Anda di halaman 1dari 6

DOSEN PENGAMPU :Alifiah Nurachmana,S.S.,M.Pd.

NAMA :Zulham Rasidin Indrarobbika


NIM :213020202031
MATKUL :Pengantar Ilmu Bahasa

1. Morfem dasar adalah morfem yang dapat menjadi dasar dalam satu proses morfologi.
Misalnya: morfem (beli) dan (makan). bentuk dasar merupakan bentuk yang mengalami
proses morfologis. Bentuk dasar tersebut dapat berupa monomorfemis maupun
polimorfemis. Alat pembentuk kata dapat berupa afiks dalam proses afiksasi,
pengulangan dalam proses reduplikasi, dan berupa penggabungan yang berupa frase.
bentuk kutip adalah cabang linguistik yang mengidentifikasi satuan-satuan dasar bahasa
sebagai satuan gramatikal.Kata dapat terdiri atas beberapa
morfem, contohnya menanamkan = me-tanam-kan, bisa juga hanya terdiri atas satu
morfem, misalnya rumah, kursi, selamat, eksekusi.

Afiks derivasional ialah afiks yang dalam proses pembentukan kata melampaui

identitas kata, sedangkan afiks infleksional ialah afiks yang dalam proses

pembentukan kata mempertahankan identitas (leksikal)-nya.

 bawa (verba)- bawaan (nomina) - derivasional

pembawaan (nomina)

bawa (verba)- membawa (verba) -infleksional

dibawa (verba)

terbawa (verba)

 tunjuk (verba)- tunjui (verba)-derivasional

tunjuka (nomina)

tunjuk (verba)- menunjuk (verba) - infleksional

ditunjuk (verba)

terbawa (verba)
2. Kalimat mayor adalah kalimat yang sekurang-kurangnya mengandung dua unsur pusat,
yakni bisa terdiri dari subjek dan predikat (S-P) atau subjek, predikat, objek (S-P-O) atau
pun lebih dari itu, misalnya disertai (S-P-O-K). Contoh kalimat mayor: Saya belajar,
Saya membeli buku di toko.
Kalimat minor adalah kalimat yang mengandung satu unsur pusat. Unsur pusat yang
sering digunakan dalam kalimat berupa predikat. Kalimat minor umumnya digunakan
sebagai jawaban atas suatu pertanyaan, sebagai perintah, ataupun seruan.
Contoh kalimat minor: Hai, Tidak!, Halo .dll
Klausa adalah  penggabungan kata yang terdiri atas  subjek dan predikat. Klausa
biasanya dilengkapi dengan  menggunakan objek, pelengkap, dan keterangan.
Sehingga, bisa  ditarik kesimpulannya bahwa klausa lebih lengkap dibandingkan
dengan frasa. Akan tetapi , klausa belum menjadi sebuah kalimat karena  tidak
mempunyai  intonasi akhir.
Klausa bebas adalah klausa yang mempunyai unsur-unsur yang lengkap sehingga
memiliki kemungkinan untuk menjadi kalimat utama, yaitu kalimat yang mempunyai
subjek dan predikat. Klausa jenis ini dapat berdiri sendiri dan tidak menggunakan
konjungsi. Contoh:

Ayah bekerja
Kakak menyapu
Nia menyanyi
Arjuna bermain
Nenek Kasimah menjahit
Paman mendayung, Presiden berpidato
Bu Guru mengajar, Gadis berjalan
Mobil melaju
Pesawat terbang mengudara
Balon melayang

Klausa terikat disebut juga sebagai anak kalimat. Klausa terikat tidak memiliki
kemungkinan menjadi sebuah kalimat karena seringkali tidak memiliki subjek maupun
predikat. Klausa ini dapat ditandai dengan adanya penggunaan konjungsi dalam
kalimatnya.

Contoh:

Ayah pulang tadi siang


Ibu pergi ke pasar
Tokonya berada diantara dua rumah
Kami berangkat menuju hotel dengan mobil
Kakak Bila membujuk dengan permen agar Juna belajar
Kami sudah berangkat sejak kemarin
Arjuna menangis ketika Bunda tidur
Klausa Verbal adalah klausa yang predikatnya berkategori kata kerja. Jadi klausa verbal
memiliki predikat yang berupa kata kerja.
Contoh:Petani mengerjakan sawahnya dengan tekun (petani = subjek, mengerjakan
sawahnya = predikat, dengan tekun = keterangan)
Dengan rajin, bapak guru memeriksa karangan murid (dengan rajin = keterangan, bapak
guru = subjek, memeriksa karangan murid = predikat)
Mereka memancing di sungai (mereka = subjek, memancing = predikat, di sungai =
keterangan)
Kita menyanyi Bersama (kita = subjek, menyanyi = predikat, Bersama = keterangan)

Klausa nominal merupakan klausa dimana predikatnya termasuk kata benda ataupun
frasa nomina. Struktur utama klausa ini sendiri sama seperti klausa lainnya yaitu terdiri
atas subjek dan juga predikat.
Contoh:
Staf ahli bidang meteorologi (staf ahli = subjek, bidang meteorologi = predikat).
Pak Wawan seorang satpam (Pak Wawan = subjek, seorang satpam = predikat).
Berita dari media daring (berita = subjek, bidang media daring = predikat).
Mobil baru kakak Nodi (mobil baru = subjek, kakak Nodi = predikat).
Boneka koleksi Tika (boneka = subjek, koleksi Tika = predikat).
Bapak Ridwan Kamil seorang Gubernur (Bapak Ridwan Kamil = subjek, seorang
gubernur = predikat).
Pak Andi seorang arsitektur (Pak Andi = subjek, seorang arsitektur = predikat).

Klausa Adverbia
Merupakan klausa yang predikatnya berupa jenis-jenis kata keterangan ataupun frasa
adverbia. Adapun contoh-contohnya antara lain:
Dia tadi siang ke rumahku.
Aku tadi subuh ke pasar.
Kami tahun lalu ke Raja Ampat.
Dia tadi sore ke rumah sakit.
Kami pagi tadi ke sekolah.

Klausa Numeralia
Merupakan klausa yang menjadikan jenis-jenis kata bilangan atau contoh frasa numeralia
sebagai predikatnya. Adapun contoh klausa ini antara lain:
Bayamnya dua ikat.
Telurnya satu kilo.
Kertasnya sekian rim.
Berasnya sekian kilo.
Telurnya puluhan biji.

Klausa Adjektiva
Dalam jenis klausa adjectiva ini, predikat berkedudukan sebagai kata keadaan.
Penyusunan klausa adjektival secara umum terdiri dari subjek yang berkategorikan
nomina dan predikat yang berkategorikan adjektif.
Contoh:
Harga baju itu sangat mahal. (Harga baju itu = kata benda, sangat mahal = kata sifat)
Anak itu cerdas sekali. (Anak itu = kata benda, cerdas sekali = kata sifat)
Hawa pagi ini dingin sekali (Hawa pagi ini = kata benda, dingin sekali = kata sifat)
Bunga itu harum sekali (Bunga itu = kata benda, harus sekali = kata sifat)
Budi lebih tinggi dari Andi (Budi = kata benda, lebih tinggi = kata sifat).
Bapak lebih tua dari Ibu (bapak = kata benda, lebih tua = kata sifat).
Adik lebih muda dari kakak (adik = kata benda, lebih muda = kata sifat).

3. Ogden dan Richards menggagas sebuah konsep yang disebut “segitiga makna” atau
sering juga diistilahkan sebagai “segitiga semiotik”. Berikut adalah gambar yang saya
ambil dari Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik (2005: 114)

Pada gambar di atas, Ogden dan Richards mengangkat buku sebagai


contoh. Buku memiliki lambang bunyi bahasa berupa [b-u-k-u] yang berhubungan
langsung dengan citra mental atau gambaran buku. Sementara itu, konsep buku pun
berhubungan langsung dengan referen atau objek buku. Namun, lambang bunyi bahasa
tidak berelasi secara langsung dengan referen atau objek tersebut. Contoh mudahnya,
apabila kita mengucapkan buku kepada orang Jerman, mereka belum tentu mengerti apa
yang kita maksud karena dalam bahasa Jerman, buku dilambangkan dengan Buch.

Makna leksikal adalah makna sebenarnya, sesuai dengan hasil observasi indra kita,
makna apa adanya dan makna yang ada dalam kamus. Leksikal adalah bentuk yang
diturunkan dari bentuk nomina leksikon (vokabuler, kosa kata, perbendaharaan kata).
Dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang
sesuai dengan hasil observasi alat indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam
kehidupan kita. Contohnya, kata ‘kepala’ dalam kalimat ‘Kepalanya hancur kena
pecahan granat‘ adalah makna leksikal, tetapi dalam kalimat ‘Hafizh diangkat menjadi
kepala cabang koperasi‘ adalah bukan makna leksikal. Maksud makna dalam kamus
adalah makna dasar atau makna yang konret. Misalnya leksem ‘Kuda’ memiliki makna
sejenis binatang.

Makna gramatikal adalah makna yang terjadi setelah proses gramatikal (afikasi,
reduplikasi, kompositumisasi). Perbedaan dari makna leksikal dan gramatikal adalah
Makna leksikal adalah makna dasar/makna dari kata per kata, sedangkan makna
gramatikal adalah makna baru yang muncul ketika kata-kata tersebut menjadi sebuah
kalimat. Makna gramatikal acapkali juga dapat diketahui tanpa mengenal makna leksikal
unsur-unsurnya. Misalnya klausa malalat dilili-lili lolo-lolo ini, yang tidak kita ketahui
makna leksikal unsur-unsurnya, apa itu malalat, apa itu malalat, apa itu dilili-lili, dan apa
pula lolo-lolo itu; namun kita tahu bahwa konstruksi klausa itu memberi makna
gramatikal: malalat mengandung makna ‘tujuan, pasien’ dilili-lili mengandung makna
‘pasif’, dan lolo-lolo mengandung makna ‘pelaku perbuatan’.Contoh: kata ‘kuda‘
bermakna leksikal binatang sedangkan makna gramatikalnya bisa menjadi alat
transportasi atau sejenis. Contoh, Saya berangkat ke pasar dengan kuda.

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki
oleh sebuah kata. Umpamanya, kata ‘Kurus‘ (bermakna denotatif yang mana artinya
keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal). Kata
‘Bunga‘( bermakna denotatitif yaitu bunga yang seperti kita lihat di taman).

Makna konotatif adalah makna yang lain yang ditambahkan pada makna denotatif tadi
yang berhubungan dengan nilai rasa dari seseorang atau kelompok orang yang
menggunakan kata tersebut. Umpamanya kata ‘Kurus‘ pada contoh di atas berkonotasi
netral. Tetapi kata ‘Ramping‘, yaitu sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu
memiliki konotasi positif yaitu nilai yang mengenakkan ; orang akan senang kalau
dikatakan ramping. Sebaliknya, kata ‘Kerempeng‘, yang sebenarnya juga bersinonim
dengan kata kurus dan ramping, mempunyai konotasi negatif, nilai rasa yang tidak enak,
orang akan tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng.

Homofon terdiri dari kata homo (sama) dan fon (suara atau bunyi). Homofon adalah
suatu kata yang memiliki pelafalan sama namun dengan tulisan dan arti yang berbeda.
Contohnya dalam bahasa Indonesia antara lain 'Djarum' dengan 'jarum', serta 'Rock' dan
'Rok'

Homograf adalah kata dengan tulisan yang sama namun memiliki lafal dan makna yang
berbeda. Dalam bahasa Indonesia, contoh kata homograf adalah 'Semi' dengan dua
makna berbeda yaitu level di atas standar dan musim. Contoh lainnya adalah 'apel'
dengan makna buah dan kumpul (upacara kecil)

Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan
sama. contoh homonim antara lain : 1. bulan (nama kalender atau nama satelit ). 2.
genting (gawat atau atap rumah ).

Anda mungkin juga menyukai