Oleh:
Kelompok 4 (2A-TKPB)
Muhammad Farid Zhafiri 191424016
Nanda Syamsa Badarjihadi 191424017
Nova Sihombing 191424018
Padia Nurjanah 191424019
Dinginkan larutan
sampai suhu 60 oC
Tambahkan ind PP
Keringkan spesimen
Tambahkan indikator PP 3 mL
2
Logam Fe: Logam Fe:
- Warna logam silver bintik - Warna logam silver
kehitaman kehitaman
- Pada permukaan logam, - Pada permukaan logam
muncul warna pink bagian tengah, muncul
warna biru pekat
Logam Zn: Logam Cu:
- Warna logam silver - Warna logam tetap bersih
kehitaman - Pada permukaan logam,
- Pada permukaan logam, muncul warna pink
muncul warna biru
auto katalis).
Bahan logam yang digunakan logam Fe , Zn dan Cu yang harus
diamplas terlebih dahulu agar terbebas dari korosi. Pengamplasan
dilakukan dengan menggunakan air mengalir. Logam-logam (benda
kerja) tersebut kemudian dikeringkan dan disimpan di dalam cawan petri.
Bahan-bahan yang sudah ditimbang kemudian dilarutkan dengan
dipanaskan hingga mencapai 100˚C lalu didinginkan hingga mencapai
suhu 60˚C. setelah itu teteskan 3 tetes indicator PP ke dalam larutan,
dimasukan PP pada suhu 60˚C ini di fungsikan agar PP tidak menguap
oada suhu 60˚C, karena jika pada suhu 100˚C PP akan menguap dan
tidak tersisa lagi di dalam larutannya lalu tuangkan larutan tersebut
kedalam cawan petri berisi benda kerja.
2𝑍𝑛 + 𝐾2 𝐹𝑒 𝐶𝑁 6 → 𝑍𝑛2 𝐹𝑒 𝐶𝑁 6 + 2𝐾
Pada logam Fe-Cu juga sama ada nya perubahan warna, dan pada
logam Cu perubahan warnanya menjadi warna pink yang diakibatkan ada
nya reduksi air atau terbentuknya OH- sehingga berubah menjadi warna
pink. Pada logam Fe ini terjadi perubahan dan menjadi warna biru, warna
biru ini terjadi akibat adanya reaksi sebagai berikut:
3𝐹𝑒 + 𝐾4 𝐹𝑒 𝐶𝑁 6 → 3𝐹𝑒2 𝐹𝑒 𝐶𝑁 6 + 4𝐾
Pada reaksi ini terjadi warna biru pada logam Fe tersebut. Lalu
karena Cu warna pink maka Cu lahh yang bertindak sebagai katoda dan
Fe bertindak sebagai anoda.
3. Nova Sihombing
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Indikator Korosi”
dilakukan pengamatan terhadap logam besi Fe-Zn dan Fe-Cu yang
dihubungkan dengan kabel tembaga kemudian diletakkan di dalam
cawan petri yang berisi larutan agar-agar yang berfungsi sebagai
indikator untuk menghambat perpindahan laju korosi secara bebas dan
elektrolit NaCl, K2[Fe(CN)6], K4[Fe(CN)6], dan indikator
phenolphthalein. Indikator pp ini akan mengindikasikan pembentukan
OH- pada katoda dengan warna pink. Sedangkan ferrocyanida
menunjukkan pembebasan Fe2+ di anoda dengan warna biru. Logam Fe
yang mengalami perlakuan mekanik akan terjadi dua fungsi yaitu sebagai
anoda pada daerah Fe yang berwarna biru tua, dan sebagai katoda pada
daerah Fe yang berwarna pink.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada pengamatan awal dapat
dilihat bahwa pada rangkaian logam Fe-Zn muncul warna biru tua
(secara kasat mata terlihat seperti warna hijau) pada logam Zn. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Zn bertindak sebagai anoda dan terjadi
reaksi oksidasi seperti reaksi di bawah ini:
Zn Zn2+ + 2e-
Pada rangkaian logam Fe –Zn baik lapisan atas maupun lapisan
bawah, terbentuk warna pink pada daerah logam Fe. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Fe bertindak sebagai katoda dan terjadi
pembentukan OH- (reduksi air) menurut reaksi berikut:
H2O + O2 + 4e → 4OH-
Berdasarkan literatur, jika dilihat dari potensial reduksi standar
(Eo) dari logam Fe dan Zn (Fe2+=-0,440 dan Zn =-0,763). Semakin positif
Eo semakin besar kecenderungan logam untuk mengalami reduksi, dan
semakin negatif Eo semakin besar kecenderungan logam untuk
mengalami oksidasi. Berdasarkan harga E o tersebut, logam seng (Zn)
dapat melindungi besi (Fe) dari korosi. Logam Zn bertindak sebagai
anoda dan Fe bertindak sebagai katoda. Hasil percobaan yang dilakukan
sudah sesuai dengan literatur yakni pada Fe terjadi reaksi reduksi (Fe
bertindak sebagai katoda) yang ditunjukkan dengan warna pink pada
daerah logam Fe dan pada Zn terjadi reaksi oksidasi (Zn bertindak
sebagai anoda) seharusnya terbentuk lapisan berwarna putih namun yang
terbentuk adalah lapisan berwarna biru hal ini dikarenakan kalium
ferrocyanida yang jumlahnya terlalu banyak.
Pada pengamatan logam Fe-Cu, Fe bertindak sebagai anoda dan
terjadi reaksi oksidasi. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya warna
biru di sekitar logam Fe karena diindikasikan indikator Kalium
Ferrocyanida menunjukkan pembebasan Fe 2+, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Fe Fe2+ + 2e-
Fe2+ bereaksi dengan larutan agar-agar Kalium Ferrocyanida
menghasilkan senyawa yang berwarna biru yaitu Fe2[Fe(CN)6], reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
3Fe + K4[Fe(CN)6] → 3Fe2[Fe(CN)6] + 4K
Pada logam Cu yang terhubung dengan Fe terjadi reaksi reduksi
yang ditandai dengan terbentuknya warna merah muda di sekitar logam
Cu yang merupakan reaksi dari phenophtalein yang mendeteksi suasana
basa karena terbentuknya OH-, electron dari logam Fe mengalir ke logam
Cu dan mereduksi oksigen di sekitar logam Cu, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
2H2O + O2 + 4e- → 4OH-
Sesuai dengan teori bahwa Cu akan bertindak sebagai katoda
(mengalami reduksi) dan Fe akan bertindak sebagai anoda (mengalami
oksidasi) karena potensial reduksi Cu ( E oCu = + 0.337 V) lebih besar
daripada Fe (EoFe = -0.44 V)
4. Padia Nurjanah
Praktikum indikator korosi bertujuan untuk mengidentifikasi
korosi logam berdasarkan indikator serta menuliskan reaksi yang terjadi
di anodik dan katodiknya. Korosi adalah suatu proses elektrokimia yang
melibatkan adanya transfer elektron dari anodik ke katodik yang
berlangsung secara spontan. Perpindahan elektron mengakibatkan
perbedaan potensial antara daerah anoda dan katoda. Proses korosi terjadi
ketika 2 logam dihubungkan dan dikontakkan dalam larutan korosif.
Terbentuknya korosi ditandai dengan adanya perubahan warna pada
permukaan logam yang direndam dalam larutan agar-agar selama
beberapa hari..
Indikator korosi digunakan untuk menentukan daerah katodik dan
anodik pada logam yang homogen. Indikator yang digunakan adalah
agar-agar, indikator PP, garam NaCl, kalium ferrosianida, dan kalium
ferrisianida. Agar-agar ditambahkan dalam pembuatan larutan untuk
mencegah terjadinya perpindahan ion secara bebas dalam larutan.
Perpindahan ion diinginkan hanya melalui kawat penghubung, bukan
melalui larutan. Indikator PP berfungsi untuk memunculkan warna di
mana indikator ini akan mengindikasikan adanya pembentukan ion OH-
di daerah katoda dengan warna pink. Indikator PP ditambahkan ketika
suhu larutan telah turun menjadi 60 oC agar tidak menguap sehingga
warna yang muncul menjadi lebih jelas dan kontras. Garam NaCl
mengandung ion Cl- yang merupakan ion autokatalitik sehingga dapat
mempercepat laju korosi. Kalium ferrosianida dan kalium ferrisianida
berfungsi sebagai penyuplai ion Fe. Kalium ferrosianida akan
memunculkan warna biru karena pembebasan ion Fe 2+. Ion Fe2+ ini
dioksidasi kembali hingga menjadi ion Fe 3+. Ion Fe3+ kemudian bereaksi
dengan ion OH- sehingga terbentuk Fe(OH)3 di mana ini menunjukan
bahwa besi telah terkorosi.
Pada rangkaian logam Fe-Zn, yang berperan sebagai anodik
adalah logam Zn karena memiliki potensial lebih negatif. Logam Zn
sebagai anoda terjadi reaksi oksidasi. Daerah logam Zn akan berwarna
putih karena adanya pembebasan ion Zn2+ di anoda. Reaksi yang terjadi
adalah:
Zn Zn2+ + 2e-
Sedangkan logam Fe sebagai katodik karena potensialnya lebih
positif. Logam Fe berperan sebagai katoda, namun yang tereduksi adalah
air sehingga terjadi pembentukan ion OH-. Oleh karena itu, daerah logam
baja karbon rendah berwarna pink. Reaksi yang terjadi adalah:
2H2O + O2 + 4e- 4OH-
Ketika Zn bereaksi dengan kalium ferrisianida maka akan
terbentuk Zn2[Fe(CN)6] yang berwarna putih. Namun, berdasarkan
percobaan, daerah permukaan logam Zn justru berwarna biru. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi kalium ferrisianida yang
terlalu sedikit. Persamaan reaksinya adalah:
2Zn + K2[Fe(CN)6] Zn2[Fe(CN)6] + 2K (warna putih)
Jika dilihat berdasarkan deret volta, logam Zn dengan potensial
lebih negatif akan melindungi logam Fe sehingga yang terkorosi adalah
logam Zn dan yang terlindungi adalah logam Fe.
Pada rangkaian logam Fe-Cu, yang berperan sebagai anodik
adalah logam Fe karena memiliki potensial lebih negatif. Logam Fe
sebagai anoda terjadi reaksi oksidasi. Daerah logam Fe akan berwarna
biru karena adanya pembebasan ion Fe2+ di anoda. Reaksi yang terjadi
adalah:
Fe Fe2+ + 2e-
Sedangkan logam Cu bertindak sebagai katodik karena
potensialnya lebih positif. Logam Cu berperan sebagai katoda, namun
yang tereduksi adalah air sehingga terjadi pembentukan ion OH-. Oleh
karena itu, daerah logam Cu di seluruh permukaan berwarna pink. Reaksi
yang terjadi adalah:
2H2O + O2 + 4e- 4OH-
Ketika Fe bereaksi dengan kalium ferrosianida maka akan
terbentuk 3Fe2[Fe(CN)6] yang berwarna biru tua. Hal ini disebabkan oleh
kalium ferrosianida yang memunculkan warna biru karena mendeteksi
adanya pembebasan ion Fe2+. Persamaan reaksinya adalah:
3Fe + K4[Fe(CN)6] 3Fe2[Fe(CN)6] + 4K (warna biru tua)
Jika dilihat berdasarkan deret volta, logam Fe sebagai anoda
dengan potensial lebih negatif akan melindungi logam Cu dari korosi,
sehingga yang terkorosi adalah logam Fe.
Pada rangkaian logam Fe-Zn dan Fe-Cu, yang mengalami korosi
lebih dulu adalah logam Fe pada Fe-Cu. Hal ini ditunjukan dari data
pengamatan bahwa daerah logam Fe di seluruh permukaan logamnya
berwarna biru pekat. Artinya laju korosi pada logam Fe dalam Fe-Cu
sangat cepat.
VII. KESIMPULAN
1. Muhammad Farid Zhafiri
1) Pada rangkaian Fe-Cu, warna pink yang menyelimuti logam Cu
menunjukan adanya peristiwa reduksi yang terjadi di katoda, sedangkan
logam Fe mengalami peristiwa oksidasi yang ditunjukkan oleh
munculnya warna putih seperti lilin.
2) Pada katoda terbentuk warna merah muda karena terjadi pembentukan
OH- dari reaksi reduksi air H O + O + 4e 4OH
2 2
- -