Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK PENGENDALIAN KOROSI

SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2020/2021

Modul : Indikator Korosi


Dosen Pembimbing : Yunus Tonapa Sarungu, Ir., M.T.
Tanggal Praktikum : 14 April 2021
Tanggal Penyerahan : 20 April 2021

Oleh:
Kelompok 4 (2A-TKPB)
Muhammad Farid Zhafiri 191424016
Nanda Syamsa Badarjihadi 191424017
Nova Sihombing 191424018
Padia Nurjanah 191424019

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
BANDUNG
2021
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi korosi logam berdasarkan indikator
dengan menunjukkan daerah yang bersifat anodik dan katodik pada logam
yang homogen.
2. Mahasiswa dapat menuliskan reaksi anodik dan katodiknya.

II. DASAR TEORI


2.1 Korosi
Korosi adalah suatu proses elektrokimia dimana atom-atom akan
bereaksi dengan zat asam dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini
akan menyebabkan timbulnya aliran-aliran elektron dari suatu tempat ke
tempat yang lain pada permukaan logam. Korosi dapat terjadi pada
semua logam namun dengan laju korosi yang berbeda-beda. Laju korosi
adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan
terhadap waktu. Laju korosi dipengaruhi oleh potensial logam dan juga
nilai rapat arus dari lingkungan atau logam itu sendiri.
Salah satu logam yang dapat terkorosi dengan cepat adalah Zn
karena Zn memiliki nilai potensial yang lebih kecil dibandingkan dengan
logam Fe atau tembaga. Zn adalah logam yang putih kebiruan, cukup
mudah untuk ditempa. Zn melebur pada suhu 410oC. Dan mendidih pada
906oC. Logam murninya melarut lambat sekali dalam asam dan dalam
alkali. Adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan Pt atau Cu yang
dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-
logam ini akan mempercepat reaksi. Ini menjelaskan larutnya Zn-Zn
komersial (Svehla, 1990).
Fe yang murni adalah logam yang berwarna putih perak yang
kukuh dan liat. Ia melebur pada suhu 1535oC. Jarang terdapat Fe
komersial yang murni, biasanya Fe mengandung sejumlah kecil karbida,
silsida, fosfida, dan sulfida dari Fe, serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar
ini memainkan peranan penting dalam kekuatan struktur Fe. Berbeda
dengan tembaga, tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat
ditempa, dan liat. Melebur pada 1038oC. Karena potensial elektroda
standarnya positif, ia tidak larut dalam asam klorida dan asam sulfat
encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla,
1990).
2.2 Indikator Phenolphtalein
Phenolphtalein adalah senyawa kimia dengan rumus C 20H14O4
dan sering ditulis sebagai “HIn” atau “pp” dalam notasi singkat.
Phenolphtalein sering digunakan sebagai indikator dalam titrasi asam-
basa. Untuk aplikasi ini, ia berubah warna dari tak berwarna dalam
larutan asam menjadi merah muda dalam larutan basa.
Senyawa ini bersifat asam lemah yang dapat membebaskan ion
H+ dalam larutan. Molekul fenolftalein tidak berwarna, dan ion
Phenolphtalein berwarna merah muda. Jika basa ditambahkan ke dalam
Phenolphtalein, kesetimbangan molekul ⇌ ion bergeser ke kanan,
menyebabkan ionisasi lebih banyak karena pembebasan ion H+.
Indikator phenolphtalein akan mengindikasikan pembentukan
OH- pada katoda dengan warna pink, sedangkan ferrocyanida
menunjukkan pembebasan Fe2+ di anoda dengan warna biru. Logam baja
karbon rendah yang mengalami perlakuan mekanik akan terjadi dua
fungsi yaitu sebagai anoda pada daerah Fe yang berwarna biru tua, dan
sebagai katoda pada daerah Fe yang berwarna pink. Daerah yang
berwarna biru sebagai anoda terjdadi reaksi oksidasi menurut :
Fe → Fe2+ + 2e- (oksidasi)
Sedangkan pada daerah yang berwarna pink sebagai katoda
terjadi pembentukan OH- (reduksi air) menurut reaksi :
H2O + O2 + 4e- → 4OH- (reduksi)
Jadi reaksi keseluruhan yang berlangsung pada hasil percobaan
sebagai berikut :
3Fe + K4[Fe(CN)6] → 3Fe2[Fe(CN)6] + 4K (warna biru tua)
Indikasi pada dua logam yang berbeda potensial sebagai contoh
baja karbon rendah dengan Zn. Jika kedua logam tersebut dihubungkan
dengan kawat tembaga dan ditempatkan dalam cawan petri yang berisi
larutan agar-agar maka terlihat indikasi-indikasi sebagai berikut :
Pada logam baja karbon rendah terbentuk warna pink, sehingga
pada baja karbon rendah terjadi reaksi pembentukan OH-.
2H2O + O2 + 4e- → 4OH- (reduksi)
Sedangkan pada logam seng terbentuk warna putih, artinya tejadi
reaksi oksidasi
Zn → Zn2+ + 2e- (oksidasi)
Reaksi keseluruhan yang terjadi pada hasil percobaan adalah:
2Zn + K2[Fe(CN)6] → Zn2[Fe(CN)6] + 2K (warna putih)

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM


3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat yang diperlukan
No Nama Alat Jumlah
1 Cawan Petri 2
2 Hot Plate 1
3 Gelas Kimia 250 mL 2
4 Termometer 1
5 Timbangan 1
6 Pengaduk 1
7 Spatula 1
8 Kertas timbang 10

3.1.2 Bahan yang diperlukan


No Nama Alat Jumlah
1 Agar-agar 2 gr
2 Kalium Ferricyanida 0,06 gr
3 Kalium Ferrocyanida 0,06 gr
4 NaCl 0,1 gr
5 Phenophtalein 3 tetes 3 ml
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Rancangan Percobaan

Persiapan spesimen Persiapan bahan kimia

Amplas spesimen Timbang bahan kimia

Keringkan spesimen Larutkan bahan kimia

Masukkan specimen Panaskan larutan


ke dalam cawan petri sampai suhu 100 oC

Dinginkan larutan
sampai suhu 60 oC

Tambahkan ind PP

Tuangkan larutan kimia ke dalam cawan petri yang telah terisi


specimen yang akan dikorosikan

Diamkan specimen dalam larutan kimia sampai larutan


mengental

Potret kondisi logam dalam larutan kimia pada hari ke 1,2,3

Buat laporan hasil pengamatan dan pemotretan selama 3 hari


3.2.2 Persiapan Spesimen

Amplas spesimen yang akan diproses sampai halus

Keringkan spesimen

Hubungkan kedua spesimen yang akan diuji anoda korban


dengan kawat

3.2.3 Persiapan Larutan

Campurkan 2 gram agar-agar dengan 0,06 gram kalium


ferricyanida, 0,06 gram ferrocyanida dan 0,1 gram NaCl

Larutkan dalam 250 mL aquadest

3.2.4 Langkah Kerja Utama

Letakkan benda kerja yang sudah dipersiapkan sebelumnya


dalam cawan petri yang sudah bersih dan kering

Panaskan larutan yang sudah dipersiapkan sampai temperatur


mendidih sambil diaduk atau menggunakan stirrer

Dinginkan larutan panas sampai temeperatur 60oC

Tambahkan indikator PP 3 mL

Tuangkan larutan tersebut ke dalam cawan petri sehingga


logam uji/benda kerja terbenam dalam larutan

Diamkan larutan hingga membeku, kemudian tutup cawan


petri
IV. KESELAMATAN KERJA DAN POTENSI BAHAYA
4.1 Keselamatan Kerja
Untuk keselamatan kerja, tidak boleh memegang zat kimia secara
langsung. Bersihkan segera jika ada zat kimia yang tertumpah ke lantai
sebab sebagian zat yang digunakan bersifat sangat korosif.

4.2 Potensi Bahaya


Potensi bahaya yang ditimbulkan secara langsung pada percobaan
ini boleh dikatakan tidak ada, sebab bahan kimia yang digunakan tidak ada
yang berbahaya. Namun yang perlu diperhatikan adalah bekas bahan
larutan agar-agar percobaan tidak boleh dibuang ke dalam saluran air
karena agar-agar dapat menyumbat saluran tersebut. Bekas bahan
percobaan harus dibuang ke dalam tempat sampah.

4.2.1 MSDS NaCl


 Pengenalan Bahaya
Tidak mudah terbakar. Api ambient dapat melepaskan uap yang
berbahaya. Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: Gas hidrogen
klorida
 Tata Cara Penanggulangan Tumpahan
Hindari penghisapan debu. Hindari kontak dengan bahan. Pastikan
ventilasi memadai. Evakuasi dari daerah bahaya, amati prosedur
darurat, hubungi ahli.
 Penanganan & Penyimpanan
Kondisi penyimpanan tertutup sangat rapat dan kering.
 Stabilitas :stabil di bawah kondisi ruangan standar (suhu kamar)
4.2.2 MSDS Kalium Ferrisianida
 Pengenalan Bahaya
Tidak mudah terbakar. Api ambient dapat melepaskan uap yang
berbahaya. Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: nitrogen
oksida, Hidrogen sianida (asam hidrosianat)
 Tata Cara Penanggulangan Tumpahan
Hindari penghisapan debu. Hindari kontak dengan bahan.
Pastikanventilasi memadai. Evakuasi dari daerah bahaya, amati
prosedur darurat, hubungi ahli
 Penanganan & Penyimpanan
Lindungi dari cahaya. Tertutup sangat rapat. Kering
 Stabilitas :Kepekaan terhadap cahaya
4.2.3 MSDS Kalium Ferrosianida
 Pengenalan Bahaya
Tidak mudah terbakar. Api ambient dapat melepaskan uap yang
berbahaya. Kebakaran dapat menyebabkan berevolusi: nitrogen
oksida, Hidrogen sianida (asam hidrosianat) Kalium oksida dan
Besioksida
 Tata Cara Penanggulangan Tumpahan
Hindari penghisapan debu. Hindari kontak dengan bahan. Pastikan
ventilasi memadai. Evakuasi dari daerah bahaya, amati prosedur
darurat, hubungi ahli
 Penanganan & Penyimpanan
Simpan di tempat yang dingin. Simpan wadah tertutup rapat di
tempat yang kering dan berventilasi baik. Jangan biarkan produk
menyentuh air selama penyimpanan. Jangan disimpan di dekat asam.
Kelas penyimpanan (TRGS 510): Padatan non mudah terbakar.
 Stabilitas : Stabil di bawah kondisi penyimpanan yang disarankan
V. DATA PENGAMATAN
Tabel data pengamatan
Hari ke- Pengamatan Logam Fe-Zn Pengamatan Logam Fe-Cu

Logam Fe: Logam Fe:


1
- Warna logam silver - Warna logam bintik
- Pada permukaan logam, kehitaman
mulai muncul warna pink - Pada permukaan logam,
Logam Zn: mulai muncul warna biru
- Warna logam silver Logam Cu:
- Pada permukaan logam, - Logam tetap bersih
mulai muncul warna biru - Pada permukaan logam,
belum muncul warna

2
Logam Fe: Logam Fe:
- Warna logam silver bintik - Warna logam silver
kehitaman kehitaman
- Pada permukaan logam, - Pada permukaan logam
muncul warna pink bagian tengah, muncul
warna biru pekat
Logam Zn: Logam Cu:
- Warna logam silver - Warna logam tetap bersih
kehitaman - Pada permukaan logam,
- Pada permukaan logam, muncul warna pink
muncul warna biru

Logam Fe: Logam Fe:


- Warna logam silver bintik - Logam tertutup warna biru
3 kehitaman - Pada seluruh permukaan
- Pada seluruh permukaan logam, muncul warna biru
logam, muncul warna pink pekat
lebih banyak
Logam Zn: Logam Cu:
- Warna logam silver - Warna logam tetap bersih
kehitaman - Pada seluruh permukaan
- Pada permukaan logam logam, muncul warna pink
bagian tengah, muncul warna lebih menyebar
biru pekat
Reaksi yang terjadi:
Pada logam Fe-Zn
Anoda : Zn  Zn2+ + 2e-
Katoda : 2H2O + O2 + 4e-  4OH-
Reaksi : 2Zn + K2[Fe(CN)6]  Zn2[Fe(CN)6] + 2K (warna putih)
Logam Zn sebagai anoda terjadi reaksi oksidasi. Daerah logam Zn
akan berwarna putih karena ada pembebasan ion Zn2+ di anoda. Logam yang
berada di daerah anoda akan terkorosi lebih dahulu. Logam Fe sebagai
katoda, namun di reaksi reduksi yang terjadi adalah pembentukan OH-
sehingga daerah logam baja karbon rendah berwarna pink.

Pada logam Fe-Cu


Anoda : Fe  Fe2+ + 2e-
Katoda : 2H2O + O2 + 4e-  4OH-
Reaksi : 3Fe + K4[Fe(CN)6]  3Fe2[Fe(CN)6] + 4K (warna biru tua)
Logam Fe sebagai anoda terjadi reaksi oksidasi. Daerah logam Fe
akan berwarna biru karena ada pembebasan ion Fe2+ di anoda. Logam yang
berada di daerah anoda akan terkorosi lebih dahulu. Logam Cu sebagai
katoda, namun di reaksi reduksi yang terjadi adalah pembentukan OH-
sehingga daerah logam Cu berwarna pink.
VI. PEMBAHASAN
1. Muhammad Farid Zhafiri
Pada praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap logam
besi (Fe) dan tembaga (Cu) yang dihubungkan dengan kabel tembaga
kemudian diletakkan di dalam cawan petri yang berisi larutan agar-agar
yang berfungsi sebagai indikator untuk menghambat perpindahan laju
korosi secara bebas dan elektrolit NaCl , K2[Fe(CN)6], K4[Fe(CN)6], dan
indikator phenolphthalein. Indikator pp ini akan mengindikasikan
pembentukan OH- pada katoda dengan warna pink. Sedangkan
ferrocyanida menunjukkan pembebasan Fe2+ di anoda dengan warna biru.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada pengamatan awal dapat
dilihat bahwa pada rangkaian logam Fe-Cu pada lapisan pertama (bawah)
muncul warna biru tua (secara kasat mata terlihat seperti warna hijau)
pada logam Fe. Hal tersebut menunjukkan bahwa Fe bertindak sebagai
anoda dan terjadi reaksi oksidasi seperti reaksi di bawah ini:
Fe  Fe2+ + 2e-
Pada pengamatan setelah 24 jam, pada rangkaian logam Fe –Cu
baik lapisan atas maupun lapisan bawah, terbentuk sedikit warna merah
muda pada daerah logam Cu. Hal tersebut menunjukkan bahwa Cu
bertindak sebagai katoda dan terjadi pembentukan OH- (reduksi air)
menurut reaksi berikut:
H2O + O2 + 4e  4OH-
Pada pengamatan hari ketiga terbentuk sedikit warna pink pada
daerah logam Cu dan terbentuk warna biru pada Fe. Pembentukan lapisan
berwarna biru pada Fe terjadi pada rangkaian logam Fe-Cu pada lapisan
atas. Reaksi keseluruhan pada hasil percobaan dapat ditunjukkan dengan
persamaan reaksi berikut:
3Fe + K4[Fe(CN)6]  3Fe2[Fe(CN)6] (warna biru tua) + 4K
Berdasarkan literatur, Logam Fe bertindak sebagai anoda dan Cu
bertindak sebagai katoda. Hasil percobaan yang dilakukan sudah sesuai
dengan literatur yakni pada Cu terjadi reaksi reduksi (Cu bertindak
sebagai katoda) yang ditunjukkan dengan warna pink pada daerah logam
Cu dan pada Fe terjadi reaksi oksidasi (Fe bertindak sebagai anoda) yang
ditunjukkan dengan terbentuknya lapisan berwarna biru tua.
Reaksi yang terjadi:
Pada logam Fe-Zn
Anoda : Zn  Zn2+ + 2e
Katoda : 2H2O + O2 + 4e-  4OH-
Reaksi : 2Zn + K2[Fe(CN)6]  Zn2[Fe(CN)6] + 2K (warna putih)
Pada logam Fe-Cu
Anoda : Fe  Fe2+ + 2e
Katoda : 2H2O + O2 + 4e-  4OH-
Reaksi : 3Fe + K4[Fe(CN)6]  3Fe2[Fe(CN)6] + 4K (warna biru
tua)
2. Nanda Syamsa Badarjihadi
Korosi merupakan salah satu peristiwa reaksi reduksi oksidasi
(redoks) dimana terjadi perpinahan elektron dari anoda ke katoda.
Perpindahan elektron tersebut menyebabkan adanya perbedaan potensial
antara daerah anoda dan katoda. Di katoda sendiri dalam praktikum ini
terjadi reaksi reduksi air sehingga terbentuk ion OH-.
Indikator korosi digunakan untuk mengetahui daerah yang terjadi
oksidasi (anoda) dan reduksi (katoda). Indikator yang digunakan terdiri
dari : agar-agar, kalium ferrisianida, kalium ferrosianida, garam NaCl,
dan indikator PP. agar-agar berfungsi untuk mencegah adanya electron
yang berpindah secara bebas jadi perpindahan electron hanya terjadi
melalui kawat yang terhubung, kalium ferrosianida dan kalium
ferrisianida berfungsi sebagai penyuplay ion Fe, garam NaCl berfungsi
menyediakan ion Cl untuk mempercepat proses korosi (mempunyai sifat
-

auto katalis).
Bahan logam yang digunakan logam Fe , Zn dan Cu yang harus
diamplas terlebih dahulu agar terbebas dari korosi. Pengamplasan
dilakukan dengan menggunakan air mengalir. Logam-logam (benda
kerja) tersebut kemudian dikeringkan dan disimpan di dalam cawan petri.
Bahan-bahan yang sudah ditimbang kemudian dilarutkan dengan
dipanaskan hingga mencapai 100˚C lalu didinginkan hingga mencapai
suhu 60˚C. setelah itu teteskan 3 tetes indicator PP ke dalam larutan,
dimasukan PP pada suhu 60˚C ini di fungsikan agar PP tidak menguap
oada suhu 60˚C, karena jika pada suhu 100˚C PP akan menguap dan
tidak tersisa lagi di dalam larutannya lalu tuangkan larutan tersebut
kedalam cawan petri berisi benda kerja.

Dilihat dari pengamatan mulai dari t awam sampai dengan t 7 hari


bisa kita lihat benda kerja mulai dari Fe-Zn dan Fe-Cu terlihat ada nya
perubahan warna. Mulai dari Fe-Zn dari logam Fe terlihat ada nya warna
pink yang terjadi ini diakibatkan ada nya reaksi pembentukan OH- atau
reduksi air. Dan pada logam Zn terlihat ada warna putih ini diakibatkan
adanya reaksi dari logam Zn tersebut bisa dilihat reaksinya:

2𝑍𝑛 + 𝐾2 𝐹𝑒 𝐶𝑁 6 → 𝑍𝑛2 𝐹𝑒 𝐶𝑁 6 + 2𝐾

Dari reaksi ini lahh warna putih pada logam Zn terbentuk.Lalu


karena pada logam Fe adanya warna pink maka Fe lahh yang bertindak
sebagai katoda dan Zn bertindak sebagai anoda

Pada logam Fe-Cu juga sama ada nya perubahan warna, dan pada
logam Cu perubahan warnanya menjadi warna pink yang diakibatkan ada
nya reduksi air atau terbentuknya OH- sehingga berubah menjadi warna
pink. Pada logam Fe ini terjadi perubahan dan menjadi warna biru, warna
biru ini terjadi akibat adanya reaksi sebagai berikut:

3𝐹𝑒 + 𝐾4 𝐹𝑒 𝐶𝑁 6 → 3𝐹𝑒2 𝐹𝑒 𝐶𝑁 6 + 4𝐾

Pada reaksi ini terjadi warna biru pada logam Fe tersebut. Lalu
karena Cu warna pink maka Cu lahh yang bertindak sebagai katoda dan
Fe bertindak sebagai anoda.

3. Nova Sihombing
Pada praktikum kali ini yang berjudul “Indikator Korosi”
dilakukan pengamatan terhadap logam besi Fe-Zn dan Fe-Cu yang
dihubungkan dengan kabel tembaga kemudian diletakkan di dalam
cawan petri yang berisi larutan agar-agar yang berfungsi sebagai
indikator untuk menghambat perpindahan laju korosi secara bebas dan
elektrolit NaCl, K2[Fe(CN)6], K4[Fe(CN)6], dan indikator
phenolphthalein. Indikator pp ini akan mengindikasikan pembentukan
OH- pada katoda dengan warna pink. Sedangkan ferrocyanida
menunjukkan pembebasan Fe2+ di anoda dengan warna biru. Logam Fe
yang mengalami perlakuan mekanik akan terjadi dua fungsi yaitu sebagai
anoda pada daerah Fe yang berwarna biru tua, dan sebagai katoda pada
daerah Fe yang berwarna pink.
Berdasarkan hasil pengamatan, pada pengamatan awal dapat
dilihat bahwa pada rangkaian logam Fe-Zn muncul warna biru tua
(secara kasat mata terlihat seperti warna hijau) pada logam Zn. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Zn bertindak sebagai anoda dan terjadi
reaksi oksidasi seperti reaksi di bawah ini:
Zn  Zn2+ + 2e-
Pada rangkaian logam Fe –Zn baik lapisan atas maupun lapisan
bawah, terbentuk warna pink pada daerah logam Fe. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Fe bertindak sebagai katoda dan terjadi
pembentukan OH- (reduksi air) menurut reaksi berikut:
H2O + O2 + 4e → 4OH-
Berdasarkan literatur, jika dilihat dari potensial reduksi standar
(Eo) dari logam Fe dan Zn (Fe2+=-0,440 dan Zn =-0,763). Semakin positif
Eo semakin besar kecenderungan logam untuk mengalami reduksi, dan
semakin negatif Eo semakin besar kecenderungan logam untuk
mengalami oksidasi. Berdasarkan harga E o tersebut, logam seng (Zn)
dapat melindungi besi (Fe) dari korosi. Logam Zn bertindak sebagai
anoda dan Fe bertindak sebagai katoda. Hasil percobaan yang dilakukan
sudah sesuai dengan literatur yakni pada Fe terjadi reaksi reduksi (Fe
bertindak sebagai katoda) yang ditunjukkan dengan warna pink pada
daerah logam Fe dan pada Zn terjadi reaksi oksidasi (Zn bertindak
sebagai anoda) seharusnya terbentuk lapisan berwarna putih namun yang
terbentuk adalah lapisan berwarna biru hal ini dikarenakan kalium
ferrocyanida yang jumlahnya terlalu banyak.
Pada pengamatan logam Fe-Cu, Fe bertindak sebagai anoda dan
terjadi reaksi oksidasi. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya warna
biru di sekitar logam Fe karena diindikasikan indikator Kalium
Ferrocyanida menunjukkan pembebasan Fe 2+, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
Fe  Fe2+ + 2e-
Fe2+ bereaksi dengan larutan agar-agar Kalium Ferrocyanida
menghasilkan senyawa yang berwarna biru yaitu Fe2[Fe(CN)6], reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
3Fe + K4[Fe(CN)6] → 3Fe2[Fe(CN)6] + 4K
Pada logam Cu yang terhubung dengan Fe terjadi reaksi reduksi
yang ditandai dengan terbentuknya warna merah muda di sekitar logam
Cu yang merupakan reaksi dari phenophtalein yang mendeteksi suasana
basa karena terbentuknya OH-, electron dari logam Fe mengalir ke logam
Cu dan mereduksi oksigen di sekitar logam Cu, reaksi yang terjadi adalah
sebagai berikut :
2H2O + O2 + 4e- → 4OH-
Sesuai dengan teori bahwa Cu akan bertindak sebagai katoda
(mengalami reduksi) dan Fe akan bertindak sebagai anoda (mengalami
oksidasi) karena potensial reduksi Cu ( E oCu = + 0.337 V) lebih besar
daripada Fe (EoFe = -0.44 V)
4. Padia Nurjanah
Praktikum indikator korosi bertujuan untuk mengidentifikasi
korosi logam berdasarkan indikator serta menuliskan reaksi yang terjadi
di anodik dan katodiknya. Korosi adalah suatu proses elektrokimia yang
melibatkan adanya transfer elektron dari anodik ke katodik yang
berlangsung secara spontan. Perpindahan elektron mengakibatkan
perbedaan potensial antara daerah anoda dan katoda. Proses korosi terjadi
ketika 2 logam dihubungkan dan dikontakkan dalam larutan korosif.
Terbentuknya korosi ditandai dengan adanya perubahan warna pada
permukaan logam yang direndam dalam larutan agar-agar selama
beberapa hari..
Indikator korosi digunakan untuk menentukan daerah katodik dan
anodik pada logam yang homogen. Indikator yang digunakan adalah
agar-agar, indikator PP, garam NaCl, kalium ferrosianida, dan kalium
ferrisianida. Agar-agar ditambahkan dalam pembuatan larutan untuk
mencegah terjadinya perpindahan ion secara bebas dalam larutan.
Perpindahan ion diinginkan hanya melalui kawat penghubung, bukan
melalui larutan. Indikator PP berfungsi untuk memunculkan warna di
mana indikator ini akan mengindikasikan adanya pembentukan ion OH-
di daerah katoda dengan warna pink. Indikator PP ditambahkan ketika
suhu larutan telah turun menjadi 60 oC agar tidak menguap sehingga
warna yang muncul menjadi lebih jelas dan kontras. Garam NaCl
mengandung ion Cl- yang merupakan ion autokatalitik sehingga dapat
mempercepat laju korosi. Kalium ferrosianida dan kalium ferrisianida
berfungsi sebagai penyuplai ion Fe. Kalium ferrosianida akan
memunculkan warna biru karena pembebasan ion Fe 2+. Ion Fe2+ ini
dioksidasi kembali hingga menjadi ion Fe 3+. Ion Fe3+ kemudian bereaksi
dengan ion OH- sehingga terbentuk Fe(OH)3 di mana ini menunjukan
bahwa besi telah terkorosi.
Pada rangkaian logam Fe-Zn, yang berperan sebagai anodik
adalah logam Zn karena memiliki potensial lebih negatif. Logam Zn
sebagai anoda terjadi reaksi oksidasi. Daerah logam Zn akan berwarna
putih karena adanya pembebasan ion Zn2+ di anoda. Reaksi yang terjadi
adalah:
Zn  Zn2+ + 2e-
Sedangkan logam Fe sebagai katodik karena potensialnya lebih
positif. Logam Fe berperan sebagai katoda, namun yang tereduksi adalah
air sehingga terjadi pembentukan ion OH-. Oleh karena itu, daerah logam
baja karbon rendah berwarna pink. Reaksi yang terjadi adalah:
2H2O + O2 + 4e-  4OH-
Ketika Zn bereaksi dengan kalium ferrisianida maka akan
terbentuk Zn2[Fe(CN)6] yang berwarna putih. Namun, berdasarkan
percobaan, daerah permukaan logam Zn justru berwarna biru. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh konsentrasi kalium ferrisianida yang
terlalu sedikit. Persamaan reaksinya adalah:
2Zn + K2[Fe(CN)6]  Zn2[Fe(CN)6] + 2K (warna putih)
Jika dilihat berdasarkan deret volta, logam Zn dengan potensial
lebih negatif akan melindungi logam Fe sehingga yang terkorosi adalah
logam Zn dan yang terlindungi adalah logam Fe.
Pada rangkaian logam Fe-Cu, yang berperan sebagai anodik
adalah logam Fe karena memiliki potensial lebih negatif. Logam Fe
sebagai anoda terjadi reaksi oksidasi. Daerah logam Fe akan berwarna
biru karena adanya pembebasan ion Fe2+ di anoda. Reaksi yang terjadi
adalah:
Fe  Fe2+ + 2e-
Sedangkan logam Cu bertindak sebagai katodik karena
potensialnya lebih positif. Logam Cu berperan sebagai katoda, namun
yang tereduksi adalah air sehingga terjadi pembentukan ion OH-. Oleh
karena itu, daerah logam Cu di seluruh permukaan berwarna pink. Reaksi
yang terjadi adalah:
2H2O + O2 + 4e-  4OH-
Ketika Fe bereaksi dengan kalium ferrosianida maka akan
terbentuk 3Fe2[Fe(CN)6] yang berwarna biru tua. Hal ini disebabkan oleh
kalium ferrosianida yang memunculkan warna biru karena mendeteksi
adanya pembebasan ion Fe2+. Persamaan reaksinya adalah:
3Fe + K4[Fe(CN)6]  3Fe2[Fe(CN)6] + 4K (warna biru tua)
Jika dilihat berdasarkan deret volta, logam Fe sebagai anoda
dengan potensial lebih negatif akan melindungi logam Cu dari korosi,
sehingga yang terkorosi adalah logam Fe.
Pada rangkaian logam Fe-Zn dan Fe-Cu, yang mengalami korosi
lebih dulu adalah logam Fe pada Fe-Cu. Hal ini ditunjukan dari data
pengamatan bahwa daerah logam Fe di seluruh permukaan logamnya
berwarna biru pekat. Artinya laju korosi pada logam Fe dalam Fe-Cu
sangat cepat.
VII. KESIMPULAN
1. Muhammad Farid Zhafiri
1) Pada rangkaian Fe-Cu, warna pink yang menyelimuti logam Cu
menunjukan adanya peristiwa reduksi yang terjadi di katoda, sedangkan
logam Fe mengalami peristiwa oksidasi yang ditunjukkan oleh
munculnya warna putih seperti lilin.
2) Pada katoda terbentuk warna merah muda karena terjadi pembentukan
OH- dari reaksi reduksi air H O + O + 4e  4OH
2 2
- -

3) Reaksi keseluruhan pada hasil percobaan ditunjukkan pada persamaan


berikut:
3Fe + K4[Fe(CN)6]  3Fe2[Fe(CN)6] + 4K (warna biru tua)
4) Munculnya warna biru pada logam Cu menandakan pada daerah
tersebut terjadi reaksi oksidasi.
5) Dengan adanya penambahan agar-agar, laju perpindahan produk reaksi
yang terbentuk (laju korosi) pada logam dapat dihambat.
2. Nanda Syamsa Badarjihadi
Dari hasil praktikum indikator korosi dapat disimpulkan logam Zn
merupakan anodik sedangkan Fe merupakan katodik. Logam Zn
mengalami korosi lebih dulu dengan ditunjukannya logam Zn menjadi
berwarna putih yang merupakan senyawa Zn [Fe(CN) ]. Lalu Untuk logam
2 6

Fe-Cu dapat disimpulkan Fe merupakan anodik sedangkan Cu merupakan


katodik. Logam Fe mengalami korosi lebih dulu dengan ditunjukkannya
logam Fe menjadi berwarna biru yang merupakan senyawa
3𝐹𝑒2 𝐹𝑒 𝐶𝑁 6 .
3. Nova Sihombing
1) Pada rangkaian logam Fe-Zn, Fe bertindak sebagai katoda yang
ditunjukkan dengan warna pink pada daerah logam Fe dan pada Zn
terjadi reaksi oksidasi (Zn bertindak sebagai anoda) ditandai dengan
terbentuknya lapisan berwarna biru di sekitarnya
2) Pada rangkaian logam Fe-Cu,Fe bertindak sebagai anoda dan terjadi
reaksi oksidasi. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya warna biru di
sekitarnya dan Cu bersifat katodik ditandai dengan terbentuknya warna
pink di sekitarnya
3) Reaksi pada Anoda
Fe-Zn : Zn  Zn2+ + 2e-
Fe-Cu : Fe  Fe2+ + 2e-
4) Reaksi pada katoda
Fe-Zn : H2O + O2 + 4e → 4OH-
Fe-Cu : 2H2O + O2 + 4e- → 4OH-
4. Padia Nurjanah
1) Pada rangkaian logam Fe-Zn, yang berperan sebagai katodik adalah
logam Fe dan anodik adalah logam Zn. Sedangkan pada rangkaian
logam Fe-Cu, yang berperan sebagai katodik adalah logam Cu dan
anodik adalah logam Fe.
2) Warna yang dihasilkan pada daerah katodik adalah pink, sedangkan
daerah anodik berwarna biru yang artinya logam terkorosi.
3) Reaksi yang terjadi
 Pada rangkaian logam Fe-Zn
Anoda : Zn  Zn2+ + 2e-
Katoda : 2H2O + O2 + 4e-  4OH-
Reaksi : 2Zn + K2[Fe(CN)6]  Zn2[Fe(CN)6] + 2K
(warna putih)
 Pada rangkaian logam Fe-Cu
Anoda : Fe  Fe2+ + 2e-
Katoda : 2H2O + O2 + 4e-  4OH-
Reaksi : 3Fe + K4[Fe(CN)6]  3Fe2[Fe(CN)6] + 4K
(warna biru tua)
Daftar Pustaka
Fontana, M.G. 1987. Corrosion Engineering. 3rd ed. Mc Graw Hill.
Jones, Denny A. 1992. Principles and Prevention of Corrosion. Mcmillan
Publishing Company. New York.
Piron, D.L. 1991. The electrochemistry of Corrosion. Nace.
PT. Smart Lab Indonesia. 27.02.2019. “Lembar Data Keselamatan Bahan –
Sodium Chloride”. No: F/QCL/008 Rev.01. Nomor MSDS 209.
PT. Smart Lab Indonesia. 15.02.2019. “Lembar Data Keselamatan Bahan –
Potassium Ferricyanide”. No: F/QCL/008 Rev.01. Nomor MSDS 167.
PT. Smart Lab Indonesia. 15.02.2019. “Lembar Data Keselamatan Bahan –
Potassium Ferrocyanide”. No: F/QCL/008 Rev.01. Nomor MSDS 168.
Sunara Purwadaria. 1995. Konsep-Konsep Dasar Korosi Aqueous. Kelompok
Studi Korosi Lembaga Penelitian ITB. Bandung.
Trethewey. Kenneth, R. 1991. Korosi untuk Mahasiswa Sains dan Rekayasa
(penterjemah Alex Tri Kantjono Widodo. PT Gramdia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai