Disusun Oleh:
2. Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kue Cubit
Kue Cubit berakar dari kuliner khas Belanda, dengan bentuk serta cara
pembuatan yang sama dengan sebuah camilan, yaitu poffertjes dari Belanda.
Poffertjes dikenal sebagai kue panekuk mini dengan tambahan gula bubuk atau
sesendok mentega untuk penyajiannya. Kue cubit menggunakan campuran
telur, tepung terigu dan mentega sebagai komponen utamanya. Adonan
dimasukkan ke dalam cetakan baja, dan dalam beberapa menit telah masak.
Saat ini, kue cubit memiliki banyak variasi rasa, yaitu kue cubit coklat, keju,
mocca, green tea, dan red velvet. Kue Cubit mengandung 844,7 kkal kalori,
25,47 gram protein, 155,68 gram karbohidrat dan lemak sebanyak 13,75 gram.
Selain itu, kue cubit juga mengandung Kalsium, Fosfor, Vitamin A, Vitamin
B1, Vitamin C dan masih banyak lagi.
2.1.2 Resep
Resep yang digunakan untuk membuat Kue Cubit ini merupakan resep
yang digunakan secara general atau umum, yaitu mencampurkan tepung terigu,
telur dan mentega ke wadah lalu diberi air , diaduk sampai merata sampai
mencapai konsentrasi yang diinginkan lalu dimasak sampai matang.
Metode Pengamatan
3.1 Alat dan bahan
No Alat Bahan
7. 1 sdt vanila
Cara untuk menggunakan “Eyedropper tool” ini dengan cara yaitu pada
gambar di bawah ini, cari warna yang ingin kita pakai atau ketahui warna nya.
Contoh nya ingin mengetahui warna merah pada bunga tersebut.
Gambar 3.2 Meng-click gambar untuk mendeteksi warna
Bisa kita lihat seperti itu cara untuk mengetahui nilai warna dalam RGB
dengan memakai software photoshop, dan langsung didapat oleh kita warna
dalam skala RGB.
b. Kurva Green
c. Kurva Biru
d. Kurva RGB
Kurva Kinetika
4.4 Kinetika Reaksi Mailard
Data Ca dan ln(Ca/Cao)
4.5 Pembahasan
Praktikum pengamatan kinetika reaksi maillard dalam pengolahan kue cubit ini
bertujuan untuk mengamati kinetika reaksi maillard pada proses pembuatan kue cubit ,
mengamati perubahan warna menjadi browning dan mengamati reaksi maillard pada
pengolahan bahan pangan. Timbulnya pencoklatan terjadi karena adanya reaksi gula
dengan asam amino dari protein pada tepung terigu yang dilakukan di suhu yang relatif
sedang merupakan reaksi pencoklatan non-enzimatis. Hal ini, disebabkan karena pada
proses pemanasan kue cubit tidak melibatkan aktivitas enzim. Pada akhir reaksi
terbentuk pigmen coklat melanoidin yang memiliki bobot molekul besar. Reaksi yang
diawali dengan reaksi antara gugus aldehid atau keton pada gula dengan asam amino
pada protein ini membentuk glukosilamin. Selain gugus aldehid/keton dan gugus amino,
faktor yang memengaruhi kinetika reaksi Maillard, adalah suhu, konsentrasi gula,
konsentrasi amino, pH, dan tipe gula.
Tujuan utama pemanasan adalah sebagai pengembangan warna, rasa, dan aroma
pada produk pangan yang dapat meningkatkan kualitas makanan yang dikembangkan
berdasarkan kombinasi reaksi Maillard. Tekstur hasil produk pemanasan itu ditimbulkan
oleh perubahan protein, lemak, dan karbohidrat polimerik yang dihasilkan oleh proses
pemanasan kue cubit. Perubahan kualitas protein terjadi akibat reaksi Maillard dengan
asam amino pada permukaan makanan. Kinetika reaksi Maillard berkaitan dengan suatu
sifat kimia fisik dalam suatu waktu dan hal tersebut dapat dijelaskan melalui pendekatan
kinetika laju reaksi terhadap perubahan warna pada kue cubit.
Secara teoritis orde reaksi dapat sampai tertinggi (tak hingga), namun dalam
eksperimen kinetika kimia terutama dalam mutu pangan umumnya mengikuti orde nol
atau orde satu. Untuk mengetahui kinetika dari reaksi maillard pada pengolahan kue
cubit ini kami menggunakan aplikasi photoshop untuk menentukan nilai RGB setiap
menitnya dengan lama pemanasan selama 6.5 menit dengan interval 0.5 menit per titik
pengukuran. Hal ini dikarenakan kue cubit cepat mengalami proses maillard atau
pencoklatan.
Dari ketiga warna hasil pengamatan yaitu red (merah), green (hijau), dan blue
(biru) kami menggunakan warna red (merah) sebagai penentu kinetika reaksi maillard,
karena pada kurva RGB terhadap waktu terlihat warna red (merah) memiliki penurunan
yang stabil atau selalu menurun dengan interval tidak terlalu jauh. Berbeda dengan
warna green (hijau) dan blue (biru) yang kurvanya mengalami penurunan dan kenaikan
atau fluktuatif. Setelah kami mencoba pengolahan data menggunakan kurva log (W/Wo)
terhadap log (-d(W/Wo)/dt) ternyata diperoleh nilai R2 sebesar 0.1238 yang mana nilai
tersebut jauh dari 1 dan nilai K yang diperoleh kecil yaitu sebesar 2.0182 Sehingga
kami mengasumsikan orde reaksi pada percobaan ini adalah 1 dengan penentuan
kinetika reaksi maillard melalui kurva ln Ca/Cao terhadap waktu (menit).
Ca adalah nilai pengamatan warna red (merah) setiap menitnya dan Cao adalah
nilai pengamatan warna red (merah) pada menit ke 0. Berdasarkan kurva tersebut
diperoleh persamaan linier sebesar Y =-0.0805-0.1261 dengan R2 = 0,9388. Slope dari
persamaan linear tersebut merupakan nilai konstanta laju reaksi maillard pada
pengolahan kue cubit, sebesar -0,0805 menit-1. Secara visual dapat terlihat bahwa
seiring berjalannya waktu terjadi perubahan warna pada saat pemanggangan kue cubit,
yang diawali berwarna cream hingga perlahan-lahan berubah menjadi kecoklatan.
Perubahan warna ini terbukti melalui tabel RGB yang kita amati warna kue cubit setiap
menitnya, terlihat pada kurva resultan warna terhadap waktu bahwa nilai RGB semakin
kecil hal ini menunjukkan perubahan warna yang terjadi semakin menggelap. Berdasar
nilai RGB ini juga dapat diketahui bahwa warna red (merah) adalah warna yang
dominan karena nilainya lebih besar dari blue (biru) dan green (hijau). Hal ini memang
terlihat secara visual dengan kue cubit berwarna kecoklat coklatan.
5. Kesimpulan
Dari praktikum pengamatan reaksi Maillard pada kue Cubit dapat disimpulkan
1. Reaksi yang terjadi pada kue cubit merupakan reaksi maillard non enzimatis
karena tidak melibatkan aktivitas enzim dan merupakan proses karamelisasi gula
yang bertemu dengan protein.
2. Konstanta laju reaksi maillard pada pengolahan kue Cubit sebesar -0.0805
menit-1 dengan orde reaksi 1.
3. Pada proses pembuatan kue cubit warna semakin mengalami pencoklatan
terhadap waktu yang ditimbulkan dengan penurunan RGB dan warna
dominannya adalah merah.
4. Perubahan warna coklat pada kue cubit merupakan terjadinya proses maillard.
Daftar Pustaka
Blackweel, Wiley, 2012. Food Biochemistry and Food Processing, 2nd (ed). New York
Buckle, K.A., 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta
Eskin, N.A.M.,et al, 1991, Biochemistry of Food. Academic Press. New York
Fennema, O.W., 1985. Principle of Food Science, Food Chemistry, 2nd (ed). Marcel
Dekker Inc, New York
Stuart J. Baum, Charles W.J Scaife, 1975. Chemistry a Life Science Approach.
Macmillan Publishing Co., Inc. New York
LAMPIRAN