Oleh :
Andi Herius, S.T., M.T / 0007097603
i
HALAMAN PENGESAHAN
BAHAN AJAR ILMU UKUR TANAH II
ii
iii
iv
SILABUS
Melalui bahan ajar ini dimaksudkan supaya mahasiswa dapat memiliki pengetahuan dan
pemahaman untuk melakukan pengukuran di lapangan dengan alat ukur tanah, menghitung
data, dan menggambar hasil pengukuran di lapangan.
v
PRAKATA
Segala puji bagi Allah SWT., Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
kehidupan yang penuh dengan kenikmatan dan keindahan. Sehingga pembuatan serta
penyusunan bahan ajar Ilmu Ukur Tanah 2 dapat disusun dengan baik. Adapun tujuan
disusun bahan ajar ini adalah untuk menjadi panduan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang dalam memahami disiplin ilmu mata kuliah tersebut.
Dengan disusunnya bahan ajar ini, mahasiswa dapat dengan mudah dalam
mempelajari dan memahami serta mempraktikan materi mata kuliah Ilmu Ukur Tanah 2,
karena dimulai dari materi yang sederhana hingga materi yang cukup kompleks dan masing-
masing disertai contoh dan tugas yang sesuai dengan tingkat kemampuan mahasiswa dalam
mengerjakannya.
Bahan ajar Ilmu Ukur Tanah 2 ini menjadi inisiator yang mengawali berbagai
perbaikan dari bahan ajar sebelumnya. Meskipun demikian masih banyak kekurangan dalam
bahan ajar ini baik dari segi kaidah penulisan maupun disiplin ilmu yang disajikan. Kritik
dan saran sangat diperlukan dalam memperbaiki bahan ajar ini.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jarak mendatar 25 m .......................................................................................................... 12
ix
CAPAIAN PEMBELAJARAN MATA KULIAH (CPMK)
x
BAB I
TEORI DASAR PENGUKURAN
A. PENDAHULUAN
Secara tradisional pengukuran tanah telah didefinisikan sebagai ilmu menentukan letak
nisbi dari titik-titik di atas, pada dan di bawah permukaan bumi, atau untuk menetapkan
titik-titik semaca itu. Namun dalam pengertian umum, pengukuran tanah dapat dianggap
sebagai disiplin yang meliputi semua metode untuk pengumpulan dan pemrosesan
informasi tentang bumi dan lingkungan fisis. Ilmu ukur tanah merupakan bagian kecil
dari ilmu yang lebih luas, dinamakan ilmu Geodesi.
B. POKOK-POKOK ISI
1.1 Pengukuran Suatu Sudut Mendatar ( Pengukuran Set Seri Ganda )
Jika secara tepat diletakkan di atas titik survei dan ditegakkan dengan benar, theodolite
dapat digunakan dalam dua kedudukan :
a. kedudukan biasa
b. kedudukan luar biasa
Alat ukur dikatakan dalam kedudukan biasa jika lingkaran tegak terletak pada bagian
kiri pengamat jika dia membidik objek, untuk membidik objek yang sama pada
2
kedudukan luar biasa, pengamat harus memutar alat ukur secara mendatar sebesar 180º
sampai lensa pengamat kira-kira mengarah ke target. Kemudian terdorong diputar
mengelilingi sumbunya sehingga membuat sisi obyektif teropong menghadap target.
Lingkaran tegak sekarang akan terletak di sebelah kanan pengamat. Langkah-langkah
ini dikenal sebagai pengalihan (transitting) teropong.
Tachimetri digunakan untuk mengetahui beda tinggi titik dan jarak pada lahan miring.
Sudut-sudut paralektiks bisa dibuat berubah atau tetap tergantung dari sistem tachimetri
yang digunakan.
3
a. Tachimetri tangensial
• Untuk sudut miring naik
S
Jarak : h=
Tg tg
Beda tinggi = i+ H . tg - h
Dimana :
H = jarak
S = selisih antara benang tengah pembacaan pertama dengan benanga tengah
kedua
i = tinggi pesawat (dari titik bidik ke permukaan tanah)
= pembacaan pertama
= pembacaan benang tengah
S
Jarak : H Beda tinggi = i – H . tg - h
tgα tgβ
S
Jarak : H Beda tinggi = i – H . tg - h
tgα tgβ
b. Tachimetri stadia
Berbeda dengan tachimetri tangensial yang menggunakan dua kali
pembacaan rambu, pada tachyometri stadia ini pembacaan hanya dilakukan
satu kali, tetapi dengan posisi rambu tegak lurus garis bidik.
• Untuk sudut miring naik
Jarak : D = (m . s + k) . Cos + MB Sin
Beda tinggi = i + (m . s +k) . Sin - MB Cos
• Untuk sudut miring turun
Jarak : D = (m . s +k ) . Cos - MB sin
Beda tinggi = i – (m . s + k) . Sin - MB cos
Dimana :
m = 100
S = benang atas dikurangi benang bawah
4
c. Tachymetri biasa
Penentuan posisi vertikal digunakan rumus Tachimetri:
H = TA – Bt + S. Sin
H = TA – Bt + D. Tan
Keterangan:
H = beda tinggi titik a dan b
Bt = benang Tengah
Ta = tinggi alat
S = jarak optis antara a dan b = (Ba – Bb) x 100
= sudut miring
D = jarak mendatar antara a dan b
RANGKUMAN
Pengukuran sudut di lapangan dapat dibagi menjadi beberapa jenis pengukuran yaitu
Pengukuran set seri ganda, reiterasi, repetisi, dan tachimetri.
CONTOH SOAL
Mahasiswa diminta melakukan praktek keempat pengukuran sudut metode di atas terhadap
titik-titik di lapangan.
BAB II
PENGENALAN ALAT THEODOLIT
B. POKOK-POKOK ISI
2.1 Theodolit
Bagian umum theodolit
Pada sampai tingkat tertentu, berbagai macam theodolit mempunyai perbedaan baik
bagian dalamnya maupun penampilannya, tergantung dari pengerjaannya, pabrik
pembuatnya dan lain-lain. Akan tetapi secara umum mempunyai prinsip mekanisme
yang sama seperti yang tertera dalam gambar 1.1. Secara umum theodolit dapat
dipisahkan menjadi bagian atas dan bagian bawah.
6
Pelat atas dan pelat bawah dapat berputar mengelilingi sumbu vertikal dengan bebas di
mana terdapat sekrup-sekrup tangens untuk sedikit menggeser kedua pelat tersebut.
Agar dapat dipergunakan untuk pengukuran sudut vertikal, maka pada theodolit
dipasang niveau teleskop dan dilengkapi pula dengan sekrup klem untuk
mengencangkan teleskop dan sekrup tangensnya.
Theodolit seperti pada Gambar 1 dinamakan theodolit tipe sumbu ganda dan digunakan
untuk pengukuran dengan ketelitian yang rendah. Terdapat pula theodolit yang tidak
mempunyai klem bawah dan hanya mempunyai sumbu dalam, karena bagian yang
berputar dengan tabung sumbu luar dan pelat atas sejajar disatukan. Tipe ini disebut
theodolit tipe sumbu tunggal yang ditunjukkan pada Gambar 2.
Theodolit tipe ganda mempunyai dua buah sumbu pada bagian dalam dan bagian luar,
sehingga memungkinkan pengukuran sudut dengan pengulangan (repetition) tertentu.
Akan tetapi dalam pembuatannya di pabrik sangat sulit untuk membuat sedemikian rupa
sehingga kedua sumbu tersebut benar-benar terpusat, maka theodolit tipe ini cocok
untuk pengukuran teliti. Theodolit tipe sumbu tunggal kadang-kadang disebut instrumen
pengukuran satu arah dan theodolit tipe sumbu ganda disebut instrumen pengukuran
dengan perulangan.
a. Teleskop
Teleskop terdiri dari bagian-bagiannya yaitu benang silang, sistem pembidik dan
tabung. Kegunaan teleskop adalah untuk mengetahui arah sasaran. karana itu
disyaratkan agar bidang pandangan harus terang, pembesaran harus cukup memadai
dan bayangan harus nyata.
8
b. Niveau (nivo)
Pengukuran sudut dimulai menempatkan sumbu vertikal theodolit sedemikian rupa
sehingga berimpit dengan vertikal dan kemudian dilakukan pembacaan sudut
horizontal dan sudut vertikalnya. Pengukuran ini dilakukan dengan pertolongan
niveau. Niveau bekerja pada prinsip bahwa cairan akan berada dalam keadaan
tenang, jika permukaannya dalam posisi vertikal terhadap arah gaya tarik bumi.
Terdapat dua tipe niveau, yaitu niveau tabung batangan (bar bubble tube) dan niveau
tabung bundar (circular bubble tube).
e. Alat penyipat-datar
Pada theodolit digunakan untuk membuat agar sumbu vertikal theodolit berimpit
dengan garis vertikal. Tipe alat penyipat-datar terdiri dari alat penyipat-datar speris
(spherical leveling device) dan alat penyipat-datar tipe sekrup (screw type leveling
device).
9
RANGKUMAN
Theodolit sebagai alat untuk mengukur sudut dan arah di lapangan. Theodolit dibagi menjadi
beberapa bagian dalam operasinya. Selain tersedia theodolit manual, ada juga theodolit
digital yang penggunaannya lebih mudah.
CONTOH SOAL
Bagaimana urutan sentring alat theodolit step by step?
BAB III
HUBUNGAN SUDUT DAN JARAK DI LAPANGAN
A. PENDAHULUAN
Dalam konstruksi sipil, bangunan gedung, bangunan air atau bangunan jalan,
pengukuran sudut dan jarak di lapangan adalah hal paling mendasar dilakukan. Oleh
karena itu, pengetahuan tentang hal tersebut sangat diperlukan oleh mahasiswa.
B. POKOK_POKOK ISI
0.03' 1''
3 cm 0.0002909x
0.5 m 1'
0.01745x
1o x
Pasang rambu ukur secara tegak, sudut vertikal theodolit di-90o-kan, arahkan garis
silang teropong ke rambu ukur, garis benang tengah dinaikkan sebesar 5 cm lalu baca
sudut vertikalnya, naikkan benang tengah teropong sebesar 10 cm lalu baca sudut
vertikalnya, dan seterusnya sampai pergeseran 50 cm.
• Untuk sudut vertikal (turun/ -) :
Pasang rambu ukur secara tegak, sudut vertikal theodolit di-90o-kan, arahkan garis
silang teropong ke rambu ukur, garis benang tengah diturunkan sebesar 5 cm lalu
baca sudut vertikalnya, turunkan benang tengah teropong sebesar 10 cm lalu baca
sudut vertikalnya, dan seterusnya sampai pergeseran 50 cm.
• Letakkan rambu ukur di titik C.
• Lakukan langkah di atas untuk sudut horizontal, sudut vertikal naik dan sudut vertikal
turun.
• Lakukan juga pengukuran untuk rambu ukur di titik D dan E.
• Pada tabel adalah contoh untuk jarak mendatar 25 m
• Selanjutnya buat grafik hubungan jarak dan sudut untuk tiga perlakuan tersebut pada
masing-masing jarak horizontalnya seperti Gambar 3 di bawah ini.
13
50
40
30
JARAK (mm)
20
10
y = 7.2201x + 0.4953
0
0 2 4 6 8
SUDUT (menit)
RANGKUMAN
Banyak metode dan teori yang ada dalam mengukur sudut dan jarak yang harus dikuasai
mahasiswa sehingga mereka dapat menghadapi masalah-masalah yang mungkin timbul di
lapangan. Kerja dalam team sangan dipriotitaskan agar hasil pengukuran mempunyai
ketelitian yang baik. Berikut adalah tabel dan hasil dari hubungan sudut dan jarak di
lapangan.
CONTOH SOAL
Buat grafik hubungan sudut dan jarak di lapangan dengan jarak mendatar yaitu 50m, 75m,
dan 100m.
BAB IV
PENGUKURAN KONTUR
A. PENDAHULUAN
Garis kontur adalah garis khayal di lapangan yang menghubungkan titik dengan
ketinggian yang sama atau garis kontur adalah garis kontinyu di atas peta yang
memperlihatkan titik-titik di atas peta dengan ketinggian yang sama. Nama lain garis
kontur adalah garis tranches, garis tinggi dan garis tinggi horizontal. Garis kontur + 25
m, artinya garis kontur ini menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama
+25 m terhadap tinggi tertentu. Garis kontur disajikan di atas peta untuk memperlihatkan
naik turunnya keadaan permukaan tanah. Aplikasi lebih lanjut dari garis kontur adalah
sangat penting untuk pekerjaan dalam perencanaan rekayasa yaitu untuk memberikan
informasi slope(kemiringan tanah rata-rata), irisan profil memanjang atau melintang
permukaan tanah terhadap jalur proyek (bangunan) dan perhitungan galian serta
timbunan (cut and fill) permukaan tanah asli terhadap ketinggian vertikal garis atau
bangunan. Garis kontur dapat dibentuk dengan membuat proyeksi tegak garis-garis
perpotongan bidang mendatar dengan permukaan bumi ke bidang mendatar peta.
Karena peta umumnya dibuat dengan skala tertentu, maka untuk garis kontur ini juga
akan mengalami pengecilan sesuai skala peta.
15
B. POKOK-POKOK ISI
4.1 Syarat-syarat Garis Kontur
Garis-garis kontur merupakan cara yang banyak dilakukan untuk melukiskan bentuk
permukaan tanah dan ketinggian pada peta, karena memberikan ketelitian yang lebih
baik. Cara lain untuk melukiskan bentuk permukaan tanah yaitu dengan cara hachures
dan shading.
+ 84
+ 82
+ 80
Garis Kontur + 80
Garis Kontur + 82
Garis Kontur + 84
j. Penyajian indeks garis kontur pada daerah datar adalah setiap selisih 3 garis kontur,
pada daerah berbukit setiap selisih 4 garis kontur sedangkan pada daerah bergunung
setiap selisih 5 garis kontur
k. Satu garis kontur mewakili satu ketinggian tertentu
l. Garis kontur berharga lebih rendah mengelilingi garis kontur yang lebih tinggi
m. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "U" menandakan punggungan gunung
n. Rangkaian garis kontur yang berbentuk huruf "V" menandakan suatu lembah/jurang
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.3 beriku ini.
Gambar 4.2 Kerapatan garis kontur pada daerah curam dan daerah landai
interval kontur dibuat sama, berbanding terbalik dengan skala peta. Semakin besar skala
peta, jadi semakin banyak informasi yang tersajikan, interval kontur semakin kecil.
Indeks kontur adalah garis.
a. Menentukan profil tanah (long section dan cross section) antara dua tempat.
b. Menghitung luas daerah genangan dan volume suatu bendungan.
c. Menentukan route/trace suatu jalan atau saluran yang mempunyai kemiringan
tertentu
d. Menentukan kemungkinan dua titik di lahan sama tinggi dan saling terlihat
4.4 Penentuan dan Pengukuran Titik Detail Untuk Pembuatan Garis Kontur
Semakin rapat titik detil yang diamati, maka semakin teliti informasi yang tersajikan
dalam peta. Dalam batas ketelitian teknis tertentu, kerapatan titik detil ditentukan oleh
skala peta dan ketelitian (interval) kontur yang diinginkan. Pengukuran titik-titik detail
untukpenarikan garis kontur suatu peta dapat dilakukan secara langsung dan tidak
langsung.
Gambar 4.4 Pengukuran kontur pola spot level dan pola grid
b. Pengukuran langsung
Titik detail dicari yang mempunyai ketinggian yang sama dan ditentukan posisinya
dalam peta dan diukur pada ketinggian tertentu. Cara pengukurannya bisa
menggunakan cara tachymetry, atau kombinasi antara sipat datar memanjang dan
pengukuran polygon. Cara pengukuran langsung lebih sulit dibanding dengan cara
tidak langsung, namun ada jenis kebutuhan tertentu yang harus menggunakan cara
pengukuran kontur cara langsung, misalnya pengukuran dan pemasangan tanda batas
daerah genangan.
19
Data yang harus dimiliki untuk melakukan interpolasi garis kontur adalah jarak antara
dua titik tinggi di atas peta, tinggi definitif kedua titik tinggi dan titik garis kontur yang
akan ditarik. Hasil perhitungan interpolasi ini adalah posisi titik garis kontur yang
melewati garis hubung antara dua titik tinggi. Posisi ini berupa jarak garis kontur
terhadap posisi titik pertama atau kedua. Titik hasil interpolasi tersebut kemudian kita
hubungkan untuk membentuk garis kontur yang kita inginkan. Maka perlu dilakukan
interpolasi linear untuk mendapatkan titik-titik yang sama tinggi.
RANGKUMAN
Kontur adalah garis-garis pandangan atas pada gambar yang mnghubungkan titik pertemuan
antara bidang miring dengan bidang-bidang datar dengan dasar timggi permukaan laut. Peta
kontur adalah pandangan atas dari kumpulan-kumpulan garis kontur yang menggambarkan
keadaan perbedaan tinggi tanah. Garis kontur di daerah pegunungan akan lebih rapat bila
dibandingkan dengan garis kontur di daerah yang rata atau datar. Sedangkan yang dimaksud
dengan interval adalah selisih ketinggian antara suatu titik dengan titik yang lain dalam satu
meter. Interval antara garis kontur dipilih angka yang sama dengan angka setengah (½)
ribuan skalanya.
20
c. Langkah kerja :
Menyiapkan peralatan yang akan dipergunakan.
Menentukan lokasi pengukuran.
Tentukan tempat titik A0, pasang theodolit, ukur tinggi alat.
Tentukan arah utara, nolkan sudut horizontal.
Tentukan letak titik BM sebagai patokan.
Arahkan alat ke titik BM, baca sudut horizontal, sudut vertikal dan pembacaan rambu
ukur.
Tentukan letak titik A1, A2, A3, A4, A5, dan A6 masing-masing 6, 12, 18, 24, 30
dan 36 m. Tandai titik-titik tersebut, baca sudut horizontal dan vertikal. Sudut
horizontal untuk titik A1 – A6 adalah sama. Baca ba, bt dan bb di titik-titik tersebut.
Putar sudut horizontal theodolit sebesar 90o, untuk menentukan titik B0, C0, D0, dan
E0 masing-masing 6,12, 18, dan 24 m. Tandai titik-titik tersebut, baca sudut
horizontal dan vertikal. Baca ba, bt dan bb di titik-titik tersebut.
Pindahkan alat ke titik B0.
21
Arah alat ke titik A0, kemudian putar sudut horizontal sebesar 90o. Tentukan titik
B1, B2, B3, B4, B5, dan B6 masing-masing 6 m. Tandai titik-titik tersebut, baca
sudut horizontal dan vertikal. Baca ba, bt dan bb di titik-titik tersebut.
Pindahkan alat ke titik C0.
Arah alat ke titik A0, kemudian putar sudut horizontal sebesar 90o. Tentukan titik
C1, C2, C3, C4, C5, dan C6 masing-masing 6 m. Tandai titik-titik tersebut, baca
sudut horizontal dan vertikal. Baca ba, bt dan bb di titik-titik tersebut.
Demikian seterusnya hingga alat dipindahkan sampai ke titik E0.
Bila pada waktu pengukuran rambu ukur tidak terlihat di teropong (terlalu tinggi atau
terlalu rendah), arah teropong (dinaikkan atau diturunkan) hingga rambu ukur
terlihat, lalu cata sudut vertikalnya.
d. Perhitungan :
Selesaikan tabel perhitungan data lapangan seperti pada perhitungan pengukuran beda
tinggi hingga diperoleh tinggi titik (elevasi) setiap titik.
e. Penggambaran :
Gambarkan denah/ tampak atas hasil pengukuran.
Cantumkan masing-masing tinggi titik pada denah tersebut.
Tentukan interval elevasi yang akan dibuat garis konturnya.
Tandai titik-titik yang didapat pada denah, lalu masukkan ke tabel perhitungan peta
kontur.
Dengan cara interpolasi, hitung jarak masing-masng titik tersebut.
Gambarkan titik yang didapat ke dalam peta kontur.
Lakukan sampai seluruh titik lengkap tergambar di peta kontur.
BAB V
PENGUKURAN POLIGON
A. PENDAHULUAN
Prinsip dari poligon theodolite adalah menetapkan sudut jurusan dan panjang dari
gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk
keperluan pemetaan dari suatu daerah tertentu. Sudut jurusan dan jarak kemudian
digambarkan dengan busur derajat atau dengan sistem koordinat. Sudut-sudut diukur
dengan theodolite searah jarum jam dan sudut jurusan dihitung dari sudut-sudut yang
diukur. Jarak mendatar dari setiap garis poligon harus diukur, dibandingkan dengan
pengukuran sudut, pengukuran jarak biasanya lebih sulit dan untuk mencapai hasil yang
baik harus dilakukan pengukuran yang teliti dan cermat dan diberikan koreksi-koreksi
untuk mendapat jarak mendatar.
2. Poligon tertutup
Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan suatu titik yang sama. Panjang
daripada garis dan sudut-sudut diukur, sudut-sudut yang diukur dinyatakan dengan
garis tebal adalah sudut luar dari poligon. Dan pengukuran dilakukan searah jarum
jam,dan juga dapat dilakukan pengontrolan dalam pengukuran.
3. Poligon tertutup antara dua titik
Pada poligon ini, pengukuran dimulai dari dua titik yang diketahui, dalam poligon
ini dapat dilakukan pengontrolan.
RANGKUMAN
a. Tujuan praktikum
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran poligon tertutup.
Mahasiswa dapat menghitung, memberikan koreksi dan menggambarkan poligon
tertutup berdasarkan data hasil pengukuran.
Mahasiswa dapat menghitung luas poligon tertutup secara analisis dan grafis
(planimeter).
c. Langkah kerja :
1. Poligon tertutup biasa
Mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pengukuran.
Menentukan titik-titik yang akan diukur (titik 1, titik 2, sampai titik 7)
Memasang theodolite pada titik 1, melevelkannya dan mengarahkan sudut
horizontal 0o ke arah utara.
Putar arah teropong ke titik 2, baca sudut horizontalnya, baca rambu ukur dan ukur
jarak 1 ke 2. Sudut yang diperoleh adalah sudut azimut.
Pindahkan alat ke titik 2, melevelkannya dan mengarahkan sudut horizontal 0 o ke
titik 1.
Putar arah teropong ke titik 3, baca sudut horizontalnya, baca rambu ukur dan ukur
jarak 2 ke 3. Sudut yang diperoleh adalah sudut luar/ dalam.
Pindahkan alat ke titik 3, melevelkannya dan mengarahkan sudut horizontal 0 o ke
titik 2.
25
Putar arah teropong ke titik 4, baca sudut horizontalnya, baca rambu ukur dan ukur
jarak 3 ke 4. Sudut yang diperoleh adalah sudut luar/ dalam. Dan seterusnya
hingga pengukuran kembali ke titik 1.
A
C
Azimuth A B = 1
Azimuth B A = + 1800
Terkoreksi X = X - koreksi X
Terkoreksi Y = Y - koreksi Y
Menghitung nilai koordinat X dan Y (nilai koordinat pada titik 1, X1 dan Y1, dapat
dimisalkan) :
Koordinat X = koordinat sebelumnya + Terkoreksi X
Koordinat Y = koordinat sebelumnya + Terkoreksi Y
Koreksi Y bagi kesalahan penutup dengan jumlah titik (alat + titik, misal 3 + 7 =
10) Y/n = b
Perhatikan tabel : sama seperti koreksi X.
Menghitung nilai koordinat X dan Y (nilai koordinat pada titik 1, X1 dan Y1, dapat
dimisalkan) :
Koordinat X = koordinat awal + koreksi X
Koordinat Y = koordinat awal + koreksi Y
e. Penggambaran Poligon
Poligon digambarkan dengan cara koordinat. Tentukan letak masing-masing titik sesuai
dengan koordinat yang diperoleh dari hasil perhitungan seperti menggunakan koordinat
Cartesius. Lalu hubung titik-titik yang berurutan sehingga gambar poligonnya
terbentuk.
f. Perhitungan Luas
Analisis
L = ½ {(X1.Y2+X2.Y3+X3.Y4+ . . . +X10.Y1) – (Y1.X2+Y2.X3+Y3.X4+ . . .
+Y10.X1)}
Grafis (Planimeter)
Planimeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur luas gambar. Sekarang ini
selain planimeter manual, juga sudah ada planimeter digital. Dengan planimeter
digital kita dapat mengatur skala sesuai dengan skala gambar dan juga bisa
mengubah jenis satuannya.
Planimeter manual
Bagian-bagian dari planimeter ini adalah :
• titik penjelajah
29
• lengan penjelajah
• lengan penahan
• roda
• pemberat
• skala utama
• skala nonius
Langkah kerja :
• Siapkan gambar yang akan diukur luasnya.
• Tentukan titik awal yang nantinya akan menjadi titik akhir.Skala utama dan
skala nonius dinolkan.
• Gerakan titik penjelajah mengikuti garis luar gambar sampai kembali ke titik
awal tadi.
• Catat pembacaan skala utama dan skala nonius
Planimeter digital
Bagian-bagian dari planimeter ini adalah :
• Tombol power
• titik penjelajah
• lengan penjelajah
• layar
• tombol-tombol untuk mengatur
jenis satuan dan skala yang
digunakan
Langkah kerja :
• Siapkan gambar yang akan diukur luasnya.
• Tentukan titik awal yang nantinya akan menjadi titik akhir.
• Tentukan satuan dan besar skala yang digunakan.
• Tekan tombol start.
• Gerakan titik penjelajah mengikuti garis luar gambar sampai kembali ke titik
awal tadi.
• Catat pembacaan di layar
BAB VI
PENGUKURAN PETA SITUASI
B. POKOK-POKOK ISI
6.1 Langkah-Langkah Pengukuran Dengan Total Station
1. Pengukuran Poligon
a. Pasang alat ukur di titik yang sudah diketahui koordinatnya. Kemudian hidupkan
alat.
b. Buat Job (Create Job), dengan cara pada Main Menu, pilih 1 (Job Manager).
Kemudian pilih 1 (Cr Job) untuk membuat file pekerjaan baru. Isi “Name,
31
c. Describtion, Client, Comment” file pekerjaan tsb, tekan ENTER. (Job dibuat
hanya sekali pada waktu memulai pekerjaan).
d. Pada Main Menu, pilih 2 (Station Set Up)
e. Selanjutnya pilih 1 (Known Station)
f. Masukkan nomor stasiun (Stn Pt), koordinat (X,Y,Z), tinggi alat (HI), dan nama
stasiun (Stn ID) tempat alat berdiri. Tekan ENTER.
g. Sesuaikan suhu (Temp) dan tekanan udara (Pressure)
h. Pasang target di titik acuan.
i. Masukkan nomor titik (BS Pt), koordinatnya (X1,Y1,Z1) jika diketahui
koordinatnya atau Azimuthnya (BS Az) jika diketahui azimutnya, tinggi target
(HT), nama titik acuan (BS ID), tekan ENTER.
j. Arahkan teropong ke titik acuan, ukur jarak dan sudut dengan menekan MSR,
kemudian putar teropong dan alat 180o untuk mendapatkan ukuran F1 dan F2,
tekan MSR sampai toleransinya OK, tekan ENTER untuk merekam data
tersebut.
k. Tekan ESC untuk kembali ke Main Menu. Pilih 3 (Collection) untuk memulai
pengukuran ke titik kontrol di depannya.
l. Tekan tanda → untuk mengganti “Side shot” menjadi “Control”, kemudian
masukkan data nomor titik kontrol (Pt) dan tinggi alat (HT).
m. Arahkan teropong ke titik kontrol di depan, ukur jarak dan sudut dengan
menekan MSR, kemudian putar teropong untuk mendapatkan ukuran F1 dan F2,
tekan MSR sampai toleransinya OK, tekan ENTER untuk merekam data
tersebut.
n. Matikan alat. Selanjutnya pindah tempat ke titik kontrol di depannya. Lakukan
langkah a s/d k sampai semua titik kontrol poligon terselesaikan.
2. Pengukuran situasi
a. Pasang alat ukur dititik yang sudah diketahui koordinatnya. Kemudian hidupkan
alat.
b. Buat Job (Create Job), dengan cara pada Main Menu, pilih 1 (Job Manager).
Kemudian pilih 1 (Cr Job) untuk membuat file pekerjaan baru. Isi “Name,
32
Describtion, Client, Comment” file pekerjaan tsb tekan ENTER. (Job dibuat
hanya sekali pada waktu memulai pekerjaan).
c. Pada Main Menu, pilih 2 (Station Set Up)
d. Selanjutnya pilih 1 (Known Station)
e. Masukkan nomor stasiun (Stn Pt), koordinatnya (X,Y,Z), tinggi alat (HI), dan
nama stasiun (Stn ID) tempat alat berdiri. Tekan ENTER.
f. Sesuaikan suhu (Temp) dan tekanan udara (Pressure)
g. Pasang target di titik acuan.
h. Masukkan nomor titik (BS Pt), koordinatnya (X1,Y1,Z1) jika diketahui
koordinatnya atau Azimuthnya (BS Az) jika diketahui azimutnya, tinggi target
(HT), nama titik acuan (BS ID), tekan ENTER.
i. Arahkan teropong ke titik acuan, ukur jarak dan sudut dengan menekan MSR,
kemudian putar teropong untuk mendapatkan ukuran F1 dan F2, tekan MSR
sampai toleransinya OK, tekan ENTER untuk merekam data tersebut.
j. Tekan ESC untuk kemali ke Main Menu. Pilih 3 (Collection) untuk memulai
pengukuran ke titik kontrol di depannya.
k. Tekan tanda → untuk mengganti “Side shot” menjadi “Control”, kemudian
masukkan data nomor titik kontrol dan tinggi alat (HT).
l. Arahkan teropong ke titik kontrol di depan, ukur jarak dan sudut dengan
menekan MSR, kemudian putar alat dan teropong 180o untuk mendapatkan
ukuran F1 dan F2, tekan MSR sampai toleransinya OK, tekan ENTER untuk
merekam data tersebut.
m. Kemudian ukur titik-titik detail pada keadaan “Side shot”, masukkan nomor titik
(Pt), tinggi target (HT), kode detail, misalnya rmh (rumah), jln (jalan), lap
(lapangan).
n. Tekan MSR untuk mengukur sudut dan jarak, kemudian tekan ENTER untuk
perekaman data. Ulangi lagi masukkan nomor titik (Pt), tinggi target (HT), kode
detail sebanyak-banyaknya sesuai detail yang ada di lapangan.
o. Matikan alat. Selanjutnya pindah tempat ke titik kontrol di depannya. Lakukan
langkah a s/d m sampai semua titik kontrol poligon dan situasi terselesaikan.
33
6.3 Cara Download Data Hasil Pengukuran Dari Total Station Ke Komputer
1. Sambungkan Total Station dengan komputer dengan menggunakan “kabel
konektor”.
2. Hidupkan Total Station.
3. Pada Main Menu pilih nomor 9 (Communication).
4. Pilih 2 (Download).
5. Tekan ENTER terus sampai muncul “Total station siap untuk kirim data”. Tekan
ENTER.
6. Kemudian, jalankan aplikasi software Fore Sight Foe Nikon.
7. Kemudian akan muncul kenampakan seperti berikut :
10. Data Source : pilih Nikon DTM 500 series Total Station.
11. COM Port : pilih COM 1
12. Baud rate : pilih 9600.
13. Kemudian buat nama raw file-nya.
4. Misalnya layer : Jalan, Sungai, Rel, Bangunan, Kolam, Batas, Pagar, Poligon dll
11. Setelah, jalan, sungai, bangunan, batas, kolam, lapangan sudah selesai semua
dihubungkan, maka akan nampak seperti gambar berikut.
43
13. Masukkan ‘tinggi teks dan spasi”, disesuaikan agar di AutoCAD nampak bagus.
44
14. Ketik nama file yang diakan disimpan dalam format DWG.
15. Export file selesai.
16. Buka file hasil eksport di Auto CAD.
17. Selesai
RANGKUMAN
Untuk Laboratorium Ukur Tanah 2 ini, pengukuran peta situasi dilakukan dengan
menggunakan alat total station, bukan manual, sehingga titik-titik set shot boleh kita ambil
secara acak saja karena perhitungan dan penggambaran peta situasi dan garis konturnya
akan dihitung dengan menggunakan program komputer. Untuk itu teori pengantar Peta
Situasi ini akan disambung dengan teori ”Pengenalan Alat Total Station”
LAMPIRAN
CONTOH PERHITUNGAN
PENGGAMBARAN
PENGOLAHAN DATA
62
PENGUKURAN KONTUR
Pengolahan data hasil pengukuran sama seperti pengolahan data pengukuran memanjang/
melintang sampai diperoleh tinggi titik (elevasi) semua titik. Berikut adalah denah
pengukuran kontur
A1 U 1.438 - 0 0 0 - - - - - - -
Dimana :
H = Beda tinggi antara sta. alat (tempat alat berdiri) dan sta. titik (tempat meletakkan
rambu ukur) (m)
TA = Tinggi alat (m)
Bt = Pembacaan benang tengah (m)
HD = Jarak datar antara sta. alat dan sta. titik (m)
α = 90o – V (o ‘ “); V adalah sudut vertikal
STA TINGGI JARAK SUDUT HORIZONTAL SUDUT VERTIKAL PEMB. RAMBU BEDA
DATAR O O
TINGGI
ALAT TITIK ALAT TITIK ‘ “ ‘ “ Ba Bb Bt
A1 U 1.438 - 0 0 0 - - - - - - -
Contoh :
Beda tinggi antara A1 dan BM = HA1.BM = 1.438 – 3.458 + 12 x tan (90o – 90o 0’ 0”) = -
2.020 m
Beda tinggi antara A1 dan A2 = HA1.A2 = 1.438 – 1.917 + 10 x tan (90o – 90o 0’ 0”) = -
0.479 m
Beda tinggi antara A1 dan A5 = HA1.A5 = 1.438 – 1.057 + 40 x tan (90o – 87o 25’ 0”) =
+2.186 m
Beda tinggi antara B1 dan B3 = HB1.B3 = 1.352 – 2.284 + 20 x tan (90o – 86o 54’ 0”) = -
0.389 m
Beda tinggi antara C1 dan C4 = HC1.C4 = 1.430 – 1.506 + 30 x tan (90o – 92o 31’ 0”) = -
1.395 m
64
Beda tinggi antara D1 dan D5 = HD1.D5 = 1.485 – 1.326 + 40 x tan (90o – 90o 0’ 0”) =
+0.159 m
Dan seterusnya.
A1 U 1.438 2.020 - 0 0 0 - - - - - - -
Contoh :
Tentukan elevasi BM, misal 0.000 m.
Hitung elevasi A1, A2, A3, A4, A5, B1, C1 dan D1 sebagai berikut :
Elevasi A1 = elevasi BM – HA1.BM = 0.000 – (-2.020) = 2.020 m
Elevasi A2 = Elevasi A1 + HA1.A2 = 2.020 + (-0.479) = 1.541 m
Elevasi A3 = Elevasi A1 + HA1.A3 = 2.020 + (-1.078) = 0.942 m
Elevasi A4 = Elevasi A1 + HA1.A4 = 2.020 + (-1.514) = 0.506 m
Elevasi A5 = Elevasi A1 + HA1.A5 = 2.020 + (2.186) = 4.206 m
Elevasi B1 = Elevasi A1 + HA1.B1 = 2.020 + (-0.566) = 1.454 m
Elevasi C1 = Elevasi A1 + HA1.C1 = 2.020 + (-0.246) = 1.774 m
Elevasi D1 = Elevasi A1 + HA1.D1 = 2.020 + (-0.989) = 1.031 m
65
STA TINGGI JARAK SUDUT HORIZONTAL SUDUT VERTIKAL PEMB. RAMBU BEDA
DATAR O O
TINGGI
ALAT TITIK ALAT TITIK ‘ “ ‘ “ Ba Bb Bt
A1 U 1.438 2.020 - 0 0 0 - - - - - - -
Hitung elevasi B2 sampai B5, C2 sampai C5, dan D2 sampai D5 sebagai berikut :
Elevasi B2 = Elevasi B1 + HB1.B2 = 1.454 + (-0.744) = 0.710 m
Elevasi B3 = Elevasi B1 + HB1.B3 = 1.454 + (-0.389) = 1.065 m
Elevasi B4 = Elevasi B1 + HB1.B4 = 1.454 + (-0.288) = 1.165 m
Elevasi B5 = Elevasi B1 + HB1.B5 = 1.454 + (0.639) = 2.093 m
Menggambar Kontur
Buat denah pengukuran dan masukkan nilai elevasi masing-masing titik :
66
Tentukan nilai dan interval kontur yang akan digambar (biasanya dimulai dari nilai
terkecil, dalam hal ini diambil interval 5 atau setiap 0.2 m). Maka kontur yang akan
digambar pertama adalah 0.4 m. Kita cari kontur yang bernilai 0.4 dan kita beri nomor
seperti berikut :
67
Kemudian hubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian yang sama tersebut seperti
terlihat gambar di bawah ini.
5 5 6
6
0.506 1.165 4 0.379 0.829 0.506 1.165 4 0.379 0.829
3 7 3 7
0.942 1.065 0.236 0.384 0.942 1.065 0.236 0.384
2 2
1 1
Lanjutkan untuk titik kontur dengan ketinggian yang lain, missal 0.6 dan seterusnya.
Lakukan ini sampai semua garis kontur tergambar !
68
70
68 61 40
59 52
69
50 39
44 60 26
31 13
18 51 5
6 14 27
0.506
17 30 43
1.165
38 25 12 4
0.379 0.829
28
16
15
29
3 7
0.942 42
1.065 37 24 11
0.236 0.384
36
41 2
1
49
23
58 10
1.541
57 48 35 22
0.710 0.768 9
0.564
67 21 20
8
33
34
46 19
47
55
1.6 1.0
1.4
1.2
1.0
0.8
0.6
0.8
0.6
0.8 0.6
1.0
0.8
0.8 0.6
0.4
0.4
1.0
1.2 0.4
1.4
1.6 0.6
0.8
1.0
PENGUKURAN POLIGON
POLIGON BIASA
Tabel Data Pengukuran
Poligon Tertutup
(Cara Biasa)
Stasiun Sudut horizontal Jarak Pembacaan rambu
Ket.
Alat Titik o
‘ “ (m) Ba Bb Bt
1 U 0 0 0 -
1 2 81 36 0 6.576
2 3 213 45 0 6.708
3 4 261 55 0 9.486
4 5 277 38 0 7.826
5 6 114 55 0 5.467
6 7 281 36 0 6.847
7 1 251 52 0 7.071
Selanjutnya sudut horizontal (dalam/ luar) kita ubah menjadi sudut azimut. Ini dapat
dilakukan secara analitis dan grafis.
115d 21m
261d 55m
2
81d 36m 197d 16m
3
213d 45m 115d 21m
81d 36m 1
2
1
2 3 4
1
43d 17m
7
3 197d 16m 5 229d 49m 251d 52m 7
5
5
6
4
4 6 114d 55m 281d 36m 6
277d 38m 229d 49m
294d 54m 294d 54m 331d 25m 331d 25m
70
ΔX 0.049
Hitung koreksi Koreksi X12 = L12 (6.576) 0.006 m
L 49.981
ΔY - 0.042
Koreksi Y12 = L12 (6.576) 0.006 m
L 49.981
Hitung terkoreksi Terkoreksi X12 = X12 - Koreksi X12 = 6.505 – 0.006 = 6.499 m
Terkoreksi Y12 = Y12 - Koreksi Y12 = 0.961 – (-0.006) =0.966 m
Tabel Perhitungan
Pengukuran Poligon Tertutup
(Cara Biasa)
1 1
Kesaksamaan = K = 774
R 0.065
L 49.981
Gambarkan poligon dengan menggunakan koordinat yang ada pada sumbu Cartesius :
20
2
1
15
3
10 7
6 4
10 15 20 25 30
72
PENGUKURAN POLIGON
POLIGON SEMI POLAR
Tabel Data
Pengukuran Poligon Tertutup
(Cara Semi Polar)
Stasiun Sudut horizontal Jarak Pembacaan rambu
Ket.
Alat Titik o ‘ “ (m) Ba Bb Bt
P1 U 0 0 0 --
P1 1 288 43 0 7.644
P1 2 347 36 0 3.438
P1 3 85 12 0 5.237
P1 P2 211 28 0 4.717
P2 4 100 25 0 6.629
P2 5 209 19 0 2.527
P2 P3 256 48 0 5.220
P3 6 83 16 0 6.324
P3 7 156 29 0 4.777
P3 P1 323 57 0 7.828
73
Selanjutnya sudut horizontal (dalam/ luar) kita ubah menjadi sudut azimut. Ini dapat
dilakukan secara analitis dan grafis.
P1
2 211d 28m
1 347d 36m
85d 12m P3
P1 3 256d 48m P2
288d 43m 288d 16m
5 100d 25m
131d 53m
211d 28m 209d 19m
P1 240d 47m 4
72d 13m
323d 57m
P1
264d 45m
156d 29m P3
7 P2
288d 16m
83d 16m
191d 32m
6
Masukkan nilai sudut azimut tersebut ke dalam tabel perhitungan.
X = L Sin α ; Y = L Cos α
XP1-1 = (7.644) Sin 288O43’0” = -7.240 m; XP1-2 = (3.438) Sin 347o36’0”= -0.738 m ;
dst
YP1-1 = (7.644) Cos 288O43’0” = 2.453 m; YP1-2 = (3.438) Cos 347o36’0”= 3.358 m ;
dst
Koordinat Terpakai
Koordinat terpakai titik P1 X = Koordinat XP1 + Koreksi XP1 =15.000 + 0.000 = 15.000
Y = Koordinat YP1 + Koreksi YP1 = 15.000 + 0.000 = 15.000
Koordinat terpakai titik 1 X = Koordinat X1 + Koreksi X1 = 7.760 + (- 0.003) = 7.757
Y = Koordinat Y1 + Koreksi Y1 = 17.453 + 0.000 = 17.453
Koordinat terpakai titik 2 X = Koordinat X2 + Koreksi X2 =14.262 + (- 0.007) =14.255
Y = Koordinat Y2 + Koreksi Y2 = 18.358 + (- 0.001) = 18.357 dst
1 1
Kesaksamaan = K = 1556
R 0.035
L 54.341
75
Tabel Perhitungan
Pengukuran Poligon Tertutup
(Cara Semi Polar)
20
2
1
3
P1
15
P3
7
10 P2
5
6 4
5 10 15 20 25
5 5
10 10
15 15
20 20
25 25
30 30
35 35
40 40
45 45
50 50
78
Tabel Data
Pengukuran Kontur dengan Cara Grid
Kelompok : ___________________________
Lokasi : ___________________________
Tanggal : ___________________________
Stasiun Tinggi Jarak Sudut horiz. Sudut vert. Pemb. Rambu Beda
Ket
Alat Titik Alat titik (m) 0
‘ “ 0
‘ “ Ba Bt Bb Tinggi
A0 -
U -
BM
A1 6
A2 12
A3 18
A4 24
A5 30
A6 36
B0 6
C0 12
D0 18
E0 24
B0
B1 6
B2 12
B3 18
B4 24
B5 30
B6 36
79
C0
C1 6
C2 12
C3 18
C4 24
C5 30
C6 36
D0
D1 6
D2 12
D3 18
D4 24
D5 30
D6 36
E0
E1 6
E2 12
E3 18
E4 24
E5 30
E6 36
80
Tabel Perhitungan
Penggambaran Kontur dengan Cara Grid
Kelompok : ___________________________
Lokasi : ___________________________
Tanggal : ___________________________
Tabel Data
Pengukuran Poligon Tertutup
(Cara Biasa)
Kelompok : ___________________________
Lokasi : ___________________________
Tanggal : ___________________________
1 2
2 3
3 4
4 5
5 6
6 7
7 1
Sketsa :
82
Tabel Data
Pengukuran Poligon Tertutup
(Cara Semi Polar)
Kelompok : ___________________________
Lokasi : ___________________________
Tanggal : ___________________________
P1 1
P1 2
P1 3
P1 P2
P2 4
P2 5
P2 P3
P3 6
P3 7
P3
P1
Sketsa :
83
Tabel Perhitungan
Pengukuran Poligon Tertutup
(Cara Biasa)
Kelompok : ___________________________
Lokasi : ___________________________
Tanggal : ___________________________
Jumlah
84
Tabel Perhitungan
Pengukuran Poligon Tertutup
(Cara Semi Polar)
Kelompok : ___________________________
Lokasi : ___________________________
Tanggal : ___________________________
P1 1
P1 2
P1 3
P1 P2
P2 4
P2 5
P2 P3
P3 6
P3 7
P3 P1
Selisih
Filename: BAHAN AJAR IUT II D4 20202
Directory: E:\BUKU AJAR
Template: C:\Users\AcerYa\AppData\Roaming\Microsoft\Templates\Normal.dotm
Title:
Subject:
Author: TOSHIBA
Keywords:
Comments:
Creation Date: 3/16/2021 7:14:00 PM
Change Number: 3
Last Saved On: 3/16/2021 7:15:00 PM
Last Saved By: AcerYa
Total Editing Time: 2 Minutes
Last Printed On: 3/16/2021 7:15:00 PM
As of Last Complete Printing
Number of Pages: 80
Number of Words: 9.803 (approx.)
Number of Characters: 55.883 (approx.)