Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

Sulfonasi Naftalen Dengan Menggunakan Pelarut Diklorometana


Laporan Praktikum ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Labolatorium

Sintesis Organik Anorganik yang Dibimbing oleh Bapak.Robby Sudarman, S.Si., M.T

Disusun oleh

Hani Maryati (201424009)

1TKPB

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2021
I. Tujuan
1. Memahami karakteristik reaksi sulfonasi naftalen,kondisi operasi proses rangkaian
peralatan proses dan penanganannya yang tepat.
2. Melakukan tahapan-tahapan proses sulfonasi.
3. Melakukan tahapan-tahapan proses purifikasi dan pemurnian produk sulfonasi yang
tepat.

II. Prinsip Dasar Praktikum


2.1 Reaksi Sulfonasi
Reaksi sulfonasi adalah reaksi kimia yang terjadi pada benzena dan asam sulfat dengan
adanya pemanasan. Produk yang dihasilkan dalam reaksi sulfonasi adalah asam benzene
sulfonat dan air. Reaksi sulfonasi merupakan reaksi reversible (dapat balik) Naftalena
adalah salah satu komponen yang termasuk benzena aromatik hidrokarbon, Tetapi
tidak termasuk polisiklik. Senyawa naftalen tidak sama seperti benzen. Senyawa
polisiklik dapat dihidrogenasi (direduksi) parsial pada tekanan dan suhu kamar. Pada
temperatur tinggi (160C), naftalena dapat disulfonasi pada posisi 3, sedangkan pada
temperatur rendah (80c), naftalena tersulfonasi pada posisi 4. Asam 1-naftalenasulfonat
merupakan produk kendali kinetika. asam 2-naftalensulfonat merupakan produk
kendali termodinamika.
Sulfonasi merupakan reaksi substitusi atom H pada benzena oleh gugus sulfonat.
Reaksi ini terjadi apabila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat sebagai
pereaksi. Dalam proses reaksi sulfonasi , melibatkan penggabungan gugus asam
sulfonat,-SO3H, ke dalam suatu molekul ataupun ion, termasuk reaksi-reaksi yang
melibatkan gugus sulfonil halida ataupun garam-garam yang berasal dari gugus asam
sulfonat, misalnya penggabungan –SO2Cl ke dalam senyawa organik.
Istilah sulfonasi terutama digunakan untuk menyatakan reaksi-reaksi yang
menggunakan pereaksi sulfonasi yang umum seperti asam sulfat pekat, oleum, dan
pereaksi lainnya yang mengandung sulfur trioksida.
Sulfonasi senyawa aromatik merupakan salah satu jenis sulfonasi yang paling
penting. Sulfonasi tersebut dapat dilakukan dengan mereaksikan senyawa aromatik
dengan asam sulfat. Asam sulfat yang digunakan umumnya mengandung sulfur trioksida
(oleum). Sama halnya dengan nitrasi dan halogenasi, sulfonasi senyawa aromatik adalah
reaksi substitusi elektrofilik, tetapi merupakan reaksi yang dapat balik (reversibel).
Untuk proses sulfonasi senyawa aromatik yang lebih kompleks, temperatur
dapat memberikan pengaruh, bukan hanya terhadap laju reaksi, tetapi juga terhadap
sifat dari produk yang dihasilkan. Sebagai contoh, perubahan temperatur dalam
sulfonasi naftalena menyebabkan perubahan komposisi produk asam monosulfonat dari
sekitar 95% alpha isomer pada temperatur kamar menjadi 100% beta isomer pada
2000C.

2.2 Sulfonating Agent

Sulfonating agent adalah senyawa yang digunakan dalam proses sulfonasi


untuk ‘menyerang’ senyawa organik, sehingga reaksi substitusi dapat
berlangsung.Beberapa jenis sulfonating agent yang banyak digunakan
diantaranya:
1. Sulfur Trioksida
2. Kelompok Sulfur dioksida
3. Sulfoalkilating agent
2.3 Mekanisme Reaksi Sulfonasi Naftalen
Mekanisme reaksi sulfonasi dengan sulfonating agent concentrated H2SO4 diawali
dengan pembentukan elektofilik (SO3). Pada tahap ini terjadi penguraian asam
sulfat.
2𝐻2 𝑆𝑂4 ↔ 𝑆𝑂3 + 𝐻3 𝑂+ + 𝐻𝑆𝑂4 −
Pada tahap selanjutnya, terjadi proses penyerangan senyawa naftalen oleh
elektrofilik yang terbentuk (Solomons, 1978).

Reaksi secara keseluruhan : SO3H

+ H2SO4 + H2O

Naftalen (C10H8) α-naftalensulfonat

C10 H8 + H2 SO4 → C10 H8 SO3 + H2 O

2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi Sulfonasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses Sulfonasi:

1. Konsentrasi SO3 pada Sulfonating Agent dalam reactor


2. Temperatur Operasi
III. Keselamatan Kerja
1. Gunakan jas lab dan penutup hidung. Praktikum dilakukan di lemari asam.
2. Pemasangan selang silikon yang tersambung pada kondenser dan penutup reaktor
harus rapat dan ketat untuk mencegah air menetes .
3. Gunakan sarung tangan karet setiap menangani asam sulfat pekat (Concentrated)
karena bersifat korosif. Gunakan peralatan gelas yang kering dan bersih. Penanganan
asam sulfat dilakukan terakhir setelah semua rangkaian peralatan siap digunakan.
Peralatan bekas asam sulfat segera dicuci setelah digunakan dengan air mengalir agar
tidak mengenai rekan kerja
IV. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat Praktikum

Alat
Nama Alat Jumlah Nama Alat Jumlah
Gelas Kimia 1000 ml 2 buah Waterbath 1 buah
Erlenmeyer 250 ml 2 buah Erlenmeyer 50 ml 5 buah
Hot Plate 1 buah Bola Hisap 1 buah
Pipet Ukur 25ml 1 buah Kaca arloji 5 buah
Pipet Ukur 10ml 1 buah Kertas Saring 2 lembar
Pipet Ukur 1 ml 1 buah Thermometer 1 buah
Stirer Magnetik 2 buah Pipet tetes 2 buah
Statif dan Klem 2 pasang Botol semprot 2 buah
Corong Buchner 1 buah Gelas ukur 50 ml 1 buah
Selang Silikon 1 buah Digital Melting Point 1 unit
Batang Pengaduk 1 buah Neraca Analitis 1 unit
Buret 1 buah Sarung tangan karet 2 pasang
Kondensor 1 buah

Tabel 2.Bahan Praktikum

Bahan
Nama Bahan Jumlah Nama Bahan Jumlah
Naftalen p.a/teknis 10 gram Etanol 96 % 30 mL
H2SO4 98% 6 mL Aquades 100 ml
NaOH teknis 10 gram Indikator PP 10 mL
Diklorometan teknis 30 mL
V. Prosedur Kerja
5 gram Naftalen dan Ditambahkan
30 ml Diklorometana sulfonating agent
Larutan kuning jernih
dilaarutkan dalam H2SO4 6mL, variasi
erlenmeyer suhu operasi

Ditambahkan air
Ditambahkan Etanol Membentuk Naftalen mendidih, disaring,
didiamkan 30 menit sulfonat dicuci dengan
aquadest dan etanol

Produk dikeringkan Produk dikeringkan naftalen sulfonat


dalam desikator dalam desikator murni

Keterangan:
1. Hot Plate
2. Gelas Kimia
3. Labu Erlemeyer
4. Magnetic Stirrer
5. Kondensor
6. Statif
7. Selang
8. Waterbath

Desain Reaktor Sulfonasi Naftalen

VI. Data Pengamatan

H2SO4
Naftalen diklrorometana Etanol Naftalen
sulfonat
Berat 128 gr/mol 98 gr/mol 85 gr/mol 46 gr/mol 208 gr/mol
Molekul
(gr/mol)
Volume (ml) - 6 mL 30 mL 30 mL -
Konsentrasi - 98% - 96% -
(mol/liter)
Massa (gr) 5 gram - - - 5 gram

VII. Pengolahan Data


1. Penentuan Massa Naftalen sulfonat berdasarkan stokiometri ( teoritis )
Massa Naftalen (C10H8) : 5 gram
Mr Naftalen (C10H8) :128 gram
• Mol Naftalen (C10H8) :

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 5 𝑔𝑟
Mol naftalen = = 128 𝑔𝑟/𝑚𝑜𝑙 = 0.039 𝑚𝑜𝑙
𝑀𝑟

Volume H2SO4 :6 mL

Konsentrasi H2SO4 : 98%

%.10.𝜌 98.10.1,84
M : 𝑀𝑟 H2SO4 = = 18,4 𝑀
98

• Mol H2SO4 = M. V
= 18,4 mol/L x 0,006L
=0,1104 mol
• Mol α-naftalen sulfonat yang terbentuk secara teoritis

C10H8 + H2SO4 C10H8SO3 + H2O

M : 0.039 mol 0.1104 mol - -

R : 0.039 mol 0.039 mol 0.039mol 0.039 mol

S : - 0.0714 mol 0.039mol 0.039 mol

Massa C10H8SO3 = mol C10H8SO3. Mr C10H8SO3

= 0,039 mol x 208 gr/mol

= 8,112 gram

2. Yield/Rendemen
Massa C10H8SO3 Produk = 5 gram
Massa C10H8SO3 Teoritis = 8,112 gram

𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 naftalen sulfonat 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙𝑘𝑎𝑛


% Yield = 𝑥 100%
𝑚𝑎𝑠𝑠𝑎 naftalen sulfonat 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖
5 𝑔𝑟𝑎𝑚
= 8.112 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑥 100%

= 61,64%
3. Analisis Pengukuran Titik Leleh

Titik leleh α-naftalen Sulfonat berdasarkan hasil percobaan :75°C

Titik leleh α-naftalen Sulfonat berdasarkan literature : 77-79°C

VIII. Pembahasan

Praktikum yang dilakukan pada tanggal 08 Juni 2021 yaitu mengenai Sulfonasi
Naftalen dengan menggunakan Pelarut Diklorometana.Sulfonasi merupakan reaksi
memasukkan gugus elektrofilik sulfonat kedalam senyawa organik. Senyawa organik
yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Naftalen sebanayak 5 gram dan agent
sulfonasinya berupa H2SO4 98% sebanyak 6 mL. Naftalen memiliki sifat non-polar
sehingga tidak dapat dilarutkan dalam air yang bersifat polar. Pelarut yang digunakan
adalah Diklorometana yang biasa digunakan untuk pelarut senyawa organik. Dalam
Proses sulfonasi,diklorometana tidak ikut bereaksi ,hanya berfungsi sebagai pelarut
saja. Pada praktikum kali ini pelarut yang digunakan sebanyak 30mL.

o
Proses sulponari berlangsung pada temperatur 70 selama 60 menit.temperatur
dapat memberikan pengaruh bukan hanya terhadap laju reaksi, tetapi juga terhadap
sifat dari produk yang dihasilkan. Jika proses berlangsung pada tempratur yang lebih
tinggi maka yang akan terbentuk adalah 𝛽 naftalen sulponat, sehingga selama proses
sulfonasi tempratur nya harus dijaga pada kisaran 70o C

Reaksi secara keseluruhan :

+ H2SO4 + H2 O

Naftalen (C10H8) α-naftalensulfonat


C10 H8 + H2 SO4 → C10 H8 SO3 + H2 O

Reaksi sulfonasi ini berlangsung dengan menggunakan reaktor sebuah labu


erlenmeyer yang dilengkapi kondensor disertai dengan magnetic stirrer sebagai
pengaduk dan dipanaskan dengan hotplate untuk menjaga suhu reaktor, karna reaksi
berlangsung secara endotermis. Penggunaan kondensor berfungsi untuk menghindari
penguapan pada saat reaksi berlangsung. Selama reaksi berlangsung, pastikan
waterbatch dalam keadaan dingin. Air masuk pada kondensor berada dibawah, aliran
lainnya dihubungkan untuk keluar. Air yang masuklah yang akan mendinginkan.
Selanjtunya nyalakan panas dan atur suhu sesuai dengan operasi proses yang kita
jalankan, setelah temperatur mencapai suhu operasi, kita tambahkan pelarutnya.
Setelah larut lalu tambahkan agen sulfonasi yaitu asam sulfat pekat. Setelah satu jam
lalu matikan hotpalte dan dinginkan larutan.

Naffalensulfonat yang terbentuk setelah pendinginan belum murni, masih terdapat


pengotor berupa sisa-sisa asam, sisa asam baku yang tidak bereaksi dan pelarut
diblorometani. Kemudian ditambahkan etanol sebanyak 30ml dan dibiarkan 30 menit.
Etanol ditambahkan untuk menurunkan produk dari sisa bahan baku yang tidak
bereaksi. Selanjutnya ditambahkan air mendidih untuk proses pemurnian dari sisa
asam. Larutan tersebut disaring dan dicuci dengan aquadest dan etanol untuk
memurnikan dari sisa sia pengotor yang mungkin masih tersisa dalam produk. Produk
naflaten sulfonat yang dihasilkan dikeringkan dalam desikator untuk menghindari
penguapan yang berlebihan yang mengakibat kehilangan produk. Setelah produk
tersebut kering, produk tersebut ditimbang kemudian didapat berat naftalen sulfonat
sebesar 5 gram. Berat produk secara teoritis adalah 8,112 gram, sehingga perolehan
yield yang didapat sebesar 61,64%. Dilakukan pengujian titik leleh pada produk dan
didapat titik leleh dari produk sebesar 75oC. Hal tersebut mendekati data yang
terdapat pada literatur dimana titik leleh naftalen sulfonat adalah 77-79oC.
Berdasarkan perbandingan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam produk tersebut
masih terdapat pengotor yang membuat tingkat kemurnian produk menurun dan
menyebabkan titik leleh produk tidak sama dengan literatur. Hal tersebut dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah reaksi yang tidak sempurna serta
pencucian produk yang kurang optimal.
IX. Kesimpulan
1. Reaksi Keseluruhan :
C10H8 + H2SO4 C10H8SO3 + H2O
2. Massa α-naftalen sulfonat yang terbentuk secara teoritis 8,112 gram
3. Massa α-naftalen sulfonat yang terbentuk berdasarkan percobaan adalah 5 gram
4. Persen yield yang didapat 61,64 %
5. Reaksi sulfonasi dalam pembuatan naftalen sulfonat menggunakan sulfonating
agent H2SO4 merupakan reaksi bersifat endoterm.
6. Tahapan proses sulfonasi naftalen ini yaitu membuat larutan bahan baku
naftalen, pembentukan elekftrofilik melalui proses sulfonasi, proses
pemurnian, kristalisasi, penyaringan, pencucian, pengeringan.
7. Temperature berpengaruh terhadap sisa asam. Semakin tinggi temperatur
maka semakin sedikit sisa asam yang terdapat pada produk.
Daftar Pustaka

Modul Praktikum Sintesis Organik Anorganik


Hart Harold, Terj. Achmadi Suminar, “Kimia Organik, Suatu Kuliah Singkat”, Penerbit
Erlangga, Jakarta, 1987.
Rahman Dede Dini & Neng Sri Widianti, Optimasi Sulfonating Agent H2SO4 dan
Temperatur Operasi Pada Sintesis Senyawa α-Naftalen Sulfonat, Tugas Akhir D3- Teknik
Kimia, Politeknik Negeri Bandung, 2015.
n.n.t.t. MSDS Naphtalene. http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9927671. [11 Juni
2021]

MerckMillipore Diklorometana http://www.merckmillipore. com/ID/id/product/Dikl oro


metana,MDA_CHEM-106454.[11 Juni 2021]

n.n.t.t. MSDS Etanol http://penetapank adarkalsiumcaco 3didin.blogspot.co .id/201 1/01


/msds-ethanol-1.html. . [11 Juni 2021 ]
LAMPIRAN

MSDS BAHAN

1. Diklorometana

Description

Catalogue
106454
Number

Synonyms DCM, Methylene chloride, Methylene dichloride

Description Dichloromethane

UniSolv® is a unique and universal solvent quality which can be employed for all three
Overview GC detection methods (ECD, FID and MS). Thanks to the large retention time range,
even low-boiling substances can be reliably analyzed.

Product Information

CAS number 75-09-2

EC index
602-004-00-3
number

EC number 200-838-9

Hill Formula CH₂Cl₂

Chemical
CH₂Cl₂
formula

Molar Mass 84.93 g/mol

HS Code 2903 12 00
Product Information

Structure
formula Image

Applications

Dichloromethane for organic trace analysis UniSolv®. CAS 75-09-2, chemical formula
Application
CH₂Cl₂. Dichloromethane MSDS or SDS, and related info below.

Physicochemical Information

Boiling point 40 °C (1013 hPa)

Density 1.33 g/cm3 (20 °C)

Evaporation number 1.9

Explosion limit 13 - 22 %(V)

Ignition temperature 605 °C DIN 51794

Melting Point -95 °C

Vapor pressure 475 hPa (20 °C)

Solubility 20 g/l
Toxicological Information

LD 50 oral LD50 Tikus 1600 mg/kg

LD 50 dermal LD50 Tikus > 2000 mg/kg

Safety Information according to GHS

Hazard
Pictogram(s)

H315: Menyebabkan iritasi kulit.


H319: Menyebabkan iritasi mata yang serius.
H335: Dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernafasan.
Hazard
H336: Dapat menyebabkan mengantuk dan pusing.
Statement(s)
H351: Diduga menyebabkan kanker.
H373: Dapat menyebabkan kerusakan pada organ melalui perpanjangan atau paparan
berulang.

P281: Gunakan peralatan pelindung personal sesuai yang dipersyaratkan.


P302 + P352: JIKA TERKENA KULIT: Cuci dengan banyak sabun dan air.
Precautionary P305 + P351 + P338: JIKA TERKENA MATA : Bilas dengan seksama dengan air
Statement(s) untuk beberapa menit. Lepaskan lensa kontak jika memakainya dan mudah
melakukannya.Lanjutkan membilas.
P314: Dapatkan nasehat/perhatian medis jika kamu merasa tidak sehat.

RTECS PA8050000

6.1 D Tidak mudah terbakar, toksisitas akut kat. 3 / beracun atau bahan dengan efek
Storage class
kronis

WGK WGK 2 berbahaya untuk air

Disposal 2
Pelarut organik berhalogen dan larutan organik yang mengandung halogen: Untuk
Safety Information according to GHS

pelarut berhalogen bercampur atau sangat berkontaminasi dimasukkan ke dalam


wadah B. Penting : Jangan gunakan wadah yang terbuat dari aluminium; dengan
tambahan, jika terdapat air yang mengandung limbah klor jangan gunakan wadah
dari besi tahan karat (stainless-steel) (bahaya kebocoran yang disebabkan oleh
korosi).

Safety Information

Hazard
Symbols Harmful

Categories of
karsinogenik
danger

R 36/37/38-40-67
R Phrase Mengiritasi mata, sistem pernapasan, dan kulit.Bukti terbatas tentang efek
karsinogenik.Uap dapat menyebabkan mengantuk atau pening.

S 3-36/37
S Phrase
Simpan di tempat dingin.Pakai pakaian pelindung dan sarung tangan yang sesuai.

Storage and Shipping Information

Storage Simpan pada +2°C hingga +25°C.

2. Naftalen

• Physical state and appearance: Solid. (Crystalline solid.)


Odor: Aromatic.

Molecular Weight: 128.16 g/mole

Color: White.

Boiling Point: 218°C (424.4°F)

Melting Point: 80.2°C (176.4°F)

Specific Gravity: 1.162 (Water = 1)


Vapor Density: 4.4 (Air = 1)

Odor Threshold: 0.038 ppm

• Bahaya Fisik
Mudah terbakar (solid flammable)

Campuran debu/udara dapat terbakar atau meledak

• Potensi Efek Kesehatan


Inhalasi :
Jangka pendek : iritasi, mual, muntah, diare
Jangka panjang : kerusakan mata, tumor.
Kontak kulit :
Jangka pendek : iritasi, reaksi alergi
Jangka panjang : gatal
• Tindakan pertolongan pertama
Terhisap : Jika efek samping terjadi, pindahkan ke daerah yang tidak terkontaminasi.
Kontak kulit : Cuci kulit dengan sabun dan air selama 15 menit
Tertelan : minum banyak air, jangan dimuntahkan
• Penanganan dan penyimpanan
Penyimpanan : Simpan dan menangani sesuai dengan semua peraturan yang berlaku
dan standar. Simpan di tempat sejuk dan kering, berventilasi, terus dipisahkan dari
zat-zat yang tidak kompatibel
Penanganan : Gunakan metode untuk meminimalkan debu, hindari panas, api,
percikan dari sumber pengapian.

3. Ethanol 96%

Sifat fisik kimia

· Bentuk fisik : air

· Bau : khas alkohol

· Warna : tak berwarna

· Titik didih :> 760C (168,80F)


· Titik baku : -113,840C (-172,90F)

· Masa jenis : 0,789 – 0,806

· Tekanan uap :

· Densitas : 1,59 – 1,62

· Tingkat penguapan : 1,7

· Lof Kw :<>

· Solubilitas / kelarutan : larut dalam air dingin

Identifikasi Bahaya

· Bentuk Fisik : Cairan

· Warna : Tak berwarna

· Tinjauan keadaan darurat :

- Mudah terbakar

- Menyebabkan iritasi mata

- Menyebabkan iritasi saluran pernapasan

- Jika tertelan menyebabkan pusing, kantuk, dan perasaan muak

- Hindarkan dari kulit dan pakaian, jangan menghirup uapnya, wadah hasus tertutup, gunakan
ventilasi yang cukup, cuci tangan setelah menangani bahan.

· Dampak kesehatan

- Mata : Menyebabkan iritasi

- Kulit : Menyebabkan iritasi, berbahaya jika terserap dalam jumlah banyak

- Pernapasan : Menyebabkan iritasi saluran pernapasan


- Pencemaran : Jika tertelan menyebabkan defresi, kantuk, menunjukkan gejala-gejala
keracunan.

Pertolongan pertama pada kecelakaan

· Mata : bilas segera dengan air banyak minimal 15 menit cari pertolongan medis jika terjadi iritasi

· Kulit : bilas segera dengan air yang banyak, pisahkan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi,
cuci pakaian sebelum digunakan kembali, bersihkan sepatu sebelum digunakan
kembali, jika iritasi berlanjut segera cari pertolongan medis

· Pernapasan : pindahkan ke tempat yang berudara segar cari pertolongan medis

· Pencernaan : jangan memasukkan sesuatu kedalam mulut korban yang pingsan, jika bahan ini
tertelan dalam jumlah banyak segera cari pertolongan medis.

Penanganan dan Penyimpanan

· Penangganan

Jaga agar wadah selalu tertutup gunakan ventilasi yang memadai, hindarkan dari panas dan
nyala api mematikan

· Penyimpanan

Simpat di tempat terpisah jaga agar wadah tetap dingin dalam area yang berventilasi, wadah
harus tertutup dan bersegel sampai bahan siap digunakan, hindarkan dari sumber penyalaan.

4. H2SO4 98%

Identifikasi Bahaya

Menyebabkan iritasi parah dan luka bakar. Mungkin berbahaya jika tertelan. Hindari menghirup uap
atau debu. Gunakan dengan ventilasi yang memadai. Hindari kontak dengan mata, kulit, dan pakaian.
Cuci sampai bersih setelah menangani. Simpan wadah tertutup.
Tindakan Pertolongan Pertama

Menyebabkan iritasi parah dan luka bakar. Mungkin berbahaya jika tertelan. Hindari menghirup uap
atau debu. Gunakan dengan ventilasi yang memadai. Hindari kontak dengan mata, kulit, dan pakaian.
Cuci sampai bersih setelah menangani. Simpan wadah tertutup.

PERTOLONGAN PERTAMA:

KULIT: Cuci daerah yang terkena dengan sabun dan air. Jika terjadi iritasi, dapatkan bantuan medis.

MATA: Cuci mata dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit, angkat tutup sesekali. Mencari
Bantuan Medis.

TERHISAP: Hapus untuk udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit
bernapas, berikan oksigen

Tertelan: Berikan beberapa gelas susu atau air. Muntah dapat terjadi secara spontan, tapi TIDAK
MENYEBABKAN! Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.

Penanganan dan Penyimpanan

Pakailah sesuai NIOSH / MSHA-Disetujui respirator, Kimia-tahan sarung tangan, kacamata


keselamatan. Jangan uap napas.

Sifat Fisik dan Kimia

Melting Point: -35 ° C

Titik Didih: 270-340 ° C

Berat jenis : 1.84 gr/mL

Berat molekul : 98.08 g/mol

Anda mungkin juga menyukai