan
resipien.
2. Centrifuge tabung dengan kecepatan 1000 -
1000 rpm selama 5-10 menit.
3. Pindahkan plasma ke tabung plain yang berbeda
(label)
4. Cuci sel darah merah dengan menambahkan
NaCl 0.9% sebanyak kurang lebih 2 cc,
homogenkan dan sentrifusi kembali.
5. Ulangi prosedur pencucian dengan NaCl
sebanyak 3x
6. Buat larutan 4% rbc (0,1 ml larutan sel darah
merah dengan 2,4 ml NaCl 0.9%) atau (1 tetes
RBC + 20 drops NaCl 0.9%)
Cara melakukan crossmatching menggunakan metode
rapid slide bisa menggunakan beberapa metode di
bawah ini dengan cara pengerjaan yang sama yaitu
campur dan aduk rata elemen menggunakan tusuk
gigi → object glass, kemudian goyangkan secara
perlahan selama 2 menit → makroskopis aglutinasi,
setelah itu tutup dengan cover glass dan amati
menggunakan mikroskop → mikroskopis aglutinasi.

A. Mayor Crossmatching:
● 2 drop plasma resipien
● 1 drop lar 4% rbc donor
B. Minor Crossmatching:
● 2 drop plasma donor
● 1 drop lar 4% rbc resipien
C. Recipient Control
● 2 drop plasma recipient
● 1 drop lar 4% rbc resipien
D. Donor Control
● 2 drop plasma donor
● 1 drop lar 4% rbc donor

Cari gambar contoh aglutinasi dan tidak aglutinasi

D. Blood Typing

Untuk melakukan transfusi darah juga bisa dilihat


kecocokannya lewat mode crossmatching blood typing.
Pemeriksaan kecocokan darah diambil berdasarkan hasil
antigen yang terkandung di SDM. Pada anjing biasanya
dibedakan dengan DEA (Dog Erythrocyte Antigens),
dimana kurang lebih ada 13 sistem darah yang dimiliki
oleh anjing. DEA 1 sangat antigenic dan banyak anjing
yang memiliki golongan darah jenis ini.

● Anjing

Untuk menentukan golongan darah anjing bisa


menggunakan kit antibodi monoklonal (Shigeta
Animal Pharmaceuticals Inc, Jepang. Golongan
darah anjing terdiri dari 13 golongan darah yang
terbagi dalam dua kelompok besar, DEA dan
SCT. Diantaranya adalah DEA 1.2, DEA 3, DEA
4, DEA 5, DEA 6, DEA 7, DEA 8, SCT A, SCT
B, SCT D, SCT E, dan DEA 1.1 yang terbagi
antara negatif dan positif.

Dalam sistem DEA 1, terdiri atas tiga antigen


(1.1, 1.2, 1.3) dan null phenotype. Dimana anjing
bisa menjadi DEA 1.1 positif atau DEA 1.1
negatif (DEA 1.2). DEA 1.1 positif hanya bisa
menjadi donor untuk DEA 1.1 positif. Sedangkan
DEA 1.1 negatif (DEA 1.2) bisa menjadi donor
universal yang cocok untuk DEA 1.1 negatif dan
positif.

DEA 5 merupakan golongan darah paling langka


pada anjing yang hanya ada sekitar 10-15% dari
keseluruhan populasi anjing. Dimana sekitar 10%
anjing memiliki antibodi alami terhadap DEA 5.
Transfusi sel DEA 5-positif kepada resipien yang
sensitif bisa menyebabkan delayed transfusion
reaction atau reaksi transfusi yang tertunda 5-7
hari pasca transfusi, yang secara signifikan dalam
manajemen transfusi pasien dengan
non-regenerative anemia (Hale, 2012).

DEA 7 memiliki sistem berbeda dengan lainnya


dimana DEA 7 bukanlah integral erythrocyte
membrane antigen, antigen yang ditemukan
dalam plasma yang bersirkulasi, secara pasif
menempel pada permukaan sel darah merah.
DEA 7 dimiliki sekitar 40-50% populasi anjing
dan secara alami anti-DEA 7 terjadi pada 20-40%
anjing DEA 7 negatif (Hale, 2012).

● Kucing

Kucing memiliki 3 golongan darah, A, B, dan


AB. Sama seperti golongan darah manusia,
golongan darah AB termasuk langka dengan
hampir 95% kucing ras campuran memiliki
golongan darah A. Sedangkan golongan darah B
biasanya dimiliki oleh kucing ras Persia, Sphynx,
Devon Rex, Cornish Rex, Birman, Somali, dan
lainnya.
Golongan darah A lebih dominan daripada B.
biasanya kucing dengan golongan darah A
mempunyai genotype AA dan AB, sedangkan
untuk tipe golongan darah B hanya memiliki tipe
B pada permukaan SDM membrannya.
.
Kucing memiliki alloantibodies alami yang
terbentuk melawan antigen sel darah merah A
atau B yang tidak dimiliki kucing; kucing dengan
golongan darah tipe AB tidak memiliki sifat
alami alloantibodies. Saat ini, alloantibodies
bertanggung jawab atas reaksi transfusi dan
neonatal isoerythrolysis. Alloantibodies anti-A
pada kucing tipe B biasanya memiliki high titer
dan diyakini diinduksi oleh paparan
cross-reactive environmental antigens dalam tiga
bulan pertama. Sedangkan alloantibodies anti-B
pada kucing tipe A jarang terjadi, dan jika ada
selalu pada low titer (Day, 2012).

Contoh penghitungan donor untuk anjing:

Anjing dengan BB 10 kg memiliki nilai PCV 17% dan


membutuhkan transfusi darah dari donor 25 kg dengan
PCV 43,25%.
Volume = 90 x 10 x (25-17)
43.25
= 900 x 0.185
= 166 ml - 200 ml

Contoh penghitungan donor untuk kucing:

Kucing dengan BB 2.9 kg, dengan nilai PCV 15%


membutuhkan transfusi darah dari donor 4kg dengan
PCV 30.54%

Volume = 60 x 2.9 x (25-15)


30.54
= 174 x 0.327
= 56.89 ml - 60 ml

*60 adalah konstanta


*29 adalah berat resipien
*25 berat donor
*15 PCV resipien
*30.54 PCV donor

Penghitungan larutan antikoagulan (CPDA / Citrate


Phosphatase Dextrose Adenin) bisa dilakukan bila
jumlah darah yang diambil kurang dari kapasitas
kantong tersebut, maka volume CPDA = volume darah /
7.
Contoh:
Jumlah darah yang akan dikoleksi 200 ml, dengan
menggunakan bag 250ml.
200/7 = 28,5 ml
35 ml - 28,5 = 6.5 ml larutan CPDA yang dibuang dari
bagian darah.

35 ml CPDA itu bisa diambil dari kantong darah


sebanyak 250ml. Sedangkan untuk kantong darah
berukuran 350 ml biasanya mengandung 49 ml CPDA.
BAGIAN II
PROSEDUR TATA CARA
PENGKOLEKSIAN DARAH

Ada dua metode yang digunakan untuk mengoleksi


darah pada hewan. Untuk anjing, ada beberapa peralatan
khusus yang dapat digunakan untuk mempercepat
penggumpalan darah. Sedangkan untuk kucing
diperlukan sistem pengumpulan darah khusus agar darah
dapat diproses untuk penyimpanan.

A. Koleksi darah pada Anjing

Alat dan bahan:


● Kantong darah 250cc / 350cc
● Clipper, kapas, alkohol
● Timbangan digital
● Blood Collection system
● 3-way stop-cock
● Transfusion infus set
● Labu NaCl
● Kasa kering
● Clamp

Persiapkan hewan:
● Jika hewan tenang tidak perlu sedasi
● Jika hewan aktif bisa kombinasikan ketamin
(10mg/ml) + diazepam (0,5mg/ml) mix, dengan
perbandingan 1:1 secara IV, Acepromazine 0,05
mg/kg im or IV kurang lebih buprenorphine
0,075 mg/kg of IM, Morphine 0,1 mg/kg of slow
IV or SC, dan atau Butorphanol 0,1 mg/kg of IV
15 menit sebelum koleksi.

Prosedur Koleksi Darah:

● Posisikan pendonor dengan lateral recumbency di


atas meja kemudian cukur bulu di sekitar vena
jugularis, jangan lupa berikan antiseptik pada
daerah yang akan dipakai untuk mengoleksi
darah. Sterilisasi dari venipuncture site juga
harus selalu dijaga.
● Pastikan ada orang lain sebagai handling untuk
menjaga anjing tetap tenang.
● Siapkan kantong darah berisi larutan CPDA.
● Nyalakan vacuum chamber dan pastikan
tekanannya tidak lebih dari 4 mmHg, letakkan
pada posisi nol di atas timbangan (Tera).
● Bendung daerah leher sehingga vena jugular
terlihat, kemudian tusukkan jarum dari kantong
darah sesuai arah vena. Jika darah tidak mengalir
dengan bebas, jepit selang dengan klem dan
posisikan ulang jarum.
● Homogenkan darah dan laurat anticoagulant
● Pantau timbangan gram untuk memastikan darah
mengalir dengan kecepatan yang wajar. Koleksi
darah biasanya membutuhkan waktu antara 5 -7
menit, dan maksimal adalah 10 menit. Jepit garis
flebotomi.
● Cabut jarum dari vena setelah jumlah terpenuhi
dan beri label dengan menuliskan nama donor,
tanggal, waktu pengambilan, dan jumlah darah
yang dikoleksi.

B. Koleksi darah pada Kucing

Alat dan bahan:


● Clipper, kapas, alkohol
● Syringe 10cc
● Butterfly winged needle no 19
● Transfusion set
● 3-way stop-cock
● Infusition set
● Labu NaCl
● 7,5 ml CPDA

Prosedur koleksi darah:


● Bius kucing dengan Ketamin (5 mg/kg) dengan
midazolam (0,2 mg/kg), biasanya membutuhkan
20 menit sebelum mengevaluasi efek yang
terjadi. Jika ketamine/midazolam gagal, bisa
berikan 55-100% dosis ketamin yang sama
dengan midazolam intravena atau penggunaan
isofluran yang diberikan dalam 100 melalui
masker oksigen untuk membius kucing. Karena
kucing lebih sering panik dibandingkan anjing,
maka kucing harus dibius sebelum diambil
darahnya.
● Infus IV dengan NaCl 0.9%
● Siapkan syringe 10cc yang berisi 7,5 ml CPDA
(1 ml CPDA per 7 ml darah), disambungkan
dengan butterfly wings needle no.19 dan 3-way
stop-cock untuk memindahkan darah ke bag
darah.
● Cukur bulu di atas vena jugularis dan berikan
tindakan aseptik/betadine pada daerah tersebut
● Bendung vena dan tusukkan jarum butterfly ke
vena jugular.
● Kumpulkan darah dengan tarik pelan-pelan
syringe, putar syringe untuk mencampur darah
dengan antikoagulan
● Pindahkan darah ke transfer pack atau bag darah
● Berikan label pada kantong darah sesuai dengan
nama donor, tanggal, waktu, dan jumlah
pengambilan
● Lakukan press dan bandage pada daerah bekas
tusukan jarum di hewan donor
C. Donor komplikasi
● Akut donor reaksi -> hypotension
● Pendarahan di daerah tusukan jarum
● Hematome
● Iritasi kulit

D. Proses Transfusi Darah

Alat dan bahan:


● Transfusion infus set
● 3-way stop-cock
● Infus set
● Dexamethason 5%
● Diphenhydramine 10%

Persiapan Hewan:
● Hewan resipien disuntik dexamethasone 5%
dengan dosis 0,25 mg/kb BB dan
diphenhydramine 10% dengan dosis 0,5 mg/BB
tiga puluh menit sebelum transfusi
● Hewan di infus IV dengan menggunakan labu
NaCl 0,9%
● Infus hewan menggunakan 3-way stop-cock
untuk mengatur aliran darah dan larutan NaCl

Rate pemberian darah


● Pemberian tergantung status resipien
● Pada resipien normovolaemic, 30 menit pertama
0,25 ml/kg BB, dan setelah itu bisa 10-20
ml/kg/jam. Pemberian harus sudah habis dalam
waktu kurang dari 4 jam.
● Pada resipien yang mengalami pendarahan hebat,
sebisa mungkin memberikan darah secepatnya
namun tidak melebihi 22 ml/kg/jam.
● Pada pasien yang memiliki permasalahan
kesehatan pada jantung pemberian darah tidak
boleh melebihi 4 ml/kg/jam

Amati kondisi pasien setiap 15-30 menit dan lakukan


pencatatan. Parameter yang diamati adalah:
1. Perilaku pasien
2. Temperatur
3. Heart rate
4. Respiratory rate
5. Capillary refill time (CRT)
6. Warna membran mukosa
7. Blood pressure (bila ada)

Treatment Post Transfusi


● Catat dan monitor kondisi pasien post transfusi
1,12 dan 24 jam setelah transfusi
● Nilai PCV, total protein, dan warna dari plasma
di cek setelah 4 atau 48 jam post transfusi.
● Pengecekan urine post transfusi juga dilakukan
untuk melihat adanya proses haemolysis.
BAGIAN III
EFEK DAN REAKSI DARI TRANSFUSI DARAH

Meskipun transfusi darah dianggap umum dan cukup


aman, namun sebenarnya ada komplikasi yang terjadi
atau dikenal sebagai transfusi reaksi (transfusion
reaction) yang bisa menyebabkan hal yang tidak
diinginkan terjadi pada resipien. Reaksi transfusi atau
efek dari transfusi ini bisa berkembang selama transfusi
hingga beberapa minggu atau beberapa bulan setelah
transfusi. Karena itulah sangat dianjurkan untuk
pengujian pra-transfusi yang sesuai baik untuk pendonor
dan resipien.

Reaksi demam atau alergi biasanya sering terjadi, begitu


juga dengan reaksi hemolitik akut yang biasanya terjadi
akibat adanya inkompatibilitas (ketidakcocokan) anara
sel darah merah dimana eritrosit donor lisis karena
adanya antibodi pada resipien. Karena itu, setiap
perubahan kondisi pasien selama proses transfusi harus
dianggap sebagai tanda-tanda kemungkinan reaksi yang
merugikan dan harus dievaluasi.

Jika muncul tanda atau gejala adanya reaksi transfusi


maka segera hentikan transfusi, pertahankan paten akses
intravena untuk pengobatan (jika perlu), dan dokter
hewan harus mengevaluasi keadaan pasien.

A. Reaksi Transfusion

Reaksi transfusi tidak selalu sama kejadiannya,


digolongkan berdasarkan etiologi dan waktu
kemunculannya. Reaksi demam atau alergi ini biasanya
mirip dengan

Reaksi demam atau alergi dapat terjadi dengan cara yang


sama seperti reaksi hemolitik yang parah. Untuk alasan
ini, setiap perubahan kondisi pasien selama infus darah
harus dianggap sebagai tanda kemungkinan reaksi yang
merugikan dan harus dievaluasi. Jika reaksi transfusi
dicurigai, langkah-langkah berikut sangat penting:

• Hentikan transfusi.
• Pertahankan paten akses intravena untuk pengobatan
jika perlu.
• Beritahu dokter yang bertanggung jawab untuk
mengevaluasi pasien.
● Immediate transfusion reaction

1. Immune mediated

a. Reaksi hemolytic
Plasma resipien menghancurkan RBC donor di
dalam intravaskuler. Biasanya terjadi dalam
kurun waktu 24 jam. Meskipun parah, namun
reaksi ini jarang terjadi. Pada kucing karena
mereka memiliki alloantibodies secara alami,
golongan darah tipe A yang ditransfusi ke tipe B
bisa berakibat fatal. Sedangkan pada anjing yang
dalam sel darah merah mereka secara klinis
kekurangan alloantibodies, sehingga biasanya
disebabkan oleh sensitization dari transfusi darah
sebelumnya (atau mungkin melalui kehamilan).

Gejala klinis: demam, tachycardia atau


bradycardia, muntah, hipotensi, dyspnoea,
sianosis, emesis, defecation, lemah, seizure,
pingsan, hemoglobinemia, hemoglobinuria, dan
cardiac arrest.

Treatment: hentikan transfusi darah, intensive


care pasien, berikan oksigen, dan corticosteroids.
b. Reaksi demam
Antibodi resipien melawan leukosit donor atau
platelet donor

Gejala klinis: peningkatan temperatur, 1-2


derajat pada saat 1-2 jam proses transfusi.

Treatment: perlambat transfusion rate atau


hentikan transfusi, berikan antihistamin atau
NSAIDS.

c. Reaksi urtikaria
Antigen donor menempel pada sel mast dan
basofil resipien

Gejala klinis: pruritus, erythema dan urticaria.


Reaksi alergi akut bisa menyebabkan
anaphylactic shock seperti muntah, dypnoe dan
pulmonary edema noncardiogenic.

Treatment: antihistamine atau short-acting


corticosteroid, memperlambat transfusion rate
atau menghentikannya.

d. Reaksi Allergic and Febrile


Alergi ini merupakan reaksi transfusi umum yang
sering terjadi dimana tanda-tanda reaksi alergi
akan muncul mulai dari 15 menit pertama setelah
infus dan termasuk urtikaria, pruritus, dan
eritema.

Gejala klinis: mual, muntah, atau diare.

Treatment: perlambat transfusion rate dan beri


antihistamin, termasuk penurunan laju infus dan
pemberian antihistamin.

2. Non-immune Mediate
Untuk non-immunologic transfusion reaction
biasanya akan disertai dengan reaksi seperti
infeksi, sepsis, citrate toxicity, dan circulatory
overload.

● Delayed Transfusion Reactions

Biasanya terjadi setelah 24 jam dari waktu


transfusi, dengan onset bervariasi mulai dari hari kedua
hingga hari ke 21. Reaksi transfusi ini sering terjadi
karena adanya respon amnestik terhadap antigen sel
darah merah yang tidak dimiliki oleh penerima (seperti
resipien sebelumnya telah memproduksi alloantibody
reaktif namun memiliki konsentrasi yang rendah
sebelum transfusi). jenis reaksi ini juga dapat disebabkan
oleh alloimmunization primer terhadap antigen sel darah
merah. Jika PCV pasien menurun lebih cepat daripada
yang seharusnya pasca transfusi maka itu bisa dicurigai
sebagai reaksi dari delayed hemolytic transfusion.

Gejala klinis: hiperbilirubinemia, bilirubinuria,


jaundice, ikterus, anoreksia, dan demam (seringkali tidak
disadari), dan beberapa gejala klinis seperti pada
hemolytic akut (immediate reaction) namun berkurang
keparahannya.

Treatment: Delayed transfusion reaction atau reaksi


transfusi yang tertunda ringan biasanya terlihat secara
kebetulan saat recheck blood work. Reaksi ini biasanya
tidak membutuhkan treatment khusus, bahkan terapi
kortikosteroid juga tidak manjur dalam mengobati reaksi
ini (Massey et al. 2013).

B. Transfusion in critical care:

Dokter hewan harus memahami terlebih dahulu penting


atau tidak penting dilakukannya transfusi darah. Karena
pemberian transfusi darah pada pasien merupakan salah
satu hal yang cukup krusial. Critical care fokus pada
darah dan pemberian darah.

Kurang dari 50% dari blood transfusion diberikan untuk


alasan fisik seperti haemodynamic instability atau
pendarahan aktif. Meskipun begitu ada beberapa alasan
mengapa pasien kritis boleh dan tidak boleh diberikan
transfusi darah.

Alasan pemberian transfusi darah pada pasien kritis:

● Meningkatkan pengiriman oksigen yang


berpengaruh terhadap saturasi oksigen penerima
● Mengurangi resiko iskemia koroner pada arteri
koroner penyakit
● Usia, keparahan penyakit, dan obat-obatan bisa
mengganggu aktivitas normal respon adaptif
terhadap anemia
● Untuk meningkatkan ‘batas aman’ (safety
margin) jika terjadi kehilangan darah lebih lanjut
● Untuk mencapai nilai laboratorium tertentu

Sayangnya tidak semua orang setuju dengan pemberian


transfusi darah. Berikut ini adalah alasan mengapa
transfusi darah tidak bisa diberikan pada pasien kritis:

● Transfusi sel darah mungkin tidak berpengaruh


terhadap penambahan saturasi oksigen
● Tidak ada bukti bahwa konsentrasi hemoglobin
yang lebih tinggi bernilai pada penyakit arteri
koroner
● Transfusi dapat mengganggu mikrosirkulasi
● Transfusi dapat menyebabkan imunosupresi dan
peningkatan tingkat infeksi
● Resiko transfusi mungkin lebih besar daripada
manfaatnya

Untuk mengatasi anemia yang kritis memang


membutuhkan treatment seperti transfusi darah.
Contohnya untuk meningkatkan hemoglobin biasanya
sekaligus untuk meningkatkan oksigen yang terbawa
dengan kapasitas darah yang ada. Meskipun begitu, itu
tidak selalu bisa meningkatkan delivery oksigen.

C. Tempat Penyimpanan Darah

Produk darah yang dihasilkan biasanya disimpan di


kulkas atau freezer khusus untuk memastikan
ketersediaan produk darah yang ada aman digunakan dan
efektif untuk transfusi.

● Kulkas atau Lemari Es

Keberadaan lemari pendingin ini sangat krusial


untuk melindungi darah dan komponen darah.
Seluruh produk darah dan produk sel darah
merah biasanya disimpan antara 1-6°C. Suhu
penyimpanan juga harus dijaga setiap saat. Para
penjaga harus bisa memantau suhu lemari es
secara terus menerus dengan metode yang ada
agar suhu tetap ideal. Daya listrik darurat sangat
diperlukan agar produk tidak akan rusak apabila
terjadi pemadaman listrik.

● Freezer

Plasma darah diproses menjadi berbagai


komponen yang memiliki persyaratan
penyimpanan yang ketat untuk menjaga faktor
pembekuan. Setelah dipisahkan dari keseluruhan
darah, plasma darah tersebut harus dengan cepat
dibekukan dan disimpan pada suhu -18°C atau di
bawahnya. Produk harus selalu beku, dan ada
metode untuk memantau suhu freezer agar tetap
idea. Pencairan freezer bisa dilakukan selama
tidak membuat produk menjadi cair dan merusak
kelayakan produk.
BAGIAN IV
PEMBELIAN DARAH DARI PIHAK EKSTERNAL

Dalam beberapa kasus, dokter hewan harus memesan


produk darah dari pihak luar baik untuk menambah stok
atau karena emergency case yang menyebabkan
penggunakan seluruh stok darah yang disimpan
sedangkan tidak ada pendonor yang tersedia untuk donor
darah. Karena itu, dianjurkan bagi dokter hewan untuk
berhubungan baik dengan klien atau bank darah agar
bisa mendapatkan pemasok darah kapanpun dibutuhkan
terlebih lagi saat dalam keadaan darurat.

Saat membeli darah dari pihak luar pastikan untuk


menanyakan metode koleksi dan kualitas dari pendonor.
Selain itu, pastikan untuk memperhatikan informasi
mengenai kebijakan dan prosedur dari pemasok
mengenai pemesanan seperti di bawah ini.

● Berapa harga produk tersebut?


● Berapa lama biasanya waktu yang dibutuhkan
untuk mendapatkan produk secara rutin?
● Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk
mendapatkan produk dalam keadaan darurat?
● Bagaimana pengemasan produk dilakukan?
● Setelah dikemas, berapa lama bahan kemasan
memungkinkan suhu penyimpanan produk yang
optimal?
● Apakah pengiriman semalam akan digunakan?
Apa saja biaya yang terkait?
● Apakah rute pengiriman bisa mempengaruhi
material dalam pengemasan dan isi dari produk
karena keseluruhan?
● Apakah alat pemantau suhu digunakan untuk
proses pengiriman?
● Bagaimana kebijakan dari perusahaan apabila
ada unit atau stock yang diterima telah melebihi
suhu pengiriman yang telah dijanjikan?
● Bagaimana kebijakan jika unit atau stock salah
penanganan atau hilang selama pengiriman?
● Kapan tanggal kedaluwarsa unit atau stock
produk tersebut?

Pastikan juga untuk selalu mengecek kondisi


produk/stock/unit yang diterima. Apakah ada yang bocor
atau damage pada produk yang diterima. Cek juga
apakah produk telah dijaga dengan temperatur yang
sesuai, pastikan juga produk frozen yang dikirim juga
harus dalam keadaan beku saat diterima.
A. Product Packaging

Kontainer transportasi dan produser pengemasan harus


divalidasi sebelum digunakan. Pastikan suhu terpantau
dengan baik selama proses pengiriman. Transportasi
pengiriman harus memiliki pendingin yang dikirim dan
tertutup. Label alamat dan label produk harus ditulis
dengan tinta yang tidak bisa hilang agar tidak ada
kesalahan dalam transfer data.
Memanaskan produk sel darah merah yang disimpan
sebenarnya tidak dianjurkan karena bisa menyebabkan
protein and clotting factor denaturation. Begitu juga
dengan kerusakan eritrosit dengan hemolisis berikutnya
dan penurunan kapasitas pembawa oksigen eritrosit
terutama ketika pemanasan tidak dikendalikan, hal ini
juga bisa mendorong pertumbuhan mikroorganisme yang
akan mencemari produk RBC (red blood cell) yang
disimpan. (Giger 2009; Poder dkk. 2015).
Temperature-controlled water baths atau in-line dry heat
warmers adalah metode yang ideal untuk
menghangatkan produk darah di suhu ruangan atau suhu
tubuh. (Chiang et al. 2011).
B. Product Shipment

Beberapa produk darah biasanya dikirimkan dari satu


klinik ke klinik lainnya, atau bahkan dikirimkan ke luar
kota untuk kebutuhan medis. Ada protokol khusus yang
harus dilakukan sebelum mengirim produk darah ini.
Pengiriman juga harus dilakukan menggunakan
pendingin dan label tidak boleh rusak agar tidak terjadi
kekeliruan pengiriman.

Berikut yang harus dilakukan saat melakukan


pengiriman produk darah:
● Pilih wadah yang sesuai, lalu lapisi wadah
dengan urutan sebagai berikut ini. Bagian paling
bawah beri coolant (pendingin), absorbent paper
(kertas penyerap), produk darah, absorbent paper
(kertas penyerap), paling bawah beri coolant
(pendingin), dan tutup kontainer atau wadah
dengan rapat.
● Lebih mudah bisa digunakan ice box dengan isi
es batu atau dry ice/cooler/coolant untuk menjaga
suhu produk agar tidak kepanasan/meleleh saat di
dalam perjalanan.
● Untuk produk beku, paling mudah dengan
menggunakan dry ice.
● Pasang label dengan nama yang lengkap,
pastikan agar label tidak basah, luntur, atu sobek
selama perjalanan.
Daftar Pustaka

Brown D, Vap LM. (2012) Principles of blood


transfusion and crossmatching. In: Veterinary
Hematology and Clinical Chemistry, 2nd edn. Thrall
MA, ed., pp. 205–222. Ames, IA: John Wiley & Sons.

Gibson G, Abrams‐Ogg A. (2012) Canine transfusion


medicine. In: BSAVA Manual of Canine and Feline
Haematology and Transfusion Medicine, 2nd edn. Day
MJ, Kohn B, eds., pp. 289–307. Gloucester: British
Small Animal Veterinary Association.

Schneider A. (1995) Blood components collection,


processing, and storage. Vet Clin North Am
Small Animal Practice 25(6): 1245–1261.

Sink, Carolyn A. (2017) Practical Transfusion Medicine


for the Small Animal Practitioner. Second Edition,
second edition. New Jersey: Wiley Blackwell.

Chiang, V., Hopper, K., and Mellema, M.S. (2011) In


vitro evaluation of the efficacy of a veterinary dry heat
fluid warmer. Journal of Veterinary Emergency and
Critcal Care 21, 639–647.
Giger, U. (2009) Transfusion medicine. In: Small
Animal Critical Care Medicine (eds D.C. Silverstein and
K. Hopper), pp. 281–286. Saunders Elsevier, St. Louis.

Poder, T.G., Nonkani, W.G., and Tsakeu Leponkouo, É.


(2015) Blood warming and hemolysis: A systematic
review with meta-analysis. Transfusion Medicine
Reviews 29, 172–180.

Hale AS. (2012) Canine blood groups and blood typing.


In: BSAVA Manual of Canine and Feline
Haematology and Transfusion Medicine, 2nd edn. Day
MJ, Kohn B, eds., pp. 280–283. Gloucester: British
Small Animal Veterinary Association

Day MJ. (2012) Feline blood groups and blood typing.


In: BSAVA Manual of Canine and Feline Haematology
and Transfusion Medicine, 2nd edn. Day MJ, Kohn B,
eds., pp. 285–288. Gloucester: British Small Animal
Veterinary Association.

Massey, E.J., Davenport, R.D., and Kaufman, R.M.


(2013) Haemolytic Transfusion Reactions. In: Practical
Transfusion Medicine (eds M.F. Murphy, D.H.
Pamphilon, and N.M. Heddle), 4th edn, pp. 77–88. John
Wiley & Sons, Oxford.

Anda mungkin juga menyukai