Anda di halaman 1dari 24

1) EXCHANGER

 Mekanisme perpindahan panas


 Konduksi : perpindahan panas melalui suatu benda oleh perpindahan momentum dari
molekul atau atom tanpa proses pencampuran. Contoh : aliran panas melalui dinding
metal.
 Konveksi : perpindahan panas dari fluida panas kebagian yang dingin degan pengadukan.
Contoh : memasak air
 Radiasi : proses aliran panas dari fluida yang bersuhu tinggi ke fluida yang bersuhu
rendah bila fluida tersebut terpisah dalam suatu ruang tanpa menggunakan medium.
 Alat penukar panas
 Alat yang difungsikan untuk mengakomodasikan perpindahan panas dari fluida panas ke
fluida dingin dengan adanya perbedaan temperatur.
 Karena panas yang dipertukarkan terjadi dalam sebuah sistem maka kehilangan panas
dari suatu benda akan sama dengan panas yang diterima benda lain.
 Kemampuan untuk menerima panas dipengaruhi oleh 3 hal
1. Koefisien overall perpindahan panas (U) menyatakan mudah atau tidaknya panas
berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas
menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi.
2. Luas bidang yang tegak lurus terhadap arah perpindahan panas. Karena luas perpindahan
panas tidak konstan, sehingga dalam praktek dipilih luas perpindahan panas berdasarkan
luas dinding bagian luar.
3. Selisih temperatur rata-rata logaritmik (T LMTD). LMTD : perbedaan temperatur yang
dipukul rata-rata setiap bagian HE. Karena perbedaan temperatur di setiap bagian HE
tidak sama.
 Keuntungan shell & tube exchanger
1. Memiliki permukaan perpindahan panas persatuan volume yang lebih besar
2. Mempunyai susunan mekanik yang baik dengan bentuk yang cukup baik untuk operasi
bertekanan.
3. Tersedia dalam berbagai bahan konstruksi
4. Prosedur pengopersian lebih mudah
5. Metode perancangan yang lebih baik telah tersedia
6. Pembersihan dapat dilakukan dengan mudah
 Penentuan fluida dalam shell atau tube
 Fluida bertekanan tinggi dialirkan di dalam tube karena tube standar cukup kuat menahan
tekanan yang tinggi.
 Fluida berpotensi fouling dialirkan di dalam tube agar pembersihan lebih mudah
dilakukan.
 Fluida korosif dialirkan di dalam tube karena pengaliran di dalam shell membutuhkan
bahan konstruksi yang mahal yang lebih banyak.
 Fluida bertemperature tinggi dan diinginkan untuk memanfaatkan panasnya dialirkan di
dalam tube karena dengan ini kehilangan panas dapat dihindarkan.
 Fluida dengan viscositas yang lebih rendah dialirkan di dalam tube karena pengaliran
fluida dengan viscositas tinggi di dalam penampang alir yang kecil membutuhkan energi
yang lebih besar.
 Fluida dengan viskositas tinggi ditempatkan di shell karena dapat digunakan baffle untuk
menambah laju perpindahan.
 Fluida dengan laju alir rendah dialirkan di dalam tube. Diameter tube yang kecil
menyebabkan kecepatan linier fluida (velocity) masih cukup tinggi, sehingga
menghambat fouling dan mempercepat perpindahan panas.
 Fluida yang mempunyai volume besar dilewatkan melalui tube, karena adanya cukup
ruangan.
 Analisa kinerja HE
1. Koefisien overall perpindahan panas (U) menyatakan mudah atau tidaknya panas
berpindah dari fluida panas ke fluida dingin dan juga menyatakan aliran panas
menyeluruh sebagai gabungan proses konduksi dan konveksi.
2. Fouling factor (Rd)
 fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di permukaan
Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan heat transfer.
Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi dan proses
biologi.
 Angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang terbawa fluida yang
mengalir di dalam HE.
 Penyebab terjadinya fouling :
- Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi ataucoke keras.
- Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi kerak keras.
 Akibat fouling :
- mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan biaya, baik
investasi, operasi maupun perawatan.
- ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat, waktu
shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.
 Variabel operasi yang berpengaruh terhadap fouling :
a.Kecepatan Linier Fluida (Velocity) Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin
rendah kemungkinan terjadinya fouling. Sebagai batasan dalam rancangan dapat
digunakan nilai-nilai berikut:
1). Kecepatan fluida proses di dalam tube adalah 3-6 ft/s
2). Kecepatan fluida pendingin di dalam tube adalah 5-8 ft/s
3). Kecepatan fluida tube maksimum untuk menghambat terjadinya fouling adalah 10-15
ft/s
4). Kecepatan fluida shell adalah 1-3 ft/s.
b. Temperature permukaan dan temperature fluida : kecepatan terbentuknya fouling
akan meningkat dengan meningkatnya temperatur.
c.Pressure drop : untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan tekanan
yang dimilikinya selama fluida mengalir.
 Disebabkan oleh 2 hal : Friksi aliran dengan dinding dan pembelokan aliran
 Jika ΔP terlalu besar:
1. Disebabkan jarak antar buffle yang terlalu dekat
2. Aliran menjadi lambat
3. Perlu tenaga pompa yang besar
 Jika ΔP terlalu rendah : Perpindahan panas tidak sempurna
 3 tipe pembersihan HE
1. Chemical/ Physical Cleaning : metode pembersihan dengan mensirkulasikan agent
melalui peralatan biasanya menggunakan HCl 5-10%.
2. Mechanical Cleaning
 Drilling atau Turbining : Pembersihan dilakukan dengan mendrill deposit yang menempel
pada dindingtube.
 Hydrojeting : Pembersihan dilakukan dengan cara menginjeksikan air ke dalam tube pada
tekanan yang tinggi, untuk jenis deposit yang lunak.
3. Gabungan dari keduanya
 Komponen dasar penyusun HE
1. Tube
 Merupakan pipa kecil yang tersusun di dalam shell
 Aliran di dalam tube sering dibuat melintas lebih dari 1 kali dengan tujuan untuk
memeperbesar koefisisen perpindahan panas lapiasan film fluida dalam tube.
2. Tube Pitch
Lubang yang tidak dapat dibor dengan jarak yang sangat dekat, karena jarak tube yang
terlalu dekat akan melemahkan struktur penyangga tube.
 Tipe susunan tube Susunan Segitiga (Triangular Pitch)
Keuntungan :
 Film koeffisien lebih tinggi daripada square pitch.
 Dapat dibuat jumlah tube yang lebih banyak sebab susunannya kompak.
Kerugian :
 Pressure drop yang terjadi antara menengah ke atas.
 Tidak baik untuk fluida fouling
 Pembersihan secara kimia
 Susunan Segitiga Diputar 30o (Rotated Triangular Pitch)
Keuntungan :
 Film koeffisisennya tidak sebesar susunan triangular pitch, tetapi lebih besar dari
susunan square pitch.
 Dapat digunakan pada fluida fouling
Kerugian :
 Pressure drop yang terjadi antara menengah ke atas.
 Pembersihan secara kimia
 Susunan Bujur sangkar (Square Pitch)
Keuntungan :
 Bagus untuk kondisi yang memerlukan pressure drop rendah.
 Baik untuk pembersihan luar tube secara mekanik.
 Baik untuk menangani fluuida fouling.
Kerugian :
 Film koeffisiennya relatif rendah
 Susunan Bujur sangkar yang Diputar 45o (Diamond Square Pitch)
Keuntungan :
 Film koeffisiennya lebih baik dari susunan square pitch, tetapi tidak sebaik
triangular pitch dan rotated triangular pitch.
 Mudah untuk pembersihan dengan mekanik
 Baik untuk fluida fouling.
Kerugian :
 Film koeffisisen relatif rendah
 Pressure drop tidak serendah square pitch
3. Clearance Jarak terdekat antara 2 tube yang berdekatan
4. Tube Sheet : suatu flat lingkaran yang fungsinya memegang ujung-ujung tube dan juga
sebagai pembatas aliran fluida di shell & tube
5. Baffle Sekat-sekat yang digunakan untuk :
 Mengatur aliran lewat shell sehingga turbulensi yang tinggi akan diperoleh
 Menahan struktur tube bundle
 Menahan atau mencegah terjadinya getaran pada tube
6. Shell : merupakan bagian tengah alat penukar panas dan tempat untuk tube bundle
7. Tube Side Channel dan Nozzle : mengatur aliran fluida di tube
8. Channel Cover Tutup yang dapat dibuka saat pemeriksaan dan pembersihan
 BWG (Birmingham Wire Gage) yaitu menyatakan ukutan tebal tube. BWG kecil berarti
tube semakin tebal dan sebaliknya.
 Keuntungan HE countercurrent : mempunyai LMTD yang besar, sehingga luas
transfer panas yang dibutuhkan kecil, maka ukuran HE juga kecil.
 Akibat terlalu banyak passes/lewatan pada HE :
 ΔP besar
 Diperlukan tenaga untuk memompa yang besar
 Sulit dilakukan pembersihan karena banyak pipa belok
 Pada HE, pendingin masuk lewat bawah karena cairan akan memenuhi rongga atas
terlebih dulu. Sedangkan pemanas (steam) masuk lewat atas karena steam akan
memenuhi rongga atas telebih dahulu.
 Reboiler merupakan alat penukar panas yang disertai dengan adanya perubahan fasa.
Dimana terjadi perubahan fasa cair menjadi uap. Pada proses industri reboiler umumnya
berhubungan dengan menara distilasi. Alat ini berfungsi untuk mendidihkan cairan di
bagian bawah kolom dan menyuplai panas ke dalam kolom distilasi. Media pemanasnya
bisa berupa steam atau air panas.
 Prinsip kerja
Zat cair dari kolom distilasi memasuki unit bagian reboiler dan sebagian diuapkan di
dalam tabung yang dipanaskan oleh steam. Karena densitasnya lebih rendah, campuran
uap dan cairan itu naik dan menarik lebih banyak lagi zat cair. Umpan zat cair dan uap itu
keluar melaui puncak tabung dengan kecepatan tinggi, keduanya lalu dipisahkan satu
sama lain dan zat cairnya didaur ulang. Di dalam reboiler dihasilkan sejumlah uap
sebagai umpan untuk menara distilasi. Uap yang dihasilkan akan naik ke bagian atas
menara distilasi berkontak dengan aliran cairan yang turun dari tray, uap ini dihasilkan
dari cairan di tray terbawah yang dididihkan di dalam reboiler. Cairan hanya sebagian
saja yang diuapkan, sebagian disirkulasi di dalam reboiler dan sisanya dibuang dari
sistem sebagai produk bawah menara distilasi. Residence time cairan di dalam bagian
bawah menara distilasi berkisar 5-10 menit.
 Kriteria pemilihan reboiler
1. Horizontal Thermosyphon
 Kapasitas>vertical thermosiphon
 tidak perlu skirt (support)
 maintenance dan cleaning lebih mudah
2. Vertikal Thermosyphon
 perlu skirt (support)
 maintenance dan cleaning lebih sulit
 kapasitas kecil
3. Kettle reboiler
 Luas transfer besar (utk kapasitas besar)
 Tidak memerlukan pompa, karena cairan keluar secara gravitasi.
 Waktu tinggal lama
 Mahal
 Fouling tendency besar
4. Forced circulation
 utk cairan yg viscous (>25 cP)
 cocok utk sistem vakum
 butuh pompa
 Fungsi baffle pada reboiler untuk mengendalikan tinggi cairan di dasar menara (weir)
 Fungsi LC pada reboiler untuk mengatur tinggi cairan dalam reboiler supaya sama
dengan tinggi pada dasar menara, sehingga aliran dapat mengalir dari distillasi ke
reboiler.
 Kondensor : alat untuk mengembunkan fluida dari fase uap sampai ke titik
pengembunan pada suhu yang sama atau yang lebih rendah lagi
 Proses kondensasi :
 Uap mula-mula membentuk tetesan.
 Tetesan-tetesan bergabung sehingga membesar dan mengalir ke bawah tabung karena
pengaruh gaya gravitasi.
 Rd hitung sebaiknya tidak melebihi 10% dari Rd required karena:
• Supaya HE dibersihkan setahun sekali
• Jika Rd terlalu besar UD kecil perlu A yang besar, sehingga biaya mahal
• Jika rd terlalu kecil HE harus sering dibersihkan (< 1 tahun), sehingga biaya perawatan
besar.
 Langkah-langkah perancangan Shell & Tube Exchanger :
1. mencari Q (beban panas) dari neraca panas
2. menentukan Δt Δt LMTD = Δt = Δt LMTD x FT
 untuk 1-2 exchanger FT > 0,75. jika FT pada 1-2 Exchanger < 0,75 maka gunakan
2-4 Exchanger.
 Untuk 2-4 exchanger FT > 0,9 untuk removable longitudinal baffle. FT 0,85
untuk welded longitudinal baffle.
 FT dihitung karena di dalam tube terjdi perubahan arah aliran.
Sebagai contoh untuk 1-2 exchanger, lewatan merupakan gabungan antara aliran
searah dan lawan arah. Dengan demikian dalam 1-2 exchanger tersebut jika
dihitung LMTD untuk countercurrent maka harus dihitung faktor koreksi FT nya.
3. Assumsikan UD sementara dari Tabel 8 Kern, 1965. Lalu hitung area heat transfer A
dengan persamaan :
A > 200 ft2 gunakan shell & tube
A < 100 ft2 gunakan double pipe
4. Tentukan klasifikasi tube dari Tabel 10 Kern : L = 6, 8, 12, 16, 20 ft, BWG, OD, a”
5. Tentukan jumlah tube Nt
 Koreksi UD
 Temperatur kalorik
Tc = T2 + Fc(T1-T2)
tc = t1 + Fc(t2-t1)
 Temperatur rata-rata fluida yang terlibat dalam pertukaran panas
 Dihitung untuk fluida dengan viskositas > 1 cP.
6. menghitung flow area: luas penampang yang tegak lurus arah aliran.
Shell : C’ = PT-OD
B = maksimum = IDshell (pers. 11.3 Kern, 1965, hal 226)
Minimum = IDshell/5 (pers. 11.4 Kern, 1965, hal 226)
as
tube : at
7. menghitung mass velocity (G): Gs dan Gt
8. menghitung bilangan reynold
shell :
 De = ..... in (fig. 28, Kern)
 Res =
tube :
 D = .... in (Tabel 10, Kern)
 Ret =
9. menentukan heat transfer factor, jH: shell dari figure 28 Kern dan tube dari figure 24 kern
10. menentukan termal function
11. menentukan hi & ho
film koefisien hi & ho adalah suatu ukuran aliran panas per unit permukaan dan unit
perbedaan temperatur yang mengindikasikan laju perpindahan panas.
12. menentukan hio
13. temperatur dinding tw
14. koefisien hi dan hio terkoreksi pada temperatur dinding tw
15. Uc (koefisien perpindahan panas menyeluruh saat bersih)
16. Rd
Rd yang diperlukan = ….. hr.ft2.oF/btu (Tabel 8. Kern, 1965).
Rdhitung Rddiperlukan (memenuhi)
17. ΔP
shell :
 f = ……. (Fig. 29 Kern, 1965)
 N+1 = 12.L/B
 ΔPs =
tube :
 f = …… (figure 26, Kern)
 ΔPt =
 ΔPr = ΔPtube =
2) PIPA
 Sch. Number: 10, 20, 30, 40, 60, 80, 100, 120, 140, 160
 Sch. Number menunjukkan ukuran ketebalan pipa
 Sch pada pipa baja yang sering digunakan
1. Standar (Sch. 40)
 untuk welded construction
 untuk tekanan < 25 atm
 Untk D<10 in
2. Extra-strong (Sch. 80)
 Jika dipakai iron fitting
3. Double extra-strong (Sch. 160)
 Diameter optimum
1. carbon steel
Di,opt (mm) = 282 x (G kg/s)0,52 x (r kg/m3)-0,37
2. stainlees steel Di,opt (mm) = 226 x (G kg/s)0,50 x (r kg/m3)-0,35
 Pada pipa perlu ditentukan diameter optimum karena:
Jika diameter pipa besar
 alirannya lambat
 biaya material mahal
 pressure drop kecil
 kerja pompa dan biaya pemompaan kecil
Jika diameter pipa kecil
 alirannya cepat
 pressure drop besar
 kerja pompa dan biaya pemompaan besar
 biaya material murah
 Gate valve: cocok utk open and shut control, tdk utk partial control
 Globe valve: cocok utk partial control
3) Pompa
 Kriteria pemilihan pompa
1. Pompa reciprocating
 Proses yang memerlukan head tinggi
 Kapasitas fluida yang rendah
 Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)
 Liquid yang mudah menguap (high volatile liquid)
2. Pompa sentrifugal
 Konstruksinya sederhana dan murah
 Kecepatan putarannya stabil
 Dapat dihubungkan langsung dengan motor pengendali
 Discharge linenya bisa ditutup sebagian atau bisa ditutup penuh tanpa merusak pompa.
 Dapat menangani liquid yang mengandung solid yang banyak.
 Ongkos perawatan lebih rendah bila dibandingkan dengan reciprocating pump.
 Dapat dibuat dari bahan tahan korosi.
 Prinsip kerja pompa sentrifugal:
Fluida Masuk melalui bagian suction yang dihubungkan secara cocentric dengan suatu
poros yang mempunyai element yang berputar secara cepat yang disebut impeller.
Impeller ini mempunyai baling-baling radial. Liquid mengalir masuk dan keluar ruangan
antara dua vane dan meninggalkan impeller dengan kecepatan yang tinggi, kemudian
ditampung dalam casing yang berbentuk spiral yang disebut volute, dan
meninggalkannya secara tangensial melalui discharge. Di dalam volute ini velocity head
dari liquid dirubah menjadi pressure head. Tenaga untuk memutar impeller diperoleh dari
luar, yaitu dari direct connected motor pada kecepatan konstan biasanya sekitar 3500
rpm.
 Kavitasi: kondisi dimana terjadinya bubble (gelembung udara) di dalam pompa akibat
kurangnya NPSHa (terjadi vaporisasi) dan pecah pada saat bersentuhan dengan impeller
atau casing.
 Ciri-ciri kavitasi
 Suara berisik
 Adanya getaran pada pompa
 Bunyi dengung keras pada pipa
 Tekanan buang yang fluktuasi
 Penyebab kavitasi
 Luasan aliran pada mata impeller pompa biasanya lebih kecil dari daripada
luasan aliran pipa hisap pompa atau luas aliran yang melalui baling baling
impeller. Ketika cairan dipompakan memasuki mata pompa sentrifugal,
pengurangan luas area aliran terjadi seiring penambahan kecepatan aliran
seiring dengan pengurangan tekanan.
 Jumlah aliran pompa yang lebih besar, penurunan tekanan yang lebih
besar antara lubang hisap pompa dengan mata impeller. Jika tekanan yang
turun cukup besar, atau temperatur cukup tinggi, tekanan yang turun
mungkin cukup untuk menyebabkan kavitasi .
 Banyak gelembung udara terbentuk akibat tekanan yang jatuh di ujung
impeller di sapu oleh baling baling impeller melalui aliran fluidanya.
Ketika gelembung udara memasuki daerah dimana tekanan local lebih
besar dari tekanan uap yang menjauhi baling baling impeller, tiba tiba
meletup. Proses pembentukan gelembung udara dan berikutnya meletup di
dalam pompa disebut kavitasi.
 Friksi antara permukaan fluida yang akan dipompakan dengan pompa inlet
besar (Hfs>>), sehingga dapat mengurangi NPSHA.
 Menurunnya tekanan absolut atau karena ketinggian (PA<<), dimana
tekanan absolut yang tinggi sangat dibutuhkan untuk menaikkkan
NPSHA. Penurunan tekanan absolut di dalam tangki disebabkan karena
tekanan hidrostastis fluida yang semakin kecil karena level cairan akan
semakin rendah karena cairan di dalam tangki semakin lama semakin
berkurang jumlahnya.
 Naiknya temperatur dari pompa liquid (PV>>), peningkatan temperatur
disebabkan karena adanya gesekan fluida, sehingga dengan naiknya
temperatur tekanan uap fluida juga akan meningkat. Jika tekanan uap
semakin besar maka kemungkinan terjadinya kavitasi akan semakin besar.
 Akibat kavitasi
 Kavitasi menurunkan performa pompa, menyebabkan fluktuasi jumlah
aliran dan tekanan buang.
 Menyebabkan kerusakan komponen pompa bagian dalam. Ketika pompa
mengalami kavitasi, gelembung udara terbentuk didaerah tekanan rendah
tepat sebelum putaran baling baling impeller. Gelembung uap kemudian
bergerak pada baling baling impeller, dimana mereka meletup dan
menyebabkan kejutan secara fisik, pada sudut depan baling baling
impeller. Kejutan secara fisik membuat bintik bintik kecil pada bagian
ujung baling baling impeller. Setiap bintik bintik kecil mempunyai ukuran
mikron, tetapi akibat akumalasi dari jutaan bintik bintik ini dari waktu
kewaktu benar benar merusak impeler pompa.
 Menyebabkan kelebihan getaran pada pompa, yang mana bisa
menyebabkan kerusakan bearing pompa, ring penahan aus dan seal-seal.
 Cara mengatasi kavitasi
 Tekanan fluida pada semua titik dalam pompa harus dipertahankan diatas
tekanan uap. Jumlah yang digunakan untuk menentukan supaya tekanan
zat cair yang dipompa mampu mengindari kavitasi adalah tinggi tekan
hisap dikenal dengan NPSH (Net Positive Suction Head).
 NPSH yang tersedia harus lebih besar atau sama dengan NPSH yang
dibutuhkan, NPSHa ≥ NPSHr.
NPSH yang tersedia (NPSHa)
Tekanan yang dibutuhkan pada suction pompa yang lebih tinggi daripada
tekanan uap cairan yang dipompa.
NPSH yang dibutuhkan (NPSHr)
NPSH minimum untuk menghindari kavitasi.
 Meningkatkan NPSHA
 Cara meningkatkan NPSHA :
 Menambah tekanan pada hisapan pompa dengan cara meninggikan level
zat cair di dalam tanki atau menambah tekanan pada daerah di atas zat cair
untuk menambah tekanan hisap.
 Mengurangi temperatur zat cair yang dipompakan. Pengurangan
temperatur zat cair yang dipompakan sehingga mengurangi tekanan uap
yang akibatnya menaikan NPSHA.
 Mengurangi kehilangan head pada pipa hisap pompa dengan cara
menambah diameter pipa, mengurangi jumlah elbow, katup dan fiting
pada pipa, mengurangi panjang pipa.
 Mengurangi NPSHR pompa
 Cara mengurangi NPSHR :
 Pengurangan jumlah aliran yang melalui pompa dengan pengecilan katup
buang akan mengurangi NPSHR.
 NPSHR tergantung pada kecepatan pompa yaitu semakin cepat impeler
pompa berputar maka semakin besar NPSHR. Oleh karena itu kecepatan
pompa harus dikurangi, sehingga NPSHR pompa akan berkurang.
 Langkah-langkah perhitungan pompa sentrifugal :
 Menentukan kapasitas pompa
Dengan diketahui laju alir massa dari neraca massa dan over desain 10%, maka debit
aliran dapat diketahui.
Q=
Dari Gambar 7.14 a & b Walas dengan diketahui kapasitas pompa maka dapat diketahui
jumlah suction yang akan digunakan.
 Menentukan D pipa optimum (Coulson, 1983)
Untuk carbon steel
Di opt = 282 (G)0,52 (ρ)-0,37
Untuk stainless steel
Di opt = 226 (G)0,5 (ρ)-0,35
dengan :
G = Flow rate, kg/s
ρ = density, kg/m3
Di opt = diameter pipa, mm
 Menentukan jenis pipa standar Tabel 11 Kern, 1965 atau Tabel A.5-1, Geankoplis
1993.
 Menentukan Bilangan Reynold (NRe)
Bilangan reynold (NRe) dapat dihitung dengan persamaan:
NRe = (Geankoplis, 1993, pers.4.5-5)
Keterangan :
NRe = Bilangan Reynold
= Densitas larutan (kg/m3)
ID = Diameter dalam pipa (m)
v = Kecepatan aliran (m/s)
= Viskositas larutan (kg/m.s)
Kecepatan aliran, v : v =
 Menghitung Panjang Equivalent
Gambar. 127 Brown, 1950 dan Tabel. 2.10-1 Geankoplis, 1993
 Menghitung total friksi (f)
Contraction loss
hc = = (Geankoplis, 1993. pers.2.10-16)
Friksi pada pipa lurus
Ff = (Geankoplis, 1993. pers.2.10-6)
f = ....? (Gambar.2.10-3, Geankoplis,1993)
Friksi pada elbow
hf = (Geankoplis, 1993. pers.2.10-17)
Kf = 0,75 (tabel 2.10-1, Geankoplis)
Expansion loss
hex =
Kex =
Loss pada valve
Globe valve wide = 1 = Kf = 9,5 (Tabel 2.10-1, Geankoplis, 1983)
Gate valve wide = 2 = Kf = 0,17 (Tabel 2.10-1, Geankoplis, 1983)
hf = (Geankoplis, 1993. pers.2.10-17)
 Menghitung tenaga pompa yang digunakan
Persamaan neraca energi yang dijelaskan melalui persamaan Bernaulli (pers. 2.7-28
Geankoplis, 1983) :
 Ws =
Wp = (Geankoplis, 1993. pers.3.3-1)
 Efisiensi pompa dietahui dari Gambar 10.62, Coulson,1983, hal 380
 Power :
BHP = G x Wp (Geankoplis, 1993. pers.3.3-2)
 Motor penggerak :
Berdasarkan fig. 4-10, vilbrandt,F.C., 1959, diperoleh efisiensi motor
P = (Geankoplis, 1993. pers.3.3-5)
 Menentukan power motor berdasarkan standar NEMA (Alfa Laval Pump Handbook)
 Cek Kavitasi:
NPSH (Net Positive Suction Head) available :
NPSH A = (Alfa Laval Pump Handbook, 2001)
NPSH R = (pers. 7.15 Walas, 1988)
Keterangan :
n = kecepatan putaran 3500 rpm (Walas, 1988)
Q = ........
S = kecepatan spesifik 7900 rpm (Walas, 1988)
 Pemilihan pipa yang dipakai untuk aliran zat cair dipengaruhi oleh :
 Diameter pipa
 Kekuatan pipa terhadap kondisi operasi
 Ketahanan pipa terhadap korosifitas
4) Ekonomi
1) Perhitungan Biaya
 Capital Investment
Capital Investment adalah banyaknya pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan untuk
mendirikan fasilitas-fasilitas pabrik dan untuk pengoperasiannya. Capital Investment
terdiri dari :
a. Fixed Capital Investment (FCI)
Fixed Capital Investment adalah biaya yang dibutuhkan untuk mendirikan fasilitas-
fasilitas pabrik, yang termasuk di dalamnya yaitu :
1. Purchased Equipment Cost (PEC)
PEC adalah biaya pembelian peralatan proses, termasuk pajak bea masuk,
asuransi, provisi bank, dan biaya pengangkutan hingga sampai di lokasi pabrik.
2. Installation Cost
Installation Cost adalah biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan alat-alat proses
di lokasi pabrik.
3. Piping Cost
Piping Cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk sistem pemipaan dalam proses
dan biaya pemasangannya.
4. Instrumentation Cost
Instrumentation Cost adalah biaya yang digunakan untuk melengkapi sistem
proses dengan suatu sistem pengendalian (control).
5. Insulation Cost
Insulation Cost adalah biaya yang dibutuhkan untuk sistemn insulasi di dalam
proses produksi.
6. Electrical Cost
Electrical Cost adalah biaya yang dipakai untuk pengadaan sarana pendukung
dalam penyediaan atau pendistribusian tenaga listrik.
7. Building Cost
Building Cost adalah biaya yang diperlukan untuk mendirikan bangunan-
bangunan di dalam lingkungan pabrik, antara lain perkantoran, kantin, tempat
ibadah, laboratorium, saluran air bersih, dan sanitasi.
8. Land and Yard Improvement
Land and Yard Improvement adalah biaya untuk pembelian tanah, perbaikan
kondisi tanah, pembuatan jalan ke areal pabrik dan paving. Jika pabrik didirikan
di kawasan industri, biaya-biaya selain pembelian tanah tidak menjadi tanggungan
pabrik lagi karena sudah disediakan.
9. Utility Cost
Utility Cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan unit-unit pendukung
proses, antara lain unit penyediaan air, steam, cooling tower dan udara tekan.
10. Environmental Cost
Environmental Cost adalah biaya untuk pemeliharaan kelestarian lingkungan di
kawasan pabrik dan sekitarnya.
11. Cost Of Engineering and Construction
Cost Of Engineering and Construction adalah biaya untuk design engineering,
field supervisor, temporary construction dan inspection.
12. Contractor’s fee
Contractor’s fee adalah biaya yang dipakai untuk membayar kontraktor
pembangun pabrik.
13. Cost of Contingency
Cost of Contingency adalah biaya kompensasi terhadap pengeluaran yang tak
terduga, perubahan proses meskipun kecil, perubahan harga dan kesalahan
estimasi.
b. Working Capital Investment (WCI)
Working Capital Investment adalah biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan operasi
dari suatu pabrik selama kurun waktu tertentu secara normal, yang termasuk di dalamnya
yaitu :
1. Raw Material Inventory
Raw material inventory adalah biaya yang dibutuhkan untuk persediaan bahan
baku, besarnya tergantung dari kecepatan konsumsi bahan baku, nilainya,
ketersediaannya, sumber dan kebutuhan storagenya.
2. In Process Inventory
In process inventory adalah biaya yang harus ditanggung selama bahan sedang
berada dalam proses, besarnya tergantung pada lama siklus proses.
3. Product Inventory
Product Inventory adalah biaya yang diperlukan untuk penyimpanan produk
sebelum produk tersebut dilempar ke pasaran.
4. Extended Credit
Extended Credit adalah persediaan uang untuk menutup penjualan barang yang
belum dibayar.
5. Available Cash
Available Cash adalah persediaan uang tunai untuk membayar buruh, services,
dan material.
 Manufacturing Cost
Manufacturing Cost merupakan jumlah direct, indirect dan fixed manufacturing cost yang
bersangkutan dalam pembuatan produk.
a. Direct Manufacturing Cost (DMC)
Direct Manufacturing Cost adalah pengeluaran yang bersangkutan khusus dalam
pembuatan produk, termasuk di dalamnya yaitu :
1. Raw Material
Biaya bahan baku meliputi 2 macam, yaitu :
- Harga pembelian sampai di tempat dari bahan-bahan yang dipakai dalam produksi.
- Harga amortisasi dari bahan katalis selama waktu pemakaiannya.
2. Labor Cost
Labor Cost adalah biaya untuk membayar buruh yang terlibat langsung dalam proses
produksi.
3. Supervisory Expense
Supervisory expense adalah biaya untuk menggaji semua personal yang bertanggung
jawab langsung terhadap operasi produksi.
4. Maintenance Cost
Maintenance Cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan peralatan proses.
5. Plant Supplies Cost
Plant Supplies Cost adalah biaya yang diperlukan untuk pengadaan plant supplies, antara
lain lubricants, charts, dan gaskets.
6. Royalties and Patents
Biaya paten untuk keperluan produksi diamortisasi selama waktu proteksinya (selama
paten berlaku). Royalties biasanya dibayar berdasarkan kecepatan produksi atau
penjualan.
7. Cost of Utilities
Cost of Utilities adalah biaya yang dibutuhkan untuk pengoperasian unit-unit pendukung
proses sehingga dihasilkan steam, air bersih, listrik, dan bahan bakar.
b. Indirect Manufacturing Cost (IMC)
Indirect Manufacturing Cost adalah pengeluaran sebagai akibat dan bukan langsung
karena operasi pabrik, termasuk di dalamnya yaitu :
1. Payroll Overhead
Payroll Overhead adalah pengeluaran perusahaan untuk biaya pension, liburan yang
dibayar perusahaan, asuransi, cacat jasmani akibat kerja dan keamanan.
2. Laboratory
Perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk pengoperasian laboratorium karena
laboratorium dibutuhkan untuk menjamin quality control.
3. Plant Overhead
Plant overhead adalah biaya untuk service yang tidak langsung berhubungan dengan unit
produksi, termasuk di dalamnya adalah biaya kesehatan, fasilitas rekreasi, pembelian
(purchasing), pergudangan (warehousing) dan engineering (termasuk safety dan
protection).
4. Packaging
Biaya packaging dibutuhkan untuk membayar biaya pengepakan dan container produk,
besarnya tergantung dari sifat-sifat fisis dan kimia produk serta nilainya.
5. Shipping
Biaya ini diperlukan untuk membayar ongkos pengangkutan barang produksi hingga
sampai di tempat pembeli.
c. Fixed Manufacturing Cost (FMC)
Fixed Manufacturing Cost adalah pengeluaran yang berkaitan dengan initial fixed capital
dan harganya tetap, tidak bergantung pada waktu dan tingkat produksi, termasuk di
dalamnya yaitu :
1. Depresiasi
Depresiasi adalah biaya penyusutan nilai peralatan dan gedung, besarnya diperhitungkan
dari perkiraan lamanya umur pabrik.
2. Property Taxes
Property taxes adalah pajak property yang harus dibayar oleh pihak pabrik, besarnya
tergantung dari lokasi dan situasi di mana plant tersebut berdiri.
3. Asuransi
Pihak perusahaan harus mengeluarkan uang untuk biaya asuransi pabriknya, semakin
berbahaya plant tersebut, maka biaya asuransinya semakin tinggi.
 General Expense
General expense adalah pengeluaran umum meliputi pengeluaran-pengeluaran yang
bersangkutan dengan fungsi-fungsi perusahaan yang tidak termasuk Manufacturing Cost.
a. Administration Cost
Administration Cost adalah biaya yang diperlukan untuk menjalankan administrasi
perusahaan, termasuk di dalamnya yaitu :
1. Management Salaries
Management salaries adalah gaji yang harus dibayarkan kepada semua karyawan
perusahaan di luar buruh produksi, antara lain manager utama, manager, sekretaris dan
kepala bagian.
2. Legal Fees and Auditing
Legal Fees adalah biaya untuk fee yang legal, sedangkan auditing adalah biaya untuk
membayar akuntan publik.
3. Biaya untuk peralatan kantor dan komunikasi
Biaya ini digunakan untuk membeli peralatan kantor seperti kertas, tinta dan lain-lain
serta untuk biaya komunikasi di lingkungan perusahaan seperti telepon dan internet.
b. Sales Expense
Sales Expense adalah biaya administrasi yang diperlukan dalam penjualan produk,
termasuk didalamnya biaya promosi apabila produk tergolong baru.
c. Research
Biaya riset diperlukan untuk mendukung pengembangan pabrik, baik perbaikan proses
maupun peningkatan kualitas produk.
d. Finance
Finance adalah pengeluaran untuk membayar bunga pinjaman modal.
2) Analisa Kelayakan
Untuk dapat mengetahui kelayakan sebuah pabrik dapat dilihat dari profitabilitasnya. Jika
profitabilitasnya tinggi maka pabrik potensial untuk dibangun. Untuk menganalis apakah
pabrik tersebut potensial untuk didirikan atau tidak maka dilakukan analisa atau evaluasi
kelayakan. Beberapa cara analisa kalayakan adalah :
1. Percent Profit on Sales (POS)
Profit on sales adalah besarnya keuntungan kasar dari setiap satuan produk yang terjual.
2. Percent Return on Investment (ROI)
Return of Invesment adalah perkiraan keuntungan yang dapat diperoleh setiap tahun,
didasarkan pada kecepatan pengembalian modal tetap yang diinvestasikan.
3. Pay Out Time
Pay Out Time adalah jumlah tahun yang telah berselang sebelum diperoleh suatu
penerimaan melebihi investasi awal atau jumlah tahun yang diperlukan untuk kembalinya
capital investment oleh profit sebelum dikurangi depresiasi.
4. Break Even Point (BEP)
Break Even Point adalah titik yang menunjukkan pada tingkat berapa biaya dan
penghasilan jumlahnya sama. Dengan Break Even Point kita dapat menentukan tingkat
berapa harga jual dan jumlah unit yang dijual secara minimum dan berapa harga serta
unit penjualan yang harus dicapai agar mendapat keuntungan.
Dalam hubungan ini :
Fa = Fixed Manufacturing Cost
Ra = Regulated Cost
Va = Variable cost
Sa = Penjualan produk
5. Shut Down Point (SDP)
Shut Down Point adalah suatu titik atau saat penentuan suatu aktivitas produksi
dihentikan. Penyebabnya antara lain variable cost yang terlalu tinggi, atau bisa juga
karena keputusan manajemen akibat tidak ekonomisnya suatu aktivitas produksi (tidak
menghasilkan profit).
6. Discounted Cash Flow (DCF)
Discounted Cash Flow adalah salah satu cara untuk menganalisa kelayakan ekonomi
pabrik dimana Discounted Cash Flow didefinisikan sebagai jumlah uang dari keuntungan
yang tidak digunakan untuk pinjaman modal dan bunganya. Harga ditrial sampai didapat:
Dalam hubungan ini :
FCI = Fixed Capital Investment
WC = Working Capital
SV = Salvage Value
CF = Cash Flow
i = Rate of Return
5) Lainnya
 Tekanan hidrostatis : tekanan disebabkan ketinggian cairan diatasnya harus setimbang
dengan tekanan panahannya.
 BM tanpa koma : menunjukkan jumlah nukleon (proton + neutron) dalam inti atom.
BM pakai koma : semua unsur di alam terdiri atas isotop-isotop dan suatu unsur
merupakan campuran isotop-isotop unsur tersebut. Karena masing-masing isotop
memiliki massa atom yang berbeda maka harga massa atom (Berat molekul) suatu unsur
yang dipakai dalam perhitungan kimia adalah massa atom rata-rata dari seluruh isotop
unsur tersebut.
 Kapasitas produksi tidak sama degan data import
Kapasitas produksi = 22.000 ton/thn
Kebutuhan = 27.000 ton/thn
 Keuntugan digunakan saturated steam dibandingkan superheated steam :
 Panas/energi saturated lebih besar karena adanya panas laten, sedangkan superheated
panas sensibel yang bergantung pada ΔT, maka daya pemanasnya sangat kecil.
 Pada saturated jika ingin merubah tekanan maka temperatur berubah tertentu. Pada
superheated temperatur tidak bergantung tekanan, sehingga untuk tekanan tertentu
temperatur dapat bermacam-macam.
 Specific gravity : densitas relaif suatu zat terhadap densitas air pada temperatur standar
4oC (ilmuwan) atau 15oC engineer.
 Titik kritis : kondisi dimana tidak dapat dibedakan lagi antara cairan dan uap.
 Viskositas : sebuah gaya yang menghambat aliran
 Cairan ideal = cairan hypothetical (tdk nyata) yg viskositasnya nol.
 Campuran : materi yang terbentuk dari 2 macam zat atau lebih yang memiliki sifat zat
asalnya.
 Larutan : suatu campuran yang homogen dari suatu zat terlarut (solute) dan zat yang
melarutkannya (solven).
 Kapasitas panas : banyaknya panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu zat 1
o
C.
 Panas jenis : banyaknya panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 gram zat 1oC.
 Kapasitas panas molar : banyaknya panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 mol
zat 1oC.
 Entalpi pembentukkan molar standar (ΔHof) : banyaknya panas yang diserap/dilepaskan
ketika 1 mol senyawa tersebut dibentuk dari unsur-unsurnya dalam keadaan standar.
H2 + ½ O2 H2O
 Panas pembakaran : banyaknya panas yang dilepaskan ketika 1 mol senyawa tersebut
terbakar sempurna dengan oksigen.
C + O2 CO2
 Panas netralisasi : jumlah panas yang dilepaskan ketika 1 mol air terbentuk akibat reaksi
asam dengan basa atau sebaliknya.
 Panas pelarutan : panas yang dilepas/diserap ketika 1 mol senyawa dilarutkan dalam
pelarut berlebih yaitu sampai suatu keadaan dimana pada penambahan pelarut selanjutnya
tidak ada panas yang diserap/dilepaskan lagi.
 Panas pengenceran : banyaknya panas yang dilepas/diserap ketika suatu zat atau larutan
diencerkan dalam batas konsenterasi tertentu.

Anda mungkin juga menyukai