Anda di halaman 1dari 94

PENGANTAR AKUNTANSI 1—

ADAPTASI INDONESIA
EDISI 4
Carl S. Warren
James M. Reeve
Jonathan E.Duchac
Ersa Tri Wahyuni
Amir Abadi Jusuf
BAB 10

ASET TETAP DAN ASET


TAKBERWUJUD
Tujuan Pembelajaran (slide 1 dari 2)

 Menjelaskan, menggolongkan, dan menghitung biaya aset


tetap.
 Menghitung penyusutan, menggunakan metode garis lurus,
metode unit produksi, dan metode saldo menurun ganda.
 Membuat ayat jurnal untuk pelepasan aset tetap.
 Menghitung deplesi dan membuat ayat jurnalnya.
 Menjelaskan penerapan akuntansi untuk aset takberwujud
seperti hak paten, hak cipta, dan goodwill.
Tujuan Pembelajaran (slide 2 dari 2)

 Menjelaskan bagaimana beban penyusutan dilaporkan di


laporan laba rugi dan menyiapkan laporan posisi keuangan
yang mencakup aset tetap dan aset takberwujud.
 Menjelaskan dan mengilustrasikan rasio perputaran aset
tetap untuk menilai tingkat efisiensi perusahaan
menggunakan aset tetapnya.
Karakteristik Aset Tetap

Aset tetap memiliki karakteristik sebagai berikut.


• Memiliki bentuk fisik dan dengan demikian merupakan aset
berwujud.
• Dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan
operasi.
• Tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari
kegiatan operasi.
Tampilan 1: Persentase Aset Tetap terhadap
Total Aset dari Beberapa Perusahaan pada
tahun 2015
Menggolongkan Biaya

 Biaya yang telah terjadi dapat diklasifikasikan sebagai:

Aset Tetap Investasi Beban


Tampilan 2: Penggolongan Biaya
Dari PSAK
Investasi
 Investasi adalah aset jangka panjang yang tidak digunakan
dalam kegiatan normal operasi dan dimiliki untuk dijual
kembali di masa mendatang.
 Aset seperti itu dilaporkan di laporan posisi keuangan di
bagian yang disebut Investasi.
 Sebagai contoh, tanah yang belum dikembangkan yang
dibeli oleh perusahaan untuk dijual kembali di masa
mendatang diklasifikasikan dan dicatat sebagai investasi,
bukan tanah.
Biaya Perolehan Aset Tetap

 Harga pembelian, biaya untuk memperoleh aset tetap


mencakup:
 Seluruh jumlah yang dikeluarkan untuk mendapatkan
aset hingga siap untuk digunakan.
 Sebagai contoh, biaya pengiriman dan biaya pemasangan
peralatan dimasukkan sebagai bagian dari jumlah biaya
aset.
Tampilan 3: Biaya Perolehan Aset Tetap
Biaya-Biaya yang Dicatat sebagai Beban
(slide 1 dari 2)

Biaya-biaya berikut ini dicatat sebagai beban.


1. Pengrusakan
2. Kesalahan pemasangan
3. Pencurian yang tidak diasuransikan
4. Kerusakan selama membuka kemasan mesin dan
pemasangannya
5. Denda karena tidak memperoleh izin yang lengkap dari
badan pemerintah
Biaya-Biaya yang Dicatat sebagai Beban
(slide 2 dari 2)

 Biaya langsung yang terjadi selama konstruksi, seperti


tenaga kerja dan bahan baku harus dikapitalisasi dengan
mendebit sebuah akun bernama Konstruksi dalam Proses.
 Ketika konstruksi selesai, biaya direklasifikasi dengan
mengkredit Konstruksi dalam Proses dan mendebit akun aset
tetap yang tepat, misal Gedung.
Peng
Pengeluaraneluar
Pendapatan dan Modal
Peng
an
eluar
pend
an
apat
mod
an
al
(reve
(capit
nue
al
expe
expe
nditu
nditu
re)
re)
Biay
meni
a
ngka
yang
tkan
berm
aset
anfa
atau
at
mena
hany
mba
a
h
pada
umu
perio
r
de
manf
Perawatan dan Perbaikan Biasa

Dicatat sebagai beban periode berjalan

Pengeluaran yang terkait dengan perawatan dan perbaikan aset tetap disebut
pengeluaran pendapatan dan dicatat sebagai kenaikan pada Beban Perbaikan
dan Perawatan
Contoh Perawatan dan Perbaikan Biasa

Sejumlah Rp300.000 yang dibayarkan untuk perawatan truk pengiriman.


Peningkatan Aset
 Setelah aset tetap disiapkan, pengeluaran dapat terjadi untuk
meningkatkan nilai aset.
 Sebagai contoh, nilai jasa truk pengiriman dapat ditingkatkan
dengan menambah alat pengangkat hidrolik senilai
Rp5.500.000 untuk mempermudah dan mempercepat
bongkar-muat barang berat.
 Pengeluaran semacam ini disebut pengeluaran modal dan
dicatat sebagai kenaikan pada akun aset tetap.
 Oleh karena biaya truk pengiriman meningkat, penyusutan
truk tersebut berubah sesuai sisa umur manfaatnya.
Contoh Peningkatan Aset

Nilai jasa truk pengiriman dapat ditingkatkan dengan menambah


alat pengangkat hidrolik senilai Rp5.500.000 untuk
mempermudah dan mempercepat bongkar-muat barang berat.
Perbaikan Luar Biasa

Dicatat sebagai
Untuk
penurunan pada akun
memperpanjang
akumulasi
umur manfaat aset penyusutan
Contoh Perbaikan Luar Biasa

Mesin forklift yang sudah mendekati akhir umur manfaatnya


dapat diperbaiki dengan biaya Rp4.500.000.
Akuntansi untuk Pengeluaran Pendapatan
dan Pengeluaran Modal
Penyewaan Aset Tetap

 Sewa (lease) adalah perjanjian atas penggunaan aset selama


periode tertentu.
 Sebagai contoh, kendaraan, komputer, peralatan kesehatan,
gedung, bahkan pesawat terbang sering kali disewakan.
 Dua pihak dalam perjanjian sewa adalah sebagai berikut.
1. Pemberi sewa (lessor) adalah pihak yang memiliki aset.
2. Penyewa (lessee) adalah pihak yang diberi hak oleh pemberi
sewa untuk menggunakan aset.
 Di bawah kontrak sewa, penyewa berkewajiban untuk
melakukan pembayaran sewa secara berkala selama masa sewa.
Dari PSAK
Akuntansi untuk Penyusutan (slide 1 dari 2)

 Pemindahan biaya ke beban secara berkala semacam ini


disebut penyusutan atau depresiasi (depreciation).
 Tanah memiliki kemampuan yang tidak terbatas, sehingga
tanah tidak terdepresiasi.
 Jurnal penyesuaian untuk mencatat penyusutan:
 Debit: Beban Penyusutan
 Credit: kontra aset bernama Akumulasi Penyusutan
atau Penyisihan untuk Penyusutan
Akuntansi untuk Penyusutan (slide 2 dari 2)

Penyusutan dapat disebabkan oleh faktor-faktor fisik atau


fungsional.
1. Penyusutan fisik terjadi karena penggunaan dan disebabkan
oleh cuaca.
2. Penyusutan fungsional terjadi saat aset tetap tidak lagi dapat
menyediakan jasa pada tingkat yang diharapkan. Sebagai
contoh, peralatan dapat menjadi kuno akibat perubahan
teknologi.
Faktor-Faktor dalam Menghitung Beban
Penyusutan (slide 1 dari 2)

Estimasi nilai
pada akhir umur
Umur manfaat yang manfaatnya.
Biaya awal aset tetap
diharapkan Faktor yang
ketiga disebut
nilai residu.
Faktor-Faktor dalam Menghitung Beban
Penyusutan (slide 2 dari 2)

 Biaya perolehan awal aset tetap ditentukan menggunakan konsep yang


didiskusikan dan diilustrasikan sebelumnya di bab ini.
 Umur manfaat yang diharapkan (expected useful life) dari aset tetap diestimasi
ketika aset mulai menyediakan jasa.
 Nilai residu (residual value) aset tetap pada akhir umur manfaat yang
diharapkan harus diperkirakan pada saat aset disiapkan untuk menyediakan jasa.
 Nilai residu terkadang disebut scrap value, salvage value, atau trade-in
value.
 Perbedaan antara jumlah biaya perolehan awal dan nilai residu disebut biaya
penyusutan.
 Biaya penyusutan adalah jumlah biaya aset yang dialokasikan sepanjang
umur manfaat sebagai beban penyusutan.
Tampilan 5: Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Beban Penyusutan
Metode Penyusutan

Penyusutan Penyusutan
garis lurus unit produksi

Penyusutan
saldo menurun
ganda
Tampilan 6: Penggunaan Metode Penyusutan
Metode Garis Lurus (slide 1 dari 4)

 Menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk


setiap tahun selama umur manfaat aset.
 Metode garis lurus sejauh ini merupakan metode yang paling
banyak digunakan.
Metode Garis Lurus (slide 2 dari 4)

 Asumsikan jika peralatan dibeli pada tanggal 1 Januari


sebagai berikut.
 Biaya perolehan awal Rp24.000.000
 Umur manfaat yang diharapkan 5 tahun
 Estimasi nilai residu Rp2.000.000
 Penyusutan garis lurus tahunan sebesar Rp4.400.000.
Metode Garis Lurus (slide 3 dari 4)

 Jika aset hanya digunakan selama beberapa waktu dalam satu


tahun, maka penyusutan tahunan dihitung secara
proporsional.
 Sebagai contoh, diasumsikan peralatan di atas dibeli dan
menyediakan jasa pada tanggal 1 Oktober.
 Penyusutan untuk tahun berakhir 31 Desember adalah
sebesar Rp1.100.000, dihitung sebagai berikut.
Penyusutan untuk Tahun Fiskal Pertama = Rp4.400.000 × 3/12
= Rp1.100.000
Metode Garis Lurus (slide 4 dari 4)

 Persentase garis lurus ditentukan dengan membagi 100%


atas jumlah tahun umur manfaat yang diharapkan, seperti
yang ditunjukkan di bawah ini.
Metode Unit Produksi (slide 1 dari 2)

 Metode unit produksi (units-of-production method)


menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama untuk
setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang
digunakan oleh aset.
 Tahap 1. Menentukan penyusutan per unit:

 Tahap 2. Menghitung beban penyusutan:


Metode Unit Produksi (slide 2 dari 2)

 Sebagai ilustrasi, asumsikan jika peralatan pada contoh


sebelumnya diharapkan mempunyai umur manfaat selama
10.000 jam operasi. Sepanjang tahun, peralatan tersebut
beroperasi selama 2.100 jam.
 Tahap 1. Menentukan penyusutan per unit:

 Tahap 2. Menghitung beban penyusutan:


Metode Saldo Menurun Ganda
(slide 1 dari 7)

 Metode saldo menurun ganda (double-declining-balance


method) menghasilkan beban periodik yang semakin menurun
selama estimasi umur manfaat aset.
 Metode saldo menurun ganda diaplikasikan dalam tiga tahap.
Tahap 1. Menentukan persentase garis lurus, menggunakan
umur manfaat yang diharapkan.
Tahap 2. Menentukan saldo menurun ganda dengan
mengalikan tarif garis lurus dari Tahap 1 dengan 2.
Tahap 3. Menghitung beban penyusutan dengan mengalikan
tarif saldo menurun ganda dari Tahap 2 dengan nilai buku aset.
Metode Saldo Menurun Ganda
(slide 2 dari 7)

Sebagai ilustrasi, peralatan


yang dibeli di contoh
sebelumnya digunakan untuk
menghitung penyusutan
saldo menurun ganda.
Metode Saldo Menurun Ganda
(slide 3 dari 7)

Tahap 1.
Persentase garis lurus = 20% (100%/5)
Tahap 2.
Tarif saldo menurun ganda = 40% (20% × 2)
Tahap 3.
Beban penyusutan = Rp9.600.000 (Rp24.000.000 × 40%)
Metode Saldo Menurun Ganda
(slide 4 dari 7)

 Penyusutan saldo menurun ganda tahunan untuk 5 tahun


umur manfaat peralatan ditunjukkan sebagai berikut.
Metode Saldo Menurun Ganda
(slide 5 dari 7)

 Saat metode saldo menurun ganda digunakan, estimasi nilai


residu tidak dipertimbangkan.
 Akan tetapi, aset tidak perlu disusutkan di bawah estimasi
nilai residunya.
Metode Saldo Menurun Ganda
(slide 6 dari 7)

Jika aset hanya digunakan


selama beberapa waktu
dalam satu tahun, maka
penyusutan tahunan dihitung
secara proporsional.
Metode Saldo Menurun Ganda
(slide 7 dari 7)

 Asumsikan jika peralatan sebelumnya dibeli dan


menyediakan jasa pada tanggal 1 Oktober.

 Penyusutan tahun kedua akan menjadi Rp8.640.000.


Tampilan 7: Rangkuman Metode Penyusutan
Tampilan 8: Membandingkan Metode Penyusutan
Penyusutan untuk Pajak Penghasilan
(slide 1 dari 2)

Regulator perpajakan Indonesia


memperbolehkan dua metode untuk
menghitung penyusutan dalam
perusahaan untuk tujuan perhitungan
pajak, yaitu metode garis lurus dan
metode saldo menurun.
Penyusutan untuk Pajak Penghasilan
(slide 2 dari 2)
Mengubah Estimasi Penyusutan (slide 1 dari 5)

Estimasi baru yang sudah diketahui dapat direvisi untuk menentukan


beban penyusutan periode mendatang.

Perubahan estimasi yang dicatat pada tahun-tahun sebelumnya tidak


akan memengaruhi jumlah beban penyusutan.
Mengubah Estimasi Penyusutan (slide 2 dari 5)

 Sebagai ilustrasi, diasumsikan data berikut untuk mesin yang


dibeli pada tanggal 1 Januari 2015:
Biaya perolehan awal mesin Rp140.000.000
Umur manfaat 5 tahun
Estimasi nilai residu Rp10.000.000
Penyusutan tahunan menggunakan metode garis lurus
[(Rp140.000.000 − Rp10.000.000)/5 tahun]
= Rp26.000.000
Mengubah Estimasi Penyusutan (slide 3 dari 5)

 Pada akhir tahun 2016, nilai buku mesin (biaya yang belum
disusutkan) sebesar Rp88.000.000, ditentukan sebagai
berikut.
Mengubah Estimasi Penyusutan (slide 4 dari 5)

 Pada awal tahun 2017, perusahaan mengestimasi sisa umur


manfaat mesin adalah 8 tahun (bukan 3 tahun) dan nilai
residunya sebesar Rp8.000.000 (bukan Rp10.000.000).
Mengubah Estimasi Penyusutan (slide 5 dari 5)

 Beban penyusutan untuk setiap tahun selama delapan tahun


sisanya adalah Rp10.000.000:
Tampilan 10: Nilai Buku Aset dengan
Perubahan Estimasi
Pelepasan Aset Tetap (slide 1 dari 2)

 Aset tetap yang tidak lagi berguna dapat dibuang atau dijual.
 Dalam kasus seperti ini, nilai buku aset harus dihapus dari
akunnya.
 Aset tetap tidak boleh dihapus dari akun hanya karena aset
tersebut sudah habis disusutkan.
Pelepasan Aset Tetap (slide 2 dari 2)

 Jika aset tetap masih digunakan oleh perusahaan, biaya dan


akumulasi penyusutannya tetap dicatat dalam buku besar
meskipun aset telah disusutkan sepenuhnya.
 Hal ini dimaksudkan untuk menjaga akuntabilitas aset dalam
buku besar.
Membuang Aset Tetap (slide 1 dari 4)

 Jika aset tetap tidak lagi berguna bagi perusahaan dan tidak
memiliki nilai residu atau nilai pasar, aset tersebut akan
dibuang.
 Sebagai contoh, asumsikan jika aset tetap yang sudah
disusutkan sepenuhnya dan tidak punya nilai residu akan
dibuang.
 Ayat jurnal untuk mencatat pembuangan aset menghilangkan
aset yang bersangkutan dan akumulasi penyusutan terkait
dari buku besar.
Membuang Aset Tetap (slide 2 dari 4)

 Asumsikan bahwa peralatan yang diperoleh dengan biaya


Rp25.000.000 telah habis disusutkan per 31 Desember, 2015.
 Pada tanggal 14 Februari 2016, peralatan tersebut dibuang.
Ayat jurnal untuk mencatat pembuangan adalah sebagai
berikut.
Membuang Aset Tetap (slide 3 dari 4)

 Asumsikan bahwa peralatan dengan biaya Rp6.000.000 dan


tanpa nilai residu disusutkan dengan tingkat penyusutan garis
lurus 10%.
 Pada tanggal 31 Desember 2015, saldo akumulasi
penyusutan, setelah ayat jurnal penyesuaian adalah
Rp4.650.000.
 Pada tanggal 24 Maret 2016, aset tersebut dihilangkan dari
jasa dan dibuang.
Membuang Aset Tetap (slide 4 dari 4)
Menjual Aset Tetap (slide 1 dari 5)

 Ayat jurnal untuk mencatat penjualan aset tetap sama dengan


ayat jurnal dalam contoh di atas untuk membuang aset.
 Perbedaannya adalah kas yang diterima juga harus dicatat.
 Jika harga jual lebih besar dari nilai buku aset, transaksi
tersebut menghasilkan keuntungan (laba).
 Jika harga jual lebih kecil dari nilai buku, berarti terdapat
kerugian.
Menjual Aset Tetap (slide 2 dari 5)

 Asumsikan peralatan yang diperoleh dengan biaya


Rp10.000.000 dan tanpa nilai residu, disusutkan dengan
tingkat penyusutan garis lurus tahunan 10%.
 Peralatan dijual secara tunai pada tanggal 12 Oktober setelah
delapan tahun penggunaan.
 Saldo akun akumulasi penyusutan per 31 Desember tahun
sebelumnya adalah Rp7.000.000.
Menjual Aset Tetap (slide 3 dari 5)
Menjual Aset Tetap (slide 4 dari 5)
Menjual Aset Tetap (slide 5 dari 5)
Sumber Daya Alam
 Aset tetap milik beberapa perusahaan meliputi kayu, bijih
besi, mineral, atau sumber daya alam lainnya.
 Oleh karena sumber daya ini dipanen atau ditambang
kemudian dijual, sebagian biaya didebit ke akun beban.
 Proses memindah biaya sumber daya alam ke akun beban
disebut deplesi (depletion).
Menghitung Deplesi
 Tahap 1. Menentukan tarif deplesi:

 Tahap 2. Mengalikan tarif deplesi dengan kuantitas yang


diambil dari sumber daya selama periode berjalan.
Contoh Menghitung Deplesi (slide 1 dari 3)

 Sebagai ilustrasi, asumsikan jika PT Kencana Utama


membeli hak tambang sebagai berikut.
 Biaya kandungan mineral Rp400.000.000
 Estimasi total unit sumber daya 1.000.000 ton
 Jumlah yang ditambang 90.000 ton
sepanjang tahun berjalan
Contoh Menghitung Deplesi (slide 2 dari 3)

 Tahap 1.

 Tahap 2.
Contoh Menghitung Deplesi (slide 3 dari 3)

 Akumulasi deplesi adalah akun kontra aset.


 Dilaporkan di laporan posisi keuangan sebagai pengurang
dari biaya kandungan mineral.
Aset Takberwujud (slide 1 dari 2)

 IAS 38 (atau PSAK 19) mendefinisikan aset takberwujud


adalah aset nonmoneter teridentifikasi tanpa wujud fisik.
 Agar diakui sebagai aset takberwujud, aset harus memenuhi
kondisi keteridentifikasian, pengendalian, dan adanya
kemanfaatan ekonomis masa depan.
 Aset takberwujud perusahaan diakui (a) jika dan hanya jika
kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat
ekonomis masa depan dari aset tersebut; dan (b) biaya
perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
 Aset takberwujud umumnya digunakan dalam operasi
perusahaan dan tidak ditujukan untuk dijual.
Aset Takberwujud (slide 2 dari 2)

Akuntansi untuk aset takberwujud mirip dengan aset tetap. Isu


utama adalah sebagai berikut.
 Menentukan biaya awal.
 Menentukan amortisasi (amortization), yang mana jumlah
biaya dipindahkan ke beban.
Amortisasi dihasilkan dari berjalannya waktu atau penurunan
manfaat aset takberwujud.
Hak Paten (slide 1 dari 4)

 Hak paten adalah hak eksklusif untuk menghasilkan dan


menjual barang dengan satu keunikan atau lebih.
 Biaya awal dalam hak paten yang dibeli, mencakup imbalan
jasa hukum yang terkait, dan didebit ke akun aset.
 Biaya ini dihapuskan, atau diamortisasi, selama estimasi
umur manfaat hak paten.
 Umur manfaat hak paten dapat kurang dari sisa masa hak
paten secara hukum.
Hak Paten (slide 2 dari 4)

 Metode garis lurus biasanya digunakan untuk menentukan


amortisasi hak paten.
 Amortisasi dicatat dengan mendebit akun beban dan
mengkredit akun hak paten.
 Akun aset kontra terpisah biasanya tidak digunakan dalam
aset takberwujud.
Hak Paten (slide 3 dari 4)

Asumsikan bahwa pada awal tahun


fiskal, perusahaan mendapatkan hak
paten senilai Rp100.000.000.
Meskipun hak paten belum akan habis
dalam 14 tahun, sisa umur manfaatnya
diperkirakan tinggal lima tahun.
Hak Paten (slide 4 dari 4)

 Ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat amortisasi hak paten


pada akhir tahun adalah sebagai berikut.
Hak Cipta dan Merek Dagang

 Hak cipta (copyright) adalah hak eksklusif untuk menerbitkan dan


menjual karya tulis, materi artistik, atau komposisi musikal.
 Biaya hak cipta meliputi seluruh biaya menciptakan karya
ditambah biaya administrasi atau hukum untuk mendapatkan hak
tersebut.
 Hak cipta yang dibeli dari pihak lain harus dicatat pada harga
pembeliannya. Hak cipta diamortisasi sepanjang umur manfaatnya.
 Merek dagang (trademark) adalah nama, istilah, atau simbol yang
digunakan untuk mengenali suatu perusahaan dan produknya.
Kebanyakan perusahaan mengidentifikasi merek dagangnya
dengan tanda ® dalam iklan dan produknya.
Goodwill (slide 1 dari 3)
 Goodwill mengacu pada aset takberwujud milik perusahaan yang dihasilkan
oleh faktor-faktor yang menguntungkan, seperti lokasi, mutu produk,
reputasi, dan keahlian manajerial.

 Goodwill memungkinkan perusahaan untuk menghasilkan tingkat


pengembalian investasi yang sering kali melebihi tingkat normal.

 Standar Akuntansi Keuangan Indonesia (PSAK) memperbolehkan goodwill


dicatat dalam akun hanya jika dapat ditentukan secara objektif oleh suatu
transaksi.

 Contoh transaksi yang dimaksud adalah pembelian perusahaan pada harga di


atas aset neto ( aset – liabilitas) perusahaan yang diperoleh. Kelebihannya
dicatat sebagai goodwill dan dilaporkan sebagai aset takberwujud.
Goodwill (slide 2 dari 3)
 Goodwill tidak diamortisasi tetapi penurunan.
 Asumsikan jika pada tanggal 31 Desember, PT Eka Pratama
menentukan bahwa Rp250.000.000 dari nilai goodwill yang
diperoleh dari membeli PT Regina diturunkan nilainya.
Goodwill (slide 3 dari 3)
 Ayat jurnal mencatat penurunan nilai sebagai berikut.
Tampilan 11: Frekuensi Pengungkapan Aset
Takberwujud untuk 70 Perusahaan
Tampilan 12: Perbandingan Aset Takberwujud
Pelaporan Keuangan untuk Aset Tetap dan
Aset Takberwujud (slide 1 dari 2)

 Dalam laporan keuangan jumlah beban penyusutan, beban


amortisasi, dan kerugian penurunan nilai dalam suatu periode
harus dilaporkan secara terpisah atau diungkapkan dalam
catatan laporan keuangan.
 Pada laporan posisi keuangan, setiap golongan utama aset tetap
harus diungkapkan dalam laporan posisi keuangan atau catatan
atas laporan keuangan. Akumulasi penyusutan terkait juga perlu
diungkapkan, baik menurut golongan utama atau secara total.
 Aset tetap dapat ditampilkan dalam nilai buku (biaya dikurangi
akumulasi penyusutan), yang juga dapat dijelaskan sebagai nilai
neto.
Pelaporan Keuangan untuk Aset Tetap dan
Aset Takberwujud (slide 2 dari 2)

 Jika ada banyak golongan aset tetap, jumlah tunggal dapat


disajikan di laporan posisi keuangan, didukung oleh catatan
dengan daftar terpisah.
 Aset takberwujud biasanya dilaporkan dalam laporan posisi
keuangan di bagian terpisah megikuti aset tetap.
 Saldo tiap golongan aset takberwujud harus diungkapkan
neto atas setiap amortisasi.
Laporan Posisi Keuangan Kedai Kopi
Analisis dan Interpretasi Keuangan: Rasio
Perputaran Aset Tetap (slide 1 dari 3)

 Rasio perputaran aset tetap (fixed asset turnover ratio)


mengukur jumlah pendapatan yang dihasilkan oleh setiap
jumlah nominal aset tetap.
Analisis dan Interpretasi Keuangan: Rasio
Perputaran Aset Tetap (slide 2 dari 3)

 Sebagai ilustrasi, data berikut (dalam ribuan rupiah)


diperoleh dari laporan posisi keuangan PT Sepatu Bata
Tbk. pada tahun 2015 dan 2014.
Analisis dan Interpretasi Keuangan: Rasio
Perputaran Aset Tetap (slide 3 dari 3)

 Rasio perputaran aset tetap PT Sepatu Bata untuk Tahun 2


(2015) dan Tahun 1 (2014) dihitung sebagai berikut.
Lampiran: Pertukaran Aset Tetap yang Serupa
(slide 1 dari 2)

 Peralatan yang lama sering kali dipertukarkan dengan


peralatan baru dengan kegunaan yang serupa.
 Dalam hal ini, penjual memperbolehkan pembeli
menentukan harga untuk peralatan lama yang dipertukarkan.
Jumlah ini, disebut penyisihan pertukaran (trade-in
allowance), dapat menjadi lebih besar atau lebih kecil dari
nilai buku peralatan yang lama.
 Sisa saldo—jumlah yang terutang—dapat dibayarkan dengan
uang tunai atau dicatat sebagai liabilitas. Jumlah ini biasanya
disebut boot dalam bahasa Inggris.
Lampiran: Pertukaran Aset Tetap yang Serupa
(slide 2 dari 2)

 Akuntansi untuk pertukaran aset tetap yang serupa bergantung pada


apakah transaksi mempunyai substansi komersial (commercial
substance).
 Sebuah pertukaran mempunyai substansi komersial jika arus kas
masa depan berubah akibat pertukaran.
 Jika pertukaran aset tetap yang serupa mempunyai substansi
komersial, laba atau rugi diakui.
 Dalam kasus semacam itu, pertukaran diperhitungkan hampir sama
dengan penjualan aset tetap.
 Keuntungan atau kerugian ditentukan atas perbedaan antara nilai
wajar pasar (penyisihan pertukaran) aset yang ditukarkan dengan
nilai bukunya.
Lampiran: Keuntungan atas Pertukaran
(slide 1 dari 2)

 Sebagai ilustrasi keuntungan atas suatu pertukaran aset yang


serupa, asumsikan hal-hal berikut.
Lampiran: Keuntungan atas Pertukaran
(slide 2 dari 2)

 Ayat jurnal untuk mencatat pertukaran dan pembayaran kasa


adalah sebagai berikut.
Lampiran: Kerugian atas Pertukaran
(slide 1 dari 2)

 Untuk mengilustrasikan rugi atas pertukaran aset yang


serupa, asumsikan bahwa alih-alih penyisihan pertukaran
sebesar Rp1.100.000, penyisihan pertukaran hanya sebesar
Rp675.000. Dalam kasus ini, kas yang dibayarkan untuk
pertukaran adalah sebesar Rp4.325.000 seperti yang
ditunjukkan berikut ini:
Lampiran: Kerugian atas Pertukaran
(slide 2 dari 2)

 Ayat jurnal untuk mencatat pertukaran dan pembayaran kas


adalah sebagai berikut.

Anda mungkin juga menyukai