Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIKUM

KINETIKA PERTUMBUHAN JAMUR


Laporan ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Praktikum Bioproses
yang Dibimbing oleh Laily Isna Ramadhani,S.T.,M.Eng.

Disusun Oleh :
Diki Wahyudi (201424007)

Farhan Dermawan (201424008 )

Hani Maryati (201424009)

2-TKPB

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM JAMUR
1. Menguasai tahapan tahapan perkembangbiakkan dan jamur.
2. Menguasai dan terampil membuat media padat, inokulum/starter, dan media
pertumbuhan dan jamur.
3. Menguasai dan terampil memilih metode yang tepat untuk menentukan
konsentrasi biomassa (menggunakan centrifuge) dan jamur.
4. Memahami profil pertumbuhan dan jamur melalui grafik konsentrasi mikroba (x)
terhadap waktu (t).
5. Menguasai dan dapat menentukan fasa fasa pertumbuhan dan jamur.
6. Menghitung dan mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik dan jamur.

II. DASAR TEORI JAMUR


Stoikiometri dari pertumbuhan sel sangat kompleks tergantung pada jenis
mikroba,nutrient yang digunakan dan kondisi lingkungan seperti pH dan
suhu.Kerumitanmenjadi nyata jika lebih dari satu nutrien mempengaruhi laju
pertumbuhan mikroba.Secara umum pertumbuhan mikroba dapat dinyatakan dalam
reaksi sebagai berikut :
Sel-sel + substrat→sel-sel yang lebih banyak + produk
Sumber karbon, metabolit
nitrogen,oksigen, CO2, H2O
fosfor, mineral enzim
Konsentrasi mikroba dapat dilakukan melalui penentuan jumlah sel (sel/vol)
atau pengukuran massa sel (gr/vol). Jika reaktor yang digunakan adalah reaktor batch,
maka pertumbuhan mikroba akan mengikuti pola seperti yang disajikan pada Gambar
1.

Gambar 1. Kurva pertumbuhan mikroba pada kultur batch (Shuler and Kargi,
1992)
Pertumbuhan mikroba dalam reaktor batch akan melalui tahap-tahap berikut :
(1) fase lag, (2) fase logaritmik/eksponensial, (3) fase perlambatan pertumbuhan, (4)
fase stasioner dan (5) fase kematian.
Fase lag segera terjadi setelah inokulasi, disebut juga sebagai masa adaptasi
terhadap lingkungan baru. Mikroorganisma mereorganisasi komponen molekularnya
pada saat menyerap nutrien baru. Komposisi dan jenis nutrien akan mempengaruhi
jenis enzim yang disintesa, enzim yang dibutuhkan akan dibentuk, enzim yang tidak
diperlukan akan ditekan. “Mesin” proses di dalam sel menyesuaikan diri dengan
kondisi lingkungan baru. Perubahan ini akan terefleksikan dalam mekanisme sel
melaluipengaturan proses metabolisme. Selama fase ini massa sel bertambah sedikit
tanpa merubah densitas sel. Konsentrasi yang rendah beberapa nutrien dan faktor
pertumbuhan akan menghasilkan fase lag yang panjang. Perioda fase lag sangat
bergantung pada umur dari inokulum. Inokulum yang optimum akan menghasilkan
fase lag yang minimum. Untuk mempersingkat fase lag, sel harus ditumbuhkan pada
media dan kondisi pertumbuhan yang optimum, sel harus aktif, dan volume inokulum
berkisar antara 5% sampai 10% (Shuler and Kargi, 1992).
Pada fase eksponensial, sel telah beradaptasi dengan lingkungannya yang
baru. Sel akan tumbuh dengan cepat, sehingga massa sel dan jumlah sel akan
bertambah secara eksponensial terhadap waktu, terjadi balance growth yaitu semua
komponen dalam sel tumbuh dengan kecepatan yang sama. Komposisi sebuah sel
mendekati konstan. Pertumbuhan mikroba pada fasa eksponensial dapat didekati
dengan model tak berstruktur yang menganggap laju pertumbuhan sel merupakan
fungsi dari massa selular saja.
rx = dX/dt = μX
rx : laju pertumbuhan mikroba (g/l.jam)
X : konsentrasi biomassa (g/l)
t : waktu (jam)
μ : laju pertumbuhan mikroba spesifik (1/jam)
Integrasi persamaan di atas menghasilkan
ln X = µ t + ln X0
Jika kita plot ln X terhadap t akan diperoleh garis lurus dengan slope µ

Fase perlambatan pertumbuhan terjadi setelah fase eksponensial. Pada fase ini
perlambatan pertumbuhan terjadi karena berkurangnya konsentrasi satu atau lebih
nutrien esensial dan terakumulasinya produk yang bersifat toksik terhadap
pertumbuhan. Perubahan lingkungan yang cepat menyebabkan terjadinya imbalance
growth. Pada fase eksponensial sistem pengendali proses metabolisme selular
ditunjukan menghasilkan laju reproduksi yang maksimum, namun pada fase
perlambatan pertumbuhan tekanan yang diakibatkan oleh terbatasnya nutrien dan
lingkungan yang toksik akan merubah sistem pengendali proses metabolisme
selularagar bisa tetap bertahan pada kondisi yang tidak menguntungkan (Shuler and
Kargi, 1992).
Setelah fase perlambatan pertumbuhan selesai dimulailah fase stasioner. Pada
fase ini laju pertumbuhan adalah nol (tidak ada pembelahan sel) atau laju
pertumbuhan sama dengan laju kematian. Konsentrasi massa se tetap, namun jumlah
sel yang hidup akan berkurang, terjadi lisis sel dan sebagian sel dapat tumbuh pada
produk hasil lisis sel tersebut. Walaupun laju pertumbuhan adalah nol selama fase
stasioner tetapi metabolisme sel masih aktif dan menghasilkan metabolit sekunder,
sebagai hasil dari perubahan pengendalian selular karena terbatasnya konsentrasi
nutrien esensial. Produksi metabolit sekunder (antibiotik, hormon) justru meningkat
pada fase stasioner. Selama fase stasioner, sel mengkatabolisme nutrisi yang
tersimpan dalam sel (endogenous metabolism) sehingga diperoleh energi
(maintenance energy) untuk pemeliharaan membrane sel, transportasi nutrien, gerak
dan perbaikan struktur sel yang rusak. Pertumbuhan mikroba akan terhenti selain
disebabkan oleh terbatasnya konsentrasi nutrien esensial dan terakumulasinya produk
yang bersifat toksik juga disebabkan oleh terbentuknya produk yang menghambat
pertumbuhan. Penghambatan ini tergantung pada jenis dan konsentrasi produk
penghambatnya. Produksi etanol oleh ragi merupakan contoh produk penghambat
pertumbuhan. Hal tersebut dapat dicegah dengan cara mengencerkan medium yang
tercemar toksik, menambahkan komponen kimia yang membentuk kompleks dengan
produk penghambat dan tidak termetabolisme, dan memindahkan secara
berkesinambungan produk penghambat dari dalam reaktor (Shuler and Kargi, 1992).
Pada fermentasi batch, laju pertumbuhan spesifik adalah konstan dan
dipengaruhi oleh perubahan konsentrasi nutrien. Pada konsentrasi nutrien awal yang
rendah akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih kecil dari laju pertumbuhan
spesifiknya. Hubungan laju pertumbuhan dengan konsentrasi substrat (S) ditunjukkan
oleh Gambar 2. Pada daerah A terdapat pembatasan oleh substrat. Pada kondisi ini
peningkatan konsentrasi substrat akan meningkatkan laju pertumbuhan mikroba. Pada
daerah B tak terdapat pembatasan, dijumpai pada fasa eksponensial. Pada daerah C
terjadi penghambatan oleh substrat (Mangunwidjaja, 1994).

Gambar 2. Pengaruh konsentrasi substrat terhadap laju pertumbuhan spesifik


(Mangunwidjaja, 1994)
Model unstructured yang sering digunakan untuk menggambarkan kinetika
pertumbuhan adalah persamaan Monod. Model ini mengekspresikan bahwa laju
pertumbuhan spesifik mikroba akan meningkat jika konsentrasi substrat meningkat.
Namun laju pertumbuhan spesifik akan turun pada konsentrasi substrat yang terlalu
tinggi. Persamaan Monod menggambarkan laju pertumbuhan spesifik merupakan
fungsi dari konsentrasi substrat pembatas (S):

𝑆
µ-µm[ ]
𝐾𝑠+𝑆

Ks adalah tetapan kejenuhan, yaitu konsentrasi substrat pada µ = ½ µm . Nilai


Ks bergantung pada jenis mikroba dan jenis substrat yang digunakan.

Metoda pengukuran konsentrasi sel mikroorganisma dipengaruhi oleh sifat


milik dan karakter dari mikroorganisme, media fermentasi dan
kecepatan/keseksamaan pengukuran. Pengukuran konsentrasi sel untuk jamur yang
dibiakkan dalam media sintesis (media terdefinisi) lebih sesuai menggunakan metoda
langsung yaitu metoda berat sel kering karena sifat jamur yang multisesuler meniliki
hifa dan miselium sehingga akan membentuk pelet-pelet dalam ukuran antara 1- 10
mm.

III. METODOLOGI JAMUR


Alat dan Bahan
Alat yang digunakan
No Nama Alat Gambar Fungsi

1 Erlenmeyer 250 ml 2 buah Sebagai media


pembuatan
inokulum

2 Erlenmeyer 100 ml 13 buah Sebagai media


pertumbuhan

3 Corong gelas Alat untuk


membantu
pemisahan sampel
yaitu jamur dari
media
pertumbuhannya
4 Tabung centrifuge 12 buah Wadah untuk
membantu
pemisahan sampel
yaitu jamur dari
media
pertumbuhannya
menggunakan
centrifuge

5 centrifuge Alat untuk


pemisahan jamur
dari media
pertumbuhannya

6 Pipet steril 10 ml 14 buah Untuk pengambilan


sampel dan
pemindahan media
cair

8 Kertas saring 12 lembar Untuk menyaring


atau memisahakan
sampel sehingga
semua miselia
tersaring

9. Neraca Analitik Untuk menimbang


sampel yang
dihasilkan

10. Oven Untuk


mengeringkan
jamur yang akan di
analisis
Bahan yang digunakan

Kinetika Pertumbuhan Jamur


Kultur murni jamur Aspergillus
niger dalam agar miring (Potato
Tabel 2
Dextrose Agar)dengan komposisi :
D kentang 200 gr, dextrose 20 gr, Nutrie Konsentrasi
A agar bacto 16 gr, CaCO 3 0,02 gr, nt (gr/1000ml)
T MgSO4 0,02 gr, aquadest 1000 ml, Glukos 2
A atau dapat menggunakan media a 5
PDA kemasan yang sudah siap Pepton 5
P pakai. Yeast 5
E 100 ml media cair untuk starter/ ekstrak
R inokulum, 20 ml untuk blanko dan KH2P 0
C 600 ml media pertumbuhan yang O4 ,
O dibagi kedalam 2
MgSO4 0
B 12 erlenmeyer masing masing 50 .7 ,
A ml, (Dibuat kurang lebih 720 H2O 2
A ml)dengan
N komposisi disajikan pada Tabel 2.
IV. PROSEDUR KERJA JAMUR
a. Pembuatan inokulum dan media pertumbuhan

Stock Media
Culture agar Starter/ Media
miring Inokulu pertumbuhan
PDA m
b. Pembuatan kurva dengan metode berat sel kering

Memberi nomor setiap kertas Mengeringkan pada


saring atau tabung sentrifuge oven ( suhu 800C, 20
plastik kosong, dari t0 s/dt11. menit)

Mengeringkan dalam oven Menimbang beratnya


(800C, 20 menit) sampai konstan
kemudian timbang.

Jika menggunakan kertas saring,


Mengeringkan kembali kemudian
tuangkan 50 ml sample hingga
timbang sampai beratnya konstan
semua miseliatersaring.

Berat biomassa = Jika menggunakan


tabungsentrifuge, sentrifuge pada
(Berat kertas/tabung sentrifuge kecepatan 2000 rpmselama 5 menit
+ biomassa) – (Berat
menit
kertas/tabung sentrifuge kosong)

c. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja yang perlu diperhatikan selama praktikum berlangsung :
1. Praktikan wajib mengenakan jas laboratorium, penutup kepala dan
sarungtangan.
2. Teknik aseptis harus diterapkan agar tidak terjadi kontaminasi
3. Gunakan pembakar spirtus dengan benar, untuk menghindari
terjadinyakebakaran
V. DATA PENGAMATAN

Data Pertumbuhan Aspergillus Niger

Waktu Jam Konsentrasi Mikroba (


gr/L )
0 0
10 0,1
20 0,5
40 0,71
60 1,3
80 3
100 2,9
110 2,8
120 2,8
130 1,8
140 0,9

VI. PENGOLAHAN DATA

Grafik pertumbuhan jamur dan fase pertumbuhan jamur

Grafik Konsentrasi Terhadap Waktu


3,5

3
Konsentrasi Mikroba gr/L

2,5

1,5

0,5

0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Waktu ( jam )

Fase lag : 0-20 jam

Fase Eksponensial : 20-80 jam

Fase Perlambatan : 80-110 jam

Fase stasioner : 110- 120 jam

Fase kematian : 120-140 jam

Grafik antara ln x terhadap waktu

Waktu Jam Konsentrasi Mikroba ( Ln X


gr/L )
20 0,5 -0,69
40 0,71 -0,34
60 1,3 0,26
80 3 1,10
Grafik ln x Terhadap Waktu
1,5

0,5
ln x

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

-0,5

-1
Waktu ( jam ) y = 0,0299x - 1,41
R² = 0,9674

Dari grafik didapat besar pertumbuhan spesifik (𝝁) = 0,029/jam

VII. PEMBAHASAN
Diki Wahyudi ( 201424007 )

Praktikum kali ini adalah kinetika pertumbuhan pada jamur. Jamur yang
digunakan dalam percobaan ini adalah Aspergillus niger. Tujuan dari pada praktikum
kali ini adalah Mengetahui tahapan tahapan perkembangbiakkan jamur, memahami
profil pertumbuhan jamur melalui grafik konsentrasi mikroba (x) terhadap waktu (t),
menguasai dan dapat menentukan fasa fasa pertumbuhan jamur dan menghitung dan
mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik jamur.

Untuk proserdur kerja sama seperti bakteri yaitu pertama-tama masukan 5 ml


media cinokulum kedalam tabung yang berisi kultur murni bakteri, kemudian di aduk
(ambil bakteri yang ada dipermukaan agar miring menggunakan jarum oce) sehingga
bakteri akan larut di media cinokulum. Selanjutnya dituangkan kedalam erlemeyer
yang berisi inoculum. Selanjutnya inkubasi media inoculum kedalam inkubator shaker
selama 1 hari pada suhu 37C dan kecepatan getar 150 rpm. Kemudian masukan
inoculum ke dalam erlemeyer yang berisi media pertumbuhan yaitu sebanyak 5-10%
dari volume media. Kemudian inkubasi kembali di inkubator shaker selama 3-5 hari
37 C dengan kecepatan getar 150rpm, kemudian diambil sampelnya sebanyak 10
menggunakan pipet steril setiap 3 jam.

Mengambil sampel secara lengkap kemudian analisis menggunakan


spektrofometer berbarengan. Sampel yang sudah diambil disimpan di sokes tidak
boleh di suhu ruang supaya tidak terjadi pertumbuhan mikroba lanjutan setelah
sampel diambil. Setelah lengkap dianalisis pakai spektrofometer pada panjang
gelombang 620 nm.
Yang membedakan adalah Di percobaan jamur memakai media pertumbuhan
terbagi kedalam 12 erlemeyer kecil-kecil masing masing berikan 50ml, dikarena
untuk mempermudah dalam pengambilan sampel, Jamur ini eksraseluler jadi akan
membentuk hipa menyatu dan membentuk misela, ketika sudah membentuk misela
akan usah ngambil sampling jadi erlemeyernya dibagi 12.

Dari kurva tersebut diperoleh persamaan regresi linear y = 0.0299x -1.41 dan
R² = 0.9674. Setelah nilai ln nya diinterpolasikn ke dalam kurva terhadap waktu
diperoleh slope(µ) sebesar 0,029 jam. jadi, laju pertumbuhan spesifik (μ) jamur
Aspergillus Niger = 0,029/ jam.

Diperoleh dari Grafik pertumbuhan jamur dan fase pertumbuhan jamur yaitu
Fase lag pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 0-20 jam. Fase eksponensial
pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 20-80 jam. Fase perlambatan
pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 80-110 jam. Fase stasioner
pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 110-120 jam. Fase kematian
pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 120-140 jam.

Berdasarkan hasil literatur yang didapat dari jurnal Vol.10 ,No .2, (2019),114-
129 oleh Nucky Istiqomah Mulyawati,Muh.Aniar Hari Swasono dan Deny Utomo
dengan judul " Pengaruh varietas dan konstrasi broth kulit pisang sebagai media
alternatif pertumbuhan aspergillus niger" Nilai laju pertumbuhan spesifik aspergillus
Niger pada varietas kulit pisang terjadi pad hari ke 7 dengan pertambahan mencapai
55mm. Dalam hal ini menunjukkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya perbedaan diantaranya media pertumbuhan yang digunakan,nutrisi yang
digunakan,serta kondisi operasi.

Farhan Dermawan ( 201424008 )

Ragi merupakan jenis jamur yang dapat memproduksi etanol dalam kondisi
anaerob. Fermentasi anaerob dimulai dengan membuat inokulum, kemudian membuat
dua media yakni, media pertumbuhan serta media fermentasi. Hal ini dapat terjadi
karena nutrisi,pH,kondisi operasi yang dibutuhkan untuk proses pertumbuhan serta
fermentasi berbeda. Setelah ragi tumbuh, lalu ragi dipindahkan ke media fermentasi
untuk menghasilkan etanol. Pengambilan sampel dilakukan dua kali sehari dengan
waktu pengambilan yang relatif sama, sampel diukur indeks bias yang kemudian di
plotkan ke kurva kalibrasi alkohol yang telah dibuat sebelumnya untuk menemukan
konsentrasi etanol yang dihasilkan. Seharusnya konsentrasi alkohol yang kami
dapatkan adalah linier dengan fungsi waktu, tetapi hasil kami cenderung naik turun.
Hal ini dimungkinkan karena kondisi yang kurang aseptis, masih terdapatnya ruang
untuk udara pada erlenmeyer yang kami gunakan sehingga memungkinkan ada udara
yang mengganggu proses fermentasi anaerob. Serta dengan adanya udara di dalam
erlemeyer yang digunakan, proses ini lebih cenderung menjadi proses fakultatif,
bukan anaerob murni.

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui laju pertumbuhan spesifik
jamur dan fase pertumbuhan jamur. Jamur yang digunakan dalam percobaan ini
adalah Aspergillus niger dalam media cair, jamur tersebut digunakan untuk
menghasilkan asam laktat yang digunakan dalam berbagai bidang, metode yang
digunakan adalah dengan menentukan konsentrasi sel berdasarkan berat sel kering.
Media yang digunakan pada terdiri dari glukosa sebagai sumber karbon, KH2PO4
sebagai sumber fosfat, Mg2SO.7H2O serta mengandung substrat bahan organik
seperti ekstrak daging sapi sebagai sumber protein dan ekstrak Yeet sebagai sumber
vitamin dan pepton.

Pembuatan media inokulum dan nutrisi dengan cara memipet 5 ml media cair
dari media inokulum, kemudian dimasukkan ke dalam tabung kultur jaringan murni.
Lepaskan spora ke dalam koloni jamur sampai semuanya larut. Kemudian tuangkan
ke dalam labu Erlenmeyer dengan media inokulum dan inkubasi dalam shaker
inkubator selama 16 jam pada suhu 37 ° C, 150 rpm. Setelah inkubasi, pipet 7 ml
inokulum dan tambahkan ke 100 ml labu Erlenmeyer dengan 50 ml media kenaikan .
Dilakukan pada semua media tumbuh yang mengandung Erlenmeyer. Inkubasi dalam
inkubator shaker selama 5 hari pada suhu 37°C, 150 rpm. Kumpulkan sampel untuk
analisis pada interval selama inkubasi.

Penentuan kurva pertumbuhan dengan penentuan sampel dilakukan dengan


cara memberi nomor pada masing-masing kertas saring atau tabung sentrifus plastik
kosong, dari t0 sampai t11, dikeringkan dalam oven pada suhu 800°C selama 20
menit, ditimbang beratnya sampai konstan. , pada suhu oven 80 Keringkan selama 20
menit, lalu timbang. Jika menggunakan tabung sentrifus, sentrifus selama 5 menit
dengan kecepatan 2000 rpm dan jika menggunakan kertas saring, tuangkan 50 ml
sampel sampai semua miselia tersaring, lalu keringkan kembali lalu timbang sampai
berat konstan pada
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinetika pertumbuhan jamur aspergillus
niger ini yaitu media yang digunakan haruslah memenuhi nutrisi yang cukup seperti
air, karbon, nitrogen dan lain sebagainya untuk pertumbuhan jamur agar tumbuh
dengan cepat serta masa adaptasi dari jamur ini tidak terlalu lama. Faktor lainnya
yaitu suhu optimum harus terpenuhi pertumbuhan jamur Aspergillus niger ini 35-
37oC serta adanya aerasi dan agitasi. Karena jamur merupakan mikroorganisme
aerobik, yaitu yang membutuhkan oksigen untuk proses pertumbuhannya

Pada praktikum ini,terjadi fase fase pertumbuhan jamur sebagai berikut:

 Fase lag

pada kurva terjadi fase dimana mikroba beradaptasi dengan lingkungan


barunya yaitu media.Fase ini terjadi pada waktu 0-20 jam.

 Fase eksponensial

pada fase ini,terjadi pertumbuhan / berkembang biak jamur yang terjadi


dengan pesat ditandai dengan kenaikan grafik dengan signifikan.Hal ini terjadi karena
jamur telah nyaman terhadap lingkungannya.Fase ini terjadi pada waktu 20-80 jam

 Fase perlambatan

Pada fase ini, terjadi perlambatan pertumbuhan maupun perkembangbiakan


dari jamur.Hal ini terjadi karena nutrisi dalam media sudah mulai berkurang.Fase ini
terjadi pada waktu 80 – 110 jam

 Fase Stationer

Pada fase ini terjadi hilangnya kemampuan pertumbuhan dan


perkembangbiakan dari jamur dan mulai jamur sedikit demi sedikit mati.Waktu fase
ini terjadi pada 110 – 120 jam

 Fase kematian

Fase ini terjadi tingkat kematian dari jamur meningkat secara pesat
dikarenakan media atau lingkungannya sudah buruk maupun nutrisi dalam media
terseebut sudah habis.Fase ini terjadi pada 120-140 jam
Dari data yang di dapatkan,laju pertumbuhan spesifik yang didapatk dari
grafik ln X terhadap waktu pada saat fase exponensial sebesar 0,0299/jam

Berdasarkan hasil literatur yang didapat dari jurnal Vol.10 ,No .2, (2019),114-
129 oleh Nucky Istiqomah Mulyawati,Muh.Aniar Hari Swasono dan Deny Utomo
dengan judul " Pengaruh varietas dan konstrasi broth kulit pisang sebagai media
alternatif pertumbuhan aspergillus niger" Nilai laju pertumbuhan spesifik aspergillus
Niger pada varietas kulit pisang terjadi pad hari ke 7 dengan pertambahan mencapai
55mm. Dalam hal ini menunjukkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya perbedaan diantaranya media pertumbuhan yang digunakan,nutrisi yang
digunakan,serta kondisi operasi.
Hani Maryati ( 201424009 )

Percobaan kinetika pertumbuhan jamur dengan menggunakan Aspergillus


Niger dilakukan menggunakan metode berat sel kering. Metode ini dilakukan karena
jamur Aspergillus Niger memiliki sifat multiseluler memiliki hifa dan miselium
sehingga akan membentuk pelet-pelet dalam ukuruan 1-10 mm. Hifa-hifa tersebut
tidak bisa dihitung satu persatu selnya karena tumbuh dengan banyak. Oleh karena
itu, metode yang cocok untuk menentukan laju pertumbuhan jamur ini yaitu dengan
metode berat kering. Metode berat kering dilakukan dengan menyaring media berisi
biakan dengan menggunakan kertas saring. Setelah itu dilakukan pengeringan dengan
cara dioven dan ditimbang berat sel keringnya. Berat biomassa ( X ) adalah berat
kertas saring setelah penyaringan dikurangi berat kertas saring kosong sebelum
penyaringan.

Kultur murni jamur Aspergillus Niger yang digunakan pada praktikum ini ada
dalam agar miring (Potato Dextrose Agar) dengan komposisi : kentang 200 gr,
dextrose 20 gr, agar bacto 16 gr, CaCO3 0,02 gr, MgSO4 0,02 gr, aquadest 1000 ml,
atau dapat menggunakan media PDA kemasan yang sudah siap pakai. Hasil akhir dari
praktikum ini yaitu perolehan bio massa oleh karena itu media pertumbuhan yang
digunakan adalah media yang mengandung nutrisi esensial esensial dan ditempatkan
di lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan jamur

Berdasarkan perhitungan berdasarkan pendekatan unstructured diperoleh


kurva konsentrasi(x) terhadap waktu (jam). Kurva tersebut menggambarkan kinetika
pertumbuhan jamur dalam berbagai fase
 Fase lag: berada pada t = 0 hingga t = 20 jam
Fase lag atau fase adaptasi. Jamur perlu melakukan adaftasi karena jamur
memeiliki sensitifitas sehingga harus melakukan penyesuaian terlbih dulu dengan
lingkungan barunya. Fasa lag ini sangat ditentukan oleh jumlah sel yang
diinokulasikan, kondisi fisiologis dan morfologis yang sesuai serta media kultivasi
yang dibutuhkan. Jika nutrient yang tersedia dan kondisi lingkungan yang baru
berbeda, diperlukan waktu penyesuaian untuk mensintesa enzim-enzim.
 Fasa eksponensial: berada pada t = 20 jam hingga t = 80 jam
Fase ini sering disebut juga dengan fase percepatan pertumbuhan. Pada fase
ini diperoleh laju pertumbuhan maksimum karena massa sel dan jumlah sel bertambah
secara eksponensial terhadap waktu ditandai dengan kurva yang naik secara
signifikan.
 Fasa perlambatan: berada pada t = 80 hingga t = 110

Pada fase ini, mikroorganisme mulai kehabisan nutrisi esensial dan


lingkunganya mulai tidak sesuai untuk tumbuh.

 Fasa stasioner: berada pada t = 110 hingga t = 120


Pada fase ini, jumlah sel hidup sama dengan jumlah sel mati. Tetapi,
metabolism sel yang masih aktif dan akan menghasilkan metabolit sekunder sebagai
hasil dari perubahan pengendalian seluler.
 Fasa kematian: berada pada t = 120 hingga t = 140

Pada fase ini terjadi penurunan jumlah sel yang cukup drastis. Sehingga
pertumbuhan jumlah sel yang hidup lebih kecil dari pertumbuhan jumlah sel yang
mati. Kematian ini desebabkan oleh kondisi lingkungan yang makin memburuk,
terutama oleh makin banyaknya akumulasi hasil metabolisme yang toksik terhadap sel
(metabolit sekunder).
Setelah menetahui fase-fase pertumbuhan jamur, selanjutnya akan ditentukan
laju pertumbuhan spesifik jamur (µ). Penentuan laju pertummbuhan spesifik
LN
X

dilakukan dengan cara membuat kurva ln X terhadap waktu (t). Data konsentrasi yang
dipakai ke dalam kurva ini adalah data pada fase eksponensial karena penentuan laju
pertumbuhan spesifik dilakukan pada fase eksponensial. Dari kurva tersebut
didapatkan persamaan garis linear yaitu: y = 0,029x - 1,41 Slope pada persamaan
tersebut merupakan nilai dari laju pertumbuhan spesifik jamur (µ) yaitu sebesar
0.1491/Jam. Dalam proses pertumbuhan jamur, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan diantaranya adalah jenis nutrisi, temperatur,
pengadukan, pH, kadar air, oksigen, tekanan osmosis, dan cahaya.

Berdasarkan hasil literatur yang didapat dari jurnal Vol.10 ,No .2, (2019),114-
129 oleh Nucky Istiqomah Mulyawati,Muh.Aniar Hari Swasono dan Deny Utomo
dengan judul " Pengaruh varietas dan konstrasi broth kulit pisang sebagai media
alternatif pertumbuhan aspergillus niger" Nilai laju pertumbuhan spesifik aspergillus
Niger pada varietas kulit pisang terjadi pad hari ke 7 dengan pertambahan mencapai
55mm. Dalam hal ini menunjukkan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya perbedaan diantaranya media pertumbuhan yang digunakan,nutrisi yang
digunakan,serta kondisi operasi.

VIII. KESIMPULAN
Diki Wahyudi ( 201424007)
1. Fase lag pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 0-20 jam.
2. Fase eksponensial pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 20-80 jam.
3. Fase perlambatan pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 80-110 jam.
4. Fase stasioner pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 110-120 jam.
5. Fase kematian pertumbuhan jamur terjadi pada rentang waktu 120-140 jam.
6. laju pertumbuhan spesifik (µ) jamur Aspergillus niger berdasarkan data
pengamatan adalah 0,029/jam
7. Dari kurva tersebut diperoleh persamaan regresi linear y = 0.0299x -1.41 dan R² =
0.9674
Farhan Dermawan ( 201424008)
1.laju pertumbuhan spesifik jamur (µ) yang didapatkan sebesar 0,0299 per jam
2. Fase fase pertumbuhan jamur yang terjadi yaitu:
− Fase lag pada jam 0 – 20
− Fse eksponensial pada jam 20 – 80
− Fase perlambatan pada jam 80 – 110
− Fase stationer pada jam 110 – 120
− Fase kematian pada jam 120 – 140
3.Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jamur yaitu:
− Nutrisi
− Suhu / temperature
− Keasaman atau kebasaan (pH)
− Ketersediaan Oksigen
− Air
− Cahaya
− Tekanan Osmosa
− Faktor-faktor kimia
Hani Maryati ( 201424009)
 Fase Pertumbuhan Jamur Aspergillus Niger
1. Fase Lag ditunjukan oleh yang terjadi dalam selang waktu 0 jam sampai
20 jam dengan rentang konsentrasi 0-0,5 gr/L
2. Fasa Eksponensial yang ditunjukan oleh yang terjadi pada selang waktu
setelah 20 jam sampai 80 jam dengan rentang konsentrasi 0,5-3 gr/L
3. Fase Perlambatan Pertumbuhan yang dirunjukan yang terjadi pada
selang waktu setelah 80 jam sampai 110 dengan rentang konsentrasi 3-
2,8 gr/L
4. Fase Stasioner yang ditunjukan oleh, terjadi dalam selang waktu setelah
110 jam sampai 120 jam dengan rentang konsentrasi 2,8 gr/L
5. Fase Kematian yang ditunjukan oleh warna merah terjadi dalam selang
waktu setelah 120 jam sampai 140 jam dengan rentang konsentrasi 2,8-
0,9 gr/L
 Dari persamaan regresi diperoleh slope (µ) sebesar 0,029x. Maka, laju
pertumbuhan spesifik (µ) jamur Aspergillus niger berdasarkan data
pengamatan adalah 0,029/jam.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.jurnal.yudharta.ac.id/v2/index.php/AGROMIX/article/view/1578/
1318 ( 01 Oktober 2021 )

Djumali M & Ani Suryani, “Teknologi Bioproses” , Penebar Swadaya, 1994

MW. Emmanuela, dkk., “Buku Petunjuk Praktikum Dasar Bioproses”, Jurusan


Teknik Kimia, Politeknik Negeri Bandung.

Shuler Michael L., Fikret Kargi, Bioprocess Engineering Basic Concepts,


Prentice-Hall International Inc., New Jersey, 1992.
LAPORAN PRAKTIKUM

KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI


Laporan ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum Mata Kuliah Praktikum Bioproses
yang Dibimbing oleh Laily Isna Ramadhani,S.T.,M.Eng.

Disusun Oleh :

Diki Wahyudi (201424007)


Farhan Dermawan ( 201424008)
Hani Maryati (201424009)

2-TKPB

JURUSAN TEKNIK KIMIA

PROGRAM STUDI D4 TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM BAKTERI
1. Menguasai tahapan-tahapan pengembangbiakkan bakteri
2. Menguasai dan terampil membuat media padat, inokulum/starter dan media
pertumbuhan bakteri.
3. Menguasai dan terampil memilih metode yang tepat untuk menentukan
konsentrasi biomassa bakteri (optical density menggunakan spektrofotometer).
4. Memahami profil pertumbuhan bakteri melalui grafik konsentrasi mikroba (X)
terhadap waktu (t).
5. Menguasai dan dapat menentukan fasa-fasa pertumbuhan bakteri. Menghitung
dan mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik (µ) bakteri

II. DASAR TEORI BAKTERI


Bakteri (nama ilmiah: Bacteria) adalah kelompok mikroorganisme bersel
satu yang diklasifikasikan pada tingkat domain. Bersama dengan domain Archaea,
bakteri digolongkan sebagai prokariota. Sel bakteri memiliki bentuk tertentu,
misalnya menyerupai bola, batang, atau spiral, yang biasanya berukuran beberapa
mikrometer. Bakteri merupakan salah satu bentuk kehidupan pertama yang
muncul dan saat ini menghuni sebagian besar habitat di Bumi. Bakteri dapat hidup
di tanah, air, mata air panas yang asam, limbah radioaktif, hingga kerak Bumi.
Bakteri juga menjalin hubungan simbiosis dengan tumbuhan dan hewan. Sebagian
besar bakteri belum diketahui karakternya, dan hanya sekitar 27 persen filum
bakteri yang memiliki spesies yang dapat ditumbuhkan di laboratorium. Studi
tentang bakteri disebut bakteriologi, salah satu cabang mikrobiologi.
Hampir semua hewan bergantung pada bakteri agar mereka dapat bertahan
hidup karena hanya bakteri dan sejumlah arkea yang memiliki gen dan enzim
yang diperlukan untuk menyintesis vitamin B12. Vitamin ini diperoleh hewan
melalui rantai makanan atau dihasilkan oleh mikroorganisme yang hidup dalam
sistem pencernaan mereka. Ada sekitar 40 juta sel bakteri dalam satu gram tanah
dan satu juta sel bakteri dalam satu mililiter air tawar. Secara keseluruhan, ada
sekitar 4–6 x 1030 bakteri dan arkea di Bumi, yang membentuk biomassa yang
hanya dilampaui oleh tumbuhan. Bakteri sangat berperan dalam siklus nutrisi,
misalnya dalam proses pengikatan nitrogen dari atmosfer dan dekomposisi mayat.
Pada komunitas organisme di sekitar ventilasi hidrotermal dan ventilasi dingin,
bakteri ekstremofil menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk menopang
kehidupan dengan mengubah senyawa terlarut, seperti hidrogen sulfida dan
metana, menjadi energi.
Pada manusia dan sebagian besar hewan, bakteri paling banyak berada di
saluran pencernaan. Kulit juga dihuni bakteri dalam jumlah besar. Mayoritas
bakteri dalam tubuh tidak berbahaya karena tubuh dilindungi sistem imun. Di
samping itu, banyak bakteri yang bermanfaat, terutama sebagai flora usus.
Namun, beberapa spesies bakteri bersifat patogenik dan menyebabkan penyakit
menular, antara lain kolera, sifilis, gonore, antraks, kusta, dan pes. Penyakit
bakterial mematikan yang paling banyak ditemukan adalah infeksi saluran
pernapasan. Tuberkulosis membunuh sekitar dua juta orang per tahun, yang
kebanyakan terjadi di Afrika Sub-Sahara. Antibiotik digunakan untuk mengobati
infeksi bakteri dan juga digunakan dalam pertanian, yang membuat resistansi
antibiotik menjadi masalah yang terus berkembang. Di bidang perindustrian,
bakteri berperan penting dalam pengolahan limbah dan penguraian tumpahan
minyak, produksi keju dan yoghurt melalui fermentasi, pemurnian emas,
paladium, tembaga, dan logam lainnya pada sektor pertambangan, serta dalam
bioteknologi seperti pembuatan antibiotik dan bahan kimia lainnya.
Bakteri memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Sel bakteri besarnya
sekitar sepersepuluh sel eukariota dan biasanya berukuran 0,5 hingga 5
mikrometer. Namun, beberapa spesies bisa dilihat dengan mata telanjang,
misalnya Thiomargarita namibiensis yang panjangnya mencapai setengah
milimeter dan Epulopiscium fishelsoni yang mencapai 0,7 mm. Contoh bakteri
terkecil adalah anggota genus Mycoplasma yang berukuran 0,3 mikrometer,
kurang lebih sama dengan ukuran virus terbesar.Beberapa bakteri bahkan
mungkin lebih kecil, tetapi jenis-jenis bakteri ultramikro ini belum dipahami
dengan baik.
Sebagian besar spesies bakteri berbentuk bulat (disebut kokus; dari bahasa
Yunani kókkos yang artinya butir atau biji) atau berbentuk batang (disebut basilus,
dari bahasa Latin baculus yang artinya tongkat).Beberapa jenis bakteri berbentuk
seperti batang yang agak melengkung atau berbentuk koma (disebut vibrio);
bakteri-bakteri lainnya bisa berbentuk spiral (disebut spirillum) atau melingkar
rapat (disebut spiroket). Bentuk yang tidak umum juga telah dijumpai, misalnya
bakteri berbentuk bintang.Berbagai macam bentuk ini ditentukan oleh dinding sel
bakteri dan sitoskeleton, yang berperan penting karena dapat memengaruhi
kemampuan bakteri dalam memperoleh nutrisi, menempel pada permukaan,
berenang dalam cairan, dan melarikan diri dari predator.
Banyak spesies bakteri hanya berupa sel tunggal, sementara bakteri yang
lain berkelompok dalam pola yang khas: Neisseria berbentuk diploid
(berpasangan), Streptococcus membentuk rantai, sedangkan Staphylococcus
bergerombol bersama-sama menyerupai sekumpulan anggur. Bakteri juga dapat
berkelompok membentuk struktur multiseluler yang lebih besar, seperti
Actinobacteria dengan filamen yang memanjang, miksobakteri yang membentuk
agregat, dan Streptomyces yang mempunyai hifa kompleks.Struktur-struktur
multiseluler ini sering kali hanya terlihat pada kondisi tertentu. Sebagai contoh,
ketika kekurangan asam amino, miksobakteri mendeteksi sel-sel di sekitarnya
melalui proses yang dikenal sebagai pengindraan kuorum untuk bermigrasi
menuju satu sama lain dan berkumpul membentuk tubuh buah dengan panjang
hingga 500 mikrometer dan mengandung sekitar 100.000 sel bakteri. Dalam tubuh
buah ini, bakteri-bakteri melakukan tugas terpisah; misalnya, sekitar satu dari
sepuluh sel bermigrasi ke bagian atas tubuh buah dan berdiferensiasi menjadi
bentuk dorman khusus yang disebut miksospora yang lebih tahan terhadap kondisi
kering dan keadaan lingkungan yang merugikan.
Bakteri sering kali menempel pada suatu permukaan dan membentuk
agregasi padat yang disebut biofilm, sementara formasi yang lebih besar dikenal
sebagai tikar mikrob. Ketebalan biofilm dan tikar ini sekitar beberapa mikrometer
sedangkan kedalamannya dapat mencapai setengah meter, dan mungkin
mengandung banyak spesies bakteri, protista, dan arkea. Bakteri yang hidup
dalam biofilm menampilkan susunan sel dan komponen ekstraseluler yang
kompleks, serta membentuk struktur sekunder, seperti mikrokoloni, yang di
dalamnya terdapat jejaring saluran untuk memungkinkan difusi nutrisi yang lebih
baik.Di lingkungan alami, seperti tanah atau permukaan tumbuhan, sebagian besar
bakteri terikat dalam bentuk biofilm.Biofilm merupakan hal penting dalam
kedokteran karena struktur ini sering kali muncul saat infeksi bakteri berlangsung
kronis atau saat terjadi infeksi pada implan peralatan medis. Bakteri yang
terlindung dalam biofilm jauh lebih sulit dibunuh dibandingkan bakteri yang
hidup sendiri-sendiri.
III. METODOLOGI BAKTERI
A. Alat
No Nama Alat Gambar Fungsi
1 Erlenmeyr 1000 ml Untuk media
pertumbuhan

2. Erlenmeyer 250 ml Untuk media


inokulum

3. Pipet Steril 10 ml 14 Memindahkan


buah media

4 Spectronic 20 Untuk mencari


konsentrasi larutan
media pertumbuhan

5 Botol Sample 12 buah penampung sample /


bahan sementara,
atau bisa digunakan
sebagai penyimpan
zat sementara.
6 Kuvet untuk mengukur
Spektrofotometer konsentrasi reagen
yang dibaca pada
spektrofotomete r

7 Pembakar spirtus untuk membakar zat


atau memanaskan
larutan

8 Incubator shaker untuk mengocok


suatu sampel yang
memerlukan
temperatur dan
kecepatan putar
tertentu. Alat ini
dibutuhkan dalam
melakukan
pengembangbiakan
mikro- organisme
9 Jarum ose untuk memindahkan
biakan
mikroorganisme
untuk
ditanam/ditumbuhkan
ke media baru

B. Bahan
 Kultur murni bakteri Lactobacillus sp. dalam agar miring NA (Nutrient Agar)
dengan komposisi sebagai berikut : beef ekstrak 3 gr, pepton 10 gr, NaCl 5 gr,
agar bacto 18 gr, aquadest 1000 ml.
 100 ml media cair untuk starter/inokulum dan 500 ml media pertumbuhan
dengan komposisi ditunjukkan pada tabel
Tabel Komposisi
Nutrient Konsentrasi (gr/1000 ml)
Glukosa 20
Bakteri pepton 10
Beef ekstrak 8
Yeast ekstrak 4
KH2po4 2
MgSO4.7H2O 0,2

C. Keselamatan kerja
1. Praktikum ini wajib menggunakan jas Lab, penutup kepala, sarung
tangan
2. Teknik aseptik diterapkan agar tidak terjadi kontaminasi
3. Gunakan pembakar supirtus dengan benar, untuk menghindari
terjadinya kebakaran

IV. PROSEDUR KERJA JAMUR


- Pembuatan Inokulum dan media pertumbuhan

Pipet 5 mlTua
media cair masukan dalam
Tuangkan kedalam
tabung yang berisi kultur murni bakteri.
erlenmeyer yang berisi
Dengan jarum ose lepaskan bakteri yang
madia inokulum
menempel

Masukan inokulam
Inkubasi dalam incubator
kedalam erlenmeyer media
shaker selama 12 jam suhu
pertumbuhan
47 C

Inkubasi selama 3 – 5 hari 37C Ambil sampel 10 ml 3 jam

Stock Media
Culture agar Starter/ Media
miring Inokulu pertumbuhan
NA m
V. DATA PENGAMATAN
Data Pertumbuhan Lactobacillus Sp.

Waktu (jam)
Waktu (jam) Absorbansi pada 620
nm
0 0
4 0.04
8 0.06
24 0.35
28 0.54
32 1.09
48 1.08
52 1.05
56 1.03
72 1
76 0.73
80 0.5

VI. PENGOLAHAN DATA


a. Kurva standar absorbansi terhadap berat sel kering

Absorbansi pada Berat sel kering


620 nm (mg/ml)
0,06 0,40
0,18 1,09
0,28 1,81
0,39 2,50
0,57 3,72
0,83 5,31
0,92 5,89
1,08 6,90
1,21 7,79
1,34 8,40
Kurva Kalibrasi
1,6
1,4 y = 0,1574x - 0,0035
1,2 R² = 0,9995
Absorbansi (A) 1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
0 2 4 6 8 10
Konsentrasi (mg/ml)

b. Menentukan konsentrasi masing-masing sampel


Pada kurva kalibrasi didapatkan persamaan garis y = 0,1574x - 0,0035
 Sampel 1  Sampel 2
A = 0 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 0,04 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
0+0,0035 0,04+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 0,022 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 0,276 𝑚𝑔/𝑚𝑙

 Sampel 3  Sampel 4
A = 0,06 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 0,35 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
0,06+0,0035 0,35+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 0,403 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 2,246 𝑚𝑔/𝑚𝑙

 Sampel 5  Sampel 6
A = 0,54 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 1,09 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
0,54+0,0035 1,09+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 3,453 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 6,947 𝑚𝑔/𝑚𝑙

 Sampel 7  Sampel 8
A = 1,08 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 1,05 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
1,08+0,0035 1,05+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 6,884 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 6,693 𝑚𝑔/𝑚𝑙

 Sampel 9  Sampel 10
A = 1,03 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 1 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
1,03+0,0035 1+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 6,566 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 6,375 𝑚𝑔/𝑚𝑙

 Sampel 11  Sampel 12
A = 0,73 ; y = 0,1574x 0,0035 A = 0,5 ; y = 0,1574x 0,0035
𝑦+0,0035 𝑦+0,0035
𝑥 = 0,1574 𝑥 = 0,1574
0,73+0,0035 0,5+0,0035
𝑥= 𝑥=
0,1574 0,1574
𝑥 = 4,660 𝑚𝑔/𝑚𝑙 𝑥 = 3,199 𝑚𝑔/𝑚𝑙

Waktu (jam ke-) Absorbansi (A) X (mg/ml)


0 0 0.022
4 0.04 0.276
8 0.06 0.403
24 0.35 2.246
28 0.54 3.453
32 1.09 6.947
48 1.08 6.884
52 1.05 6.693
56 1.03 6.566
72 1 6.375
76 0.73 4.660
80 0.5 3.199

Kurva Pertumbuhan Bakteri


8
7
Konsentrasi (mg/ml)

6
5
4
3
2
1
0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Waktu (jam)

Keterangan :
 Fase lag pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 0-8 jam
 Fase eksponensial pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 8-32 jam
 Fase perlambatan pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 32-56 jam
 Fase stasioner pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 56-72 jam
 Fase kematian pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 72-80 jam

Grafik ln X terhadap waktu


2,500
2,000 y = 0,1147x - 1,8688
1,500 R² = 0,9916

1,000
ln X

0,500
0,000
0 5 10 15 20 25 30 35
-0,500
-1,000
-1,500
waktu (jam)

Diperoleh garis dalam grafik tersebut slope (laju pertumbuhan spesifik)


yaitu sebesar 0,1147/jam

VII. PEMBAHASAN
Diki Wahyudi (201424007)

Praktikum kali ini adalah kinetika pertumbuhan pada bakteri. Bakteri yang
digunakan dalam percobaan ini adalah Lactobacillus Sp. Tujuan dari pada
praktikum kali ini adalah Mengetahui tahapan tahapan perkembangbiakkan
bakteri, memahami profil pertumbuhan bakteri melalui grafik konsentrasi mikroba
(x) terhadap waktu (t), menguasai dan dapat menentukan fasa fasa pertumbuhan
bakteri dan menghitung dan mengevaluasi nilai laju pertumbuhan spesifik bakteri.
Pada praktikum kali ini pertama-tama masukan 5 ml media cinokulum
kedalam tabung yang berisi kultur murni bakteri, kemudian di aduk (ambil bakteri
yang ada dipermukaan agar miring menggunakan jarum oce) sehingga bakteri
akan larut di media cinokulum. Selanjutnya dituangkan kedalam erlemeyer yang
berisi inoculum. Selanjutnya inkubasi media inoculum kedalam inkubator shaker
selama 1 hari pada suhu 37C dan kecepatan getar 150 rpm. Kemudian masukan
inoculum ke dalam erlemeyer yang berisi media pertumbuhan yaitu sebanyak 5-
10% dari volume media. Kemudian inkubasi kembali di inkubator shaker selama
3-5 hari 37 C dengan kecepatan getar 150rpm, kemudian diambil sampelnya
sebanyak 10 menggunakan pipet steril setiap 3 jam.
Mengambil sampel secara lengkap kemudian analisis menggunakan
spektrofometer berbarengan. Sampel yang sudah diambil disimpan di sokes tidak
boleh di suhu ruang supaya tidak terjadi pertumbuhan mikroba lanjutan setelah
sampel diambil. Setelah lengkap dianalisis pakai spektrofometer pada panjang
gelombang 620 nm.
Untuk mendapatkan laju pertumbuhan spesifik (μ) , perlu dianalisis pada t
ke- berapa saja bakteri mengalami kenaikan (fase eksponensial). Dari grafik
kinetika pertumbuhan bakteri yang diperoleh. Dari kurva tersebut diperoleh
persamaan regresi linear y = 0.1574x – 0.0035 dan R² = 0.9995. Diperoleh garis
dalam grafik tersebut slope (laju pertumbuhan spesifik) yaitu sebesar 0,1147/jam.
Artinya, laju pertumbuhan spesifik (μ) bakteri lactobacillus pada percobaan ini
adalah 0,1147/jam.
Fase-fase pertumbuhan bakteri dapat ditentukan dari perolehan grafik
kurva petumbuhan diantranya. Fase lag pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang
waktu 0-8 jam. Fase eksponensial pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu
8-32 jam. Fase perlambatan pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 32-
56 jam. Fase stasioner pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 56-72 jam.
Fase kematian pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 72-80 jam.
Berdasarkan literasi yang di dapat dari Jurnal Teknol. dan Industri Pangan,
Vol.XIV, No.1 Th. 2003, oleh Yoyok B. Pramono, Eni Harmayani, dan Tyas
Utami dengan judul penelitian “Kinetika Pertumbuhan Lactobacillus plantarum
dan Lactobacillus sp. Pada Media MRS Cair” nilai laju pertumbuhan spesifik
Maksimum Lactobacillus sp sebesar 0,26/jam . Terjadinya perbedaan nilai laju
pertumbuhan spesifik bisa disebabkan karena beberapa factor seperti jenis
mikroba, nutrient yang digunakan, pH dan suhu serta kondisi lingkungan yang
mendukung
Farhan Dermawan (201424008)
Dalam praktikum ini kinetika pertumbuhan Lactobacillus Sp. Media yang
digunakan terdiri dari Glukosa, Ekstrak Beef Peptone, Ekstrak Ragi, KH2PO4,
MGSO4.7H2O, dan Aquadest. , Karbon, vitamin dan sumber nutrisi penting
lainnya untuk metabolisme bakteri dan juga untuk reproduksi bakteri Dalam
magang ini 12 sampel kurma digunakan untuk menguji pertumbuhannya.
Adapun Fase fase pertumbuhan bakteri yaitu :

4. Fase yang terjadi adalah fase delay, dimana mikroorganisme melewati fase
adaptasi pada awal pemulihan, yang berlangsung hingga 0-8 jam,
pertumbuhannya tidak begitu signifikan.
5. Bakteri kemudian melalui fase eksponensial, fase di mana sel telah
beradaptasi dengan lingkungan baru. Bakteri melakukan pembelahan biner
dengan jumlah kelipatan (eksponensial). Fase ini berlangsung antara 8 hingga
32 jam dan terjadi puncak peningkatan biomassa seluler, sehingga dapat
dilihat seberapa optimal pertumbuhan yang terjadi dan seberapa tinggi
produktivitas biomassa seluler.
6. Selanjutnya, fase retardasi pertumbuhan terjadi setelah fase eksponensial.
Fase ini terjadi setelah 32-56 jam, dimana pada fase ini terjadi perlambatan
pertumbuhan bakteri karena berkurangnya konsentrasi satu atau lebih nutrien
esensial dan akumulasi produk yang bersifat toksik terhadap pertumbuhan,
perubahan lingkungan yang cepat menyebabkan ketidakseimbangan
pertumbuhan. fase ini.
7. Fase diam, fase dimana mikroorganisme tidak lagi membelah / laju
pertumbuhannya nol, fase ini terjadi setelah 56 - 72 jam.
6. Fase kematian, fase di mana bakteri mengalami kematian yang signifikan
karena kondisi lingkungan yang buruk. Fase
Semua fase yang dihasilkan sesuai dengan teori dari fase lag hingga
fase kematian, yang dapat dicapai dengan kondisi aseptik selama
pengambilan sampel, komposisi media sesuai dengan jumlah bakteri yang
digunakan dan semua pekerjaan dilakukan secara aseptik. Dan dapat dilihat
dari data yang diperoleh bahwa laju pertumbuhan spesifik adalah
eksponensial ketika memplot In X terhadap waktu. Dari grafik diketahui
bahwa pertumbuhan spesifik bakteri Lactobacillus sp yang diperiksa adalah
0,1147/jam.
Berdasarkan literasi yang di dapat dari Jurnal Teknol. dan Industri
Pangan, Vol.XIV, No.1 Th. 2003, oleh Yoyok B. Pramono, Eni Harmayani,
dan Tyas Utami dengan judul penelitian “Kinetika Pertumbuhan
Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus sp. Pada Media MRS Cair” nilai
laju pertumbuhan spesifik Maksimum Lactobacillus sp sebesar 0,26/jam .
Terjadinya perbedaan nilai laju pertumbuhan spesifik bisa disebabkan karena
beberapa factor seperti jenis mikroba, nutrient yang digunakan, pH dan suhu
serta kondisi lingkungan yang mendukung

Hani Maryati (201424009)


Pada percobaan kinetika pertumbuhan bakteri kali ini, bakteri yang
digunakan adalah Lactobacillus SP. Metode yang digunakan untuk
mengukur konsentrasi dari bakteri yaitu menggunakan metode pengukuran
tidak langsung dan pada percobaan kali ini pengukuranya menggunakan alat
spektrofotometer. Alat ini akan mengukur nilai absorbansi dari setiap
sampel dan nilai tersebut kemudian digunakan untuk membuat kurva standar
absorbansi terhadap berat sel kering. Dari kurva tersebut didapatkan
persamaan garis linear yang selanjutnya dapat digunakan untuk mencari
konsentrasi bakteri dalam sampel-sampel yang tersedia.
Prosedur kerja yang di lakukan dalam praktikum ini yaitu
membuatan inokulum dengan cara memipet 5 ml media cair untuk
inokulum, kemudian memasukan kedalam tabung yang berisi kultur murni
bakteri, lalu aduk dengan menggunakan jarum ose yang sudah dipanaskan
kemudian menempelkannya pada dindingtabung terlebih dahulu agar suhu
panas jarum tersebut tidak menimbulkan kematian pada bakteri. Selanjutnya
menuangkan media cair tersebut kedalam erlenmeyer yang berisi inokulum
dan diinkubasi dalam incubator shaker selama 24 jam pada suhu 37oC dan
150 rpm. Lalu selanjutnya memasukan Inokulum yang sudah diinkubasi
kedalam media pertumbuhan sebanyak 5-10 % dan diinkubasi kembali
dalam incubator shaker selama 3-5 hari pada suhu 37oC, 150 rpm.
Diasumsikan pada suhu 37oC dan 150 rpm merupakan kondisi optimal
pertumbuhan bakteri lactobacillus sp. Kemudian melakukan pengambilan
sampel 10 ml setiap 3 jam untuk dilakukan analisis penentuan absorbansi
untuk data penentuan konsentrasi dengan menggunakan spektrofotometri
UV-VIS. Sampel disimpan didalam sokes serta tidak disimpan dalam suhu
ruang agar tidak terjadi pertumbuhan mikroba lanjutan
Berdasarkan kurva laju pertumbuhan bakteri konsentrasi (x) terhadap
waktu (t) maka dapat diketahui fase-fase pertumbuhan bakteri Lactobacillus
sp: fase lag yang terjadi pada rentang waktu 0-8 jam, fase ekponensial pada
rentang waktu 8-32 jam, fase perlambatan pada rentang waktu 32-56
jam,fase stasioner pada rentang waktu 56-72 jam,dan fase kematian pada
rentang waktu 72-80 jam

Setelah menganalisis fase-fase pertumbuhan bakteri, selanjutnya akan


ditentukan laju pertumbuhan spesifik (µ). Laju pertumbuhan spesifik
ditentukan pada fase eksponensial yaitu data pada saat rentang waktu 8-32
jam. Untuk menentukan laju pertumbuhan spesifik, terlebih dahulu dibuat
kurva antara ln X terhadap waktu. Dari kurva tersebut diperoleh persamaan
garis linear y=0.1147x-1,8688. Dari persamaan garis linear tersbut, dapat
ditentukan laju pertumbuhan spesifik bakteri (µ) yang merupakan slope dari
persamaan tersebut. Sehingga laju pertumbuhan spesifik (µ) yaitu sebesar
0.1147/jam. Dapat diketahui bahwa semakin besar nilai laju pertumbuhan
spesifik suatu mikroba, maka semakin baik pertumbuhannya.

Berdasarkan literasi yang di dapat dari Jurnal Teknol. dan Industri


Pangan, Vol.XIV, No.1 Th. 2003, oleh Yoyok B. Pramono, Eni Harmayani,
dan Tyas Utami dengan judul penelitian “Kinetika Pertumbuhan
Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus sp. Pada Media MRS Cair” nilai
laju pertumbuhan spesifik Maksimum Lactobacillus sp sebesar 0,26/jam .
Terjadinya perbedaan nilai laju pertumbuhan spesifik bisa disebabkan
karena beberapa factor seperti jenis mikroba, nutrient yang digunakan, pH
dan suhu serta kondisi lingkungan yang mendukung.

VIII. KESIMPULAN

Diki Wahyudi (201424007)


1. Fase lag pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 0-8 jam
2. Fase eksponensial pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 8-32 jam
3. Fase perlambatan pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 32-56 jam
4. Fase stasioner pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 56-72 jam
5. Fase kematian pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 72-80 jam
6. Diperoleh persamaan regresi linear y = 0.1147x – 1,8688 dan R² = 0.9995
7. Slope (laju pertumbuhan spesifik) yaitu sebesar 0,1147/jam

Farhan Dermawan (201424008)


1.laju pertumbuhan spesifik bakteri (µ) yang didapatkan sebesar 0,1147 per jam
2. Fase fase pertumbuhan bakteri yang terjadi yaitu:
− Fase lag pada jam 0 – 8
− Fse eksponensial pada jam 8 – 32
− Fase perlambatan pada jam 32 – 56
− Fase stationer pada jam 56 – 72
− Fase kematian pada jam 72 – 80
3.Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Bakteri yaitu:
− Nutrisi
− Suhu / temperature
− Keasaman atau kebasaan (pH)
− Ketersediaan Oksigen
− Air
− Cahaya
− Tekanan Osmosa
− Faktor-faktor kimia

Hani Maryati (201424009)


1. Nilai laju pertumbuhan bakteri Lactobacillus Sp adalah 0,1147/jam
2. Fase-Fase Pengembang biakan bakteri:
a) Fase lag pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 0-8 jam
b) Fase eksponensial pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 8-32
jam
c) Fase perlambatan pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 32-56
jam
d) Fase stasioner pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 56-72 jam
e) Fase kematian pertumbuhan bakteri terjadi pada rentang waktu 72-80 jam

DAFTAR PUSTAKA
https://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/29875/1/YoyokBPramono
_KinetikaPertumbuhanLactobacillus_2003_No1_46-5 (01 Oktober 2021)

Anda mungkin juga menyukai