Disusun Oleh :
Diki Wahyudi (201424007)
2-TKPB
Gambar 1. Kurva pertumbuhan mikroba pada kultur batch (Shuler and Kargi,
1992)
Pertumbuhan mikroba dalam reaktor batch akan melalui tahap-tahap berikut :
(1) fase lag, (2) fase logaritmik/eksponensial, (3) fase perlambatan pertumbuhan, (4)
fase stasioner dan (5) fase kematian.
Fase lag segera terjadi setelah inokulasi, disebut juga sebagai masa adaptasi
terhadap lingkungan baru. Mikroorganisma mereorganisasi komponen molekularnya
pada saat menyerap nutrien baru. Komposisi dan jenis nutrien akan mempengaruhi
jenis enzim yang disintesa, enzim yang dibutuhkan akan dibentuk, enzim yang tidak
diperlukan akan ditekan. “Mesin” proses di dalam sel menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan baru. Perubahan ini akan terefleksikan dalam mekanisme sel
melaluipengaturan proses metabolisme. Selama fase ini massa sel bertambah sedikit
tanpa merubah densitas sel. Konsentrasi yang rendah beberapa nutrien dan faktor
pertumbuhan akan menghasilkan fase lag yang panjang. Perioda fase lag sangat
bergantung pada umur dari inokulum. Inokulum yang optimum akan menghasilkan
fase lag yang minimum. Untuk mempersingkat fase lag, sel harus ditumbuhkan pada
media dan kondisi pertumbuhan yang optimum, sel harus aktif, dan volume inokulum
berkisar antara 5% sampai 10% (Shuler and Kargi, 1992).
Pada fase eksponensial, sel telah beradaptasi dengan lingkungannya yang
baru. Sel akan tumbuh dengan cepat, sehingga massa sel dan jumlah sel akan
bertambah secara eksponensial terhadap waktu, terjadi balance growth yaitu semua
komponen dalam sel tumbuh dengan kecepatan yang sama. Komposisi sebuah sel
mendekati konstan. Pertumbuhan mikroba pada fasa eksponensial dapat didekati
dengan model tak berstruktur yang menganggap laju pertumbuhan sel merupakan
fungsi dari massa selular saja.
rx = dX/dt = μX
rx : laju pertumbuhan mikroba (g/l.jam)
X : konsentrasi biomassa (g/l)
t : waktu (jam)
μ : laju pertumbuhan mikroba spesifik (1/jam)
Integrasi persamaan di atas menghasilkan
ln X = µ t + ln X0
Jika kita plot ln X terhadap t akan diperoleh garis lurus dengan slope µ
Fase perlambatan pertumbuhan terjadi setelah fase eksponensial. Pada fase ini
perlambatan pertumbuhan terjadi karena berkurangnya konsentrasi satu atau lebih
nutrien esensial dan terakumulasinya produk yang bersifat toksik terhadap
pertumbuhan. Perubahan lingkungan yang cepat menyebabkan terjadinya imbalance
growth. Pada fase eksponensial sistem pengendali proses metabolisme selular
ditunjukan menghasilkan laju reproduksi yang maksimum, namun pada fase
perlambatan pertumbuhan tekanan yang diakibatkan oleh terbatasnya nutrien dan
lingkungan yang toksik akan merubah sistem pengendali proses metabolisme
selularagar bisa tetap bertahan pada kondisi yang tidak menguntungkan (Shuler and
Kargi, 1992).
Setelah fase perlambatan pertumbuhan selesai dimulailah fase stasioner. Pada
fase ini laju pertumbuhan adalah nol (tidak ada pembelahan sel) atau laju
pertumbuhan sama dengan laju kematian. Konsentrasi massa se tetap, namun jumlah
sel yang hidup akan berkurang, terjadi lisis sel dan sebagian sel dapat tumbuh pada
produk hasil lisis sel tersebut. Walaupun laju pertumbuhan adalah nol selama fase
stasioner tetapi metabolisme sel masih aktif dan menghasilkan metabolit sekunder,
sebagai hasil dari perubahan pengendalian selular karena terbatasnya konsentrasi
nutrien esensial. Produksi metabolit sekunder (antibiotik, hormon) justru meningkat
pada fase stasioner. Selama fase stasioner, sel mengkatabolisme nutrisi yang
tersimpan dalam sel (endogenous metabolism) sehingga diperoleh energi
(maintenance energy) untuk pemeliharaan membrane sel, transportasi nutrien, gerak
dan perbaikan struktur sel yang rusak. Pertumbuhan mikroba akan terhenti selain
disebabkan oleh terbatasnya konsentrasi nutrien esensial dan terakumulasinya produk
yang bersifat toksik juga disebabkan oleh terbentuknya produk yang menghambat
pertumbuhan. Penghambatan ini tergantung pada jenis dan konsentrasi produk
penghambatnya. Produksi etanol oleh ragi merupakan contoh produk penghambat
pertumbuhan. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara mengencerkan medium yang
tercemar toksik, menambahkan komponen kimia yang membentuk kompleks dengan
produk penghambat dan tidak termetabolisme, dan memindahkan secara
berkesinambungan produk penghambat dari dalam reaktor (Shuler and Kargi, 1992).
Pada fermentasi batch, laju pertumbuhan spesifik adalah konstan dan
dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi nutrien. Pada konsentrasi nutrien awal yang
rendah akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih kecil dari laju pertumbuhan
spesifiknya. Hubungan laju pertumbuhan dengan konsentrasi substrat (S) ditunjukkan
oleh Gambar 2. Pada daerah A terdapat pembatasan oleh substrat. Pada kondisi ini
peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan laju pertumbuhan mikroba. Pada
daerah B tak terdapat pembatasan, dijumpai pada fasa eksponensial. Pada daerah C
terjadi penghambatan oleh substrat (Mangunwidjaja, 1994).
𝑆
µ-µm[ ]
𝐾𝑠+𝑆
Stock Media
Culture agar Starter/ Media
miring Inokulu pertumbuhan
PDA m
b. Pembuatan kurva dengan metode berat sel kering
c. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang perlu diperhatikan selama praktikum berlangsung :
1. Praktikan wajib mengenakan jas laboratorium, penutup kepala dan
sarungtangan.
2. Teknik aseptis harus diterapkan agar tidak terjadi kontaminasi
3. Gunakan pembakar spirtus dengan benar, untuk menghindari
terjadinyakebakaran
V. DATA PENGAMATAN
3
Konsentrasi Mikroba gr/L
2,5
1,5
0,5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu ( jam )
0,5
ln x
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
-0,5
-1
Waktu ( jam ) y = 0,0299x - 1,41
R² = 0,9674
VII. PEMBAHASAN
Diki Wahyudi ( 201424007 )
Praktikum kali ini adalah kinetika pertumbuhan pada jamur. Jamur yang
digunakan dalam percobaan ini adalah Aspergillus niger. Tujuan dari pada praktikum
kali ini adalah Mengetahui tahapan tahapan perkembangbiakkan jamur, memahami
profil pertumbuhan jamur melalui grafik konsentrasi mikroba (x) terhadap waktu (t),
menguasai dan dapat menentukan fasa fasa pertumbuhan jamur dan menghitung dan
mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik jamur.
Dari kurva tersebut diperoleh persamaan regresi linear y = 0.0299x -1.41 dan
R² = 0.9674. Setelah nilai ln nya diinterpolasikn ke dalam kurva terhadap waktu
diperoleh slope(µ) sebesar 0,029 jam. jadi, laju pertumbuhan spesifik (μ) jamur
Aspergillus Niger = 0,029/ jam.
Diperoleh dari Grafik pertumbuhan jamur dan fase pertumbuhan jamur yaitu
Fase lag pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 0-20 jam. Fase eksponensial
pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 20-80 jam. Fase perlambatan
pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 80-110 jam. Fase stasioner
pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 110-120 jam. Fase kematian
pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 120-140 jam.
Berdasarkan hasil literatur yang didapat dari jurnal Vol.10 ,No .2, (2019),114-
129 oleh Nucky Istiqomah Mulyawati,Muh.Aniar Hari Swasono dan Deny Utomo
dengan judul " Pengaruh varietas dan konstrasi broth kulit pisang sebagai media
alternatif pertumbuhan aspergillus niger" Nilai laju pertumbuhan spesifik aspergillus
Niger pada varietas kulit pisang terjadi pad hari ke 7 dengan pertambahan mencapai
55mm. Dalam hal ini menunjukkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya perbedaan diantaranya media pertumbuhan yang digunakan,nutrisi yang
digunakan,serta kondisi operasi.
Ragi merupakan jenis jamur yang dapat memproduksi etanol dalam kondisi
anaerob. Fermentasi anaerob dimulai dengan membuat inokulum, kemudian membuat
dua media yakni, media pertumbuhan serta media fermentasi. Hal ini dapat terjadi
karena nutrisi,pH,kondisi operasi yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan serta
fermentasi berbeda. Setelah ragi tumbuh, lalu ragi dipindahkan ke media fermentasi
untuk menghasilkan etanol. Pengambilan sampel dilakukan dua kali sehari dengan
waktu pengambilan yang relatif sama, sampel diukur indeks bias yang kemudian di
plotkan ke kurva kalibrasi alkohol yang telah dibuat sebelumnya untuk menemukan
konsentrasi etanol yang dihasilkan. Seharusnya konsentrasi alkohol yang kami
dapatkan adalah linier dengan fungsi waktu, tetapi hasil kami cenderung naik turun.
Hal ini dimungkinkan karena kondisi yang kurang aseptis, masih terdapatnya ruang
untuk udara pada erlenmeyer yang kami gunakan sehingga memungkinkan ada udara
yang mengganggu proses fermentasi anaerob. Serta dengan adanya udara di dalam
erlemeyer yang digunakan, proses ini lebih cenderung menjadi proses fakultatif,
bukan anaerob murni.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan spesifik
jamur dan fase pertumbuhan jamur. Jamur yang digunakan dalam percobaan ini
adalah Aspergillus niger dalam media cair, jamur tersebut digunakan untuk
menghasilkan asam laktat yang digunakan dalam berbagai bidang, metode yang
digunakan adalah dengan menentukan konsentrasi sel berdasarkan berat sel kering.
Media yang digunakan pada terdiri dari glukosa sebagai sumber karbon, KH2PO4
sebagai sumber fosfat, Mg2SO.7H2O serta mengandung substrat bahan organik
seperti ekstrak daging sapi sebagai sumber protein dan ekstrak Yeet sebagai sumber
vitamin dan pepton.
Pembuatan media inokulum dan nutrisi dengan cara memipet 5 ml media cair
dari media inokulum, kemudian dimasukkan ke dalam tabung kultur jaringan murni.
Lepaskan spora ke dalam koloni jamur sampai semuanya larut. Kemudian tuangkan
ke dalam labu Erlenmeyer dengan media inokulum dan inkubasi dalam shaker
inkubator selama 16 jam pada suhu 37 ° C, 150 rpm. Setelah inkubasi, pipet 7 ml
inokulum dan tambahkan ke 100 ml labu Erlenmeyer dengan 50 ml media kenaikan .
Dilakukan pada semua media tumbuh yang mengandung Erlenmeyer. Inkubasi dalam
inkubator shaker selama 5 hari pada suhu 37°C, 150 rpm. Kumpulkan sampel untuk
analisis pada interval selama inkubasi.
Fase lag
Fase eksponensial
Fase perlambatan
Fase Stationer
Fase kematian
Fase ini terjadi tingkat kematian dari jamur meningkat secara pesat
dikarenakan media atau lingkungannya sudah buruk maupun nutrisi dalam media
terseebut sudah habis.Fase ini terjadi pada 120-140 jam
Dari data yang di dapatkan,laju pertumbuhan spesifik yang didapatk dari
grafik ln X terhadap waktu pada saat fase exponensial sebesar 0,0299/jam
Berdasarkan hasil literatur yang didapat dari jurnal Vol.10 ,No .2, (2019),114-
129 oleh Nucky Istiqomah Mulyawati,Muh.Aniar Hari Swasono dan Deny Utomo
dengan judul " Pengaruh varietas dan konstrasi broth kulit pisang sebagai media
alternatif pertumbuhan aspergillus niger" Nilai laju pertumbuhan spesifik aspergillus
Niger pada varietas kulit pisang terjadi pad hari ke 7 dengan pertambahan mencapai
55mm. Dalam hal ini menunjukkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya perbedaan diantaranya media pertumbuhan yang digunakan,nutrisi yang
digunakan,serta kondisi operasi.
Hani Maryati ( 201424009 )
Kultur murni jamur Aspergillus Niger yang digunakan pada praktikum ini ada
dalam agar miring (Potato Dextrose Agar) dengan komposisi : kentang 200 gr,
dextrose 20 gr, agar bacto 16 gr, CaCO3 0,02 gr, MgSO4 0,02 gr, aquadest 1000 ml,
atau dapat menggunakan media PDA kemasan yang sudah siap pakai. Hasil akhir dari
praktikum ini yaitu perolehan bio massa oleh karena itu media pertumbuhan yang
digunakan adalah media yang mengandung nutrisi esensial esensial dan ditempatkan
di lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan jamur
Pada fase ini terjadi penurunan jumlah sel yang cukup drastis. Sehingga
pertumbuhan jumlah sel yang hidup lebih kecil dari pertumbuhan jumlah sel yang
mati. Kematian ini desebabkan oleh kondisi lingkungan yang makin memburuk,
terutama oleh makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme yang toksik terhadap sel
(metabolit sekunder).
Setelah menetahui fase-fase pertumbuhan jamur, selanjutnya akan ditentukan
laju pertumbuhan spesifik jamur (µ). Penentuan laju pertummbuhan spesifik
LN
X
dilakukan dengan cara membuat kurva ln X terhadap waktu (t). Data konsentrasi yang
dipakai ke dalam kurva ini adalah data pada fase eksponensial karena penentuan laju
pertumbuhan spesifik dilakukan pada fase eksponensial. Dari kurva tersebut
didapatkan persamaan garis linear yaitu: y = 0,029x - 1,41 Slope pada persamaan
tersebut merupakan nilai dari laju pertumbuhan spesifik jamur (µ) yaitu sebesar
0.1491/Jam. Dalam proses pertumbuhan jamur, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah jenis nutrisi, temperatur,
pengadukan, pH, kadar air, oksigen, tekanan osmosis, dan cahaya.
Berdasarkan hasil literatur yang didapat dari jurnal Vol.10 ,No .2, (2019),114-
129 oleh Nucky Istiqomah Mulyawati,Muh.Aniar Hari Swasono dan Deny Utomo
dengan judul " Pengaruh varietas dan konstrasi broth kulit pisang sebagai media
alternatif pertumbuhan aspergillus niger" Nilai laju pertumbuhan spesifik aspergillus
Niger pada varietas kulit pisang terjadi pad hari ke 7 dengan pertambahan mencapai
55mm. Dalam hal ini menunjukkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya perbedaan diantaranya media pertumbuhan yang digunakan,nutrisi yang
digunakan,serta kondisi operasi.
VIII. KESIMPULAN
Diki Wahyudi ( 201424007)
1. Fase lag pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 0-20 jam.
2. Fase eksponensial pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 20-80 jam.
3. Fase perlambatan pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 80-110 jam.
4. Fase stasioner pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 110-120 jam.
5. Fase kematian pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 120-140 jam.
6. laju pertumbuhan spesifik (µ) jamur Aspergillus niger berdasarkan data
pengamatan adalah 0,029/jam
7. Dari kurva tersebut diperoleh persamaan regresi linear y = 0.0299x -1.41 dan R² =
0.9674
Farhan Dermawan ( 201424008)
1.laju pertumbuhan spesifik jamur (µ) yang didapatkan sebesar 0,0299 per jam
2. Fase fase pertumbuhan jamur yang terjadi yaitu:
− Fase lag pada jam 0 – 20
− Fse eksponensial pada jam 20 – 80
− Fase perlambatan pada jam 80 – 110
− Fase stationer pada jam 110 – 120
− Fase kematian pada jam 120 – 140
3.Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur yaitu:
− Nutrisi
− Suhu / temperature
− Keasaman atau kebasaan (pH)
− Ketersediaan Oksigen
− Air
− Cahaya
− Tekanan Osmosa
− Faktor-faktor kimia
Hani Maryati ( 201424009)
Fase Pertumbuhan Jamur Aspergillus Niger
1. Fase Lag ditunjukan oleh yang terjadi dalam selang waktu 0 jam sampai
20 jam dengan rentang konsentrasi 0-0,5 gr/L
2. Fasa Eksponensial yang ditunjukan oleh yang terjadi pada selang waktu
setelah 20 jam sampai 80 jam dengan rentang konsentrasi 0,5-3 gr/L
3. Fase Perlambatan Pertumbuhan yang dirunjukan yang terjadi pada
selang waktu setelah 80 jam sampai 110 dengan rentang konsentrasi 3-
2,8 gr/L
4. Fase Stasioner yang ditunjukan oleh, terjadi dalam selang waktu setelah
110 jam sampai 120 jam dengan rentang konsentrasi 2,8 gr/L
5. Fase Kematian yang ditunjukan oleh warna merah terjadi dalam selang
waktu setelah 120 jam sampai 140 jam dengan rentang konsentrasi 2,8-
0,9 gr/L
Dari persamaan regresi diperoleh slope (µ) sebesar 0,029x. Maka, laju
pertumbuhan spesifik (µ) jamur Aspergillus niger berdasarkan data
pengamatan adalah 0,029/jam.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/AGROMIX/article/view/1578/
1318 ( 01 Oktober 2021 )
Disusun Oleh :
2-TKPB
B. Bahan
Kultur murni bakteri Lactobacillus sp. dalam agar miring NA (Nutrient Agar)
dengan komposisi sebagai berikut : beef ekstrak 3 gr, pepton 10 gr, NaCl 5 gr,
agar bacto 18 gr, aquadest 1000 ml.
100 ml media cair untuk starter/inokulum dan 500 ml media pertumbuhan
dengan komposisi ditunjukkan pada tabel
Tabel Komposisi
Nutrient Konsentrasi (gr/1000 ml)
Glukosa 20
Bakteri pepton 10
Beef ekstrak 8
Yeast ekstrak 4
KH2po4 2
MgSO4.7H2O 0,2
C. Keselamatan kerja
1. Praktikum ini wajib menggunakan jas Lab, penutup kepala, sarung
tangan
2. Teknik aseptik diterapkan agar tidak terjadi kontaminasi
3. Gunakan pembakar supirtus dengan benar, untuk menghindari
terjadinya kebakaran
Pipet 5 mlTua
media cair masukan dalam
Tuangkan kedalam
tabung yang berisi kultur murni bakteri.
erlenmeyer yang berisi
Dengan jarum ose lepaskan bakteri yang
madia inokulum
menempel
Masukan inokulam
Inkubasi dalam incubator
kedalam erlenmeyer media
shaker selama 12 jam suhu
pertumbuhan
47 C
Stock Media
Culture agar Starter/ Media
miring Inokulu pertumbuhan
NA m
V. DATA PENGAMATAN
Data Pertumbuhan Lactobacillus Sp.
Waktu (jam)
Waktu (jam) Absorbansi pada 620
nm
0 0
4 0.04
8 0.06
24 0.35
28 0.54
32 1.09
48 1.08
52 1.05
56 1.03
72 1
76 0.73
80 0.5
Sampel 3 Sampel 4
A = 0,06 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 0,35 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
0,06+0,0035 0,35+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 0,403 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 2,246 𝑚𝑔/𝑚𝑙
Sampel 5 Sampel 6
A = 0,54 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 1,09 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
0,54+0,0035 1,09+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 3,453 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 6,947 𝑚𝑔/𝑚𝑙
Sampel 7 Sampel 8
A = 1,08 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 1,05 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
1,08+0,0035 1,05+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 6,884 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 6,693 𝑚𝑔/𝑚𝑙
Sampel 9 Sampel 10
A = 1,03 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 1 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
1,03+0,0035 1+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 6,566 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 6,375 𝑚𝑔/𝑚𝑙
Sampel 11 Sampel 12
A = 0,73 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 0,5 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
0,73+0,0035 0,5+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 4,660 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 3,199 𝑚𝑔/𝑚𝑙
6
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (jam)
Keterangan :
Fase lag pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 0-8 jam
Fase eksponensial pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 8-32 jam
Fase perlambatan pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 32-56 jam
Fase stasioner pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 56-72 jam
Fase kematian pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 72-80 jam
1,000
ln X
0,500
0,000
0 5 10 15 20 25 30 35
-0,500
-1,000
-1,500
waktu (jam)
VII. PEMBAHASAN
Diki Wahyudi (201424007)
Praktikum kali ini adalah kinetika pertumbuhan pada bakteri. Bakteri yang
digunakan dalam percobaan ini adalah Lactobacillus Sp. Tujuan dari pada
praktikum kali ini adalah Mengetahui tahapan tahapan perkembangbiakkan
bakteri, memahami profil pertumbuhan bakteri melalui grafik konsentrasi mikroba
(x) terhadap waktu (t), menguasai dan dapat menentukan fasa fasa pertumbuhan
bakteri dan menghitung dan mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik bakteri.
Pada praktikum kali ini pertama-tama masukan 5 ml media cinokulum
kedalam tabung yang berisi kultur murni bakteri, kemudian di aduk (ambil bakteri
yang ada dipermukaan agar miring menggunakan jarum oce) sehingga bakteri
akan larut di media cinokulum. Selanjutnya dituangkan kedalam erlemeyer yang
berisi inoculum. Selanjutnya inkubasi media inoculum kedalam inkubator shaker
selama 1 hari pada suhu 37C dan kecepatan getar 150 rpm. Kemudian masukan
inoculum ke dalam erlemeyer yang berisi media pertumbuhan yaitu sebanyak 5-
10% dari volume media. Kemudian inkubasi kembali di inkubator shaker selama
3-5 hari 37 C dengan kecepatan getar 150rpm, kemudian diambil sampelnya
sebanyak 10 menggunakan pipet steril setiap 3 jam.
Mengambil sampel secara lengkap kemudian analisis menggunakan
spektrofometer berbarengan. Sampel yang sudah diambil disimpan di sokes tidak
boleh di suhu ruang supaya tidak terjadi pertumbuhan mikroba lanjutan setelah
sampel diambil. Setelah lengkap dianalisis pakai spektrofometer pada panjang
gelombang 620 nm.
Untuk mendapatkan laju pertumbuhan spesifik (μ) , perlu dianalisis pada t
ke- berapa saja bakteri mengalami kenaikan (fase eksponensial). Dari grafik
kinetika pertumbuhan bakteri yang diperoleh. Dari kurva tersebut diperoleh
persamaan regresi linear y = 0.1574x – 0.0035 dan R² = 0.9995. Diperoleh garis
dalam grafik tersebut slope (laju pertumbuhan spesifik) yaitu sebesar 0,1147/jam.
Artinya, laju pertumbuhan spesifik (μ) bakteri lactobacillus pada percobaan ini
adalah 0,1147/jam.
Fase-fase pertumbuhan bakteri dapat ditentukan dari perolehan grafik
kurva petumbuhan diantranya. Fase lag pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang
waktu 0-8 jam. Fase eksponensial pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu
8-32 jam. Fase perlambatan pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 32-
56 jam. Fase stasioner pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 56-72 jam.
Fase kematian pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 72-80 jam.
Berdasarkan literasi yang di dapat dari Jurnal Teknol. dan Industri Pangan,
Vol.XIV, No.1 Th. 2003, oleh Yoyok B. Pramono, Eni Harmayani, dan Tyas
Utami dengan judul penelitian “Kinetika Pertumbuhan Lactobacillus plantarum
dan Lactobacillus sp. Pada Media MRS Cair” nilai laju pertumbuhan spesifik
Maksimum Lactobacillus sp sebesar 0,26/jam . Terjadinya perbedaan nilai laju
pertumbuhan spesifik bisa disebabkan karena beberapa factor seperti jenis
mikroba, nutrient yang digunakan, pH dan suhu serta kondisi lingkungan yang
mendukung
Farhan Dermawan (201424008)
Dalam praktikum ini kinetika pertumbuhan Lactobacillus Sp. Media yang
digunakan terdiri dari Glukosa, Ekstrak Beef Peptone, Ekstrak Ragi, KH2PO4,
MGSO4.7H2O, dan Aquadest. , Karbon, vitamin dan sumber nutrisi penting
lainnya untuk metabolisme bakteri dan juga untuk reproduksi bakteri Dalam
magang ini 12 sampel kurma digunakan untuk menguji pertumbuhannya.
Adapun Fase fase pertumbuhan bakteri yaitu :
4. Fase yang terjadi adalah fase delay, dimana mikroorganisme melewati fase
adaptasi pada awal pemulihan, yang berlangsung hingga 0-8 jam,
pertumbuhannya tidak begitu signifikan.
5. Bakteri kemudian melalui fase eksponensial, fase di mana sel telah
beradaptasi dengan lingkungan baru. Bakteri melakukan pembelahan biner
dengan jumlah kelipatan (eksponensial). Fase ini berlangsung antara 8 hingga
32 jam dan terjadi puncak peningkatan biomassa seluler, sehingga dapat
dilihat seberapa optimal pertumbuhan yang terjadi dan seberapa tinggi
produktivitas biomassa seluler.
6. Selanjutnya, fase retardasi pertumbuhan terjadi setelah fase eksponensial.
Fase ini terjadi setelah 32-56 jam, dimana pada fase ini terjadi perlambatan
pertumbuhan bakteri karena berkurangnya konsentrasi satu atau lebih nutrien
esensial dan akumulasi produk yang bersifat toksik terhadap pertumbuhan,
perubahan lingkungan yang cepat menyebabkan ketidakseimbangan
pertumbuhan. fase ini.
7. Fase diam, fase dimana mikroorganisme tidak lagi membelah / laju
pertumbuhannya nol, fase ini terjadi setelah 56 - 72 jam.
6. Fase kematian, fase di mana bakteri mengalami kematian yang signifikan
karena kondisi lingkungan yang buruk. Fase
Semua fase yang dihasilkan sesuai dengan teori dari fase lag hingga
fase kematian, yang dapat dicapai dengan kondisi aseptik selama
pengambilan sampel, komposisi media sesuai dengan jumlah bakteri yang
digunakan dan semua pekerjaan dilakukan secara aseptik. Dan dapat dilihat
dari data yang diperoleh bahwa laju pertumbuhan spesifik adalah
eksponensial ketika memplot In X terhadap waktu. Dari grafik diketahui
bahwa pertumbuhan spesifik bakteri Lactobacillus sp yang diperiksa adalah
0,1147/jam.
Berdasarkan literasi yang di dapat dari Jurnal Teknol. dan Industri
Pangan, Vol.XIV, No.1 Th. 2003, oleh Yoyok B. Pramono, Eni Harmayani,
dan Tyas Utami dengan judul penelitian “Kinetika Pertumbuhan
Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus sp. Pada Media MRS Cair” nilai
laju pertumbuhan spesifik Maksimum Lactobacillus sp sebesar 0,26/jam .
Terjadinya perbedaan nilai laju pertumbuhan spesifik bisa disebabkan karena
beberapa factor seperti jenis mikroba, nutrient yang digunakan, pH dan suhu
serta kondisi lingkungan yang mendukung
VIII. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/29875/1/YoyokBPramono
_KinetikaPertumbuhanLactobacillus_2003_No1_46-5 (01 Oktober 2021)