KELOMPOK 1 :
Amaturrahim Astutiningtyas (211424001)
Amellya Putri (211424002)
Blessy Theresia Angelina (211424003)
Christianti (211424004)
Reaksi keseluruhan:
Larutan pada persamaan (2) dipanaskan pada suhu 60-80oC untuk menguapkan
airnya dan suhu pemanasan tidak boleh lebih dari 80oC karena tawas akan larut dalam
air mendidih. Proses penguapan selama 10 menit dan bila didinginkan akan terbentuk
Kristal tawas yaitu KAl(SO4)2.12 H2O.
Senyawa alumunium khususnya senyawa sulfat banyak digunakan pada industri
kertas. Selain itu, tawas banyak digunakan di industri–industri baik digunakan sebagai
koagulan dalam pengolahan air dan air buangan maupun penyamakan kulit dan bahan
pewarna di industri tekstil. Selain itu tawas pun dapat digunakan untuk mengentalkan
lateks (getah karet yang cair) sehingga menjadi membeku.(Suminar Achmadi PhD,
1987)
III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
3.1 Alat
Alat Gambar
Batang pengaduk
Magnetic stirrer
Gelas ukur 50 mL
Gelas arloji
Neraca analitik
Indikator universal
Termometer
Pipet ukur
Bola hisap
3 gram
alumunium foil
Alkohol Secukupnya
Aquades secukupnya
Larutan H2SO4 50 mL
Membuat tawas :
Filtrat Residu
Filtrasi
Filtrat
Endapan dicuci
dengan alkohol
Keringkan dan
timbang
III. Perhitungan
a) Molaritas Alumunium :
Massa Al = 3 Gr Mr Al = 27 gr/mol
3 𝑔𝑟
Mol Al : = 0,111 mol
27 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙
10 𝑔𝑟
Mol KOH = 56 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 0,178
Mr H2SO4 = 98 gr/mol
138 𝑔𝑟
Mol H2SO4 = 98 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 1,408 mol
d) Perhitungan Stoikiometri
= 29,237 %
V. HASIL PRAKTIKUM
5.1 Pembahasan
Sintesis tawas dari limbah alumunium foil dilakukan dengan cara mereaksikan 3
gr alumunium dengan 25 ml larutan 50% KOH yang dipanaskan hingga suhu 60-70oC
menggunakan hot plate (suhu diukur menggunakan termometer karena suhu yang
tertera pada hot plate tidak akurat). Magnetic stirrer dimasukkan ke dalam gelas kimia
untuk melarutkan alumunium dengan KOH. Larutan KOH yang semula bening berubah
menjadi abu kehitaman dan timbul gelembung H2 serta terbentuk Kalium aluminat
setelah direaksikan dengan Al . Persamaan reaksi kimia :
2Al + 2KOH + 2H2 ➔ 2KAlO2 + 3 H2
Hasil reaksi didinginkan kemudian disaring menghasilkan filtrat berupa cairan bening
dan residu berwarna abu-kehitaman, karena larutan KOH yang menjadi pelarut
alumunium bersifat basa maka filtrat dititrasi dengan H2SO4 pekat hingga PH berubah
menjadi asam (1-2). Larutan H2SO4 kurang dari 50 ml seharusnya sudah bisa
mengasamkan kalium aluminat, tetapi dalam praktikum ini H2SO4 yang pertama
dipakai bukan H2SO4 pekat yang kemudian diganti menjadi H2SO4 pekat pada saat
pertengahan titrasi sehingga 75ml H2SO4 baru bisa mengasamkan Kalium aluminat.
Pada saat titrasi, setiap tetes H2SO4 akan membentuk endapan Alumunium hidroksida
berwarna putih [Al(OH)3], semakin banyak dan semakin pekat H2SO4 yang diteteskan
endapan putih akan semakin banyak dan akan membentuk endapan putih seperti kaca
dari tawas kalium alumunium sulfat yang sering disebut alum. Reaksi keseluruhan
setelah ditambahkan H2SO4 :
2Al + 2 KOH + 10H2O + 4H2SO4 ➔ 2Kal(SO4)2.12H2O + 3H2
Setelah dititrasi, alum dipanaskan selama 10 menit hingga suhu 60-80oC lalu
didinginkan dalam bak air agar memudahkan proses pengendapan, proses pengendapan
dilakukan selama sehari (dalam praktikum dua hari), setelah itu disaring menggunakan
corong buchner kemudian dicuci menggunakan alkohol, lalu diambil endapannya
berupa kristal berwarna putih. Setelah itu, endapan putih dikeringkan di dalam desikator
selama satu hari (dalam praktikum dua hari). Tawas dengan kandungan hidrat memiliki
massa 18,927 gram sedangkan tawas anhidrat memiliki massa gram hidrat sebesar
15,3837 gram, 3,5433 gram H2O menguap saat tawas dimasukkan ke dalam desikator,
dan tawas menurut perhitungan stoikiometri (teori) massanya 52,614 gram. Sehingga
prosentase yield yang dihasilkan sebesar 29,237 %.
Setelah ditimbang, tawas kemudian dihitung titik lelehnya menggunakan melting
point apparatus dengan tujuan meyakinkan bahwa senyawa yang terbentuk merupakan
tawas dan bisa digunakan untuk menjernihkan air, mengatasi bau badan, pewarnaan
tekstil, dan lain lain. Titik leleh menurut teori 78-85oC dan titik leleh produk tawas pada
saat praktikum 83,4oC.
Pada praktikum kali ini, kami melakukan sintesis tawas dari limbah alumunium
foil. sintesis ini dilakukan dengan menimbah 3 gr alumunium foil yang telah dipotong
kecil-kecil, agar mudah larut. Setelah itu, siapkan 25 mL 50% KOH, kemudian
masukkan magnetic stirrer dan panaskan di suhu 60-70°C diatas hot plate. selagi larutan
KOH 50% dipanaskan masukkan alumunium foil sedikit demi sedikit, tidak lupa untuk
selalu amati suhu. pada proses ini larutan akan menghasilkan gelembung-gelembung
gas H2, dan warna larutan yang awalnya bening akan berubah menjadi abu-kehitaman.
saat suhu larutan sudah mencapai 60-70°C selsaikan pemanasan, lalu dinginkan larutan.
Reaksi kimia yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut.
2Al + 2KOH + 2H2 → 2KAlO2 + 3H2
pada proses pendinginan, suhu larutan KOH yang sudah direaksikan dengan Al ini akan
dengan sangat cepat menurun. setelah dingin, saring larutan dan tampung filtratnya.
warna filtrat yang tertampung berwarna bening sedangkan residunya berwana hitam.
Lalu, siapkan larutan H2SO4 pekat 50mL didalam buret yang ditanggalkan pada stif and
klem. setelah itu, teteskan H2SO4 dari buret sedikit demi sedikit ke dalam larutan
aluminat, lakukan sampai pH larutan sebesar 1-2. pada proses ini larutan akan berubah
dari basa menjadi asam. Larutan akan memiliki endapan putih dan suhunya akan terasa
hangat. sayangnya, saat percobaan kami, ada kekeliruan saat memasukkan H2SO4 yang
kurang pekat sehingga perubahan basa ke asam terasa sedikit lama sehingga kami
menggantikan larutan H2SO4 menjadi H2SO4 yang lebih pekat. maka didapat kami
membutuhkan 75 ml H2SO4 sampai larutan aluminat mencapai titik asamnya. dalam
proses ini reaksi kimia keseluruhan yang terjadi adalah sebagai berikut.
setelah dititrasi dengan H2SO4 pekat, maka laruta alum dipanaskan kembali selama 10
menit sampai suhu larutan mencapai 80°C, lalu dinginkan dalam ember berisi air
dengan suhu ruang agar memudahkan proses pengendapan kristal (kristalisasi). proses
kristalisasi ini dilakukan selama 2 hari.
Setelah 2 hari, proses kristalisasi ini menghasilkan larutan bening yang terendap
banyak kristal warna putih. lalu, pidahkan endapan putih. didaptkan bahwa tawas hidrat
yang kelompok kami peroleh sebanyak 18,927 gram. setelah itu tawas dikeringkan
dalam desikator selama 2 hari. setelah dikeringkan, kami mendapat bahwa tawas
anhidrat yang kami peroleh adalah 15,3837 gram. maka disimpulkan sebanyak 3,5433
gram H2O telah menguap saat proses pengeringan.
Proses awal sintesis tawas dilakukan dengan melarutkan aluminium foil yang
sudah dipotong kecil-kecil dalam larutan KOH sambil dipanaskan. Pemanasan
bertujuan untuk mempercepat kelarutannya, karena semakin tinggi suhu dan semakin
luas permukaan zat maka kelarutannya semakin besar. Pada penambahan KOH reaksi
berjalan cepat dan bersifat eksoterm karena menghasilkan kalor. Dalam reaksi ini
terbentuk gas H2 yang ditandai dengan munculnya gelembung- gelembung gas.
Gelembung-gelembung gas hilang setelah semua aluminium bereaksi. Setelah Al larut,
dihasilkan larutan berwarna hitam-keabuan. Persamaan reaksi antara Al dan KOH
adalah:
2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l) → 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)
Larutan pH 1-2 tersebut dipanaskan dengan suhu 60-80oC. Pada percobaan ini
pada saat dipanaskan suhunya dikendalikan dengan mengukur setiap beberapa menit
sekali dengan termometer. Setelah dipanaskan dan kemudian didinginkan terbentuklah
kristal-kristal tawas dan disimpan/didiamkan selama tiga hari. Pada saat pendinginan
ini, larutan dibiarkan diudara terbuka hingga dingin, pada saat ini endapan yang
terbentuk adalah Kal(SO4)2.12H2O. Setelah didiamkan selama tiga hari, dilakukan
penyaringan dan dibilas dengan air dan alkohol, yang bertujan untuk mencuci endapan
dan membilas sisa tawas yang tersisa di erlenmeyer serta fungsi alkohol untuk
mempercepat penguapan larutan pencuci. Kristal yang terbentuk kemudian disaring dan
dikeringkan.
Dari hasil percobaan ini, yield yang dihasilkan adalah 29,237%, hal ini
disebabkan beberapa faktor diantaranya, pada awal pemanasan (pelarutan Al dengan
KOH) terjadi penguapan yang berlebih, karena suhu yang terlalu tinggi, serta pada awal
pemanasan dilakukan pengadukan hal ini menyebabkan larutan meluber ke atas dan ada
sisa Al yang menempel pada batang pengaduk dan ada juga Al yang menempel di
dinding gelas, sehingga terdapat Al yang tidak ikut larut. Selain itu meskipun telah
dilakukan penyaringan ganda masih ada endapan yang tidak tersaring pada kertas
saring.
Setelah dikeringkan dan ditimbang, tawas disimpan dalam desikator selama dua
hari. Lalu dilakukan analisis titik leleh untuk membuktikan kristal yang dihasilkan
berupa tawas menggunakan instrumen analitik yaitu melting point. Didapatkan titik
leleh sebesar 83,4oC, dimana berdasarkan literatur titik leleh tawas adalah 78 -85oC,
sehingga dapat disimpulkan kristal yang terbentuk adalah tawas.
Praktikum ini bertujuan untuk memahami dan melakukan proses pembuatan tawas
yang berbahan dasar dari alumunium foil. Dalam proses sintesis ini diperlukan untuk
membuat larutan KOH yang berperan sebagai oksidator dalam pelarutan alumunium
foil. Selain itu diperlukan pula untuk membuat larutan H2SO4 50% dari larutan
H2SO4 pekat (98%) pada labu takar. Larutan H2SO4 ini berperan sebagai penetral
yang akan membentuk endapan berwarna putih yang merupakan alumunium
hidroksida [Al(OH)3], dengan penambahan asam sulfat ini endapan putih yang
terbentuk semakin banyak dan jika didiamkan akan terbentuk kristal seperti kaca dari
tawas (kalium aluminium sulfat) atau sering disebut alum.
Proses sintesis ini diawali dengan melarukan alumunium foil dengan KOH
yang dipanaskan pada suhu 60-70°C. Dengan ditambahkannya larutan KOH maka
reaksi akan berlangsung dengan cepat. Selama proses berlangsung terbentuk gas H2
yang ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung gas, sehingga proses harus
dilakukan dalam lemari asam. Setelah alumunium habis bereaksi maka gelembung
gas H2 itu akan hilang dan didapat larutan berwarna abu-kehitaman. Hal ini
menunjukkan bahwa alumunium tersebut telah larut dalam larutan KOH. Reaksi
antara Al dan KOH berlangsung melalui persamaan berikut :
2Al (s) + 2KOH (aq) + 2H2O (l) → 2KAlO2 (aq) + 3H2 (g)
Setelah proses pelarutan dan penguapan selesai, larutan akan disaring. Proses
penyaringan ini bertujuan untuk menyaring zat-zat pengganggu, sehingga yang
tersisa hanya filtratnya. Kemudian filtrat tersebut ditambah dengan larutan H2SO4
50% yang telah dibuat secara perlahan dan sambil diaduk agar larutan dapat bereaksi
sempurna. Penambahan larutan H2SO4 dilakukan hingga mencapai pH 1-2. Hal ini
dilakukan karena larutan akan bereaksi optimal membentuk tawas pada kisaran pH
tersebut. Reaksi antar zat tersebut menghasilkan endapan yang berwarna putih.
Warna putih yang terbentuk berasal dari senyawa Al(OH)3. Persamaan reaksi yang
berlangsung : 2KAlO2 + 2H2O + H2SO4(aq) → K2SO4 + Al(OH)3.
Larutan yang telah terbentuk tersebut kemudian dipanaskan pada suhu 60-80oC
untuk menguapkan air yang terkandung. Suhu pada pemanasan ini harus sesuai,
yaitu tidak boleh lebih dari 80oC karena tawas akan larut dalam air mendidih. Proses
penguapan tersebut dilakukan selama 10 menit. Setelah itu larutan tersebut
didinginkan selama berhari-hari hingga terbentuk kristal-kristal tawas
(KAl(SO4)2.12H2O). Setelah larutan dingin, dilakukan penyaringan dan kemudian
dibilas dengan air dan alcohol. Air berfungsi untuk mencuci endapan serta membilas
sisa tawas yang tersisa di dinding erlenmeyer sedangkan fungsi alkohol untuk
mempercepat penguapan air. Kemudian endapan ini disimpan di desikator yang
berfungsi untuk menghilangkan air dan kristal hasil pemurnian. Kristal yang
terbentuk kemudian ditumbuk untuk dianalisis titik lelehnya dan didapat titik leleh
pada suhu 83,4oC, titik lebur ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi suatu zat
dan mengindikasikan kemuriannya. Persamaan reaksi keseluruhan dalam proses
sintesis ini adalah :
2Al + 2KOH + 10H2O + 4H2SO4 → 2KAl(SO4)2.12H2O + 3H2
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, berat tawas yang dihasilkan
adalah 15,3837 gram dan tawas yang didapat berupa bongkahan kristal berwarna
putih dengan titik leleh pada 83,4oC. Secara teoritis titik leleh tawas berada pada
rentang 78-85°C, sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh adalah
tawas. Sedangkan berat kristal yang seharusnya diperoleh berdasarkan stoikhiometri
adalah 52,614 gram. Sehingga dapat dihitung rendemen dalam percobaan ini sebesar
29,237%. Rendemen yang rendah ini dapat disebabkan oleh karena adanya tawas
yang terbuang dalam proses pembuatannya.
5.2 Kesimpulan
Hasil dari percobaan ini dapat di simpulkan bahwa:
1. Tawas (2 KAl(SO4)2.12H2O) dapat di sintesis dengan teknik kristalisasi
menggunakan bahan baku limbah alumunium foil bekas, larutan H2SO4 pekat
dan kristah KOH.
2. Rendemen yang di peroleh sebesar 29,237%
3. Titik leleh tawas yaitu 83,4oC
DAFTAR PUSTAKA
• Chadwich TF (1985), General Chemistry & Inorganic Chemistry, second
edition, NewDelhi: S.Anand & Company.
• Liptrot,GF (1987), Modern Inorganic Chemistry,4nd,London: EBLS
• Suminar Achmadi, PhD (Perruci,Ralph ).(1987). Kimia Dasar Prinsip dan
TerapanModern jilid 3 Jakarta: Penerbit Erlangga.